Tag: Xi Jinping

  • Harga Emas Naik Imbas Ketegangan Dagang AS-China dan Pelemahan Dolar

    Harga Emas Naik Imbas Ketegangan Dagang AS-China dan Pelemahan Dolar

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas dunia menguat pada Rabu (4/6/2025) sore, didorong oleh pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan memanasnya kembali ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Kondisi ini mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas.

    Dilansir dari Reuters, harga emas di pasar spot naik 0,3% menjadi US$ 3.361,73 per troi ons pada pukul 17.03 WIB. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga menguat 0,3% ke level US$ 3.385,80 per troi ons.

    Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, turun 0,1%. Pelemahan dolar membuat emas menjadi lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

    “Saya kira pasar masih merespons kekhawatiran soal negosiasi dagang. Tidak banyak kemajuan, dan ini menambah ketidakpastian soal tarif, yang pada akhirnya mendorong harga emas naik,” kata Nitesh Shah, analis komoditas dari WisdomTree.

    Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan pernyataan keras terhadap Tiongkok, menyebut Presiden Xi Jinping sebagai sosok yang “keras” dan “sangat sulit diajak membuat kesepakatan”. Komentar itu muncul hanya beberapa hari setelah Trump menuduh Tiongkok melanggar kesepakatan pengurangan tarif dan hambatan dagang.

    Pasar kini menantikan rilis data ketenagakerjaan nonpertanian AS pada akhir pekan ini sebagai indikator penting arah kebijakan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Pejabat The Fed belakangan terus menyuarakan sikap hati-hati dalam menetapkan kebijakan moneter, mengingat risiko ketegangan dagang dan ketidakpastian ekonomi global.

    “Apabila data tenaga kerja lebih kuat dari ekspektasi, kemungkinan pemangkasan suku bunga akan mengecil, dan ini bisa menekan harga emas,” jelas Carsten Fritsch, analis dari Commerzbank.

    Ia memperkirakan harga emas akan bergerak di kisaran US$ 3.300 hingga US$ 3.400 per troi ons dalam jangka pendek.

    Emas dikenal sebagai aset safe haven yang cenderung diminati saat terjadi ketidakpastian geopolitik maupun ekonomi, dan biasanya menguat saat suku bunga rendah.

  • Rupiah Ungguli Dolar AS Hari Ini Rabu 4 Juni 2025, Kembali Dekati Level 16.250 – Page 3

    Rupiah Ungguli Dolar AS Hari Ini Rabu 4 Juni 2025, Kembali Dekati Level 16.250 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan pada Rabu, 4 Juni 2025.

    Nilai tukar rupiah ditutup menguat 14 poin terhadap dolar AS (USD), yang sebelumnya melemah 10 poin di level1 6.294 dari penutupan sebelumnya di level 16.308. 

    “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.250 – Rp16.300,” ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (4/6/2025).

    Pelemahan dolar AS terjadi ketika para pedagang mempertanyakan dampak ekonomi dari kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump, setelah memutuskan untuk menaikkan tarif pada impor baja dan aluminium.

    “Data penggajian nonpertanian yang akan dirilis hari Jumat ini akan memberikan lebih banyak petunjuk” kata Ibrahim.

    Baru-baru ini, beberapa pejabat Gedung Putih mengisyaratkan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akan mengadakan panggilan telepon untuk berdiskusi terkait perkembangan tarif dagang kedua negara.

    Ibrahim melihat, berita tentang potensi dialog tersebut memicu harapan pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok akan meningkat, terutama setelah pejabat AS mengakui negosiasi telah terhenti dalam beberapa minggu terakhir. 

    “Pasar berharap kesepakatan perdagangan yang lebih permanen, setelah Washington dan Beijing sepakat untuk menurunkan tarif perdagangan mereka untuk sementara waktu pada bulan Mei,” paparnya.

    Selain itu, beberapa pejabat Federal Reserve menegaskan kembali bahwa suku bunga akan tetap tidak berubah dalam waktu dekat. Adapun meningkatnya ketegangan militer antara Rusia dan Ukraina juga menjadi perhatian pasar.

  • Perang Dagang AS-China: Donald Trump Sebut Sulit Capai Kesepakatan dengan Xi Jinping – Page 3

    Perang Dagang AS-China: Donald Trump Sebut Sulit Capai Kesepakatan dengan Xi Jinping – Page 3

    Sebelumnya, pernyataan mengejutkan datang dari Presiden China Xi Jinping menyusul keputusan pencabutan tarif impor baru AS-China. Melansir CNN Business, Selasa (13/5/2025) Xi Jinping menyinggung isu perundungan dalam pembahasannya terkait perang dagang.

    “Perubahan besar yang tak terlihat dalam satu abad sedang berlangsung cepat, yang telah membuat persatuan dan kerja sama antarnegara menjadi sangat penting,” kata Xi Jinping dalam pernyataannya di hadapan pemimpin negara Amerika Latin dan Karibia di Beijing.

    “Tidak ada pemenang dalam perang tarif atau perang dagang. Perundungan atau hegemonisme hanya mengarah pada isolasi diri,” ujarnya.

    Pidato Xi Jinping disampaikan sehari setelah AS dan China mengumumkan bahwa kedua negara akan secara drastis mencabut tarif impor untuk periode awal 90 hari.

    Sementara itu, sejumlah media yang dikelola pemerintah China menyambut pencabutan tarif sebagai “kemenangan besar” bagi negara itu.

    “Ini menunjukkan bahwa tindakan balasan tegas China dan sikap tegasnya sangat efektif,” ujar Yuyuan Tantian, akun media sosial yang berafiliasi dengan penyiar negara CCTV, di platform Weibo.

    Ketika negara-negara bergegas membuat kesepakatan dengan Trump setelah pengumuman tarif timbal balik, China mengambil pendekatan berbeda dengan mengenakan tarif atas barang-barang AS bersama dengan sejumlah tindakan balasan lainnya.

    Selama lebih dari sebulan, tarif periode kedua Trump atas impor China tetap pada angka 145%, sementara pungutan balasan China atas barang-barang AS berada pada angka 125%.

    Kesepakatan tebaru yant dicapai selama akhir pekan secara efektif berarti AS akan menurunkan sementara tarif keseluruhannya atas barang-barang China dari 145% menjadi 30%, sementara China akan memangkas pungutannya atas impor Amerika dari 125% menjadi 10%, menurut pernyataan bersama tersebut.

    Sementara itu, pungutan tarif AS terkait fentanil dari China sebesar 20% akan tetap berlaku.

  • Donald Trump Sebut Xi Jinping Susah Diajak Berunding

    Donald Trump Sebut Xi Jinping Susah Diajak Berunding

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping sangat sulit diajak berunding, menimbulkan pertanyaan tentang apakah gencatan senjata ekonomi antara dua ekonomi terbesar di dunia itu akan bertahan. 

    “Saya suka Presiden Xi dari China, selalu, dan akan selalu, tetapi dia sangat keras, dan sangat sulit diajak berunding,” kata Trump dalam unggahan di Truth Social dikutip dari Bloomberg, Rabu (4/6/2025) dinihari waktu AS. 

    Merespons unggahan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mengatakan prinsip dan posisi China dalam mengembangkan hubungannya dengan AS konsisten. Adapun, Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar yang diajukan pada dini hari setelah unggahan Trump. 

    China dan AS berselisih pendapat dalam sejumlah isu dan belum mengonfirmasi rencana untuk panggilan telepon antar pemimpin yang menurut Gedung Putih akan terjadi akhir minggu ini.  

    Ketegangan antara kedua negara meningkat lagi setelah gencatan senjata tarif pada bulan Mei. Pemerintahan Trump dalam beberapa minggu terakhir telah melarang pengiriman suku cadang mesin jet penting ke China, membatasi akses Beijing ke perangkat lunak desain chip, dan berupaya menerapkan pembatasan baru pada chip Huawei Technologies Co.

    Pejabat AS juga mengumumkan rencana minggu lalu untuk mulai mencabut visa bagi pelajar China. Selain ketegangan dalam hubungan ekonomi, ketegangan geopolitik juga meningkat.

    Kementerian Luar Negeri China selama akhir pekan memprotes pernyataan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada pertemuan para panglima militer bahwa China menimbulkan ancaman langsung bagi Taiwan, pulau yang diperintah sendiri yang diklaim oleh Beijing.

    Reaksi pasar tidak terlalu terasa setelah posting Trump tentang Xi, mengingat ketegangan antara AS dan China telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Indeks saham China yang diperdagangkan di Hong Kong memangkas kenaikan menjadi 0,5%, Indeks Dolar Bloomberg turun 0,1%, sementara obligasi pemerintah AS stabil dengan imbal hasil 10 tahun di 4,45%.

    Trump menyatakan harapannya bahwa dia akan segera berbicara dengan Xi, dengan mengatakan kepada wartawan di Ruang Oval bahwa China melanggar sebagian perjanjian yang dibuat kedua negara di Jenewa untuk memangkas tarif dan mengurangi ketegangan. 

    Meski China belum mengonfirmasi rencana untuk perundingan langsung tingkat pemimpin, Gedung Putih telah berulang kali menegaskan bahwa Trump dan Xi kemungkinan akan berbicara minggu ini.

    Titik kritis utama tampaknya adalah mineral penting. Pejabat pemerintahan Trump menuduh Beijing terus memutus akses ke magnet tanah jarang, meskipun keputusan Washington untuk mengurangi tarif bulan lalu bergantung pada pencabutan kendali tersebut oleh China.

    Cory Combs, kepala penelitian rantai pasokan mineral penting di Trivium China menyebut, salah satu kesulitan adalah bahwa kedua pihak tampaknya memiliki pemahaman yang berbeda tentang apa yang disepakati terkait tanah jarang pada perundingan dagang bulan lalu di Jenewa. 

    “Di pihak AS, tampaknya jelas sekarang, ada perasaan bahwa Beijing akan sepenuhnya menghapus persyaratan persetujuan. Itu bukanlah yang tampaknya disetujui Beijing,” kata Combs.

    Sementara itu, Beijing menuduh AS secara sepihak memberlakukan pembatasan diskriminatif baru, dan berjanji akan membalas jika AS bersikeras dengan caranya sendiri. 

    Trump telah lama mengatakan bahwa pembicaraan langsung dengan Xi adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan perbedaan antara kedua negara, tetapi pemimpin China itu enggan berbicara di telepon dengan mitranya dari Amerika, lebih memilih agar para penasihat merundingkan isu-isu utama. 

    Alasan lainnya adalah China telah menunjukkan ketahanan terhadap rezim tarif tercuram Amerika dalam satu abad. Namun, meski pengeluaran pemerintah yang memecahkan rekor dan stimulus mendorong pertumbuhan pada kuartal pertama, sektor manufaktur menyusut dalam beberapa bulan terakhir. 

    Harga rumah terus merosot selama bertahun-tahun, membebani daya beli konsumen yang kekayaannya terikat pada properti.

    Trump telah memberi sinyal keinginannya untuk menelepon mitranya dari China pada awal Februari dan kemudian mengatakan ia bersedia melakukan perjalanan ke negara Asia itu untuk bertemu dengan Xi, meskipun sejauh ini belum ada rencana seperti itu.

  • Beri Selamat ke Presiden Baru Korsel, Xi Jinping Janji Perkuat Hubungan

    Beri Selamat ke Presiden Baru Korsel, Xi Jinping Janji Perkuat Hubungan

    Beijing

    Presiden China Xi Jinping mengucapkan selamat kepada Presiden baru Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung yang mulai menjabat pada Rabu (4/6). Dalam ucapannya, Xi menjanjikan untuk semakin memperkuat hubungan antara Beijing dan Seoul.

    Secara khusus, seperti dilansir Reuters dan kantor berita Yonhap, Rabu (4/6/2025), Xi menegaskan bahwa China menganggap “sangat penting” untuk memperkuat hubungan dengan Korsel.

    “Ketidakpastian meningkat dalam situasi internasional dan regional,” kata Xi saat mengucapkan selamat kepada Lee via telepon, seperti dilaporkan televisi pemerintah China, CCTV.

    “China dan Korea Selatan adalah tetangga dan mitra penting untuk kerja sama. Kedua negara telah mencapai banyak hal bersama dengan bekerja sama dan mengatasi perbedaan ideologi dan sistem sosial, sejak terjalinnya hubungan diplomatik 33 tahun lalu,” ucap sang Presiden China.

    “Saya menganggap sangat penting untuk mengembangkan hubungan China-Korea Selatan,” tegasnya.

    Lee mendapatkan kemenangan telak dalam pilpres dini yang digelar 3 Juni kemarin, menyusul penetapan darurat militer pada Desember tahun lalu oleh mantan Presiden Yoon Suk Yeol yang membawa Korsel ke dalam gejolak politik. Yoon telah dimakzulkan dan dicopot dari jabatannya imbas darurat militer tersebut.

    Lee telah dilantik pada Rabu (4/6) dan memulai masa jabatannya selama lima tahun ke depan tanpa adanya masa transisi.

    Lihat juga Video: Lee Jae-myung Menangkan Pilpres Korsel Berdasarkan Hitungan Suara

  • Trump Menyukai Xi Jinping Tapi Akui Sulit Diajak Berunding

    Trump Menyukai Xi Jinping Tapi Akui Sulit Diajak Berunding

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping merupakan sosok yang keras dan “sangat sulit untuk diajak berunding”. Hal ini disampaikan beberapa hari setelah Trump menuduh Beijing melanggar perjanjian untuk mencabut tarif dan pembatasan perdagangan.

    “Saya menyukai Presiden China, Xi, selalu menyukainya, dan akan selalu menyukainya, tapi dia SANGAT KERAS, DAN SANGAT SULIT UNTUK DIAJAK BERUNDING,” ucap Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social, seperti dilansir Reuters, Rabu (4/6/2025).

    Pernyataan Trump ini disampaikan setelah Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan pada Senin (2/6) bahwa Trump akan berbicara via telepon dengan Xi pekan ini, saat kedua pemimpin berusaha mengatasi perbedaan soal perjanjian tarif yang disepakati di Jenewa, Swiss, bulan lalu.

    Masalah perdagangan lainnya yang lebih besar juga menjadi sumber ketegangan hubungan kedua negara.

    Pengadilan perdagangan AS, pekan lalu, memutuskan bahwa Trump telah melampaui kewenangannya dalam memberlakukan sebagian besar tarif pada impor dari China dan negara-negara lainnya berdasarkan undang-undang kekuasaan darurat.

    Kurang dari 24 jam kemudian, pengadilan banding federal memberlakukan kembali tarif tersebut, dengan mengatakan bahwa pengadilan itu menangguhkan putusan pengadilan perdagangan sebelumnya untuk mempertimbangkan banding yang diajukan pemerintahan Trump.

    Beberapa waktu terakhir, Washington dan Beijing saling melontarkan tudingan soal pelanggaran terhadap perjanjian perdagangan antara kedua negara yang disepakati di Swiss pada 12 Mei lalu.

    Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

    China, menurut laporan CNBC, belum melonggarkan pembatasan ekspor tanah jarang secara signifikan, yang bertentangan dengan harapan Washington. Beijing juga mengkritik AS karena terus berupaya membatasi akses China terhadap teknologi canggih.

    Pekan lalu, pemerintahan Trump juga mengumumkan akan mulai mencabut visa bagi para mahasiswa China.

    Di tengah ketegangan baru ini, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menuturkan bahwa pembicaraan perdagangan “sedikit terhenti” dan para pemimpin edua negara kemungkinan perlu mempertimbangkannya.

    Gedung Putih kemudian mengungkapkan bahwa Trump dan Xi kemungkinan akan melakukan pembicaraan via telepon pekan ini. Tidak diketahui secara jelas apakah percakapan telepon itu telah dilakukan.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kenapa Harga Emas Ngamuk? Ini Peristiwa yang Jadi Pemicunya

    Kenapa Harga Emas Ngamuk? Ini Peristiwa yang Jadi Pemicunya

    Jakarta

    Harga emas keluaran Logam Mulia Antam hari ini, Selasa (3/6), naik sangat tinggi hingga Rp 35.000 per gram dan berada di level Rp 1.940.000 per gram. Ini merupakan salah satu kenaikan harga emas tertinggi, mengingat sangat jarang nilai logam mulia tersebut melonjak di atas Rp 30.000 per gram.

    Sebelumnya kenaikan harga emas tertinggi di atas Rp 30.000 per gram sempat terjadi pada Selasa (22/4) lalu saat harga logam mulia Antam naik Rp 36.000 per gram dan berada di level Rp 2.016.000 per gram. Sebelumnya lagi juga sempat terjadi pada Kamis (17/4) di harga emas sempat naik hingga Rp 32.000 per gram ke level Rp 1.975.000 per gram.

    Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, berpendapat kenaikan harga emas yang sangat tinggi ini dipicu oleh kombinasi berbagai faktor. Sebut saja faktor geopolitik, ketegangan dagang global, sinyal dovish alias menunda kenaikan suku bunga dari Federal Reserve, serta pelemahan dolar AS.

    Lebih lanjut untuk faktor geopolitik, ia menjelaskan harga emas melonjak tajam setelah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Di mana Ukraina dilaporkan meluncurkan serangan udara terhadap pangkalan militer Rusia, menghancurkan sejumlah pembom jarak jauh dan pesawat tempur.

    “Serangan ini meningkatkan ketidakpastian geopolitik global, mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas,” kata Andy dalam keterangan resminya, Selasa (3/6/2025).

    Sementara dari faktor ketegangan dagang global, Presiden AS Donald Trump secara resmi menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50% yang berlaku mulai besok, Rabu (4/6). Kabar ini menciptakan ketegangan baru dalam hubungan dagang antara AS dan China.

    “Retorika tajam terhadap Beijing dan ketidakpastian pertemuan Trump-Xi Jinping, yang belum dijadwalkan pasti, turut menekan pasar ekuitas AS dan memperkuat minat pada logam mulia,” jelas Andy.

    Kemudian untuk faktor sinyal dovish dari bank sentral AS, sebelumnya Gubernur The Fed Christopher Waller menyatakan pemangkasan suku bunga masih mungkin dilakukan tahun ini, meski inflasi tetap menjadi perhatian utama. Komentar tersebut dinilai langsung menekan Dolar AS, dengan Indeks Dolar (DXY) anjlok 0,72% ke 98,71 dan ikut memperkuat momentum kenaikan bagi emas.

    Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik hampir enam basis poin menjadi 4,458%, sementara yield riil juga naik ke 2,118%. Ini menunjukkan adanya tekanan dari sisi fiskal dan ekspektasi inflasi, namun pasar emas tampaknya masih mampu mempertahankan momentumnya berkat dominasi sentimen risiko global.

    Pada akhirnya secara keseluruhan Andy berpendapat prospek jangka pendek harga emas global, yang turut mempengaruhi harga emas di RI, masih cenderung bullish alias terus mengalami kenaikan.

    Di mana ia memprediksi jika tren dorongan untuk beli logam mulia ini terus berlanjut, harga emas global berpotensi menguji level resistance di US$ 3.392 dalam waktu dekat. Namun, jika terjadi tekanan jual mendadak atau reversal teknikal, maka harga bisa turun kembali ke level support terdekat di kisaran US$ 3.347.

    “Terutama jika sentimen risiko terus mendominasi pasar global. Investor/trader disarankan untuk tetap memperhatikan dinamika pertemuan antara Presiden Trump dan Xi Jinping, serta data Non-Farm Payrolls yang akan rilis pada akhir pekan ini, yang bisa menjadi penentu arah berikutnya,” paparnya.

    Lihat juga video: Harga Emas Sering Naik, Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Beli?

    (igo/fdl)

  • China Protes Keras Ucapan AS soal Ancaman di Indo-Pasifik: Provokatif!

    China Protes Keras Ucapan AS soal Ancaman di Indo-Pasifik: Provokatif!

    Jakarta

    China memprotes keras pernyataan Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat Pete Hegseth soal ancaman di kawasan Indo-Pasifik. China menyatakan ucapan Pete provokatif dan bertujuan untuk memecah belah.

    Hal itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China dalam responsnya terhadap pernyataan Pete Hegseth seperti dikutip di situs Kementerian Luar Negeri China, Minggu (1/6/2025). China menyebut Pete Hegseth telah mengabaikan seruan negara-negara di kawasan untuk perdamaian, dan justru mempromosikan mentalitas perang dingin.

    “Dia menjelekkan Tiongkok dengan tuduhan yang mencemarkan nama baik, dan secara keliru menyebut Tiongkok sebagai ‘ancaman’. Pernyataannya penuh dengan provokasi dan dimaksudkan untuk memecah belah. China sangat menyesalkan dan dengan tegas menentangnya, serta telah melayangkan protes keras kepada AS,” demikian pernyataan Jubir Kemlu China.

    China balik menuding AS menjadi faktor utama yang merusak perdamaian dan stabilitas di Asia-Pasifik. Hal itu dilakukan, kata China, untuk mempertahankan hegemoni dan untuk menjalankan ‘Strategi Indo-Pasifik’.

    Selain itu, China menyebut AS telah menempatkan senjata ofensif di Laut China Selatan. AS juga, kata China, dinilai telah menyulut ketegangan dan menciptakan konflik di kawasan Asia-Pasifik.

    “Masalah Taiwan sepenuhnya merupakan urusan dalam negeri China. Tidak ada negara yang berhak ikut campur. AS tidak boleh membayangkan dapat menggunakan masalah Taiwan sebagai alat tawar terhadap China. AS sama sekali tidak boleh bermain api dalam isu ini. China mendesak AS untuk sepenuhnya mematuhi prinsip satu Tiongkok dan tiga komunike bersama Tiongkok-AS, serta berhenti mendukung dan menyemangati kekuatan separatis ‘kemerdekaan Taiwan’,” lanjut keterangan Kemlu China.

    Perihal isu Laut China Selatan, China menegaskan tidak pernah ada masalah mengenai kebebasan navigasi dan penerbangan. China juga menyatakan akan terus berkomitmen bekerja sama dengan negara-negara terkait untuk menangani perbedaan melalui dialog.

    Sebelumnya, Menhan AS Pete Hegseth mengklaim bahwa China berencana menyerang Taiwan pada tahun 2027 mendatang. Dia mengatakan bahwa pasukan militer China saat ini tengah membangun kemampuan, berlatih setiap hari, dan “berlatih untuk menghadapi situasi yang sebenarnya”.

    Hal itu disampaikan kepala Pentagon tersebut di forum keamanan tahunan, Dialog Shangri-La, di Singapura, pada Sabtu (31/5).

    “Kita tahu bahwa (Presiden China) Xi Jinping telah memerintahkan militernya untuk siap menyerang Taiwan pada tahun 2027. PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) sedang membangun kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukannya — dengan kecepatan yang sangat tinggi. PLA berlatih untuk itu, setiap hari. PLA sedang berlatih untuk menghadapi hal yang sebenarnya,” katanya, menurut transkrip dari Departemen Pertahanan AS.

    Hegseth mengatakan bahwa China tengah bersiap untuk menggunakan kekuatan militer untuk meningkatkan dominasinya di kawasan Indo-Pasifik.

    “Ancaman yang ditimbulkan China nyata dan bisa jadi akan segera terjadi,” kata Hegseth di forum Dialog Shangri-La yang dihadiri para pejabat pertahanan dari seluruh dunia, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (31/5/2025).

    Bos Pentagon itu menambahkan bahwa Beijing “berharap untuk mendominasi dan mengendalikan Asia”.

    Beijing telah meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan dan mengadakan beberapa latihan skala besar di sekitar pulau itu, yang sering digambarkan sebagai persiapan untuk blokade atau invasi.

    “Amerika Serikat berorientasi kembali ke arah pencegahan agresi oleh China komunis”, kata Hegseth. Dia menyerukan kepada sekutu dan mitra AS di Asia untuk segera meningkatkan pertahanan mereka dalam menghadapi ancaman yang meningkat.

    Menhan AS itu menuduh Beijing membahayakan nyawa dengan serangan siber, mengganggu negara-negara tetangganya, dan “merebut dan memiliterisasi wilayah secara ilegal” di Laut China Selatan.

    (knv/gbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menhan AS Bilang China Berencana Serang Taiwan!

    Menhan AS Bilang China Berencana Serang Taiwan!

    Jakarta

    Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat Pete Hegseth mengklaim bahwa China berencana menyerang Taiwan pada tahun 2027 mendatang. Dia mengatakan bahwa pasukan militer China saat ini tengah membangun kemampuan, berlatih setiap hari, dan “berlatih untuk menghadapi situasi yang sebenarnya”.

    Hal itu disampaikan kepala Pentagon tersebut di forum keamanan tahunan, Dialog Shangri-La, di Singapura, pada Sabtu (31/5).

    “Kita tahu bahwa (Presiden China) Xi Jinping telah memerintahkan militernya untuk siap menyerang Taiwan pada tahun 2027. PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) sedang membangun kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukannya — dengan kecepatan yang sangat tinggi. PLA berlatih untuk itu, setiap hari. PLA sedang berlatih untuk menghadapi hal yang sebenarnya,” katanya, menurut transkrip dari Departemen Pertahanan AS.

    Hegseth mengatakan bahwa China tengah bersiap untuk menggunakan kekuatan militer untuk meningkatkan dominasinya di kawasan Indo-Pasifik.

    “Ancaman yang ditimbulkan China nyata dan bisa jadi akan segera terjadi,” kata Hegseth di forum Dialog Shangri-La yang dihadiri para pejabat pertahanan dari seluruh dunia, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (31/5/2025).

    Bos Pentagon itu menambahkan bahwa Beijing “berharap untuk mendominasi dan mengendalikan Asia”.

    Beijing telah meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan dan mengadakan beberapa latihan skala besar di sekitar pulau itu, yang sering digambarkan sebagai persiapan untuk blokade atau invasi.

    “Amerika Serikat berorientasi kembali ke arah pencegahan agresi oleh China komunis”, kata Hegseth. Dia menyerukan kepada sekutu dan mitra AS di Asia untuk segera meningkatkan pertahanan mereka dalam menghadapi ancaman yang meningkat.

    Menhan AS itu menuduh Beijing membahayakan nyawa dengan serangan siber, mengganggu negara-negara tetangganya, dan “merebut dan memiliterisasi wilayah secara ilegal” di Laut China Selatan.

    Diketahui bahwa Beijing mengklaim hampir seluruh jalur perairan yang disengketakan itu, yang dilalui lebih dari 60 persen perdagangan maritim global, meskipun ada putusan internasional yang menyatakan bahwa pernyataannya tidak berdasar.

    Ia juga menyuarakan kekhawatiran tentang meningkatnya kehadiran China di Amerika Latin, khususnya upayanya untuk memperluas pengaruh atas Terusan Panama.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Guncang Timur Tengah, Sekutu AS Mau Beli Jet Tempur Canggih China

    Guncang Timur Tengah, Sekutu AS Mau Beli Jet Tempur Canggih China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam perkembangan yang berpotensi menggeser keseimbangan kekuatan militer di Timur Tengah, Mesir dilaporkan tengah mempertimbangkan pembelian jet tempur siluman generasi kelima J-35 buatan China.

    Langkah ini dinilai sebagai sinyal kuat bahwa Kairo mulai membuka diri terhadap pengaruh Beijing, di tengah ketegangan dengan sekutu lamanya, Amerika Serikat.

    Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh Army Recognition Group, lembaga berbasis di Belgia yang fokus pada analisis militer. Mereka menyebut bahwa Panglima Angkatan Udara Mesir, Letnan JenderalMahmoudAbdelGawad, telah menunjukkan ketertarikan terhadap jet tempur siluman J-35.

    Meski belum ada konfirmasi resmi dari pihak berwenang Mesir maupun China, laporan ini menyita perhatian luas karena J-35 dirancang sebagai pesaing langsung F-35 buatan AS yang selama ini mendominasi pasar alutsista global.

    Sebuah indikasi nyata dari ketertarikan Mesir terhadap J-35 terlihat dalam peringatan 45 tahun hubungan militer Mesir-China yang digelar awal bulan ini. Dalam acara tersebut, model jet tempur J-35 dipamerkan secara terbuka, sebuah langkah yang disebut analis sebagai sinyal simbolik namun signifikan.

    Jenderal (Purn) Sayed Ghoneim, Ketua Institute for Global Security and Defense Affairs (IGSDA) yang berbasis di Abu Dhabi, menyatakan kepada Newsweek bahwa langkah ini bisa menjadi bentuk tekanan terhadap Amerika Serikat yang selama ini dinilai menghambat peningkatan dan pemeliharaan armada jet tempur Mesir.

    “Langkah ini bisa menjadi upaya untuk menekan AS agar lebih fleksibel terhadap permintaan Mesir akan jet tempur canggih-terutama setelah Washington mengabaikan kekhawatiran keamanan Mesir dalam konflik terbaru Israel di Gaza, dan tetap bersikukuh agar senjatanya tidak digunakan oleh negara manapun terhadap sekutu-sekutu AS,” ujar Ghoneim, dikutip Sabtu (31/5/2025).

    Saat ini, Mesir berupaya memodernisasi armada F-16 yang mulai menua, namun menghadapi kendala besar dalam hal pembiayaan, ditambah lagi dengan berbagai persyaratan ketat yang melekat pada sistem senjata dari negara-negara Barat.

    Hambatan serupa juga dihadapi Pakistan, yang akhirnya beralih ke China sebagai mitra militer utama. Dalam konflik udara dengan India, Islamabad dilaporkan telah menggunakan jet tempur J-10C buatan China. Jet yang sama juga ikut serta dalam latihan militer gabungan pertama antara Angkatan Udara China dan Mesir baru-baru ini.

    Jika Mesir benar-benar merealisasikan pembelian J-35, ini bisa menjadi perubahan strategis yang besar.

    “Langkah tersebut dapat mengurangi ketergantungan militer Mesir terhadap persenjataan AS-pergeseran yang bisa berdampak ke pasar senjata negara lain, karena Mesir kerap menjadi tolok ukur dalam menilai kualitas sistem persenjataan global,” jelas Ghoneim.

    Ia juga menyinggung bahwa hal ini sejalan dengan pola diversifikasi senjata yang telah dilakukan Mesir dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pembelian jet tempur Rafale dari Prancis, kerja sama militer dengan Korea Selatan dan Jerman, serta akuisisi komponen persenjataan dari berbagai negara.

    Namun di sisi lain, analis mempertanyakan sejauh mana China bersedia mengekspor teknologi sensitif seperti J-35 kepada negara seperti Mesir, yang secara historis memiliki hubungan erat dengan NATO.

    “Meskipun jet ini secara resmi ditujukan untuk pasar ekspor, pengiriman jet tempur siluman generasi kelima ke militer yang selama ini selaras dengan AS akan menjadi pergeseran strategis yang signifikan. Bagi Beijing, ini bisa menjadi pintu masuk ke kawasan yang selama ini didominasi Barat. Tapi hal ini juga membawa risiko politik dan teknologi yang tidak kecil,” catat Army Recognition Group.

    Sementara itu, media pemerintah Mesir mengabarkan bahwa Presiden China Xi Jinping dijadwalkan akan melakukan kunjungan ke Mesir dalam waktu dekat. Perdana Menteri Mesir menyebut kunjungan tersebut sebagai “titik balik” dalam penguatan kerja sama bilateral di tengah ketidakstabilan global dan regional.

     

    (luc/luc)