Tag: Yoon Suk Yeol

  • Penangkapan Presiden Korsel Nyaris Berakhir dengan Pertumpahan Darah

    Penangkapan Presiden Korsel Nyaris Berakhir dengan Pertumpahan Darah

    Jakarta

    Yoon Suk Yeol menjadi Presiden Korea Selatan aktif pertama yang ditangkap penegak hukum, Rabu (15/01). Penangkapan ini adalah perkembangan ketegangan terbaru antara penyidik dan personel keamanan pribadi Yoon selama berminggu-minggu.

    Penangkapan Yoon merupakan buntut dari upaya sang presiden dalam menerapkan status darurat militer di Korea Selatan, Desember lalu.

    Keputusan Yoon saat itu memicu kekacauan di Korea Selatan. Parlemen kemudian memakzulkannya. Penegak hukum pun berusaha menjeratnya dengan tuduhan pemberontakan.

    Ketika ditangkap, Yoon secara teknis masih berstatus Presiden Korea Selatan. Alasannya, usulan pemakzulan parlemen masih harus terlebih dulu diuji dan disahkan oleh Mahkamah Konstitusi.

    Dalam proses penangkapan yang berlangsung dalam cuaca dingin di Seoul, para penyidik harus menggunakan tangga dan pemotong kawat agar bisa masuk ke kediaman presiden.

    Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Korea Selatan sebelumnya membentuk barikade untuk menggagalkan penangkapan Yoon.

    Presiden berusia 64 tahun itu akhirnya setuju untuk hadir ke hadapan Kantor Investigasi Korupsi Korea (CIO) Selatan untuk menghindari pertumpahan darah.

    Para penyidik harus menggunakan tangga dan pemotong kawat agar bisa masuk ke kediaman presiden. (Reuters)

    Dalam pesan video berdurasi tiga menit, Yoon menyatakan akan mengikuti proses penyidikan, meski dia membantah telah melakukan perbuatan melawan hukum.

    Yoon secara konsisten menuding bahwa surat perintah penangkapannya tidak sah.

    Yoon berkata, dia menyaksikan bagaimana pihak berwenang “menyerbu” batas keamanan rumahnya dengan peralatan pemadam kebakaran.

    “Saya memutuskan untuk hadir di hadapan CIO, meskipun ini adalah penyelidikan ilegal, untuk mencegah pertumpahan darah yang tidak menyenangkan,” kata Yoon.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Proses penangkapan Yoon yang berlangsung dini hari melibatkan lebih dari 1.000 penegak hukum. Ini merupakan upaya kedua para penyidik untuk menangkapnya.

    CIO sebelumnya berusaha menangkap Yoon pada 3 Januari lalu.

    Para penyidik memperoleh surat perintah penangkapan setelah Yoon mengabaikan beberapa panggilan untuk datang dan memberi keterangan kepada CIO.

    Aparat penegak hukum di dalam kompleks kediaman Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Seoul, Korea Selatan, pada Rabu, 15 Januari 2025. Penyelidik Korea Selatan tiba di kediaman Yoon pada Rabu pagi dalam upaya kedua mereka untuk menangkap Yoon. (Getty Images)

    Partai Kekuatan Rakyat (Kweon Seong-dong) yang mengusung Yoon mengecam penangkapannya. Mereka menuding langkah penyidik sebagai tindakan ilegal.

    Pemimpin partai Kweon Seong-dong menilai penangkapan itu semestinya tidak terjadi.

    Di sisi lain, pimpinan kelompok oposisi dari Partai Demokrat, Park Chan-dae, menilai penangkapan Yoon menunjukkan bahwa “keadilan di Korea Selatan masih hidup”.

    “Penangkapan ini adalah langkah pertama menuju pemulihan ketertiban konstitusi, demokrasi, dan supremasi hukum,” ujarnya.

    Usai penangkapan Yoon, Korea Selatan saat ini dipimpin sementara oleh Menteri Keuangan, Choi Sang-mok. Dia diangkat ke tampuk kekuasaan setelah penjabat presiden pertama, Han Duck-soo, juga dimakzulkan oleh parlemen mayoritas oposisi.

    AFPSebuah kendaraan yang membawa Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, tiba di kompleks gedung Kantor Investigasi Korupsi Pejabat Tinggi (CIO) di Gwacheon pada 15 Januari 2025.

    Setelah menjalani pemeriksaan, Yoon diperkirakan akan ditahan di Pusat Penahanan Seoul di Uiwang, Provinsi Gyeonggi, sekitar 5 kilometer dari kantor CIO.

    Namun, jika pengadilan tidak mengeluarkan surat perintah penahanan dalam waktu 48 jam setelah penangkapan Yoon, penyidik harus melepaskannya.

    Penangkapan presiden yang sedang menjabat merupakan hal yang luar biasa bagi politik Korea Selatan. Meski Yoon telah ditangkap, krisis politik negara dinilai banyak pakar masih jauh dari selesai.

    Penangkapan Yoon hanyalah salah satu fase dalam drama politik yang sedang berlangsung.

    Kerumunan orang di luar rumah Yoon, Rabu pagi tadi, memperlihatkan perpecahan mendalam di negara tersebut.

    Kerumunan anti-Yoon bersorak, bertepuk tangan, dan menyanyikan lagu “selamat dan perayaan” saat pengumuman penangkapannya.

    Suasana di sisi lain benar-benar berbeda.

    “Kami sangat kecewa dan marah, supremasi hukum telah dilanggar,” kata seorang pendukung Yoon kepada BBC.

    Kebuntuan ini juga mempertemukan dua cabang kekuasaan eksekutif: aparat penegak hukum, yang dilengkapi surat perintah penangkapan resmi, dan staf keamanan presiden, yang membuat klaim berkewajiban melindungi presiden.

    Sebelum mengumumkan darurat militer, kekuasaan Yoon melemah karena partai oposisi memegang mayoritas di parlemen.

    Yoon belakangan juga menghadapi kontroversi karena istrinya yang menerima hadiah tas Dior.

    (ita/ita)

  • Presiden Korea Selatan ditangkap – Drama perseteruan penyidik-paspampres nyaris berakhir dengan pertumpahan darah – Halaman all

    Presiden Korea Selatan ditangkap – Drama perseteruan penyidik-paspampres nyaris berakhir dengan pertumpahan darah – Halaman all

    Yoon Suk Yeol menjadi Presiden Korea Selatan aktif pertama yang ditangkap penegak hukum, Rabu (15/01).

    Penangkapan ini adalah perkembangan ketegangan terbaru antara penyidik dan personel keamanan pribadi Yoon selama berminggu-minggu.

    Penangkapan Yoon merupakan buntut dari upaya sang presiden dalam menerapkan status darurat militer di Korea Selatan, Desember lalu.

    Keputusan Yoon saat itu memicu kekacauan di Korea Selatan. Parlemen kemudian memakzulkannya. Penegak hukum pun berusaha menjeratnya dengan tuduhan pemberontakan.

    Ketika ditangkap, Yoon secara teknis masih berstatus Presiden Korea Selatan. Alasannya, usulan pemakzulan parlemen masih harus terlebih dulu diuji dan disahkan oleh Mahkamah Konstitusi.

    Dalam proses penangkapan yang berlangsung dalam cuaca dingin di Seoul, para penyidik harus menggunakan tangga dan pemotong kawat agar bisa masuk ke kediaman presiden.

    Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Korea Selatan sebelumnya membentuk barikade untuk menggagalkan penangkapan Yoon.

    Presiden berusia 64 tahun itu akhirnya setuju untuk hadir ke hadapan Kantor Investigasi Korupsi Korea (CIO) Selatan untuk menghindari pertumpahan darah.

    Dalam pesan video berdurasi tiga menit, Yoon menyatakan akan mengikuti proses penyidikan, meski dia membantah telah melakukan perbuatan melawan hukum.

    Yoon secara konsisten menuding bahwa surat perintah penangkapannya tidak sah.

    Yoon berkata, dia menyaksikan bagaimana pihak berwenang “menyerbu” batas keamanan rumahnya dengan peralatan pemadam kebakaran.

    “Saya memutuskan untuk hadir di hadapan CIO, meskipun ini adalah penyelidikan ilegal, untuk mencegah pertumpahan darah yang tidak menyenangkan,” kata Yoon.

    Proses penangkapan Yoon yang berlangsung dini hari melibatkan lebih dari 1.000 penegak hukum. Ini merupakan upaya kedua para penyidik untuk menangkapnya.

    CIO sebelumnya berusaha menangkap Yoon pada 3 Januari lalu.

    Para penyidik memperoleh surat perintah penangkapan setelah Yoon mengabaikan beberapa panggilan untuk datang dan memberi keterangan kepada CIO.

    Partai Kekuatan Rakyat (Kweon Seong-dong) yang mengusung Yoon mengecam penangkapannya. Mereka menuding langkah penyidik sebagai tindakan ilegal.

    Pemimpin partai Kweon Seong-dong menilai penangkapan itu semestinya tidak terjadi.

    Di sisi lain, pimpinan kelompok oposisi dari Partai Demokrat, Park Chan-dae, menilai penangkapan Yoon menunjukkan bahwa “keadilan di Korea Selatan masih hidup”.

    “Penangkapan ini adalah langkah pertama menuju pemulihan ketertiban konstitusi, demokrasi, dan supremasi hukum,” ujarnya.

