Tanaman: Alpukat

  • Saat Menanami Hutan Dianggap Gila, Kisah Daim Penjaga Lingkungan di Lumajang
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        17 Desember 2025

    Saat Menanami Hutan Dianggap Gila, Kisah Daim Penjaga Lingkungan di Lumajang Surabaya 17 Desember 2025

    Saat Menanami Hutan Dianggap Gila, Kisah Daim Penjaga Lingkungan di Lumajang
    Tim Redaksi
    LUMAJANG, KOMPAS.com
    – Di balik rimbunnya hutan Gunung Lemongan di Kecamatan Ranuyoso, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tersimpan kisah getir sekaligus heroik seorang pria lanjut usia yang dulu dicap gila.
    Ketika suara-suara sumbang meragukan visinya, bahkan negara sempat mempermasalahkan aksinya, Daim (64) tetap teguh menggenggam cangkulnya.
    Ia seorang perintis lingkungan sejati dari kaki
    Gunung Lemongan
    yang berani melawan stigma negatif demi satu tujuan mulia, yakni menghijaukan kembali tanah yang gersang.
    Lahir dan tumbuh di lereng Gunung Lemongan, membuat Daim, warga Dusun Bercah, Desa Sumberpetung, Kecamatan Ranuyoso, Kabupaten
    Lumajang
    , Jawa Timur, membuatnya punya ikatan batin yang kuat dengan alam.
    Pengalaman pahit berupa banjir yang menghanyutkan rumahnya jadi pelecut semangat Daim berbuat lebih untuk hutan Lemongan.
    Kebakaran hutan dan pembalakan liar besar-besaran di hutan Lemongan jadi pemicu terjadinya banjir saat itu.
    “Dulu awalnya saya menanam pinang ini karena setiap musim kemarau selalu ada kebakaran hutan, kalau musim hujan seperti ini pasti ada banjir ya karena hutannya sudah gundul,” kata Daim mengawali cerita di lereng Gunung Lemongan, Selasa (16/12/2025).
    Aktivitas keluar masuk hutan, sudah dilakukan Daim sejak 29 tahun silam tepatnya pada Tahun 1996.
    Berbekal cangkul dan ember berisi bibit pinang, Daim melangkahkan kakinya mendaki lereng Gunung Lemongan yang curam, untuk menanam pinang.
    Tanaman pinang sengaja ia pilih usai mencoba berbagai jenis tanaman lainnya seperti sirsak, alpukat, nangka hingga kopi.
    Hasilnya, hanya pinang yang bisa bertahan. Sedangkan, tumbuhan lain yang pernah dicobanya pasti rusak oleh hewan liar penghuni Gunung Lemongan.
    “Pernah tanam sirsak, kopi, habis dimakan hewan, disini kan masih banyak hewan-hewan liar seperti kijang, kera, babi hutan, ular, kalau pinang ini aman enggak diganggu sama hewan,” ujar Daim.
    Lokasi yang dipilih Daim untuk menanam pinang adalah daerah di sekitar jurang hutan produksi.
    Alasannya hanya satu, menahan air hujan agar tidak membanjiri permukiman warga.
    Kata Daim, selain akar pinang yang mampu menyerap air dengan baik, pelepah dan daun yang jatuh ke tanah juga mampu menahan air hujan agar tidak terjadi erosi.
    “Saya coba tanam pinang di jurang, akhirnya jurang itu semakin dangkal dan saat musim hujan air yang turun tidak terlalu deras karena ada penahannya,” terang Daim.
    Percobaan penanaman pinang yang terbukti berhasil meredam banjir, membuat Daim semakin bersemangat untuk terus menanam.
    Dari yang awalnya bercocok di hutan produksi, Daim mulai masuk ke hutan lindung untuk menanam.
    Sampai akhirnya, kini luas hutan Lemongan yang telah dihijaukan kembali oleh Daim dengan pohon pinangnya sudah mencapai 14 hektar.
    “Tahun 1999 menanam (pinang) lagi berhasil, 2007 menanam di hutan lindung sampai sekarang, karena saya kira pinang ini nahan erosinya sangat kuat dan hutan itu dijaga terus menerus,” katanya.
    Saat Daim mulai tekun menanam pohon pinang di hutan, cemooh dan ejekan tetangga pun muncul. Daim dianggap gila.
    Sebab, saat semua orang menggandrungi pohon jati dan sengon, Daim malah memilih pohon pinang.
    Bagaimana tidak, pohon jati dan sengon memang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Jauh dibandingkan dengan pinang yang saat itu buahnya hanya dihargai Rp 3.000 per kilogram.
    Nilai tersebut untuk membeli beras satu kilo saja tidak cukup. Padahal saat itu harga beras sudah Rp 6.000 per kilogram.
    Namun, Daim sama sekali tidak goyah. Ia menutup telinganya rapat-rapat dan yakin kelak akan ada hasil manis yang akan dinikmatinya.
    Kata Daim, pohon jati dan sengon hanya bertahan sementara untuk menyerap air hujan.
    Sebab, saat pohon itu dipanen, hutan akan kembali gundul dan menyebabkan erosi lagi hingga berujung banjir yang bisa saja kembali merusak rumahnya seperti saat ia masih anak-anak.
    Aktivitas keluar masuk hutan rutin dilakoni Daim untuk menanam pohon pinang. Semak belukar hutan yang lebat dibukanya dengan arit kecil dan cangkul.
    Untuk memudahkan aksesnya, Daim menyempatkan membawa batu saat berangkat ke hutan. Satu per satu batu itu ditata hingga jadi jalan setapak.
    “Saya dianggap orang gila sama tetangga waktu saya bawa bibit pinang ke hutan karena saat itu enggak laku, setiap hari diolok orang tapi saya enggak gubris,” kata Daim.
    Saat panen pertama, Daim sempat terpikir akan cemoohan tetangga yang menyebutnya gila karena menanam tanaman yang tak punya nilai jual.
    “Saat panen pertama harganya murah sempat ada kepikiran omongan orang-orang ternyata benar, tapi saya melihat gunung kembali hijau lagi ini saya senang, jadi ya sudahlah saya teruskan karena memang saya gak pandang harga,” tambahnya.
    Tahun 2014, jadi titik balik kebangkitan tanaman pinang. Di pasaran, harganya mulai tinggi.
    Dari yang awalnya hanya Rp 3.000 per kilogram menjadi Rp 7.000 per kilogram.
    Sejak saat itu, tetangga yang dulunya mengejek Daim malah ikut menanam pinang di hutan.
    “Lama kelamaan menarik harga pinang ini, di situ akhirnya banyak yang ikut menanam, yang awalnya bilang gila sekarang bilangnya betul menanam pinang,” ucapnya.
    Banyak tetangga yang mengikuti jejaknya menanam pinang, tidak membuat Daim merasa tersaingi.
    Malah, Daim merasa senang banyak orang mulai sadar untuk menghijaukan kembali hutan.
    Meski tujuan utamanya ekonomi, bukan melestarikan lingkungan, kata Daim, setidaknya warga mau menanami hutan.
    “Saya bangga juga karena semakin banyak orang yang menanam maka semakin lestari alam ini, kalau saya sendiri ya gak mungkin mampu terus karena hutannya luas,” ungkapnya.
    Perbedaan tujuan utama ini ternyata juga membuat pola tanam warga yang ikut menanam pinang berbeda dengan yang selama ini dilakukan Daim.
    Tanaman pinang Daim melingkari gunung untuk mencegah terjadinya banjir. Sedangkan, warga yang mengikuti jejaknya cenderung asal menanam.
    “Ya tidak apa-apa nanti tinggal dibelajari saja cara menanamnya supaya pinang ini jadi sabuk gunung, sehingga kalau ada hujan tidak sampai banjir,” jelasnya.
    Keberadaan pohon pinang di hutan tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh Daim dan keluarga.
    Warga sekitar yang tidak ikut berkeringat menanam pinang ke hutan juga mendapatkan manfaatnya.
    Tidak hanya terbebas dari banjir, warga juga mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya pohon pinang di hutan.
    Salah satunya Suyit, tetangga Daim yang setiap hari keluar masuk hutan untuk mencari pelepah pinang dan daun pakis yang tumbuh di bawah pohon pinang.
    Pelepah pinang yang dikumpulkan Suyit akan dijual ke pengepul untuk digunakan sebagai bungkus dodol garut.
    Harganya, Rp 400 untuk setiap lembar pelepah pinang yang sudah dikupas dan dikeringkan.
    Sedangkan, daun pakis yang tumbuh di bawah pohon pinang bisa langsung dijual oleh Suyit ke pasar dengan harga Rp 5.000 per ikat.
    “Biasanya dapat uang enggak tentu, kadang Rp 20.000 pelepahnya saja, gratis ke Pak Daim, enggak perlu bayar, jadi ya untung ke saya asal tidak mengganggu pohonnya,” ujad Suyit.
    Selain warga yang mencari pelepah dan sayur, setidaknya ada 10 orang yang dipekerjakan Daim sebagai buruh panen dan kupas pinang.
    Mereka semua berasal dari tetangga di sisi kanan dan kiri rumah Daim.
    “Saya ada karyawan pengupas dan pemanen itu 10 orang lah, selain itu ada tetangga yang mencari pelepah, sayur, jalannya sudah ada dan tidak perlu modal tapi bisa menghasilkan rupiah,” ujar Daim.
    Meski niat Daim murni untuk menyelamatkan alam dari bencana, langkahnya menghijaukan kembali hutan Lemongan justru membawanya berhadapan dengan tembok birokrasi.
    Aksi menanamnya selama puluhan tahun sempat dipertanyakan legalitasnya oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di wilayah kehutanan.
    Perusahaan pelat merah itu menganggap kegiatan Daim ini ilegal. Sebab, yang dilakukannya selama ini dengan menghidupkan kembali fungsi hutan yang telah lama mati dianggap tidak berizin.
    Daim pun dipaksa mengurus perizinan hingga menjalin kerja sama dengan perusahaan tersebut.
    Jika ia menolak, penghargaan sebagai perintis lingkungan terancam tidak didapatkan.
    Mendengar hal itu, bukannya takut yang ada di benak Daim. Ia justru tidak peduli jika tidak mendapatkan penghargaan apa pun.
    Sebab, sejak awal bukan penghargaan yang ingin dicapai dari aktivitasnya merawat hutan.
    “Waktu itu hambatannya ya banyak sekali, dari Perhutani saya tidak diperbolehkan. Sempat tanya izin segala macam, lah saya kan bukan perusahaan, saya ini orang yang ada di sekitar lingkungan sini, kalau ada bencana yang kena ya saya dan tetangga yang lain, saya kan menanam bukan merusak,” ungkap Daim.
    Benar saja, Daim sempat tidak lolos dalam seleksi penghargaan tingkat provinsi.
    Namun, orang-orang baik yang takjub dengan pengabdian Daim kembali mengusulkan namanya untuk menerima penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup.
    Sampai akhirnya, Daim diganjar penghargaan Kalpataru sebagai perintis lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup pada 2022.
    Kini, kata Daim, semua pihak termasuk Perhutani yang sempat mempermasalahkan aktivitasnya sudah memberikan dukungan penuh kepadanya dalam melestarikan hutan.
    “Sama (kementerian) kehutanan dibolehkan kalau menanam, yang tidak boleh merusak, akhirnya ya boleh dan sampai sekarang didukung sama Perhutani,” ujar Daim senang.
    Usia Daim tak lagi muda. Tenaganya juga sudah jauh berkurang dibanding awal ia menanam pinag.
    Kini, ia menaruh harapan besar di pundak generasi muda yang akan meneruskan perjuangannya merawat hutan.
    “Saya pesan sama anak-anak yang masih muda kalau bisa ikutilah yang baik dari pekerjaan saya ini,” tutur Daim penuh harap.
    Bagi Daim, menanam pohon tidak perlu rumit atau mahal. Yang penting adalah aksi nyata dan komitmen yang berkelanjutan.
    “Tidak perlu cari bibit yang sulit, pokok tanam saja di hutan, semakin banyak anak muda yang meniru (menanam), hutannya akan semakin lestari,” pesannya.
    Kata Daim, menanami hutan bukan aktivitas berkebun biasa, tapi upaya mitigasi bencana yang menjadi investasi keselamatan untuk sekolompok masyarakat di kaki gunung.
    “Lereng Gunung Lemongan ini pasti memiliki risiko bencana seperti gunung-gunung yang lain, tapi kalau ada penanggulangannya, ini seperti kita sedia payung sebelum hujan,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cuma Butuh Fokus! Bisakah Kamu Menjawab 8 Teka-teki Asah Otak dalam Waktu 5 Detik?

