Tag: Yoav Gallant

  • Pendeta Bethlehem Kritik Para Pemimpin Dunia karena Mengabaikan Seruan Paus Fransiskus untuk Gaza – Halaman all

    Pendeta Bethlehem Kritik Para Pemimpin Dunia karena Mengabaikan Seruan Paus Fransiskus untuk Gaza – Halaman all

    Pendeta Bethlehem Mengkritik Para Pemimpin Dunia karena Mengabaikan Seruan Paus Fransiskus untuk Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Seorang pendeta di Betlehem mengecam “kemunafikan” para pemimpin dunia atas penghormatan mereka kepada mendiang Paus Fransiskus.

    Para pemimpin dunia gagal mengakui penderitaan warga Palestina di Gaza yang dilanda perang serta akhir pekan Paskah “terburuk” yang pernah dialami umat Kristen Palestina dalam ingatan baru-baru ini.

    “Paskah kali ini, dalam konteks tindakan Israel di Yerusalem Timur, ini adalah yang terburuk yang pernah ada,” kata Pendeta Munther Isaac, seorang pendeta Kristen dan teolog, kepada MEE Live . “Tampaknya keadaan semakin buruk setiap tahun.”

    Pendeta itu muncul di MEE Live untuk membahas warisan Paus Fransiskus, yang kematiannya pada Senin Paskah mengakhiri akhir pekan yang dirusak oleh serangan udara di Gaza, kekerasan pemukim di Tepi Barat yang diduduki, dan pelarangan jamaah Palestina dari tempat-tempat suci di Yerusalem.

    “Kita tidak boleh menerima begitu saja pencaplokan Yerusalem Timur sebagai status quo,” kata Isaac, seraya merujuk pada keputusan Israel yang melarang ribuan umat Kristen Palestina menghadiri kebaktian di Kota Tua Yerusalem.

    “Sangat sulit untuk memahami penindasan ini, kekerasan terhadap orang-orang yang hanya ingin pergi ke gereja,” kata Isaac.

    “Tujuannya jelas. Israel ingin memperkuat kendali mereka atas Kota Tua Yerusalem, termasuk tempat-tempat suci, untuk memberikan Yerusalem identitas Yahudi secara eksklusif, bukan apa yang kita semua harapkan – Yerusalem menjadi kota yang dihuni oleh tiga agama dan dua orang, dalam kesetaraan dan rasa hormat satu sama lain. Apa yang dilakukan Israel benar-benar tercela, dan saya berharap dunia memperhatikannya.”

    Komentarnya muncul saat para pemimpin dunia dari semua golongan memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus tetapi gagal mengakui seruan terakhirnya yang mendorong diakhirinya perang di Gaza.

    “Kita akan mendengar hari ini, besok, minggu depan, kata-kata penghormatan untuk Paus Fransiskus dari para pemimpin dunia, dari para politisi,” kata Isaac. “Semua kata-kata ini, menurut pendapat saya, hanya menunjukkan kemunafikan.” 

    Semasa hidupnya, Paus Fransiskus menelepon Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza hampir setiap hari, untuk menanyakan keadaan umatnya di daerah kantong yang hancur itu.

    Tetapi sejak kematiannya, sebagian besar pemimpin dunia telah menahan diri untuk mengakui warisannya.

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menggambarkan Fransiskus sebagai “seorang Paus untuk orang miskin, yang tertindas, dan yang terlupakan”, sementara Raja Charles mengatakan Paus telah “sangat menyentuh kehidupan banyak orang”.

    “Jika mereka tulus,” kata Isaac, “mereka akan mengikuti teladannya. Mereka tidak hanya menuntut gencatan senjata, tetapi juga pertanggungjawaban.”

    Pada bulan November, Paus Fransiskus menyerukan penyelidikan apakah kampanye Israel di Gaza merupakan genosida terhadap rakyat Palestina.

    “Menurut beberapa ahli, apa yang terjadi di Gaza memiliki karakteristik genosida,” tulisnya dalam bukunya, Hope Does Not Disappoint .

    “Hal ini harus diselidiki secara cermat untuk menentukan apakah hal ini sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan oleh para ahli hukum atau badan internasional.”

    Buku ini diterbitkan beberapa hari sebelum Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)  mengeluarkan  surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menuduh mereka melakukan berbagai kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Beberapa hari sebelum ICC mengeluarkan surat perintah penangkapannya, sebuah  laporan komite khusus PBB  menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, dan kebijakan serta praktik di  Gaza  yang dapat mengarah pada “kemungkinan genosida”.

    “Membunuh anak-anak bukanlah jalan ke depan”

    Dalam wawancara tersebut, Isaac juga mengkritik kemunafikan dalam liputan media tentang warisan Fransiskus, mengingat momen di tahun 2014 ketika Paus menjadi berita utama global dengan berhenti untuk berdoa di tembok yang memisahkan Israel dari Tepi Barat.

    “Ada begitu banyak kemunafikan di balik mereka yang membagikan kisah itu, namun melupakan situasi, pendudukan, penderitaan rakyat Palestina saat Paus pergi.

    “Semua orang berhenti, semua orang mengambil gambar, semua orang berbicara tentang momen ketika dia menyentuh tembok. Namun kemudian dia pergi, dan semuanya berakhir dengan cara yang sama yaitu meliput – atau bahkan mengabaikan – apa yang terjadi di Palestina.”

    Namun bagi umat Kristen Palestina, kata pendeta itu, solidaritas Paus Fransiskus akan tetap hidup.

    “Ia tidak hanya menyentuh tembok. Ia menyentuh keburukan apartheid. Dan lebih dari itu, ia menyentuh hati kita, menunjukkan kepada kita bahwa ia melihat melalui rasa sakit dan penderitaan kita.”

    Solidaritas Paus Fransiskus dengan warga Palestina telah memicu kritik, dan bahkan perayaan atas kematiannya, dari dalam Israel, di mana pemerintah menghapus unggahan media sosialnya sendiri yang menyampaikan belasungkawa atas kematian pria berusia 88 tahun itu.

    Pihak lain secara gamblang menuduh Paus melakukan “antisemitisme”. Zvika Klein, pemimpin redaksi The Jerusalem Post, mengklaim Paus telah menunjukkan “dukungan tanpa syarat untuk Hamas”.

    “Ini memalukan, benar-benar memalukan,” kata Isaac. “Sangat memalukan bahwa tuduhan antisemitisme terus dijadikan senjata, bahkan dalam upaya untuk mencoreng reputasi orang hebat seperti Paus Fransiskus.

    “Dia tidak memihak satu kelompok orang terhadap kelompok lain. Dia membela kemanusiaan, dia membela keadilan, dan dia menentang perang.

    “Dan dia jelas memahami bahwa membunuh anak-anak bukanlah jalan keluar.”

    Sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 50.000 warga Palestina dan mengubah sebagian besar wilayah kantong itu menjadi neraka yang tidak dapat dihuni.

    Seluruh keluarga dan lingkungan telah musnah, dengan sekolah dan rumah sakit berulang kali hancur akibat serangan udara dan tembakan tank. 

    Sejak melanjutkan ofensifnya setelah mengingkari kesepakatan gencatan senjata pada tanggal 2 Maret, Israel, yang didukung besar-besaran oleh AS, Inggris dan kekuatan barat lainnya, telah menolak untuk mengizinkan pasokan penyelamat nyawa, termasuk makanan, obat-obatan, bahan bakar dan minyak goreng, untuk memasuki jalur tersebut.

    Awal bulan ini, Jaringan Organisasi Non-Pemerintah Palestina (PNGO) memperingatkan bahwa situasi di Gaza telah mencapai “tahap kelaparan tingkat lanjut”, diperburuk oleh pengeboman gudang makanan, pabrik desalinasi air, dan penutupan dapur umum.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST EYE

  • Komandan IDF Israel Tewas Dihujani Peluru Brigade Al Qassam Hamas

    Komandan IDF Israel Tewas Dihujani Peluru Brigade Al Qassam Hamas

    GELORA.CO –  Upaya kelompok perlawanan Hamas terhadap kebiadaban genosida Israel tak pernah berhenti. Meski keberadaan mereka misterius, Brigade Izzuddin al Qassam tiba-tiba mengejutkan IDF dengan serangan-serangan mematikan.

    Kali ini, tentara penjajahan Israel mengumumkan pada Kamis malam bahwa seorang komandan tank dari Batalyon ke-79 tewas. Seorang perwira serta seorang prajurit terluka parah. Sementara prajurit lainnya terluka sedang, di Beit Hanoun, utara Jalur Gaza.

    Menurut penyelidikan militer, pejuang perlawanan menyerang sebuah tank dengan rudal anti-tank, kemudian melepaskan tembakan penembak jitu, sebelum mundur.

    Penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa “insiden tersebut terjadi di dekat lokasi militer lain di zona penyangga, di dalam wilayah yang dikuasai oleh pasukan tersebut selama beberapa bulan,” dan menambahkan bahwa “jalan administratif tempat insiden tersebut terjadi merupakan rute yang sama dengan insiden Sabtu lalu.”

    Terkait hal ini, pihak IDF menyatakan, “Kami belum bisa memastikan apakah sel bersenjata yang melakukan penyergapan pada hari Sabtu dan menewaskan prajurit tersebut adalah sel yang sama dengan yang melakukan operasi hari ini.” Disebutkan bahwa mereka gagal “membunuh sel tersebut pada hari Sabtu,” yang menunjukkan bahwa mereka “mungkin kembali ke daerah yang sama hari ini untuk melakukan serangan serupa.”

    Sementara itu, koresponden Radio Angkatan Darat Israel Doron Kadosh mencatat bahwa “para prajurit, yang sebagian besar adalah prajurit cadangan di korps lapis baja, sedang menaiki tank di dalam zona penyangga di utara Jalur Gaza,” seraya menambahkan bahwa “pada titik tertentu, para prajurit turun dari tank untuk melaksanakan misi operasional, sehingga mereka terekspos.”

    Kadoush menambahkan, “Ketika mereka menghadapi ancaman misi, orang-orang bersenjata menembakkan rudal anti-tank ke arah mereka dan, pada saat yang sama, melakukan serangan penembak jitu, menewaskan satu tentara dan melukai tiga lainnya.”

    Media Israel pada hari Kamis melaporkan insiden keamanan parah yang terjadi di Jalur Gaza utara.

    Kontrak yang gagal dan bencana

    Belum lama ini, Israel gagal mendapatkan uang Rp 115 miliar dari Spanyol. Negeri yang dahulu menjadi kejayaan peradaban Islam Andalusia itu membatalkan kontrak pengadaan amunisi senjata api, Sebabnya, pemerintah di sana berkomitmen menekan bahkan meniadakan segala bentuk perdagangan dan kerja sama dengan Israel. 

