Tag: Xi Jinping

  • Indonesia Bidik Rudal India di Tengah Ketegangan dengan China

    Indonesia Bidik Rudal India di Tengah Ketegangan dengan China

    Jakarta

    Indonesia dan India hampir menyelesaikan negosiasi kesepakatan senilai $450 juta (sekitar Rp7,1 triliun) untuk ekspor rudal jelajah supersonik BrahMos.

    Jika kesepakatan tercapai, Indonesia akan menjadi negara ASEAN kedua setelah Filipina yang memiliki sistem rudal ini.

    Selama kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke New Delhi, ia bertemu dengan CEO BrahMos, Jaiteerth Joshi, didampingi Perdana Menteri India Narendra Modi.

    Delegasi tingkat tinggi yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia, Laksamana Muhammad Ali, juga telah mengunjungi fasilitas BrahMos.

    Perkuat pertahanan di tengah ketegangan dengan Cina

    Rudal yang dikembangkan bersama oleh India dan Rusia ini semakin diminati oleh negara-negara di Asia Tenggara dan Timur Tengah, baik dalam versi berbasis darat maupun kapal perang.

    Banyak analis menilai akuisisi rudal ini sebagai bagian dari strategi Indonesia untuk memperkuat angkatan lautnya dan memodernisasi militer di tengah meningkatnya ketegangan terkait klaim teritorial Cina di kawasan.

    Cina terus mendorong ambisi teritorialnya di Laut Cina Selatan melalui kombinasi taktik koersif dan pembangunan militer, meskipun wilayah ini juga diklaim oleh Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

    Srikanth Kondapalli, profesor studi Cina di Universitas Jawaharlal Nehru, mengatakan bahwa penawaran India untuk memasok rudal BrahMos kepada Indonesia sudah dalam tahap akhir negosiasi dan tidak seharusnya menimbulkan kekhawatiran.

    “Saya rasa India tidak khawatir soal ini. Cina sendiri telah mentransfer teknologi nuklir dan rudal balistik ke Pakistan serta kapal selam ke Myanmar, Bangladesh, dan lainnya, yang berdampak pada keamanan India,” kata Kondapalli.

    “Kala itu, Cina menyebutnya sebagai kesepakatan antara dua negara berdaulat, jadi sekarang mereka tidak seharusnya marah atas penjualan India ke Asia Tenggara atau negara lain,” tambahnya.

    Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri India menolak berkomentar mengenai detail kesepakatan rudal ini.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Manuver India dalam menyeimbangkan hubungan dengan Cina

    Sejak Oktober 2024, India dan Cina telah melakukan serangkaian langkah membangun kepercayaan untuk menormalkan hubungan bilateral mereka yang sempat tegang akibat sengketa perbatasan dan ketegangan geopolitik.

    Upaya ini menyusul pertemuan penting antara Modi dan Presiden Cina Xi Jinping di sela-sela KTT BRICS 2024 di Kazan, Rusia.

    Kedua negara telah mengambil langkah untuk menstabilkan hubungan, termasuk membuka kembali layanan penerbangan langsung, memulai ziarah lintas negara, dan meningkatkan perdagangan perbatasan.

    Langkah ini diambil setelah kedua pihak menarik pasukan mereka dari dua titik sengketa di perbatasan pegunungan tinggi yang memicu bentrokan pada 2020 dan menewaskan setidaknya 20 tentara India serta empat tentara Cina.

    Kondapalli menegaskan bahwa dengan mempersenjatai Indonesia, India mengirimkan sinyal bahwa keterlibatannya dengan Cina tidak akan mengorbankan komitmennya terhadap kawasan Indo-Pasifik.

    “Penjualan BrahMos bertujuan menciptakan keseimbangan kekuatan di Asia Tenggara karena Cina terus melakukan militerisasi di wilayah tersebut dengan mengabaikan negara lain,” katanya.

    Alka Acharya, Direktur Kehormatan Institute of Chinese Studies di New Delhi, menyebut bahwa rencana penjualan rudal ini telah lama direncanakan dan mendapat sorotan dari beberapa pengamat Cina.

    “Ini bukan tawaran baru yang bisa dikaitkan dengan ketegangan saat ini. Namun, tentu saja hal ini tidak akan luput dari perhatian, dan respons resmi Cina kemungkinan akan menyatakan keberatan mereka dengan tegas—terutama dengan alasan bahwa ini dapat memperburuk stabilitas kawasan,” ujar Acharya.

    “Namun, posisi India harus tetap bahwa ini bukan ditujukan terhadap negara ketiga mana pun dan murni demi pertahanan sah Indonesia. Hal ini juga tidak mungkin menggagalkan proses normalisasi hubungan antara India dan Cina,” tambahnya.

    Menangkal ancaman tanpa konfrontasi

    India dan Indonesia sama-sama khawatir terhadap meningkatnya unjuk kekuatan Cina, mendorong kerja sama keamanan yang lebih erat di antara keduanya.

    Pemerintah Indonesia telah beberapa kali bersitegang dengan Cina atas Kepulauan Natuna, yang berada dalam zona ekonomi eksklusif Indonesia tetapi juga diklaim oleh Cina. Kapal nelayan dan penjaga pantai Cina kerap memasuki wilayah ini.

    Dalam beberapa minggu ke depan, delegasi pertahanan tingkat tinggi Indonesia dijadwalkan mengunjungi India untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kerja sama pertahanan.

    Anil Wadhwa, mantan diplomat India, mengatakan bahwa diversifikasi kemitraan pertahanan oleh negara-negara Asia Tenggara dari ketergantungan pada Cina seharusnya tidak dipandang sebagai ancaman bagi pengaruh Cina yang dapat memicu ketegangan diplomatik.

    “Cina aktif membantu Pakistan dalam mengembangkan kemampuan angkatan lautnya serta angkatan udara melalui jet tempur F-17 yang dikembangkan bersama. Cina juga menjual peralatan militer ke Bangladesh, Sri Lanka, dan Myanmar,” kata Wadhwa.

    Ia juga merujuk pada pembelian sistem rudal anti-kapal BrahMos senilai $375 juta (sekitar Rp5,9 triliun) oleh Filipina pada 2022.

    “Penjualan rudal BrahMos ke Indonesia, dan sebelumnya ke Filipina, adalah respons terhadap permintaan negara-negara ini akan sistem pertahanan yang dapat menangkal agresi Cina di Laut Cina Selatan,” ujarnya.

    Ia menambahkan bahwa dalam konteks ini, India tidak perlu terlalu khawatir dengan reaksi Cina.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris

    Lihat Video ‘Rudal Jumbo yang Dipamerkan India ke Prabowo’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • IHSG BEI ditutup menguat dipimpin sektor barang baku

    IHSG BEI ditutup menguat dipimpin sektor barang baku

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG BEI ditutup menguat dipimpin sektor barang baku
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 04 Februari 2025 – 18:11 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa sore ditutup menguat dipimpin oleh saham-saham sektor barang baku (basic materials).

    IHSG ditutup menguat 43,40 poin atau 0,62 persen ke posisi 7.073,46. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 1,46 poin atau 0,18 persen ke posisi 810,01.

    “Pasar saham Asia mengalami penguatan, pasar bereaksi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setuju untuk menunda bea masuk atas Meksiko dan Kanada selama sebulan. Hal itu seiring dengan keberhasilan negosiasi dengan para pemimpin kedua negara tersebut,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.

    Sementara itu, terkait dengan China, dikabarkan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu pada pekan ini, yang mana kedua negara dengan ekonomi terbesar itu tengah berupaya mencapai kesepakatan untuk menghindari ketegangan perdagangan yang lebih luas.

    Penangguhan sementara itu meredakan beberapa ketegangan perdagangan, pasar berharap penundaan dan hasil pertemuan AS dan China dapat mencegah perang dagang yang lebih luas.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar merespon rilis indeks manufaktur (PMI) Indonesia periode Januari 2025 yang yang mencapai level 51,9 atau naik dari bulan sebelumnya di level 51,2, yang menunjukkan aktivitas manufaktur di zona ekspansi.

    Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sepuluh sektor menguat dengan sektor barang baku naik sebesar 2,10 persen, diikuti oleh sektor teknologi dan sektor transportasi & logistik yang masing- masing naik sebesar 1,69 persen dan 1,30 persen.

    Sementara itu, satu sektor menurun yaitu sektor keuangan turun minus sebesar 0,45 persen.

    Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu COCO, DNAR, POLU, SONA dan TIRA. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni IFSH, OBAT, LION, KOKA, dan MTFN.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.319.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan 26,07 miliar lembar saham senilai Rp10,44 triliun. Sebanyak 340 saham naik 269 saham menurun, dan 346 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei menguat 278,28 poin atau 0,72 persen ke 38.798,37, indeks Shanghai melemah 2,03 poin atau 0,06 persen ke 3.250,60, indeks Kuala Lumpur menguat 10,93 persen atau 0,70 poin ke posisi 1,564,56, indeks Straits Times melemah 3,46 poin atau 0,09 persen ke 3.823,01.

    Sumber : Antara

  • China Balas Perang Dagang AS, Google Ikut Kena Imbasnya – Halaman all

    China Balas Perang Dagang AS, Google Ikut Kena Imbasnya – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, CHINA – Perang dagang China dengan Amerika Serikat (AS) benar-benar telah dimulai.

    China telah mengumumkan tarifnya sendiri terhadap barang-barang impor dari AS.

    Tindakan China ini diambil sebagai balasan terhadap AS yang mengenakan tarif sebesar 10 persen terhadap impor produk China yang mulai berlaku Selasa (4/2/2025) hari ini.

    Mulai 10 Februari 2025, China menyatakan akan menerapkan tarif sebesar 15 persen pada batu bara dan gas alam cair (LNG) Amerika.

    Serta tarif sebesar 10 persen pada minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil bermesin besar yang diimpor dari AS.

    Perintah Donald Trump

    Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Sabtu (1/2/2025) yang meminta untuk mengenakan tarif signifikan pada mitra dagang terbesar Amerika termasuk China.

    Dengan alasan kekhawatiran atas aliran fentanil dan defisit perdagangan.

    Tarif adalah pajak atas barang impor, yang biasanya dibayarkan oleh perusahaan pengimpor, yang kemudian dapat membebankan biaya kepada konsumen melalui harga yang lebih tinggi.

    “Artinya, langkah Trump dan tanggapan China memunculkan perang dagang yang dapat merugikan warga Amerika,” demikian Newsweek.

    Apa yang perlu diketahui

    Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (4/2/2025) hari ini, Kedutaan Besar AS di China  mengatakan bahwa kenaikan tarif yang diumumkan oleh Trump “sangat melanggar aturan [Organisasi Perdagangan Dunia] dan merupakan tindakan khas unilateralisme dan proteksionisme perdagangan.”

    China pada gilirannya memberlakukan tindakan yang “sepenuhnya dibenarkan dan masuk akal” dan juga telah mengajukan gugatan hukum ke WTO yang menentang tindakan Trump.

    Keputusan tarif Trump “merusak fondasi kerja sama ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS,” tambah pernyataan kedutaan besar China.

    Craig Singleton, peneliti senior Tiongkok di Foundation for Defense of Democracies (FDD), mengatakan kepada Newsweek bahwa presiden China Xi Jinping perlu memproyeksikan kekuatan di dalam negeri sebagai respons terhadap tarif Trump tanpa merugikan ekonomi negaranya.

    Singleton meyakini hal ini akan melibatkan pemanfaatan perusahaan milik negara dan cadangan untuk menyerap guncangan tarif sambil bertaruh pada bisnis dan konsumen AS untuk melawan pertempuran ekonomi yang berkepanjangan.

    China Selidiki Google

    Dikutip dari Associated Press, China juga mengumumkan penyelidikan antimonopoli terhadap Google dan tindakan perdagangan lainnya.

    Respons China  “terukur,” kata John Gong, seorang profesor di Universitas Bisnis dan Ekonomi Internasional di Beijing.

    “Saya kira mereka tidak ingin perang dagang meningkat,” katanya.

    Ini bukan pertama kalinya aksi saling balas antara kedua negara.

    China dan AS pernah terlibat dalam perang dagang pada tahun 2018 ketika Trump menaikkan tarif atas barang-barang China  dan China  membalasnya dengan cara yang sama.

    Kali ini, kata para analis, China jauh lebih siap untuk melawan, dengan pemerintah mengumumkan serangkaian tindakan yang mencakup berbagai sektor ekonomi, mulai dari energi hingga perusahaan-perusahaan AS.

    Perusahaan-perusahaan AS juga terkena dampak’

    Selain itu, Administrasi Negara untuk Regulasi Pasar China mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka sedang menyelidiki Google atas dugaan pelanggaran undang-undang antimonopoli.

    Pengumuman tersebut tidak menyebutkan tarif tetapi muncul beberapa menit setelah tarif 10 persen Trump terhadap China mulai berlaku.

    Tidak jelas bagaimana penyelidikan ini akan memengaruhi operasi Google.

    Perusahaan tersebut telah lama menghadapi keluhan dari produsen ponsel pintar China atas praktik bisnisnya seputar sistem operasi Android, kata Gong.

    Selain itu, Google memiliki kehadiran yang terbatas di China, dan mesin pencarinya diblokir di negara tersebut seperti kebanyakan platform Barat lainnya.

    Google keluar dari pasar China pada tahun 2010 setelah menolak untuk mematuhi permintaan penyensoran dari pemerintah China dan setelah serangkaian serangan siber terhadap perusahaan tersebut.

    Google tidak langsung berkomentar sejauh ini.

    Sumber: AP/Newsweek

     

  • Bill Gates dan Citra Seorang ‘Miliarder Baik’

    Bill Gates dan Citra Seorang ‘Miliarder Baik’

    Washington DC

    Kisah asal-usul Microsoft dan pendirinya, Bill Gates, telah diceritakan berulang kali sejak dia pertama kali muncul di mata publik pada tahun 1980an. Lahir pada tahun 1955 dari keluarga kaya, Gates memprogram gim video pertamanya pada usia 13 tahun. Dikirim ke sekolah persiapan eksklusif di Seattle, di sanalah dia berteman dengan calon pendiri Microsoft, Paul Allen.

    Gates kemudian menempuh studi di universitas bergengsi Harvard, tetapi kemudian mengundurkan diri untuk memulai “Micro-Soft” dengan Allen pada tahun 1975.

    Dalam memoarnya, “Source Code: My Beginnings,” yang terbit hari ini tanggal 4 Februari, Bill Gates meninjau kembali sejarah tersebut.

    “Saya merasa seperti orang yang tidak cocok sebagai seorang anak” dan “bertengkar dengan orang tua saya sebagai remaja yang memberontak,” serta “tantangan putus sekolah untuk bertaruh pada industri yang belum benar-benar ada.”

    Dua buku lainnya, yang membahas kiprahnya sebagai CEO Microsoft dan sebagai kepala Yayasan Gates, akan menyusul diterbitkan.

    Sekadar pemasaran?

    Penerbit memoar menggambarkan buku Gates sebagai “karya yang hangat dan inspiratif,” tetapi reporter investigasi Amerika Serikat Tim Schwab menepisnya sebagai “latihan pemasaran dan pencitraan merek” oleh orang kaya dan berkuasa.

    Schwab adalah penulis buku kritis tentang pendiri Microsoft, berjudul “The Bill Gates Problem: Reckoning with the Myth of the Good Billionaire” (2023).

    “Ketika miliarder lain terang-terangan mementingkan diri sendiri, Bill Gates selalu berusaha menampilkan dirinya sebagai seorang yang tidak mementingkan diri sendiri dan yang disebut miliarder yang baik,” kata Schwab kepada DW.

    “Sangat sedikit yang belum kita ketahui tentang kisah pribadi Bill Gates, dan hampir tidak ada hal baru atau bersifat mengungkap dalam buku ini,” kata Schwab.

    Namun, satu aspek menjadi berita utama baru-baru ini, seperti yang direnungkan Gates dalam memoarnya, bahwa dia mungkin akan didiagnosis mengidap autisme jika tumbuh dewasa saat ini.

    “Dia mencurahkan sekitar setengah halaman di bagian paling akhir buku” untuk topik tersebut, kata Schwab. Namun, bahkan satu detail baru ini belum disajikan dengan “cara yang sangat bijaksana atau reflektif,” tukasnya.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    ‘Saya sering berbicara dengan para pemimpin dunia’

    Berkat Microsoft, Gates menjadi orang terkaya di dunia pada tahun 1995 dan bertahan di posisi teratas estimasi majalah Forbes hingga tahun 2008, ketika dia mengundurkan diri dari perusahaan untuk fokus pada filantropi.

    Miliarder teknologi lainnya seperti Elon Musk atau Mark Zuckerberg telah melampaui Gates dalam peringkat Forbes. Kendati demikian, pada usia 69 tahun, kekayaannya mencapai sekitar USD107 miliar dan saat ini menduduki peringkat ke-13 orang terkaya yang masih hidup.

    Pada saat yang sama, Gates menikmati citra publik yang jauh lebih baik daripada taipan teknologi lainnya. Kombinasi kekayaan, koneksi, dan reputasi positif ini telah memberi Gates akses yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya ke para pembuat keputusan di seluruh dunia, termasuk pertemuan dengan Xi Jinping pada tahun 2023, atau makan malam tiga jam baru-baru ini dengan Presiden AS Donald Trump yang baru saja terpilih.

    Selama makan malam, menurut Gates, dia berbicara dengan Trump tentang kemungkinan penyembuhan HIV dan polio.

    “Kami berdua, menurut saya, sangat gembira tentang hal ini,” katanya kepada Wall Street Journal. “Karena yayasan ini sangat terlibat dalam isu-isu kesehatan global, saya sering berbicara dengan para pemimpin dunia. Dalam beberapa bulan terakhir, saya berbicara dengan Presiden Prancis Macron, Kepala Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen,” Gates menambahkan.

    Bumerang revolusi pangan di Afrika

    Yayasan Gates menggunakan hubungan tersebut untuk membantu memerangi penyakit dan kelaparan di berbagai belahan dunia. Namun, buku Schwab mengemukakan argumen bahwa hasilnya cenderung tidak mencapai sasaran.

    Salah satu kasus kontroversial adalah ketika Yayasan Gates dilaporkan telah menggelontorkan hampir satu miliar dolar untuk program AGRA yang sebelumnya bernama Aliansi untuk Revolusi Hijau di Afrika. Program yang diluncurkan pada tahun 2006 ini menjanjikan untuk menggandakan hasil pertanian dan mengurangi separuh kelaparan dan kemiskinan di 13 negara Afrika pada tahun 2020.

    Namun, batas waktu telah lewat dan sasaran besar Gates belum terpenuhi. Menurut penelitian yang diterbitkan pada bulan Juni 2020, jumlah orang yang kelaparan di afrika bahkan tumbuh sebesar 30% di sejumlah negara.

    Pada bulan Agustus 2024, beberapa organisasi agama, pertanian, dan lingkungan Afrika secara terbuka menuntut ganti rugi dari Yayasan Gates. Dalam surat terbuka, mereka mendesak pihak yayasan untuk mengakui bahwa upaya mereka “telah gagal.”

    “Intervensi mereka semakin mendorong sistem pangan Afrika ke arah model pertanian industri yang terkorporatisasi, mengurangi hak rakyat atas kedaulatan pangan dan mengancam kesehatan ekologi dan manusia,” kata para penandatangan surat tersebut.

    Para pemimpin Afrika menuduh penyelenggara di balik AGRA mempromosikan “input sintetis yang mahal, pupuk dan benih” yang mencemari dan mengeraskan tanah, mengganggu ekosistem lokal, dan menempatkan “petani kecil pada belas kasihan harga global yang tidak stabil untuk mempertahankan hasil panen mereka.”

    Lapangkan jalan bagi Musk

    Schwab memperingatkan bahwa Gates masih merupakan “investor swasta yang tertarik untuk memperluas kekayaannya.”

    “Ketika dia berbicara dengan seseorang seperti Donald Trump atau pemimpin terpilih lainnya, dia harus memikirkan kekayaan pribadinya sendiri, kepentingan pribadinya sendiri. Dan kemudian dia juga harus memikirkan kepentingan yayasan Gates, yang disubsidi besar-besaran oleh pembayar pajak,” imbuh penulis tersebut.

    “Jika Anda melihat Yayasan Gates, salah satu proyek yang menurut Bill Gates paling ia banggakan adalah mekanisme pengadaan vaksin yang berbasis di Swiss, sebagian besar uang untuk proyek tersebut berasal dari pembayar pajak.”

    Pada saat yang sama,Gates terhubung dengan para pembuat keputusan melalui kontrak pemerintah untuk bisnis yang terkait dengan kerajaannya, dan melalui kontribusi politik, seperti sumbangan sebesar $50 juta yang dilaporkan kepada pesaing Trump, Kamala Harris.

    “Selama bertahun-tahun, Gates telah menormalisasi dan melegitimasi peran kekayaan ekstrem dalam demokrasi, khususnya dalam politik Amerika, dan ya, seseorang seperti Elon Musk mungkin mewakili langkah baru, evolusi baru dalam oligarki jenis itu, tetapi saya pikir mereka adalah bagian dari cerita yang sama,” kata Schwab.

    “Saya pikir orang-orang seperti Elon Musk saat ini berdiri di atas bahu Bill Gates.”

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Alasan Tarif Trump ke Kanada & Meksiko Ditunda Sedangkan China Tidak

    Alasan Tarif Trump ke Kanada & Meksiko Ditunda Sedangkan China Tidak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda “perang dagang” dengan Kanada dan Meksiko. Kenaikan tarif 25% ke kedua negara tersebut, kecuali energi Kanada 10%, batal berlaku Selasa (4/2/2025) ini.

    Namun kenaikan tarif 10% ke China masih berlaku. Lalu apa alasannya perang dagang ke AS ditunda sementara ke Kanada dan Meksiko?

    Mengutip AFP, penundaan terjadi setelah panggilan telepon antara Trump dan para pemimpin negara. Pertama Trump melakukan komunikasi dengan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum lalu disusul dengan Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau.

    Kenaikkan tarif ke Meksiko ditunda setelah negeri itu berjanji mengirimkan 10.000 tentara ke perbatasan untuk menghentikan penyebaran fentanil. Ini merujuk narkoba mematikan di AS, yang telah memakan korban jiwa hingga 70.000 orang overdosis di jalan-jalan Paman Sam.

    Hal sama juga dilakukan ke Kanada selama 30 hari, dengan barter janji yang sama:. Ottawa akan mengerahkan 10.000 petugas ke garis depan untuk mengamankan perbatasan, demi menghentikan narkotika fentanil dan menindak pencucian uang.

    “Sekarang akan ada perjanjian lebih lanjut untuk kesepakatan jangka panjang,” ujar Trump merujuk penundaan ke Meksiko.

    “Sebagai Presiden, adalah tanggung jawab saya untuk memastikan keselamatan SEMUA warga Amerika, dan itulah yang sedang saya lakukan,” tulis Trump di Truth Social sesaat setelah penundaan dengan Kanada diumumkan.

    “Saya sangat senang dengan hasil awal ini, dan tarif yang diumumkan pada hari Sabtu akan dihentikan sementara selama 30 hari untuk melihat apakah kesepakatan Ekonomi akhir dengan Kanada dapat disusun atau tidak. KEADILAN UNTUK SEMUA!”

    Tapi bagaimana dengan China? Kenapa belum ditunda?

    Trump sendiri rencana nya akan melakukan panggilan telepon dengan Presiden China Xi Jinping dalam 24 jam ke depan. Ini dikatakan Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt.

    Alat Negosiasi & Pertunjukan Taktik

    Dalam analisisnya, Sky News menyebut tarif kini menjadi alat negosiasi Trump. Taktik intimidasi tersebut sejauh ini berhasil.

    “Setidaknya begitulah yang diinginkan Trump agar semua orang berpikir. Berdansalah mengikuti irama saya, atau yang lainnya,” ujar korespondennya Mark Stone.

    “Dan benar saja bahwa Meksiko dan Kanada berada dalam mode panik akhir pekan ini”.

    Meski begitu ia juga mengindikaikan penundaan adalah bentuk kepanikan Trump. Apalagi penurunan besar-besaran terjadi di Wall Street Senin.

    “Ia memperhatikan penurunan tajam pasar saham… Dia sangat peduli dengan reaksi pasar,” tambahnya.

    Setidaknya ia merujuk persetujuan Kanada dan Meksiko untuk mengamankan perbatasan yang sesungguhnya bukan hal baru.

    “Sebuah pertunjukan taktik dari Donald Trump, yang bisa saja berakhir dengan akhir yang mengerikan, tetapi malah berakhir dengan dia terlihat kuat (dan membuat banyak negara maju ketakutan dalam prosesnya) dan tetangga terdekatnya terpaksa mengulangi rencana mereka yang sudah ada,” tambahnya.

    (sef/sef)

  • Trump Tunda Tarif untuk Meksiko-Kanada, Tetapi Tidak untuk China

    Trump Tunda Tarif untuk Meksiko-Kanada, Tetapi Tidak untuk China

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menangguhkan ancaman tarif tinggi terhadap Meksiko dan Kanada pada hari Senin (03/02), menyetujui penundaan selama 30 hari sebagai imbalan atas konsesi dalam penegakan hukum perbatasan dan kejahatan dengan kedua negara tetangga tersebut.

    Sementara itu, tarif AS terhadap China tetap akan diberlakukan segera.

    Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan bahwa mereka telah sepakat untuk memperketat pengamanan perbatasan sebagai respons terhadap tuntutan Trump dalam memberantas imigrasi ilegal dan penyelundupan narkoba. Hal ini menunda tarif 25% yang sedianya berlaku pada Selasa (04/02) selama 30 hari.

    Kanada setuju untuk mengerahkan teknologi dan personel baru di perbatasannya dengan AS serta meluncurkan upaya bersama untuk memerangi kejahatan terorganisir, penyelundupan fentanyl, dan pencucian uang.

    Meksiko juga sepakat untuk memperkuat perbatasan utaranya dengan menurunkan 10.000 anggota Garda Nasional guna menghentikan arus migrasi ilegal dan narkoba.

    AS berjanji untuk mencegah penyelundupan senjata berdaya tinggi ke Meksiko, kata Sheinbaum.

    “Sebagai Presiden, tanggung jawab saya adalah memastikan keselamatan semua warga Amerika, dan saya sedang melakukan hal itu. Saya sangat senang dengan hasil awal ini,” kata Trump di media sosial.

    Kesepakatan ini untuk sementara menghindari perang dagang yang menurut para ekonom dapat merugikan semua pihak dan meningkatkan harga bagi konsumen.

    Setelah berbicara melalui telepon dengan kedua pemimpin, Trump mengatakan bahwa ia akan mencoba merundingkan perjanjian ekonomi dalam sebulan ke depan dengan dua mitra dagang terbesar AS, yang ekonominya telah saling terintegrasi sejak perjanjian perdagangan bebas bersejarah pada 1990-an.

    Tarif untuk China tetap berlaku

    Tidak ada kesepakatan serupa dengan China, yang masih akan menghadapi tarif sebesar 10% mulai pukul 12:01 pagi waktu setempat pada hari Selasa (05/02). Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan Trump tidak akan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping hingga akhir pekan.

    Trump memperingatkan bahwa ia mungkin akan menaikkan tarif untuk Beijing lebih tinggi lagi.

    “China diharapkan berhenti mengirimkan fentanyl ke kami, dan jika tidak, tarifnya akan naik jauh lebih tinggi,” katanya.

    China menyebut fentanyl sebagai masalah domestik AS dan berencana menggugat tarif ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta mengambil tindakan balasan lainnya. Namun, China juga tetap membuka peluang untuk bernegosiasi.

    Perkembangan terbaru ini membuat nilai tukar dolar Kanada melonjak setelah sebelumnya anjlok ke level terendah dalam lebih dari dua dekade. Kabar ini juga mengangkat indeks saham berjangka AS setelah sehari mengalami penurunan di Wall Street.

    Trump juga menyiratkan pada hari Minggu (02/02) bahwa Uni Eropa (UE) bisa menjadi target berikutnya, meskipun ia tidak menyebutkan kapan.

    UE akan merespons ‘dengan tegas’ jika dikenai tarif secara tidak adil

    Para pemimpin Eropa memperingatkan bahwa ancaman Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif terhadap UE dapat memicu perang dagang yang akan merugikan konsumen di kedua sisi Atlantik dan memperkuat posisi China.

    Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa UE menyadari “potensi tantangan” dalam hubungan perdagangan transatlantik.

    “Jika dikenai secara tidak adil atau sewenang-wenang, Uni Eropa akan merespons dengan tegas,” kata von der Leyen setelah pertemuan informal para pemimpin UE di Brussels.

    Ia menegaskan bahwa para pemimpin UE ingin bersikap pragmatis, terlibat lebih awal dalam diskusi, serta merundingkan solusi dengan AS untuk mencegah ketegangan perdagangan.

    “Diskusi hari ini menekankan prinsip utama: yang pertama, bersiaplah. Dan saya hanya bisa mengatakan bahwa kami sudah siap,” katanya dalam konferensi pers.

    rs/ha (Reuters, DW)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Putin Angkat Bicara Soal Kenaikan Tarif AS

    Putin Angkat Bicara Soal Kenaikan Tarif AS

    Jakarta

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, buka suara soal kenaikan tarif bea masuk yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump beberapa waktu lalu. Menurutnya, kebijakan Trump dalam memulihkan ketertiban di Eropa.

    Putin mengingatkan, negara-negara Eropa akan segera berdiri di kaki “tuannya” setelah penetapan kenaikan tarif yang berpotensi meningkatkan eskalasi perang dagang. Putin mengatakan, pemerintahan kedua Trump akan memulihkan ketertiban di Eropa dengan kegigihannya.

    “Saya jamin: Trump, dengan karakternya, dengan kegigihannya, dia akan memulihkan ketertiban di sana dengan cukup cepat. Dan semuanya, Anda akan lihat – itu akan terjadi dengan cepat, segera – mereka semua akan berdiri di kaki tuannya dan akan sedikit mengibaskan ekor mereka. Semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya,” kata Putin dikutip dari CNBC International, Selasa (4/2/2025).

    Putin tak menjelaskan lebih detail langkah Trump dalam memulihkan ketertiban Eropa. Namun begitu, ia berharap hubungannya dengan AS dapat membaik di bawah Trump.

    Sementara itu, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, pemerintah Rusia akan mencermati ketegangan yang meningkat antara AS dan sekutunya.

    “Anda tahu, ada banyak ketegangan di sana, jadi, tentu saja, kami tidak ingin dikaitkan dengan semua ini dengan cara apa pun atau mengevaluasinya dengan cara apa pun,” kata Dmitry Peskov.

    “Biarkan negara-negara yang berpartisipasi dalam proses ini menyelesaikannya,” tambahnya.

    Berdasarkan laporan CNBC, Trump dianggap telah membuat pasar global terpuruk pada Senin (3/2/2025) setelah mengumumkan tarif sebesar 25% untuk impor dari Meksiko dan Kanada serta pungutan sebesar 10% untuk barang-barang dari China. Adapin tarif itu berencana diterapkan hari ini, Selasa (4/2/2025).

    Sementara itu, laporan Reuters mengatakan bahwa AS menangguhkan pengenaan tarif perdagangan kepada Meksiko dan Kanada. Keputusan tersebut diambil langsung oleh Presiden Donald Trump pada Senin 3 Februari kemarin, dia memberikan waktu penangguhan selama 30 hari untuk penerapan tarif pada negara-negara tetangganya.

    Penangguhan waktu pengenaan tarif ini menjadi imbalan dari Trump atas kerja sama Kanada dan Meksiko pada penegakan hukum di perbatasan dan penanggulangan kejahatan yang terjadi.

    Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan mereka telah sepakat untuk memperkuat upaya penegakan hukum perbatasan sebagai tanggapan atas tuntutan Trump untuk menindak tegas imigrasi dan penyelundupan narkoba. Penangguhan ini akan menghentikan penerapan tarif 25% yang akan berlaku sejak hari ini selama 30 hari ke depan.

    Meski sudah ada kesepakatan penangguhan tarif untuk Kanada dan Meksiko, namun Trump nampaknya masih akan meluncurkan kebijakan tarif pada produk-produk China. Penerapan tarif itu berlaku mulai hari ini Selasa 5 Februari 2025 sejak pukul 00.00 waktu setempat.

    Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan Trump tidak akan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping hingga akhir minggu ini. Trump bahkan memperingatkan dia mungkin akan menaikkan tarif lebih lanjut terhadap Beijing.

    “Tiongkok diharapkan akan berhenti mengirimi kami fentanil, dan jika tidak, tarif akan naik jauh lebih tinggi,” kata juru bicara tersebut dikutip dari Reuters.

    (rrd/rrd)

  • Trump Tangguhkan Tarif ke Kanada & Meksiko, ke China Lanjut Terus!

    Trump Tangguhkan Tarif ke Kanada & Meksiko, ke China Lanjut Terus!

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) menangguhkan pengenaan tarif perdagangan kepada Meksiko dan Kanada. Keputusan tersebut diambil langsung oleh Presiden Donald Trump pada Senin 3 Februari kemarin, dia memberikan waktu penangguhan selama 30 hari untuk penerapan tarif pada negara-negara tetangganya itu.

    Penangguhan waktu pengenaan tarif ini menjadi imbalan dari Trump atas kerja sama Kanada dan Meksiko pada penegakan hukum di perbatasan dan penanggulangan kejahatan yang terjadi.

    Melansir Reuters, Selasa (4/2/2025), Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan mereka telah sepakat untuk memperkuat upaya penegakan hukum perbatasan sebagai tanggapan atas tuntutan Trump untuk menindak tegas imigrasi dan penyelundupan narkoba. Penangguhan ini akan menghentikan penerapan tarif 25% yang akan berlaku sejak hari ini selama 30 hari ke depan.

    Kanada setuju untuk menyebarkan teknologi dan personel baru di sepanjang perbatasannya dengan Amerika Serikat dan meluncurkan upaya kerja sama untuk memerangi kejahatan terorganisasi, penyelundupan fentanil, dan pencucian uang.

    Meksiko pun setuju untuk memperkuat perbatasan utaranya dengan 10.000 anggota Garda Nasional untuk membendung arus migrasi ilegal dan narkoba. Amerika Serikat juga membuat komitmen untuk mencegah perdagangan senjata ilegal dan berteknologi tinggi ke Meksiko.

    “Sebagai Presiden, adalah tanggung jawab saya untuk menjamin keselamatan semua warga Amerika, dan itu lah yang saya lakukan. Saya sangat senang dengan hasil awal ini,” kata Trump dalam media sosial miliknya.

    Nasib Tarif China
    Meski sudah ada kesepakatan penangguhan tarif untuk Kanada dan Meksiko, namun Trump nampaknya masih akan meluncurkan kebijakan tarif pada produk-produk China. Penerapan tarif itu berlaku mulai hari ini Selasa 5 Februari 2025 sejak pukul 00.00 waktu setempat.

    Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan Trump tidak akan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping hingga akhir minggu ini. Trump bahkan memperingatkan dia mungkin akan menaikkan tarif lebih lanjut terhadap Beijing.

    “Tiongkok diharapkan akan berhenti mengirimi kami fentanil, dan jika tidak, tarif akan naik jauh lebih tinggi,” kata juru bicara tersebut.

    China sebelumnya menyebut fentanil sebagai masalah Amerika dan mengatakan akan menantang penerapan tarif di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) dan mengambil tindakan balasan lainnya. Namun, China juga tetap membiarkan pintu terbuka untuk opsi perundingan kedua negara.

    Selain Kanada, Meksiko, dan China, Trump rupanya juga akan bersiap menerapkan kebijakan tarif kepada 27 negara dalam persatuan Uni Eropa. Tetapi dia belum mengatakan kapan hal itu akan direalisasikan. Trump mengisyaratkan bahwa Inggris, yang meninggalkan UE pada tahun 2020, mungkin terhindar dari tarif.

    Para pemimpin UE pada pertemuan puncak informal di Brussels pada hari Senin mengatakan Eropa akan siap untuk melawan jika AS mengenakan tarif, tetapi juga menyerukan negosiasi, sebab AS adalah mitra dagang dan investasi terbesar bagi negara-negara Uni Eropa.

    (hal/rrd)

  • Terungkap! Nilai Investasi Hardware DeepSeek Rp 8 Triliun

    Terungkap! Nilai Investasi Hardware DeepSeek Rp 8 Triliun

    Jakarta, CNBC Indonesia – DeepSeek, perusahaan teknologi asal China, menjadi sorotan utama minggu ini setelah mengungkapkan biaya yang mereka keluarkan untuk melatih model kecerdasan buatannya (AI).

    Melansir CNBC Internasional, dalam dokumen terbaru, DeepSeek mengungkapkan bahwa mereka menghabiskan sekitar US$5,576 juta atau setara dengan Rp91,2 juta (asumsi kurs Rp16.300/US$), untuk pelatihan model kecerdasan buatannya, berdasarkan biaya sewa unit pemrosesan grafis (GPU) dari Nvidia. Namun, angka ini hanya mencakup pelatihan model resmi dan belum mencakup biaya riset dan eksperimen sebelumnya terkait arsitektur atau data.

    Tidak hanya itu, berita terkait DeepSeek juga menyebutkan, mereka baru-baru ini mengalahkan OpenAI di Apple App Store dengan aplikasi AI-nya yang paling banyak diunduh di Amerika Serikat. Dampak ini menyebabkan penurunan kapitalisasi pasar beberapa perusahaan chip besar, termasuk Nvidia dan Broadcom, yang kehilangan sekitar US$800 miliar pada hari Senin.

    Menurut firma riset semikonduktor SemiAnalysis, pengeluaran DeepSeek untuk perangkat keras diperkirakan jauh lebih besar dari US$500 juta atau setara dengan Rp8,15 triliun (asumsi kurs Rp16.300/US$) sejak perusahaan ini berdiri. Biaya riset dan pengembangan serta biaya kepemilikan lainnya juga turut menambah jumlah pengeluaran mereka. Penggunaan “data sintetis” untuk melatih model kecerdasan buatan ini membutuhkan komputasi yang sangat besar.

    SemiAnalysis juga membandingkan DeepSeek dengan perusahaan lain di industri AI, seperti Anthropic yang menghabiskan sekitar US$10 juta untuk melatih model AI mereka, meskipun mereka didukung oleh investasi besar dari Amazon dan Google. Hal ini menunjukkan betapa besar dana yang dibutuhkan untuk menjalankan model AI dan perusahaan AI.

    “Itu karena mereka harus bereksperimen, membuat arsitektur baru, mengumpulkan dan membersihkan data, membayar karyawan, dan banyak lagi,” kata SemiAnalysis, melansir dari CNBC Internasional, Minggu (2/2/2025).

    Dokumen DeepSeek sendiri tidak menyertakan estimasi biaya komputasinya. Perusahaan tersebut tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Meskipun tidak ada angka pasti terkait biaya komputasi DeepSeek, laporan dari SemiAnalysis menunjukkan, perusahaan ini telah berhasil mencapai kemajuan luar biasa dengan pengeluaran yang sangat besar, terutama dalam hal pengembangan model AI yang canggih. Mereka juga memuji kualitas model DeepSeek, yang terlihat menonjol meskipun Amerika Serikat telah membatasi ekspor chip ke China dalam beberapa tahun terakhir.

    Analis dan pakar AI memuji kehebatan model DeepSeek, bahkan mencatat, langkah cepat DeepSeek dalam mencapai keunggulan dalam penalaran buatan layak untuk diapresiasi. Hal ini semakin menarik perhatian, terutama dengan potensi pasar AI yang diperkirakan akan melampaui US$1 triliun dalam waktu dekat.

    DeepSeek, yang didirikan pada tahun 2023 oleh Liang Wenfeng, awalnya merupakan bagian dari unit riset AI hedge fund High-Flyer. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan kecerdasan umum buatan atau AGI, sebuah cabang AI yang bertujuan untuk menyamai atau bahkan melebihi kecerdasan manusia.

    Pada bulan April 2023, DeepSeek bertransformasi menjadi perusahaan rintisan yang berdedikasi untuk mengembangkan model bahasa besar dan AI. Kehebohan meningkat ketika mereka merilis R1, model penalaran AI yang sangat bersaing dengan model OpenAI, yang bersifat sumber terbuka sehingga dapat digunakan oleh pengembang lain. Meski begitu, model ini juga memiliki batasan pada topik-topik tertentu, seperti kebijakan pemimpin China, Xi Jinping.

    CEO OpenAI, Sam Altman mengakui kualitas model DeepSeek, tetapi juga menyinggung adanya dugaan DeepSeek mungkin menggunakan data dari OpenAI untuk mengembangkan produk mereka. Meskipun demikian, persaingan antara kedua perusahaan ini semakin ketat, dan ini menegaskan pentingnya pengembangan AI yang terbuka dan demokratis.

    Pada sebuah acara di Washington, DC, pada hari Kamis yang diselenggarakan oleh OpenAI, Altman mengatakan DeepSeek adalah “model yang sangat hebat.”

    “Ini adalah pengingat akan tingkat persaingan dan perlunya Al yang demokratis untuk menang,” katanya. Ia mengatakan hal ini juga menunjukkan “tingkat minat dalam penalaran, tingkat minat dalam sumber terbuka.”

    (haa/haa)

  • Tetangga RI Gandeng China Garap Kereta Cepat Lintas Negara Rp 204 T

    Tetangga RI Gandeng China Garap Kereta Cepat Lintas Negara Rp 204 T

    Jakarta

    Thailand bersama China menggarap proyek kereta cepat. Proyek kereta cepat ini merupakan kerja sama bilateral unggulan di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) yang diusung Presiden China Xi Jinping dan ditargetkan mulai beroperasi pada 2030.

    Juru Bicara Pemerintah Thailand Jirayu Houngsub mengatakan saat ini lebih dari sepertiga konstruksi telah selesai di ruas yang menghubungkan kota Bangkok dengan Nakhon Ratchasima, Thailand. Ruas yang menghubungkan Nong Khai dengan perbatasan Laos siap beroperasi pada 2030.

    Sementara saat ini jalur kereta cepat yang menghubungkan dari Ibu Kota Laos Vientiane ke kota Kunming China sudah mulai beroperasi. Biaya membangun jalur itu senilai US$ 6 miliar.

    Sebagai informasi, pembangunan jalur kereta cepat tersebut menghubungkan Nong Khai di Thailand dengan China, melalui Vientiane. Adapun total biaya yang dibutuhkan Thailand untuk membangun jalur tersebut sebesar 434 miliar baht atau setara US$ 12,6 miliar atau sekitar Rp 204,1 triliun (kurs Rp 16.200).

    “Ini adalah kesempatan bagi Thailand untuk terhubung dengan ekonomi global,” kata Jirayu, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Rabu (29/1/2025).

    Jirayu menjelaskan proyek tersebut menguntungkan bagi Thailand lantaran dapat menjadikan Negeri Gajah Putih itu sebagai pusat logistik.

    Pengumuman pembangunan jalur kereta cepat ini muncul setelah China mendesak Thailand untuk mempercepat pembangunan jalur kereta. Pembahasan mengenai jalur kereta cepat ini diawali kesepakatan Thailand serta China menandatangani perjanjian pembangunannya pada tahun 2017.

    Kedua negara awalnya sepakat untuk target operasional proyek tersebut pada 2021, namun pembangunan tertunda karena tidak ada kata sepakat soal pembiayaan dan desain, serta pandemi COVID-19.

    Melansir dari situs resmi Pemerintah Thailand, rute kereta cepat Thailand-Tiongkok, Seksi 1, Bangkok-Nakhon Ratchasima memiliki jarak total 250,77 kilometer. Rute tersebut dibagi menjadi beberapa jenis rute, seperti rute layang sepanjang 188,68 kilometer, rute sebidang sepanjang 54,09 kilometer, terowongan sepanjang 8 kilometer dengan dua terowongan, yakni di Distrik Muak Lek dan di Waduk Lam Takong.

    Rencananya, proyek ini terdiri dari enam stasiun, yakni Terminal Pusat Krung Thep Aphiwat, Stasiun Don Mueang, Stasiun Ayutthaya, Stasiun Saraburi,Stasiun Pak Chong, dan Stasiun Nakhon Ratchasima. Per 25 Desember 2024, progres pengembangan di jalur tersebut mencapai 39.48%.

    Tonton juga Video: Kereta Cepat Hubungkan Berlin-Paris dalam 8 Jam

    (hns/hns)