Tag: Xi Jinping

  • Rupiah menguat dipengaruhi inflasi AS yang melemah

    Rupiah menguat dipengaruhi inflasi AS yang melemah

    Jakarta (ANTARA) – Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi data inflasi bulanan Amerika Serikat (AS) yang menurun.

    Tercatat, inflasi bulanan AS melemah dari sebelumnya 0,2 persen month to month (mtm) menjadi minus 0,1 persen (mtm). Begitu pula dengan inflasi tahunan yang turun dari sebelumnya 2,8 persen year on year (yoy) menjadi 2.4 persen (yoy).

    “(Ini) mendorong (ekspektasi) Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih cepat, terutama di tengah meningkatnya tekanan ekonomi dari perang dagang,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

    Berdasarkan polling CME FedWatch, lebih dari 50 persen menduga The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 75-100 basis points (bps).

    Di samping itu, dolar AS terpukul sentimen kekhawatiran atas resesi AS karena AS dan China saling memberlakukan tarif sangat besar.

    Presiden AS Donald Trump telah menegaskan tarif impor AS terhadap China menjadi 145 persen dari sebelumnya 125 persen.

    Pada awalnya, Trump menaikkan tarif impor ke China menjadi sebesar 104 persen, yang dibalas oleh Presiden China Xi Jinping dengan total penetapan tarif impor sebesar 84 persen terhadap produk AS.

    Kemudian, pada Rabu (10/4/2025), AS kembali menaikkan tarif impor dari China menjadi sebesar 125 persen di tengah penundaan tarif resiprokal terhadap berbagai negara.

    Memasuki Kamis (11/4/2025), Trump merevisi tarif impor ke China menjadi 145 persen, yang merupakan batas bawah atau masih berpotensi meningkat ke depan.

    Adanya perang tarif meningkatkan kekhawatiran resesi di AS dengan perkiraan 65 persen dari Goldman Sachs dan JP Morgan 60 persen.

    Menurut Ibrahim, para investor khawatir atas dampak dari perang tarif mengingat Negeri Paman Sam masih mengimpor beberapa bahan yang sulit digantikan dari China.

    “Meskipun Trump menunda rencana tarif perdagangan timbal balik terhadap negara lain selama 90 hari, perang dagang dengan Tiongkok masih berpotensi menimbulkan implikasi yang mengerikan bagi importir dan eksportir Amerika,” ungkap dia.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 28 poin atau 0,16 persen menjadi Rp16.796 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.823 per dolar AS.

    Adapun kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini justru melemah ke level Rp16.805 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.779 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Dolar AS Turun ke Level Terendah Sejak Juli 2023, Rupiah Menguat – Page 3

    Dolar AS Turun ke Level Terendah Sejak Juli 2023, Rupiah Menguat – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari Jumat 11 April 2025, pagi. Kurs rupiah menguat sebesar 18 poin atau 0,11 persen menjadi 16.805 per dolar AS dari sebelumnya 16.823 per dolar AS.

    Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang anjlok ke level terendah sejak Juli 2023.

    “Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang anjlok ke level terendah dalam sejak Juli 2023 oleh kekhawatiran resesi di AS dari perang dagang eskalasi tarif AS-China,” ucapnya dikutip dari Antara, Jumat (11/4/2025).

    Presiden AS Donald Trump telah menegaskan tarif impor AS terhadap China menjadi 145 persen dari sebelumnya 125 persen.

    Pada awalnya, Trump menaikkan tarif impor ke China menjadi sebesar 104 persen, yang dibalas oleh Presiden China Xi Jinping dengan total penetapan tarif impor sebesar 84 persen terhadap produk AS.

    Kemudian, pada Rabu (10/4/2025), AS kembali menaikkan tarif impor dari China menjadi sebesar 125 persen di tengah penundaan tarif resiprokal terhadap berbagai negara.

    Memasuki Kamis (11/4/2025), Trump merevisi tarif impor ke China menjadi 145 persen, yang merupakan batas bawah atau masih berpotensi meningkat ke depan.