    Pemerintah Spanyol merupakan yang paling konsisten mengecam kebiadaban genosida Israel terhadap Gaza yang telah mengakibatkan puluhan ribu nyawa hilang. Hal tersebut merupakan bentuk pengabaian nilai kemanusiaan, keadilan, dan upaya bersama menyejahterakan dunia.

    Israel juga dilanda bencana kebakaran hebat di Yerusalem. Akibatnya, pemerintah setempat harus mengevakuasi seluruh warga di beberapa distrik yang ada di sana agar tidak ada korban jiwa.

    Israel juga dihajar kerugian karena sejumlah jutawan dan ahli angkat kaki dari Israel. Mereka lebih memilih berada di negara lain yang keamanan dan ekonominya stabil. Di sana mereka lebih mampu mengaktualisasikan diri sehingga dapat lebih berkarya dan memberikan manfaat kepada masyarakat luas.

    Heboh Pengakuan mantan menteri 

    Mantan menteri perang Israel, Yoav Gallant telah mengakui bahwa pasukan pendudukan Israel telah membuat klaim palsu tentang penemuan terowongan besar di Rute Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir.

    Sebuah foto yang dirilis Agustus lalu, yang diklaim Israel menunjukkan terowongan bertingkat yang digunakan oleh kelompok-kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, sebenarnya hanya menggambarkan parit dangkal dengan kedalaman kurang dari satu meter dan saluran pembuangan air biasa.

    Dikutip dari laman Days of Palestine, Selasa (22/4/2025), Gallant mengungkapkan bahwa klaim palsu tersebut merupakan bagian dari upaya untuk membesar-besarkan pentingnya Rute Philadelphia, yang menggambarkannya sebagai jalur penyelundupan senjata untuk menunda kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas.

    Pada saat itu, media Israel memuji penemuan tersebut sebagai pencapaian besar, menggambarkan terowongan tersebut sebagai bagian dari jaringan bawah tanah yang luas.

    Para kritikus mengutuk pengakuan tersebut sebagai bukti penggunaan informasi yang salah oleh Israel untuk membenarkan tindakan militer dan merusak upaya perdamaian.

    Para pemimpin Palestina menyebutnya sebagai contoh lain dari manipulasi fakta oleh Israel untuk mendelegitimasi perjuangan mereka dan memperpanjang penderitaan di Gaza, Palestina.

    Pengakuan ini menimbulkan pertanyaan tentang pendudukan Israel dan ketergantungannya pada propaganda, sekaligus menggarisbawahi kerugian yang harus ditanggung oleh korban jiwa akibat penipuan semacam itu. Untuk saat ini, pengakuan tersebut menyoroti ketidakpercayaan yang sedang berlangsung dan tantangan untuk menyelesaikan konflik.

    Dilaporkan Al-Jazeera pada Rabu (23/4), Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban wafat menjadi lebih dari 61.700 orang, dan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diperkirakan telah wafat oleh serangan Israel. 

  • Terbongkar Kebohongan Israel soal Terowongan Hamas

    Terbongkar Kebohongan Israel soal Terowongan Hamas

    Jakarta

    Terbongkar kebohongan Israel soal temuan terowongan besar buatan Hamas di Koridor Philadelphia, di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir. Kebohongan itu terungkap dari hasil investigasi yang dilakukan lembaga penyiaran publik Israel, KAN.

    Dirangkum detikcom seperti dilansir Anadolu Agency dan Palestine Chronicle, Rabu (23/4/2025), investigasi yang dilakukan lembaga penyiaran publik Israel, KAN, mengungkapkan bahwa militer Israel telah merekayasa cerita soal temuan terowongan besar buatan Hamas di Koridor Philadelphia, di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir, pada Agustus tahun lalu.

    Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant membenarkan hasil investigasi KAN itu, dengan mengatakan kebohongan itu dimaksudkan untuk menunda gencatan senjata Gaza.

    Hasil investigasi KAN menyebutkan bahwa struktur yang diklaim terowongan itu sebenarnya hanyalah saluran air atau kanal dangkal, dengan kedalaman satu meter.

    Pada Agustus 2024 lalu, militer Israel merilis foto-foto yang diklaim menunjukkan terowongan di area demiliterisasi di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir. Pada saat itu, Tel Aviv mengklaim bahwa temuan tersebut menjadi bukti keberadaan terowongan besar bertingkat yang diduga dibangun oleh Hamas.

    Temuan tersebut, pada saat itu, juga dipuji sebagai temuan besar oleh militer Israel.

    “Tidak pernah ada terowongan, tetapi kanal yang tertutup tanah,” sebut KAN dalam hasil investigasinya.

    Gallant Benarkan Hasil Investigasi KAN

    Foto: Yoav Gallant (REUTERS/Fabrizio Bensch/File Photo Acquire Licensing Rights).

    Tujuan dari kebohongan itu, menurut KAN dalam laporannya, adalah “untuk membesar-besarkan pentingnya Koridor Philadelphi” dan menunda kesepakatan pembebasan sandera”. Koridor Philadelphi merupakan istilah Israel untuk menyebut sebidang tanah sempit yang terletak di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir.

    Gallant, seperti dikutip oleh KAN dalam laporannya, mendukung hasil investigasi tersebut, dengan mengatakan bahwa: “Itu bukan terowongan, melainkan upaya untuk mencegah kesepakatan gencatan senjata”.

    Dalam pernyataannya kepada KAN, Gallant mengklarifikasi bahwa struktur itu hanya sedalam sekitar satu meter dan secara menyesatkan ditampilkan kepada publik sebagai terowongan yang dalam.

    Menurut Gallant, foto yang dipublikasikan Israel pada saat itu digunakan untuk mendukung klaim tentang keberadaan terowongan di sepanjang koridor itu, untuk membesar-besarkan signifikansi strategis Koridor Philadelphi, dan pada akhirnya menghambat kemajuan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan.

    “Itu dipromosikan kepada publik sebagai terowongan yang dalam untuk mencegah tercapainya kesepakatan dengan Hamas,” ungkapnya.

    Hamas yang menguasai Jalur Gaza menuntut gencatan senjata menyeluruh dan penarikan seluruh pasukan Israel dari daerah kantong Palestina itu sebagai imbalan atas kesepakatan pertukaran sandera-tahanan.
    Sejauh ini belum ada komentar langsung dari militer Israel terkait laporan KAN tersebut.

    Ketika foto terowongan itu dirilis, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menegaskan pasukan Israel tidak akan mundur dari Koridor Philadelphi, terlepas adanya pertentangan dari internal keamanan dan militer Tel Aviv.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Militer Penjajah Israel Palsukan Penemuan Terowongan di Philadelphi untuk Cegah Gencatan Senjata

    Militer Penjajah Israel Palsukan Penemuan Terowongan di Philadelphi untuk Cegah Gencatan Senjata

    PIKIRAN RAKYAT – Militer penjajah Israel telah memalsukan penemuan sebuah terowongan di Koridor Philadephi di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza Palestina dengan tujuan untuk mencegah atau menunda kesepakatan pembebasan sandera.

    Diketahui, keberadaan terowongan ini pertama kali dibuka ke publik lewat foto-foto yang disiarkan di militer penjajah Israel pada Agustus tahun lalu.

    Akan tetapi, menurut penyelidikan apa yang disebut-sebut oleh mereka (militer Israel) sebagai sebuah terowongan itu ternyata hanya sebuah kanal dangkal.

    “Tidak ada terowongan, yang ada hanya sebuah kanal terselimuti debu,” ucap media Israel KAN.

    Menurut petinggi media KAN yakni Yoav Gallant ia pun mengiyakan temuan mereka. “Memang bukan terowongan, karena itu adalah upaya mencegah tercapainya kesepakatan gencatan senjata,” ucapnya.

    Ia juga mengatakan struktur tersebut hanya memiliki kedalaman satu meter tetapi yang disampaikan kepada publik adalah sebuah terowongan yang dalam.

    “Struktur tersebut dilaporkan kepada publik sebagai sebuah terowongan yang dalam supaya kesepakatan dengan Hamas gagal tercapai,” tambahnya.

    Lalu, sementara itu pihak Hamas telah menegaskan bahwa gencatans enjata penuh dan penarikan pasukan militer penjajah Israel Gaza merupakan syarat utama dalam kesepakatan pertukaran sandera.

    Militer penjajah Israel diketahui, telah kembali melancarkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025 sehingga membuat kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan berakhir kesepakatan tersebut berlaku sejak 19 Januari 2025.

    Akibatnya lebih dari 51.200 warga Palestina kebanyakan wanita dan anak-anak tewas di Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu.

    Atas dugaan kejahatan perang dan kemanuiaan di Jalur Gaza Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah resmi mengeluarkan perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant pada bulan November lalu.

    Pihak Israel juga mendapatkan gugatan di Mahkamah Internasional (ICC) terkait dugaan tindak genosida di Jalur Gaza Palestina.

    Kemudian, menurut informasi terbaru Otoritas Gaza pun memperingatkan bahwa blokade penjaja Israel terhadap masuknya kebutuhan pokom memuat dampak buruk kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza dan secara perlahan membunuh lebih dari dua juta orang di daerah tersebut.

    “Sekitar 2,4 warga Palestina menderita kerawanan pangan yang parah dan dahsyat,”ucap Direktur Kantor Media Pemerintah Gaza Ismail Thawabteh. Ia juga mengatakan lebih dari 90 persen penduduk Gaza bergantung pada bantuan pangan.

    “Bantuan pangan tidak lagi datang karena Israel menutup penyebrangan Gaza dan mencegah masuknya bantuan,” tambahnya.

    Thawabteh juga mengatakan bahwa puluhan toko roti telah berhenti beroperasi karena kekurangan tepung dan bahan bakar. **

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Terbongkar Kebohongan Israel soal Terowongan Hamas

    Ternyata, Israel Bohong Soal Terowongan Hamas di Koridor Philadelphia

    Tel Aviv

    Investigasi yang dilakukan lembaga penyiaran publik Israel, KAN, mengungkapkan bahwa militer Israel telah merekayasa cerita soal temuan terowongan besar buatan Hamas di Koridor Philadelphia, di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir, pada Agustus tahun lalu.

    Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant, seperti dilansir Anadolu Agency dan Palestine Chronicle, Rabu (23/4/2025), membenarkan hasil investigasi KAN itu, dengan mengatakan kebohongan itu dimaksudkan untuk menunda gencatan senjata Gaza.

    Hasil investigasi KAN menyebutkan bahwa struktur yang diklaim terowongan itu sebenarnya hanyalah saluran air atau kanal dangkal, dengan kedalaman satu meter.

    Pada Agustus 2024 lalu, militer Israel merilis foto-foto yang diklaim menunjukkan terowongan di area demiliterisasi di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir. Pada saat itu, Tel Aviv mengklaim bahwa temuan tersebut menjadi bukti keberadaan terowongan besar bertingkat yang diduga dibangun oleh Hamas.

    Temuan tersebut, pada saat itu, juga dipuji sebagai temuan besar oleh militer Israel.

    “Tidak pernah ada terowongan, tetapi kanal yang tertutup tanah,” sebut KAN dalam hasil investigasinya

    Tujuan dari kebohongan itu, menurut KAN dalam laporannya, adalah “untuk membesar-besarkan pentingnya Koridor Philadelphi” dan menunda kesepakatan pembebasan sandera”. Koridor Philadelphi merupakan istilah Israel untuk menyebut sebidang tanah sempit yang terletak di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir.

    Tonton juga Video: Israel Ingin Kendalikan Wilayah Rafah-Koridor Philadelphia

    Dalam pernyataannya kepada KAN, Gallant mengklarifikasi bahwa struktur itu hanya sedalam sekitar satu meter dan secara menyesatkan ditampilkan kepada publik sebagai terowongan yang dalam.

    Menurut Gallant, foto yang dipublikasikan Israel pada saat itu digunakan untuk mendukung klaim tentang keberadaan terowongan di sepanjang koridor itu, untuk membesar-besarkan signifikansi strategis Koridor Philadelphi, dan pada akhirnya menghambat kemajuan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan.

    “Itu dipromosikan kepada publik sebagai terowongan yang dalam untuk mencegah tercapainya kesepakatan dengan Hamas,” ungkapnya.

    Hamas yang menguasai Jalur Gaza menuntut gencatan senjata menyeluruh dan penarikan seluruh pasukan Israel dari daerah kantong Palestina itu sebagai imbalan atas kesepakatan pertukaran sandera-tahanan.

    Sejauh ini belum ada komentar langsung dari militer Israel terkait laporan KAN tersebut.

    Ketika foto terowongan itu dirilis, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menegaskan pasukan Israel tidak akan mundur dari Koridor Philadelphi, terlepas adanya pertentangan dari internal keamanan dan militer Tel Aviv.

    Tonton juga Video: Israel Ingin Kendalikan Wilayah Rafah-Koridor Philadelphia

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pasukan Zionis Sebar Foto ‘Palsu’ Terowongan Hamas, Gallant: Hanya Parit Dangkal 1 Meter – Halaman all

    Pasukan Zionis Sebar Foto ‘Palsu’ Terowongan Hamas, Gallant: Hanya Parit Dangkal 1 Meter – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Israel disebut telah menyebarkan foto hoaks yang diklaim sebuah terowongan Hamas.

    Ha itu dikatakan oleh Mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.

    Gallant telah mengakui bahwa foto yang beredar luas dan dirilis oleh militer Israel yang disebut menunjukkan terowongan besar Hamas di Koridor Philadelphia dekat perbatasan Gaza-Mesir, sangat menyesatkan.

    Menurut Israeli Broadcasting Corporation (KAN), Gallant menyatakan bahwa terowongan Hamas yang diklaim tentara Israel dalam foto tidak pernah ada. 

    Yang sebenarnya ditemukan adalah parit dangkal yang kedalamannya hanya sekitar satu meter.

    Ia mengatakan foto tersebut digunakan untuk mendukung klaim tentang keberadaan terowongan Hamas di sepanjang koridor tersebut.

    Foto yang diklaim Zionis tersebut juga menurut Gallant untuk membesar-besarkan signifikansi strategis Philadelphi Road.

    Dan akhirnya menghambat kemajuan kesepakatan pertukaran tahanan.

    Gambar tersebut pertama kali disebarkan Agustus lalu oleh media Israel, yang menggambarkannya sebagai bukti terowongan besar bertingkat yang diduga dibangun oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengutip Palestine Chronicle, Rabu (23/4/2025).

    Hal itu dianggap sebagai penemuan besar, terowongan tiga lantai yang dikatakan sebagai bagian dari jaringan bawah tanah yang luas yang pernah dilaporkan pasukan Israel.

    Gallant kini telah mengungkapkan bahwa foto tersebut memiliki tujuan politik yakni untuk menggarisbawahi ancaman yang ditimbulkan oleh Koridor Philadelphia dan untuk membenarkan tindakan militer dengan dalih mengganggu penyelundupan senjata.

    Meskipun klaim tersebut tidak berdasar.

    Kenyataannya, terowongan yang ditunjukkan pada gambar tersebut adalah saluran drainase standar.

    Sementara kendaraan militer yang ditampilkan pada foto tersebut hanya diposisikan untuk meningkatkan ilusi.

    Pada saat foto tersebut dipublikasikan, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa tentaranya tidak akan mundur dari Koridor Philadelphia, meskipun ada penentangan dari dalam lembaga keamanan dan militer Israel.

    “Kami tidak akan menarik kembali tuntutan kami terkait Koridor Philadelphia, dan saya tidak peduli dengan posisi dinas keamanan,” kata Netanyahu saat bertemu dengan keluarga para tentara wanita Israel.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Warga Israel Ngamuk ke Bezalel Smotrich, Kemarahan Dipicu Ucapan Tawanan Israel Balik Tidak Penting – Halaman all

    Warga Israel Ngamuk ke Bezalel Smotrich, Kemarahan Dipicu Ucapan Tawanan Israel Balik Tidak Penting – Halaman all

    Warga Israel Ngamuk ke Bezalel Smotrich, Picu Kemarahan dengan Menyebut Tawanan Balik Tak Penting

    TRIBUNNEWS.COM- Menteri Keuangan Israel  Bezalel Smotrich telah memicu reaksi marah banyak warganya setelah ia menyatakan bahwa pembebasan tawanan di Gaza “bukanlah hal terpenting” bagi pemerintah Israel. 

    Pada hari Senin, Smotrich mengatakan dalam sebuah wawancara dengan radio Galey Israel bahwa “masalah Gaza” harus dihilangkan, dengan mengutip “kesempatan yang luar biasa”.

    Smotrich yakin berakhirnya masa jabatan mantan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih dan kehancuran politik para pesaingnya, seperti mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan mantan kepala staf angkatan darat Israel Herzi Halevi, berarti tidak ada lagi hambatan untuk memenuhi kebijakan garis keras Israel di Gaza.

    “Kita harus mengatakan kebenarannya, mengembalikan para sandera bukanlah hal yang paling penting,” katanya. 

    “Ini jelas merupakan tujuan yang sangat penting, tetapi jika Anda ingin menghancurkan Hamas sehingga tidak akan ada lagi peristiwa 7 Oktober, Anda perlu memahami bahwa tidak boleh ada situasi di mana Hamas tetap berada di Gaza.”

     

     

     

    BEZELEL SMOTRICH. Foto merupakan tangkap layar yang diambil pada Kamis (13/2/2025) dari YouTube Middle East Eye (MEE), yang menampilkan profil Bezalel Smotrich. (Tangkap layar YouTube MEE)

     

     

     

    Menanggapi pernyataan Smotrich, Forum Sandera dan Keluarga Hilang telah membalas, dengan mengatakan: 

    “Keluarga hanya punya satu kata pagi ini: malu. Setidaknya menteri mengungkapkan kebenaran pahit kepada publik – pemerintah ini secara sadar telah memutuskan untuk menelantarkan para sandera”.

    “Menteri Smotrich, sejarah akan mengingat bagaimana Anda mengeraskan hati terhadap saudara-saudari Anda yang ditawan dan memilih untuk tidak menyelamatkan mereka – sebagian dari kematian, yang lain dari penghilangan paksa.”

    Forum tersebut juga menuntut agar menteri-menteri Israel lainnya bersuara untuk “membuktikan bahwa mereka masih berkomitmen pada nilai-nilai dasar Yahudi dan Israel dalam menebus tawanan dan menyelamatkan saudara-saudari kita.”

    Einav Zangauker, ibu dari tawanan Matan Zangauker, mengatakan Smotrich bersedia mengorbankan Israel dan putranya demi “delusi mesianis dan psikotiknya.”

    “Kita harus menyingkirkan Smotrich dan Netanyahu agar bisa membawa pulang semua sandera!” katanya dalam sebuah posting di X. 

    Anggota parlemen Moshe Gafni, anggota partai Haredi United Torah Judaism, mengutuk Smotrich dan menyamakan pernyataannya dengan fitnah.

    “Pemulangan korban penculikan merupakan masalah yang paling penting,” tegasnya seraya menambahkan bahwa partainya akan menggelar pertemuan untuk membahas masalah tersebut. 

    Menanggapi kritik dari publik dan pejabat Israel, khususnya Gafni, menteri keuangan telah menegaskan kembali pendiriannya, dengan memperingatkan bahwa warga Israel mungkin “dalam bahaya di masa mendatang jika Hamas tetap berkuasa. “

    “Sangat memalukan bahwa Anda, Gafni, juga bekerja sama dengan kampanye untuk membungkam semua orang yang menolak untuk menyerah kepada Hamas, sehingga mereka memutarbalikkan fakta dan mengobarkan api di belakang keluarga-keluarga untuk menyakiti pemerintah,” imbuh Smotrich.

    Pada bulan Januari, Smotrich mengkritik kesepakatan gencatan senjata yang kini gagal, yang disetujui oleh kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Ia mengatakan saat itu bahwa Netanyahu telah “memutuskan untuk memberikan lampu hijau pada kesepakatan yang buruk dan membawa bencana.”

    Ketika Israel melanjutkan serangannya terhadap daerah kantong yang terkepung itu pada akhir Maret, Smotrich menyambut baik keputusan tersebut, dengan mengatakan: 

    “Adalah baik bahwa perang telah dimulai, dan sangat disayangkan bahwa perang dimulai dengan cara ini, tetapi kami sedang mengubah realitas di Timur Tengah.”

    SUMBER: MIDDLE EAST EYE

  • Israel Akui Ada Kegagalan Profesional Saat Bunuh 15 Tenaga Medis Gaza

    Israel Akui Ada Kegagalan Profesional Saat Bunuh 15 Tenaga Medis Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Setelah gelombang kecaman global dan desakan internasional untuk dilakukan penyelidikan kejahatan perang, militer Israel akhirnya mengakui terjadinya sejumlah “kegagalan profesional” serta pelanggaran perintah dalam insiden tragis yang menewaskan 15 petugas penyelamat di Gaza selatan pada 23 Maret lalu.

    Dalam pernyataan resmi yang dirilis Minggu (20/4/2025), militer Israel menyatakan bahwa penyelidikan internal menemukan bahwa peristiwa tersebut melibatkan “kesalahan operasional”, pelanggaran prosedur, dan kegagalan dalam pelaporan.

    “Investigasi telah mengidentifikasi beberapa kegagalan profesional, pelanggaran perintah, dan kegagalan untuk melaporkan insiden secara penuh,” kata militer Israel, dilansir The Guardian.

    Sebagai akibat dari temuan tersebut, wakil komandan Brigade Golani IDF yang memimpin operasi saat itu akan diberhentikan dari jabatannya karena dinilai bertanggung jawab di lapangan serta memberikan laporan yang “tidak lengkap dan tidak akurat” selama pengarahan.

    Sementara itu, seorang komandan lain yang unitnya juga beroperasi di Rafah, tempat kejadian berlangsung, akan dikenakan sanksi disipliner karena tanggung jawab keseluruhan atas insiden tersebut.

    Namun, meskipun mengakui kesalahan, militer Israel tidak merekomendasikan adanya tindakan pidana terhadap unit-unit yang terlibat. Mereka juga menyatakan tidak ditemukan pelanggaran terhadap kode etik militer IDF. Hasil penyelidikan tersebut kini telah diserahkan kepada Jaksa Militer Israel.

    Pernyataan ini memicu respons tajam, termasuk dari Menteri Keamanan Nasional Israel yang beraliran sayap kanan ekstrem, Itamar Ben-Gvir, yang menyebut keputusan untuk memecat wakil komandan sebagai “kesalahan besar”.

    Kuburan Massal

    Insiden ini menewaskan delapan paramedis Bulan Sabit Merah Palestina, enam petugas pertahanan sipil, dan satu staf PBB saat mereka tengah menjalankan misi penyelamatan di Gaza selatan.

    Jenazah mereka baru ditemukan beberapa hari kemudian dalam kuburan massal berpasir, bersama kendaraan mereka yang hancur. Seorang pejabat PBB mengatakan bahwa para korban “dibunuh satu per satu”.

    Awalnya, Israel mengeklaim bahwa kendaraan medis tersebut tidak menyalakan sinyal darurat saat terjadi penembakan. Namun, klaim itu terbantahkan setelah ditemukan rekaman video dari ponsel salah satu korban yang menunjukkan adanya lampu darurat menyala saat penembakan terjadi.

    Penyelidikan militer menemukan bahwa kejadian tersebut merupakan “kesalahpahaman operasional” akibat penglihatan malam yang buruk, yang menyebabkan komandan batalion menduga bahwa ambulans yang ada adalah milik kelompok Hamas.

    Namun, video dari lokasi menunjukkan bahwa ambulans jelas terlihat dengan lampu darurat menyala.

    “Kami mengatakan ini adalah kesalahan, namun bukan kesalahan yang terjadi setiap hari,” ujar Mayor Jenderal Yoav Har-Even, ketua tim investigasi militer.

    Selain itu, laporan militer juga menyatakan bahwa penembakan terhadap kendaraan PBB yang melintas 15 menit kemudian juga merupakan pelanggaran perintah langsung.

    Kecaman Internasional

    Bulan Sabit Merah Palestina secara tegas menolak hasil penyelidikan militer Israel.

    “Laporan itu penuh kebohongan. Tidak sah dan tidak dapat diterima karena mencoba membenarkan pembunuhan dan mengalihkan tanggung jawab kepada kesalahan pribadi komando lapangan, padahal kenyataannya sangat berbeda,” tegas Nebal Farsakh, juru bicara Bulan Sabit Merah kepada AFP.

    Para pengacara hak asasi manusia juga mengkritik keras proses penyelidikan, menyebutnya tidak independen karena dilakukan oleh militer Israel sendiri.

    “Tidak ada yang objektif atau netral dari penyelidikan ini. Kasus ini seharusnya langsung masuk ke penyidikan pidana. Tapi yang terjadi justru militer menyelidiki dirinya sendiri, dan lagi-lagi bukti pelanggaran hukum internasional serta kejahatan perang disapu di bawah karpet,” ujar Sawsan Zaher, pengacara HAM Palestina yang berbasis di Israel.

    Laporan tersebut juga menyatakan bahwa enam dari 15 korban adalah militan Hamas, meskipun tidak disertai bukti lebih lanjut. Klaim semacam ini sebelumnya juga kerap dibantah oleh Bulan Sabit Merah.

    Seorang pejabat forensik di Gaza, Ahmed Dhair, yang melakukan otopsi terhadap para korban, mengungkapkan bahwa para korban tewas akibat tembakan di kepala dan dada, serta luka-luka yang disebabkan oleh bahan peledak, termasuk dugaan peluru peledak.

    Namun, ia mengatakan tidak menemukan tanda-tanda korban diikat, sebagaimana dugaan dari sejumlah saksi dan keluarga korban.

    Organisasi HAM Israel, Yesh Din, menyebut insiden ini sebagai contoh lain dari impunitas hampir total yang diberikan kepada tentara dalam operasi di Gaza.

    “Ini contoh lain dari impunitas hampir total bagi tentara atas insiden di Gaza. Dalam kasus ini, mereka cepat bertindak karena menghadapi tekanan internasional. Tapi dengan hanya memberikan sanksi ringan pada satu komandan, mereka justru menggagalkan peluang untuk penyidikan pidana yang lebih luas,” ujar Ziv Stahl, Direktur Eksekutif Yesh Din.

    Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant sedang dalam proses penyelidikan atas dugaan kejahatan perang.

    Meski begitu, Israel yang bukan anggota ICC selalu menyatakan bahwa sistem hukumnya mampu menyelidiki pelanggaran militer secara internal. Netanyahu bahkan menuduh ICC bersikap antisemit.

    Sementara itu, satu dari dua paramedis yang selamat dalam insiden tersebut, Assad al-Nsasrah, dilaporkan masih ditahan oleh Israel hingga pekan lalu, menurut pernyataan Bulan Sabit Merah Palestina.

    (luc/luc)

  • Teriakan Sandera Brigade Al Qassam Minta Bebas, Koar PM Israel Sebut Hamas Alot  – Halaman all

    Teriakan Sandera Brigade Al Qassam Minta Bebas, Koar PM Israel Sebut Hamas Alot  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu (19/4/2025) malam Hamas telah menolak usulan pengembalian separuh sandera yang masih hidup di Gaza.

    Menurutnya, Hamas menuntut diakhirinya perang dan mundurnya militer Israel dari Gaza.

    “Jika kita menyerah pada perintah Hamas sekarang, semua pencapaian besar perang ini… akan hilang,” kata Netanyahu dalam pernyataan, dikutip dari China.org.

    Dalam pernyataan tersebut, Perdana Menteri Israel juga menepis gagasan bahwa Israel dapat menipu Hamas agar membebaskan semua sandera dan kemudian melanjutkan perang, dengan alasan bahwa masyarakat internasional tidak akan menerima langkah seperti itu.

    Sebelumnya, Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, merilis video baru yang menunjukkan seorang sandera Israel yang disandera di Gaza.

    Video berdurasi empat menit itu menampilkan sandera Israel Elkana Bohbot berbicara lewat telepon rumah, tampaknya menelepon keluarganya untuk melanjutkan upaya pembebasannya.

    “Kesehatan saya sedang tidak baik. Saya berteriak minta mati. Tolong, lakukan ini untuk saya,” katanya di akhir rekaman.

    Brigade Al-Qassam mengakhiri video tersebut dengan menyampaikan pesan.

    “Mereka tidak akan kembali kecuali dalam kapasitas tertentu,” merujuk pada para sandera.

    Masih belum jelas kapan video itu direkam.

    Media Israel melaporkan bahwa rilis video tersebut memicu demonstrasi di Tel Aviv, Yerusalem, Beersheba, dan Haifa, di mana ribuan orang meminta pemerintah untuk segera membebaskan tawanan.

    Sementara itu, operasi militer Israel terus berlanjut di Gaza. Pasukan Pertahanan Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan lapis bajanya menewaskan lebih dari 40 militan Hamas di wilayah Rafah, Jalur Gaza selatan, selama akhir pekan.

    Tentara Tak Terlatih Dikirim ke Gaza

    Mengutip AA, militer Israel telah mengerahkan tentara yang tidak terlatih secara memadai dari brigade elit Golani dan Givati ​​ke Jalur Gaza di tengah kekurangan pasukan yang kritis, lembaga penyiaran publik Israel KAN melaporkan pada hari Minggu.

    Para rekrutan tersebut telah dikirim ke medan perang sejak Desember lalu, katanya.

    Langkah ini mencerminkan meningkatnya tekanan pada militer Israel, yang telah mengakui adanya kekurangan tenaga kerja yang signifikan.

    Minggu lalu, harian Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir telah memberi tahu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Kabinetnya bahwa kemampuan tentara untuk mencapai tujuan kepemimpinan politik di Gaza dapat terhambat oleh berkurangnya jumlah prajurit.

    Angkatan darat telah berjuang dengan kekurangan prajurit reguler selama beberapa bulan terakhir, diperburuk oleh pengecualian kaum Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim) dari wajib militer dan tingkat putus sekolah sebesar 30 persen hingga 40 persen di antara para prajurit cadangan, dengan alasan kelelahan akibat perang yang berkepanjangan, menurut media setempat.

    Kekurangan tersebut mungkin bertambah parah di tengah makin banyaknya petisi yang ditandatangani oleh warga Israel, termasuk tentara aktif dan mantan tentara, yang menuntut pembebasan sandera, bahkan jika itu mengharuskan penghentian perang Gaza.

    Lebih dari 140.000 warga Israel telah menandatangani petisi yang menyerukan gencatan senjata sebagai ganti sandera.

    Di antara petisi tersebut, 21 petisi masing-masing telah ditandatangani oleh lebih dari 10.000 tentara cadangan aktif dan mantan tentara cadangan.

    Israel memperkirakan bahwa 59 warganya masih ditawan di Gaza, termasuk 24 orang yang diyakini masih hidup, sementara Israel menahan lebih dari 9.900 warga Palestina di penjara-penjaranya, di mana laporan penyiksaan, kelaparan dan pengabaian medis telah menyebabkan banyak kematian, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia Palestina dan Israel.

    Netanyahu dan para menterinya mengancam akan memecat para penandatangan, dengan menyebut kampanye tersebut sebagai “pemberontakan” dan “pembangkangan” yang “memperkuat musuh selama masa perang.”

    Lebih dari 51.200 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Pada bulan November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Ribuan Warga Lampung Turun ke Jalan Dukung Palestina: Tutup Keran Produk Israel di Indonesia

    Ribuan Warga Lampung Turun ke Jalan Dukung Palestina: Tutup Keran Produk Israel di Indonesia

    Pernyataan sikap tersebut juga memuat tuntutan agar pemerintah Indonesia lebih aktif di forum internasional, seperti PBB, OKI, dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC), guna memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina dan menyeret pelaku kejahatan perang ke meja hijau.

    Aliansi mendesak agar Indonesia mendorong ICC untuk memproses penangkapan tokoh-tokoh militer Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, yang diduga terlibat dalam genosida di Palestina.

    “Kami mengajak lembaga pendidikan, akademisi, serta tokoh masyarakat untuk mengarusutamakan isu Palestina dalam kurikulum dan diskusi publik sebagai bentuk edukasi,” terang dia.