Tag: Yoav Gallant

  • Pancing IDF ke Terowongan, Brigade Al-Qassam: 3 Operasi di Khan Younis Tewaskan Tentara Israel – Halaman all

    Pancing IDF ke Terowongan, Brigade Al-Qassam: 3 Operasi di Khan Younis Tewaskan Tentara Israel – Halaman all

    Pancing IDF ke Terowongan, 3 Operasi Brigade Al-Qassam Hamas Tewaskan Tentara Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam , sayap bersenjata kelompok perlawanan Palestina Hamas , mengatakan pada Jumat (18/4/2025) kalau mereka telah melakukan tiga operasi selama dua hari terakhir yang menargetkan pasukan Israel di kota Khan Younis , Gaza selatan.

    Al Qassam mengklaim, operasi penyerangan yang mereka lakukan itu mengakibatkan tewasnya dan terlukanya tentara Israel (IDF).

    Dalam sebuah pernyataan, kelompok itu mengatakan para petempurnya telah “memancing pasukan khusus Zionis pada hari Rabu ke dalam terowongan yang dipasangi jebakan di daerah Qizan al-Najjar di Khan Younis.”

    “Begitu anggota pasukan Israel memasuki terowongan, sejumlah alat peledak diledakkan, menewaskan dan melukai sejumlah tentara,” kata kelompok itu.

    Brigade Al Qassam menambahkan, pada hari yang sama, para petempurnya  meledakkan tiga alat peledak kuat yang menargetkan dua buldoser militer D9 Israel.

    Buldoser D-9 Tentara Israel (IDF). IDF menggunakan Buldoser D-9 untuk beragam keperluan mulai dari menggusur rumah, membongkar kuburan, hingga sebagai benteng mobile bagi pasukan infanteri IDF dalam pertempuran. (tangkap layar twitter)

    Pada Kamis, Al-Qassam mengatakan telah menyerang tiga buldoser D9 Israel menggunakan granat berpeluncur roket Yassin-105, bahan peledak Shuwaz, dan bom barel.

    Tentara Israel belum mengomentari insiden spesifik yang dilaporkan oleh brigade Al Qassam tersebut.

    Lebih dari 51.000 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa salah satu peti mati dari empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Ancam Sandera Israel Kembali dalam Peti Mati

    Sebelumnya pada pekan ini, Brigade Al-Qassam, juga telah memberikan peringatan pada keluarga sandera Israel, terkait keselamatan keluarga mereka yang saat ini masih berada di Gaza.

    Peringatan Al-Qassam dirilis dalam bentuk pesan video.

    Al-Qassam menyatakan para keluarga sandera perlu bersiap akan kemungkinan terburuk, hal ini lantaran banyak sandera Israel tewas lantaran ulah tentara zionis sendiri.

    “Bersiaplah. Sebentar lagi putra-putra kalian akan kembali dalam peti mati hitam,” ujar keterangan Al-Qassam, Selasa (15/4/2025).

    Pejuang Palestina tersebut juga mengatakan bahwa pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memang menargetkan tawanan Israel di Gaza.

    “Pimpinan kalian telah menandatangani surat perintah hukuman mati bagi para tawanan, jadi persiapkan tempat pemakaman mereka,” katanya, mengutip Palestine Chronicle, Rabu (16/4/2025). 

    Perkembangan ini menyusul perilisan video oleh Al-Qassam Sabtu lalu yang memperlihatkan seorang tawanan bernama Edan Alexander.

    Edan Alexander merupakan warga berkebangsaan ganda, termasuk Amerika Serikat (AS).

    Dalam video dirinya memohon kepada Presiden AS Donald Trump untuk campur tangan guna membebaskannya. 

    Dalam video tersebut, ia menuduh Netanyahu menelantarkan para tawanan di Gaza.

    Hal ini terjadi setelah Israel mengingkari perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan serangannya di Jalur Gaza.

    Kekerasan Israel yang kembali terjadi pada tanggal 18 Maret telah melanggar gencatan senjata yang dimulai pada tanggal 19 Januari. 

    Tindakan militer Israel terbaru telah menewaskan dan melukai ribuan warga Palestina, sebagian besar warga sipil.

    Meskipun pelanggaran tersebut telah dikutuk oleh banyak negara dan kelompok hak asasi manusia, AS tetap melanjutkan dukungannya terhadap Israel.

    AS menegaskan bahwa kampanye militer tersebut dilakukan dengan pengetahuan dan persetujuan sebelumnya dari Washington.

    Diketahui, sejak Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan Gaza dalam kondisi hancur. 

    Selain itu, lebih dari 116.000 orang terluka, sementara 14.000 orang masih hilang.

    Pada bulan November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menuduh mereka melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

     

    (oln/anews/*)

  • IDF Kalang Kabut, Ratusan Pilot Israel Bergabung dalam Protes Menentang Perang Gaza – Halaman all

    IDF Kalang Kabut, Ratusan Pilot Israel Bergabung dalam Protes Menentang Perang Gaza – Halaman all

    IDF Kalang Kabut, Ratusan Pilot Israel Bergabung dalam Protes Menentang Perang Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Saluran 12 Israel, Kamis (17/4/2025) melaporkan kalau lebih dari 300 pilot dari perusahaan penerbangan sipil Israel telah bergabung dalam petisi protes yang menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza.

    Demonstrasi para pilot Israel ini terjadi di tengah kekhawatiran dalam militer Israel (IDF) kalau jumlah personel mereka yang ikut menandatangani petisi ini, juga bertambah.

    Pesan para pilot Israel tersebut, menurut Channel 12, menyatakan bahwa “setiap hari yang berlalu tanpa gencatan senjata membahayakan nyawa mereka yang diculik.”

    Media tersebut melaporkan kalau  jumlah penanda tangan petisi yang menyerukan pemerintah Israel untuk menghentikan perang di Gaza dan mengedapankan pengembalian sandera secara hidup, melebihi 120.000 orang.

    Petisi ini mengecam cara-cara militer lewat pengeboman dan operasi darat ke Gaza yang mereka nilai hanya akan ikut menewaskan sandera Israel yang masih hidup di tangan gerakan perlawanan Palestina. 

    Ratusan ribu penanda tangan petisi tersebut termasuk sekitar 10.000 tentara cadangan (IDF reservist), mantan perwira militer IDF, dan polisi, plus 37 mantan sandera Israel di Jalur Gaza.

    PASUKAN CADANGAN – Foto tangkap layar Khaberni, Jumat (18/4/2025) yang menunjukkan prajurit pasukan cadangan Israel (IDF) yang ikut serta dalam agresi militer di Jalur Gaza. Belakangan, jumlah personel IDF yang ikut menandatangani petisi penghentian perang Gaza semakin bertambah.

    IDF Kalang Kabut

    Sementara itu, media Israel juga melaporkan kalau militer Israel kalang kabut atas semakin banyaknya gelombang personel yang ikut dalam gelombang penandatanganan petisi.

    IDF saat ini dilaporkan sudah berbicara tentang tindakan yang akan diambil terhadap personel militer yang ikut menandatangani petisi tersebut.

    Otoritas Penyiaran Israel mengutip pernyataan IDF, mengatakan, militer menuntut para pengunjuk rasa untuk menarik tanda tangan mereka.

    “Otoritas militer belum mengambil keputusan akhir terkait personel yang ikut tanda tangan di petisi tersebut,” kata laporan itu.

    Haaretz melaporkan bahwa meningkatnya jumlah prajurit cadangan yang menandatangani petisi ini menimbulkan kekhawatiran dalam ketentaraan Israel.

    Situasi ini memang serba salah bagi IDF. Memecat personel yang menandatangai petisi, berarti sama juga mengurangi jumlah anggota yang sudah mengalami krisis.

    Sebagai catatan, banyak personel IDF berasal dari satuan prajurit cadangan atau reservist. Mereka direkrut dari kalangan sipil dalam kerangka wajib militer.

    Memecat mereka, berarti menyia-nyiakan sumber daya manusia yang jumlahnya sudah kurang sebelumnya.

    Surat kabar tersebut melaporkan kalau IDF memutuskan untuk mengganti prajurit cadangan di zona pertempuran dengan prajurit reguler menyusul meningkatnya protes.

    Israel melanjutkan perang pemusnahannya di Gaza pada tanggal 18 Maret, setelah mengingkari perjanjian gencatan senjata dan memblokir masuknya bantuan kemanusiaan.

    Sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, lebih dari 51.000 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 116.000 orang terluka, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

    DEMONSTRASI – Warga Israel berunjuk rasa di Lapangan Habima, Kota Tel Aviv, Sabtu, (29/3/2025). Mereka menuntut pembebasan sandera. (Rony Shapiro/Pro-Democracy Protest Movement)

    Gelombang Protes Juga Melanda AU Israel

    Sebelumnya, Komandan Angkatan Udara Israel pada Rabu pekan lalu juga mengancam akan mengusir sekitar 970 personel — termasuk pilot, perwira dan prajurit — jika mereka tidak menarik tanda tangan mereka dari surat yang menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza, media lokal melaporkan.

    Surat kabar Israel Haaretz melaporkan bahwa “sekitar 970 awak pesawat, beberapa di antaranya bertugas sebagai cadangan aktif, menandatangani surat yang menentang perang tetapi tidak menyerukan penolakan untuk bertugas.”

    Dalam beberapa hari terakhir, para pemimpin senior Angkatan Udara melakukan panggilan telepon pribadi kepada para anggota cadangan yang mendukung pesan tersebut, mendesak mereka untuk menarik kembali dukungan mereka, kata media tersebut.

    Para komandan memberi tahu para anggota cadangan bahwa mereka akan dipecat jika menolak mematuhinya, menurut Haaretz.

    Setelah adanya ancaman tersebut, hanya 25 penandatangan yang menarik nama mereka, sementara delapan lainnya meminta untuk menambahkan tanda tangan mereka.

    Para penandatangan surat tersebut, termasuk perwira senior Angkatan Udara dan pilot, berpendapat bahwa “pertempuran di Gaza melayani kepentingan politik, bukan kepentingan keamanan.”

    Anggota oposisi Israel telah lama berpendapat kalau perang di Gaza dimaksudkan untuk memungkinkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap menjabat dan tidak ada hubungannya dengan keamanan Israel.

    Ratusan orang berdemo menuntut pemerintah Israel membebaskan keluarga dan kerabat mereka yang disandera Hamas di Gaza. Aksi demo ini digelar di Hostage Square di Tel Aviv untuk merayakan ulang tahun sandera Tamir Nimrodi, yang ditahan oleh teroris Hamas di Gaza. 15 November 2024. (Avshalom Sassoni/Flash90)

    Netanyahu Pengkhianat Kotor

    Beberapa hari sebelumnya, Panglima Angkatan Udara Mayjen Tomer Bar bertemu dengan beberapa pelopor petisi tersebut. 