    Adanya perang tarif meningkatkan kekhawatiran resesi di AS dengan perkiraan 65 persen dari Goldman Sachs dan JP Morgan 60 persen.

    Dolar AS juga tertekan peningkatan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang menyusul data inflasi bulanan AS tercatat menurun dari sebelumnya 0,2 persen month to month (mtm) menjadi minus 0,1 persen (mtm). Begitu pula dengan inflasi tahunan yang turun dari sebelumnya 2,8 persen year on year (yoy) menjadi 2.4 persen (yoy).

    Berdasarkan polling CME FedWatch, lebih dari 50 persen menduga The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 75-100 basis points (bps).

    “Namun, penguatan (rupiah) diperkirakan akan terbatas di tengah sentimen risk off di pasar ekuitas,” ujar Lukman.

    Mengacu berbagai faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkisar 16.700-16.900 per dolar AS.

     

     

  • Mengapa China Tak Takut dengan Ancaman Tarif Trump? Ini Kata Analis

    Mengapa China Tak Takut dengan Ancaman Tarif Trump? Ini Kata Analis

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis maupun ahli menyatakan bahwa China bakal bertahan dari tekanan dan ancaman ekonomi yang disebabkan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump.

    Direktur Pusat Penelitian RAND China Jude Blanchette mengatakan bahwa “intimidasi” Trump tidak akan membuat Beijing tertekan. Menurutnya, strategi yang telah disusun Presiden China Xi Jinping dalam mempersiapkan perang dagang AS vs China bakal berhasil. Dengan demikian, China tidak perlu bernegosiasi dengan AS terkait tarif Trump.

    “Beijing tidak mencari negosiasi [dengan Trump],” ujar Blanchette dilansir ABC News pada Jumat (11/4/2025).

    Dia menilai bahwa kedua pemimpin negara itu memiliki pandangan berbeda terkait gejolak ekonomi akibat tarif Trump. Ambil contoh, kata dia, Washington berpandangan bahwa pemberlakuan tarif Trump dapat membuat China tunduk.

    Sebab, menurut AS, China sangat bergantung terhadap ekspor. Di lain sisi, Xi Jinping justru memiliki pandangan bahwa tarif Trump bakal membuat negara-negara enggan berbisnis dengan AS

    “Di sisi lain, Beijing melihat AS semakin lemah secara ekonomi di bawah Trump dan menjauh dari sekutu-sekutunya,” tutur Blanchette.

    Selain Blanchette, Peneliti Politik sekaligus Analis Tiongkok di Asia Society Policy Institute Neil Thomas mengungkap persiapan untuk perang dagang dari Xi Jinping telah dilakukan selama bertahun-tahun.

    Salah satu strategi itu yakni dengan mengembangkan mitra dagang seluas-luasnya. Alhasil, Thomas, menyatakan bahwa wajar apabila Xi Jinping optimistis bakal membuat Trump “tunduk”.

    “Saat ini, Xi tampaknya menghitung bahwa Tiongkok dapat menahan kerusakan dan pada akhirnya Amerika Serikat yang akan mengalah terlebih dahulu,” ujar Thomas.

    Adapun, Thomas mengemukakan bahwa Xi Jinping bisa saja memberikan serangan balik dengan melarang lebih banyak perusahaan AS untuk berbisnis di China.

    Kemudian, China bisa membatasi lebih jauh ekspor bahan-bahan penting ke AS seperti mineral bumi yang langka sekaligus menutup rantai pasokan teknologi canggih.

    Selain itu, pemerintah China juga bisa membatasi film-film Hollywood di China. Meski ini bukan tindakan balasan yang “signifikan”, namun Thomas menilai bahwa tindakan ini sejalan dengan agenda politik Xi Jinping untuk mengurangi pengaruh asing pada masyarakatnya.

    “Tarif akan menyakitkan secara ekonomi, tetapi Xi juga melihat ini sebagai peluang untuk membawa China ke situasi yang lebih sehat dengan mengurangi ketergantungan pada AS,” pungkasnya.

    Lebih jauh, Penasihat Senior Bidang Bisnis dan Ekonomi China Scott Kenney berpendapat bahwa apabila China sudah melakukan serangan balik maka kebijakan tarif Trump itu hanya akan berlangsung sampai 90 hari.

    “Saya pikir China akan membaca ini sebagai kelemahan Presiden Trump dan mereka akan menunggu,” ujar Kenney.

    Seperti diketahui, perang dagang semakin memanas setelah Amerika Serikat mengenakan Tarif Trump 125% kepada China, naik dari sebelumnya yang sebesar 104%. Namun, Trump justru menunda pengenaan tarif bagi negara-negara lain selama 90 hari.

    Dilansir dari Bloomberg, Presiden Amerika Serikat (AS) mengumumkan keputusannya itu melalui media sosial Truth Social pada Rabu (9/4/2025) pukul 13.18 waktu AS. Perubahan sikap itu terjadi sekitar 13 jam setelah bea masuk tinggi terhadap 56 negara dan Uni Eropa mulai berlaku.

    Trump menghadapi tekanan besar dari para pemimpin bisnis dan investor untuk mengubah arah kebijakannya. Pasalnya, tarif Trump dinilai berisiko memicu gejolak pasar dan ketakutan akan resesi ekonomi.

    “Saya pikir orang-orang sedikit keluar jalur … Mereka menjadi sedikit cerewet, sedikit takut,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih ketika ditanya mengapa dia menunda pengenaan tarif, Rabu (9/4/2025) waktu AS.

  • Rupiah berpotensi menguat seiring kekhawatiran resesi di AS

    Rupiah berpotensi menguat seiring kekhawatiran resesi di AS

    Jakarta (ANTARA) – Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang anjlok ke level terendah sejak Juli 2023.

    “Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang anjlok ke level terendah dalam sejak Juli 2023 oleh kekhawatiran resesi di AS dari perang dagang eskalasi tarif AS-China,” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Presiden AS Donald Trump telah menegaskan tarif impor AS terhadap China menjadi 145 persen dari sebelumnya 125 persen.

    Pada awalnya, Trump menaikkan tarif impor ke China menjadi sebesar 104 persen, yang dibalas oleh Presiden China Xi Jinping dengan total penetapan tarif impor sebesar 84 persen terhadap produk AS.

    Kemudian, pada Rabu (10/4/2025), AS kembali menaikkan tarif impor dari China menjadi sebesar 125 persen di tengah penundaan tarif resiprokal terhadap berbagai negara.

    Memasuki Kamis (11/4/2025), Trump merevisi tarif impor ke China menjadi 145 persen, yang merupakan batas bawah atau masih berpotensi meningkat ke depan.

    Adanya perang tarif meningkatkan kekhawatiran resesi di AS dengan perkiraan 65 persen dari Goldman Sachs dan JP Morgan 60 persen.

    Dolar AS juga tertekan peningkatan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang menyusul data inflasi bulanan AS tercatat menurun dari sebelumnya 0,2 persen month to month (mtm) menjadi minus 0,1 persen (mtm). Begitu pula dengan inflasi tahunan yang turun dari sebelumnya 2,8 persen year on year (yoy) menjadi 2.4 persen (yoy).

    Berdasarkan polling CME FedWatch, lebih dari 50 persen menduga The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 75-100 basis points (bps).

    “Namun, penguatan (rupiah) diperkirakan akan terbatas di tengah sentimen risk off di pasar ekuitas,” ujar Lukman.

    Mengacu berbagai faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkisar Rp16.700-Rp16.900 per dolar AS.

    Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat pagi di Jakarta menguat sebesar 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.805 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.823 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pengamat ingatkan ketidakpastian berlanjut seiring tensi AS-China

    Pengamat ingatkan ketidakpastian berlanjut seiring tensi AS-China

    Jakarta (ANTARA) – Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Reza Priyambada mengingatkan ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut seiring terus memanasnya tensi perang tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dan China.

    Terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi sebesar 145 persen dari sebelumnya 125 persen.

    “Kami melihat bahwa bukan serta merta risiko ketidakpastian hilang begitu saja karena kebijakan Trump. Jadi, bisa saja sewaktu-waktu berubah,” ujar Reza saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Gayung bersambut, Presiden China Xi Jinping pun merespons sikap Trump dengan akan memimpin konferensi kerja pusat mengenai diplomasi dengan negara negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Kamboja.

    Selain itu, Perdana Menteri China Li Qiang juga meminta adanya perluasan domestik di China demi menjaga daya beli dan konsumsi kembali meningkat.

    “Nantinya, pun dari China bisa jadi sudah mempersiapkan kebijakannya untuk menghadapi hal ini yang bisa saja akan merubah peta perdagangan global ke depannya,” ujar Reza.

    Dari dalam negeri, Reza menyebut pelaku pasar menantikan kebijakan konkret dari Pemerintah Indonesia untuk dapat menjaga perekonomian domestik.

    Menurutnya, kebijakan konkret itu tidak hanya untuk mengantisipasi perang dagang, namun, secara keseluruhan juga dapat menopang makro ekonomi, sehingga target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen year on year (yoy) ke depan tercapai.

    “Pemberantasan korupsi dan ekonomi biaya tinggi, kemudahan berinvestasi, keamanan, maupun kemudahan birokrasi paling tidak dapat membantu tumbuhnya ekonomi Indonesia dan ini yang tentunya akan disambut positif pelaku pasar,” ujar Reza.

    Sementara itu, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan efek negatif memanasnya AS dengan China, di antaranya potensi berkurangnya permintaan komoditas domestik, seperti batu bara dan nikel seiring penurunan aktivitas produksi di China.

    Selain itu, potensi terjadinya dumping produk dari China ke Indonesia, khususnya tekstil dan elektronik.

    Pada awalnya, Trump menaikkan tarif impor ke China menjadi sebesar 104 persen, yang dibalas oleh Xi Jinping dengan penetapan tarif impor sebesar 84 persen terhadap produk AS.

    Kemudian, pada Rabu (10/4/2025), Trump kembali menaikkan tarif impor dari China menjadi sebesar 125 persen di tengah penundaan tarif resiprokal terhadap berbagai negara.

    Tidak berhenti di situ, pada Kamis (11/4/2025), Trump merevisi tarif impor ke China menjadi 145 persen, yang merupakan batas bawah atau masih berpotensi meningkat ke depan.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • China Melunak, Buka Pintu Negosiasi Akhiri Perang Dagang dengan Trump – Halaman all

    China Melunak, Buka Pintu Negosiasi Akhiri Perang Dagang dengan Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah China dilaporkan sepakat untuk melakukan negosiasi dengan Presiden AS Donald Trump mengenai penerapan tarif impor.

    Hal tersebut diungkap Presiden China Xi Jinping melalui Juru bicara Kementerian Perdagangan China, He Yongqian, Kamis (10/4/2025).

    Dalam keterangan resminya, He mengatakan bahwa Beijing bersedia bicara dengan AS.

    Namun dengan syarat Washington harus menghormati posisi China, setelah dua negara itu saling balas menaikkan tarif impor.

    “China bersedia berbicara dengan pemerintahan Trump hanya jika dialog dilakukan dengan kesamaan pemahaman dan atas dasar saling menghormati,” ucap He, dikutip dari The New York Times.

    Lebih lanjut He mengatakan China tidak akan menanggapi “tekanan, ancaman, dan pemerasan”.

    Meski China telah menunjukkan itikad baik untuk menggelar pembicaraan dengan AS, akan tetapi He menegaskan bahwa negaranya akan tetap berjuang sampai akhir dalam menghadapi Washington.

    Pernyataan tersebut diungkap karena China menilai kebijakan tarif yang diberlakukan AS terus-menerus mengancam China.

    Oleh sebab itu, China mendesak AS untuk memperbaiki sikapnya dan membatalkan semua tarif unilateral serta menghentikan pemaksaan ekonomi.

    Trump Pukul China Pakai Tarif 125 Persen

    Sebagai informasi, sebelumnya Trump sempat menaikkan tarif impor terhadap produk-produk asal China menjadi 125 persen.

    Tak sampai di situ, Trump juga menegaskan bahwa negaranya tak akan memberi penundaan tarif selama 90 hari untuk China,

    Langkah ini dilakukan menyusul tindakan balasan dari Beijing yang mengenakan tarif 84 persen terhadap produk AS.

    Di mana China berulang kali bersumpah akan “bertarung sampai akhir” dalam perang dagang yang kian memanas antara dua ekonomi terbesar dunia ini.

    Alasan itu yang membuat Trump murka hingga kembali mengerek tarif impor kepada barang-barang asal China.

    “Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan Tiongkok kepada pasar dunia, dengan ini saya menaikkan tarif yang dibebankan kepada Tiongkok oleh AS menjadi 125 persen, berlaku segera,” kata Trump, dikutip dari CNN International.

    Di tengah memanasnya perang dagang antara AS dan China, Trump dengan lantang memuji Presiden China Xi Jinping sebagai sosok yang cerdas.

    “Xi adalah orang yang cerdas dan kita akan mencapai kesepakatan yang sangat bagus,” kata Trump saat diwawancarai wartawan di Ruang Oval, dilansir BBC International.

    Ia mengatakan, Xi adalah orang yang tahu persis apa yang harus dilakukan dan mencintai negaranya.

    Meski saat ini AS dan China tengah terlibat perang dagang, namun Trump yakin Presiden Xi bersedia membuat kesepakatan dengan AS.

    “Dan pada akhirnya akan ada titik temu, saya pikir dia akan ingin membuat kesepakatan. Saya pikir itu akan terjadi. Kita akan mendapat panggilan telepon di beberapa titik, dan semuanya akan siap,” ujar Trump

    “Ini akan menjadi hal yang hebat bagi kita, dunia, dan bagi kemanusiaan,” imbuhnya

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Perang Tarif AS-China Menggila, Barang Ini Diborong

    Perang Tarif AS-China Menggila, Barang Ini Diborong

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan tarif resiprokal yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump memang ditangguhkan untuk banyak negara. Alhasil, tarif yang berlaku seragam sebesar 10%.

    Kendati demikian, China menjadi pengecualian. Terbaru, Trump menetapkan tarif untuk barang impor dari China sebesar 125% atau naik dari sebelumnya 54%.

    Menanggapi hal ini, China tak tinggal diam. Pemerintahan Xi Jinping memberlakukan tarif atas barang impor dari AS senilai 84%.

    Sebagai catatan, penangguhan tarif Trump ke banyak negara bukan berarti tarif resiprokal dibatalkan. Trump masih membuka ruang negosiasi dengan berbagai negara.

    Ketidakpastian ini membuat peritel bereaksi. Pengapalan komputer personal melambung tinggi pada kuartal pertama (Q1) 2025, dikutip dari CNBC International, Kamis (10/4/2025).

    Peritel ramai-ramai memborong komputer personal atau laptop sebelum tarif ditetapkan dan membuat harga melambung tinggi.

    Firma penelitian Canalys mengestimasikan pengapalan PC lompat lebih dari 9% dalam periode Q1 2025. Sementara itu, firma riset IDC mematok pertumbuhan 5% secara tahun-ke-tahun. Kira-kira 63 juta unit komputer akan dikapalkan.

    Sebagai informasi, kebanyakan produk elektronik seperti HP dan laptop bergantung pada manufaktur di negara-negara Asia. China merupakan salah satu yang terbesar.

    “Pasar jelas menunjukkan beberapa tingkat peningkatan pada kuartal pertama tahun ini karena baik vendor maupun pengguna akhir bersiap menghadapi dampak tarif AS,” tulis IDC.

    Kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi dan penurunan belanja telah menekan pasar global dalam beberapa hari terakhir. Hal ini juga mendorong beberapa peritel untuk menimbun produk yang terkena pungutan.

    Pasar PC sebagian besar stagnan dalam beberapa tahun terakhir menyusul lonjakan pembelian selama pandemi Covid-19. Pada tahun 2024, pengiriman meningkat 1% setelah dua tahun berturut-turut mengalami penurunan, menurut IDC.

    IDC memperkirakan pengiriman dari Apple melonjak 14% pada Q1 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara pengiriman Asus naik lebih dari 11%. Pengiriman dari Lenovo dan HP yang merupakan 2 produsen PC teratas, masing-masing diprediksi tumbuh sekitar 11% dan 6%.

    (fab/fab)

  • Perang Tarif AS-China Menggila, Barang Ini Diborong

    Perang Tarif AS-China Menggila, Barang Ini Ludes Diborong

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan tarif resiprokal yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump memang ditangguhkan untuk banyak negara. Alhasil, tarif yang berlaku seragam sebesar 10%.

    Kendati demikian, China menjadi pengecualian. Terbaru, Trump menetapkan tarif untuk barang impor dari China sebesar 125% atau naik dari sebelumnya 54%.

    Menanggapi hal ini, China tak tinggal diam. Pemerintahan Xi Jinping memberlakukan tarif atas barang impor dari AS senilai 84%.

    Sebagai catatan, penangguhan tarif Trump ke banyak negara bukan berarti tarif resiprokal dibatalkan. Trump masih membuka ruang negosiasi dengan berbagai negara.

    Ketidakpastian ini membuat peritel bereaksi. Pengapalan komputer personal melambung tinggi pada kuartal pertama (Q1) 2025, dikutip dari CNBC International, Kamis (10/4/2025).

    Peritel ramai-ramai memborong komputer personal atau laptop sebelum tarif ditetapkan dan membuat harga melambung tinggi.

    Firma penelitian Canalys mengestimasikan pengapalan PC lompat lebih dari 9% dalam periode Q1 2025. Sementara itu, firma riset IDC mematok pertumbuhan 5% secara tahun-ke-tahun. Kira-kira 63 juta unit komputer akan dikapalkan.

    Sebagai informasi, kebanyakan produk elektronik seperti HP dan laptop bergantung pada manufaktur di negara-negara Asia. China merupakan salah satu yang terbesar.

    “Pasar jelas menunjukkan beberapa tingkat peningkatan pada kuartal pertama tahun ini karena baik vendor maupun pengguna akhir bersiap menghadapi dampak tarif AS,” tulis IDC.

    Kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi dan penurunan belanja telah menekan pasar global dalam beberapa hari terakhir. Hal ini juga mendorong beberapa peritel untuk menimbun produk yang terkena pungutan.

    Pasar PC sebagian besar stagnan dalam beberapa tahun terakhir menyusul lonjakan pembelian selama pandemi Covid-19. Pada tahun 2024, pengiriman meningkat 1% setelah dua tahun berturut-turut mengalami penurunan, menurut IDC.

    IDC memperkirakan pengiriman dari Apple melonjak 14% pada Q1 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara pengiriman Asus naik lebih dari 11%. Pengiriman dari Lenovo dan HP yang merupakan 2 produsen PC teratas, masing-masing diprediksi tumbuh sekitar 11% dan 6%.

    (fab/fab)

  • Emas laris, analis ingatkan idealnya 30 persen portofolio investasi

    Emas laris, analis ingatkan idealnya 30 persen portofolio investasi

    Wajar, sebagai aset safe haven, permintaan emas meningkat di tengah ketidakpastian perekonomian global

    Jakarta (ANTARA) – Analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures Lukman Leong menyampaikan alokasi investasi aset emas idealnya sebesar 20 sampai 30 persen dari portofolio investasi.

    Bahkan, pada umumnya investor hanya mengalokasikan investasi ke aset emas sekitar 5 persen, terkecuali apabila ada gejolak ekonomi di tingkat global.

    “Sebagai aset safe haven, pada umumnya investor hanya mengalokasikan sekitar 5 persen. Dalam keadaan yang tidak menentu sekarang, bisa menaikkan ke 20 sampai 30 persen,” ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, apabila investor mengalokasikan investasi seluruhnya ke aset emas dari total portofolio, hal itu cenderung tidak bijaksana dan lebih mengarah ke spekulasi.

    Di sisi lain, membeli aset emas saat kondisi gejolak ekonomi global saat ini merupakan pilihan yang bijaksana.

    “Apabila investor all in 100 persen (emas), maka ini juga tidak bijaksana, dan lebih menjurus ke spekulasi. Namun secara umum, membeli emas di saat seperti sekarang adalah hal yang bijaksana,” ujar Lukman.

    Setelah libur Lebaran, masyarakat terpantau berbondong-bondong berburu emas sebagai instrumen investasi seiring adanya gejolak global imbas dari kebijakan tarif AS.

    “Wajar, sebagai aset safe haven, permintaan emas meningkat di tengah ketidakpastian perekonomian global,” ujar Lukman.

    Selain emas, untuk aset safe haven, Ia merekomendasi aset investasi mata uang asing, di antaranya Franc Swiss (CHF) , Yen Jepang (JPY), serta dolar Amerika Serikat (AS)

    “Selain emas, mata uang CHF, JPY, USD,” ujar Lukman.

    Pada perdagangan hari ini, Kamis (10/040, harga emas Antam melambung sebesar Rp34.000 menjadi Rp1.846.000 dari sebelumnya Rp1.812.000 per gram, dengan harga jual kembali (buyback) emas batangan turut meroket menjadi Rp1.696.000 per gram.

    Pada Rabu (9/4/2025) sore waktu AS, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang, namun tetap menaikkan bea masuk kepada China sebesar 125 persen.

    Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping mengumumkan China akan menaikkan tarif tambahan menjadi 84 persen untuk produk impor dari AS.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Trump Tunda Kebijakan Tarif untuk Indonesia dan Puluhan Negara

    Trump Tunda Kebijakan Tarif untuk Indonesia dan Puluhan Negara

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menangguhkan kenaikan tarif resiprokal selama 90 hari untuk puluhan negara, termasuk Indonesia. Penundaan ini tidak berlaku untuk China yang mereka anggap menantang kebijakan AS.

    Merujuk data yang dikeluarkan Gedung Putih, Rabu (09/04), persentase tarif timbal balik untuk seluruh negara diturunkan ke angka 10%, terhitung per 5 April lalu.

    Bersamaan dengan pemberlakuan persentase terbaru ini selama 90 hari ke depan, AS akan bernegosiasi dengan berbagai negara.

    Penundaan dan penurunan tarif sementara ke angka 10% ini tak berlaku untuk China. Trump justru menaikkan tarif resiprokal untuk China dari 34% ke 125%.

    Alasannya, klaim otoritas Gedung Putih, adalah sikap “tidak hormat” pemerintah China yang membalas kebijakan Trump dengan menaikkan tarif hingga 84% pada komoditas AS yang masuk ke Tiongkok.

    Penurunan tarif ke angka 10% juga tidak berlaku untuk negara-negara yang dianggap Trump sebagai “penentang terburuk”. Trump menuduh negara-negara ini menjalankan praktik perdagangan yang tidak adil dengan AS.

    Negara yang masuk kategori itu antara lain 27 negara anggota Uni Eropa, Vietnam, dan Afrika Selatan. Tarif resiprokal yang diterapkan Trump kepada negara kategori ini berkisar antara 11% hingga lebih dari 100%.

    Merujuk penangguhan kebijakan tarif resiprokal, seorang narasumber berkata kepada BBC bahwa “sikap tenang dapat membuahkan hasil”.

    BBC

    BBC News Indonesia .

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Saat mengumumkan rencana terbarunya di platform media sosial Truth Social, Trump menyebut penangguhan tarif selama 90 hari hanya berlaku bagi negara-negara yang tidak membalas kebijakannya.

    Di sisi lain, kata Trump, tarif tambahan untuk China akan segera dia terapkan.

    “Pada suatu saat, mudah-mudahan dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa hari-hari di mana mereka mengelabui AS dan negara-negara lain tidak dapat lagi dilakukan atau diterima begitu saja,” tulis Trump.

    Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, membuat klaim bahwa perubahan kebijakan tarif tidak dipengaruhi oleh kejatuhan pasar global. Namun politikus senior Partai Demokrat, Chuck Schumer, menyebut penangguhan tarif baru memperlihatkan posisi Trump yang “terhuyung-huyung”.

    Baca juga:

    Gejolak pasar saham terjadi pekan lalu tak lama setelah Trump mengumumkan kebijakan tarif timbal baliknya.

    Aksi jual saham yang masif memicu kerugian triliunan dolar di seluruh dunia. Di AS, muncul pula kekhawatiran tentang kenaikan harga berbagai komoditas dan potensi terjadinya resesi.

    Rabu kemarin, sebelum Gedung Putih mempublikasikan keputusan menunda kebijakan tarif resiprokal, suku bunga utang AS melonjak menjadi 4,5%, yang tertinggi sejak Februari 2025.

    Ketika penangguhan diumumkan, berbagai saham di AS meroket. S&P 500 melonjak 7% dalam perdagangan Rabu sore sebelum naik ke 9,5% ketika perdagangan ditutup. Sementara itu Dow Jones juga melonjak ke angka 7,8%.

    Potret Presiden AS Donald Trump saat mengumumkan penundaan kenaikan tarif resiprokal, Rabu (09/04). (AFP)

    Berbicara di luar Gedung Putih, Rabu kemarin, Trump berkata bahwa dia harus mengubah kebijakan tarif resiprokal karena “banyak orang menjadi bergairah”.

    “Saya melakukan jeda 90 hari untuk orang-orang yang tidak membalas karena saya memberi tahu mereka ‘jika Anda membalas, kami akan menggandakannya’,” kata Trump.

    “Dan itulah yang saya lakukan terhadap China,” ujarnya.

    Trump berkata, “semuanya akan berjalan dengan luar biasa.”

    Presiden China Xi Jinping, menurut Trump, pada suatu titik “ingin mencapai kesepakatan dengan AS”.

    Kebuntuan diplomasi kini terjadi antara China dan AS, dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Situasi itu muncul ketika Trump mengumumkan tarif resiprokal baru pekan lalu.

    Pada awal kebijakan Trump itu, komoditas China yang masuk ke AS bakal dikenai tarif sebesar 34%. Angka itu lebih besar dari pungutan yang telah ditetapkan Trump pada awal 2025, yakni 20%.

    Ketika dikenai tarif 34%, Presiden Xi Jinping membalas dengan menetapkan tarif sebesar 34% atas terhadap komoditas AS yang masuk ke China.

    Trump lalu mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% kepada China, jika balasan itu tidak dibatalkan.

    Namun China tidak bergeming dan menyatakan akan “berjuang sampai akhir” jika AS “bersikeras memprovokasi perang tarif atau perang dagang”.

    Sebuah grafiti di London, Inggris, pada 9 April lalu. (Getty Images)

    Hanya beberapa jam setelah tarif 104% diberlakukan Trump, China juga menaikkan tarif resiprokal terhadap AS, dari 34% menjadi 84%, terhitung per 10 April ini.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan bahwa AS “terus mengenakan tarif pada negaranya dengan cara yang kasar”.

    Lin berkata, China menentang “praktik intimidasi” itu dan meminta AS menunjukkan “sikap yang setara, saling menghormati, dan timbal balik” jika berharap dapat menyelesaikan masalah melalui negosiasi.

    Hubungan yang memburuk antara kedua negara itu dapat menyebabkan perdagangan barang di antara mereka turun hingga 80% atau setara dengan Rp7.815 triliun, menurut perkiraan Organisasi Perdagangan Dunia.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini