Tag: Yahya Waloni

  • Kisah Meninggalnya Ustaz Yahya Waloni yang Simpan Cerita Hijrah Menyentuh

    Kisah Meninggalnya Ustaz Yahya Waloni yang Simpan Cerita Hijrah Menyentuh

    Jakarta, Beritasatu.com – Dibalik meninggalnya ustaz Yahya Waloni ternyata menyimpan banyak cerita. Salah satunya mengenai keputusannya hijrah untuk menjadi mualaf.

    Sayangnya, ustaz Yahya Waloni tidak menceritakan secara detail mengenai kepastian tahun dirinya resmi memeluk agama Islam.

    “Saya masuk Islam atau mualaf itu pada bulan Ramadan tepatnya di 17 Ramadan, dan 18 Ramadan saya bersyahadat atau diislamkan,” kata ustaz Yahya Waloni dikutip dari podcast Rhoma Irama, Sabtu (7/6/2025).

    Yahya Waloni mengatakan, pada saat itu tidak ada satu orang pun yang mau untuk mengislamkan dirinya.

    “15 Ramadan saya minta tolong kepada Haji Hamid Butu Doka, Departemen Agama Toli-Toli agar saya diislamkan tetapi dia lari,” tuturnya.

    “Kemudian, saya datang ke pengurus seksi kepala KUA Toli-Toli juga takut,” lanjutnya.

    Meski banyak yang menolak, tetapi keinginannya untuk memeluk agama Islam terus dikejarnya. Hingga, pada satu saat bertemu dengan KH Komarun Mustofa.

    “Datanglah KH Komarun Mustofa output dari Tebu Ireng. Di situ Beliau bilang ke saya, bahwa sehari sebelumnya dia bermimpi ada orang bertubuh besar datang kepadanya, dan ternyata orang itu adalah saya sendiri,” ungkapnya.

    Yahya Waloni mengatakan kepada KH Komarun Mustofa, keyakinannya untuk memeluk agama Islam datang dalam dirinya dan bukan tanpa adanya pemaksaan dari siapa pun.

    “Saya itu menjadi seorang Islam dan pendakwah bukan menjadi cita-cita saya sejak kecil,” ungkapnya.

    “Melalui KH Komarun Mustofa lah yang mengislamkan diri saya. Saya mualaf itu di Toli-Toli, tepatnya pada 18 Ramadan saya masuk Islam,” lanjutnya.

    Setelah resmi berpindah keyakinan, kemudian Yahya Waloni mengajak istri dan anak-anaknya.

    “Setelah memeluk agama Islam, saya mengajak anak dan istri saya. Di situ saya bilang ‘kalau kamu enggak mau ikut, maka kita harus berpisah’. Akhirnya semua ikut keyakinan saya,” tutup ustaz Yahya Waloni semasa hidupnya.

  • Sebelum Wafat, Yahya Waloni Ungkap Pernah Mati Suri di Mimbar

    Sebelum Wafat, Yahya Waloni Ungkap Pernah Mati Suri di Mimbar

    Jakarta, Beritasatu.com – Pengakuan ustaz Yahya Waloni sempat jatuh saat berkhotbah kembali menjadi viral di media sosial (medsos). Yahya Waloni mengaku, sempat jatuh pertama kali berkhotbah saat Idulfitri 2000 di Masjid Almubasyirin H Jakarta Utara.

    “Ini saya harus berkata jujur di depan Pak Haji Rhoma Irama, silakan Pak Haji mengecek sendiri. Karena, saya pernah jatuh saat berkhotbah di Masjid Almubasyirin H Jakarta Utara,” kata ustaz Yahya Waloni dikutip dari podcast Rhoma Irama, Sabtu (7/6/2025).

    Yahya Waloni mengatakan, saat mengalami jatuh di masjid tersebut seharusnya nyawanya sudah tidak ada di dunia ini.

    “Saat saya jatuh, seharusnya saya sudah mati. Saya sudah lewat itu,” jelasnya lagi.

    “Saya mati suri saat itu. Bahkan, saat itu seluruh jemaah yang ada di masjid tersebut menangis,” ungkapnya.

    Yahya Waloni mengatakan, pada saat itu dirinya sedang berkhotbah Idulfitri.

    “Saya itu benar-benar roboh, Pak Haji. Saat itu sudah saya tutup dengan doa, lalu saya roboh,” tuturnya.

