Tag: Yoav Gallant

  • Seruan Agar Dunia Cegah Israel Genosida di Rafah

    Seruan Agar Dunia Cegah Israel Genosida di Rafah

    Gaza City

    Israel mulai bergerak melakukan agresi militer ke wilayah Rafah, Jalur Gaza, Palestina. Seruan ke dunia internasional untuk mencegah Israel melakukan genosida di Rafah.

    Adapun invasi Israel ini dibenarkan Hamas. Hamas yang mengontrol Jalur Gaza menilai tindakan Israel sebagai bencana kemanusiaan.

    “Masuknya Israel ke Rafah pada Senin malam merupakan bencana kemanusiaan, yang merupakan ancaman langsung terhadap lebih dari 1,5 juta pengungsi Palestina,” kata Hamas dilansir CNN, Selasa (7/5/2024).

    Kelompok militan tersebut mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ‘meluncurkan agresi darat’ di Rafah untuk mengambil kendali atas perbatasan Palestina dengan Mesir. Hamas menilai hal tersebut bakal berdampak buruk bagi kondisi kemanusiaan di Rafah yang kini dipenuhi pengungsi akibat perang. Total, sampai saat ini, 27 orang telah tewas imbas operasi militer tersebut.

    “Setidaknya 27 orang, termasuk enam wanita dan sembilan anak-anak, tewas di Rafah sejak Senin malam,” ujar salah satu sumber rumah sakit di kota Gaza selatan.

    Berbagai video dari Rafah pada hari Selasa menunjukkan aktivitas militer Israel yang intens di wilayah tersebut. Terutama di Rafah timur dan di wilayah sekitar penyeberangan ke Mesir.

    Alasan Israel Invasi Rafah

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menjelaskan maksud pihaknya melakukan agresi militer di Rafah. Dia menegaskan itu untuk mengembalikan sandera yang ditahan di Gaza dan melenyapkan Hamas.

    “Saya suruh operasi di Rafah. Dalam beberapa jam, pasukan kami mengibarkan bendera Israel di penyeberangan Rafah dan menurunkan bendera Hamas,” kata Netanyahu dilansir CNN, Rabu (8/5).

    Dia menegaskan ada dua tujuan utama agresi militer di Rafah. Salah satunya, kata dia, untuk melenyapkan Hamas.

    “Pintu masuk ke Rafah memiliki dua tujuan utama perang; kembalinya sandera kami dan eliminasi Hamas,” tegasnya.

    Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menegaskan pihaknya akan terus melakukan agresi militer di Rafah sampai Hamas lenyap. Kalaupun tidak, dia menyebut agresi akan berlanjut sampai sandera-sandera dikembalikan.

    Dilansir CNN, Rabu (8/5/2024), Gallant mengaku yang memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk merebut penyeberangan Rafah dan melaksanakan misinya.

    “Operasi ini akan berlanjut sampai kita melenyapkan Hamas di wilayah Rafah dan seluruh Jalur Gaza, atau sampai sandera pertama kembali,” kata Gallant.

    AS Setop Kirim Bom ke Israel

    Pemerintah Amerika Serikat ternyata juga telah menghentikan pengiriman bom ke Israel sejak pekan lalu karena kekhawatiran negara itu akan menyerang kota Rafah di Gaza selatan. Ini menandai pertama kalinya dalam konflik tersebut, Presiden Joe Biden mengurangi bantuan militer kepada sekutu utama AS tersebut.

    Washington menghentikan pengiriman 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon (226 kg) setelah Israel belum “sepenuhnya mengatasi” kekhawatiran AS mengenai operasi darat besar-besaran,” kata seorang pejabat senior pemerintah AS, seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (8/5).

    Hal ini disampaikan seiring Gedung Putih mengecam penutupan perbatasan Rafah dengan Mesir yang “tidak dapat diterima” setelah Israel mengirim tank-tank pada Selasa pagi waktu setempat.

    Penghentian pengiriman senjata ke Israel ini menandai pertama kalinya Biden bertindak berdasarkan peringatan yang ia berikan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada bulan April lalu, bahwa kebijakan AS terhadap Gaza akan bergantung pada bagaimana Israel memperlakukan warga sipil.

    Pejabat AS itu mengatakan pemerintahan Biden mengambil keputusan mengenai senjata tersebut ketika tampaknya Israel berada di ambang operasi darat besar-besaran di Rafah. Rencana serangan darat ke Rafah ini telah ditentang keras oleh Washington karena lebih dari satu juta orang berlindung di sana.

    Israel Didesak Setop Invasi di Rafah

    Pemerintah Qatar mendesak masyarakat internasional untuk mencegah “genosida” di Rafah menyusul perebutan perbatasan kota Gaza dengan Mesir tersebut oleh Israel dan ancaman serangan yang lebih luas.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (8/5/2024), dalam sebuah pernyataan, negara Teluk, yang menjadi penengah antara Israel dan kelompok Hamas tersebut, menyerukan “tindakan internasional yang mendesak untuk mencegah kota tersebut diserang dan dilakukannya kejahatan genosida”.

    Hal senada juga disuarakan Indonesia. Indonesia lewat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengecam keras agresi militer yang dilakukan Israel di Rafah. Kemlu RI menilai tindakan Israel sebagai puncak kejahatan terhadap kemanusiaan.

    “Indonesia mengecam keras serangan militer Israel atas kota Rafah di Gaza serta penguasaan atas Perbatasan Rafah di sisi Palestina,” ucap Kemlu RI lewat akun resmi X @Kemlu_RI, dilihat detikcom, Rabu (8/5).

    Kemlu RI menilai segala upaya pemindahan paksa atau pengusiran warga Palestina tidak dapat diterima. Tindakan itu merupakan kejahatan kemanusiaan.

    “Setiap upaya pemindahan paksa atau pengusiran warga Palestina, termasuk dari Rafah, tidak dapat diterima karena tindakan tersebut merupakan puncak kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujar Kemlu RI.

    Kemlu RI pun menegaskan pentingnya mewujudkan gencatan senjata permanen di Gaza. Indonesia juga mendorong Dewan Keamanan PBB untuk bertindak menghentikan aksi brutal Israel.

    “Indonesia menegaskan kembali seruan untuk segera mewujudkan gencatan senjata permanen di Gaza dan menghapuskan semua hambatan dalam penyaluran bantuan kemanusiaan,” tutur Kemlu RI.

    “Komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB, harus segera menghentikan kejahatan brutal Israel dan mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar,” lanjut keterangan tersebut.

    Halaman 2 dari 3

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Iran Tegaskan Serangan Balasan Selesai, Ingatkan Israel Tak Serang Balik

    Iran Tegaskan Serangan Balasan Selesai, Ingatkan Israel Tak Serang Balik

    Teheran

    Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, menegaskan Teheran telah menyelesaikan serangan balasannya terhadap Israel. Bagheri memperingatkan Tel Aviv untuk tidak melancarkan serangan balik jika tidak ingin menuai reaksi yang “lebih kuat”.

    Garda Revolusi Iran (IRGC) melancarkan rentetan serangan drone dan rudal secara ekstensif terhadap wilayah Israel, dalam apa yang disebutnya sebagai “Operation True Promise” atau “Operasi Janji Sejati” untuk membalas serangan Tel Aviv terhadap gedung konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu.

    Serangan itu menewaskan belasan orang, termasuk tujuh personel Garda Revolusi Iran yang ditugaskan di Suriah. Terdapat dua jenderal Iran di antara korban tewas dalam serangan Israel, yakni komandan Pasukan Quds Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi dan wakilnya, Brigadir Jenderal Mohammad Hadi Haji Rahimi.

    “Menurut pandangan kami, operasi ini sudah selesai, tetapi Angkatan Bersenjata siap dan kami akan bertindak jika diperlukan,” ucap Bagheri dalam pernyataannya, seperti dilansir Press TV, Minggu (14/4/2024).

    Bagheri, dalam pernyataannya, membandingkan bahwa operasi tersebut tidak mencerminkan seluruh kemampuan militer Iran. Dia menyebut Operasi Janji Sejati hanyalah hukuman untuk Israel, dan memperingatkan Israel untuk tidak melakukan serangan balik karena respons Teheran nantinya “akan jauh lebih besar”.

    “Alasan operasi ini adalah pelanggaran garis merah (Iran) oleh rezim Zionis, yang tidak bisa kami toleransi dengan cara apa pun,” sebutnya.

    “Kami melihat operasi ini telah selesai, dan menurut kami, operasi ini telah berakhir. Tidak ada niat untuk melanjutkan operasi ini,” ujar Bagheri dalam pernyataannya seperti dilansir AFP.

    Israel sejauh ini belum mengumumkan respons resmi terhadap rentetan serangan Iran terhadap wilayahnya. Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, dalam tanggapan singkat via media sosial X, menyatakan bahwa Israel telah mencegat serangan Iran dan akan mampu “menang”.

    “Kita mencegat, kita memukul mundur (serangan), bersama-sama kita akan menang,” tulis Netanyahu dalam pernyataan berbahasa Ibrani via akun resmi media sosial X miliknya, seperti dilansir Al Jazeera.

    Sedangkan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, dalam pernyataan terpisah seperti dilansir AFP, menyatakan bahwa “operasi militer ini belum selesai”.

    Sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan Netanyahu, saat keduanya bercakap via telepon ketika serangan Iran berlangsung, bahwa Washington tidak akan berpartisipasi dalam operasi serangan apa pun terhadap Iran, dan tidak akan mendukung operasi semacam itu.

    Menanggapi penegasan Biden itu, para pejabat senior pemerintahan AS yang dikutip media Axios, menyebut Netanyahu mengatakan dirinya memahami sikap Washington.

    Disebutkan lebih lanjut oleh sumber pejabat-pejabat AS itu bahwa Biden dan para penasihat seniornya sangat mengkhawatirkan jika serangan balasan Israel terhadap Iran akan memicu perang regional dengan konsekuensi yang menyebabkan bencana.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kapal Perang Rusia Memasuki Laut Tengah via Mesir

    Kapal Perang Rusia Memasuki Laut Tengah via Mesir

    Suez

    Kapal dengan misil supersonik milik Rusia mulai memasuki Laut Tengah (Mediterania) via Terusan Suez, Mesir. Mau apa kapal perang Rusia masuk ke Laut Tengah saat Israel versus Iran sedang tegang?

    Dilansir Aljazeera, Minggu (14/4/2024), kapal perang Rusia itu adalah kapal frigate Marsekal Shaposhnikov.

    Kapal itu dileengkapi dengan misil supersonik Kinzhal. Kapal itu melintasi Terusan Suez di Mesir untuk mengikuti latihan kelautan di Laut Mediterania. Hal itu disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia.

    Kapal Marshal Shaposhnikov akan melanjutkan tugas sesuai rencana ekspedisi. Tak ada detail lebih lanjut yang disampaikan pihak Rusia.

    Pekan lalu, Kremlin menyerukan semua negara di Timur Tengah untuk menahan diri dan mencegah kekacauan regional. Hal itu disampaikan usai adanya serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, 1 April lalu.

    “Saat ini sangat penting bagi semua orang untuk menahan diri agar tidak mengarah pada destabilisasi situasi di kawasan, yang tidak menunjukkan stabilitas dan prediktabilitas,” kata juru bicara Dmitry Peskov.

    Kebetulan saja, saat ini telah terjadi serangan udara Iran ke Israel. Kata pihak Isrel, serangan udara berupa ratusan drone dan rudal itu menimbulkan kerusakan ringan di Israel. Serangan Iran merupakan serangan balasan atas peristiwa di konsulat Iran di Damaskus awal April lalu.

    “Operasi militer ini belum selesai. Kita harus tetap waspada dan memperhatikan instruksi yang disampaikan IDF (tentara Israel) dan Komando Front Dalam Negeri,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, dilansir AFP.

    Lihat juga Video ‘Rusia Klaim Ukraina Serang Pembangkit Nuklir di Zaporizhzhia’:

    (dnu/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Gempur Rafah Demi Bebaskan 2 Sandera

    Israel Gempur Rafah Demi Bebaskan 2 Sandera

    Jakarta

    Israel melancarkan operasi militer khusus di Rafah untuk membebaskan dua warga Israel yang disandera Hamas pada Senin (12/02). Sedikitnya 48 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka akibat serangan itu, menurut Kementerian Kesehatan di Palestina.

    Operasi militer Israel ini muncul tak lama setelah sejumlah saksi mata di Rafah berkata Israel melakukan serangan udara di Rafah bagian utara dan tengah.

    Warga setempat berkata kepada BBC bahwa sejumlah helikopter dan kapal juga terlibat dalam serangan tersebut.

    Serangan Israel di Rafah telah menewaskan sedikitnya 48 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya, menurut juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Ashraf Al-Qidra kepada kantor berita Reuters, Senin (12/02).

    Serangan itu menghantam 14 rumah dan tiga masjid di sejumlah wilayah di Rafah, menurut Hamas, seperti dikutip dari kantor berita AFP.

    Sebelumnya, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan bahwa Rafah diserang oleh Israel, dengan sejumlah warga Palestina dilaporkan meninggal dunia.

    Serangan itu terjadi setelah sejumlah negara dan organisasi internasional memeringatkan Israel atas rencananya melakukan serangan terhadap kota yang kini dihuni sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina.

    Dalam pernyataannya di sosial media, pasukan pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa dalam “operasi bersama yang dilakukan IDF, ISA (Badan Keamanan Israel, atau Shin Bet) dan kepolisian Israel, dua sandera Isral dari Kibbutz Nir Yitzhak diselematkan: Fernando Simon Marman (60) dan Louis Har (70)”.

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyebut operasi penyelamatan itu “mengesankan”, seraya menambahkan: “Kami akan terus memenuhi komitmen kami untuk mengembalikan [mereka] yang diculik, dengan cara apa pun.”

    Media Israel melaporkan bahwa para sandera sebelumnya ditawan di sebuah gedung di Rafah. Kini, keduanya telah dibawa ke Sheba Medical Center di pusat Israel.

    Pejabat sementara Sheba Medical Center, Armon Aek, mengonfirmasi keberadaan dua sandera yang kini sedang dirawat di fasilitas kesehatan yang ia kelola.

    Seperti diketahui, Israel menggempur Jalur Gaza setelah sekitar 1.200 warga Israel tewas akibat serangan Hamas pada 7 Oktober silam. Imbas dari serangan itu, sebanyak 240 orang disandera oleh Hamas.

    Sejumlah negara dan organisasi internasional telah memperingatkan Israel atas rencananya melakukan operasi di Rafah, tempat hampir 1,5 juta orang kini mencari perlindungan dari wilayah lain di Gaza.

    Sekitar 1,4 juta warga Palestina kini memenuhi Rafah – sebagian besar di antara mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian. Sementara itu, pasokan makanan, air dan obat-obatan sangat langka.

    Banyak dari warga Palestina yang kini tinggal di Rafah terpaksa meninggalkan rumah mereka

    Pejabat kemanusiaan senior di PBB berkata kepada BBC bahwa tak ada tempat aman yang bisa mereka tuju saat ini.

    Rafah yang berbatasan dengan Mesir adalah satu-satunya pintu masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Pada Minggu (11/02), Presiden AS Joe Biden berkata kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berkata bahwa serangan di Rafah tak bisa dilakukan tanpa perhitungan untuk memastikan keselamatan warga sipil.

    Biden meyebut Israel perlu “rencana yang kredibel dan bisa diterapkan” untuk melindungi lebih dari satu juga orang yang tinggal di kota itu, menurut Gedung Putih.

    Sementara Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron berkata lebih dari setengah populasi Gaza berlindung di Rafah, sedangkan Arab Saudi memperingatkan adanya “konsekuensi yang serius” jika Rafah diserang.

    Akan tetapi, Netanyahu berkukuh bahwa pihaknya akan melakukan operasi tersebut, seraya menambahkan bahwa dia akan menyediakan”jalur aman” bagi warga sipil yang memilih meninggalkan wilayah itu.

    Ketika ditanya ke mana warga sipil akan pergi, Netanyahu mengatakan bahwa ada “banyak” area “yang sudah mereka amankan di utara Rafah” dan

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pasukan Israel Segera Beraksi di Perbatasan Lebanon, Perang?

    Pasukan Israel Segera Beraksi di Perbatasan Lebanon, Perang?

    Jakarta

    Memanas! Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa pasukan Israel akan “segera beraksi” di dekat perbatasan utara negara itu dengan Lebanon. Hal ini disampaikannya seiring meningkatnya ketegangan di tengah perang Israel-Hamas di Gaza.

    Gallant mengatakan kepada pasukan di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, bahwa pasukan lainnya sedang dikerahkan ke utara Israel.

    “Mereka akan segera beraksi…sehingga kekuatan di utara diperkuat,” kata Gallant, seperti dilansir AFP, Selasa (30/1/2024).

    “Pasukan yang dekat dengan Anda… tengah meninggalkan medan perang dan bergerak ke arah utara, dan bersiap menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya,” ujarnya.

    Dia menambahkan bahwa pasukan cadangan akan dikerahkan secara bertahap “untuk mempersiapkan dan bersiap” untuk operasi di masa depan.

    Sejak pecahnya perang antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober, hampir setiap hari terjadi baku tembak di perbatasan Lebanon-Israel antara tentara Israel dan para milisi Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran, sekutu Hamas.

    Hizbullah pada hari Senin mengaku bertanggung jawab atas setidaknya 12 serangan terhadap posisi tentara Israel di dekat perbatasan, menggunakan rudal Falaq-1 dan Burkan buatan Iran.

    Lihat juga Video: Warga Palestina Berduka atas Kematian Dua Pemuda, Takbir Iringi Pemakaman

    Pada hari Senin, militer Israel mengatakan mereka melakukan serangan udara terhadap target-target Hizbullah di Lebanon.

    “Targetnya termasuk infrastruktur Hizbullah dan pos pengamatan yang terletak di wilayah Markaba, Taybeh, dan Maroun al-Ras di Lebanon selatan,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

    Militer Israel juga mengkonfirmasi bahwa beberapa proyektil telah diluncurkan dari Lebanon, dan mengatakan pasukan “merespons dengan menargetkan lokasi peluncuran dan lokasi lain di Lebanon”.

    Awal bulan ini, panglima militer Israel Herzi Halevi mengatakan bahwa kemungkinan akan terjadinya perang di perbatasan utara kini menjadi “jauh lebih besar”.

    “Saya tidak tahu kapan perang di utara terjadi. Saya dapat memberitahu Anda bahwa kemungkinan terjadinya perang dalam beberapa bulan mendatang jauh lebih besar dibandingkan di masa lalu,” kata Halevi.

    Menurut penghitungan AFP, lebih dari 200 orang, sebagian besar dari mereka anggota Hizbullah, telah tewas di Lebanon selatan akibat gempuran Israel sejak 7 Oktober.

    Di sisi perbatasan Israel, sembilan tentara dan enam warga sipil tewas, menurut pejabat-pejabat Israel.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menhan Israel Minta Jalur Perbatasan dengan Lebanon Diperkuat

    Menhan Israel Minta Jalur Perbatasan dengan Lebanon Diperkuat

    Jakarta

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant menyiapkan pasukan di dekat perbatasan utara jalur yang dikuasainya dengan Lebanon. Gallant meminta perbatasan itu diisi pasukan kuat.

    “Mereka akan segera bertindak…sehingga kekuatan di utara diperkuat,” kata Gallant dilansir AFP, Selasa (30/1/2024).

    “Pasukan yang dekat dengan Anda… meninggalkan medan perang dan bergerak ke arah utara, dan bersiap menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya,” katanya.

    Dia menambahkan bahwa pasukan cadangan akan dikerahkan secara bertahap “untuk mempersiapkan dan bersiap” operasi di masa depan.

    Diketahui, sejak pecahnya perang antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober, hampir setiap hari terjadi baku tembak di perbatasan Lebanon-Israel antara tentara Israel dan gerakan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, sekutu Hamas.

    Hizbullah juga sempat mengatakan bertanggung jawab atas setidaknya 12 serangan terhadap posisi tentara Israel di dekat perbatasan, menggunakan rudal Falaq-1 dan Burkan buatan Iran.

    Sementara itu, tentara Israel mengatakan mereka melakukan serangan udara terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon.

    Tentara juga mengkonfirmasi bahwa beberapa proyektil telah diluncurkan dari Lebanon dan mengatakan pasukan “merespons dengan menargetkan lokasi peluncuran dan lokasi lain di Lebanon”.

    Panglima militer Israel Herzi Halevi mengatakan awal bulan ini bahwa kemungkinan perang di perbatasan utara menjadi “jauh lebih tinggi”.

    “Saya tidak tahu kapan perang di utara terjadi. Saya dapat memberitahu Anda bahwa kemungkinan terjadinya perang dalam beberapa bulan mendatang jauh lebih tinggi dibandingkan di masa lalu,” kata Halevi.

    Lebih dari 200 orang, sebagian besar dari mereka anggota Hizbullah, tewas di Lebanon selatan akibat tembakan Israel sejak 7 Oktober, menurut penghitungan AFP.

    Di sisi perbatasan Israel, sembilan tentara dan enam warga sipil tewas, menurut pejabat Israel.

    Gallant mengatakan pada hari Senin bahwa militan Gaza kehabisan pasokan dan amunisi, namun perang melawan Hamas “akan memakan waktu berbulan-bulan”.

    Lihat juga Video: Israel Serang Kamp Pengungsi di Gaza, Sedikitnya 10 Orang Tewas

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menhan Israel Minta Jalur Perbatasan dengan Lebanon Diperkuat

    Perang Intensif di Gaza Selatan Akan Berakhir Segera

    Tel Aviv

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant mengungkapkan bahwa fase perang intensif melawan Hamas di wilayah selatan Jalur Gaza akan segera berakhir. Gallant juga menegaskan bahwa Jalur Gaza pascaperang akan diperintah oleh Palestina, tanpa adanya Hamas berkuasa.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (16/1/2024), militer Israel, dalam beberapa pekan terakhir, meningkatkan operasi militer dan pengeboman di kota-kota di Jalur Gaza bagian selatan, seperti Khan Younis dan Rafah.

    Serangan difokuskan ke bagian selatan daerah kantong Palestina itu setelah Tel Aviv mengklaim struktur militer Hamas di bagian utara telah dihancurkan.

    Dalam pernyataan terbaru, Gallant mengungkapkan bahwa operasi militer Israel terhadap Jalur Gaza bagian selatan itu akan segera berakhir dan perang melawan Hamas akan berlanjut ke fase berikutnya.

    “Kami telah memperjelas bahwa tahap manuver intensif akan berlangsung selama kurang lebih tiga bulan,” ucapnya dalam konferensi pers di Tel Aviv pada Senin (15/1) waktu setempat.

    “Di Gaza bagian selatan, kita akan mencapai pencapaian ini dan itu akan segera berakhir, dan di kedua tempat tersebut, akan tiba saatnya kita akan melanjutkan ke fase berikutnya,” ujarnya.

    Israel mengerahkan operasi darat di Jalur Gaza sejak 27 Oktober tahun lalu, usai melancarkan rentetan serangan udara sejak awal Oktober.

    Lihat juga Video: RI Tegaskan Bakal Bela Palestina di Mahkamah Internasional

    Militer Israel dalam pernyataan via situs resminya menyebut seluruh divisi pasukannya telah menyelesaikan penarikan dari Jalur Gaza pada Senin (15/1) waktu setempat, setelah “menyingkirkan ratusan teroris” dan menghancurkan terowongan berkilo-kilometer di bagian tengah dan utara daerah kantong Palestina itu.

    Israel diketahui mengerahkan empat divisi pasukan yang beroperasi di dalam Jalur Gaza sebelum penarikan pasukan diumumkan, meskipun tidak diketahui secara jelas seberapa banyak tentara yang ditarik mundur.

    Menhan Israel Tegaskan Gaza Akan Diperintah Palestina Pascaperang

    Gallant dalam pernyataannya juga menegaskan bahwa Jalur Gaza akan diperintah oleh Palestina setelah perang melawan Hamas berakhir nantinya. Dia menyebut pemerintahan masa depan di Jalur Gaza harus berasal dari daerah kantong Palestina itu sendiri.

    “Orang-orang Palestina tinggal di Gaza dan oleh karena itu, orang-orang Palestina akan memerintahnya di masa depan. Pemerintahan Gaza di masa depan harus tumbuh dari Jalur Gaza,” tegasnya dalam konferensi pers pada Senin (15/1) waktu setempat.

    “Pada akhir perang tidak akan ada ancaman militer dari Gaza. Hamas tidak akan bisa memerintah dan berfungsi sebagai kekuatan militer di Jalur Gaza,” cetusnya.

    Gallant juga menyebut bahwa pemerintahan masa depan akan menjadi “alternatif sipil” sembari bersikeras menyatakan pasukan militer Israel akan memiliki “kebebasan beroperasi” dengan tujuan melindungi warganya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Rilis Video Kematian 2 Sandera Karena Serangan Bom Israel

    Hamas Rilis Video Kematian 2 Sandera Karena Serangan Bom Israel

    Jakarta

    Kelompok Hamas merilis video baru yang mengumumkan kematian dua sandera Israel yang dibawa ke Gaza pada 7 Oktober. Hamas mengatakan kedua sandera tewas karena serangan bom Israel.

    Dilansir AFP Selasa (16/1/2024), video tersebut menunjukkan seorang wanita yang disandera, yang disebut di media Israel sebagai Noa Argamani, 26 tahun, berbicara di bawah tekanan, mengungkapkan bahwa dua pria yang ditawan bersamanya telah terbunuh dalam penawanan.

    Tidak jelas kapan video itu diambil. Hamas telah merilis video lain pada hari Minggu (14/1) yang menunjukkan Argamani bersama dua sandera yang terlihat hidup.

    Pasangan tersebut yang disebutkan di media Israel sebagai Yossi Sharabi (53), dan Itay Svirsky (38), adalah orang yang sama yang diumumkan terbunuh dalam video hari Senin (15/1).

    Dalam sebuah pernyataan yang dirilis bersama video hari Senin (15/1), sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mengatakan kedua pria tersebut tewas dalam pemboman tentara Zionis.

    Dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 7 Oktober yang memicu perang Israel-Hamas, para militan menyandera sekitar 250 sandera, 132 di antaranya menurut para pejabat Israel masih berada di Gaza, termasuk setidaknya 25 orang yang diyakini telah terbunuh.

    Tak lama setelah video tersebut dirilis, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pada konferensi pers bahwa Hamas menerapkan tekanan psikologis kepada keluarga para sandera.

    “Hamas sangat terpukul oleh IDF (militer),” katanya.

    “Apa yang tersisa adalah menyentuh saraf sensitif dalam masyarakat Israel melalui tindakan pelecehan psikologis terhadap anggota keluarga,” sambungnya.

    Mengesampingkan gencatan senjata di Gaza, Gallant menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk memulangkan para sandera adalah dengan terus menerapkan ‘tekanan militer’. Jika tidak, katanya, ‘tidak ada yang akan berbicara dengan kami’ dan kami ‘tidak akan berhasil mencapai kesepakatan apa pun’.

    Tentara Israel mengecam Hamas karena merilis video yang mengumumkan kematian dua tawanan Israel di Gaza, dengan mengatakan bahwa itu adalah penggunaan sandera yang tidak bersalah secara brutal.

    Juru bicara militer Daniel Hagari juga menolak klaim Hamas bahwa kedua sandera tewas akibat pemboman Israel, dengan mengatakan: “Ini adalah kebohongan Hamas.”

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Panas Menhan Israel vs Netanyahu hingga Angkat Kaki dari Rapat

    Panas Menhan Israel vs Netanyahu hingga Angkat Kaki dari Rapat

    Jakarta

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant terlibat cekcok dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu. Hal ini terjadi hingga terjadi walkout dari rapat kabinet perang yang membahas perang melawan Hamas.

    Dilansir The Times of Israel, Senin (15/1/2024), insiden itu dilaporkan terjadi saat rapat kabinet perang digelar pada Sabtu (13/1) malam waktu setempat. Gallant tiba-tiba keluar, atau melakukan walkout, dari ruangan yang menjadi lokasi rapat kabinet perang Israel setelah berselisih dengan Netanyahu.

    Laporan media-media lokal Israel yang mengutip sumber yang menghadiri rapat tertutup itu, menyebut perselisihan terjadi soal kehadiran para ajudan atau penasihat dalam rapat tersebut.

    Insiden berawal ketika Gallant tiba di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv yang menjadi lokasi rapat dan diberitahu oleh sejumlah pejabat Kantor PM Israel bahwa kepala staf pertahanan Shachar Katz tidak diperbolehkan masuk karena para ajudan dan penasihat tidak diizinkan ikut rapat.

    Namun, menurut laporan televisi Channel 13, Netanyahu ternyata membawa lima asistennya. Sumber yang tidak disebut namanya mengungkapkan kepada televisi lokal Israel tersebut bahwa para peserta rapat sebenarnya telah diberitahu sebelumnya bahwa para ajudan atau penasihat tidak akan diizinkan masuk.

    Tapi, menurut sumber itu, Gallant datang terlambat dan “tampaknya tidak menerima memo tersebut”.

    Sekretaris militer Gallant, Brigadir Jenderal Guy Markizano, sebenarnya diizinkan ikut rapat tersebut, namun menurut sumber, Gallant menolak menerima situasi itu dan memilih untuk walkout. Dia membawa serta Katz dan Markizano bersamanya saat meninggalkan ruangan rapat.

    “Berhentilah menghalangi pekerjaan saya,” tegas Gallant dengan nada marah sebelum meninggalkan ruang rapat.

    Simak halaman selanjutnya

    Situasi semakin tegang ketika Hanegbi, yang juga terlibat perselisihan itu, melontarkan komentar: “Bahkan saya tidak membiarkan ajudan saya ada di sini.”

    “Anda lupa bahwa Anda juga seorang ajudan,” cetus Gallant kepada Hanegbi, yang jabatannya berada di bawah Kantor PM Israel.

    Laporan media lokal Israel tidak menjelaskan lebih lanjut siapa saja yang menghadiri rapat itu. Namun televisi publik Kan menyebut Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel (IDF) Herzi Halevi tidak ikut menghadiri rapat.

    Anggota inti kabinet perang Israel adalah Netanyahu, Gallant dan Menteri Benny Gantz, yang membawa partainya, Partai Persatuan Nasional, ke dalam pemerintahan untuk membantu mengawasi perang melawan Hamas.

    Menurut media-media lokal Israel, Gallant kembali mengikuti rapat kabinet perang itu sekitar satu jam kemudian. Pada saat itu tidak ada ajudan atau penasihat yang ikut hadir dalam rapat.

    Sementara itu, sejumlah sumber yang dekat dengan Gallant, seperti dikutip Jerusalem Post, menuturkan bahwa kehadiran kepala staf pertahanan dan sekretaris militer penting “dalam menyampaikan instruksi kepada kementerian dan militer”.

    Cekcok antara Gallant dan Netanyahu yang sama-sama berasal dari Partai Likud yang berkuasa di Israel itu menuai kritikan dari anggota parlemen Tally Gotliv dari partai yang sama. Dia menyebut perilaku kedua pejabat Israel itu seperti perilaku anak-anak preschool.

    “Bagaimana kita bisa mengandalkan kabinet ramping yang berperilaku seperti anak-anak TK? Apakah tidak ada satu pun orang dewasa yang bertanggung jawab di sana, yang bisa mengimbau orang-orang untuk berperilaku? Anak-anak kecil, itulah diri kalian, berada di tengah perang,” sebut Goltiv dalam kritikannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menhan Israel Bilang Palestina Akan Tetap Kuasai Gaza

    Menhan Israel Bilang Palestina Akan Tetap Kuasai Gaza

    Jakarta

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada hari Kamis (04/01) mengatakan, Palestina akan sepenuhnya memegang kendali di Gaza, setelah perang Israel melawan Hamas berakhir.

    “Hamas tidak akan memerintah Gaza dan Israel tidak akan menjalankan urusan sipil atas Gaza,” kata Gallant, seperti dikutip oleh kantor berita Reuters dan media lainnya.

    “Penduduk Gaza adalah orang Palestina, oleh karena itu, badan-badan Palestina akan bertanggung jawab sepenuhnya, dengan syarat tidak ada tindakan permusuhan atau ancaman terhadap Negara Israel,” tegasnya.

    Gallant menambahkan bahwa Israel akan tetap memiliki hak untuk beroperasi secara militer di Gaza.

    Sementara Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kini sering menahan diri untuk tidak memberikan gambaran garis besar yang jelas mengenai Gaza pascaperang. Netanyahu sebelumnya mengatakan, Hamas tidak akan memerintah Gaza, begitu pula Fatah, yang saat ini menguasai Tepi Barat.

    Selain itu, negara-negara Arab dan Muslim juga enggan untuk mengambil kendali politik atas Gaza setelah terjadinya perang yang masih terus berlangsung.

    PBB ‘terganggu’ rencana Israel ungsikan warga Gaza

    Komisioner Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Volker Türk mengatakan, dirinya “sangat terganggu dengan pernyataan pejabat tinggi Israel,” terkait rencana pemindahan warga sipil dari Jalur Gaza ke negara ketiga.

    Türk menekankan; “hukum internasional melarang pemindahan paksa orang-orang yang dilindungi di dalam wilayah yang diduduki atau terdeportasi dari wilayah yang diduduki.”

    Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir pada hari Senin (01/01) menyerukan “solusi untuk mendukung emigrasi bagi warga Gaza.”

    Komentar Ben-Gvir yang memicu kontroversi itu, dilontarkan setelah sebelumnya Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, juga mendesak dikembalikannya para pemukim Yahudi ke Gaza pascaperang.

    Walau begitu, pemerintah Israel belum secara resmi mengajukan rencana untuk mengusir warga Gaza atau mengembalikan pemukim Yahudi kembali ke wilayah konflik, sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada bulan Oktober 2023.

    Blinken mulai upaya diplomasi baru di Timur Tengah

    Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken memulai kunjungan ke Timur Tengah pada hari Kamis (04/01), untuk mengintensifkan upaya diplomatik, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa perang Israel-Hamas akan menjadi ancaman konflik regional yang lebih luas.

    Selain melakukan kunjungan ke Israel dan wilayah Tepi Barat yang diduduki, Blinken juga akan mengunjungi Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Mesir, Turki, hingga Yunani dalam satu minggu ke depan, menurut juru bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS Matthew Miller.

    “Tidak ada satu pihakpun, baik itu Israel, kawasan ini, maupun dunia, yang menghendaki konflik ini menyebar hingga ke luar Gaza,” kata Miller.

    Blinken telah melakukan beberapa kali perjalanan ke wilayah konflik tersebut, sejak serangan teror Hamas ke wilayah Israel selatan pada 7 Oktober 2023.

    “Kami tidak memperkirakan setiap pembicaraan dalam perjalanan ini akan berlangsung mudah,” ujar Miller. Dia menambahkan, “jelas ada isu-isu sulit yang dihadapi kawasan ini dan pilihan-pilihan sulit yang menanti.”

    Miller juga mengatakan bahwa Blinken akan fokus pada perluasan bantuan kemanusiaan ke Gaza, mendesak Israel untuk meminimalisir korban warga sipil Palestina, pembebasan sandera yang masih ditahan oleh Hamas, dan pentingnya perencanaan bagi urusan sipil Gaza pascaperang.

    kp/ha/as (Reuters, AFP, dpa, AP)

    Lihat Video ‘Penampakan Dampak Serangan Israel di Pemukiman Warga di Rafah Gaza’

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini