Tanaman: Alpukat

  • Kesaksian WN Thailand 51 Hari Disandera Hamas di Terowongan Bawah Tanah Gaza

    Kesaksian WN Thailand 51 Hari Disandera Hamas di Terowongan Bawah Tanah Gaza

    Jakarta

    “Saya beruntung atau tidak?” Wichian Temthong merenungkan pertanyaan ini. “Saya kira saya beruntung, sebab saya masih di sini, masih hidup.”

    Pria yang bekerja sebagai buruh tani ini adalah satu dari 23 warga Thailand yang disandera, kemudian dibebaskan Hamas bulan lalu.

    Kini pria berusia 37 tahun ini kembali ke negaranya, tinggal di kamar kecil di kota pinggiran selatan Bangkok yang menjadi kawasan industri bersama istrinya, Malai.

    Walaupun dia selamat, tapi tiga pria muda Israel yang ditemuinya sewaktu ditahan rupanya tidak selamat. Mereka ditembak mati secara tidak sengaja oleh tentara Israel.

    Wichian bertandang ke Israel akhir September silam, seperti kebanyakan orang Thailand dari kawasan miskin di bagian timur laut negara itu, yang mencari nafkah di ladang-ladang Israel dengan harapan gaji lebih tinggi.

    Setelah sembilan hari, Wichian ditugaskan di perkebunan alpukat di Kibbutz Kfar Aza.

    Pada pagi pertamanya di sana – tanggal 7 Oktober – Wichian terbangun mendengar suara tembakan.

    Namun seiring dengan tembakan yang makin intens menjelang tengah hari, mereka memutuskan untuk mengunci diri di salah satu bangunan.

    Belum selesai menutup pintu bangunan, pria-pria bersenjata sudah mendobraknya, salah satu dari mereka memegang granat.

    Mereka mulai memukuli orang-orang Thailand ini dengan popor senapan.

    “Saya tengkurap seperti ini dan berteriak Thailand, Thailand, Thailand,” tutur Wichian seraya menunjukkan bagaimana kedua tangannya diletakkan di belakang kepala.

    “Tetapi mereka tetap memukuli saya. Yang bisa saya lakukan adalah tetap menundukkan kepala. Satu orang menghentakkan kakinya kepada saya. Saya merangkak ke bawah tempat tidur untuk bersembunyi.

    Saya berusaha mengirim pesan teks kepada istri saya, untuk bilang kepadanya saya diculik, tetapi mereka memboyong saya keluar dengan menarik kaki saya.”

    HOSTAGE AND MISSING FAMILIES FORUMDari kiri ke kanan: Alon Shamriz, Yotam Haim dan Samer Talalka

    Wichian akhirnya dibawa ke dalam terowongan-terowongan yang terletak jauh di bawah tanah Gaza, dan ditahan di sana selama 51 hari.

    Ini adalah cobaan yang menyedihkan, sebab dia satu-satunya orang Thailand di selnya.

    Dia tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga hanya bisa berkomunikasi melalui gambar-gambar dan gerakan tangan.

    Kondisinya sangat muram. Para sandera hanya diberi makan sehari sekali; terkadang tidak lebih dari sepotong roti dan satu buah kurma kering.

    “Ketika saya mengalami stres berat mereka akan datang dan berbincang dengan saya, untuk menenangkan, tetapi saya tidak mengerti mereka.

    “Satu-satunya cara saya bertahan adalah dengan memikirkan wajah anak-anak saya, istri saya, dan ibu saya.”

    “Saat tidak ada lagi yang bisa dilakukan, saya cuma duduk bersandar ke dinding dan meditasi. Saya terus membatin mengenai hal yang sama berulang-ulang, bahwa saya harus bertahan hidup.”

    Wichian mengenang sandera-sandera lain yang disekap bersamanya di dalam terowongan; tiga orang Israel – Yotam, Sammy dan Alon – yang tetap berada di tahanan setelah Wichian dibebaskan, tetapi kemudian ditembak mati tentara-tentara Israel yang gugup setelah mereka keluar dari sekapan dan mengibarkan bendera putih, Jumat lalu.