    Selama pertemuan tersebut, perwira cadangan mengkritik tajam keputusan Bar untuk mengancam semua penandatangan dengan pemecatan, menyebutnya sebagai tindakan yang melanggar hukum dan etika yang melanggar hak para prajurit cadangan untuk mengekspresikan pandangan politik, menurut Haaretz.

    Bar membalas bahwa masalahnya bukan pada hukuman, dengan mengatakan, “Mereka yang menandatangani teks yang mengklaim dimulainya kembali perang terutama bersifat politis dan merugikan prospek pembebasan sandera tidak dapat memenuhi tugas cadangan mereka.”

    Ia menganggap penandatanganan surat itu selama masa perang “tidak sah,” menurut media tersebut.

    Bar juga memperkirakan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera akan segera ditandatangani.

    Militer Israel diketahui sudah memberhentikan dua orang cadangan pada tanggal 19 Maret, satu dari intelijen dan satu lagi dari Angkatan Udara, karena menolak bergabung dalam perang Gaza setelah pertempuran kembali terjadi.

    Salah seorang menyebut menteri pemerintah dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai “pengkhianat kotor,” tulis surat kabar itu.

    Seruan Demonstrasi

    Dalam konteks ini, media Israel melaporkan kalau kelompok Israel yang menentang perang menyerukan demonstrasi malam ini untuk menuntut pengembalian tahanan yang ditahan di Gaza.

    Ayah seorang tahanan yang ditahan oleh kelompok perlawanan di Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Radio Angkatan Darat Israel kalau ada kebutuhan mendesak untuk mengeluarkan pernyataan tegas yang mengatakan “Kalau ini (perang Gaza) sudah cukup.”

    Otoritas Penyiaran Israel juga melaporkan, mengutip ayah seorang mantan tahanan di Gaza, kalau Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertemu dengan putrinya kemarin, tetapi putrinya tidak mendengar hal baru apa pun darinya selain pengulangan pernyataan yang telah dibuatnya selama berbulan-bulan.

    Otoritas Penyiaran Israel mengatakan bahwa Perdana Menteri memerintahkan upaya lanjutan untuk membebaskan tahanan yang ditahan di Gaza.

    Tentara Israel memperbarui serangan mematikan di Gaza pada tanggal 18 Maret dan sejak itu telah menewaskan hampir 1.500 korban, melukai 3.700 lainnya, dan menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan di daerah kantong tersebut yang ditandatangani pada bulan Januari.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji minggu lalu untuk meningkatkan serangan terhadap Gaza sementara upaya sedang dilakukan untuk melaksanakan rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengusir warga Palestina dari daerah kantong itu.

    Lebih dari 50.800 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

     

    (oln/khbrn/anadolu/*)

     
     

  • Hamas Tak Mau Setengah-setengah Hadapi Israel, Berharap AS Tak Beri Janji Palsu – Halaman all

    Hamas Tak Mau Setengah-setengah Hadapi Israel, Berharap AS Tak Beri Janji Palsu – Halaman all

    Hamas Tak Mau Setengah-setengah dengan Israel, Berharap AS Tak Beri Janji Palsu

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok perlawanan Palestina Hamas, Kamis (17/4/2025) mengatakan pihaknya siap untuk segera memulai kembali negosiasi dengan Israel.

    Kali ini, Hamas menyatakan tidak mau setengah-setengah dalam pembicaraan negosiasi gencatan senjata yang sebelumnya sudah dilanggar oleh Israel.

    Hamas menyatakan, pihaknya menginginkan kesepakatan “komprehensif”, bersedia membebaskan semua sandera Israel dengan imbalan gencatan senjata penuh dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza .

    “Perjanjian parsial mengenai Gaza hanya berfungsi sebagai kedok politik bagi agenda (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu untuk melanjutkan perang, genosida, dan kelaparan,” kata Khalil Al-Hayya , kepala Hamas di Gaza dan kepala negosiator kelompok tersebut, dalam pidato yang disiarkan di televisi pada platform digital resminya.

    Ia menegaskan kesiapan Hamas untuk perjanjian skala penuh.

    “Kami siap untuk segera terlibat dalam negosiasi paket komprehensif untuk pembebasan semua sandera Israel dengan imbalan sejumlah tahanan kami yang ditahan oleh pendudukan, penghentian perang sepenuhnya, penarikan penuh dari Jalur Gaza, dimulainya rekonstruksi, dan pencabutan blokade,” katanya.

    AGRESI MILITER – Pasukan Israel (IDF) dalam agresi militer ke Jalur Gaza. IDF membombardir Gaza sejak melanggar gencatan senjata untuk menekan Hamas melepaskan sandera tanpa menghendaki mundur dari wilayah kantung Palestina tersebut. (Anews/Tangkap Layar)

    AS Janjikan Perang Berhenti Sepenuhnya

    Al-Hayya menyambut baik pernyataan Adam Boehler, utusan khusus AS untuk urusan penyanderaan, yang pada Kamis sebelumnya menyatakan dukungannya untuk mengakhiri masalah penyanderaan dan perang sebagai satu paket.

    AS berjanji, perang akan berhenti sepenuhnya jika Hamas membebaskan semua sandera yang tersisa.

