Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Tak Sekadar Mencegah Viral, Fokus Pengelolaan Kawasan untuk Mitigasi Konflik Orang Utan

Tak Sekadar Mencegah Viral, Fokus Pengelolaan Kawasan untuk Mitigasi Konflik Orang Utan

Liputan6.com, Samarinda – Kemunculan video orang utan di lahan tambang batu bara, perkebunan, maupun pemukiman masyarakat seperti langganan rutin viralitas media sosial. Kabupaten Kutai Timur menjadi langganan video viral orang utan yang muncul di sekitar aktivitas manusia.

Paling sering viral tentu saja orang utan berjalan di lahan pertambangan batu bara. Kabupaten Kutai Timur memang menjadi metapopulasi orang utan. Secara populasi, keberadaan orang utan cukup padat terutama di kawasan yang disebut sebagai Lanskap Karaitan.

“Di Lanskap Karaitan, metapopulasi orang utan cukup padat. Bagaimana kita mendesain lanskap itu, bagaimana pembangunan ekonomi tetap jalan, tapi isu lingkunggan tetap diperhatikan sesuai Inpres Nomor 1 tahun 2023, tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati. Bagaimana itu bisa berjalan lestari dan optimal dari semua sisi,” papar Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto, Rabu (19/2/2024).

Lanskap ini terbentang dari utara Sungai Sangatta hingga Kecamatan Sangkulirang. Tercatat ada 13 perusahaan yang aktif di kawasan metapopulasi orang utan itu. Tak heran jika konflik manusia dengan orang utan kian meruncing.

Sejak awal 2025, upaya translokasi menjadi salah satu pilihan menyelamatkan orang utan dari konflik ini. Orang utan dengan persyaratan tertentu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 17 tahun 2024 tentang Penyelamatan Jenis Satwa akan dipindah atau direhabilitasi.

“Beberapa hal yang harus kita cermati terkait dengan proses pembangunan ekonomi itu dapat selaras dengan lingkungan hidup. Bagaimana kita bisa hidup bermasyarakat itu dapat memperhatikan isu-isu lingkungan,” papar Ari.

Untuk itu, sambungnya, BKSDA Kaltim mengajak semua pihak, khususnya di lanskap yang merupakan metapopulasi orang utan untuk bersama terlibat memecahkan persoalan konflik ini. Salah satu caranya adalah dengan membentuk forum bersama semua pihak terutama perusahaan.

“Sekarang kita lagi mencoba untuk membentuk forum bersama, mendesain bagaimana habitat orang utan itu tetap terjaga, tetapi pembangunan juga bisa berjalan. Itu kita lakukan di Lanskap Karaitan,” ujar Ari.

Liputan6.com mencoba menggali perusahaan-perusahaan yang aktif di Lanskap Karaitan. Ada tiga jenis usaha skala besar yang aktif yakni pertambangan batu bara, perkebunan, dan hutan tanaman industri.

Perusahaan pertambangan batu bara meliputi PT Ganda Alam Makmur, PT Kaltim Prima Coal, PT Indexim Coalindo, dan PT Kaltim Nusantara Coal. Ada juga perusahaan perkebunan kelapa sawit yaitu PT Bima Palma Nugraha, PT Bima Agri Sawit, PT Anugerah Lahan Kaltim, PT Anugerah Energitama, PT Telen, dan PT Sawit Prima Nusantara.

Kemudian perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) yaitu PT Santan Borneo Abadi, perusahaan perkebunan karet PT Multi Kusuma Cemerlang, dan perusahaan hutan produksi PT Panambangan. Harus disadari, ke-13 perusahaan itu beraktifitas dengan membuka hutan yang tentu saja bisa memicu konflik dengan orang utan.

Ari menjelaskan, forum ini melibatkan semua pihak termasuk pemangku kawasan dan pemangku usaha di Lanskap Karaitan itu sendiri. Diharapkan ada satu pola bersama yang sejalan dengan visi besar menyelamatkan keanekaragaman hayati.

“Kami indikasi ada 13 pelaku usaha yang ada di sana (Lanskap Karaitan) yang sudah kita coba desain. Sudah kita ajak untuk bersama-sama mendesain bagaimana habitat orang utan bisa tetap terjaga di sana,” katanya.

Merangkum Semua Peristiwa