Tag: Xi Jinping

  • Reaksi Rusia hingga Iran Kala Trump Mendadak Mau Uji Coba Senjata Nuklir

    Reaksi Rusia hingga Iran Kala Trump Mendadak Mau Uji Coba Senjata Nuklir

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon untuk memulai uji coba senjata nuklir. Rencana Trump tersebut mendapat beragam komentar dari negara lain hingga penyintas bom atom di Jepang.

    Dilansir Reuters dan The Guardian, Kamis (30/10), keinginan Trump diumumkan dalam pernyataan via media sosial Truth Social, ketika sang Presiden AS sedang berada di Korea Selatan (Korsel) untuk menghadiri KTT APEC dan melakukan pertemuan penting dengan Presiden China Xi Jinping.

    “Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain mana pun. Hal ini telah dicapai, termasuk pembaruan dan renovasi total terhadap senjata yang sudah ada, selama masa jabatan pertama saya. Karena daya rusaknya yang luar biasa, saya SANGAT TIDAK SUKA melakukannya, tetapi tidak punya pilihan!” kata Trump dalam pernyataannya pada Kamis (30/10).

    “Rusia berada di posisi kedua, dan China di posisi ketiga, tetapi akan sama dalam waktu 5 tahun,” sebutnya.

    “Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang (nama baru Departemen Pertahanan-red) untuk memulai uji coba senjata nuklir kita secara setara,” ujar Trump dalam pernyataannya.

    “Proses itu akan segera dimulai,” cetusnya.

    Respons China

    China menanggapi keinginan Trump soal AS akan segera memulai kembali uji coba senjata nuklir. Otoritas Beijing mengingatkan Washington untuk “secara sungguh-sungguh mematuhi” larangan uji coba nuklir global.

    Tanggapan China itu, dilansir AFP, Kamis (30/10), disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, setelah Trump mengumumkan bahwa dirinya telah memerintahkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon untuk segera memulai uji coba senjata nuklir.

    Trump mengungkit soal Rusia dan China saat mengumumkan hal tersebut via media sosial pada Kamis (30/10).

    “China mengharapkan Amerika Serikat akan sungguh-sungguh mematuhi kewajiban perjanjian larangan-uji coba-nuklir komprehensif dan komitmennya terhadap larangan uji coba nuklir, serta mengambil tindakan nyata untuk menjaga sistem perlucutan senjata dan nonproliferasi nuklir global dan menjaga keseimbangan dan stabilitas strategis global,” kata Guo dalam pernyataannya.

    Reaksi Rusia

    Pemerintah Rusia memberikan reaksi hati-hati terhadap pengumuman mengejutkan Trump soal uji coba senjata nuklir. Otoritas Rusia mengatakan pihaknya tidak melakukan uji coba semacam itu, namun akan mengikutinya jika AS melakukannya.

    Sebagai informasi, pengumuman Trump setelah Rusia melakukan uji coba rudal Burevestnik yang berkemampuan nuklir dan drone Poseidon yang juga bertenaga nuklir dalam beberapa hari terakhir. Trump bahkan menyinggung nuklir Rusia dan China dalam pernyataannya.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dilansir Reuters dan kantor berita TASS, Jumat (31/10), mengatakan bahwa Rusia tidak memiliki informasi tentang negara mana pun yang melakukan uji coba senjata nuklir, seperti yang disebutkan Trump.

    “Saat ini sedang berlaku moratorium (uji coba nuklir),” tegas Peskov.

    Pada 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom nuklir pertama di Hiroshima, Jepang. Potretnya menjadi pengingat bahaya senjata nuklir. (U.S. National Archives and Records Administration)

    “Dalam pernyataannya, Presiden Trump menyebutkan bahwa negara-negara lainnya sedang terlibat dalam uji coba senjata nuklir. Hingga saat ini, kami tidak mengetahui negara mana pun yang sedang melakukan uji coba tersebut,” katanya.

    Rusia, kata Peskov, belum menerima pemberitahuan sebelumnya dari AS tentang perubahan posisi terkait uji coba nuklir. Saat ditanya apakah Kremlin merasa bahwa perlombaan senjata nuklir baru telah dipicu oleh pernyataan Trump, Peskov menjawab: “Tidak juga.”

    Iran Bilang AS Tak Tanggung Jawab

    Pemerintah Iran turut bereaksi soal rencana AS melanjutkan kembali uji coba senjata nuklir, setelah instruksi mengejutkan dari Trump. Teheran mengkritik langkah semacam itu sebagai langkah yang “regresif dan tidak bertanggung jawab”.

    Menlu Iran, Abbas Araghchi, dilansir AFP, Jumat (31/10), membandingkan rencana AS untuk melanjutkan kembali uji coba senjata nuklir itu dengan sikap Washington yang terus menjelek-jelekkan program nuklir Teheran, yang berulang kali diklaim untuk tujuan damai.

    “Seorang bully bersenjata nuklir melanjutkan uji coba senjata atom. Bully yang sama telah menjelek-jelekkan program nuklir Iran yang damai,” sindir Araghchi dalam postingan media sosialnya.

    “Pengumuman (AS) tentang dimulainya kembali uji coba nuklir merupakan langkah yang regresif dan tidak bertanggung jawab, serta merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan internasional,” sebutnya.

    Penyintas Bom Atom Jepang Protes

    Kelompok penyintas bom atom Jepang, yang memenangkan Nobel Perdamaian tahun 2024, melontarkan protes keras terhadap Trump yang memerintahkan dimulainya kembali uji coba senjata nuklir AS.

    Nihon Hidankyo, kelompok penyintas bom atom Jepang, dilansir AFP, Jumat (31/10), menyebut perintah Trump itu “sama sekali tidak dapat diterima”.

    Lebih dari 200.000 orang tewas ketika AS menjatuhkan dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, selama Perang Dunia II, satu-satunya peristiwa di mana senjata nuklir digunakan dalam perang.

    Para penyintas, yang disebut sebagai “hibakusha”, telah berjuang melawan trauma fisik dan psikologis selama puluhan tahun, serta stigma yang sering menyertai mereka yang menjadi korban.

    Pada 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom nuklir pertama di Hiroshima, Jepang. Potretnya menjadi pengingat bahaya senjata nuklir. (U.S. National Archives and Records Administration)

    Setelah Trump mengumumkan pada Kamis (30/10) bahwa dirinya telah memerintahkan Pentagon untuk memulai kembali uji coba senjata nuklir AS agar setara dengan Rusia dan China, Nihon Hidankyo mengirimkan surat protes kepada Kedutaan Besar AS di Tokyo.

    “Arahan tersebut secara langsung bertentangan dengan upaya negara-negara di seluruh dunia yang memperjuangkan dunia yang damai tanpa senjata nuklir dan sama sekali tidak dapat diterima,” tegas Nihon Hidankyo dalam surat protesnya, yang salinannya diperoleh AFP pada Jumat (31/10).

    Wali Kota Nagasaki Shiro Suzuki juga mengecam perintah Trump, yang disebutnya “menginjak-injak upaya orang-orang di seluruh dunia yang telah bersusah payah mewujudkan dunia tanpa senjata nuklir”.

    “Jika uji coba senjata nuklir segera dimulai, bukankah hal itu akan membuat dia (Trump-red) tidak layak menerima Hadiah Nobel Perdamaian?” ucap Suzuki saat berbicara kepada wartawan, merujuk pada niat PM Jepang Sanae Takaichi untuk mencalonkan Trump meraih Nobel Perdamaian.

    Hidankyo memenangkan Nobel Perdamaian tahun 2024 lalu, dan ketika menerima penghargaan tersebut, mereka menyerukan negara-negara untuk menghapuskan senjata nuklir.

    Dua kelompok penyintas bom atom lainnya yang berbasis di Hiroshima–Kongres Hiroshima Menentang Bom A-dan-H (Hiroshima Gensuikin) dan Federasi Asosiasi Korban Bom A Prefektur Hiroshima–juga menyampaikan protes keras.

    “Kami memprotes keras dan dengan tegas menuntut agar eksperimen semacam itu tidak dilakukan,” tegas kedua kelompok itu dalam pernyataan bersama.

    “Sifat senjata nuklir yang tidak manusiawi terbukti dari kehancuran yang disaksikan di Hiroshima dan Nagasaki,” imbuh pernyataan bersama tersebut. Kedua kelompok itu juga mengirimkan surat protes ke Kedutaan Besar AS.

    Halaman 2 dari 3

    (rfs/dek)

  • Prabowo Telah Bertemu Trump dan Xi Jinping, Ini Hasilnya

    Prabowo Telah Bertemu Trump dan Xi Jinping, Ini Hasilnya

    Gyeongju (beritajatim.com)  — Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengatakan, saat ini dunia sedang menghadapi tantangan besar berupa perang tarif, ketegangan geopolitik, serta konflik di berbagai kawasan. Di tengah ketegangan geopolitik tersebut dan dinamika ekonomi global, Prabowo menegaskan pentingnya kerja sama dan ketenangan dunia untuk mendukung pemulihan ekonomi global yang berkelanjutan.

    Dia menilai, langkah-langkah diplomasi yang menurunkan suhu ketegangan dan membangun rasa saling percaya antarnegara menjadi kunci untuk menjaga kestabilan ekonomi global.

    “Sekarang situasi dunia penuh ketidakpastian. Kemudian seolah ada perang tarif, kemudian geopolitik juga masih sangat rawan. Banyak sekali konflik. Kita berusaha untuk menurunkan suhu, meredakan,” kata Prabowo disela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2025 pada Jumat (31/10/2025).

    Dia mengaku telah bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Trump dari Amerika dan Presiden China Xi Jinping. Prabowo pun menilai suasana pertemuan para pemimpin ekonomi dunia dalam KTT APEC 2025 berlangsung positif dan konstruktif.

    “Alhamdulillah, ketemu Presiden Trump dari Amerika, jumpa dengan Presiden Xi Jinping. Saya dengar juga suasananya positif, lah. Dan ini yang kita harapkan, karena akan sangat memengaruhi ketenangan dunia. Dan ekonomi dunia sangat tergantung ketenangan,” ujar Prabowo. (hen/but)

  • Perang AS-China Berakhir, Nasib TikTok Segera Diumumkan

    Perang AS-China Berakhir, Nasib TikTok Segera Diumumkan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai melunak, pasca pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di Busan, Korea Selatan, pada Kamis (30/10) kemarin.

    Trump mengatakan masalah terkait logam tanah jarang (LTJ) telah disepakati, begitu pula dengan penurunan tarif impor China yang turun 10%.

    Selain itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan China telah menyepakati transfer aplikasi video pendek TikTok, dari ByteDance kepada entitas di AS.

    Bessent berharap kesepakatan itu akan berlanjut dalam beberapa pekan ke depan, namun tidak memperinci isi kesepakatan antara dua negara ekonomi terbesar dunia.

    Adapun kesepakatan terkait TikTok, kata Bessent, telah disepakati dalam pertemuan negosiator AS dan China di Kuala Lumpur. Jadi, diskusi ini sudah lebih dulu menemui titik terang sebelum pertemuan Trump dan Xi Jinping di Busan.

    “Di Kuala Lumpur, kami memfinalisasi kesepakatan TikTok, dalam hal mendapat persetujuan dari China. Saya harap kami akan lanjut dalam beberapa pekan dan bulan ke depan, dan akhirnya bisa mencapai resolusi untuk masalah ini,” kata Bessent dalam program ‘Mornings with Maria’ di Fox Business Network, dikutip dari Reuters, Jumat (31/10/2025).

    Kementerian Perdagangan China mengatakan pihaknya akan menangani masalah terkait TikTok dengan AS dengan ‘semestinya’. TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance yang berbasis di China, tidak segera berkomentar.

    Nasib aplikasi yang digunakan oleh 170 juta warga AS ini masih belum pasti selama lebih dari 18 bulan setelah Kongres AS mengesahkan undang-undang pada tahun 2024 yang memerintahkan pemilik TikTok di China untuk menjual aset aplikasi tersebut di AS pada Januari 2025.

    Trump menandatangani perintah eksekutif pada 25 September 2025 yang menyatakan bahwa rencana untuk menjual operasi TikTok di AS kepada konsorsium investor AS dan global memenuhi persyaratan keamanan nasional yang ditetapkan dalam undang-undang tahun 2024 dan memberi mereka waktu 120 hari untuk menyelesaikan transaksi. Ia juga menunda penegakan hukum tersebut hingga 20 Januari 2026.

    Perintah eksekutif Trump menyatakan bahwa algoritma tersebut akan dilatih ulang dan dipantau oleh mitra keamanan perusahaan AS. Selain itu pengoperasian algoritma tersebut akan berada di bawah kendali perusahaan patungan yang baru.

    Perjanjian mengenai operasi TikTok di AS mencakup penunjukan salah satu dari tujuh anggota dewan direksi entitas baru oleh ByteDance, dengan warga AS memegang enam kursi lainnya.

    ByteDance akan memiliki kurang dari 20% saham TikTok AS untuk mematuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang yang memerintahkan penutupan perusahaan tersebut pada Januari 2025 jika ByteDance tidak menjual asetnya di AS.

    Anggota DPR AS John Moolenaar, ketua Partai Republik di Komite Khusus DPR untuk China, mengatakan bulan ini bahwa perjanjian lisensi untuk penggunaan algoritma TikTok, sebagai bagian dari kesepakatan ByteDance untuk menjual aset aplikasi video pendek tersebut di AS, akan menimbulkan “kekhawatiran serius.”

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump-Xi Jinping Bertemu, Prabowo Pastikan Kembali Negosiasi Tarif Dagang

    Trump-Xi Jinping Bertemu, Prabowo Pastikan Kembali Negosiasi Tarif Dagang

    Bisnis.com, GYEONGJU — Presiden Prabowo Subianto memastikan bahwa Indonesia akan kembali melanjutkan negosiasi tarif dengan Amerika Serikat, di tengah dinamika hubungan perdagangan global yang turut menjadi sorotan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2025 di Gyeongju, Korea Selatan.

    Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo usai melaksanakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Christopher Luxon, Jumat (31/10/2025).

    Saat ditanya wartawan mengenai arah kebijakan dagang Indonesia pascapertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, Prabowo menegaskan bahwa komunikasi ekonomi Indonesia dengan Washington akan kembali berjalan intensif.

    “Iya, masih terus negosiasi,” ujar Prabowo singkat saat menjawab pertanyaan mengenai kelanjutan pembicaraan tarif perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat.

    Prabowo juga menegaskan bahwa negosiasi tersebut akan mencakup sejumlah komoditas andalan ekspor Indonesia, yang selama ini menjadi tulang punggung hubungan ekonomi kedua negara.

    “Iya [khususnya komunitas-komunitas andalan Indonesia],” kata Prabowo.

    Sebelumnya, Presiden Ke-8 RI itu juga menyambut positif hasil pertemuan bilateral antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping di sela forum APEC, yang menurutnya memberikan sinyal peredaan ketegangan geopolitik dan membuka ruang stabilitas ekonomi global.

    “Alhamdulillah pertemuan antara Presiden Trump dari Amerika Serikat berjumpa dengan Presiden China Xi Jinping. Saya dengar suasananya positif. Dan ini yang kita harapkan, karena ini akan sangat mempengaruhi ketenangan dunia, dan ekonomi dunia sangat tergantung pada ketenangan,” tandas Prabowo.

    Sekadar informasi, pemerintah Indonesia kembali membuka negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan tarif bea masuk 0% bagi sejumlah produk ekspor unggulan ke Negeri Paman Sam tersebut.⁠

    Langkah ini dilakukan menyusul sinyal positif dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang tengah meninjau ulang kebijakan tarif untuk empat negara Asia Tenggara yakni Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.

  • Prabowo Sebut Pertemuan Trump-Xi Jinping Buat Dunia Lebih Tenang

    Prabowo Sebut Pertemuan Trump-Xi Jinping Buat Dunia Lebih Tenang

    Bisnis.com, GYEONGJU — Presiden Prabowo Subianto mengapresiasi pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2025.

    Menurutnya, pertemuan kedua tokoh negara itu berlangsung dalam suasana yang konstruktif dan positif serta memberikan ketenangan di tengah situasi tensi geopolitik yang tak menentu sehingga memberi harapan bagi terciptanya suasana global yang lebih tenang.

    Hal ini disampaikannya usai melaksanakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Christopher Luxon di sela rangkaian KTT yang digelar di Gyeongju, Jumat (31/10/2025).

    “Alhamdulillah pertemuan antara Presiden Trump dari Amerika Serikat berjumpa dengan Presiden China Xi Jinping, saya dengar juga suasananya positif lah,” ucapnya kepada wartawan. 

    Presiden Ke-8 RI itu menegaskan, stabilitas global dan kerja sama ekonomi multilateral memang perlu menjadi fokus utama dalam forum APEC kali ini, mengingat banyak negara anggota tengah berjuang menghadapi tantangan perlambatan ekonomi, perubahan iklim, serta transformasi digital yang disruptif.

    “Dan ini yang kita harapkan karena ini akan sangat mempengaruhi ketenangan dunia, dan ekonomi dunia sangat tergantung pada ketenangan,” kata Prabowo.

    Orang nomor satu di Indonesia itu meyakini bahwa KTT APEC ke-32 di Gyeongju, Korea Selatan, menjadi momentum penting bagi para pemimpin ekonomi kawasan untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor, membahas strategi menghadapi ketegangan geopolitik, serta mendorong konektivitas, inovasi, dan kemakmuran berkelanjutan, sesuai tema utama pertemuan tahun ini.

    “Saya kira itu ya, on the whole suasananya bagus pertemuan APEC tadi. Terima kasih,” tandas Prabowo.

  • KTT APEC di Tengah Ketegangan AS dan China

    KTT APEC di Tengah Ketegangan AS dan China

    Jakarta

    Perjalanan singkat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke Asia pekan ini berujung pada momen paling dinanti, yakni pertemuannya dengan Presiden Cina Xi Jinping di sela-sela KTT APEC di Korea Selatan.

    Hasilnya pun tak mengejutkan, AS berjanji menurunkan tarif impor, sementara Cina sepakat menindak tegas peredaran bahan kimia untuk produksi fentanil.

    Trump juga menyebut Cina akan kembali membeli “jumlah yang sangat besar” kedelai dari AS, komoditas yang sempat diboikot di tengah perang dagang. Ia memuji momen itu sebagai pertemuan “luar biasa” sebelum meninggalkan Korea Selatan bahkan sebelum acara puncak KTT dimulai.

    Namun, jeda ketegangan antara dua kekuatan ekonomi ini dinilai hanya bersifat sementara oleh pengamat.

    “Hubungan AS dan Cina akan tetap sangat kompetitif. Meski beberapa kesepakatan kecil tercapai, negara-negara lain perlu bersiap menghadapi potensi gesekan baru,” ujar Bonnie Glaser, Direktur Program Indo-Pasifik di German Marshal Fund, kepada DW.

    Gencatan senjata sementara AS dan Cina

    Sejak menjabat kembali awal Januari lalu, Trump memusatkan kebijakan perdagangannya pada persaingan dengan Cina. Gelombang tarif “timbal balik” yang diumumkan saat Liberation Day pada April lalu mengguncang pasar global dan menyulitkan perencanaan rantai pasok.

    Meski beberapa tarif kemudian diturunkan atau ditunda, ketegangan kembali memuncak pada Oktober ketika Trump mengancam akan mengenakan tarif 100% terhadap produk Cina, setelah Beijing berencana membatasi ekspor mineral tanah jarang.

    “Negosiasi perdagangan AS yang kacau, dari Cina hingga India dan Korea, membuat sekutu Asia mempertanyakan apakah AS masih memandang integrasi ekonomi sebagai aset strategis atau sekadar alat tawar,” kata Alison Szalwinski, Wakil Presiden The Asia Group, kepada DW.

    Tak hanya itu, Andrew Yeo dari Brookings Institution juga menilai bahwa banyak negara kini lebih memilih memanfaatkan forum besar seperti APEC untuk menggelar pertemuan bilateral di sela-sela acara resmi. “Hal ini telah berkontribusi pada semakin tersisihnya pertemuan tingkat tinggi seperti APEC,” ujarnya.

    APEC dan awal kebangkitan ekonomi Cina

    Amerika Serikat menjadi salah satu pendiri APEC, forum yang dibentuk pada 1989 untuk mendorong perdagangan bebas dan kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Forum ini berperan besar menurunkan tarif rata-rata di kawasan, memperkuat rantai pasokan, dan mendorong investasi lintas negara.

    Cina bergabung dengan APEC pada 1991, langkah penting yang menandai awal keterlibatannya dalam organisasi ekonomi internasional. Keikutsertaan ini sejalan dengan kebijakan “reformasi dan keterbukaan” yang digagas Deng Xiaoping pada akhir 1970-an, yang mendorong Cina beralih ke ekonomi pasar dan memperkuat transparansi serta modernisasi regulasi.

    Langkah tersebut membuka jalan bagi keanggotaan Cina di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 2001, yang kemudian memicu ledakan ekspor dan menjadikan negara itu kekuatan ekonomi global.

    Kini, di bawah kepemimpinan Korea Selatan sebagai tuan rumah APEC 2025, forum ini menyoroti kerja sama dalam pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) secara inklusif dan berkelanjutan, serta upaya menghadapi tantangan demografis seperti penuaan penduduk dan kekurangan tenaga kerja.

    Trump tinggalkan APEC dengan kesepakatan besar

    Setelah pertemuan Trump dan Xi berakhir, serta kesepakatan besar dengan Jepang dan Korea Selatan tercapai lebih awal, sorotan KTT APEC mulai meredup.

    Dalam kunjungan ini, Jepang dan Korea Selatan, dua mitra utama Amerika Serikat di Asia Timur, sepakat menggelontorkan investasi sekitar 900 miliar dolar AS untuk sektor energi, kecerdasan buatan, dan mineral penting di Amerika Serikat. Kesepakatan ini tercapai setelah AS melonggarkan sejumlah tarif impor yang sebelumnya dikenakan pada produk industri dari kedua negara tersebut.

    Menurut Patricia Kim dari Brookings Institution, negara-negara seperti Korea Selatan kini terjepit antara AS dan Cina.

    “Mereka fokus menegosiasikan kesepakatan dagang dengan AS sambil mengelola ketergantungan ekonomi pada Cina. Banyak pemerintah di kawasan memilih berhati-hati di tengah lanskap yang makin transaksional,” ujarnya.

    Sekutu AS di Asia waspada hadapi ketidakpastian

    Walaupun Korea Selatan dan Jepang telah menandatangani kesepakatan dengan Trump, kedua negara tampak mulai bersiasat menghadapi ketidakpastian. Di tengah kebijakan AS yang semakin transaksional, keduanya memperdalam kerja sama perdagangan dan keamanan dengan mitra regional lain untuk mengurangi ketergantungan pada AS.

    “Porsi ekspor Korea Selatan dan Jepang ke AS justru menurun, meski keduanya baru saja mengumumkan kesepakatan dagang dengan AS pada Juli lalu. Namun, tidak satu pun dari keduanya mengandalkan lembaga multilateral seperti WTO atau APEC untuk menyelesaikan negosiasi dagang mereka dengan AS,” ujar Jeremy Chan, analis senior Asia Timur Laut dan Cina di Eurasia Group, kepada DW.

    Hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Jepang juga semakin intens. Sebelum bertemu Trump pada Agustus lalu, Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung lebih dulu menemui Perdana Menteri Jepang saat itu, Ishiba Shigeru, di Jepang.

    Dalam forum APEC, Lee dijadwalkan bertemu untuk pertama kalinya dengan Perdana Menteri Jepang yang baru, Takaichi Sanae, seorang konservatif yang kini berupaya melunakkan pandangan luar negerinya terhadap Korea Selatan. “Di dunia di mana AS semakin sulit diandalkan, Jepang dan Korea Selatan akan semakin saling membutuhkan. Diplomasi antara kedua negara kemungkinan besar akan terus berlanjut,” tambah Chan.

    Apa peran APEC saat ini?

    Di tengah geopolitik dunia yang semakin transaksional, forum besar seperti APEC tetap dibutuhkan sebagai ruang dialog dan diplomasi.

    Meski Trump tak hadir dalam pertemuan puncak dengan para pemimpin APEC dan melakukan pertemuan dengan Xi di Kota Busan, terpisah dari lokasi utama KTT di Gyeongju, APEC tetap menyediakan wadah netral bagi pertemuan antara Amerika Serikat dan Cina di momen yang krusial.

    Pertemuan tersebut menghasilkan langkah awal menuju penurunan ketegangan, termasuk rencana pembicaraan lanjutan Trump dan Xi di Beijing pada 2026.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ausirio Sangga Ndolu

    Editor: Hani Anggraini


    (ita/ita)

  • Trump dan Xi bertemu, Airlangga: RI siap tangkap peluang APEC

    Trump dan Xi bertemu, Airlangga: RI siap tangkap peluang APEC

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai momentum KTT APEC 2025 menjadi krusial bagi Indonesia dalam menangkap peluang investasi di kawasan Asia-Pasifik setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

    Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menilai pertemuan Trump dan Xi di Busan, Korea Selatan, Kamis (30/10), memberikan kejelasan baru terhadap arah kebijakan tarif di kawasan Asia-Pasifik.

    “Indonesia terbuka untuk investasi dari mitra strategis di kawasan. APEC ini menjadi penting karena baru saja Presiden Trump dan Xi Jinping bertemu, sehingga bagi Indonesia koridor daripada tarif itu sudah mulai kelihatan jelas,” katanya di sela agenda KTT APEC 2025 di Kota Gyeongju, Provinsi Gyeongsang Utara, Korea Selatan, Jumat.

    Ia berharap pertemuan tatap muka antara Trump dan Xi, yang merupakan pertemuan pertama keduanya dalam enam tahun terakhir, dapat meredakan ketegangan perang dagang yang sempat memanas dalam beberapa waktu terakhir.

    Airlangga juga menyinggung sejumlah kesepakatan tarif dagang yang telah dibuat antara negara-negara anggota APEC, termasuk Malaysia, Kamboja, dan Korea Selatan.

    “Dari Korea itu sendiri sudah menyepakati 15 persen, dan kita sudah harus ke sana,” katanya.

    Airlangga mengatakan bahwa dirinya sempat bertemu dengan Menteri Industri, Perdagangan, dan Energi Korea Selatan, yang disebut Presiden Trump sebagai salah satu mitra negosiasi paling keras.

    Menurut Airlangga, pertemuan tersebut menjadi bagian dari upaya memperkuat kerja sama ekonomi dan memastikan Indonesia tidak tertinggal dalam dinamika perdagangan baru pascapertemuan AS–Tiongkok.

    Presiden Xi, dalam pertemuannya dengan Presiden Trump, mengajak AS menjadi mitra sekaligus sahabat demi mencapai kemakmuran bersama, sejalan dengan visi “Make America Great Again” yang diusung Trump.

    Dalam pertemuan itu, Xi menegaskan komitmen untuk memperkuat fondasi hubungan kedua negara dan menciptakan suasana kondusif bagi pembangunan bersama.

    Xi juga menyebut bahwa Trump sangat antusias untuk menyelesaikan berbagai masalah utama di kawasan.

    “China juga sudah mendorong perundingan damai untuk menyelesaikan berbagai masalah utama. Dunia saat ini dihadapkan pada banyak masalah berat,” kata Xi.

    Pertemuan tersebut menjadi bagian dari kunjungan Presiden Xi Jinping ke Korea Selatan untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-32 APEC.

    Pewarta: Andi Firdaus
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kurs Dolar Kalah, Rupiah Menguat Dipengaruhi Potensi The Fed Pangkas Suku Bunga

    Kurs Dolar Kalah, Rupiah Menguat Dipengaruhi Potensi The Fed Pangkas Suku Bunga

    Keputusan The Fed memicu dua pandangan berbeda di internal komite. Gubernur Stephen Miran mendukung pemangkasan lebih besar, yaitu 50 bps, sementara Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid memilih agar suku bunga tetap.

    Meski berbeda pendapat, langkah The Fed dianggap memberi sinyal bahwa kebijakan moneter AS mulai melunak. Hal ini menjadi kabar positif bagi mata uang dan aset berisiko di kawasan Asia, termasuk rupiah.

    Selain faktor The Fed, pasar juga menyoroti pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di Busan, Korea Selatan. Pertemuan tersebut disebut memberikan sentimen positif terhadap pasar global, termasuk Indonesia.

     

  • Rupiah menguat, The Fed berpotensi pangkas suku bunga di akhir tahun

    Rupiah menguat, The Fed berpotensi pangkas suku bunga di akhir tahun

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra mengatakan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi potensi Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga di akhir tahun.

    Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat di Jakarta menguat sebesar 15 poin atau 0,09 persen menjadi Rp16.620 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.635 per dolar AS.

    “The Fed kemarin memberi pesan akan berhati-hati melonggarkan kebijakan lagi. Meskipun demikian, The Fed masih mungkin memangkas suku bunganya lagi di akhir tahun atau di awal tahun depan, sehingga ini positif untuk pasar aset berisiko atau emerging market,” ujar dia kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Oktober 2025, The Fed memangkas Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis points (bps) ke kisaran target 3,75–4 persen dari sebelumnya 4–4,25 persen.

    Keputusan itu menghasilkan dua dissenting opinion berbeda. Pertama, Gubernur Stephen Miran mendukung penurunan yang lebih besar sebesar 50 bps, konsisten dengan FOMC sebelumnya. Adapun Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid lebih memilih mempertahankan suku bunga tak berubah.

    Sentimen lain terhadap rupiah dipengaruhi pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping yang memberikan sentimen positif terhadap pasar.

    Presiden Xi Jinping bertemu Presiden Donald Trump di Busan, Korea Selatan pada Kamis (30/10) selama 1 jam dan 40 menit. Sebelum pertemuan kedua kepala negara, delegasi China dan AS sudah bertemu dalam perundingan dagang di Kuala Lumpur pada 25-26 Oktober 2025.

    Berdasarkan laporan ANTARA Beijing, kedua pihak bertukar pandangan secara mendalam mengenai isu-isu ekonomi dan perdagangan dan mencapai konsensus dalam penyelesaian berbagai isu

    “Rupiah berpotensi menguat hari ini ke arah Rp16.580 dengan potensi resisten di Rp16.650,” ucap Aris.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pengusaha RI Happy Trump-Xi Jinping Bertemu di Korsel

    Pengusaha RI Happy Trump-Xi Jinping Bertemu di Korsel

    Jakarta

    Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia merespons positif pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Pertemuan yang dilakukan di Busan, Korea Selatan itu disebut sebagai simbol pendinginan tensi perang dagang antara dua negara dengan kapasitas ekonomi jumbo tersebut.

    Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie pertemuan ini menjadi deeskalalasi perang dagang yang kembali memanas antara China dan AS setelah Trump kembali jadi Presiden.

    “Apapun yang didiskusikan yang bisa mendeeskalasi tensi baik perdagangan maupun investasi itu sangat bagus. Secara umum, kedua pemimpin besar berdiskusi, melakukan pendinginan daripada tensi itu sangat bagus,” papar Anindya Bakrie di Korea Selatan, Kamis (30/10/2025) waktu setempat.

    Anindya mengapresiasi hasil dari pertemuan tersebut seperti misalnya penurunan tarif, utamanya tarif mineral kritis China yang diimpor ke AS. China pun akan mengimpor banyak kedelai dari Negeri Paman Sam.

    Menurut Anindya meredanya perang dagang bisa menjadi sinyal baik bagi perdagangan dan perekonomian global. Pengusaha Indonesia sendiri jadi tak perlu takut ancaman bila ingin berhubungan dengan kedua negara.

    “Buat Indonesia, Indonesia tentu akan fokus bukan saja dengan perdagangan yang sudah baik dengan Amerika, dengan rate-nya yang cukup berkawan. Tapi juga dengan China, terutama karena investasinya sangat besar,” kata Anindya.

    Donald Trump dan Xi Jinping akhirnya melangsungkan pertemuan tatap muka di Busan, Korea Selatan Kamis kemarin waktu setempat. Pertemuan ini diharapkan dapat meredakan tensi perang dagang antara kedua negara yang sempat memanas beberapa waktu terakhir.

    Trump merasa pertemuan itu akan menjadi salah satu negosiasi tersulitnya. Namun ia optimis dapat menjalin kesepakatan baru dengan Xi untuk menyudahi aksi saling balas yang diberlakukan kedua negara, mulai dari pemberian tarif khusus hingga larangan ekspor komoditas tertentu.

    Usai pertemuan, Trump menyatakan akan memangkas tarif untuk barang impor China. Sebaliknya Xi Jinping diminta untuk menindak perdagangan fentanil ilegal, melanjutkan pembelian kedelai dari Negeri Paman Sam, dan juga tetap memberikan pasokan tanah jarang.

    Trump mengatakan tarif yang dikenakan pada impor China akan dipotong menjadi 47% dari 57% dengan mengurangi separuh tarif yang terkait dengan perdagangan obat prekursor fentanil menjadi 10% dari 20%.

    (hal/kil)