    Wichian baru saja membaca berita tersebut, lengkap dengan foto-foto mereka, ketika kami datang untuk mewawancarainya.

    “Setiap hari teman-teman asing saya berusaha untuk saling mendukung satu sama lain. Kami akan berjabat tangan dan adu kepalan tangan.

    “Mereka menghibur saya dengan memeluk saya dan menepuk pundak saya. Tapi kami hanya bisa berkomunikasi dengan gerakan tangan.”

    Wichian mengetahui bahwa Yotam adalah pemain drum, dan Sammy gemar mengendarai motornya, dan bekerja di peternakan ayam. Wichian berupaya mengajarkan mereka beberapa kata dalam bahasa Thailand.

    Dia bercerita dua dari sandera Israel itu sudah disekap bersamanya sejak hari pertama. Yang ketiga bergabung bersama mereka pada 9 Oktober.

    Wichian berkisah para penyekap mereka tidak memperlakukan sandera dengan kejam, tetapi dalam beberapa minggu pertama di bawah tanah kadang-kadang mereka dipukuli dengan kabel listrik.

    “Kami selalu lapar. Kita hanya bisa menyesap air. Sebuah botol besar harus bisa untuk bertahan empat hingga lima hari, botol kecil untuk dua hari.”

    BBC/LULU LUOWichian dalam foto-foto ini bersama istri dan kedua anaknya. Ia mengatakan, akan kembali ke Israel untuk mendapatkan kesempatan menambah penghasilan dan menabung lebih banyak lagi.

    Dia benar-benar menderita karena tidak bisa mandi. Mereka diperbolehkan tidur siang hari, tidak pada malam hari. Mereka selalu dalam keadaan lembab – tidak ada yang bisa kering di terowongan bawah tanah.

    Wichian menyibukkan diri dengan berusaha membersihkan area tempat hidup mereka. Dia bahkan membantu penjaga-penjaga Hamas yang datang ke dalam terowongan setelah bom menghantam tempat itu.

    Satu bulan kemudian, keempat sandera dipindahkan ke terowongan baru. “Sekitar pukul 19.00, mereka membawa kami ke atas. Tapi begitu saya melihatnya, hati ini rasanya ingin lari kembali ke terowongan bawah tanah.

    “Anda bisa melihat cahaya terang di mana-mana dari pertempuran udara. Saya mendengar pesawat tanpa awak, terbang dari segala penjuru, dan suara tembakan. Kami harus berlari selama 20 menit, berusaha untuk menghindari pesawat tanpa awak.”

    Wichian berujar para penyekapnya mendorong dirinya untuk menghitung hari di sebuah kalender, dan bahkan membawakannya jam, sebab Wichian terus menanyakan waktu kepada mereka.

    Akhir dari penderitaan Wichian tiba-tiba saja datang. “Mereka datang menunjuk ke saya dan berkata kamu, kamu pulang, Thailand.”

    Dia melihat sinar mentari siang hari untuk pertama kalinya setelah 51 hari, dan dirinya diserahkan kepada Palang Merah, lalu dibawa melintasi perbatasan ke Mesir.

    “Selama saya di bawah sana tidak pernah sekalipun saya meneteskan air mata. Namun begitu saya naik, dan melihat dua orang Thailand lainnya dibebaskan, saya memeluk mereka dan menangis sejadi-jadinya.”

    “Kami berpelukan bersama, dan duduk dengan air mata berlinang, bertanya kepada diri kami sendiri bagaimana bisa kami selamat.”

    “Begitu saya kembali ke Thailand mereka memberi saya nama baru. Mereka memanggil saya si penyintas dan Tuan Banyak Untung.”

    Kendati demikian, Wichian tetap harus membayar utang yang cukup besar – sekitar 230,000 Thai baht (Rp101,9 juta) – untuk membayar ongkos kepergiannya ke Israel. Dia tidak sempat memperoleh penghasilan selama berada di sana.

    Jadi, sama seperti istrinya, Wichian mengambil pekerjaan di sebuah pabrik. Gajinya rendah – hanya sekitar 800 baht (Rp354,851) per hari. Mereka tidak bisa menabung banyak. Kedua anak mereka tinggal bersama kakek dan neneknya di kampung halaman mereka di Provinsi Buri Ram.

    Wichian sesekali susah tidur, dan terbangun memanggil-manggil ibunya. Tapi, dia mengaku berkeinginan untuk kembali ke Israel, demi kesempatan untuk menambah penghasilan, dan menabung lebih banyak lagi.

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hamas Vs Israel, Warga Thailand yang Tewas Bertambah Jadi 21 Orang

    Hamas Vs Israel, Warga Thailand yang Tewas Bertambah Jadi 21 Orang

    Jakarta

    Jumlah warga Thailand yang tewas dalam konflik antara Israel dan kelompok Hamas, telah bertambah. Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Thavisin mengatakan bahwa sebanyak 21 warga negara Thailand telah tewas.

    “Update tadi malam ada kabar buruk, ada satu lagi warga Thailand yang meninggal, jumlahnya bertambah menjadi 21 orang,” ujar pemimpin Thailand tersebut, dikutip kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023).

    Perang tersebut dipicu oleh serangan mendadak Hamas ke Israel pada Sabtu (7/10) lalu, dan telah menyebabkan ribuan orang tewas dan sekitar 150 orang disandera.

    Ada sekitar 30.000 warga Thailand di Israel, sebagian besar bekerja di sektor pertanian, menurut Kementerian Tenaga Kerja Thailand.

    Disebutkan bahwa kekhawatiran kian memuncak atas nasib 14 warga negara Thailand yang saat ini disandera Hamas di Gaza.

    Keluarga-keluarga yang khawatir, berkumpul pada Kamis pagi di Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok untuk menunggu kedatangan penerbangan komersial yang membawa warga Thailand dari Israel, termasuk banyak yang terluka.

    Yanisa Thaweekaew, yang putranya Supipat Kongkaew bekerja di perkebunan alpukat di Israel sejak tahun lalu, mengatakan dia tidak tidur selama berhari-hari.

    “Saya menangis setiap hari mengetahui dia tinggal di zona merah,” imbuhnya.

    Lihat Video: Pilu Warga Gaza: Rumah Hancur-Cari Sisa Makanan di Bawah Reruntuhan

  • Cerita Kepanikan Warga Israel yang Keluarganya Dibawa Hamas ke Gaza

    Cerita Kepanikan Warga Israel yang Keluarganya Dibawa Hamas ke Gaza

    Jakarta

    Banyak keluarga berbicara tentang kepanikan luar biasa yang mereka rasakan saat mengetahui orang yang mereka cintai mungkin disandera oleh Hamas, setelah kelompok milisi tersebut menyerang Israel.

    Militer Israel menduga puluhan orang, termasuk warga negara asing, telah ditangkap sebagai tawanan di Gaza. Berikut ini beberapa kisah mereka.

    ‘Saya berusaha untuk tetap tenang’

    Firasat pertama Yoni Asher bahwa keluarganya berada di Gaza dia rasakan setelah melacak ponsel istrinya.

    Istrinya, Doron, dan dua anak mereka Raz, 5 tahun, dan Aviv, 3 tahun, sedang menginap bersama kerabat di dekat perbatasan Gaza ketika Hamas menyerang.

    Yoni mengatakan kepada BBC: “Sabtu, sekitar pukul 10:30 pagi, adalah panggilan telepon terakhir ketika saya berbicara dengan istri saya. Dia memberi tahu saya bahwa Hamas telah masuk ke dalam rumah.

    “Mereka berada di ruangan yang aman dan terlindungi, lalu sambungan telepon terputus. Kemudian, saya berhasil menemukan lokasi ponselnya dan ia berada di dalam Gaza.

    Belakangan pada hari itu, ketakutan terburuknya tampaknya terbukti benar ketika dia mengenali keluarganya yang secara singkat terlihat dalam video orang-orang yang dimuat ke bagian belakang truk.