    Usai penangkapan Yoon, Korea Selatan saat ini dipimpin sementara oleh Menteri Keuangan, Choi Sang-mok. Dia diangkat ke tampuk kekuasaan setelah penjabat presiden pertama, Han Duck-soo, juga dimakzulkan oleh parlemen mayoritas oposisi.

    Setelah menjalani pemeriksaan, Yoon diperkirakan akan ditahan di Pusat Penahanan Seoul di Uiwang, Provinsi Gyeonggi, sekitar 5 kilometer dari kantor CIO.

    Namun, jika pengadilan tidak mengeluarkan surat perintah penahanan dalam waktu 48 jam setelah penangkapan Yoon, penyidik harus melepaskannya.

    Penangkapan presiden yang sedang menjabat merupakan hal yang luar biasa bagi politik Korea Selatan. Meski Yoon telah ditangkap, krisis politik negara dinilai banyak pakar masih jauh dari selesai.

    Penangkapan Yoon hanyalah salah satu fase dalam drama politik yang sedang berlangsung.

    Kerumunan orang di luar rumah Yoon, Rabu pagi tadi, memperlihatkan perpecahan mendalam di negara tersebut.

    Kerumunan anti-Yoon bersorak, bertepuk tangan, dan menyanyikan lagu “selamat dan perayaan” saat pengumuman penangkapannya.

    Suasana di sisi lain benar-benar berbeda.

    “Kami sangat kecewa dan marah, supremasi hukum telah dilanggar,” kata seorang pendukung Yoon kepada BBC.

    Kebuntuan ini juga mempertemukan dua cabang kekuasaan eksekutif: aparat penegak hukum, yang dilengkapi surat perintah penangkapan resmi, dan staf keamanan presiden, yang membuat klaim berkewajiban melindungi presiden.

    Sebelum mengumumkan darurat militer, kekuasaan Yoon melemah karena partai oposisi memegang mayoritas di parlemen.

  • Video: Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol Resmi Ditangkap!

    Video: Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol Resmi Ditangkap!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan tuntutan dari berbagai lapisan masyarakat, penyidik Korea Selatan akhirnya menangkap Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan yakni Yoon Suk Yeol pada Rabu 15 Januari 2025/ Yoon ditangkap atas pemberontakan buntut deklarasi darurat militer pada Desember 2024 lalu.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Closing Bell CNBC Indonesia (Rabu, 15/01/2025) berikut ini.

  • Ditangkap Hari Ini, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Pernah Kunjungi Indonesia Dua Kali
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        15 Januari 2025

    Ditangkap Hari Ini, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Pernah Kunjungi Indonesia Dua Kali Nasional 15 Januari 2025

    Ditangkap Hari Ini, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Pernah Kunjungi Indonesia Dua Kali
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Sejumlah kontroversi yang dibuat Presiden Korea Selatan (Korsel)
    Yoon Suk Yeol
    membuatnya ditangkap pada Rabu (15/1/2025).
    Penangkapan ini mengakhiri kebuntuan selama berminggu-minggu atas upaya penangkapan Presiden Yoon yang dimakzulkan.
    Penangkapan Yoon itu juga menjadi sejarah di Korea Selatan karena ia menjadi presiden pertama yang ditahan selama masa jabatannya.
    Ia diketahui mendapat tuduhan pemberontakan usai menetapkan darurat militer di Korea Selatan.
    Kala itu, beberapa titik kota krusial dijaga ketat oleh militer, sementara demonstrasi dari masyarakat terus berdatangan tak kunjung padam.
    Kini, Yoon berpotensi mendapat hukuman mati atau penjara seumur hidup jika dia terbukti bersalah atas upaya pemberontakan.
    Selain itu, Yoon juga beberapa kali menghindar ketika para penyidik berusaha menangkapnya dari kediamannya.
    Bahkan, anggota Dinas Keamanan Presiden (PSS) juga berusaha melakukan barikade agar penyidik tidak bisa masuk ke kediaman Presiden Yoon.
    Yoon sebelumnya berhasil menggagalkan upaya penangkapan pertama pada 3 Januari.
    Yoon Suk Yeol menjadi presiden Korsel sejak 10 Mei 2022 hingga 14 Desember 2024.
    Sepanjang menjabat sebagai Presiden Korsel, Yoon tercatat dua kali mengunjungi Indonesia untuk sejumlah kegiatan.
    Kunjungan pertama Yoon terjadi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Indonesia, pada 2022.
    Sebelum menghadiri G20, Presiden RI saat itu, Joko Widodo, lebih dulu mengunjunginya di Seoul, Korea Selatan, di tahun yang sama.
    Pada kesempatan itu, Yoon menyatakan bakal hadir dalam KTT G20 di Bali.
    “Pemerintah Korsel memberikan dukungan penuh kepada Indonesia sebagai Presidensi G20. Saya sangat menantikan November tahun ini untuk menghadiri KTT G20 di Bali,” ujar Presiden Yoon dilansir dari YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (28/7/2022).
    Kunjungan perdana Presiden Yoon ke Indonesia lantas terjadi dalam momen KTT G20, didampingi sang istri, Kim Keon Hee.
    Kedatangan Yoon ke Indonesia sudah menarik perhatian sejak tiba di Bandara Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, pada Minggu (13/11/2022), karena mobil yang dipilihnya.
    Keduanya dijemput tidak menggunakan Genesis G80 yang notabene merupakan mobil buatan Korea Selatan.
    Yoon dan istri malah terlihat menaiki Mercedes-Benz S600 Guard.
    Hal ini lantaran pihak Korea Selatan kemungkinan besar lebih mementingkan keamanan, sehingga yang dipilih adalah mobil mewah tersebut.
    S600 Guard telah mendapatkan sertifikat VR10, yakni sertifikasi tingkat perlindungan tertinggi untuk kendaraan non-militer.
    Pada momen itu, Yoon bersama Presiden ke-7 Joko Widodo menghadiri pertemuan dengan para pengusaha Republik Korea di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada Senin (14/11/2022).
    Kedua Presiden itu terlebih dahulu berfoto bersama dengan para pengusaha Korea dan pengusaha Indonesia sebelum acara dimulai.
    Selepas itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid membacakan daftar sejumlah nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yang telah disepakati baik oleh pemerintah maupun para pengusaha kedua negara.
    Presiden Yoon mengaku senang bisa berkunjung ke Indonesia dan bertemu Presiden Jokowi.
    “Senang bertemu dengan Presiden kembali, saya sudah bertemu tiga kali. Hari ini, saya mengunjungi beberapa tempat acara dan bisa merasakan banyak upaya dilakukan, terutama oleh Presiden Jokowi untuk mempersiapkan acara ini (G20),” ujar Presiden Yoon sebagaimana dilansir dari siaran pers Sekretariat Presiden, Senin.
    Pertemuan kedua antara Yoon dan Jokowi terjadi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-24 ASEAN-Korea Selatan di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (6/9/2023).
    Pertemuan tersebut membahas sejumlah kerja sama, terutama di sektor ekonomi baru atau emerging economy, seperti teknologi finansial, ekonomi digital, dan ekosistem perusahaan rintisan.
    Mereka juga mengangkat isu yang terkait dengan Semenanjung Korea, terutama peluncuran rudal dan program nuklir yang bertentangan dengan hukum internasional dan mengancam keamanan kawasan.
    Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi kala itu menyebut, Korsel mengumumkan kontribusi 30 juta dollar AS untuk peningkatan kapasitas di bidang
    artificial intelligence
    dan 16 juta dollar AS untuk implementasi AOIP (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific).
    “Dalam pertemuan diangkat juga pentingnya melakukan upgrade ASEAN-ROK FTA (free trade agreement),” ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam keterangannya.
    Kemudian, keduanya kembali bertemu di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (8/9/2023).
    Dalam kunjungan ke istana, Presiden Yoon Suk Yeol didampingi Ibu Negara Korea Selatan Kim Keon Hee.
    Presiden Suk Yeol dan Ibu Negara Keon Hee tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 08.32 WIB dan langsung disambut Presiden Jokowi bersama Ibu Iriana.
    Keduanya melakukan pertemuan bilateral dengan membahas kerja sama di berbagai bidang.
    Dalam momen itu, Yoon menyatakan minat untuk investasi mobil listrik dengan Indonesia. “Korea akan mengembangkan dan mengajak tim kami ke Indonesia demi visi Indonesia emas 2045. Untuk itu kami akan melakukan kerja sama di bidang industri masa yang akan datang yaitu mobil listrik,” ujar Presiden Suk Yeol.
    Dia menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang penting di ASEAN.
    Salah satunya, karena Indonesia sangat mementingkan kebebasan dan perdamaian serta hukum yang luar biasa.
    “Jadi menurut Korea sangat cocok kerja sama dengan Korea, kami jadi ingin bekerja sama lebih jauh. Jadi saya berharap sekali, saya ingin solidaritas di kawasan ASEAN dengan Korea bisa terus berjalan,” tegas Presiden Suk Yeol.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penangkapan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Rabu Pagi Penuh Drama, 3 Ribu Polisi Terlibat – Halaman all

    Penangkapan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Rabu Pagi Penuh Drama, 3 Ribu Polisi Terlibat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SEOUL- Lebih dari 3.000 personel polisi terlibat langsung dalam penangkapan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Rabu (15/1/2025) pagi.

    Penangkapan dramatis ini dilakukan setelah berbagai upaya sebelumnya gagal akibat sistem keamanan ketat di kediaman Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol. Berikut adalah kronologi penangkapan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol.

    Persiapan Penangkapan Presiden Korea Selatan

    Yoon Suk Yeol berlindung di kediamannya yang terletak di perbukitan, sejak dimakzulkan pada 14 Desember 2024 lalu. Pemakzulan Yoon Suk Yeol merupakan buntut pengumuman darurat militer yang dibuat sang presiden pada 3 Desember 2024.

    Dilansir dari Reuters, proses penangkapan Yoon Suk Yeol di kediamannya berlangsung penuh drama. Kompleks kediaman Yoon dijaga ketat oleh pasukan keamanan pribadi yang loyal, lengkap dengan barikade fisik dan patroli nonstop.

    Pada Selasa (14/1/2025) malam, kepolisian Korea Selatan mengumumkan rencana besar untuk menangkap Yoon Suk Yeol. Ribuan personel polisi dikerahkan, dilengkapi kendaraan lapis baja, tangga, dan alat pemotong kawat.

    Suasana di sekitar kediaman Yoon menjadi sangat tegang dengan ratusan pendukungnya berkumpul di depan gerbang untuk memprotes langkah ini.

    Eksekusi Penangkapan Yoon Suk Yeol

    Pada Rabu pukul 04.30 pagi waktu setempat, langkah pertama dilakukan pihak otoritas Korea Selatan. Polisi mulai memotong kawat pengaman dan menggunakan tangga untuk masuk ke area lebih dalam dari kompleks tersebut.

    Pendukung Yoon yang mencoba menghalangi langkah ini menyebabkan beberapa bentrokan kecil, tetapi situasi berhasil dikendalikan.

    Siaran langsung dari media lokal menunjukkan momen-momen penuh ketegangan ini, dengan jutaan warga Korea Selatan menyaksikan perkembangan yang berlangsung secara real-time. Dalam upaya ini, lebih dari 3.000 personel polisi terlibat langsung.

    Penyerahan dan Interogasi Presiden Korsel

    Sekitar pukul 07.00 pagi, setelah tekanan yang semakin intensif, Yoon akhirnya menyerahkan diri secara sukarela untuk menghindari kemungkinan kekerasan lebih lanjut.

    Dalam pernyataan singkatnya, ia menyebut bahwa keputusan tersebut diambil untuk mencegah pertumpahan darah.

    “Saya memutuskan untuk merespons penyelidikan CIO, meskipun ilegal, demi mencegah pertumpahan darah yang tidak diinginkan,” ujarnya.

    Yoon meninggalkan kediamannya dalam iring-iringan kendaraan lapis baja sekitar pukul 08.00 pagi dan tiba di kantor Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO).

    Pihak berwenang memiliki waktu 48 jam untuk menginterogasi Yoon sebelum memutuskan untuk mengajukan surat perintah penahanan atau membebaskannya.

    Reaksi Publik atas Penangkapan Yoon Suk Yeol

    Penangkapan presiden Korea Selatan ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat.

    Di sisi pendukung Yoon, ada kekecewaan mendalam yang diungkapkan dengan demonstrasi di suhu dingin. Mereka membawa spanduk dengan slogan “Stop the Steal” dan mengaitkan nasib Yoon dengan mantan Presiden AS Donald Trump.

    “Sangat menyedihkan melihat negara kita hancur seperti ini,” kata salah satu pendukung Yoon, Kim Woo-sub, dilansir dari Reuters.

    Namun, mayoritas publik Korea Selatan mendukung langkah hukum ini sebagai bagian dari proses demokrasi. Banyak yang berharap bahwa kasus ini dapat menjadi pelajaran penting untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan di masa depan.

    Dampak Politik dan Internasional

    Krisis ini membawa dampak signifikan terhadap lanskap politik Korea Selatan. Partai Kekuatan Rakyat (PPP), partai pendukung Yoon, mengalami lonjakan dukungan, naik menjadi 40,8 persen dalam survei terbaru Realmeter.

    Partai Demokrat oposisi, meskipun masih unggul dengan 42,2%, mengalami penurunan dukungan dalam beberapa pekan terakhir. Di tingkat internasional, ketegangan ini menjadi perhatian negara-negara lain, terutama Amerika Serikat dan Tiongkok, yang memiliki kepentingan strategis di kawasan tersebut.

    Pascapenangkapan Yoon Suk Yeol, Korea Selatan kini menghadapi tantangan besar untuk memulihkan stabilitas politik dan menjaga kredibilitasnya sebagai salah satu demokrasi terkemuka di Asia. (Kompas.com/Tribun)

  • Presiden Korsel Langsung Diinterogasi Usai Ditangkap

    Presiden Korsel Langsung Diinterogasi Usai Ditangkap

    Seoul

    Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol langsung menjalani interogasi usai ditangkap pada Rabu (15/1) waktu setempat. Yoon diinterogasi oleh Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) atas tuduhan pemberontakan terkait darurat militer singkat pada 3 Desember lalu.

    Yoon, seperti dilansir kantor berita Yonhap, Rabu (15/1/2025), terlihat hadir di kantor CIO yang ada di area Gwaecheon, sebelah selatan Seoul, sekitar 20 menit setelah para penyelidik berhasil menangkapnya di kediaman kepresidenan yang ada di pusat kota Seoul.

    “Interogasi dimulai pukul 11.00 waktu setempat di sebuah ruang interogasi yang direkam dengan video,” kata CIO dalam pemberitahuan pers.

    Menurut para pejabat CIO, interogasi terhadap Yoon dilakukan oleh Wakil Kepala CIO Lee Jae Seung, dengan tim kuasa hukum Yoon turut hadir.

    Tidak diketahui secara pasti berapa lama interogasi terhadap Yoon akan berlangsung.

    Namun para penyelidik memiliki waktu 48 jam untuk menginterogasi Yoon terkait penyelidikan darurat militer, sebelum mengupayakan surat perintah penahanan untuk menahan Yoon secara resmi hingga 20 hari ke depan, atau membebaskannya.

    Yoon yang dinonaktifkan dari tugas-tugas kepresidenan sejak dimakzulkan oleh parlemen Korsel pada 14 Desember lalu, menghadapi tuduhan pemberontakan dan penyalahgunaan kekuasaan atas langkahnya menetapkan darurat militer yang berlaku singkat.

  • Presiden Korsel Ditangkap Usai Berminggu-minggu Sembunyi di Kediamannya

    Presiden Korsel Ditangkap Usai Berminggu-minggu Sembunyi di Kediamannya

    Seoul

    Otoritas berwenang Korea Selatan (Korsel) berhasil menangkap Presiden Yoon Suk Yeol pada Rabu (15/1) terkait penyelidikan darurat militer, setelah awal bulan ini gagal mengamankannya. Yoon, selama berminggu-minggu, bersembunyi di kediamannya dengan dilindungi oleh para pengawal kepresidenan.

    Pada awal Januari, seperti dilansir BBC dan Reuters, Rabu (15/1/2025), para penyelidik gagal menangkap Yoon di kediaman kepresidenan setelah terjadi perselisihan selama enam jam dengan pengawal kepresidenan yang mencegah mereka masuk.

    Lebih dari 100 polisi bersenjata dikerahkan, namun gagal mengeksekusi surat perintah penangkapan yang dirilis pengadilan. Konfrontasi terjadi dengan pengawal kepresidenan yang membentuk barikade manusia dan menggunakan kendaraan untuk menghalangi penyelidik melakukan penangkapan.

    Upaya penangkapan kedua, pada Rabu (15/1) dini hari, berlangsung dramatis dengan melibatkan lebih dari 3.000 personel kepolisian yang berbaris di kediaman kepresidenan. Momen ini disiarkan langsung oleh televisi-televisi lokal Korsel.

    Tayangan televisi menunjukkan situasi tegang di sekitar kediaman kepresidenan, yang diawali dengan kedatangan bus berisi personel kepolisian di area dekat kediaman itu. Para polisi bergerak melewati para pendukung Yoon yang menggelar aksi di luar kediamannya beberapa waktu terakhir.

    Bentrokan fisik sempat terjadi antara personel kepolisian dengan para pendukung Yoon tersebut. Personel kepolisian kemudian berjalan menuju gerbang kompleks kediaman Yoon sambil membawa tangga dan alat pemotong kawat.

    Laporan kantor berita Yonhap menyebut para penyelidik terpaksa memasuki kompleks kediaman kepresidenan tersebut dengan menggunakan tangga, setelah dihadang oleh para personel Pasukan Keamanan Presiden (PSS), yang memasang barikade menggunakan beberapa kendaraan di dekat pintu masuk.

  • Yoon Suk Yeol Cetak Sejarah Jadi Presiden Pertama Korsel yang Ditangkap

    Yoon Suk Yeol Cetak Sejarah Jadi Presiden Pertama Korsel yang Ditangkap

    Seoul

    Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol mencetak sejarah sebagai presiden pertama yang ditangkap saat masih aktif menjabat. Setelah berminggu-minggu terjadi perselisihan dengan para penyelidik yang menyelidiki dirinya atas tuduhan pemberontakan terkait darurat militer, Yoon akhirnya diamankan.

    Penangkapan ini, seperti dilansir Reuters, Rabu (15/1/2025), merupakan yang pertama dilakukan terhadap seorang presiden pertahana di Korsel. Negara ini memiliki sejarah panjang dalam mengadili dan memenjarakan mantan pemimpinnya, namun kebanyakan ditangkap saat sudah tidak menjabat lagi.

    Penetapan darurat militer singkat pada 3 Desember lalu sangat mengejutkan publik Korsel. Sejak saat itu, Yoon yang menuai kritikan, bersembunyi di kediamannya dengan dijaga pasukan keamanan pribadi yang menghalangi upaya penangkapan sebelumnya.

    Darurat militer yang berlaku singkat awal Desember lalu telah membawa Korsel ke dalam krisis politik paling buruk dalam beberapa dekade terakhir. Yoon kemudian dimakzulkan oleh parlemen pada 14 Desember lalu, yang menonaktifkannya dari tugas-tugas kepresidenan.

    Nasib Yoon kini berada di tangan Mahkamah Konstitusi, yang akan mempertimbangkan apakah akan memperkuat pemakzulan Yoon dan memberhentikannya, atau mengembalikannya ke kekuasaan.

    Selain menghadapi pemakzulan, Yoon juga menghadapi rentetan investigasi kriminal atas tuduhan pemberontakan — satu-satunya dakwaan yang mementahkan kekebalan yang dimiliki Presiden Korsel — termasuk yang dipimpin oleh Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO).

    Setelah sebelumnya menolak untuk memenuhi panggilan pemeriksaan oleh CIO, Yoon akhirnya bersedia untuk menjalani interogasi. Dalam pesan yang dirilis saat dia akhirnya ditangkap, Yoon mengatakan dirinya tidak mengakui proses yang menurutnya ilegal ini, namun tunduk untuk menghindari pertumpahan darah.

  • Detik-detik Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Ditangkap, Petugas Pakai Tangga untuk Memanjat Penghalang – Halaman all

    Detik-detik Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Ditangkap, Petugas Pakai Tangga untuk Memanjat Penghalang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah ditangkap, Rabu (15/1/2025).

    Penangkapan tersebut dilakukan enam minggu setelah upayanya yang singkat untuk memberlakukan darurat militer.

    Adapun Yoon Suk Yeol telah dimakzulkan atas tuduhan pemberontakan terkait dengan pernyataan darurat militernya pada 3 Desember 2024.

    Dalam sebuah pernyataan, Yoon Suk Yeol mengatakan dia menyerahkan diri untuk diinterogasi guna menghindari kekerasan setelah lebih dari 3.000 petugas polisi berbaris di kediamannya untuk menangkapnya sejak Rabu dini hari.

    “Ketika saya melihat mereka menerobos masuk ke area keamanan menggunakan peralatan pemadam kebakaran hari ini, saya memutuskan untuk menanggapi penyelidikan CIO – meskipun itu adalah penyelidikan ilegal – untuk mencegah pertumpahan darah yang tidak menyenangkan,” kata Yoon dalam sebuah pernyataan, Rabu, dilansir Reuters.

    Para penyidik ​​memasuki kediaman Yoon Suk Yeol pada Rabu pagi dalam upaya baru untuk melaksanakan surat perintah penangkapannya.

    Pengacara Yoon sebelumnya telah mencoba membujuk para penyelidik agar tidak melaksanakan surat perintah penangkapan, dengan mengatakan presiden akan hadir secara sukarela untuk diinterogasi, tetapi lembaga tersebut menolak.

    Diberitakan Sky News, polisi berupaya mengakses kantor resmi presiden untuk menahan Yoon Suk Yeol, tetapi mereka terlibat dalam kebuntuan dengan dinas keamanan Yoon.

    Beberapa jam kemudian, ratusan petugas berhasil memasuki area properti dengan menggunakan tangga untuk memanjat penghalang.

    Polisi mengatakan mereka telah mengerahkan 3.200 petugas untuk melaksanakan surat perintah penangkapan.

    Satu orang yang pingsan di tengah kebuntuan, telah diangkut dari tempat kejadian oleh pemadam kebakaran, kata media setempat.

    Ribuan orang, termasuk para pendukungnya, diketahui berkumpul di luar rumah Yoon Suk Yeol.

    Sementara, sekelompok anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat konservatif yang berkuasa dan pengacara Yoon juga berusaha mencegah penangkapan di dalam kompleks perumahan.

    Setelah penangkapan, iring-iringan mobil kepresidenan Yoon Suk Yeol terlihat meninggalkan kediamannya di lereng bukit dengan pengawalan polisi.

    Sebuah kendaraan yang tampaknya membawa Yoon Suk Yeol kemudian tiba di Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi di kota terdekat, Gwacheon.

    Patrick Fok, melaporkan untuk Al Jazeera dari Seoul, mengatakan sekitar 1.000 petugas polisi terlibat dalam operasi penangkapan di kediaman presiden.

    Operasi pada hari Rabu itu adalah upaya kedua yang dilakukan oleh penyidik ​​untuk menangkap Yoon, setelah upaya sebelumnya yang gagal berakhir setelah kebuntuan selama berjam-jam dengan tim keamanannya di dalam kompleks kepresidenan pada awal Januari 2025.

    Sejak itu, Yoon tetap berada di dalam vilanya di lereng bukit di Seoul selama berminggu-minggu dalam upaya untuk menghindari penangkapan.

    Pengacara Yoon berpendapat bahwa upaya untuk menahan Yoon Suk Yeol adalah ilegal dan dirancang untuk mempermalukannya di depan umum.

    Surat perintah yang diperoleh penyidik ​​untuk menangkapnya adalah yang pertama kali dikeluarkan terhadap Presiden Korea Selatan yang sedang menjabat.

    Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol ditangkap di kediamannya di Seoul pada Rabu (15/1/2025) terkait kasus deklarasi darurat militer yang diumumkannya pada awal Desember 2024 lalu. (Yonhap News)

    Saat penyiar berita lokal melaporkan bahwa penahanan Yoon akan segera dilakukan, beberapa perkelahian kecil terjadi antara pengunjuk rasa pro-Yoon yang menangis dan polisi di dekat kediaman tersebut, menurut seorang saksi mata Reuters di tempat kejadian.

    Selama dua minggu terakhir, ribuan pengunjuk rasa anti dan pro-Yoon berkumpul setiap hari dalam unjuk rasa yang bersaing di dekat kantornya di Seoul, untuk mengantisipasi penahanannya.

    Sebelumnya, pernyataan darurat militer Yoon mengejutkan warga Korea Selatan dan menjerumuskan salah satu negara demokrasi paling dinamis di Asia ke dalam periode kekacauan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Yoon berpendapat bahwa deklarasi darurat militer yang diberlakukannya adalah tindakan pemerintahan yang sah, dan menyebutnya sebagai peringatan bagi partai oposisi liberal utama, Partai Demokrat, yang ia gambarkan sebagai “pasukan anti-negara pro-Korea Utara yang tercela”.

    Ia mengklaim partai tersebut menggunakan mayoritas legislatifnya untuk memakzulkan pejabat tinggi dan melemahkan anggaran pemerintah.

    Tak lama setelah Yoon membuat pengumumannya, orang-orang mulai berkumpul di luar gedung parlemen, beberapa dari mereka berteriak agar darurat militer dicabut.

    Pasukan militer juga terlihat berusaha memasuki parlemen.

    Ketika itu, para pembantu parlemen terlihat mencoba memukul mundur tentara tersebut dengan menyemprotkan alat pemadam kebakaran.

    Militer mengatakan kegiatan parlemen dan partai politik akan dilarang, dan media serta penerbit akan berada di bawah kendali komando darurat militer.

    Ini adalah pertama kalinya sejak 1980 darurat militer diberlakukan di Korea Selatan.

    Namun, Yoon Suk Yeol mengumumkan mencabut darurat militer, beberapa jam setelah Korea Selatan memberlakukannya.

    Di sisi lain, anggota parlemen memilih untuk memakzulkan Yoon dan mencopotnya dari jabatan pada 14 Desember 2024.

    Mahkamah Konstitusi juga sedang mempertimbangkan untuk menguatkan pemakzulan Yoon itu dan memberhentikannya secara permanen dari jabatan Presiden Korea.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Krisis Korea

  • Ditangkap, Presiden Korsel Bicara Soal Mencegah Pertumpahan Darah

    Ditangkap, Presiden Korsel Bicara Soal Mencegah Pertumpahan Darah

    Jakarta

    Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan, Yoon Suk Yeol ditangkap pada hari Rabu (15/1) atas penetapan darurat militer yang berlangsung singkat. Dia ditangkap setelah ratusan penyidik antikorupsi dan polisi menggerebek kediamannya untuk mengakhiri kebuntuan selama berminggu-minggu.

    Pada Rabu sebelum fajar waktu setempat, ratusan petugas polisi dan penyidik dari Kantor Investigasi Korupsi mengepung kediaman Yoon. Beberapa petugas memanjat tembok pembatas dan mendaki jalan setapak untuk mencapai gedung utama.

    Setelah beberapa jam kebuntuan, pihak berwenang mengumumkan Yoon telah ditangkap, dan pemimpin yang dimakzulkan itu merilis pesan video yang direkam sebelumnya.

    “Saya memutuskan untuk menanggapi Kantor Investigasi Korupsi,” kata Yoon dalam pesan tersebut. Dia menambahkan bahwa ia tidak menerima legalitas investigasi tersebut tetapi mematuhi “untuk mencegah pertumpahan darah yang tidak diinginkan.”

    Yoon menghadapi dakwaan pemberontakan atas upayanya yang singkat untuk memberlakukan darurat militer bulan lalu. Dia adalah presiden pertama yang menjabat dalam sejarah negara itu yang ditangkap.

    Yoon, mantan jaksa yang memimpin Partai Kekuatan Rakyat menuju kemenangan pemilu pada tahun 2022, dapat menghadapi hukuman mati atau penjara seumur hidup jika ia terbukti bersalah melakukan pemberontakan.