    Cuma Butuh Fokus! Bisakah Kamu Menjawab 8 Teka-teki Asah Otak dalam Waktu 5 Detik?

    Jakarta

    Suka tantangan yang bikin mikir sekaligus seru? Teka-teki asah otak bisa menjadi cara menyenangkan untuk menguji kecerdikan, melatih logika, serta menjaga otak tetap aktif.

    Di balik pertanyaannya yang sederhana, bisa terdapat jawaban tak terduga yang menuntut untuk berpikir lebih kreatif. Yuk, siapkan konsentrasi dan temukan jawabannya dengan cepat.

    Teka-teki Asah Otak

    Berikut beberapa teka-teki yang menantang otak berpikir lebih keras.

    1. Apa yang akan terjadi jika kedua lilin ditutup dengan gelas? Mana yang apinya mati lebih dulu?

    2. Ada dua gelas yang masing-masing berisi air dan susu. Bagamana cara air dan susu dari gelas bisa dituang ke toples tanpa tercampur?

    3. Seorang pria harus memilih satu dari tiga pintu. Pintu A dijaga oleh serigala yang lapar, pintu B terdapat bom yang akan meledak, dan pintu C djaga pembunuh. Pintu mana yang aman?

    4. Temukan apel yang bebas dari cacing kurang dari 5 detikasah otak Foto: Firdaus Anwar/detikhealth

    5. Tiga ekor ayam bisa menghasilkan 3 telur dalam 3 menit. Berapa telur yang dihasilkan ayam dalam dua jam?

    6. Kali ini teka-teki tentang angka. Tebak berapa nilai dari masing buah?

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    7. Masih mirip dengan pertanyaan sebelumnya. Ketahui nilai dari telur, jagung, dan wortel dan temkan jawabannya.Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    8. Perhatikan pola huruf dan angka berikut!

    C+G=10
    S-E=14
    X:C=?

    Jawaban Teka-teki Asah Otak

    Bisa jawab semua soal dengan mudah? Cek apakah jawabanmu benar semua atau tidak.

    1. Lilin yang lebih tinggi akan mati lebih dulu. Sebab, karbon dioksida yang lebih panas akan naik ke atas, membuat lilin kehabisan oksigen.
    2. Tuang salah satunya ke toples, lalu bekukan. Setelah itu, tuang cairan lainnya.
    3. Pintu B. Tunggu saja bom meledak, baru melewati pintu.
    4. Ada satu apel yang masih utuh

    asah otak Foto: Firdaus Anwar/detikhealth

    5. 2 jam=120 menit, 3 menit=3 telur. Jadi 120 menit=120 telur.

    6. Nilai dari alpukat=6, nanas=5, dan mangga=4
    7. Jawabannya adalah 54. Nilai dari telur=7, jagung=9, dan wortel=3
    8. X:C=8.
    Urutan huruf sesuai dengan abjad. C=3, G=6, E=5, dan C=24.

    Halaman 2 dari 5

    (elk/suc)

  • Usai Terima 827 Sertifikat Tora, Warga Desa Temurejo Adakan Syukuran Sedekah Bumi Ingkung Sewu

    Usai Terima 827 Sertifikat Tora, Warga Desa Temurejo Adakan Syukuran Sedekah Bumi Ingkung Sewu

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Ribuan warga Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi gelar doa bersama dan Kenduri Sedekah Bumi Ingkung Sewu. Kegiatan unik tersebut dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas diterimanya sertifikat Tanah Objek Reforma Agraria (TORA).

    Syukuran tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani. Kenduri sedekah desa diawali dengan melakukan doa lintas agama yang secara bergantian dipimpin oleh pemuka agama setempat.

    Mulai Katholik, Hindu dan Islam. Tidak hanya memanjatkan syukur kepada Tuhan YME, doa tersebut juga dilakukan untuk mendoakan saudara-saudara yang terkena musibah di sejumlah wilayah di Indonesia. Usai berdoa, warga bersama-sama menyantap tumpeng ingkung sewu.

    “Alhamdulillah kita bersyukur, di Banyuwangi telah disalurkan 9.728 sertifikat TORA di 17 Desa, termasuk 827 diantaranya sertifikat untuk warga Desa Temurejo. Capaian ini menunjukkan komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam mempercepat reforma agraria bagi masyarakat,” kata Bupati Ipuk saat saat menyampaikan sambutannya.

    Ipuk mengatakan Program TORA merupakan langkah strategis pemerintah untuk memberikan kejelasan status lahan yang selama ini dikelola masyarakat. Dengan adanya kepastian hukum, masyarakat dapat mengelola tanahnya dengan lebih aman, produktif, dan berkelanjutan.

    “Pelaksanaan TORA tidak bisa berjalan sendiri. Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh tim yang terlibat mulai dari Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA), pemerintah desa, hingga masyarakat pemohon TORA atas kerja keras dan kesungguhan dalam mengawal proses ini,” ujarnya.

    “Saya berharap masyarakat bisa memanfaatkan lahan dengan sebaik-baiknya untuk mendukung kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan. Saya juga minta agar pemanfaatan tanah dilakukan dengan bijaksana agar tidak menimbulkan bencana di kemudian hari,” imbuh Ipuk.

    Pada kesempatan itu, Bupati Ipuk juga melakukan penanaman pohon secara simbolis sebagai bagian dari penanaman 14.000 bibit pohon oleh warga Desa Temurejo. Penanaman pohon itu dilakukan warga sebagai upaya penghijauan dan restorasi air. Selain juga diresmikan tugu TORA.

    “Bibit pohon yang kami tanam seperti pohon sawo jumbo, alpukat, Jambu dan mangga . Ini sebagai upaya untuk melestarikan hutan, tanah dan air. Ke depannya desa ini juga akan kami kelola dengan konsep ekowisata,” kata Kepala Desa Temurejo Fuad Musyadad.

    Fuad menambahkan, terkait Program TORA, saat ini sebanyak 827 bidang lahan warga Desa Temurejo telah menerima sertifikat TORA tahap pertama.

    “Masih ada 417 bidang lahan yang menerima SK Biru, dan sudah masuk daftar mendapat Sertifikat TORA tahap dua,” pungkasnya. [tar/ian]

  • Kenapa Alpukat Harus Dipetik Dahulu agar Matang? Ini Penjelasannya

    Kenapa Alpukat Harus Dipetik Dahulu agar Matang? Ini Penjelasannya

    Jakarta, Beritasatu.com – Alpukat adalah buah yang digemari banyak orang karena rasanya yang lezat dan kandungan nutrisinya yang melimpah. Buah ini sering dijadikan bahan utama berbagai hidangan, mulai dari guacamole hingga salad sehat.

    Meski terlihat seperti matang sempurna di pohon, kenyataannya alpukat tidak dapat matang sepenuhnya ketika masih terhubung dengan pohon. Proses pematangan justru baru terjadi setelah buah dipetik.

    Mengapa Alpukat Tidak Matang di Pohon?

    Berbeda dari banyak buah lain yang matang sepenuhnya di pohon, alpukat justru memiliki pola pematangan yang unik. Meskipun perkembangan buah berjalan baik saat masih tergantung, pematangan optimal hanya terjadi setelah panen. Ada beberapa alasan penting yang memengaruhi hal ini.

    1. Pematangan bergantung pada gas etilen

    Proses pematangan alpukat sangat dipengaruhi oleh gas etilen, yaitu hormon tanaman yang memicu perubahan tekstur, rasa, dan kelembutan buah. Saat masih berada di pohon, alpukat tidak menghasilkan etilen dalam jumlah cukup untuk memulai pematangan penuh.

    Setelah dipetik, produksi etilen meningkat secara signifikan dan memicu proses pematangan. Gas etilen inilah yang membuat alpukat menjadi lembut, creamy, dan siap dikonsumsi.

    2. Pematangan terjadi setelah pemanenan

    Jika banyak buah seperti apel atau pisang dapat matang sempurna di pohon, alpukat justru membutuhkan waktu beberapa hari hingga minggu setelah dipetik untuk mencapai tingkat kematangan terbaik.

    Pada suhu ruangan, buah akan mulai melunak dan rasanya menjadi lebih kaya. Perubahan ini menandakan bahwa alpukat sudah matang dan siap disantap.

    Cara Mempercepat Pematangan Alpukat di Rumah

    Karena alpukat tidak matang saat masih di pohon, cara penyimpanan setelah dipanen berperan penting untuk memastikan buah mencapai kualitas terbaiknya.

    1. Simpan di suhu ruangan

    Alpukat yang masih keras umumnya akan matang dalam beberapa hari hingga satu minggu. Menyimpannya di suhu ruangan membantu etilen bekerja lebih efektif.

    Periksa secara berkala dengan menekan lembut kulitnya, jika sudah terasa empuk, berarti alpukat siap dimakan.

    2. Simpan bersama apel atau pisang

    Untuk mempercepat pematangan, letakkan alpukat di dekat buah yang juga menghasilkan etilen, seperti apel atau pisang.

    Gas etilen tambahan dapat mempercepat proses pematangan, cocok jika Anda membutuhkan alpukat matang dalam waktu singkat.

    3. Gunakan kantong kertas

    Menyimpan alpukat dalam kantong kertas membantu menjaga konsentrasi gas etilen di sekitar buah, sehingga pematangan berlangsung lebih cepat. Hindari kantong plastik karena dapat menahan kelembapan berlebih dan menghambat sirkulasi udara.

    Mengapa Pematangan Alpukat Tidak Terjadi di Pohon?

    Alpukat memiliki mekanisme adaptasi berbeda dibanding kebanyakan buah lainnya. Salah satu alasannya adalah untuk melindungi buah dari risiko kerusakan akibat perubahan cuaca ekstrem.

    Jika alpukat dibiarkan matang di pohon, hujan deras atau suhu panas berlebih dapat menyebabkan buah pecah, rusak, atau jatuh sebelum siap dipanen.

    Selain itu, pematangan setelah panen memberi keuntungan dalam proses distribusi. Buah yang belum matang penuh lebih tahan disimpan dan diangkut jarak jauh tanpa mudah rusak.

    Anda juga dapat menyesuaikan tingkat kematangan sesuai selera, ada yang menyukai alpukat agak keras, sementara sebagian lain menyukai tekstur yang lebih lembut dan matang sempurna.

  • Gerakan Tanam Pohon di Wilayah Hulu, Upaya Madiun Jaga Sumber Air dan Ekologi

    Gerakan Tanam Pohon di Wilayah Hulu, Upaya Madiun Jaga Sumber Air dan Ekologi

    Madiun (beritajatim.com) – Berkaca dari bencana alam yang terjadi di wilayah Sumatra. Pemerintah Kabupaten Madiun menggiatkan kembali aksi pelestarian lingkungan melalui Apel Penanaman Pohon yang digelar dalam rangka Hari Menanam Pohon Indonesia, Rabu (10/12/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari penguatan program Ketahanan Lingkungan Berkelanjutan (Kaliber).

    Sebanyak 6.000 bibit pohon produktif durian, alpukat, dan mangga ditanam serentak di tiga kecamatan wilayah hulu lereng Gunung Wilis, yakni Gemarang, Kare, dan Dagangan. Kawasan tersebut dipilih karena merupakan daerah resapan air yang sangat menentukan kualitas ekologi Kabupaten Madiun.

    Wakil Bupati Madiun, Purnomo Hadi, menyampaikan bahwa penanaman di wilayah hulu merupakan langkah strategis untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup. Terlebih, musim hujan yang berlangsung sejak November dinilai sebagai waktu terbaik untuk melakukan penanaman.

    “Musim hujan sangat mendukung kegiatan menanam. Kawasan hulu ini harus dijaga karena menjadi penopang ekosistem,” ujar Purnomo.

    Kegiatan tahun ini mengusung tema “Merawat Bumi, Menjaga Masa Depan”, sebagai wujud komitmen Pemkab Madiun membangun ketahanan lingkungan jangka panjang. Pohon-pohon yang ditanam diyakini berperan penting dalam menjaga keberlanjutan sumber mata air serta meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi.

    “Sumber air harus dijaga. Dibutuhkan tutupan hijau dan pohon-pohon besar agar air dapat terserap dan tidak hilang,” tambahnya.

    Purnomo juga menyinggung capaian kualitas udara di Kabupaten Madiun yang selama dua tahun terakhir berada pada kategori “sangat baik” berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup. Menurutnya, capaian tersebut merupakan keberhasilan sekaligus tantangan agar masyarakat terus menjaga lingkungan.

    Ke depan, Pemkab Madiun menargetkan pembentukan budaya hijau di masyarakat melalui penguatan kolaborasi unsur Pentahelix: pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media. Kolaborasi ini diyakini sebagai fondasi penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus memperkuat ketahanan lingkungan daerah.

    Melalui gerakan ini, Pemkab Madiun berharap terciptanya warisan lingkungan yang lebih sehat, hijau, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. (rbr/but)

  • Konsumsi 5 Jenis Buah Beku Ini Efektif Stabilkan Tekanan Darah

    Konsumsi 5 Jenis Buah Beku Ini Efektif Stabilkan Tekanan Darah

    JAKARTA – Mengonsumsi buah dapat membantu menjaga tekanan darah tetap stabil. Kandungan serat, magnesium, dan kalium dalam berbagai jenis buah merupakan nutrisi penting yang sebaiknya ada dalam pola makan sehari-hari.

    Menurut laporan EatingWell, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa asupan buah yang lebih tinggi berkaitan dengan penurunan risiko tekanan darah tinggi.

    Tidak hanya buah segar, pilihan buah beku juga dapat menjadi alternatif praktis untuk dikonsumsi sebagai camilan ataupun campuran makanan.

    Rekomendasi Buah untuk Menjaga Tekanan Darah

    1. Alpukat

    Ahli gizi Gozo Jessica Brantley Lopez, MBA, RDN menyarankan konsumsi alpukat beku hingga lima porsi per pekan. Berdasarkan temuan penelitian, pola konsumsi tersebut dapat membantu menurunkan risiko hipertensi hingga 17 persen dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsi alpukat.

    2. Cranberry

    Menambahkan cranberry beku ke dalam smoothie dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik, terutama pada individu berusia di atas 50 tahun. Buah ini kaya proantosianidin, sejenis antioksidan yang mendukung kesehatan pembuluh darah serta membantu mengurangi stres oksidatif.

    3. Blueberry

    Blueberry beku mengandung antioksidan dalam jumlah tinggi, termasuk antosianin yang jumlahnya bahkan mencapai 33 persen lebih banyak dibanding blueberry biasa. Kandungan ini membantu meredakan peradangan, melindungi pembuluh darah, serta meningkatkan produksi oksida nitrat untuk membantu relaksasi pembuluh darah.

    4. Mangga

    Mangga beku menjadi sumber kalium yang baik dan membantu tubuh mengeluarkan kelebihan natrium. Sebuah studi pada tahun 2022 menemukan bahwa konsumsi sekitar 280 gram mangga per hari selama delapan minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik hingga 3,5 persen.

    5. Ceri

    Ceri mengandung melatonin yang dapat membantu mengatur kualitas tidur. Tidur yang optimal berkaitan erat dengan tekanan darah yang lebih stabil. Selain itu, buah ini juga kaya antosianin yang berperan dalam menurunkan peradangan.

    Buah beku dapat dinikmati dalam berbagai cara, misalnya dibuat smoothie tanpa perlu tambahan es, dicampurkan ke dalam oatmeal, puding chia, atau menjadi topping makanan dan dessert.

  • Ladang Jagung Ala Interstellar di Serang Bikin Senyum Petani Mengembang

    Ladang Jagung Ala Interstellar di Serang Bikin Senyum Petani Mengembang

    Jakarta

    Hamparan ladang jagung seluas lebih dari 30 lapangan sepak bola terbentang sejauh mata memandang. Lanskap ini mengingatkan salah satu adegan ikonik di film Interstellar garapan Christopher Nolan.

    Ladang jagung di Interstellar begitu berkesan sebagai pembuka ketika pemeran utamanya, Cooper (diperankan Matthew McConaughey) bersama anaknya yaitu Murph (diperankan Mackenzie Foy) mengejar drone nyasar. Saat itu Cooper membelah ladang jagung itu dengan truknya bersama Murph.

    Film itu berkisah tentang Bumi yang sekarat sehingga tanaman pokok punah menyisakan satu-satunya tanaman yang masih bisa tumbuh baik yaitu jagung. Ladang jagung itu menjadi simbol terakhir pertahanan manusia.

    Menariknya, ladang jagung di film itu asli yang sengaja ditanam di Alberta, Kanada seluas 500 hektare. Nolan memilih cara ini tanpa menggunakan efek komputer untuk menciptakan tampilan yang otentik dan dramatis. Selepas film pun ladang jagung itu dipanen, bahkan menghasilkan keuntungan.

    Nah, di salah satu sudut Kabupaten Serang tepatnya di Desa Mekar Baru, Kecamatan Kopo, ada pula hamparan ladang jagung meski tak seluas di film Interstellar. Tanah 22 hektare itu sebelumnya merupakan lahan tidur milik PT Cakung Remaja Development yang dimanfaatkan untuk ketahanan pangan.

    Siang itu di bulan November 2025, saya bertemu Adi (46) yang tengah bersantai di gubuk dekat hamparan pohon jagung yang sudah cukup tinggi.

    Petani Jagung Foto: (Arief/detikcom)

    Adi bersama Kelompok Tani Harapan dipercaya menggarap lahan 22 hektare ini menjadi ladang jagung sejak tahun lalu. Dia diberdayakan Polres Serang yang juga menyiapkan bantuan bibit dan pupuk.

    Bukan tanpa alasan, lahirnya ladang jagung itu berdasar arahan Presiden Prabowo Subianto yang memang menggalakkan ketahanan pangan nasional. Jagung pun dipilih karena relatif cepat dipanen yaitu sekitar 3 bulan serta lebih tahan lama untuk dikonsumsi.

    “Kemarin menghasilkan 120 ton bonggol, kemudian dipipil dan dikeringkan menjadi 25 ton,” kata Adi berkisah tentang panen jagung Kuartal III pada September lalu.

    Dorongan dari Polisi

    Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko meyakini swasembada pangan tidak akan tercapai jika lahan tidur tidak dioptimalkan. Ia mendorong jajarannya di tingkat polsek untuk mencari dan memanfaatkan lahan tidur.

    “Kami berharap gerakan ini bisa mendorong swasembada pangan. Dari sekitar 400 hektare lahan jagung di wilayah Polres Serang, sekitar 60 persen itu memanfaatkan lahan tidur,” kata Condro.

    Condro mengaku tidak menemukan kendala saat menghubungi pemilik lahan dan meminta izin mengolahnya. Mereka, kata dia, langsung setuju.

    “Nggak ada kendala. Mereka setuju dan langsung. Hal yang penting adalah menjaga integritas kita agar dipercaya. Itu sebenarnya yang susah,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa kebutuhan pertanian harus disiapkan apabila petani ingin menggarap lahan. Baginya, petani tidak akan bergerak dan berkembang tanpa dorongan.

    “Kita sediakan semuanya. Sampai kita juga bikin pupuk organik, Pak Bhabin,” katanya.

    Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko Foto: (dok Polres Serang)

    Selain itu, pemilihan petani dan model kerja sama juga penting. Ia memilih petani yang benar-benar mampu, meski harus mendatangkan dari luar Serang.

    “Kalau kerja sama saya tak mau yang bayar harian, tapi lebih ke hasil panen untuk mereka. Karena dengan begitu mereka punya rasa memiliki, dan kalau nggak panen mereka rugi,” ujarnya.

    Untuk lahan yang dikelola Kelompok Tani Harapan, Condro menyebut 100 persen hasil pertanian menjadi milik petani. “Perusahaan tidak meminta bagian,” katanya.

    Polres Serang juga memastikan ada pihak yang membeli jagung dari petani. Saat ini, seluruh jagung binaan Polres Serang dibeli Bulog dengan harga Rp5.500 sesuai HPP.

    “Kalau yang di Kopo itu, Bulog ambil sendiri ke lokasi,” katanya.

    Kesepakatan dengan Pemilik Lahan

    Kapolsek Kopo Iptu Aripin Simbolon menceritakan proses komunikasi dengan PT Cakung Remaja Development untuk mengolah lahan tersebut. Aripin awalnya melihat lahan tidur yang tidak dimanfaatkan.

    “Saya lihat lahannya, di bagian depannya ada ditanam alpukat sedikit. Lalu saya cari pemilik lahannya dan ketemu. Pemiliknya di Rangkasbitung,” ujar Aripin.

    Aripin berkoordinasi dengan Polres Serang soal pemanfaatan lahan. Awalnya ia mengajak kelompok tani mengolah sekitar tiga hektare sambil membangun komunikasi dengan pemilik.

    Ia kemudian membawa pemilik perusahaan untuk melihat tanaman jagung. Karena tertarik, pemilik perusahaan mengizinkan penggunaan lahan.

    Polisi bersama Petani Jagung di Serang Foto: (Arief/detikcom)

    Komunikasi antara polisi dan pemilik lahan terus berjalan hingga akhirnya ada kerja sama resmi dan kelompok tani mendapat hak guna pakai.

    Menurut Aripin, perusahaan memberikan izin asalkan tidak ada bangunan permanen di lokasi. Saat perusahaan memerlukan kembali lahannya, pemanfaatan bisa dihentikan.

    “Kita juga sampaikan ke petani soal itu. Kemudian, kan jagung juga umurnya 3,5 bulan. Jadi kalau mau dipakai juga tunggu panen, tidak lama,” katanya.

    Aripin mengatakan posisi polisi sebagai fasilitator sangat penting. Kehadiran polisi membuat perusahaan percaya lahan mereka akan dikelola dengan baik.

    “Perusahaan juga melihat, ‘oh polisi yang ini. Nggak bakal ada macam-macam,’” ujarnya.

    (aik/dhn)

  • Gerakan Penghijauan, Tanam 350 Bibit Pohon di Kawasan Tumpak Ragi Ponorogo

    Gerakan Penghijauan, Tanam 350 Bibit Pohon di Kawasan Tumpak Ragi Ponorogo

    Ponorogo (beritajatim.com) – Upaya pemulihan ruang hijau kembali dilakukan di kawasan Gunung Tumpak Ragi, Desa Galak, Kecamatan Slahung, Ponorogo. Anggota Koramil Tipe B 0802/10 Slahung, turun langsung bersama berbagai unsur untuk menanam ratusan bibit pohon di petak 110 Dusun Maron.

    Aksi penghijauan ini melibatkan beragam elemen, mulai Komnas PPLH DPD Ponorogo, Dinas Lingkungan Hidup Ponorogo, BKPH Ponorogo Selatan, Pemerintah Desa Galak, Komunitas Hijau Lestari Ponorogo hingga PBI (Pelestari Burung Indonesia) Cabang Ponorogo.

    Peltu Teguh Setyono, Bati Tuud Koramil Tipe B 0802/10 Slahung, dalam laporan kegiatannya kepada komando atas menegaskan bahwa penanaman dilakukan untuk mengembalikan kualitas hutan di kawasan tersebut.

    “Tujuan penanaman pohon yang berada di Gunung Tumpak Ragi Desa Galak Kecamatan Slahung adalah dalam rangka pemulihan kualitas hutan agar semakin hijau,” katanya, Minggu (30/11/2025).

    Kegiatan ini, menurutnya juga untuk memperkuat keseimbangan alam. Yakni menjaga ekosistem hutan, agar pohon-pohon itu nantinya bisa menyerap air.

    “Kegiatan ini juga sekaligus menjaga ekosistem hutan serta agar hutan terus bisa menyerap serta menyimpan air yang lebih baik. Sehingga bisa terus memenuhi kebutuhan air khususnya bagi lingkungan Desa Galak dan sekitarnya,” lanjut Teguh.

    Sebanyak 350 bibit pohon ditanam pada kegiatan ini. Di antaranya 100 bibit trembesi, 100 bibit asem, 50 bibit beringin, 50 bibit alpukat, dan 50 bibit nangka. Seluruhnya ditanam di area yang dinilai membutuhkan pemulihan vegetasi agar fungsi ekologis hutan kembali optimal.

    Aksi bersama ini menjadi salah satu bentuk kolaborasi lintas sektor dalam menjaga daya dukung lingkungan. Selain itu, sekaligus menguatkan kembali peran hutan sebagai penyangga kehidupan masyarakat di lereng Slahung. (end/but)

  • Cara PT Vale Bersinergi dengan Kampus untuk Industri Berkelanjutan, Gandeng Mahasiswa Unanda Bagikan Bibit Pohon

    Cara PT Vale Bersinergi dengan Kampus untuk Industri Berkelanjutan, Gandeng Mahasiswa Unanda Bagikan Bibit Pohon

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — PT Vale menggandeng mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Andi Djemma (Unanda) melakukan pembagian bibit pohon. Berlangdung di Taman Kehati Sawerigading Wallacea, Sorowako, Luwu Timur.

    Kegiatan tersebut bagian dari cara PT Vale bersinergi dengan kampus, untuk memperkuat kolaborasi dalam membangun kesadaran dan praktik keberlanjutan.

    Mahasiswa diajak melihat langsung bagaimana prinsip keberlanjutan, reklamasi, dan konservasi dijalankan dalam industri pertambangan yang bertanggung jawab.

    Kegiatan itu digelar serentak di seluruh wilayah operasi. Bertepatan dengan peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI), Sabtu (29/11).

    Aksi penghijauan melibatkan Indonesia Growth Project (IGP) Morowali, IGP Sorowako Limonite Ore (SLO), dan Blok Sorowako, serta dirancang sebagai langkah pemulihan lingkungan jangka panjang. Kegiatan tersebut diikuti ratusan karyawan, kontraktor, serta mitra kerja.

    Di IGP Morowali, penanaman dipusatkan di area reklamasi Gabriella Hills. Sebanyak 1.038 bibit ditanam dari total target 2.038 bibit pada 2025.

    “Upaya ini merupakan bagian dari pemulihan lahan seluas 7,3 hektare yang telah direhabilitasi dengan lebih dari 5.000 pohon,” kata Head of Bahodopi Project PT Vale Indonesia, Wafir melalui keterangan pers, Minggu (30/11).

    Dia mengatakan jenis bibit yang ditanam mencakup sengon, bitti, dan spesies endemik Sulawesi untuk memperkuat struktur tanah serta mendukung keanekaragaman hayati kawasan Wallacea.

    Sementara di IGP SLO, kegiatan dilakukan di area MRAL Enggano dengan pendekatan berbeda melalui penanaman bibit durian musang king, mangga, jambu air, alpukat, dan tabebuya sebagai tanaman bernilai ekologis dan ekonomis.

  • Ahli Ungkap 8 Buah ‘Tersehat’ yang Bisa Bikin Panjang Umur, Mudah Ditemukan

    Ahli Ungkap 8 Buah ‘Tersehat’ yang Bisa Bikin Panjang Umur, Mudah Ditemukan

    Jakarta

    Buah dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, beberapa jenis buah ternyata mengandung gula alami yang cukup tinggi. Bagi kesehatan usus, metabolisme, dan pengelolaan berat badan, asupan gula, meski dari buah, tetap bisa berdampak jika dikonsumsi berlebihan.

    Karena itu, pakar kesehatan Dr Steven Gundry, MD, merekomendasikan pilihan buah yang rendah gula namun kaya polifenol. Meski demikian, ia tetap menekankan bahwa konsumsi buah-buahan tersebut sebaiknya tidak berlebihan.

    1. Buah Jeruk

    Jeruk mengandung gula lebih sedikit, tetapi kaya akan vitamin C dan flavonoid. Itu merupakan polifenol yang penting untuk mendukung kesehatan mikrobioma usus.

    Bagian putih yang sering dibuang justru menjadi salah satu yang paling padat nutrisi.

    2. Buah Beri

    Blueberry, raspberry, hingga blacberry termasuk yang menjadi favorit Dr Gundry. Buah-buahan ini rendah gula, tinggi serat, dan mengandung polifenol.

    3. Delima

    Buah delima ternyata kaya akan polifenol, terutama punicalagin, yang mendukung kesehatan jantung dan sel tubuh. Meski terasa manis, kandungan gulanya tetap lebih rendah dibandingkan buah tropis lainnya.

    Selain itu, biji buah delima yang renyah juga dapat menambah asupan serat untuk kesehatan usus.

    4. Alpukat

    Alpukat adalah buah yang hampir bebas gula, tinggi lemak tak jenuh tunggal, kalium, dan serat. Menurut Dr Gundry, alpukat adalah buah yang ‘paling sempurna’.

    Selain mengenyangkan, buah ini baik untuk jantung, ramah usus, dan tidak membuat gula darah melonjak.

    5. Zaitun

    Tidak banyak yang menyadari bahwa zaitun juga termasuk buah. Zaitun sangat rendah gula dan kaya lemak sehat, serta polifenol kuat seperti hidroksitirosol yakni senyawa yang mendukung kesehatan usus, jantung, dan otak.

    6. Kiwi

    Kiwi tergolong buah yang lebih rendah gula, kaya vitamin C, serat, dan antioksidan. Rahasia untuk mendapatkan semua kandungan baiknya adalah memakannya dengan kulitnya sekaligus.

    Serat dan polifenol terbanyak ada di bagian berbulu halus yang ada di kulit kiwi. Kandungan serotonin alami pada kiwi juga dikaitkan dengan manfaatnya untuk memberikan kualitas tidur yang lebih baik.

    7. Mangga Hijau

    Berbeda dengan mangga yang matang, mangga yang masih hijau menawarkan gula lebih sedikit serta kaya pati resisten, serta antioksidan. Buah ini mendukung kesehatan pencernaan, metabolisme, sekaligus memberikan asupan vitamin C.

    8. Markisa

    Markisa ternyata buah yang padat nutrisi dan lebih rendah gula. Buah ini juga kaya polifenol, vitamin A, dan serat. Sementara bijinya, berfungsi sebagai prebiotik alami.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/suc)