Tag: Xi Jinping

  • Ramai-ramai Blokir Aplikasi China, Satu Dunia Dibikin Heboh

    Ramai-ramai Blokir Aplikasi China, Satu Dunia Dibikin Heboh

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lembaga Perlindungan Data Jerman meminta Apple dan Google untuk menghapus aplikasi buatan startup AI asal China, DeepSeek, dari toko aplikasi mereka di negara tersebut.

    DeepSeek sempat menghebohkan satu dunia karena kemampuannya yang menyerupai AI buatan AS, tetapi diklaim biaya pengembangannya jauh lebih murah. AS lantas menyebut DeepSeek diam-diam memanfaatkan teknologi AS yang dilarang di China, serta menuduh layanan tersebut digunakan sebagai ‘senjata’ kekuatan militer pemerintahan Xi Jinping.

    Komisioner Perlindungan Data Jerman, Meike Kamp, menyatakan bahwa permintaan ini diajukan karena DeepSeek secara ilegal menransfer data pribadi pengguna ke pemerintah China, dikutip dari Reuters, Senin (30/6/2025).

    Google dan Apple yang merupakan dua raksasa teknologi asal AS kini harus meninjau permintaan pemerintah Jerman dan memutuskan apakah akan memblokir aplikasi tersebut. Kantor Kamp belum menetapkan batas waktu yang spesifik untuk pemblokiran tersebut.

    Google menyatakan telah menerima pemberitahuan tersebut dan sedang meninjaunya. Sementara DeepSeek tidak memberikan komentar saat dimintai tanggapan, dan Apple juga belum memberikan pernyataan kepada Reuters.

    Menurut kebijakan privasinya, DeepSeek menyimpan berbagai data pribadi, seperti permintaan ke program AI-nya atau file yang diunggah pengguna, di server di China.

    “DeepSeek tidak dapat memberikan bukti yang meyakinkan kepada kamu bahwa data pengguna Jerman dilindungi di China setara dengan perlindungan data di Uni Eropa,” kata Kamp.

    Ia menambahkan bahwa otoritas China memiliki hak akses yang luas terhadap data pribadi yang berada dalam pengaruh perusahaan-perusahaan asal China.

    Kamp menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah meminta DeepSeek pada Mei lalu untuk memenuhi persyaratan transfer data ke luar Uni Eropa atau secara sukarela menarik aplikasinya. Namun, DeepSeek tidak mematuhi permintaan tersebut.

    Ramai-ramai Blokir DeepSeek

    Italia sudah lebih dulu memblokir aplikasi ini dari toko aplikasinya karena tidak adanya informasi yang cukup soal penggunaan data pribadi. Belanda pun telah melarang aplikasi ini di perangkat pemerintahan.

    Sementara itu, Belgia merekomendasikan para pejabatnya untuk tidak menggunakan DeepSeek.

    “Analisis lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengevaluasi langkah selanjutnya,” kata juru bicara pemerintah Belgia.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Kantongi Nama Pembeli TikTok, Yakin Bakal Direstui Xi Jinping

    Trump Kantongi Nama Pembeli TikTok, Yakin Bakal Direstui Xi Jinping

    Bisnis.com, JAKARTA— Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan dirinya telah mengantongi nama pembeli TikTok.

    Trump mengatakan bahwa pembeli tersebut merupakan orang yang sangat kaya dan identitasnya akan diumumkan dalam dua minggu ke depan.

    Dikutip dari laman Reuters pada Senin (30/6/2025) Trump menyebut kesepakatan ini kemungkinan besar memerlukan persetujuan dari pemerintah China. Dia pun meyakini Presiden China Xi Jinping akan memberikan lampu hijau.

    “Kami sudah punya pembeli untuk TikTok. Saya pikir ini perlu disetujui China. Saya rasa Presiden Xi kemungkinan akan menyetujuinya,” kata Trump. 

    Sebelumnya, Trump memperpanjang tenggat waktu hingga 17 September bagi ByteDance untuk melepaskan aset TikTok di AS. Pada awal tahun ini, sempat ada rencana untuk memisahkan operasional TikTok di AS menjadi entitas baru yang mayoritas dimiliki dan dijalankan oleh investor AS. 

    Namun, proses tersebut tertunda setelah China menolak memberikan persetujuan, menyusul kebijakan tarif tinggi yang diumumkan Trump terhadap barang-barang asal China.

    Undang-undang AS yang disahkan pada 2024 mewajibkan TikTok untuk menghentikan operasionalnya di AS pada 19 Januari 2025 apabila ByteDance belum menjual asetnya atau menunjukkan kemajuan signifikan dalam proses divestasi. Trump, yang mengklaim popularitas TikTok turut membantunya meraih dukungan pemilih muda dalam pemilu November lalu, telah memperpanjang tenggat tersebut sebanyak tiga kali.

    Terakhir, Trump memperpanjang jangka waktu pemblokiran TikTok hingga 19 Juni 2025. Perpanjangan tersebut sebelumnya  bertentangan dengan keinginan Kongres, yang meloloskan tindakan penjualan atau pelarangan tahun lalu. 

    Pendahulunya, mantan Presiden Joe Biden, segera menandatangani RUU tersebut menjadi undang-undang. 

    Undang-undang tersebut ditujukan untuk mengatasi kekhawatiran bahwa TikTok, yang memiliki 170 juta pengguna Amerika, dapat digunakan oleh Tiongkok sebagai alat untuk memata-matai dan memanipulasi politik. 

    Adapun undang-undang hanya mengizinkan satu kali penundaan selama 90 hari jika terdapat kemajuan signifikan dalam proses penyelesaian kesepakatan.

    Hingga saat ini, beberapa konsorsium telah mengajukan tawaran pembelian aset TikTok di AS. Salah satu kandidat terkuat adalah gabungan investor yang mencakup Oracle Corp., Blackstone Inc., dan Andreessen Horowitz. 

    Skema dalam proposal itu mencakup pengalihan 50% kepemilikan TikTok AS kepada investor baru, serta 30% kepada investor AS yang sudah ada di ByteDance, sehingga kepemilikan ByteDance akan ditekan di bawah 20%. 

    Dalam skema tersebut, Oracle juga akan memegang saham minoritas sekaligus memberikan jaminan keamanan data pengguna AS. 

    Namun, algoritma aplikasi TikTok tetap berada di bawah kendali pihak China, yang memungkinkan kesepakatan ini mendapat restu dari ByteDance maupun otoritas Beijing. 

    Kendati demikian, kesepakatan semacam ini berpotensi ditolak oleh anggota Kongres AS yang hawkish terhadap China, karena dianggap tetap memberi Beijing akses terhadap data warga AS dan bertentangan dengan ketentuan hukum yang melarang software dikuasai oleh entitas asal China.

  • Trump Tiba-tiba Minta Izin Xi Jinping, Blak-blakan Nasib China

    Trump Tiba-tiba Minta Izin Xi Jinping, Blak-blakan Nasib China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan telah menentukan nasib TikTok, aplikasi buatan ByteDance asal China, di negaranya. Namun, terlebih dulu pemerintahan Trump akan meminta izin dengan Presiden China Xi Jinping agar rencana itu bisa dilakukan.

    Dalam sebuah wawanccara dengan Fox News, Trump menjelaskan sudah ada pihak yang akan membeli TikTok di AS. Ia tak mengungkap siapa sosoknya, namun hanya menggambarkannya sebagai ‘orang-orang yang sangat kaya’.

    Identitas pembeli itu dipekirakan akan diungkap dalam waktu dua minggu ke depan, dikutip dari Reuters, Senin (30/6/2025).

    Trump mengatakan kesepakatan itu mungkin butuh izin China, yang diperkirakan akan segera disetujui oleh Xi Jinping.

    Pada masa kepemimpinan Joe Biden, pemerintah AS memaksa TikTok harus lepas dari induknya di China dan dijual ke entitas di AS. Jika tidak, maka aplikasi akan diblokir permanen pada 9 Januari 2025 lalu.

    Trump, yang kemudian mengambil alih jabatan Biden, memuji TikTok dan memutuskan memperpanjang proses negosiasi sebelum mengambil langkah blokir. Trump menyebut TikTok meningkatkan dukungannya di kalangan pemilih muda dalam pemilu presiden tahun lalu.

    Sejak tenggat 9 Januari 2025, Trump telah memperpanjang batas divestasi TikTok hingga tiga kali. Terbaru pada awal bulan ini, Trump kembali memperpanjang tenggat untuk ByteDance dalam melepaskan aset TikTok di AS.

    Reuters melaporkan kesepakatan pemisahan operasi itu telah ditetapkan beberapa saat lalu. Mayoritas saham dan pengoperasiannya akan dilakukan oleh investor AS.

    Namun kesepakatan kembali ditunda. China mengindikasikan tidak akan menyetujuinya setelah Trump membebankan tarif tinggi untuk barang-barang impor dari China. 

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sepakat dengan AS, China akan Percepat Ekspor Mineral Tanah Jarang ke Amerika

    Sepakat dengan AS, China akan Percepat Ekspor Mineral Tanah Jarang ke Amerika

    JAKARTA – Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent mengatakan AS dan China telah menyelesaikan masalah seputar pengiriman mineral tanah jarang dan magnet ke Amerika.

