Tak Lagi Bergantung Industri, Bontang Dorong Investasi Wisata Edukatif

Tak Lagi Bergantung Industri, Bontang Dorong Investasi Wisata Edukatif

Liputan6.com, Bontang Pemerintah Kota Bontang mulai membuka peluang investasi baru di sektor pariwisata edukatif dan kreatif sebagai langkah diversifikasi ekonomi. Transformasi ini diarahkan untuk mengurangi ketergantungan pada industri besar yang selama ini menjadi tulang punggung kota.

Melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), pemerintah daerah menawarkan investasi untuk pengembangan taman edukasi berbasis keluarga dan lingkungan, serta ekowisata pesisir yang terintegrasi dengan ekonomi kreatif.

Program tersebut dimasukkan dalam draf Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kota Bontang 2025–2035. Dalam rencana jangka panjang tersebut, pariwisata edukatif dan industri kreatif diproyeksikan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Ketua Tim Kajian Pemetaan Potensi Investasi Bontang, Dr. Rahcmad Budi Suharto, menilai konsep ini mampu memposisikan Bontang sebagai kota industri yang ramah lingkungan.

“Bontang membuka pintu lebar bagi para investor yang ingin berinvestasi di sektor wisata ramah lingkungan dan edukatif. EduPark dan ekowisata pesisir ini akan menjadi simbol transformasi ekonomi Bontang menuju kota industri yang hijau dan inklusif,” kata Rachmad, Jumat (7/10/2025).

Sejumlah destinasi disiapkan untuk dimodali, antara lain pengembangan wisata mangrove di Bontang Kuala, eco-resort Pulau Beras Basah, wisata bawah laut di Pulau Tihi-Tihi, hingga penguatan desa wisata Malahing dan Bontang Kuala. Pemerintah menyiapkan konsep mulai dari skybridge, galeri konservasi, fasilitas energi surya, hingga akomodasi terapung.

Selain ekowisata, pelaku industri kreatif lokal akan dilibatkan. Produk olahan laut, kerajinan, hingga desain digital disiapkan untuk masuk ke rantai nilai wisata. Pemerintah juga membuka peluang pembentukan Creative Hub di kawasan EduPark.

Untuk menarik minat investor, DPMPTSP menyiapkan kemudahan perizinan, opsi penyediaan lahan, serta insentif fiskal bagi investasi yang menerapkan prinsip ramah lingkungan. Skema kemitraan pemerintah dan swasta disiapkan sebagai model pengelolaan utama.

Kepala DPMPTSP Bontang, Muhammad Aspiannur, menyebut lokasi Bontang yang strategis turut menjadi nilai tambah, terutama karena kedekatannya dengan Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Dengan lokasi yang strategis di pesisir Kalimantan Timur, dekat dengan Ibu Kota Nusantara (IKN), serta komitmen pemerintah terhadap investasi berkelanjutan, Bontang memposisikan diri sebagai salah satu lokasi paling prospektif untuk investasi wisata dan ekonomi kreatif di Indonesia timur,” ujarnya.

Pemerintah menargetkan skema ini dapat meningkatkan minat modal asing maupun domestik, sekaligus memperluas lapangan kerja di sektor turunan pariwisata. Transformasi ekonomi tersebut diharapkan mulai terlihat dalam periode lima hingga sepuluh tahun ke depan.