    Ini mengindikasikan kalau AS akan menekan Israel untuk berhenti perang jika Hamas menyetujui, sebuah janji yang menurut sejumlah pengamat geopolitik sebagai sebuah harapan sekaligus bencana jika tak ditepati.

    Boehler mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera: “Saya dapat memberi tahu Anda bahwa pertempuran akan segera berakhir, segera jika para sandera dibebaskan.”

    Al-Hayya juga menyerukan intervensi internasional segera untuk mengakhiri blokade Israel terhadap Gaza, dan memperingatkan kalau “lebih dari dua juta orang di Gaza sedang mengalami genosida karena kelaparan.”

    Ia mencatat, Hamas telah menerima usulan mediator pada akhir bulan puasa Ramadan pada tanggal 29 Maret, tetapi Netanyahu kemudian menolaknya dan menanggapi dengan apa yang Al-Hayya gambarkan sebagai “syarat-syarat yang tidak masuk akal yang tidak akan mengarah pada gencatan senjata atau penarikan pasukan dari Gaza.”

    Lebih dari 51.000 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

     

    (oln/anews/*)

  • Kedatangannya ke Inggris Terendus Aktivis, Menlu Israel Buru-Buru Pulang agar Tidak Ditangkap – Halaman all

    Kedatangannya ke Inggris Terendus Aktivis, Menlu Israel Buru-Buru Pulang agar Tidak Ditangkap – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok pengacara dan aktivis di London mengajukan permohonan surat perintah penangkapan terhadap Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, yang sedang melakukan kunjungan ke Inggris untuk bertemu dengan sejumlah pejabat.

    Mengutip The New Arab, Global Legal Action Network (GLAN) dan Hind Rajab Foundation (HRF) mengajukan permintaan tersebut ke Pengadilan Westminster Magistrates pada Rabu (16/4/2025), dengan merinci keterkaitan Sa’ar terhadap pelanggaran serius di Gaza.

    Sebelumnya, pada Selasa, beberapa media lokal di Inggris dan Israel melaporkan bahwa Saar diam-diam bertemu dengan Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, berdasarkan sumber anonim.

    Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris (UKFCDO) kemudian mengonfirmasi, Lammy dan Saar memang bertemu dalam kunjungan pribadi untuk membahas situasi di Gaza dan isu-isu Timur Tengah lainnya, lapor The Guardian.

    Namun pada Kamis pagi, GLAN menyatakan melalui platform X (dahulu Twitter) bahwa mereka telah menerima laporan bahwa Saar mempercepat kepulangannya dari Inggris akibat proses hukum yang sedang berjalan terhadapnya.

    “MENDESAK: Kami mendapat informasi bahwa Gideon Sa’ar kini memperpendek kunjungannya dan melarikan diri dari Inggris,” tulis GLAN.

    “Ia merupakan tersangka dalam penyelidikan langsung atas kejahatan serius.”

    “Jika terlihat, segera hubungi Kepolisian Metropolitan London.”

    “Mohon untuk tidak mendekati tersangka, karena kemungkinan ia didampingi oleh petugas keamanan bersenjata.”

    KEJAHATAN PERANG – Tangkap layar postingan GLAN di X pada 17 April 2025. Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar dikabarkan meninggalkan Inggris lebih cepat karena takut ditangkap. (Tangkap layar X @GLAN_LAW)

    Media The National dari Skotlandia sebelumnya melaporkan bahwa Saar dijadwalkan berada di Inggris hingga Sabtu.

    Permintaan surat perintah penangkapan terhadap Saar berkaitan dengan pengepungan Rumah Sakit Kamal Adwan oleh pasukan Israel antara Oktober dan Desember 2024, yang menyebabkan serangan terhadap staf medis dan pasien, serta penculikan terhadap direktur rumah sakit, Dr. Hussam Abu Safiya.

    Sa’ar diangkat menjadi Menteri Luar Negeri Israel pada November 2024.

    Di media sosialnya, Saar diketahui mengunggah konten yang mendukung serta membenarkan pengepungan rumah sakit tersebut.

    Sebagai menteri, ia juga diketahui mendukung pemblokiran bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    “Sebagai anggota senior kabinet keamanan Israel bersama Benjamin Netanyahu – yang telah menjadi subjek surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza – Gideon Sa’ar memiliki keterlibatan langsung dalam pengambilan keputusan kolektif yang menyebabkan kematian dan penderitaan massal warga sipil setelah 7 Oktober 2023,” bunyi pernyataan bersama dari GLAN dan HRF.

    “Perannya yang signifikan dalam merancang dan membela kebijakan militer pemerintah menjadikannya tokoh kunci dalam kepemimpinan yang dianggap bertanggung jawab atas kampanye yang, menurut ICJ, secara masuk akal dapat dikategorikan sebagai genosida.”

    Permohonan terbaru ini menambah daftar pengajuan HRF ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang menuduh Sa’ar turut bertanggung jawab atas perintah evakuasi massal terhadap warga Palestina, pengepungan yang terus berlangsung oleh Israel, serta dukungan terhadap serangan yang menyasar bangunan sipil.

    ICC sebelumnya telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang, termasuk penggunaan kelaparan sebagai senjata dalam konflik.

    Meskipun terdapat surat perintah penangkapan, sejumlah negara Barat tetap menyambut kedatangan perdana menteri Israel.

    Amerika Serikat, meski bukan anggota ICC, menjamu Netanyahu awal bulan ini.

    Hongaria juga baru-baru ini menerima kunjungan Netanyahu dan menyatakan penarikan diri dari keikutsertaan di ICC sebagai respons terhadap surat perintah tersebut.

    Sementara itu, Belgia menyatakan tidak akan menegakkan surat perintah penangkapan tersebut.

    Perang Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 61.500 korban jiwa sejak Oktober 2023, menurut data dari Kantor Media Pemerintah Gaza.

    Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida terhadap warga Palestina yang diajukan oleh Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ), dalam proses hukum yang masih berlangsung.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Tentara Israel Klaim Tewaskan Ajudan Komandan Senior Hamas yang Berkali-kali Lolos dari Serangan IDF – Halaman all

    Tentara Israel Klaim Tewaskan Ajudan Komandan Senior Hamas yang Berkali-kali Lolos dari Serangan IDF – Halaman all

    Tentara Israel Klaim Tewaskan Ajudan Komandan Senior Hamas yang Berkali-kali Lolos dari Serangan IDF

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel, Rabu (16/4/2025) mengklaim telah membunuh seorang tokoh senior dalam sayap bersenjata kelompok Perlawanan Palestina, Hamas dalam serangan di Kota Gaza beberapa hari yang lalu.

    Dalam pernyataan militer, yang dikutip oleh portal berita Times of Israel, tentara Israel (IDF) dan dinas keamanan dalam negeri (Shin Bet) ‘mengeleminasi’ Mahmoud Abu Hisirah.

    IDF mengidentifikasi dia sebagai pembantu dekat Izz ad-Din Haddad, komandan Brigade Gaza, Al-Qassam.

    Adapun Haddad selamat dari beberapa upaya pembunuhan Israel selama perang yang sedang berlangsung dan sebelumnya, menurut media Israel.

    Pernyataan itu juga mengklaim kalau Abu Hisirah ikut serta dalam serangan Hamas terhadap Pangkalan Militer Nahal Oz milik tentara Israel, dekat Gaza, pada tahun 2014, yang mengakibatkan lima tentara tewas.

    Hamas belum mengomentari klaim Israel tersebut.

    Tentara Israel memperbarui serangan mematikan di Gaza pada tanggal 18 Maret, menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku pada bulan Januari.

    Setidaknya 51.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023.

    Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

    NETANYAHU DI GAZA – Tangkap layar Telegram Netanyahu 16 April 2025, memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Menteri Pertahanan Yisrael Katz (kiri) mengunjungi tentara Israel di Gaza utara pada hari Selasa (15/4/2025). (Telegram Netanyahu)

    Netanyahu Injak Tanah Gaza

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan secara langsung mengunjungi tentara Israel di Gaza utara pada hari Selasa (15/4/2025).

    Ia berjanji akan melakukan serangan udara lebih lanjut terhadap warga Palestina di daerah kantong yang hancur itu.

    Sebelumnya, Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan Netanyahu bersama Menteri Pertahanan Israel Katz mengunjungi Jalur Gaza utara pada hari Selasa.

    “Saya di sini bersama Menteri Pertahanan, para komandan militer, para pejuang reguler dan tentara cadangan kita yang hebat… Mereka menyerang musuh,” kata Netanyahu saat inspeksi lapangan terhadap tentara di Gaza utara.

    Ia mengatakan Israel akan terus memberikan lebih banyak tekanan kepada Hamas.

    “Hamas akan terus menerima lebih banyak pukulan,” ujarnya.

    “Kami berkeras ingin membebaskan sandera kami, kami berkeras ingin mencapai semua tujuan perang kami, dan kami melakukannya berkat para prajurit pemberani kami,” imbuh Netanyahu.

    Sementara itu, Israel Katz mengklaim operasi militer Israel berlangsung dengan intensif.

    “Operasi yang sedang berlangsung (genosida intensif) menekan Hamas untuk membebaskan para tawanan, dan selama Hamas terus bersikap keras kepala, kami akan terus meningkatkan serangan hingga Hamas dikalahkan dan semua tawanan dikembalikan,” kata Israel Katz, seperti diberitakan Al Araby.

    Kunjungan mendadak itu dirahasiakan dengan sangat ketat dan tidak diumumkan hingga setelah kunjungan berakhir.

    Pernyataan Netanyahu juga tidak menanggapi pengumuman Hamas pada hari Selasa bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan kelompok yang menyandera Aidan Alexander, seorang warga negara Israel-Amerika.

    100.000 Warga Israel Tandatangani Petisi untuk Menolak Perang

    Surat kabar Israel, Haaretz, melaporkan jumlah warga Israel yang menandatangani petisi untuk menghentikan perang dan mengembalikan tahanan melebihi 100.000 dalam lima hari. 

    Mereka yang berpartisipasi dalam penandatanganan petisi tersebut berasal dari berbagai kalangan.

    “Sekitar 1.700 seniman dan intelektual di Israel menandatangani petisi yang menyerukan diakhirinya perang di Gaza dan pengembalian tahanan yang ditahan di Jalur Gaza,” lapor Haaretz, Rabu (16/4/2025).

    Setelah sekitar 1.000 personel Angkatan Udara Israel menerbitkan surat yang menyerukan diakhirinya perang Israel di Jalur Gaza, lebih dari 150 mantan perwira angkatan laut Israel juga menandatangani surat serupa yang menentang perang di Jalur Gaza.

    Radio Angkatan Darat Israel juga melaporkan setidaknya ada 100 dokter militer cadangan yang menandatangani surat yang menyerukan gencatan senjata dan pengembalian tahanan.

     

    (oln/anews/*)

  • Al-Qassam: Tawanan Israel di Gaza Potensi Tewas dan Berada di Peti Mati Hitam usai Serangan Zionis – Halaman all

    Al-Qassam: Tawanan Israel di Gaza Potensi Tewas dan Berada di Peti Mati Hitam usai Serangan Zionis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas memberikan peringatan pada keluarga sandera Israel, terkait keselamatan keluarga mereka yang saat ini masih berada di Gaza.

    Peringatan Al-Qassam dirilis dalam bentuk pesan video.

    Al-Qassam menyatakan para keluarga sandera perlu bersiap akan kemungkinan terburuk, hal ini lantaran banyak sandera Israel tewas lantaran ulah tentara zionis sendiri.

    “Bersiaplah. Sebentar lagi putra-putra kalian akan kembali dalam peti mati hitam,” ujar keterangan Al-Qassam, Selasa (15/4/2025).

    Pejuang Palestina tersebut juga mengatakan bahwa pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memang menargetkan tawanan Israel di Gaza.

    “Pimpinan kalian telah menandatangani surat perintah hukuman mati bagi para tawanan, jadi persiapkan tempat pemakaman mereka,” katanya, mengutip Palestine Chronicle, Rabu (16/4/2025). 

    Perkembangan ini menyusul perilisan video oleh Al-Qassam Sabtu lalu yang memperlihatkan seorang tawanan bernama Edan Alexander.

    Edan Alexander merupakan warga berkebangsaan ganda, termasuk Amerika Serikat (AS).

    Dalam video dirinya memohon kepada Presiden AS Donald Trump untuk campur tangan guna membebaskannya. 

    Dalam video tersebut, ia menuduh Netanyahu menelantarkan para tawanan di Gaza.

    Hal ini terjadi setelah Israel mengingkari perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan serangannya di Jalur Gaza.

    Kekerasan Israel yang kembali terjadi pada tanggal 18 Maret telah melanggar gencatan senjata yang dimulai pada tanggal 19 Januari. 

    Tindakan militer Israel terbaru telah menewaskan dan melukai ribuan warga Palestina, sebagian besar warga sipil.

    Meskipun pelanggaran tersebut telah dikutuk oleh banyak negara dan kelompok hak asasi manusia, AS tetap melanjutkan dukungannya terhadap Israel.

    AS menegaskan bahwa kampanye militer tersebut dilakukan dengan pengetahuan dan persetujuan sebelumnya dari Washington.

    Diketahui, sejak Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan Gaza dalam kondisi hancur. 

    Selain itu, lebih dari 116.000 orang terluka, sementara 14.000 orang masih hilang.

    Pada bulan November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menuduh mereka melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Kepala Palang Merah Dunia: Warga Gaza Sudah Putus Asa, Merasa Lebih Baik Mati Bersama Keluarga – Halaman all

    Kepala Palang Merah Dunia: Warga Gaza Sudah Putus Asa, Merasa Lebih Baik Mati Bersama Keluarga – Halaman all

    Kepala Palang Merah Dunia: Warga Gaza Sudah Putus Asa, Merasa Lebih Baik Mati Karena Tak Ada Masa Depan

    TRIBUNNEWS.COM – Direktur Jenderal Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Pierre Krähenbühl, menggambarkan situasi di Gaza sebagai “neraka di bumi,”.

    Hal itu dia ungkapkan saat memperingatkan tentang kondisi kemanusiaan yang mengerikan dan apa yang disebutnya sebagai kampanye “perang genosida” oleh Pendudukan Israel terhadap warga sipil Palestina.

    Berbicara di Forum Diplomasi Antalya yang diadakan di Turki selatan pada tanggal 11-13 April, Krähenbühl mengatakan situasi kemanusiaan di Gaza “benar-benar tak tertahankan,”.

    Dia juga  menyoroti meningkatnya bahaya yang dihadapi oleh para pekerja bantuan di lapangan.

    Ia mencatat kalau beberapa pekerja kemanusiaan telah kehilangan nyawa mereka dan kantor-kantor menjadi sasaran langsung, termasuk insiden penembakan tank pada tanggal 24 Maret.

    Krähenbühl menekankan perlunya upaya internasional yang lebih intensif untuk melindungi warga sipil dan personel kemanusiaan.

    “Orang-orang di Gaza telah benar-benar kehilangan harapan dalam hidup,” katanya.

    Begitu putus asanya warga Gaza, kata Krähenbühl, mereka merasa kalau sudah tidak ada masa depan dan lebih baik mati bersama. 

    Dia menambahkan: “Kami mendengar warga sipil mengatakan mereka lebih baik mati bersama keluarga mereka karena mereka tidak melihat masa depan.”

    Ia memperingatkan situasi saat ini seharusnya membuat dunia khawatir dan dapat menjadi pertanda kemungkinan terjadinya konflik yang lebih luas.

    SERANGAN ISRAEL – Situasi di kawasan Shijaiyah di Jalur Gaza setelah diserang Israel pada hari Rabu, 9 April 2025. (Yedioth Ahronoth)

    Jumlah Korban Tewas di Gaza Capai 51.000 

    Dalam laporan perkembangan terbaru di Gaza, Setidaknya 17 warga Palestina tewas akibat serangan udara Israel selama 24 jam terakhir.

    Atas kematian terbaru itu, jumlah total korban tewas di Gaza menjadi 51.000 sejak dimulainya agresi Israel di Gaza pada Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan Selasa.

    Sebanyak 69 orang lainnya terluka, sehingga jumlah korban luka menjadi 116.343.

    Kementerian memperingatkan jumlah korban sebenarnya bisa lebih tinggi, karena “banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan,” sementara operasi penyelamatan terhambat oleh pengeboman yang terus berlangsung.

    Meskipun ada seruan internasional untuk de-eskalasi, Israel melanjutkan serangan militernya per 18 Maret lalu. 

    Sejak saat itu, 1.630 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 4.300 orang terluka.

    Tidak ada resolusi atau pengungkapan publik mengenai kemajuan terkait gencatan senjata atau kesepakatan pertukaran tahanan.

    Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga masih diadili di Mahkamah Internasional, menghadapi tuduhan genosida atas kampanye yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

     

    (oln/rntv/*)

  • 10 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel Lewat Gerbang Kissufim, Dilarikan ke RS dalam Kondisi Kritis – Halaman all

    10 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel Lewat Gerbang Kissufim, Dilarikan ke RS dalam Kondisi Kritis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel membebaskan 10 tahanan Palestina pada hari Senin (14/4/2025), yang semuanya dalam kondisi kesehatan memburuk usai mengalami penyiksaan di penjara Israel. 

    Para tahanan ini sebelumnya ditangkap sekitar enam bulan lalu saat pengepungan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.

    Saat itu, Israel melancarkan kampanye intensif yang saat ini telah berlangsung lebih dari satu setengah tahun.

    Menurut Kantor Informasi Tahanan Palestina, para tahanan yang dibebaskan langsung dipindahkan menggunakan kendaraan Palang Merah menuju Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Gaza tengah, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Kondisi mereka dilaporkan kritis akibat perlakuan buruk yang dialami selama masa penahanan.

    Proses pembebasan dilakukan melalui Gerbang Kissufim, yang berada di pagar pemisah di timur Khan Yunis.

    Meskipun ini menjadi angin segar bagi keluarga para tahanan, kondisi kesehatan mereka menimbulkan kekhawatiran besar.

    Kondisi tahanan yang dibebaskan juga memunculkan kembali sorotan internasional atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di penjara Israel.

    Beberapa hari sebelumnya,  Israel juga telah membebaskan sekitar 80 tahanan Palestina dari berbagai wilayah Gaza. 

    Dari jumlah itu, sedikitnya 10 orang juga dilaporkan dalam kondisi kesehatan kritis, dikutip dari Middle East Monitor.

    Pembebasan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang mulai berlaku sejak 19 Januari 2025.

    Namun pada 18 Maret 2025, Israel telah melanggar  perjanjian tersebut dengan melanjutkan serangan ke wilayah Gaza.

    Israel Ajukan Proposal Gencatan Senjata Baru ke Hamas

    Di tengah ketegangan dan konflik yang belum usai, Hamas mengumumkan bahwa Israel telah menyodorkan proposal gencatan senjata baru. 

    Isi proposal itu mencakup penghentian pertempuran selama 45 hari jika Hamas bersedia membebaskan setengah dari sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

    Proposal tersebut juga menuntut agar semua kelompok bersenjata Palestina, termasuk Hamas, melucuti senjata sebagai syarat utama penghentian perang secara permanen. 

    Namun, menurut seorang pejabat Hamas yang dikutip oleh kantor berita AFP, permintaan tersebut “melewati garis merah” dan tidak dapat diterima.

    “Hamas dan faksi-faksi perlawanan memandang senjata sebagai bagian dari perjuangan dan tidak akan dinegosiasikan,” kata pejabat tersebut, dikutip dari Al-Arabiya.

    Hamas juga menegaskan bahwa mereka tetap ingin adanya gencatan senjata permanen.

    “Gerakan ini menegaskan kembali posisi tegasnya bahwa setiap perjanjian di masa depan harus menghasilkan gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan pendudukan dari Jalur Gaza, kesepakatan pertukaran tahanan yang sesungguhnya, dimulainya proses serius untuk membangun kembali apa yang telah dihancurkan oleh pendudukan [Israel], dan pencabutan pengepungan yang tidak adil terhadap rakyat kami di Jalur Gaza,” tambah pernyataan itu, dikutip dari Al Jazeera.

    Saat ini, para negosiator Hamas tengah bersiap untuk melakukan pembicaraan lanjutan di Qatar, yang selama ini menjadi lokasi utama mediasi antara kedua pihak.

    Sejak Oktober 2023, Gaza telah mengalami krisis kemanusiaan besar-besaran. 

    Lebih dari 51.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas akibat serangan Israel yang terus berlangsung.

    Situasi ini mendorong Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Selain itu, Israel juga tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Tahanan Palestina dan Konflik Palestina vs Israel

  • MUI Doakan Netanyahu sebagai Buronan Internasional Segera Ditangkap – Halaman all

    MUI Doakan Netanyahu sebagai Buronan Internasional Segera Ditangkap – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara tegas menyatakan dukungan terhadap langkah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan kemanusiaan di Gaza.

    Ketua MUI Bidang Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, menyebut bahwa Netanyahu kini resmi berstatus sebagai buronan internasional, dan dirinya secara terbuka mendoakan agar sang perdana menteri segera ditangkap, di mana pun ia berada.

    “Sekarang Netanyahu adalah buronan internasional. Kita berdoa mudah-mudahan suatu saat dia ditangkap, entah di mana pun itu. Tentu tidak di Indonesia, karena di sini dia jelas tidak akan mungkin masuk,” ujar Sudarnoto Abdul Hakim, dalam acara Silaturahmi Idul Fitri Majelis Ulama Indonesia di Kantor MUI, Jakarta, Senin (14/4/2025).

    Netanyahu Kerap “Melipir”, Peluang Ditangkap Makin Besar usai Lengser

    Menurut Sudarnoto, keputusan ICC telah mempersempit ruang gerak Netanyahu secara drastis. Kini, ia dikabarkan menghindari bepergian ke negara-negara yang terikat dengan Statuta Roma—dasar hukum ICC—karena berpotensi langsung ditangkap.

    “ICC sudah menetapkan perintah penangkapan terhadap Netanyahu. Dalam bacaan saya, sekarang dia kalau pergi ke luar negeri ‘melipir’, menghindari negara-negara yang terikat dengan resolusi penangkapan pelaku kejahatan perang,” tutur Sudarnoto.

    Selama masih menjabat sebagai kepala pemerintahan, Netanyahu dinilai masih memiliki “tameng kekuasaan”. Namun, MUI menilai itu hanya akan berlangsung sementara.

    “Selama jadi Perdana Menteri, dia punya power untuk lakukan langkah-langkah destruktif. Tapi itu sebenarnya adalah cara untuk menyelamatkan diri. Begitu dia turun, dia tidak punya kekuatan lagi, dan akan mudah ditangkap,” ujarnya.

    Dunia Harus Berani Bertindak

    Sudarnoto menyampaikan bahwa langkah-langkah penting sudah dilakukan oleh komunitas internasional, termasuk fatwa Mahkamah Internasional (ICJ) terkait kejahatan Israel di Gaza yang sudah diserahkan ke PBB.

    Namun, kini semua mata tertuju pada dunia internasional, apakah berani dan konsisten menegakkan hukum internasional?

    Ini waktunya dunia internasional membuktikan integritasnya. Hukum tidak boleh tunduk pada kekuasaan atau kekuatan militer.

    Kini, menurut Sudarnoto, tinggal menunggu keberanian dan konsistensi komunitas internasional untuk menegakkan hukum.  

  • Youtuber Ms.Rachel Sering Posting Konten Dukung Anak-anak Gaza, Dituduh Sebarkan Propaganda Hamas – Halaman all

    Youtuber Ms.Rachel Sering Posting Konten Dukung Anak-anak Gaza, Dituduh Sebarkan Propaganda Hamas – Halaman all

    Kelompok Pro-Israel Tuduh Seorang Influencer Sebarkan Propaganda Hamas, Mendesak Penyelidikan

    TRIBUNNEWS.COM-  Kelompok pro-Israel yang bermarkas di New York mendesak Jaksa Agung AS Pam Bondi untuk menyelidiki kreator konten anak-anak populer, Ms. Rachel, karena diduga menyebarkan “propaganda Hamas” kepada jutaan pengikutnya, Anadolu melaporkan.

    StopAntisemitism pada hari Senin menuduh Rachel, yang nama aslinya adalah Rachel Griffin Accurso, telah berubah menjadi “penguat propaganda Hamas” sejak 7 Oktober 2023.

    “StopAntisemitism meminta Jaksa Agung Bondi untuk menyelidiki apakah Ibu Rachel didanai oleh pihak asing untuk menyebarkan propaganda anti-Israel guna menyesatkan opini publik,” kata kelompok itu di X, sambil meminta para pendukungnya untuk mengirim surat kepada Bondi.

    Pendidik anak-anak, yang memiliki 14 juta pelanggan YouTube dan 2,7 juta pengikut Instagram, telah menggunakan platformnya untuk meningkatkan kesadaran tentang anak-anak yang terkena dampak krisis kemanusiaan di Gaza.

     

     

     

     

     

     

     

     

    “Mengingat audiensnya sebagian besar non-politik, perubahan pesan ini sangat memprihatinkan,” kata kelompok tersebut dalam surat mereka kepada Bondi.

    Kelompok tersebut menuduh bahwa Rachel telah menyebarkan klaim palsu, termasuk “foto seorang ‘anak kelaparan’ dari Gaza yang sebenarnya merupakan kasus fibrosis kistik” dan “statistik palsu Hamas tentang lebih dari 14.000 anak yang terbunuh.”

    Hal itu juga mengisyaratkan bahwa ia mungkin melanggar Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing (FARA), karena “mencurigai” bahwa “ada dinamika serupa di ruang influencer daring” dengan dugaan pendanaan asing untuk aktivisme kampus.

     

     

     

     

     

     

     

     

    FARA bertujuan untuk mempromosikan transparansi terkait pengaruh asing di AS dengan mewajibkan agen dari prinsipal asing untuk mengungkapkan aktivitas dan hubungan mereka.

    Universitas-universitas AS menyaksikan protes pro-Palestina tahun lalu, dengan otoritas AS secara keliru melabeli mereka sebagai antisemit dan telah menerapkan tindakan keras terhadap mahasiswa.

    Tuduhan itu muncul di tengah serangan Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 50.800 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

    November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR