Tag: Xi Jinping

  • Trump Klaim Kesepakatan Dagang AS-China Telah Tercapai, Tunggu Restu Xi Jinping

    Trump Klaim Kesepakatan Dagang AS-China Telah Tercapai, Tunggu Restu Xi Jinping

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeklaim telah menyelesaikan kesepakatan perdagangan dengan China.

    Kesepakatan tersebut mencakup komitmen China untuk memasok mineral kritis secara langsung serta memberikan akses pendidikan tinggi bagi mahasiswa China di universitas-universitas AS.

    “Kesepakatan kami dengan China telah selesai, tinggal menunggu persetujuan akhir dari Presiden Xi (Xi Jinping) dan Saya,” tulis Trump di media sosial, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (11/6/2025).

    Pernyataan Trump muncul sehari setelah AS dan China mencapai kesepakatan di London untuk menerapkan butir-butir gencatan tarif yang telah disepakati sebelumnya.

    Namun, pernyataan tersebut mencantumkan beberapa syarat yang belum pernah disampaikan dalam negosiasi sebelumnya, termasuk pasokan segera mineral penting dari pihak China.

    Trump juga mengklaim bahwa tarif AS terhadap China akan mencapai “total” 55%, meski angka pastinya masih belum jelas.

    Menurut seorang pejabat Gedung Putih, angka tersebut mencakup tarif dasar 10%, tambahan 20% terkait perdagangan fentanil, serta sekitar 25% dari tarif warisan masa jabatan pertama Trump dan ketentuan negara paling disukai.

    Pasar merespons dengan ketidakpastian. Indeks berjangka AS sempat menghapus kerugian sebelum kembali melemah.

    Trump melanjutkan, China akan memasok magnet dan segala mineral langka yang diperlukan AS secara langsung.

    “Sebagai imbalannya, kita akan memberikan apa yang telah disepakati, termasuk mengizinkan mahasiswa China berkuliah di universitas kita (yang selalu saya dukung!). Kita mengantongi tarif total 55%, sementara China hanya 10%. Hubungan kita sangat baik!” ungkap Trump.

    Kementerian Perdagangan China belum memberikan tanggapan atas pernyataan tersebut.

    Pejabat dari kedua negara menyelesaikan perundingan maraton pada Selasa, menyepakati dimulainya kembali perdagangan barang-barang sensitif seperti mineral penting, serta penerapan kesepakatan bulan lalu di Jenewa yang bertujuan menurunkan tarif dari kedua belah pihak.

    Kesepakatan tersebut juga mencakup penangguhan tarif tinggi selama 90 hari yang sebelumnya diberlakukan kedua negara—sebuah langkah yang nyaris menyerupai embargo dagang. Namun, belum jelas apakah tenggat itu, yang berakhir pada Agustus, masih berlaku hingga kini.

  • Negosiasi AS-China Alot, Delegasi Berunding Hingga Malam

    Negosiasi AS-China Alot, Delegasi Berunding Hingga Malam

    Bisnis.com, JAKARTA – Pembicaraan antara AS dan China berpotensi berlanjut hingga memasuki hari ketiga di London seiring belum disepakatinya sejumlah poin krusial seperti ekspor teknologi dan industri utama. Kondisi ini membuat  dengan pasar keuangan gelisah.

    Melansir Bloomberg pada Rabu (11/6/2025), Amerika Serikat yang menurunkan Menteri Keuangan Scott Bessent bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng hingga Selasa malam waktu setempat. Keduanya memimpin langsung detail rincian teknis kesepakatan.

    Anggota delegasi AS dan China kembali ke Lancaster House, sebuah rumah besar bergaya Georgia di dekat Istana Buckingham yang menjadi lokasi pertemuan, tepat setelah pukul 8 malam waktu setempat dan melanjutkan pembicaraan, yang dimulai sekitar pukul 10:40 pagi. Kedua belah pihak beristirahat sekitar pukul 5:30 sore.

    “Kami akan mencoba menyelesaikan semuanya, jadi itulah tujuannya. Saya pikir kami sedang menangani semua jenis masalah perdagangan dan saya pikir pembicaraan berjalan dengan sangat, sangat baik,” kata Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick kepada wartawan.

    Sementara itu, ketika ditanya apakah negosiasi akan berakhir pada hari Selasa, Lutnick tidak menutup kemungkinan bahwa pembicaraan dapat berlanjut hingga Rabu waktu setempat, atau hari ketiga negosiasi

    “Jika memang diperlukan, kami akan berada di sini besok, tetapi saya berharap negosiasi ini berakhir malam ini,” ujar Lutnick.

    Pasar obligasi dan mata uang memantau pembicaraan tersebut dengan saksama untuk mendapatkan petunjuk tentang potensi dampak ekonomi. Saham AS naik ke level tertinggi sesi setelah pernyataan Lutnick.

    Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Senin bahwa Negosiasi dengan China tidak mudah, seraya menambahkan bahwa dia hanya mendapatkan laporan yang bagus dari sesi hampir tujuh jam hari itu. Bessent mengatakan setelah hari pertama mereka mengadakan pertemuan yang bagus.

    Masalah utama minggu ini adalah menetapkan kembali ketentuan perjanjian yang dicapai di Jenewa bulan lalu, di mana AS memahami bahwa China akan mengizinkan lebih banyak pengiriman tanah jarang untuk mencapai pelanggan Amerika. Pemerintahan Trump menuduh Beijing bergerak terlalu lambat, yang mengancam kekurangan di sektor manufaktur dalam negeri.

    Sebagai balasannya, pemerintahan Trump siap mencabut serangkaian tindakan baru-baru ini yang menargetkan perangkat lunak desain chip, suku cadang mesin jet, bahan kimia, dan material nuklir, kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut. Banyak dari tindakan tersebut diambil dalam beberapa minggu terakhir saat ketegangan meningkat antara AS dan China.

    Kemenangan bagi China

    Dexter Roberts, peneliti senior nonresiden di Global China Hub milik Atlantic Council mengatakan, keputusan AS untuk mencabut sebagian kendali teknologi akan sangat dipandang sebagai kemenangan bagi China. Dia menambahkan kemungkinan mencabut kendali apa pun tampaknya hampir tidak terpikirkan hingga baru-baru ini.

    Sebulan yang lalu, Beijing dan Washington sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama 90 hari hingga pertengahan Agustus dalam tarif yang melumpuhkan mereka untuk memberi waktu guna menyelesaikan banyak perselisihan perdagangan mereka — mulai dari tarif hingga kontrol ekspor.

    Pada saat yang sama, tim perdagangan Trump tengah berjuang untuk mengamankan kesepakatan bilateral dengan India, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara lain yang berlomba-lomba untuk melakukannya sebelum 9 Juli, ketika tarif timbal balik presiden AS naik dari dasar 10% saat ini ke tingkat yang jauh lebih tinggi yang disesuaikan untuk setiap mitra dagang.

    Sementara itu, Presiden China Xi Jinping pada Selasa mengadakan percakapan telepon pertamanya dengan Presiden Korea Selatan yang baru terpilih Lee Jae-myung dan menyerukan kerja sama untuk menjaga multilateralisme dan perdagangan bebas. 

    “Kita harus memperkuat kerja sama bilateral dan koordinasi multilateral, bersama-sama menjaga multilateralisme dan perdagangan bebas, serta memastikan stabilitas dan kelancaran rantai industri dan rantai pasokan global dan regional,” kata Xi, menurut laporan CCTV.

  • China Rayu Presiden Baru Korsel supaya Hubungan Lebih Erat

    China Rayu Presiden Baru Korsel supaya Hubungan Lebih Erat

    Jakarta

    Presiden Cina Xi Jinping melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Korea Selatan yang baru terpilih Lee Jae-myung pada hari Selasa (10/06). Dalam pembicaraannya dengan Lee, Xi menekankan pentingnya memperkuat hubungan bilateral dan mempromosikan stabilitas regional.

    Selama pembicaraan lewat telepon tersebut, Xi menyerukan Cina dan Korea Selatan untuk “bersama-sama menjaga multilateralisme” dan menegakkan perdagangan bebas. “Hubungan Cina-Korea Selatan yang sehat, stabil, dan terus mendalam sejalan dengan tren zaman,” ujar Xi, sebagaimana dilaporkan kantor berita Xinhua.

    “Kerja sama bilateral yang erat dan koordinasi multilateral harus dipertahankan, untuk bersama-sama menegakkan multilateralisme dan perdagangan bebas, memastikan stabilitas dan kelancaran fungsi rantai industri dan pasokan global dan regional,” paparnya.

    Xi juga mendesak kedua negara untuk “menyuntikkan lebih banyak kepastian ke dalam situasi regional dan internasional” dan untuk meningkatkan “kemitraan kerja sama strategis mereka ke tingkat yang lebih tinggi.”

    Hubungan yang sehat, stabil, dan semakin dalam antara Cina dan Korea Selatan akan mengarah pada perdamaian regional dan global, tandas Xi, yang dikutip oleh media People’s Daily.

    Lee mengindikasikan pergeseran kebijakan luar negeri

    Seruan itu muncul saat Lee, yang terpilih dengan kemenangan telak minggu lalu, mengisyaratkan potensi pergeseran dalam kebijakan luar negeri Seoul.

    Hubungan antara Cina dan Korea Selatan telah kembali membaik setelah terjadinya keretakan tahun 2017 gara-gara masalah sistem pertahanan rudal AS. Namun ketegangan tetap membayangi.

    Isyarat kerja sama Beijing vs Seoul

    Presiden Lee telah mengisyaratkan pergeseran kebijakan, dengan berjanji untuk meningkatkan hubungan dengan Beijing, karena kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump telah menghantam kedua negara Asia ini.

    Baru-baru ini, Lee menunjukkan pentingnya Cina sebagai mitra dagang utama, tetapi menuai kritik karena keengganannya untuk mengambil posisi tegas terhadap ketegangan keamanan di Selat Taiwan.

    Presiden Korea Selatan yang baru terpilih Lee Jae-myung menjabat sebagai orang nomor satu di Korsel, setelah memenangkan pemilu khusus yang diadakan baru-baru ini, menyusul pemakzulan presiden sebelumnya, Yoon Suk-yeol, pada April 2025.

    Lee Jae-myung, yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Provinsi Gyeonggi, dikenal sebagai sosok progresif dari Partai Demokrat. Setelah dilantik pada 4 Juni 2025, Lee langsung melakukan kegiatan diplomasi internasional, termasuk berbicara dengan Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Agus Setiawan

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • IHSG menguat seiring optimisme usai pertemuan pejabat tinggi AS-China

    IHSG menguat seiring optimisme usai pertemuan pejabat tinggi AS-China

    Jika pergerakan IHSG mampu bertahan di atas level MA200 sekitar 7.133, maka IHSG diperkirakan akan kembali bergerak menguat

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi bergerak menguat seiring optimisme pasar setelah adanya pertemuan antara pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan China di London, Inggris pada Senin (9/6).

    IHSG dibuka menguat 23,43 poin atau 0,33 persen ke posisi 7.136,86. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,67 poin atau 0,46 persen ke posisi 805,37.

    “Jika pergerakan IHSG mampu bertahan di atas level MA200 sekitar 7.133, maka IHSG diperkirakan akan kembali bergerak menguat dan berpotensi menutup gap up di 7.166. Sehingga IHSG diperkirakan berpotensi menguji level resistance di 7.170,” ujar Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim di Jakarta, Selasa.

    Dari mancanegara, pembicaraan telepon antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Kamis (5/6), dilanjutkan dengan pertemuan delegasi AS dan China di London, Inggris pada Senin (09/06), yang berpotensi menjadi faktor positif bagi pergerakan indeks sekaligus meredakan ketegangan perang tarif.

    Dalam pertemuan kedua negara, pihak AS diwakili oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, serta Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Sementara itu, dari China delegasi dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.

    Di sisi lain, rilis data inflasi AS pada akhir pekan akan menjadi momentum yang dinantikan sebagai arah kebijakan bank sentral AS The Fed dalam pertemuan FOMC pada 17-18 Juni 2025 mendatang.

    Dari kawasan Asia, kondisi ekonomi China mencerminkan penyusutan. China melaporkan deflasi 0,1 persen (yoy) dan 0,2 persen (mtm) pada Mei 2025, yang melanjutkan deflasi pada bulan sebelumnya. Lesunya kondisi ekonomi China juga tercermin dari kontraksi pada indeks manufaktur.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan lanjutan negosiasi antara Indonesia dan AS yang dijadwalkan berlangsung pada pekan ini. Pemerintah mengirimkan delegasi untuk melakukan negosiasi di Washington DC, AS.

    Indonesia menjadi salah satu negara yang telah mengirimkan proposal negosiasi tarif ke AS. Pemerintah Indonesia akan bernegosiasi di bidang tarif, hambatan non tarif, perdagangan digital, aturan asal barang serta isu keamanan ekonomi dan nasional.

    Selain itu, kabar adanya berbagai rencana realisasi investasi Danantara Indonesia juga akan menjadi sentimen yang menarik di pasar.

    Pada perdagangan Senin (09/06), bursa saham Eropa mayoritas bergerak melemah, diantaranya indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,06 persen, Euro Stoxx 50 melemah 0,17 persen, indeks DAX Jerman turun 0,54 persen, dan index CAC Prancis turun 0,17 persen.

    Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street bergerak mayoritas menguat pada perdagangan Senin (09/06), diantaranya indeks Dow Jones turun 1,11 poin, indeks Nasdaq naik 0,17 persen, dan indeks S&P naik 0,09 persen.

    Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 371,93 poin atau 0,97 persen ke 37.457,50, indeks Shanghai menguat 1,16 poin atau 0,03 persen ke 3.401,76, indeks Hang Seng menguat 46,57 poin atau 0,11 persen ke 24.230,00, dan indeks Strait Times menguat 0,57 poin atau 0,00 persen ke 3.936,33.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pejabat tinggi AS dan China gelar pertemuan, IHSG berpotensi “rebound”

    Pejabat tinggi AS dan China gelar pertemuan, IHSG berpotensi “rebound”

    Jika IHSG masih kuat di support 7.050, IHSG masih potensi melanjutkan rebound hari ini

    Jakarta (ANTARA) – Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berbalik menguat (rebound) mengikuti bursa saham kawasan Asia dan global pada perdagangan Selasa.

    Kenaikan itu seiring optimisme pelaku pasar setelah digelarnya pertemuan antara pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan pejabat tinggi China di London, Inggris pada Senin (9/6).

    “Jika IHSG masih kuat di support 7.050, IHSG masih potensi melanjutkan rebound hari ini setelah waktu kita closing Senin kemarin, bursa AS dan Asia menghijau karena optimisme pertemuan AS dan China,” ujar Fanny di Jakarta, Selasa.

    Dalam pertemuan kedua negara, pihak AS diwakili oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, serta Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer. Sementara itu, dari China delegasi dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.

    Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Kevin Hassett mengatakan bahwa AS ingin memastikan keseriusan China untuk kembali mengekspor mineral penting.

    “Tujuan dari pertemuan itu adalah untuk memastikan komitmennya secara langsung, melakukan jabat tangan, dan menyelesaikan hal-hal besar. Harapannya, segera setelah kesepakatan tercapai, AS akan melonggarkan kontrol ekspor dan China akan mengirimkan kembali mineral langka dalam jumlah besar,” ujar Hassett.

    Pembicaraan akan berlanjut pada Selasa pagi (10/6), yang merupakan tindak lanjut dari percakapan panjang antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada pekan lalu.

    Dari kawasan Asia, China dijadwalkan untuk merilis serangkaian data, termasuk pembacaan inflasi konsumen dan grosir pada Mei 2025.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan lanjutan negosiasi antara Indonesia dan AS yang dijadwalkan berlangsung pada pekan ini. Pemerintah mengirimkan delegasi untuk melakukan negosiasi di Washington DC, AS.

    Indonesia menjadi salah satu negara yang telah mengirimkan proposal negosiasi tarif ke AS. Pemerintah Indonesia akan bernegosiasi di bidang tarif, hambatan non tarif, perdagangan digital, aturan asal barang serta isu keamanan ekonomi dan nasional.

    Selain itu, kabar berbagai rencana realisasi investasi Danantara juga akan menjadi sentimen yang menarik bagi pasar.

    Pada perdagangan Senin (9/6), bursa saham Eropa mayoritas bergerak melemah, diantaranya indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,06 persen, Euro Stoxx 50 melemah 0,17 persen, indeks DAX Jerman turun 0,54 persen, dan index CAC Prancis turun 0,17 persen.

    Pada perdagangan Senin (9/6), bursa Wall Street mayoritas bergerak menguat, yang mana indeks Dow Jones turun 1,11 poin, indeks Nasdaq naik 0,17 persen, dan indeks S&P naik 0,09 persen.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Perang Dagang Masih Panas, AS-China Cari Solusi sampai ke London

    Perang Dagang Masih Panas, AS-China Cari Solusi sampai ke London

    Jakarta, CNBC Indonesia- Para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan China bertemu di London untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan meredakan sengketa perdagangan yang panas antara kedua negara adidaya tersebut pada Senin (9/6/2026). Konflik dagang keduanya telah meluas hingga kontrol ekspor atas barang dan komponen yang penting bagi rantai pasokan global.

    Kedua belah pihak mencoba kembali ke jalur yang benar dengan perjanjian awal yang dicapai bulan lalu di Jenewa.

    “Putaran pembicaraan perdagangan berikutnya antara AS dan China akan diadakan di Inggris pada hari Senin,” kata juru bicara pemerintah Inggris dikutip dari Reuters pada Senin (9/6/2025).

    “Kami adalah negara yang memperjuangkan perdagangan bebas dan selalu menegaskan bahwa perang dagang tidak menguntungkan siapa pun, jadi kami menyambut baik pembicaraan ini,” sambungnya.

    Adapun pertemuan akan dihadiri oleh delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, dan kontingen China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

    Pertemuan kedua terjadi empat hari setelah Trump dan pemimpin China Xi Jinping berbicara melalui telepon, interaksi langsung pertama mereka sejak pelantikan Trump pada 20 Januari dan setelah pemulihan hubungan awal dalam pembicaraan yang diadakan di Swiss.

    Keikutsertaan Lutnick dalam pembicaraan di London, yang lembaganya mengawasi kontrol ekspor untuk AS, merupakan salah satu indikasi betapa pentingnya isu ini bagi kedua belah pihak. Lutnick tidak menghadiri pembicaraan di Jenewa, di mana kedua negara mencapai kesepakatan 90 hari untuk mencabut sebagian tarif tiga digit yang telah mereka tetapkan satu sama lain sejak pelantikan Trump.

    (hsy/hsy)

  • Perang Dagang Masih Panas, AS-China Cari Solusi sampai ke London

    Utusan Trump & Xi Jinping Bakal Bertemu di London, Ini yang Dibahas!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pejabat tinggi perdagangan Presiden AS Donald Trump bertemu dengan mitra mereka dari Tiongkok di London pada hari Senin (9/6/2025) untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung antara dua ekonomi terbesar di dunia.

    Melansir CNBC Internasional, para pejabat yang bertemu antara lain Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer mewakili AS.

    Kementerian luar negeri Tiongkok mengatakan bahwa Wakil Perdana Menteri He Lifeng, kepala negosiator perdagangan Beijing, akan berada di Inggris antara tanggal 8-13 Juni, dan bahwa pertemuan mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS akan berlangsung.

    Pembicaraan tersebut terjadi setelah Trump minggu lalu mengatakan bahwa ia telah melakukan panggilan telepon yang panjang dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping karena keduanya ingin menghindari perang dagang besar-besaran.

    Upaya diplomatik oleh kedua belah pihak telah meningkat setelah berminggu-minggu ketegangan perdagangan dan ketidakpastian meningkat setelah Trump mengumumkan tarif impor yang luas terhadap Tiongkok dan mitra dagang lainnya pada bulan April.

    Beijing membalas tarif, dan terjadi peningkatan tarif bea masuk sebelum kedua pihak sepakat di Jenewa pada bulan Mei untuk memangkas bea masuk sementara selama 90 hari dan memfasilitasi perundingan. Saat itu, tarif AS atas impor Tiongkok dipotong dari 145% menjadi 30%, sementara pungutan Tiongkok atas impor AS diturunkan dari 125% menjadi 10%.

    Tiongkok dan AS sejak itu berulang kali saling menuduh melanggar perjanjian Jenewa, dengan Washington mengatakan Beijing lambat menyetujui ekspor mineral penting tambahan ke AS, sementara Tiongkok mengkritik AS yang memberlakukan pembatasan baru pada visa pelajar Tiongkok dan pembatasan ekspor tambahan pada chip.

    Sekretaris Pers AS Karoline Leavitt pada hari Minggu mengatakan bahwa perundingan London akan fokus pada kemajuan perjanjian Jenewa, dengan mencatat kepentingan strategis kedua belah pihak di pasar masing-masing.

    (mij/mij)

  • Menanti Pertemuan Amerika-China, Harga Platinum Sentuh Level Tertinggi

    Menanti Pertemuan Amerika-China, Harga Platinum Sentuh Level Tertinggi

    Jakarta, Beritasatu.com – Pertemuan antara delegasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pihak China membawa harapan bagi investor. Banyak yang berharap pertemuan ini bisa meredakan perang dagang yang terjadi di antara dua negara dengan ekonomi terbesar tersebut.

    Harga beberapa logam pun mencatatkan kenaikan, salah satunya platinum yang naik 3% menjadi US$ 1.210,80 level tertinggi sejak Mei 2021. Harga spot perak naik 1% menjadi US$ 36,3 per ons, sementara paladium naik 2,3% menjadi US$ 1.070,97.

    “(Kenaikan harga platinum, red) ini didukung oleh kombinasi ekspektasi pasokan yang ketat, sentimen industri yang membaik, dan tindak lanjut teknis dari kenaikan harga logam mulia yang lebih luas,” kata pedagang logam mulia di Heraeus Metals Jerman, Alexander Zumpfe, seperti dilansir dari Reuters, Senin (9/6/2025).

    Data penggajian nonpertanian AS yang lebih kuat dari perkiraan, menyebabkan investor mengurangi ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga Federal Reserve tahun ini. Perhatian pasar kini beralih ke data CPI AS, yang akan dirilis pada hari Rabu untuk petunjuk lebih lanjut tentang jalur kebijakan moneter Fed.

    Sekadar informasi, pejabat tinggi AS dan China akan bertemu di London untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan meredakan sengketa perdagangan. Kedua negara adidaya tersebut memang telah berperan penting bagi rantai pasokan global.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Departemen Perdagangan, Jamieson Greer, akan mewakili Washington dalam pembicaraan tersebut. Namun, tidak jelas siapa yang akan mewakili China dalam pertemuan tersebut.

    Trump juga mengatakan, Presiden Tiongkok Xi Jinping telah setuju untuk memulai kembali ekspor mineral tanah jarang dan magnet ke AS. Ketika ditanya langsung oleh seorang reporter di Air Force One apakah Xi setuju kembali melakukan ekspor, Trump menjawab, “Ya, dia setuju. Kami sudah sangat maju dalam kesepakatan dengan China,”.

  • Pasar Saham Asia Sambut Positif Pertemuan Amerika-China

    Pasar Saham Asia Sambut Positif Pertemuan Amerika-China

    Tokyo, Beritasatu.com – Saham-saham di zona Asia melonjak, karena pasar Asia bereaksi terhadap data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dari perkiraan. Selain itu, kabar pertemuan antara Amerika dan China juga mendorong sentimen positif investor.

    Pada hari Senin, indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang (.MIAPJ0000PUS) naik 0,7%, dengan pasar Australia tutup untuk liburan. Indeks saham Nikkei Jepang (.N225  naik 0,9%. Hanya saja indeks berjangka Euro Stoxx 50 pan-regional menunjukkan penurunan.

    Dolar merosot 0,3% terhadap yen menjadi 144,46 menguat 0,9%. Mata uang tunggal Eropa, Euro, naik 0,2% pada hari itu di US$ 1,1417. Poundsterling diperdagangkan pada US$ 1,3553, naik 0,3%.

    Perwakilan dari Washington dan Beijing akan bertemu untuk pembicaraan terkait perang dagang dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Pembicaraan tersebut menyusul panggilan telepon yang dilakukan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping.

    “Kebijakan perdagangan akan tetap menjadi ketidakpastian makro yang besar,” kata Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com, seperti dilansir dari Reuters, Senin (9/6/2025).

    Pertumbuhan ekspor China melambat ke level terendah tiga bulanan pada bulan Mei. Sementara deflasi berada dalam level terburuknya dalam dua tahun.

    Meskipun demikian, optimisme perdagangan mengangkat saham China. Indeks Hang Seng Hong Kong (.HIS), naik 0,8%, menyentuh level 24.000 poin untuk pertama kalinya sejak 21 Maret. Indeks saham unggulan Tiongkok CSI300 (.CSI300), naik 0,2%.

    Perhatian kini beralih ke data inflasi AS yang akan memengaruhi ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. The Fed sedang dalam periode tidak aktif menjelang keputusan kebijakannya pada tanggal 18 Juni.

  • Daya Beli Tak Kunjung Pulih, China Deflasi Empat Bulan Beruntun

    Daya Beli Tak Kunjung Pulih, China Deflasi Empat Bulan Beruntun

    Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan deflasi di China berlanjut untuk bulan keempat berturut-turut, mencerminkan rapuhnya konsumsi domestik di tengah eskalasi perang harga yang kian agresif. Peningkatan belanja selama dua kali masa libur nasional Mei pun tak cukup untuk mengimbangi lemahnya permintaan.

    Data Biro Statistik Nasional China yang dikutip Bloomberg, Senin (9/6/2025), mencatat indeks harga konsumen (CPI) turun 0,1% secara tahunan (year on year/YoY) pada Mei, sejalan dengan penurunan di bulan sebelumnya dan sedikit lebih baik dari proyeksi penurunan 0,2% oleh konsensus ekonom Bloomberg.

    Deflasi harga produsen pun memperpanjang rekor negatifnya hingga bulan ke-32. Indeks harga produsen (PPI) terkontraksi 3,3% dibandingkan tahun sebelumnya — penurunan terdalam sejak hampir dua tahun terakhir.

    Kepala ahli statistik NBS Dong Lijuan menjelaskan bahwa penurunan tajam PPI dipengaruhi oleh basis harga tinggi pada tahun lalu serta turunnya harga minyak dan bahan kimia global. Di dalam negeri, kelebihan stok batu bara dan bahan baku turut memperdalam tekanan harga.

    Situasi ini semakin pelik karena kombinasi depresiasi harga properti dan kompetisi harga antarpelaku usaha yang makin tajam telah menggerus kepercayaan konsumen dan dunia usaha.

    Salah satu contoh terbaru, produsen mobil BYD Co. memangkas harga hingga 34% untuk hampir selusin model kendaraan listrik dan hibrida plug-in — menghidupkan kekhawatiran akan gelombang diskon baru yang dapat merusak margin produsen otomotif.

    Meski momentum belanja sempat membaik selama liburan awal dan akhir Mei, utamanya pada sektor jasa dan pariwisata, hal itu hanya memberi jeda sementara terhadap tekanan struktural yang lebih dalam.

    Risiko eksternal pun ikut membayangi, terutama dari ketegangan dagang dengan Amerika Serikat. Walau komunikasi antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping pekan lalu membuka ruang dialog, ketidakpastian tetap tinggi. Delegasi dagang kedua negara dijadwalkan bertemu di London pada Senin waktu setempat.

    Namun, dampak jangka pendek dari tarif AS terhadap lapangan kerja dan pendapatan berpotensi menghambat pemulihan daya beli masyarakat, memaksa pelaku usaha untuk terus menurunkan harga.

    Ekonom Morgan Stanley yang dipimpin Robin Xing memperingatkan bahwa tren deflasi justru akan memburuk dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi China bakal melambat tajam pada paruh kedua 2025, seiring melambatnya ekspor dan belanja konsumen.

    Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan inflasi konsumen China hanya akan rata-rata nol persen tahun ini — level terendah dari hampir 200 negara yang mereka pantau, sekaligus menjadi angka inflasi terlemah China sejak krisis keuangan global 2009.

    Survei manajer pembelian juga menunjukkan pelemahan harga output, baik di sektor manufaktur maupun jasa. Pada Mei, tingkat diskon di sektor jasa tercatat yang paling dalam dalam delapan bulan terakhir, menurut laporan Caixin dan S&P Global.

    Survei Bloomberg terbaru terhadap 67 ekonom mengindikasikan tekanan deflasi akan semakin dalam. Inflasi konsumen diproyeksikan hanya tumbuh 0,3% pada 2025 — prediksi terendah sejak survei dilakukan pada 2023. Sementara itu, PPI diperkirakan anjlok 2%, memburuk dari estimasi sebelumnya sebesar 1,8%.