Tag: Yenny Wahid

  • Pemprov Jatim Gelar Tasyakuran Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional untuk Gus Dur di Grahadi

    Pemprov Jatim Gelar Tasyakuran Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional untuk Gus Dur di Grahadi

    Surabaya (beritajatim.com) – Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggelar tasyakuran atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (11/11/2025).

    Acara ini dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Istri Gus Dur Nyai Sinta Nuriyah dan Putri Gus Dur Yenny Wahid,

    Gubernur Khofifah menyampaikan bahwa penetapan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional, bersama Syaikhona Muhammad Kholil dan Marsinah, merupakan bentuk penghormatan negara atas jasa-jasa besar mereka dalam memperjuangkan nilai kemanusiaan, keadilan, dan kebangsaan.

    Menurut Khofifah, Gus Dur adalah sosok lintas batas yang memperjuangkan nilai kemanusiaan universal. Gus Dur, terang dia, bukan hanya milik warga Nahdlatul Ulama, tapi milik seluruh bangsa. Gus Dur adalah pahlawan yang memperjuangkan kemanusiaan universal, bahwa setiap manusia, siapa pun dia, berhak mendapatkan penghormatan yang sama di mata Tuhan dan negara.

    Putri Gus Dur, Yenny Wahid, yang turut hadir dalam acara tersebut, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas penghargaan negara kepada ayahandanya. Ia mengatakan, perjuangan Gus Dur tidak pernah diarahkan untuk mendapatkan gelar, tetapi demi mewujudkan masyarakat yang adil dan berperikemanusiaan.

    “Gus Dur tidak pernah berjuang untuk mendapatkan gelar. Gus Dur tidak berjuang untuk mendapatkan posisi. Gus Dur hanya mengikuti hati gelaran di beliau, berjuang untuk mewujudkan masyarakat di mana ada keadilan di sana. Di mana semua orang diperlakukan setara,” kata Yenny.

    Ia menambahkan, nilai-nilai perjuangan Gus Dur merupakan warisan yang perlu diteruskan oleh generasi penerus bangsa. “Tentu bagi kami ini pengakuan dari negara bahwa nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur inilah yang paling penting. Kita berharap bahwa ke depan apa yang diperjuangkan Gus Dur akan terus berlanjut, dilanjutkan oleh generasi-generasi berikutnya,” tuturnya. [tok/beq]

  • Setelah Gus Dur Ditetapkan Pahlawan Nasional, Yenny Wahid di Jombang: Perjuangan Beliau dari Nurani

    Setelah Gus Dur Ditetapkan Pahlawan Nasional, Yenny Wahid di Jombang: Perjuangan Beliau dari Nurani

    Jombang (beritajatim.com) – Setelah Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), almarhum Presiden ke-4 RI, resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada Senin (10/11/2025), keluarga besar almarhum melakukan ziarah ke makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Selasa (11/11/2025).

    Yenny Wahid, putri Gus Dur, bersama sang ibunda, Hj. Sinta Nuriyah, hadir untuk mengenang perjuangan dan warisan besar yang telah ditinggalkan oleh almarhum.

    Dalam momen khidmat tersebut, Yenny Wahid menyampaikan pandangan mendalam tentang perjuangan Gus Dur. “Gus Dur tidak pernah mencari gelar atau jabatan. Semua yang beliau lakukan lahir dari nurani dan keberpihakan pada keadilan. Itulah yang seharusnya kita lanjutkan,” ujar Yenny dengan penuh penghormatan.

    Ia mengingatkan bahwa perjuangan Gus Dur tidak pernah terfokus pada pencapaian pribadi atau pengakuan, melainkan pada nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan yang universal.

    Ziarah yang disertai doa dan tabur bunga itu juga dihadiri oleh Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), serta masyarakat yang turut serta mengenang almarhum.

    Dalam suasana penuh refleksi ini, Yenny dan Hj. Sinta mengungkapkan rasa syukur atas penghargaan yang diberikan oleh negara kepada Gus Dur. “Penghargaan ini bukan hanya untuk Gus Dur sebagai pribadi, tetapi untuk nilai-nilai perjuangan yang beliau wakafkan bagi bangsa,” kata Yenny.

    Sementara itu, Hj. Sinta Nuriyah, istri Gus Dur, menegaskan bahwa semangat dan pemikiran Gus Dur tentang kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan tidak akan pernah pudar. “Itu adalah warisan besar yang akan terus hidup di hati rakyat,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

    Dalam refleksinya, Hj. Sinta menggambarkan kondisi bangsa saat ini seperti ‘pusaran angin’ yang tengah mencari keseimbangan. Ia juga menyatakan bahwa gelar Pahlawan Nasional hanyalah pengakuan formal, karena bagi rakyat, Gus Dur sudah lama menjadi pahlawan sejati.

    “Beliau adalah pahlawan rakyat karena cinta dan doa masyarakat tak pernah putus untuknya,” tuturnya.

    Ziarah ini tidak hanya menjadi penghormatan terhadap sosok Gus Dur, tetapi juga sebagai panggilan untuk generasi muda agar terus meneruskan perjuangan almarhum dalam mewujudkan keadilan dan kemanusiaan di tanah air. [suf]

  • Wahid Foundation Rilis Platform demi Perluas Akses Keuangan Perempuan

    Wahid Foundation Rilis Platform demi Perluas Akses Keuangan Perempuan

    Jakarta

    Wahid Foundation memperluas akses pemberdayaan ekonomi dan sosial bagi perempuan akar rumput melalui peluncuran platform Maitra. Program ini menjadi lanjutan dari peluncuran Desa Damai dan Koperasi Cinta Damai Wahid (KCD Wahid).

    Platform Maitra ini dikembangkan bersama oleh KCD Wahid. Platform ini berfungsi sebagai ekosistem digital yang menghubungkan nilai, modal, dan solidaritas sosial.

    Platform ini diproyeksikan untuk dapat membuka akses permodalan, pelatihan digital, dan jejaring antar-komunitas di berbagai daerah. Peluncuran Maitra menjadi langkah strategis Wahid Foundation memperluas jangkauan gerakan ekonomi damai untuk membangun kemandirian.

    Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, menjelaskan gerakan ini sejalan dengan kesadaran dari keadilan sosial dan kesejahteraan ekonomi. Ia menjelaskan, Wahid Foundation mulai menata Desa Damai sebagai ruang tumbuh bagi perempuan sejak 2013.

    Saat ini, terdapat lebih dari 41 Desa Damai telah tumbuh di tujuh provinsi. Desa Damai telah menjangkau lebih dari 80.000 penduduk dan melibatkan ribuan perempuan serta pemuda sebagai agen perdamaian di tingkat lokal.

    “Sejak 2013, kami membangun Desa Damai sebagai ruang bagi perempuan untuk berperan, berdialog, dan membangun kepercayaan lintas perbedaan,” ujar Yenny dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/11/2025).

    Selain itu, Wahid Foundation juga telah membentuk KCD untuk mendukung kesejahteraan keluarga. Saat ini, KCD Wahid memiliki lebih dari 1.960 anggota aktif perempuan dan tingkat pengembalian pinjaman mencapai 98%.

    Melalui koperasi ini, perempuan kini mendapatkan akses permodalan, literasi keuangan, pendampingan usaha, serta pelatihan kepemimpinan di komunitasnya. Tercatat lebih dari 200 usaha mikro perempuan tumbuh dari ekosistem ini, mulai dari kuliner, kerajinan ramah lingkungan, hingga pengelolaan sampah berbasis komunitas.

    Sementara untuk Maitra, merupakan platform digital yang dibangun untuk memastikan perempuan memiliki akses keuangan yang setara untuk menata kehidupannya.

    “Kini, melalui Koperasi Cinta Damai Wahid dan platform digital Maitra, kami ingin memastikan perempuan, terutama yang paling rentan, tidak hanya memiliki suara, tetapi juga memiliki akses, kesempatan, dan kekuatan untuk menata kehidupannya,” jelasnya.

    “Karena ketika perempuan tumbuh, keluarga menjadi kuat. Dan ketika keluarga kuat, Indonesia menjadi lebih damai dan berdaya,” pungkasnya.

    (ara/ara)

  • Pijar Foundation Apresiasi 30 Sosok Pemuda Penggerak Perubahan

    Pijar Foundation Apresiasi 30 Sosok Pemuda Penggerak Perubahan

    Jakarta: Sebanyak 30 pemuda inspiratif dari berbagai daerah di Indonesia menerima penghargaan dalam ajang MUDA30 Awarding Night 2025 yang digagas Pijar Foundation di Taman Ismail Marzuki pada Senin, 3 November 2025.

    Penghargaan diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dan inovasi pemuda dalam membangun perubahan positif di lingkungan masing-masing.

    Mengusung tema “Powering The Architects of Indonesia’s Future”, MUDA30 2025 menjadi wadah kolaborasi bagi generasi muda untuk berperan aktif dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.

    Tahun ini, inisiatif tersebut menjangkau 35 provinsi di seluruh Indonesia dari Papua Barat hingga Kalimantan Utara, serta dari Aceh hingga Nusa Tenggara Timur dengan lima kategori kontribusi utama, yaitu ASN Inspiratif, Lingkungan dan Keberlanjutan, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Inovasi Teknologi dan Kewirausahaan, serta Inklusi Sosial.

    Dari 450 pendaftar, 50 finalis terpilih melalui proses seleksi ketat dan mengikuti berbagai tahapan seperti bootcamp, sesi mentorship, serta pelaksanaan MisiMUDA30, termasuk Forum Townhall Muda bersama pemerintah daerah dan komunitas setempat.
     

    Selain penghargaan, Awarding Night menjadi momentum untuk memperkuat jejaring kolaborasi lintas daerah dan lintas generasi agar gerakan pemuda semakin berkelanjutan.

    Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Dr. Bima Arya Sugiarto, mengajak generasi muda untuk memiliki mental aktivis, keahlian global serta hati yang nasionalis dalam menentukan arah masa depan bangsa. “Sejarah negara itu ditentukan oleh anak mudanya. Anak muda yang menolak sejarahnya ditentukan orang lain tapi memilih menciptakan jalan sejarahnya sendiri,” kata Bima Arya Sugiarto. 

    Hal senada juga disampaikan oleh pendiri Wahid Foundation, Yenny Wahid, yang menyoroti keberanian pemuda dalam menciptakan perubahan. “Ketika kita muda kita punya keberanian untuk melakukan banyak hal berdampak. Masa depan ada pada tangan anak muda ketika mereka memahami dan memanfaatkan kekuatannya,” kata Yenny Wahid.

    Sementara itu, Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta, Ali Maulana Hakim yang mewakili Gubernur DKI Jakarta, menegaskan sinergi antara kebijakan pemerintah dan inovasi pemuda sebagai pilar penting untuk mengisi celah pembangunan.

    Melalui MUDA30, Direktur Eksekutif Pijar Foundation, Cazadira Fediva Tamzil mendorong energi kolektif dari talenta muda Indonesia untuk menjadi katalis pembangunan dan mengoptimalkan bonus demografi Indonesia.Ia menegaskan,

    “Walaupun bidangnya beda, caranya beda tapi datang dengan visi yang sama. Jika bonus demografi tidak diimbangi talenta muda maka akan menjadi petaka demografi,” terangnya.

    MUDA30 Awarding Night 2025 membuktikan bahwa ketika ruang, dukungan, dan kepercayaan diberikan, pemuda mampu hadir sebagai arsitek masa depan Indonesia.

    Jakarta: Sebanyak 30 pemuda inspiratif dari berbagai daerah di Indonesia menerima penghargaan dalam ajang MUDA30 Awarding Night 2025 yang digagas Pijar Foundation di Taman Ismail Marzuki pada Senin, 3 November 2025.
     
    Penghargaan diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dan inovasi pemuda dalam membangun perubahan positif di lingkungan masing-masing.
     
    Mengusung tema “Powering The Architects of Indonesia’s Future”, MUDA30 2025 menjadi wadah kolaborasi bagi generasi muda untuk berperan aktif dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.

    Tahun ini, inisiatif tersebut menjangkau 35 provinsi di seluruh Indonesia dari Papua Barat hingga Kalimantan Utara, serta dari Aceh hingga Nusa Tenggara Timur dengan lima kategori kontribusi utama, yaitu ASN Inspiratif, Lingkungan dan Keberlanjutan, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Inovasi Teknologi dan Kewirausahaan, serta Inklusi Sosial.
     
    Dari 450 pendaftar, 50 finalis terpilih melalui proses seleksi ketat dan mengikuti berbagai tahapan seperti bootcamp, sesi mentorship, serta pelaksanaan MisiMUDA30, termasuk Forum Townhall Muda bersama pemerintah daerah dan komunitas setempat.
     

     
    Selain penghargaan, Awarding Night menjadi momentum untuk memperkuat jejaring kolaborasi lintas daerah dan lintas generasi agar gerakan pemuda semakin berkelanjutan.
     
    Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Dr. Bima Arya Sugiarto, mengajak generasi muda untuk memiliki mental aktivis, keahlian global serta hati yang nasionalis dalam menentukan arah masa depan bangsa. “Sejarah negara itu ditentukan oleh anak mudanya. Anak muda yang menolak sejarahnya ditentukan orang lain tapi memilih menciptakan jalan sejarahnya sendiri,” kata Bima Arya Sugiarto. 
     
    Hal senada juga disampaikan oleh pendiri Wahid Foundation, Yenny Wahid, yang menyoroti keberanian pemuda dalam menciptakan perubahan. “Ketika kita muda kita punya keberanian untuk melakukan banyak hal berdampak. Masa depan ada pada tangan anak muda ketika mereka memahami dan memanfaatkan kekuatannya,” kata Yenny Wahid.
     
    Sementara itu, Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta, Ali Maulana Hakim yang mewakili Gubernur DKI Jakarta, menegaskan sinergi antara kebijakan pemerintah dan inovasi pemuda sebagai pilar penting untuk mengisi celah pembangunan.
     
    Melalui MUDA30, Direktur Eksekutif Pijar Foundation, Cazadira Fediva Tamzil mendorong energi kolektif dari talenta muda Indonesia untuk menjadi katalis pembangunan dan mengoptimalkan bonus demografi Indonesia.Ia menegaskan,
     
    “Walaupun bidangnya beda, caranya beda tapi datang dengan visi yang sama. Jika bonus demografi tidak diimbangi talenta muda maka akan menjadi petaka demografi,” terangnya.
     
    MUDA30 Awarding Night 2025 membuktikan bahwa ketika ruang, dukungan, dan kepercayaan diberikan, pemuda mampu hadir sebagai arsitek masa depan Indonesia.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Yenny Wahid Pakai Emblem One Piece: Simbol Kartun, Tak Usah Ditakuti
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        22 Agustus 2025

    Yenny Wahid Pakai Emblem One Piece: Simbol Kartun, Tak Usah Ditakuti Megapolitan 22 Agustus 2025

    Yenny Wahid Pakai Emblem One Piece: Simbol Kartun, Tak Usah Ditakuti
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid, mencuri perhatian saat menemui Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Balai Kota, Jumat (22/8/2025).
    Ia hadir dengan mengenakan kerudung merah muda yang tersemat emblem bergambar tengkorak bertopi jerami simbol bajak laut dari anime One Piece di bawahnya.
    Penampilan Yenny itu sontak menjadi sorotan awak media, terlebih setelah simbol bajak laut One Piece viral digunakan masyarakat menjelang perayaan HUT ke-80 RI pada 17 Agustus lalu.
    Simbol tersebut ramai dipasang di berbagai daerah dan dinilai sebagai bentuk protes serta kekecewaan terhadap kondisi bangsa.
    Yenny menegaskan, penggunaan simbol fiksi itu seharusnya tidak ditanggapi berlebihan oleh pemerintah.
    “Saya cuma ingin mengatakan bahwa One Piece tidak usah ditakuti, tidak perlu diberangus, tidak perlu dihapus. Ini ekspresi saja, justru harus menjadi introspeksi dari pejabat. Kenapa rakyat mengambil simbol One Piece? Karena ada ketidakpuasan, itu yang harus jadi introspeksi kita semua,” kata Yenny.
    Menurut dia, tokoh fiktif dalam manga dan anime Jepang tersebut hanyalah media ekspresi masyarakat.
    “Gak usah takut dengan simbol One Piece. Ini hanya tokoh kartun kok. Kalau kita betul-betul melaksanakan tugas melayani masyarakat, gak perlu takut dengan tokoh dan simbol semacam itu,” ujarnya.
    Selain menyampaikan pandangan soal fenomena itu, Yenny juga membahas rencana kerja sama Wahid Foundation dengan Pemprov DKI terkait program pelestarian lingkungan di wilayah pesisir, termasuk Kepulauan Seribu.
    “Kita akan melakukan pelatihan penyadaran tentang kebutuhan mempertahankan lingkungan hidup, pengolahan sampah secara benar, dan memberdayakan perempuan di pesisir. Sampah plastik tidak jadi masalah besar, tapi bisa diolah dengan baik,” ujar Yenny.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Yenny Wahid Pakai Emblem One Piece: Simbol Kartun, Tak Usah Ditakuti
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        22 Agustus 2025

    Yenny Wahid Temui Pramono, Bahas Kerja Sama Lingkungan dan Pemberdayaan Perempuan Megapolitan 22 Agustus 2025

    Yenny Wahid Temui Pramono, Bahas Kerja Sama Lingkungan dan Pemberdayaan Perempuan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Putri Presiden ke-4, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid menemui Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Balai Kota Jakarta, Jumat (22/8/2025).
    Pertemuan tersebut membahas rencana kerja sama dalam program pelestarian lingkungan, khususnya di wilayah pesisir Ibu Kota.
    “Kita mau kerja sama untuk kesadaran iklim. Untuk SDG’s dan kesadaran iklim dan macam-macam,” ucap Pramono, Jumat.
    Yenny menjelaskan, Wahid Foundation bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menggagas program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, terutama perempuan di daerah pesisir seperti Kepulauan Seribu.
    Program itu berfokus pada pengelolaan sampah yang berkelanjutan, circular economy, hingga green economy.
    “Kita akan melakukan pelatihan penyadaran tentang kebutuhan mempertahankan lingkungan hidup, pengolahan sampah secara benar, dan memberdayakan perempuan di pesisir. Sampah plastik tidak jadi masalah besar, tapi bisa diolah dengan baik,” ujar Yenny.
    Menurut Yenny, konsep green economy yang ditawarkan bukan hanya menekan dampak lingkungan, tetapi juga memberi peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
    “Ada green economy, di mana perempuan bisa mendapatkan keuntungan dari sampah yang dihasilkan. Itu yang kita sedang gagas,” lanjutnya.
    Yenny menambahkan, salah satu lokasi awal program akan dilaksanakan di Kepulauan Seribu.
    Yenny menyebut, Pramono menyambut positif inisiatif tersebut.
    Ia menegaskan bahwa isu lingkungan sudah menjadi salah satu prioritas Jakarta di mata dunia.
    “Beliau (Pramono) sudah menjadi ketua kota-kota besar di dunia, dan salah satu program utama yang dilihat adalah keberhasilan DKI dalam program lingkungan hidup. Jadi memang sudah pas kita bergerak ke arah sana,” tutur Yenny.
    Wahid Foundation sendiri diketahui telah bermitra dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menjalankan sejumlah program, termasuk yang akan dilaksanakan bersama Pemprov DKI.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Momen Prabowo Naik Maung Bersama Kapolri Saat Cek Pasukan di HUT ke-79 Bhayangkara

    Momen Prabowo Naik Maung Bersama Kapolri Saat Cek Pasukan di HUT ke-79 Bhayangkara

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melakukan pengecekan pasukan di HUT ke-79 Bhayangkara di Monas, Jakarta.

    Berdasarkan pantauan Bisnis di lokasi, Prabowo hadir untuk menjadi inspektur upacara dalam peringatan ulang tahun Polri tersebut.

    Orang nomor satu di Indonesia itu tiba sekitar 07.58 WIB, nampak dia ditemani Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto saat menuju mimbar kehormatan.

    Sebelum memberikan amanatnya, Prabowo terlebih dahulu melakukan pemeriksaan pasukan sekitar sekitar 20 menit. Dalam pemeriksaan itu, Prabowo ditemani Kapolri Jenderal Listyo Sigit dengan menggunakan maung berkelir hitam.

    “Lapor, pasukan siap diperiksa,” ujar Komandan Upacara, Irjen Pol Dadang Hartanto di Monas, Selasa (1/7/2025).

    Saat pemeriksaan, Prabowo serta Sigit terlihat memandangi pasukan yang tengah berbaris. Total ada 14 resimen yang berbaris dalam upacara kali ini. Misalnya, pasukan utama yang terdiri dari satuan utama Polri.

    Kemudian, resimen 2 dari STIK dan Lemdiklat, resimen 3 dari satuan Kabaharkam dan Samapta Polda Metro Jaya, resimen 4 terdiri dari pasukan gegana dan Brimob.

    Sisanya resimen 5-6 diisi olah Densis 88, Korpolairud, Korps Lalu Lintas (Korlantas), Propam hingga Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri.

    Di lain sisi, turut hadir juga sejumlah pejabat di lingkaran kabinet pemerintahan Prabowo. Mereka yakni
    Menteri Koperasi Budi Arie Wibowo, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Wakil Presiden ke-12, Ma’ruf Amin.

    Selanjutnya, anak Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid dna Yenny Wahid, Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan hingga Mantan Wapres Try Sutrisno turut hadir dalam HUT ke-79 Bhayangkara ini.

  • Xinjiang-China dan Indonesia menurut kacamata seorang jurnalis

    Xinjiang-China dan Indonesia menurut kacamata seorang jurnalis

    Surabaya (ANTARA) – Melihat fakta secara langsung (faktual) adalah keunggulan media massa. Akurasi tetap menjadi keunggulan jurnalis yang terjun ke lapangan, termasuk keunggulan dalam etika dan rekam jejak yang tidak bisa sirna secara digital.

    Buku bertajuk “Di Balik Kontroversi Xinjiang (Catatan Perjalanan Wartawan Indonesia Mengungkap Fakta di Lorong Gelap Kamp Vokasi Uighur)” di antara sajian fakta yang ditulis dan dibukukan jurnalis M Irfan Ilmie (2025) yang pernah menjadi Kepala LKBN ANTARA Biro Beijing (2016-2023).

    M Irfan Ilmie yang berlatar belakang santri itu mendapatkan beberapa kali kesempatan untuk melihat secara langsung geliat pembangunan dan dinamika kehidupan sosial masyarakat etnis minoritas muslim Uighur yang membentuk populasi mayoritas di Wilayah Otonomi Xinjiang.

    Seiring menguatnya pengaruh China di berbagai belahan dunia, maka kamp-kamp vokasi di Xinjiang pun menyita perhatian masyarakat internasional yang mengaitkan dengan dugaan pelanggaran HAM, terutama oleh AS dan sekutunya. Apalagi Xinjiang memiliki nilai jual tinggi dalam pariwisata, industri, sumber daya alam dan sumber daya manusia (hal. ix).

    Bagi Indonesia, isu Xinjiang sudah selesai di tataran diplomasi dan hubungan bilateral Indonesia-China. Namun, di tataran publik Indonesia masih menjadi batu sandungan karena mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam belum terinformasikan secara gamblang mengenai perlakuan Beijing terhadap etnis minoritas muslim Uighur sebagai penduduk asli Xinjiang.

    Dalam buku setebal 360 halaman dengan genre “Social Science” itu, diungkapkan bahwa isu Uighur di Xinjiang menjadi perbincangan hangat masyarakat internasional dalam satu dekade terakhir karena kerap kali diekspose dalam tinta dan lensa pemberitaan media secara spektakuler, menggemparkan, dan kontroversial.

    Di satu sisi, ekspose itu dinilai menyuguhkan narasi-narasi diskriminatif, eksploitatif, dan genosida yang digambarkan sebagai pelanggaran atas hak asasi manusia yang dilakukan otoritas China terhadap etnis minoritas muslim Uighur.

    Di sisi lain, wilayah Xinjiang justru dimodernisasi dan terus dibangun oleh otoritas China agar setara dengan provinsi-provinsi lainnya di negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

    Di sinilah Xinjiang menjadi topik perdebatan antara fakta dan propaganda, khususnya dalam konteks rivalitas pengaruh geopolitik Amerika Serikat dan China.

    Oleh karena itu, informasi yang gamblang dan faktual mengenai perlakuan Beijing terhadap etnis minoritas muslim Uighur sebagai penduduk asli Xinjiang, menjadi “kata kunci” dalam literasi di era digital yang hanya “maju” secara teknologi digital, tapi “tidak maju” secara manusia.

    “Catatan perjalanan ke Xinjiang, saya tulis secara faktual dan informatif, sesuai kode etik jurnalistik, bukan provokatif,” kata Irfan tentang bukunya yang memiliki empat bagian yakni historis, isu kontroversial, tradisi/peradaban Islam, dan politisasi (hal. xv).

    Dalam bagian pertama (historis), Irfan mengulas tentang sensasi Gurun Gobi, jalur sutra nan rupawan, asal-usul Uighur, bukan Agama Leluhur, jejak Uighur di Bukit Yarghul, serupa tapi tak sama, dan gudang atlet dan artis.

    Secara historis, Xinjiang sejak dulu kala telah menjadi rumah bagi berbagai jenis kelompok etnis dengan budaya dan agama yang berbeda (hal.14). Di akhir abad ke-19 terdapat 13 kelompok etnis yakni Uighur, Han, Kazakh, Mongol, Hui, Kirgiz, Manchu, Xibe, Tajik, Daur, Uzbek, Tatar dan Rusia (hal.17).

    Buku Di Balik Kontroversi Xinjiang (HO-M Irfan Ilmie)

    Rivalitas dan masalah internal

    Terkait agama, pada zaman primitif hingga sebelum abad ke-4, warga Xinjiang menganut agama kuno dari ajaran Shamanisme. Mulai abad ke-4 hingga ke-10, Buddha mengalami masa puncak. Pada abad ke-5, Taoisme juga mulai diperkenalkan. Pada akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-10, Islam pun mulai diperkenalkan hingga awal abad ke-16, Islam mulai dominan, namun hidup rukun dengan agama lain, meski sempat ada perang antara Kerajaan Karahan/Islam dengan Kerajaan Yutian/Hindu (hal.19).

    Dari beragam etnis dan agama itu, sumber daya manusia di Xinjiang sangat unggul. Jika tahun 1955, Xinjiang hanya memiliki 425 lapangan dan satu perpustakaan, maka pada 2017 sudah ada 112 perpustakaan, 173 museum/monumen, 57 galeri seni, 119 gedung pertunjukan seni, 12.158 sanggar seni, 302 stasiun radio/TV, 29.600 lapangan/gedung olahraga, 126 koran, dan 223 penerbitan.

    Tahun 2016-2017, klub bola basket Xinjiang berlabel Xinjiang Flying Tigers menjadi juara musim kompetisi Asosiasi Bola Basket China (CBA) dan menjuarai FIBA Asia Champions Cup Tahun 2016, lalu menduduki peringkat kedua CBA pada musim kompetisi saat COVID-19 pada tahun 2019-2020. Di dunia hiburan, Xinjiang juga punya artis papan atas, seperti Gulnezer Bextiyar, Madina Memet, dan Dilraba Dilmurat.

    Dalam bagian kedua (isu kontroversial), diuraikan secara tuntas tentang benih separatisme, perangi terorisme, antara kamp dan BLK, mengeja Hanzi, menyusuri Lorong Gelap, anak yang terpisah, peristiwa horor, tak butuh jawaban, mencurigakan, kerja paksa dan genosida, boikot, saya tidak idiot, dan sang nenek 40 cucu.

    Terkait benih separatisme dan terorisme, sudah bersemi di Xinjiang sejak awal abad ke-20 hingga akhir tahun 1940-an. Mereka hendak mendirikan Republik Islam Turkistan Timur pada 12 November 1933. Tapi hanya bertahan 3 bulan, karena ditolak mayoritas etnik di Xinjiang. Lalu muncul lagi pada 1944, tapi hanya bertahan 1 tahun.

    Gerakan Turkistan Timur ini tumbuh lagi pada 2001 seiring 11 September 2001 di AS, lalu ada pengeboman di bus pada 1992 yang menewaskan tiga penumpang bus dan melukai 23 orang penumpang bus di Kota Urumqi. Tahun 1997 juga muncul pengeboman di bus yang menewaskan sembilan orang dan melukai 68 orang di Kota Urumqi. Terulang lagi di Kota Kashgar (2011 dan 2012), Kota Urumqi (2014), dan Aksu (2015). (Hal.50-530

    Menyikapi separatisme dan terorisme itu, Pemerintah Daerah Otonom Xinjiang sejak 2014 telah menumpas 1.588 geng teroris, menangkap 12.995 pelaku teroris, menyita 2.052 jenis bahan peledak, namun perlakuan tegas terhadap bukan berarti Islam menjadi sumber teroris, meski kebijakan kontraterorisme berupa kamp vokasi dan pusat pelatihan itu dinilai berpotensi melanggar HAM, karena peserta hanya dari satu etnis (Uighur). (hal.57)

    Untuk menjawab tuduhan itu, Pemerintah Daerah Otonom Xinjiang membangun gedung pameran Urumqi pada 2014 yang menampilkan foto korban kekerasan selama 1992-2015, rekaman CCTV, senjata api, senjata tajam, senjata rakitan, serta bom rakitan. (hal.93). Foto dan video kekerasan itu bukan hanya radikalisme/terorisme yang terjadi di Xinjiang saja, namun juga di Kunning-Yunan dan Kota Terlarang Beijing. (hal.95).

    “Anda lihat sendiri ada imam masjid beserta keluarganya dan juga beberapa petugas kepolisian yang menjadi korban serangkaian serangan terorisme di Xinjiang. Semua bentuk terorisme adalah kejahatan yang tidak memilih sasaran dari etnis dan agama tertentu,” kata Deputi Dirjen Publikasi Partai Komunis China, Komite Regional Xinjiang, Shi Lei (hal.95).

    Dalam bagian ketiga (tradisi/peradaban Islam), buku itu mengupas tentang iktikaf, kamera dimana-mana, masjid dibongkar, pengaruh Timur Tengah, sapaan Hubbul Wathan, Al-Qur’an dan Hadits, geliat Islami, tak lagi tabu, carter pesawat ke Mekkah, puasa di tengah pandemi, Maghrib masih lama, bebas makan dan minum, larangan atau pilihan?, mendadak fitri, dan kafilah para imam.

    Artikel pada bagian ini merupakan klarifikasi atas berbagai isu, seperti Direktur Komisi Urusan Etnis Daerah Otonomi Xinjiang, Mehmut Usman, yang membantah rumor pembongkaran masjid (hal 154-155), karena hanya bersifat renovasi dan CCTV juga ada dimana-mana, termasuk di masjid, yang bisa mengklarifikasi rumor yang tidak benar. Apalagi, geliat Islam dan tradisi keagamaan juga marak. (hal 178).

    Dalam bagian keempat (politisasi), tulisan dalam buku ini menyoroti tentang merembet hingga gelanggang olimpiade, rivalitas semu, sinifikasi, islamofobia, lembaran baru Beijing-Taliban, janji yang terserak, ganti Gubernur, Ozil mencuit-Dilraba ngambek, dan batu sandungan.

    Pada bagian terakhir buku ini, sampai pada klarifikasi bahwa isu minoritas muslim Uighur akan terus ada selama ada rivalitas China dengan negara-negara sekutu AS (hal.248).

    Di mata Indonesia, isu Xinjiang sudah selesai di tataran diplomasi dan hubungan bilateral Indonesia-China bahwa Xinjiang adalah urusan dalam negeri China, sehingga pihak eksternal tidak boleh mencampuri, seperti halnya masalah Papua bagi Indonesia (hal.316).

    Namun, di tataran publik Indonesia masih menjadi batu sandungan karena muslim Indonesia itu belum semuanya menerima literasi tentang perlakuan Beijing terhadap etnis minoritas Muslim Uighur sebagai penduduk asli Xinjiang. Literasi yang beredar justru framing digital. “Ya, isu Xinjiang itu mirip isu komunisme bagi Indonesia,” kata putri mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 1
                    
                        Didit Hediprasetyo, Anak Prabowo yang Luwes Rajut Komunikasi Politik 
                        Nasional

    1 Didit Hediprasetyo, Anak Prabowo yang Luwes Rajut Komunikasi Politik Nasional

    Didit Hediprasetyo, Anak Prabowo yang Luwes Rajut Komunikasi Politik
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Putra tunggal Presiden
    Prabowo Subianto
    ,
    Didit Hediprasetyo
    , menjadi sorotan usai mengunjungi sejumlah tokoh nasional pada hari pertama Idul Fitri 1446 Hijriah, Senin (31/3/2025).
    Pada hari pertama Lebaran ini, Didit terlihat mengunjungi kediaman Presiden ke-5 RI
    Megawati Soekarnoputri
    di Menteng, Jakarta Pusat.
    Didit hanya tersenyum setelah satu jam berada di dalam kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan itu.
    Berselang beberapa jam, Didit sudah terlihat berada di Solo, Jawa Tengah untuk berlebaran ke rumah Presiden ke-7 RI
    Joko Widodo
    (Jokowi).
    Sebelum ayahnya naik ke kursi nomor satu di Indonesia, Didit diketahui fokus di dunia tata busana atau fashion.
    Nama Didit lebih dikenal sebagai desainer papan atas berkat karya-karyanya. Terlebih, rancangannya rutin mengisi panggung peragaan Paris Fashion Week.
    Gaun rancangan Didit juga pernah dikenakan sejumlah tokoh publik, baik mancanegara maupun nasional. Misalnya, Anggun C Sasmi dan Carly Rae Jepsen.
    Beberapa waktu yang lalu, tepatnya, Minggu (23/3/2025), postingan di Instagram milik Annisa Pohan, istri dari Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menarik perhatian publik.
    Dalam foto itu, terlihat semua anak presiden hingga cucu dan mantu mereka berkumpul untuk merayakan ulang tahun Didit yang ke-41.
    Mereka yang terlihat hadir antara lain, Wakil Presiden Gibran Rakabuming dan Selvi Ananda, Kaesang Pangarep, dan Erina Gudono.
    Kemudian, ada Puan Maharani, Guruh Soekarnoputra, Pinka Hapsari, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Annisa Pohan, serta Siti Rubi Aliya Rajasa. Hadir juga Yenny Wahid dan Ilham Habibie.
    Kedatangan Didit berlebaran ke Megawati disebut menjadi pertanda kalau hubungan Prabowo Subianto dengan pendahulunya itu baik dan akrab.
    Juru Bicara PDI Perjuangan Ahmad Basarah kembali menekankan soal hubungan antara Prabowo dan Megawati yang selama ini baik-baik saja.
    “Karena Ibu Mega berulang-ulang mengatakan bahwa hubungan pribadi antara Ibu Mega dan Pak Prabowo itu sangat baik sejak dulu hingga sekarang,” ujar Basarah saat ditemui di depan rumah Megawati di Menteng, Jakarta Pusat, pada hari Idul Fitri 1446 Hijriah, Senin (31/3/2025).
    Didit sendiri terkenal dekat dengan keluarga Megawati. Hal ini terlihat dari pertemanan Didit dengan cucu Megawati, Pinka Haprani yang merupakan anak dari Puan Maharani.
    “Mas Didit juga sahabat baik dengan Mbak Pinka, cucu Ibu Mega, putri Mbak Puan Maharani,” kata Basarah lagi.
    Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani yang juga bersilaturahmi ke rumah Megawati di hari pertama Lebaran.
    Muzani mengatakan putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, saat akrab dengan keluarga Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani.
    “Didit sangat akrab dengan Ibu Puan dan keluarga Bu Puan di sini,” ujar Muzani saat ditemui awak media di depan rumah Megawati.
    Bahkan, Didit disebutkan sangat menikmati suasana Lebaran di rumah Megawati.
    “Jadi, beliau menikmati suasana Lebaran ini,” lanjut Muzani.
    Muzani mengatakan, dirinya dan Didit sangat akrab dengan keluarga Megawati.
    “Ya kita semua akrab karena Lebaran,” kata dia.
    Kedatangan Didit ke Menteng dan Solo disebut merupakan upaya Prabowo untuk menjaga keseimbangan politik antara Megawati dan Jokowi.
    “Didit adalah replika politik Prabowo. Safari ke Jokowi dan Mega tentu sebagai upaya menjaga keseimbangan politik antara Teuku Umar dan Solo,” ujar Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, saat dihubungi Kompas.com.
    Adi menilai, melalui Didit, Prabowo ingin menunjukkan kalau dirinya adalah presiden yang bersahabat dengan para presiden terdahulu.
    “Prabowo melalui Didit ingin tunjukkan ke publik bahwa ia adalah presiden yang bersahabat dengan mantan-mantan presiden terdahulu,” lanjut dia.
    Terlebih, keseimbangan politik antara Solo dan Menteng ini tidak mudah dijalin mengingat posisi keduanya saat ini.
    “Apapun judulnya, tentu tak mudah menjaga keseimbangan politik antara Jokowi dan Mega mengingat kedua sosok ini sedang berkonflik serius,” kata Adi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Didit Halalbihalal ke Rumah Megawati, Dasco Buka Suara

    Didit Halalbihalal ke Rumah Megawati, Dasco Buka Suara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sufmi Dasco buka suara soal putra Presiden Prabowo Subianto, Ragowo Hediprasetyo atau Didit Hediprasetyo yang dikabarkan hadir halalbihalal ke rumah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

    Dasco menjelaskan bahwa dirinya pun baru mendengar terkait berita tersebut. Ketika ditanya apakah ia akan ikut mengunjungi Megawati, Dasco menjelaskan dirinya masih menunggu kabar.

    “Kapan? Oh begitu, ya nanti kita tunggu, kabarnya,” ujarnya.

    Menurut laporan detik.com, putra Presiden Prabowo Subianto, Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo atau Didit Hediprasetyo, muncul di kediaman Megawati. Didit tiba di kediaman Megawati sekitar pukul 11.58 WIB. Namun Didit enggan berkomentar terkait obrolan dengan Megawati dalam halalbihalal tersebut.

    Sekjen Gerindra Ahmad Muzani juga halalbihalal ke rumah Megawati. Muzani mengenakan kemeja batik dan tiba di kediaman Megawati, di Jalan Teuku Umar, Jakarta, sekitar pukul 13.06 WIB. Sampai sekitar pukul 13.52 WIB, baru Muzani yang mewakili Gerindra melakukan halalbihalal di rumah Megawati di Teuku Umar, Jakarta Pusat.

    Sebagai informasi Didit Prabowo yang merupakan anak satu-satunya Presiden RI Prabowo Subianto merayakan ulang tahun ke-41 pada 22 Maret 2025.

    Momen perayaan ulang tahun Didit Prabowo tersebar di media sosial dan membuat netizen heboh. Pasalnya, anak-anak para Presiden RI pertama hingga ketujuh hadir dalam perayaan tersebut.

    Beberapa di antaranya ada Guruh Soekarnoputra yang merupakan anak Presiden RI ke-1 Soekarno, lalu Titiek Soeharto anak Presiden RI ke-2 Soeharto, dan Ilham Habibie anak Presiden RI ke-3 BJ Habibie.

    Ada pula Yenny Wahid anak Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Selanjutnya Puan Maharani anak Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri. Kemudian Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY anak Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.

    (dem/dem)