Tag: Xi Jinping

  • Xi Jinping Bicara dengan Putin Lewat Telepon di Peringatan 3 Tahun Invasi Ukraina

    Xi Jinping Bicara dengan Putin Lewat Telepon di Peringatan 3 Tahun Invasi Ukraina

    JAKARTA – Presiden China Xi Jinping berbicara dengan sekutunya Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon pada Senin di hari peringatan 3 tahun invasi Rusia ke Ukraina.

    China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan strategis “tanpa batas”, beberapa hari sebelum Putin mengirimkan puluhan ribu pasukan ke Ukraina pada Februari 2022.

    Dilansir Reuters, Senin, 24 Februari, Xi telah bertemu Putin lebih dari 40 kali dalam satu dekade terakhir dan Putin dalam beberapa bulan terakhir menggambarkan Tiongkok sebagai “sekutu”.

    Beijing menolak untuk mengutuk Moskow atas perannya dalam perang tersebut, sehingga memperburuk hubungan mereka dengan Eropa dan Amerika Serikat.

    Ini adalah pembicaraan kedua yang dilakukan kedua pemimpin tahun ini, setelah mereka membahas cara membangun hubungan dengan Presiden AS Donald Trump, serta prospek perjanjian damai untuk mengakhiri perang di Ukraina, pada Januari.

    Trump mendorong tercapainya kesepakatan cepat untuk mengakhiri perang di Ukraina, memperingatkan sekutu Washington di Eropa dengan tidak melibatkan mereka dan Ukraina dalam pembicaraan awal dengan Rusia.

    Trump lantas menyalahkan Ukraina atas invasi Rusia pada tahun 2022, yang dianggap hadiah politik bagi Moskow yang juga dapat memberikan manfaat ekonomi yang besar.

  • Xi Jinping Kasih Karpet Merah Buat DeepSeek

    Xi Jinping Kasih Karpet Merah Buat DeepSeek

    Jakarta

    Popularitas mendadak DeepSeek dinilai telah memberi China alat yang ampuh dalam adopsi kecerdasan buatan di negara tersebut dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Presiden Xi Jinping pun sepertinya mendukung penih DeepSeek.

    Goldman Sachs memprediksi ekonomi negara tersebut akan mulai mencerminkan dampak positif adopsi AI mulai tahun depan karena otomatisasi yang digerakkan oleh AI meningkatkan produktivitas.

    “Munculnya DeepSeek baru-baru ini menunjukkan pengembangan dan adopsi AI yang lebih cepat di China daripada yang kami perkirakan sebelumnya,” kata ekonom di Goldman Sachs yang dikutip detikINET dari CNBC.

    Antusiasme seputar DeepSeek juga tercermin dalam reli tajam di saham China, di mana indeks MSCI China melonjak lebih dari 21% dari level terendahnya di bulan Januari.

    “DeepSeek menunjukkan bahwa Tiongkok berada di atau dekat garis depan pengembangan AI, yang mendongkrak prestise ekonomi dan ekosistem teknologi China, sehingga membuatnya lebih menarik bagi investor global,” kata Gabriel Wildau, direktur di Teneo.

    Peluncuran model AI lebih murah dan lebih efisien oleh DeepSeek merupakan dorongan kepercayaan diri yang tepat waktu karena China menghadapi kesuraman ekonomi berkepanjangan. Itu sebagian disebabkan kemerosotan pasar propertinya dan momok perang dagang yang sengit dengan AS.

    Model penalaran R-1 DeepSeek dipuji karena mampu menyamai, atau bahkan mengungguli, penawaran AI global terkemuka. Modelnya yanhg terbuka juga dapat digunakan kembali oleh pengembang di luar perusahaan untuk secara signifikan meningkatkan efisiensi dengan biaya operasional lebih rendah.

    DeepSeek juga telah mengguncang ekosistem AI China, di mana entitas milik negara serta pemain teknologi besar, termasuk pesaing, memanfaatkan arsitektur sumber terbukanya. “Skala dan kecepatan adopsi [AI] [di Tiongkok] luar biasa cepat saat ini, dan tidak melambat,” kata Wei Sun, analis Counterpoint Research.

    Xi Jinping sendiri dengan hangat menyambut pendiri DeepSeek Liang Wenfeng dan memberinya tempat duduk barisan depan, di samping para pemimpin perusahaan swasta terbesar di negara itu termasuk Jack Ma. Itu menunjukkan Beijing sangat ingin mendukung perusahaan itu.

    “DeepSeek mewakili persis apa yang ingin dilihat Beijing sebagai kekuatan produktif berkualitas baru yang akan mendorong China maju,” ujar Huiyao Wang, pendiri Center for China and Globalization

    (fyk/rns)

  • Jack Ma Sudah Berdamai dengan Xi Jinping, Tapi…

    Jack Ma Sudah Berdamai dengan Xi Jinping, Tapi…

    Beijing

    Pertemuan Jack Ma dengan Presiden China, Xi Jinping, memang menghebohkan. Hal itu dianggap sebagai sinyal perdamaian setelah Jack Ma dan perusahaannya lama dikekang semenjak pendiri Alibaba itu mengkritik sistem keuangan China di akhir tahun 2020.

    Tanggapan terhadap pertemuan itu pada umumnya sangat positif. Saham Alibaba melonjak, demikian pula perusahaan teknologi China lainnya. Pemerintah China dianggap kembali mendukung penuh sektor teknologi.

    “Kehadiran Jack Ma, posisi duduknya di baris depan, bahkan meskipun dia tidak berbicara, dan jabat tangannya dengan Xi adalah sinyal jelas bahwa dia telah direhabilitasi,” kata Bill Bishop, analis China yang dikutip detikINET dari BBC, Sabtu (22/2/2025).

    Media sosial China pun banyak membahas pertemuan itu. “Selamat Jack Ma sudah mendarat dengan selamat,” tulis seorang netizen. Wajar saja jika ada kehebohan mengingat sebelum dibelenggu, Jack Ma adalah pentolan teknologi terpopuler di China.

    Analis pada umumnya sepakat bahwa pertemuan dengan Xi Jinping adalah sinyal yang baik pada Jack Ma dan menandakan dia sudah kembali. Namun demikian, ada pandangan bahwa dia belum benar-benar comeback seperti sebelumnya dan mungkin belum akan tampil leluasa di publik seperti dulu.

    Jack Ma tidak ikut berpidato dipandang sinyal dia belum sepenuhnya bebas. Juga media pemerintah China tidak begitu banyak membahas soal kemunculannya.

    Selain Jack Ma, tamu yang datang termasuk para bos raksasa teknologi seperti Huawei, BYD, sampai Xiaomi. “Daftar tamu menunjukkan pentingnya sektor internet, teknologi, AI, dan mobil listrik terkait inovasi dan prestasi mereka,” sebut analisis oleh Citi.

    Melunaknya sikap Pemerintah China dan Xi Jinping dinilai merupakan bukti bahwa mereka tidak akan terlalu ketat lagi mengatur sektor swasta, tapi bukan berarti sepenuhnya bebas.

    “Ketimbang menandai akhir dari pengawasan sektor teknologi, kemunculan kembali Jack Ma menandakan Beijing berubah arah dari membelenggu ke keterlibatan yang terkendali. Meski sektor swasta tetap pilar penting dalam ambisi ekonomi China, tetap harus sejalan dengan prioritas nasional,” kata pengamat dari University of Technology Sydney, Marina Zhang.

    (fyk/fay)

  • Xi Jinping Panik Digempur AS Habis-habisan, Ini Kata Bos Huawei

    Xi Jinping Panik Digempur AS Habis-habisan, Ini Kata Bos Huawei

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan China terus berlangsung sengit. AS melancarkan aksi pembatasan ekspor chip dan alat pembuat chip canggih, serta menaikkan tarif barang impor dari China.

    Presiden AS Xi Jinping lantas menggelar pertemuan dengan bos-bos teknologi untuk membahas hal ini. Salah satu topik yang disorot terkait kekhawatiran China akan kekurangan chip buatan dalam negeri.

    Namun, kepanikan Xi Jinping langsung diredam oleh pendiri Huawei Ren Zhengfei. Ia mengatakan kecemasan terkait kurangnya teknologi inti seperti chip di China sudah bisa diatasi.

    “Saya yakin China yang lebih baik akan tiba,” kata Ren, menurut laporan People’s Daily, dikutip dari Reuters, Jumat (21/2/2025).

    Huawei menjadi salah satu entitas penting yang menjadi andalan Xi Jinping untuk menggenjot produksi chip dalam negeri, dalam menghadapi gempuran blokir dari AS.

    Selain pendiri Huawei, pertemuan itu juga dihadiri bos-bos industri teknologi lain. Misalnya Wang Chuangu dari BYD, Lei Jun dari Xiaomi, Jack Ma dari Alibaba, dan Liang Wenfeng dari DeepSeek.

    Dalam pertemuan itu, Wang juga mengatakan bagaimana industri mobil listrik berkembang dari nol di China dan kini sudah bisa mencatat prestasi yang gemilang di kancah global.

    Lei juga berkata senada. Ia mengatakan meski situasi internasional berubah-ubah, namun selama Xi Jinping memimpin China, “tak ada yang tak bisa diatasi”.

    (fab/fab)

  • Ada Kabar Baik Perang Dagang AS-China dari Trump & Xi Jinping

    Ada Kabar Baik Perang Dagang AS-China dari Trump & Xi Jinping

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan kesepakatan dagang dengan China. Hal ini terjadi setelah presiden Partai Republik itu telah menjatuhkan tarif 10% terhadap produk Negeri Tirai Bambu yang masuk ke wilayahnya.

    Mengutip AFP, Trump memberikan isyarat ini dengan merujuk kembali kesepakatan antara Washington dan Beijing, yang pernah tercipta 2020 lalu. Menurutnya, kesepakatan ini dapat diperbaharui dalam waktu dekat.

    “Pada tahun 2020, AS telah menyetujui kesepakatan dagang besar dengan China dan kesepakatan baru mungkin (dilakukan),” ujarnya, dikutip Kamis (20/2/2025).

    Satu bulan memasuki masa jabatan keduanya, Trump telah mengancam akan mengenakan tarif besar-besaran pada sekutu dan musuh. Ia menargetkan China serta negara-negara tetangga Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa.

    Pada awal Februari, ia mengenakan bea masuk tambahan sebesar 10% pada semua produk yang diimpor dari China. Ia juga mengancam akan mengenakan tarif sebesar 25% pada semua mobil impor, dan bea masuk yang sama atau lebih tinggi pada farmasi dan semikonduktor saat ia meningkatkan tekanan pada beberapa mitra dagang AS terbesar.

    Trump juga awalnya mengumumkan tarif sebesar 25% untuk semua impor Kanada dan Meksiko, sebelum berbalik arah beberapa jam sebelum tarif tersebut mulai berlaku dengan memberikan penangguhan selama satu bulan pada prinsipnya hingga 1 Maret. Dan, dia menandatangani perintah eksekutif minggu lalu yang memberlakukan tarif baru sebesar 25% untuk baja dan aluminium, yang akan mulai berlaku pada 12 Maret mendatang.

    (sef/sef)

  • DeepSeek Cari Pendanaan, Alibaba hingga Lembaga Jaminan Sosial Nasional Berminat

    DeepSeek Cari Pendanaan, Alibaba hingga Lembaga Jaminan Sosial Nasional Berminat

    Bisnis.com, JAKARTA — DeepSeek, startup AI asal China, tengah mempertimbangkan pendanaan eksternal untuk pertama kalinya setelah mengalami lonjakan permintaan yang signifikan terhadap model kecerdasan buatannya.

    Melansir dari Reuters, Kamis (20/2/2025) DeepSeek menarik minat dari sejumlah investor besar, termasuk Alibaba dan dana negara seperti China Investment Corp dan National Social Security Fund.

    Pada bulan Januari, DeepSeek mengejutkan industri teknologi dengan meluncurkan model AI berbiaya rendah yang diyakini mampu menyamai atau bahkan mengungguli model-model AI yang dikembangkan oleh pesaing Barat, namun dengan biaya yang jauh lebih murah. 

    Model ini menimbulkan keraguan tentang keunggulan Amerika Serikat dalam perlombaan global untuk mendominasi teknologi kecerdasan buatan.

    Akan tetapi, dengan lonjakan permintaan yang terjadi sejak peluncuran, DeepSeek kini menghadapi tantangan besar dalam hal infrastruktur. Startup ini mengalami pemadaman listrik akibat kebutuhan akan chip dan server AI yang lebih banyak untuk menangani penggunaan yang terus berkembang. 

    Untuk mendukung pengembangan model AI yang semakin kompleks dan menghadapi permintaan yang semakin tinggi, perusahaan kini mempertimbangkan untuk mencari pendanaan eksternal guna memperkuat kapasitas dan infrastrukturnya.

    Menurut laporan, perusahaan telah mendapatkan perhatian dari China Investment Corp dan National Social Security Fund yang menawarkan potensi investasi. 

    Namun, baik pihak Alibaba, DeepSeek, maupun dana yang disebutkan belum memberikan komentar resmi terkait masalah ini.

    Di sisi lain, eksekutif di DeepSeek dan induk perusahaan dana lindung nilai High-Flyer Capital Management dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan fokus perusahaan ke arah pengembangan bisnis yang lebih menguntungkan. 

    Adapun, kabar ini diperkuat setelah Presiden China Xi Jinping baru-baru ini bertemu dengan para pemimpin bisnis sektor swasta, termasuk salah satu pendiri Alibaba Jack Ma dan Liang Wenfeng, pendiri DeepSeek.

    Pertemuan ini dikabarkan membahas rencana untuk memperkuat ekonomi negara dan memajukan kemampuan teknologinya.

    Dalam konteks yang lebih luas, saingan utama DeepSeek di sektor AI, OpenAI, baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mengubah divisi nirlabanya menjadi sebuah perusahaan yang memberikan manfaat publik. 

    Langkah ini dilakukan untuk meringankan pembatasan yang diterapkan oleh induk perusahaan nirlabanya, serta meningkatkan investasi untuk mendukung pengembangan AI lebih lanjut.

  • Profil Jack Ma: Miliarder Pendiri Alibaba yang Mulai Karier dari Guru Bahasa Inggris – Page 3

    Profil Jack Ma: Miliarder Pendiri Alibaba yang Mulai Karier dari Guru Bahasa Inggris – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Tiongkok Xi Jinping mengundang sejumlah bos perusahaan teknologi terkemuka negara itu. Mengutip CNN, Rabu (19/2/2025), beberapa nama miliarder terkemuka yang turut hadir antara lain pendiri Huawei Ren Zhengfei, CEO Tencent Pony Ma, CEO Xiaomi Lei Jun, hingga CEO DeepSeek Liang Wenfeng.

    Tidak hanya itu, Jack Ma yang sudah lama tak kelihatan di muka publik juga turut hadir dalam pertemuan itu. Munculnya pendiri Alibaba yang menjadi salah satu miliarder terkenal dunia ini pun menarik perhatian publik.

    Pasalnya, siapa yang tidak kenal Jack Ma? Pengusaha asal Hangzhou, Tiongkok, ini telah mengubah lanskap e-commerce global. Yuk simak profil Jack Ma di sini. 

    Sebelum menjadi miliarder, pria kelahiran 10 September 1964, dengan nama Ma Yun, memulai perjalanan hidupnya dari keluarga sederhana dengan ayah seorang pemusik dan pendongeng tradisional.

    Pada masa mudanya, pendiri Alibaba Jack Ma memiliki ketertarikan terhadap Bahasa Inggris dan selama masa remajanya ia bekerja sebagai guide atau pemandu wisata untuk turis-turis asing yang berwisata ke Hangzhou, Tiongkok. 

    Meski begitu sukses mengembangkan bisnisnya, dalam perjalanannya Jack Ma juga tak melulu berhasil. Mengutip Britannica.com profil Jack Ma juga pernah dua kali gagal ujian untuk masuk Hangzhou Teachers College karena ternyata ia tak begitu menguasai matematika. 

    Dalam percobaannya yang ketiga, Jack Ma baru berhasil menembus masuk kampus impiannya itu pada 1984. Kemudian, Jack Ma lulus dengan sarjana bidang Bahasa Inggris pada 1988. 

     

  • Jack Ma Mendadak Bertemu Xi Jinping, Pertanda Sang Maestro E-commerce Kembali Bangkit? – Page 3

    Jack Ma Mendadak Bertemu Xi Jinping, Pertanda Sang Maestro E-commerce Kembali Bangkit? – Page 3

    Kembalinya Jack Ma ke panggung publik membawa angin segar bagi sektor swasta Tiongkok. Selama beberapa waktu, sektor swasta di Tiongkok menghadapi tantangan dan ketidakpastian.

    Namun, kemunculan kembali Jack Ma dan pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping menunjukkan sinyal positif bagi para pengusaha dan investor. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan mendorong investasi lebih lanjut di sektor swasta.

    Pemerintah Tiongkok menyadari pentingnya peran sektor swasta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan memberikan dukungan dan kepercayaan kepada tokoh-tokoh berpengaruh seperti Jack Ma, pemerintah berharap dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif dan menarik minat investor baik domestik maupun internasional.

    Langkah ini juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekonomi Tiongkok di kancah global. Dengan sektor swasta yang kuat dan inovatif, Tiongkok dapat terus mengembangkan perekonomian digitalnya dan memperkuat posisinya sebagai kekuatan ekonomi dunia.

    Kekayaan bersih Jack Ma yang diperkirakan mencapai USD 25,2 miliar pada November 2024, menunjukkan kesuksesannya yang luar biasa. Ia juga merupakan warga negara Tiongkok pertama yang masuk daftar miliarder dunia di majalah Forbes, sebuah prestasi yang membanggakan bagi negaranya.

    Kembalinya Jack Ma bukan hanya sebuah peristiwa bisnis semata, tetapi juga memiliki implikasi politik dan ekonomi yang luas. Ini menandai sebuah era baru bagi hubungan antara pemerintah dan sektor swasta di Tiongkok, dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

    Ke depan, peran Jack Ma dalam memajukan sektor swasta Tiongkok akan terus dinantikan. Pengalaman dan keahliannya akan menjadi aset berharga bagi pemerintah dan pengusaha dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

  • Jack Ma Sudah Berdamai dengan Xi Jinping, Tapi…

    Jabat Tangan dengan Xi Jinping Tanda Jack Ma is Back

    Beijing

    Jack Ma akhirnya berdamai dengan Presiden China, Xi Jinping, dan hal ini dinilai sangat signifikan. Pada pertemuan dengan para taipan bisnis China di Beijing, Jack Ma, duduk di barisan depan bersama dengan bos raksasa teknologi lainnya, seperti Pony Ma dari Tencent.

    Xi Jinping dan Jack Ma terlihat saling sapa dan berjabat tangan di acara yang digelar di Great Hall of the People itu. Kemunculan Jack Ma di pertemuan tingkat tinggi para eksekutif teknologi papan atas China ini menandai perubahan signifikan kebijakan Pemerintah China untuk sektor swasta sekaligus tanda bahwa Jack Ma telah kembali.

    Pemerintah ingin membangkitkan kepercayaan diri sektor swasta di tengah perlambatan ekonomi dan persaingan dengan Amerika Serikat. Meski Ma tak bicara di pertemuan, jabat tangannya dengan Xi Jinping terekam di televisi nasional, melambangkan mencairnya hubungan mereka dan mengisyaratkan Beijing terbuka untuk kerja sama lebih erat dengan pelaku utama sektor swasta.

    “Era dan perjalanan baru ini memiliki prospek luas bagi pengembangan ekonomi swasta. Ini adalah waktu yang tepat bagi mayoritas pengusaha dan bisnis swasta untuk menunjukkan bakat mereka,” kata Xi Jinping dalam pertemuan itu.

    Beijing memulai regulasi ketat terhadap perusahaan teknologi besar di negara itu pada akhir tahun 2020 karena kekhawatiran mereka tumbuh terlalu besar dan kuat. Pemicunya adalah pidato Jack Ma di akhir tahun 2020 yang mengkritik sistem keuangan China.

    Meski simposium tersebut mungkin tidak menandakan perubahan sangat drastis, tetap mencerminkan pengakuan Beijing atas peran penting sektor swasta dalam mendukung pertumbuhan dan meningkatkan kemampuan teknologi China di tengah pembatasan oleh negara-negara Barat.

    “Kita tidak boleh meremehkan kekuatan pertemuan semacam ini dalam memulihkan kepercayaan para pengusaha China, yang (sebelumnya) telah melangkah dengan hati-hati agar tidak salah melangkah,” kata Sam Radwan, pendiri firma konsultan Enhance International yang dikutip detikINET dari CNBC.

    Kehadiran pemimpin top China mengirim sinyal jelas tentang dukungan ke para pengusaha. “Ini mungkin akan menyalakan kembali semangat dan optimisme di China. Pertemuan ini berpotensi lebih kuat daripada stimulus fiskal, jika para pembuat kebijakan menunjukkan dukungan lebih tegas ke pengembangan sektor teknologi,” cetus Peiqian Liu, ekonom Asia di Fidelity International.

    Jack Ma sendiri boleh lega karena mungkin tidak dibatasi lagi ruang geraknya. Namun demikian, tetap masih tanda tanya apakah dia akan kembali rajin tampil di depan publik atau sudah betah berada di belakang layar.

    (fyk/fay)

  • Presiden China Xi Jinping Tiba-Tiba Panggil Bos Alibaba hingga Deepseek, Ada Apa? – Page 3

    Presiden China Xi Jinping Tiba-Tiba Panggil Bos Alibaba hingga Deepseek, Ada Apa? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Presiden China Xi Jinping pada Senin (17/2) mengadakan pertemuan dengan sejumlah bos besar perusahaan swasta negara itu.

    Nama-nama yang termasuk dalam pertemuan tersebut mencakup pendiri Alibaba Jack Ma, Pendiri Huawei Ren Zhengfei dan pemimpin BYD Wang Chuanfu, serta pendiri Deepseek Liang Wenfeng.

    Dalam pertemuan itu, Xi Jinping mendorong para pemimpin swasta China untuk tetap percaya diri pada kekuatan model dan pasar negaranya.

    Pertemuan tersebut juga diadakan menyusul pengumuman tarif dagang terbaru sebesar 25% terhadap China yang dikenakan Amerika Serikat.

    “Ini adalah waktu yang tepat bagi mayoritas bisnis swasta dan pengusaha untuk menunjukkan bakat mereka,” kata Xi Jinping dalam sambutan yang dikutip media pemerintah China.

    Potret yang dirilis media pemerintah China menunjukkan Xi Jinping tampaknberbicara kepada para eksekutif swasta yang berbaris di depannya.

    Gambar-gambar tersebut mendorong para investor berebut untuk melihat siapa yang masuk atau keluar di antara para pemimpin bisnis teratas.

    Pertemuan ini sekaligus menggarisbawahi pentingnya inovasi sektor swasta bagi China guna mempertahankan sektor teknologinya.

    “Ini adalah pengakuan diam-diam bahwa pemerintah China membutuhkan perusahaan sektor swasta untuk persaingan teknologinya dengan Amerika Serikat,” kata Christopher Beddor, wakil direktur penelitian China di Gavekal Dragonomics di Hong Kong.

    “Pemerintah tidak punya pilihan selain mendukung mereka jika ingin bersaing dengan Amerika Serikat,” ucapnya.

    Sektor swasta di China, yang bersaing dengan perusahaan milik negara, menyumbang lebih dari separuh pendapatan pajak, lebih dari 60 persen dari output ekonomi, dan 70 persen dari inovasi teknologi negara itu, menurut perkiraan resmi.

    Pertemuan itu diselenggarakan di Aula Besar Rakyat China, tempat yang pernah digunakan pada tahun 2018 silam untuk pertemuan serupa selama perang dagang pada masa pemerintahan pertama Presiden AS Donald Trump.