    Ia mengatakan, tidak berani mengatakan apa yang dirasakan saat mengalami mati suri saat jatuh di masjid tersebut.

    “Aduh, mohon maaf Pak Haji. Saya tidak berani untuk mengatakannya terlalu dalam soal itu (mati suri),” ungkapnya.

    Sebelumnya, Pendakwah ustaz Muhammad Yahya Waloni (55) meninggal dunia saat menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Darul Falah, Kelurahan Minasa Upa, Kecamatan Rappocini, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (6/6/2025) siang.

    Dalam video yang beredar di media sosial terlihat awalnya Yahya Waloni lancar menyampaikan khotbah, di antaranya terkait pentingnya bertakwa kepada Allah Swt, salah satunya dengan menjalankan ibadah kurban.

    Yahya mengisahkan perjuangan Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail yang menjadi awal mula hukum dianjurnya berkurban setiap hari raya Iduladha.

    Setelah selesai membacakan khotbah pertama lalu duduk sejenak, Yahya Waloni sempat bangun untuk melanjutkan membacakan rukun khotbah yang kedua. Namun, tiba-tiba mantan pendeta itu sempoyongan dan terjatuh dari mimbar.

    “Di khotbah kedua (jatuh),” kata Sekretaris DKM Masjid Darul Falah Harfan Jaya Sakti kepada wartawan.

  • Yahya Waloni Meninggal, Arie Untung: Ustaz yang Hijrah Menjadi Mualaf

    Yahya Waloni Meninggal, Arie Untung: Ustaz yang Hijrah Menjadi Mualaf

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar meninggalnya ustaz Yahya Waloni yang meninggal di masjid saat melakukan khotbah kedua pada Iduladha 2025 sampai ke telinga selebritas Arie Untung.

    “Hari jumat saat Iduladha serta sedang berkhotbah menyeru tentangMu ya Rabb,” kata Arie Untung dikutip dari Instagram miliknya, Sabtu (7/6/2025).

    Arie Untung menyebut, sosok Yahya Waloni dikenal oleh umat Islam sebagai manusia yang hijrah untuk memeluk agama Islam.

    “Sahabat hijrah pasti kenal dengan ustaz Yahya Waloni. Sosok mualaf yang dahulu seorang pendeta ini meninggal dunia saat menjadi khatib pada Jumat (6/6/2025). Innalilahi wainna Illahi Raajiun,” ujarnya lagi.

    Ia pun masih mengingat pesan yang sempat diutarakan ustaz Yahya Waloni pada 6 Juni 2025 di Kota Makassar.

    “6 Juni 2025, Masjid Darul Falah, Kota Makassar menjadi saksi perjuangan ustaz Yahya Waloni dalam berdakwah,” ucapnya.

    “Pesan terakhir beliau adalah “betapa pentingnya bertauhid pada Allaah taala di jaman sekarang”,” tambahnya.

    Arie Untung juga mengucapkan terima kasih kepada Yahya Waloni yang terus meluaskan ajaran Islam hingga akhir hayatnya.

    “Masyaallah, husnul khatimah ya ustaz. Terima kasih sudah meluaskan dan melangitkan nama Allah sampai detik-detik terakhirmu,” tutupnya.

  • Pendakwah yang Menyala Sampai Padam

    Pendakwah yang Menyala Sampai Padam

    OLEH: AHMADIE THAHA

    DI Masjid Darul Falah, Makassar Sulawesi Selatan, Jumat siang, 6 Juni 2025, udara masih harum oleh jejak pagi. Minyak wangi masih merebak dari baju gamis jamaah yang baru saja menunaikan salat Iduladha. Ketupat dan opor masih hangat dalam ingatan.

    Belum lama mereka pulang sebentar ke rumah, mengganti baju koko, lalu kembali lagi ke masjid untuk salat Jumat — karena hari raya tetap tidak membatalkan kewajiban mingguan.

    Dan di atas mimbar, berdiri sosok yang suaranya dikenal lebih lantang dari toa masjid: Ustaz Dr. H. Muhammad Yahya Yopie Waloni, M.Th. Usianya menjelang 55 tahun.

    Beliau berkhutbah tentang pengorbanan. Ayat demi ayat, hadits demi hadist, meluncur dari bibirnya seperti biasanya. Suaranya membakar, mengguncang, kadang-kadang juga menyulut kontroversi.

    Tapi siang itu, ada ketenangan aneh dalam suaranya. Ia bicara tentang Nabi Ibrahim dan Ismail, tentang ketundukan total pada kehendak Ilahi. Mungkin, tanpa disadari, ia sedang mengisyaratkan sebuah perpisahan.

    Lalu — seperti potongan film yang terlalu dramatis untuk kenyataan — suara itu mengecil. Bibirnya seperti masih hendak bicara, tapi suaranya terhisap. Tubuhnya lunglai, kemudian jatuh menggebrak ke lantai mimbar.

    Tak ada efek suara. Hanya kesunyian yang mendadak menggigit. Jemaah panik. Sujud pun tertunda. Shalat Jumat diinterupsi oleh kenyataan: sang khatib tak bergerak. Innalillahi wa inna ilayhi rajiun.

    Meninggal di atas mimbar seperti itu adalah cita-cita sebagian pendakwah. Mungkin juga kita. Tapi sedikit yang betul-betul “dijemput” Allah saat masih menggenggam tugasnya.

    Yahya Waloni, mantan pendeta yang menjadi pendakwah Islam, tampaknya telah menyelesaikan naskah hidupnya di titik paling dramatis. Di atas mimbar. Dalam khutbah tentang pengorbanan.

    Namun, jangan buru-buru menjadikannya bak malaikat. Sosok ini adalah tokoh yang penuh warna  — dan terkadang over –saturasi. Yahya Waloni bukan pendakwah kalem ala Ustaz Abdul Somad atau dai televisi yang sopan dan rapi seperti Aa Gym.

    Ia dikenal sebagai juru bicara Islam “garis keras”, bersuara lantang, dan… yah, cukup senang menabrak tembok toleransi. Dalam daftar kontroversinya: menyebut kitab suci agama lain sebagai palsu, sehingga dijatuhi vonis lima bulan penjara karena ujaran kebencian.

    Dalam dunia medsos, ia dijuluki “Ustaz Pansos” — alias Panjat Sosial, label sinis yang, ironisnya, malah menambah popularitasnya. Tapi, apakah semua itu membatalkan nilai perjuangannya? Belum tentu. Tentu tidak.

    Fakta tak bisa dibantah: ia adalah seorang mualaf yang memilih jalan Islam dengan total. Islam kaffah, bahkan bersama istrinya yang juga muallafah.

    Ustaz yang lahir di kota Manado pada 30 November 1970 dari keluarga Kristen Minahasa yang taat ini pernah memimpin sekolah teologi Kristen. Lalu ia meninggalkan semuanya untuk menyatakan syahadat.

    Tidak mudah menjadi mualaf di usia matang, apalagi setelah menjadi tokoh dalam agama sebelumnya. Ia kehilangan teman, posisi, dan — mungkin juga — rasa aman. Tapi ia tetap maju. Dalam gaya yang kadang bikin jemaah mengangguk, kadang menggeleng, tapi tak pernah membuat mereka diam.

    Dan di sinilah kita perlu jujur: tak semua yang keras itu jahat, tak semua yang lembut itu benar. Yahya Waloni adalah potret Islam yang bergulat dengan realitas pluralisme di Indonesia, tapi punya batasan akidah yang tak bisa ditawar.

    Sebagian melihatnya sebagai pembela akidah. Sebagian lagi melihatnya sebagai pembelah harmoni. Ia adalah semacam refleksi keras kepala dari kita semua yang tak selesai berdamai dengan sejarah konversi, trauma kolonial, dan luka-luka teologis.

    Tapi apa pun penilaian kita, kematiannya di mimbar adalah simbol yang tidak bisa diremehkan. Bayangkan: ia menghembuskan napas terakhir di hadapan jemaah. Di atas mimbar. Di Hari Raya, persis saat jutaan haji bersatu di padang Arafah. Di sela khutbah tentang pengorbanan. Dan di hari Jumat!

    Apakah itu kebetulan? Atau skenario ilahi dengan naskah paling puitis sekaligus suci?

    Tubuhnya memang dilarikan ke RS Bahagia — nama rumah sakit yang sangat ironis dalam konteks duka. Tapi bagi sebagian orang, terutama mereka yang percaya bahwa hidup adalah medan jihad ideologis, ia tidak wafat biasa. Ia syahid di jalan dakwah.

    Dan seperti biasa, setelah jenazah dikafani, media sosial pun mulai mengkafani narasi. Ada yang mengenangnya sebagai pahlawan iman. Ada yang mengecamnya sebagai provokator.

    Tapi mungkin, Yahya Waloni akan tersenyum dari alam sana, sebab seperti yang biasa ia ucapkan: “Biar saya yang maki, yang penting kamu mikir.” Kini, setelah ia tak bisa bicara lagi, kita yang mesti berpikir.

    Tentang cara menyampaikan dakwah tanpa melukai. Tentang bagaimana menjaga akidah tanpa membakar jembatan kemanusiaan. Dan tentang bagaimana, kadang, satu nyawa yang padam bisa lebih nyaring dari seribu ceramah.

    Selamat jalan, Ustaz Yahya Waloni. Akhir hidupmu mungkin bukan akhir damai. Tapi siapa tahu, itu awal dari percakapan baru — yang lebih jujur, lebih terbuka, dan lebih manusiawi, tentu tanpa pernah harus mengorbankan akidah.

    (Penulis adalah Wartawan Senior dan Pengasuh Ma’had Tadabbur Quran)

  • Perjalanan Yahya Waloni: Mantan Pendeta yang Jadi Pendakwah – Page 3

    Perjalanan Yahya Waloni: Mantan Pendeta yang Jadi Pendakwah – Page 3

    Sebuah perubahan besar terjadi dalam hidup Yahya Waloni pada 2006. Ia dan seluruh keluarganya memutuskan untuk memeluk agama Islam. 

    Setelah menjadi mualaf, Yahya Waloni mengubah namanya menjadi Muhammad Yahya Waloni. Anggota keluarganya pun turut mengganti nama mereka. 

    Setelah menjadi seorang Muslim, Yahya Waloni aktif berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam. Ia seringkali membahas isu-isu seputar kristenisasi dan misionaris, namun dengan sudut pandang yang berbeda. Ia wafat pada 6 Juni 2025 saat sedang berkhutbah Jumat di Makassar.

  • Profil Ustaz Yahya Waloni yang Meninggal Dunia Saat Khotbah Jumat – Page 3

    Profil Ustaz Yahya Waloni yang Meninggal Dunia Saat Khotbah Jumat – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kabar duka menyelimuti dunia dakwah Indonesia. Ustaz Yahya Waloni, seorang pendakwah yang dikenal kontroversial, menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Jumat, 6 Juni 2025. Ia meninggal dunia saat menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Darul Falah, Makassar, Sulawesi Selatan.

    Menurut laporan saksi mata, kejadian nahas tersebut terjadi sekitar pukul 12.30 WITA. Ustaz Yahya Waloni tiba-tiba terduduk di mimbar dan tak sadarkan diri. Jamaah yang hadir segera memberikan pertolongan pertama dan melarikannya ke Rumah Sakit Umum Bahagia.

    Sayangnya, upaya medis yang dilakukan tidak berhasil menyelamatkan nyawa sang ustaz. Ia dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kerabat, dan para pengikutnya.

  • Di Hari Jumat Tanggal 10 Zulhijah Ustaz Yahya Waloni Wafat, UAS: Allah Beri Beliau Kemuliaan

    Di Hari Jumat Tanggal 10 Zulhijah Ustaz Yahya Waloni Wafat, UAS: Allah Beri Beliau Kemuliaan

    GELORA.CO –  Duka mendalam dirasakan Ustad Abdul Somad manakala tahu Ustad Yahya Waloni meninggal dunia.

    Adapun Ustad Abdul Somad lantas mengenang kebaikan almarhum semasa hidup.

    Rupanya Ustad Yahya Waloni pernah berjasa bagi UAS.

    Saat UAS dibully, dilaporkan hingga dipersekusi, Ustad Yahya rela menjadi garda terdepan membelanya.

    Hal itu diceritakan UAS melalui unggahan Instagram pribadinya, Jumat (6/6/2025) melansir dari Tribunbengkulu.com.

    “Beliau sudah hidup mapan. Jadi rektor. Gaji besar. Duit banyak. Dapat hidayah. Masuk Islam. Keliling berdakwah. Nyetir sendiri. Sampai di Jambi, mobilnya rusak. Dibawa ke bengkel. Mesin hancur karena tidak pernah diservice. Mau diganti tim Uas Jambi mobil baru,” 

    “Ternyata mobil yang rusak itu belum lunas. Ditawarkan Tim tinggal di apartemen. Beliau tidak mau Ternyata rumahnya masih ngontrak. Beliau melihat dunia ini setengah sayap nyamuk,”

    “Saat saya dibully, dipersekusi, dilaporkan dst. Beliau lantang membela saya,” tulis UAS dikutip TribunBengkulu.com. 

    Tak hanya itu, UAS juga menyebutkan bahwa Ustad Yahya Waloni sangat dimuliakan oleh Allah SWT.

    Hal itu lantaran dirinya hanyalah takut kepada Allah SWT.  

     “Beliau hanya takut pada Allah. Hari ini Allah buktikan batinnya. Beliau wafat hari Jumat. Khotib Jumat. Hari mulia 10 Zulhijjah. Bulan mulia,”

    “Allah beri beliau kemuliaan. Selamat jalan Ustadz Yahya Waloni,” pungkasnya.

    Pesan Terakhir Ustaz Yahya 

    Pesan terakhir Ustad Yahya Yahya Waloni menghembuskan nafas terakhirnya masih sempat berdiri menyampaikan khutbah kedua di mimbar Jumat Masjid Darul Falah, Minasa Upa, Gunung Sari, Rappocini, Makassar, Jumat (6/6/2025) siang. 

    Meski sempat dilarikan ke RS Bahagia yang berada 100 meter dari masjid, namun nyawa Ustad Yahya Waloni tidak bisa diselamatkan lagi.  

    Ustad kelahiran Minahasa ini, terjatuh dan tak sadarkan diri usai duduk diantara khutbah kedua. 

    “Masih sempat berdiri, di khutbah kedua, dan ingatkan kita pentingnya bertauhid kepada Allah SWT,” ujar Sekretaris Pengurus Masjid Darul Falah, Harfan Jaya Sakti (39), kepada wartawan melansir dari Tribuntimur, Jumat (6/6/2025). 

    Kronologi Meninggal 

    Diketahui, Ustaz Yahya Waloni meninggal saat khutbah kedua.

    Ustad Dr HM Yahya Waloni Mth (55), meninggal di mimbar Jumat Masjid Darul Falah, Minasa Upa, Gunung Sari, Rappocini, Makassar, Jumat (6/6/2025) siang. 

    Kejadian ketika Ustaz Yahya Waloni meninggal terjadi begitu cepat. 

    Saksi mata menyebut, ustad terjatuh sebelum menyampaikan doa penutup khutbah kedua.

    Seperyi diektahui jik Rukun khatib Jumat, ada dua khutbah. Khutbah pertama diakhiri dengan doa dan duduk sejenak.

    Khutbah kedua, khatib berdiri dan menegaskan ketakwaan, shalawat dan intisari khutbah sebelum doa penutup.

    Ustad kelahiran Minahasa ini, terjatuh dan tak sadarkan diri usai duduk diantara dua khutbah.

    “Masih sempat berdiri, di khutbah kedua, dan ingatkan kita pentingnya bertauhid kepada Allah SWT,” ujar Sekretaris Pengurus Masjid Darul Falah, Harfan Jaya Sakti (39), kepada wartawan.

    Harfan duduk di shaf pertama saat khutbah.

    Dia jadi satu dari sekitar 200 jamaah sekaligus saksi mata, insiden wafatnya ustad Muallaf ini.

    Ustad Yahya Waloni, sudah dijadwalkan panitia masjid sebagai khatib Jumat sejak pekan lalu.

    Pagi harinya, magister theologia ini memberi khutbah Idul Adha di sebuah masjid di pusat Kota Makassar.

    Bersama Sitti Mutmainnah (34) istrinya, Ustad Yahya menginap di Hotel Prima, Jl Dr SAM Ratulangi, Makassar, sekitar 9,7 km dari Masjid Darul Falah.

    Pukul 10.30 wita, panitia menjemput Yahya.

    Masih sempat menyaksikan proses penyembelihan hewan qurban di halaman timur masjid.

    Istrinya, dijamu di rumah salah seorang takmir, sekitar 75 meter dari masjid Pukul 11.30 Wita, ustad Yahya masuk ke Masjid.

    Dia duduk di shaf pertama, membaca surah Al Kahfi dan berzikir.

    Pukul 12.05 Wita, usai Azan, panitia mempersilahkan khatib naik ke mimbar.

    “Tema khutbah Ustad, tentang kekuatan iman. Ujian Nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail, sebagai bukti ketaatan individu, keluarga dan umat Muslim,” ujar Harpan Sakti.

    Khutbah berlangsung sekitar 15 menit. Jamaah disebut memadati ruang utama hingga lantai dua.

    “Saya di lantai dua, dan menyimak dengan jernih pesan-pesannya,” ujar Prof Dr Syahruddin Usman (61), guru besar Tarbiyah UIN sekaligus jamaah.

    Pukul 12.25 wita, usai khutbah pertama, ustad Yahya kembali berdiri dan menyampaikan khutbah tanpa teksnya.

    “Usia baca shalawat nabi dan Sebelum bacakan doa khutbah terakhir, langsung pegang dada, jatuh di mimbar. Saya kira mau minum,” ujar Harpan.

    Sang Ustad spontan terduduk kemudian jamaah shaf depan panik, lalu imam dan pengurus berlomba ke depan.

    “Saya masih lihat matanya sempat terbuka, tapi sepertinya sudah sakratul maut,” ujar Harpan.

    Ustad sudah tak sadarkan diri, majelis Jumat yang bertepatan Idul Adha ini, terhenti sejenak.

    Panitia mengangkat tubuh Ustad Yahya ke mobil, dan membawanya ke RS Klinik Bahagia Minasa Upa, sekitar 100 meter dari Masjid.

    “Sudah tak sadar. Kita tak tahu, apa meninggal di masjid atau di UGD,” ujar Sakti. 

    Pukul 12.35 Wita, Ustad Yahya dievakuasi. Ibadah shalat Jumat dilanjutkan pukul 13.46 Wita, setelah takmir dan warga pengantar balik dari klinik.

    Pukul 14.00 Wita, jamaah shalat Jumat bubar. Kabar Ustad Yahya, wafat beredar di masjid.

    Pukul 13.45 wita, jenazah dikembalikan ke masjid. Di bagasi belakang ambulans Klinik RS Bahagia, duduk istri almarhum. 

    Hingga pukul 13.30 WITA, mantan pendeta itu masih disemayamkan di samping mimbar. Rencananya, jenazah akan dimandikan, dikafani dan diterbangkan ke kediamannya di Jakarta.

  • Anwar Abbas Terkejut Ustaz Yahya Waloni Wafat

    Anwar Abbas Terkejut Ustaz Yahya Waloni Wafat

    Jakarta

    Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas terkejut atas meninggalnya Ustaz Yahya Waloni. Anwar Abbas mengatakan almarhum Ustaz Yahya sosok mubalig hebat yang tidak pernah mengenal lelah.

    “Kita benar-benar terkejut dengan meninggalnya Ustaz Yahya Waloni. Dengan kepergiannya, umat Islam Indonesia telah kehilangan seorang ustaz, dai dan mubalig hebat yang tidak pernah mengenal lelah,” kata Anwar Abbas kepada wartawan, Sabtu (7/6/2025).

    Anwar Abbas mengatakan Ustaz Yahya semasa hidupnya selalu digunakan untuk berdakwah di banyak provinsi bahkan pelosok negeri. Anwar Abbas mengatakan Ustaz Yahya meninggal di hari baik yaitu hari Jumat saat menyampaikan khotbah.

    “Hidupnya terlihat benar-benar dipergunakan dan diperuntukkannya untuk kepentingan dakwah. Sudah banyak provinsi dan daerah tingkat dua bahkan daerah-daerah pelosok yang beliau kunjungi. Dia meninggal di hari yang baik yaitu hari Jumat ketika beliau menyampaikan khotbah Jumat, oleh karena itu kepergiannya benar2 luar biasa,” kata Anwar.

    Anwar Abbas mendoakan almarhum Ustaz Yahya diterima amal ibadahnya oleh Allah SWT. Dia juga berharap keluarga yang ditinggalkan tabah dan sabar.

    “Kita doakan semoga dosa-dosa beliau diampuni oleh Allah SWT dan seluruh amal ibadahnya diterima-Nya. Kepada keluarga yang ditinggalkan, kita harap supaya bisa tabah dan sabar sehingga dengan demikian Allah SWT akan selalu memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya,” kata Anwar.

    “Iya, Ustaz Yahya Waloni (meninggal saat bawakan khotbah),” ujar Ketua Masjid Falah, Syahruddin Usman, kepada detikSulsel, Jumat (6/6).

    Ustaz Yahya meninggal sekitar pukul 12.30 Wita. Ia menghembuskan nafas terakhirnya saat mengisi khotbah jumat kedua.

    (whn/knv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Inilah Video Detik-detik Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia saat Khotbah Jumat

    Inilah Video Detik-detik Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia saat Khotbah Jumat

    GELORA.CO – USTAZ Yahya Waloni meninggal dunia saat menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Darul Falah, Makassar, Sulawesi Selatan.

    Ustaz Yahya tiba-tiba terduduk di mimbar. Yahya Waloni meninggal sekitar pukul 12.30 Wita. Saat ia menyampaikan khotbah kedua.

    Berikut link video amatir detik-detik meninggalnya Ustaz Yahyah Walonin di atas mimbar Jumat.

    Sebelumnya, Ustaz Yahya Waloni juga menjadi khatib Salat Iduladha di salah satu masjid di Jalan Rajawali Kota Makassar.

  • 4
                    
                        Sebelum Meninggal, Ustaz Yahya Waloni Sempat Keluhkan Sakit Kepala Pusing
                        Makassar

    4 Sebelum Meninggal, Ustaz Yahya Waloni Sempat Keluhkan Sakit Kepala Pusing Makassar

    Sebelum Meninggal, Ustaz Yahya Waloni Sempat Keluhkan Sakit Kepala Pusing
    Tim Redaksi
     
    MAKASSAR, KOMPAS.com
    – Ustaz
    Yahya Waloni
    meninggal dunia saat membawakan khotbah Jumat di Masjid Darul Falah, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Jumat (6/6/2025) siang.
    Istri almarhum, Fifil, mengungkapkan bahwa
    Ustaz Yahya Waloni
    memang beberapa waktu terakhir menjadwalkan ceramah keliling di beberapa daerah untuk mengumpulkan donasi.
    Donasi tersebut, kata Fifil, bakal digunakan Ustaz Yahya Waloni untuk membangun masjid. Ustaz Yahya Waloni berada di Kota Daeng sejak 1 Juni lalu.
    “Safari masjid dengan niat mencari donasi untuk bikin masjid. (Di Makassar) sejak tanggal 1 Juni,” ucap Fifil kepada awak media, Jumat.
    Selama perjalanan dakwahnya, Ustaz Yahya Waloni sempat mengeluhkan sakit kepala atau pusing.
    “Sering pusing. Intinya bapak khotbah Idul Adha (pagi tadi), lanjut khotbah Jumat, pingsan. Tadi pagi sehat, semangat,” ungkap dia.
    Fifil juga menyampaikan bahwa sang suami sempat bertanya apakah kondisinya mampu membawakan khotbah di hadapan jamaah.
    “Waktu pagi saja dia bilang, ‘Kira-kira aku kuat enggak khotbah?’ Gitu aja,” beber dia.
    Sepengetahuan Fifil, Ustaz Yahya Waloni mempunyai riwayat penyakit jantung.
    Namun, Ustaz Yahya Waloni tidak pernah merasakan kambuh.
    “Sebelumnya ada riwayat jantung, kan. Tapi, lagi enggak kondisi kayak gitu, cuman pusing aja,” tutup dia.
    Rencananya, jenazah Ustaz Yahya Waloni akan dimakamkan di Jakarta oleh pihak keluarga.
    Sebelumnya, Ustaz Yahya Waloni mengembuskan napas terakhir ketika membawakan ceramah di Masjid Darul Falah, Jalan Minasa Upa, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Jumat (6/6/2025).
    Diketahui, Ustaz Yahya, yang lahir di Minahasa, memang sudah menjadwalkan ceramahnya oleh panitia masjid sebagai khatib Jumat sejak pekan lalu.
    Pagi harinya, ia memberikan khotbah Idul Adha di sebuah masjid di pusat Kota Makassar.
    Bersama istrinya, Ustaz Yahya menginap di Hotel Prima, Jalan Dr. SAM Ratulangi, sekitar 9,7 kilometer dari Masjid Darul Falah.
    Sebelum Ustaz Yahya meninggal, khotbah pertama yang disampaikannya selesai pukul 12.25 Wita. Kemudian, dia kembali berdiri untuk menyampaikan khotbah kedua tanpa teks.
    Namun, sebelum membacakan doa penutup, ia tiba-tiba memegang dada dan terjatuh di mimbar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.