    “Saya tidak tahu akan berapa lama atau dalam kondisi apa mereka ditahan, tapi seperti Anda tahu, situasinya terus memburuk.”

    Untuk saat ini, seperti banyak keluarga lainnya, yang bisa dilakukan Yoni hanyalah berharap.

    “Saya mencoba untuk tetap tenang. Saya ingin percaya ada kontak antara diplomat yang sedang bernegosiasi atau semacamnya, tapi kami tidak tahu apa-apa – itu adalah yang tersulit.”

    ‘Ada harapan untuk percaya bahwa mereka masih hidup’

    Ido Dan mengamati kengerian yang terjadi pada hari Sabtu melalui grup WhatsApp keluarganya.

    “Dia mengucapkan selamat tinggal. Dia mengirimkan tanda hati dan berkata: ‘Aku cinta kalian semua. Aku tidak yakin kita akan selamat dari ini,’” kata Ido, terisak saat dia mengingat kembali pesan-pesan yang dikirim.

    Sepupunya, Hadas, yang tinggal di Nir Oz, sebuah kibbutz (permukiman) di sebelah Gaza, terus memberikan informasi terbaru kepada keluarganya dari dalam tempat perlindungan serangan udara. Dia berlari ke sana setelah sirene berbunyi yang memperingatkan adanya tembakan roket.

    Pagi-pagi sekali, dia menulis bahwa dia mendengar orang-orang bersenjata berteriak dalam bahasa Arab.

    “Sesuatu yang menakutkan sedang terjadi di sini, katanya kepada grup WhatsApp keluarga, menjabarkan teriakan anggota kibbutz lainnya.

    “Dia berkata: ‘Di sini seperti Holokaus. Mereka membunuh semua orang’,” kata Ido. “Dan kemudian pada pukul 09:00 sambungannya terputus. Baterainya habis.”

    Hadas berhasil selamat – dengan mengganjal pintu tempat persembunyiannya.

    Namun saat malam tiba, baru jelas bahwa lima anggota keluarganya hilang: dua anak Hadas dan mantan suaminya ayah mereka serta keponakannya dan ibunya yang berusia 80 tahun, bibi Ido, Carmella.

    Petunjuk utama atas apa yang terjadi adalah sebuah video yang muncul di media sosial. Video itu tampaknya memperlihatkan Erez, putra Hadas yang berusia 12 tahun, dibawa oleh orang-orang bersenjata ke Gaza.

    Baca juga:

    “Ada harapan untuk percaya bahwa mereka masih hidup, kata Ido, yang tinggal di dekat Tel Aviv. Tapi dia sangat ketakutan.

    “Bibi saya kehabisan obat-obatannya,” katanya kepada saya. “Sementara anak-anak, kami tidak tahu bagaimana mereka pergi ke toilet, bagaimana mereka makan.

    Keluarga Ido berusaha mencari informasi dari kontak mereka dan tidak mendapat banyak bantuan dari pihak berwenang Israel.

    “Saya tidak menyalahkan siapa pun karena ini adalah situasi yang luar biasa, kata Ido. “Saat ini sedang ada kabut tebal, tapi kita tidak bisa menunggu sampai ia hilang. Setiap jam berarti.”

    Dengan adanya laporan mengenai perundingan sandera yang dimediasi oleh Qatar, Ido punya pesan untuk Hamas tentang keluarganya: “Keluarkan saja mereka dari konfrontasi ini, ini bukan untuk anak-anak, ini bukan untuk lansia,” katanya.

    “Saya rasa tidak ada etika perang yang tidak dilanggar di sini. Bahkan perang pun ada aturan, etika, dan batasannya.

    ‘Terdengar seperti film horor’

    Noam Sagi mengatakan hatinya pilu ketika media Palestina mulai menyiarkan berita dari depan rumah ibunya yang berusia 74 tahun, sekitar 400 meter dari perbatasan Gaza.

    Pada Sabtu sore, tentara Israel memasuki properti nenek enam cucu, Ada Sagi, dan menemukan noda darah tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan perempuan tua tersebut, jelasnya.

    Berbicara kepada program BBC Radio 4, Sagi yang tinggal di London mengatakan asumsinya adalah ibunya, yang mengajar bahasa Arab, termasuk di antara mereka yang diculik.

    “Kita berbicara tentang seseorang, berusia 74 tahun, yang masuk ke ruang aman dan [sekarang] dia tidak ada di sana, katanya.

    “Dia tidak ada dalam daftar orang mati, dia tidak ada dalam daftar orang yang terluka, dan komunitasnya kecil maksimal 350 orang dan mereka saling mengenal, jadi mereka telah mengidentifikasi semua orang.

    Masyarakat melaporkan bahwa orang tua dan anak-anak telah diculik, menurut Sagi, yang mengatakan tidak ada konfirmasi resmi mengenai keberadaan ibunya. Dia menunjukkan bahwa ibunya tidak bisa berlari jauh, karena baru-baru ini menjalani operasi pinggul.

    “Ini benar-benar surreal, terdengar seperti film horor, sulit dibayangkan,” lanjut Sagi.

    “Bayangkan sebuah daerah pedesaan yang indah di Inggris dan orang-orang sedang menjalani hidup mereka dan kemudian Anda diculik dari rumah Anda.

    “Rasanya tidak nyata… rasanya tidak manusiawi… sangat menyedihkan untuk berpikir bahwa ini bisa terjadi.

    “Bahkan dalam perang pun ada aturannya, dan kita bicara tentang pria berusia 20-an dan 30-an yang datang ke rumah seorang perempuan tua dan menculiknya serta tetangganya.”

    Dia menambahkan bahwa dia khawatir akan kondisi ibunya yang membutuhkan pengobatan.

    Baca juga:

    Istrinya, Michal, yang juga berbicara kepada BBC, mengatakan Ada punya alergi.

    “Tanpa obat-obatannya, kami tidak tahu berapa lama dia akan bertahan, katanya. “Saya berusaha untuk tidak memikirkan skenario negatif, itu sulit dibayangkan.”

    Sagi, yang yakin dia akan bertemu ibunya lagi, mengatakan dia telah menantikan ibunya di London minggu depan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-75.

    Dia menjabarkannya sebagai perempuan yang sangat kuat, inspiratif dan fenomenal, menambahkan bahwa dia memercayainya untuk “menghadapi situasi ini”.

    ‘Tidak ada yang tersisa’

    Sharone Lifschitz mengatakan ayahnya percaya bahwa hubungan antara Israel dan Palestina bisa berjalan baik. (BBC)

    Sharone Lifschitz, yang juga tinggal di London, mengatakan orang tuanya yang lanjut usia berasal dari komunitas yang sama dengan Ada Sagi, di dekat Gaza.

    “Mereka [para anggota milisi] membakar rumah-rumah untuk menakut-nakuti orang, katanya, seraya menambahkan bahwa orang-orang mencoba berlindung dari serangan tersebut di sebuah ruangan yang aman.

    “Tempat ini telah hancur total. Sepertinya tidak ada yang tersisa.”

    Seperti Ada Sagi, ayah Lifschitz berbicara bahasa Arab dan menghabiskan masa pensiunnya dengan mengantar warga Palestina yang membutuhkan perawatan medis ke rumah sakit.

    “Dia percaya pada kemanusiaan dan dia yakin akan membuat segala sesuatunya berjalan baik bagi semua orang.”

    Lifschitz mengatakan ada “banyak kekuatan” yang berusaha memastikan Israel dan Palestina tetap terpecah dan kedua belah pihak perlu mengingat bahwa satu sama lain adalah manusia.

    “Saya mengharapkan perdamaian. Saya berharap mereka [orang tuanya] kembali dengan selamat.”

    ‘Tidak sadarkan diri di dalam mobil’

    Turis Jerman Shani Louk sedang menghadiri festival di dekat perbatasan Gaza ketika milisi Hamas menyerbu daerah tersebut, melepaskan tembakan dan membuat pengunjung pesta yang ketakutan melarikan diri melalui gurun.

    Ibunya, Ricarda, mengatakan dia melihat video Shani setelah dia diculik.

    Sambil memegang foto remaja berusia 20 tahunan di ponselnya, dia mengatakan dalam video media sosial bahwa putrinya telah “diculik bersama sekelompok turis di Israel selatan oleh Hamas Palestina”.

    “Kami dikirimi video yang menunjukkan dengan jelas putri kami tidak sadarkan diri di dalam mobil bersama warga Palestina dan mereka berkendara di sekitar Jalur Gaza, katanya.

    “Saya meminta Anda mengirimkan bantuan atau berita apa pun kepada kami. Terima kasih banyak.”

    Baca juga:

    Peserta festival musik lainnya yang hilang dan diyakini diculik adalah warga negara Israel kelahiran China, Noa Argamani, demikian laporan surat kabar South China Morning Post yang mengutip kedutaan Israel di Beijing.

    Rekaman video yang belum diverifikasi menunjukkan perempuan berusia 25 tahun itu dibawa di belakang sepeda motor kelompok milisi sambil berteriak, “Jangan bunuh saya!”

    ‘Itu nenek saya di sana’

    “Dia seorang nenek yang luar biasa, dia seorang perempuan yang sangat positif, seorang perempuan yang sangat lucu, demikian Adva Adar menjabarkan neneknya yang berusia 85 tahun, Yaffa Adar.

    “Itu nenek saya di sana!” katanya dalam satu postingan Facebook setelah melihatnya diarak di jalanan Gaza dengan mobil golf.

    Dalam sebuah wawancara dengan Sky News, Adar mengatakan dia khawatir dengan kondisi neneknya yang tidak membawa obat, dan dia tidak tahu berapa lama perempuan lansia itu bisa bertahan hidup.

    Orang Thailand yang hilang

    Sebagian dari mereka yang diculik adalah pekerja Thailand yang bekerja di daerah dekat perbatasan Gaza yang diserbu oleh militan Hamas.

    Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan 11 warga negaranya hilang.

    Wanida Maarsa mengatakan kepada BBC Thai bahwa suaminya Anucha Angkaew – yang bekerja di perkebunan alpukat selama hampir dua tahun – adalah salah satu dari mereka yang ditawan oleh Hamas.

    Dia muncul dalam video yang dirilis Hamas pada akhir pekan. “[Pria dalam video itu] benar-benar dia,” katanya.

    “Saya belum bisa menghubunginya sejak pukul 02:00 waktu Bangkok [19:00 GMT pada hari Jumat]. Saya berbicara dengannya tepat sebelum putri kami tidur, tambah Wanida.

    Nama tujuh warga Thailand lainnya yang hilang telah disebutkan oleh kementerian yaitu Pongsathorn (laki-laki), Komkrit Chombua (laki-laki), Kiattisak Patee (laki-laki), Manee Jirachart (laki-laki), Nuttaporn Ornkaew (laki-laki), Sasiwan Pankong (perempuan) dan Boonthom Pankong (laki-laki).

    Lihat juga Video: Gaza Gelap Gulita, Israel Terus Lancarkan Serangan

    (ita/ita)

  • Cara Pindah KK, Wajib Siapkan 3 Dokumen Ini

    Cara Pindah KK, Wajib Siapkan 3 Dokumen Ini

    PIKIRAN RAKYAT – Pindah kartu keluarga (KK) adalah salah satu hal yang perlu dilakukan ketika kamu berpindah domisili atau menikah. Hal ini penting agar data kependudukan kamu tetap terupdate dan tercatat dengan benar oleh pihak berwenang. Biasanya, perubahan ini juga mempengaruhi berbagai urusan administratif seperti pembuatan KTP, paspor, hingga urusan perpajakan.

    Sekarang, dengan kemajuan teknologi, kamu tidak perlu lagi repot-repot mengunjungi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) secara langsung untuk mengurus pindah KK. Banyak daerah yang sudah menyediakan layanan pengurusan pindah KK secara online. Prosesnya pun cukup mudah dan bisa kamu lakukan melalui aplikasi atau situs resmi yang disediakan oleh pemerintah daerah setempat.

    Meskipun demikian, tidak semua daerah memiliki sistem online yang memadai untuk mengurus hal ini. Beberapa wilayah mungkin masih mengharuskan kamu untuk datang langsung ke kantor Dukcapil. Oleh karena itu, sebelum memulai proses, pastikan untuk mengecek terlebih dahulu apakah layanan online tersedia di daerah kamu.

    Ingin tahu apa saja syarat-syaratnya dan seperti apa cara untuk pindah KK? Berikut Pikiran-Rakyat.com beberkan penjelasannya.

    Pindah KK Syaratnya Apa Saja?

    Menurut informasi dari laman Dukcapil Jakarta, ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi saat mengurus perpindahan KK setelah terjadi perubahan data. Beberapa dokumen yang diperlukan antara lain:

    KK lama asli beserta fotokopi KTP asli dan fotokopi Fotokopi surat keterangan atau bukti perubahan peristiwa kependudukan dalam negeri atau antar negara (misalnya Paspor, SKPWNI), serta peristiwa penting lainnya seperti kelahiran, kematian, perceraian, pernikahan dan sebagainya.

    Perlu diketahui bahwa peristiwa kependudukan yang dimaksud mencakup proses perpindahan penduduk baik di dalam negeri (NKRI) maupun antar negara (Pasal 12 Perpres 96/2018).

    Cara Pindah KK

    Setelah kamu menyiapkan seluruh dokumen yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah mengurus perpindahan kartu keluarga (KK), khususnya untuk memperbarui alamat tempat tinggal.

    Penting untuk diketahui, proses pindah KK dapat dilakukan baik secara online maupun offline. Berikut adalah penjelasan untuk kedua cara tersebut:

    Pindah KK Secara Offline

    Bawa semua dokumen ke kantor Dukcapil di tingkat kelurahan sesuai dengan alamat yang tertera di KTP. Sampaikan kepada petugas bahwa kamu ingin mengubah alamat di KK sesuai dengan tempat tinggal yang baru. Serahkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk proses pindah KK.

    Setelah itu, kamu hanya perlu menunggu hingga proses selesai. Biasanya, proses perubahan KK memerlukan waktu sekitar 3 hingga 7 hari kerja, jadi jangan berharap KK baru bisa selesai dalam sehari.

    Pindah KK Secara Online

    Beberapa daerah sudah menyediakan layanan pindah KK secara online melalui situs resmi Disdukcapil daerah masing-masing. Di Jakarta, misalnya, kamu bisa menggunakan layanan ALPUKAT (Akses Langsung Pelayanan Dokumen Kependudukan Cepat dan Akurat) Betawi. Berikut adalah langkah-langkahnya:

    Pastikan seluruh dokumen sudah lengkap dan disimpan dalam format digital (PDF/JPG), dengan ukuran maksimal 5 MB. Akses situs alpukat-dukcapil.jakarta.go.id/#login melalui browser. Klik tombol ‘Masuk’ dan masukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) serta password. Jika belum memiliki akun, lakukan pendaftaran dengan memilih opsi ‘Mendaftar’. Setelah berhasil login, unggah dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pindah KK di kolom yang tersedia. Kemudian, buat pengajuan layanan baru. Setelah pengajuan dan unggah dokumen selesai, permohonan akan diproses dan surat pindah bisa dicetak. Terakhir, datanglah ke kantor Dukcapil sesuai domisili untuk mengambil KK baru dalam bentuk fisik. Jangan lupa membawa surat pindah dan dokumen lainnya untuk verifikasi.

    Pindah KK secara online di Dukcapil Jakarta.

    Demikian inormasi terkait cara untuk pindah KK. Kamu bisa memilih mau melakukannya secara online atau offline.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News