    Sebagai bagian dari pembalasan terhadap tarif baru AS, China menangguhkan ekspor berbagai mineral dan magnet penting, yang mengacaukan rantai pasokan yang penting bagi produsen mobil, produsen kedirgantaraan, perusahaan semikonduktor, dan kontraktor militer di seluruh dunia.

    Selama perundingan dagang AS-Tiongkok pada Mei di Jenewa, Beijing berkomitmen untuk mencabut tindakan yang diberlakukan sejak 2 April, tetapi bahan-bahan penting tersebut tidak bergerak secepat yang disepakati sehingga AS menerapkan tindakan balasan.

    “Saya yakin sekarang bahwa kita — seperti yang disepakati, magnet akan mengalir,” kata Bessent dalam wawancara dengan Fox Business Network dilansir Reuters, Sabtu, 28 Juni.

    Upaya untuk menyelesaikan perselisihan tersebut termasuk panggilan telepon antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang membuat tim dari kedua belah pihak bertemu lagi di London, saat para negosiator mencoba mengakhiri perang dagang antara ekonomi terbesar di dunia.

    Trump mengatakan pada Kamis, Amerika Serikat telah menandatangani kesepakatan dengan China pada hari sebelumnya, tetapi tidak memberikan rinciannya.

    Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat telah mencapai kesepakatan dengan China tentang cara mempercepat pengiriman tanah jarang ke AS.

    “Pemerintah dan Tiongkok sepakat untuk melakukan kesepahaman tambahan untuk kerangka kerja guna mengimplementasikan perjanjian Jenewa yang melibatkan percepatan pengiriman mereka ke AS,” kata pejabat itu.

    Kementerian perdagangan China mengatakan kedua negara telah mengonfirmasi rincian tentang kerangka kerja implementasi konsensus pembicaraan perdagangan Jenewa.

    China akan menyetujui aplikasi ekspor barang-barang yang dikendalikan sesuai dengan hukum. Tidak disebutkan tentang tanah jarang.

    Tiongkok memiliki pembatasan penggunaan ganda pada tanah jarang yang dianggapnya “sangat serius” dan telah memeriksa pembeli untuk memastikan bahan-bahan tersebut tidak dialihkan untuk keperluan militer AS, menurut sumber industri.

    Hal ini telah memperlambat proses perizinan.

    Kesepakatan Jenewa itu goyah karena pembatasan ekspor mineral penting oleh Tiongkok, yang mendorong pemerintahan Trump untuk menanggapinya dengan kontrol ekspornya sendiri yang mencegah pengiriman perangkat lunak desain semikonduktor, pesawat terbang, dan barang-barang lainnya ke Tiongkok.

     

    Pada awal Juni, Reuters melaporkan China telah memberikan lisensi ekspor sementara kepada pemasok logam tanah jarang dari tiga produsen mobil teratas AS, menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut, karena gangguan rantai pasokan mulai muncul.

    Kemudian pada bulan itu, Trump mengatakan ada kesepakatan dengan China di mana Beijing akan memasok magnet dan mineral tanah jarang sementara AS akan mengizinkan mahasiswa Tiongkok di perguruan tinggi dan universitasnya.

    Meskipun kesepakatan itu menunjukkan potensi kemajuan setelah berbulan-bulan ketidakpastian dan gangguan perdagangan sejak Trump menjabat pada Januari, hal itu juga menggarisbawahi jalan panjang menuju kesepakatan perdagangan final dan definitif antara kedua rival ekonomi tersebut.

  • Sempat Hampir Bangkrut, Raja E-Commerce China Ini Bangkit

    Sempat Hampir Bangkrut, Raja E-Commerce China Ini Bangkit

    Jakarta, CNBC Indonesia – Alibaba, raksasa e-commerce China yang sempat terancam bangkrut akibat dihantam persaingan sengit dengan pemain e-commerce baru seperti PDD Holdings, berhasil merangkak bangkit.

    Belum lagi, ketegangan antara pendiri Alibaba Jack Ma dan pemerintah China juga berdampak pada hilangnya arah perusahaan dalam beberapa waktu. Bahkan, sempat terjadi restrukturisasi besar-besaran dan berakibat pada hengkangnya para petinggi Alibaba.

    Tetapi, Alibaba pelan-pelan mulai bangkit, seiring dengan membaiknya hubungan pemerintahan Xi Jinping dengan Jack Ma. Mantan orang terkaya nomor 1 di China tersebut juga beberapa kali sudah terlihat di China, setelah lama melalang buana.

    Alibaba juga mulai kencang menggarap sistem kecerdasan buatan (AI), bahkan berkolaborasi dengan Apple untuk membawa Apple Intelligence ke iPhone yang dijual di China.

    Terbaru, Alibaba mengumumkan kemitraan dengan platform konten populer RedNote yang merupakan pesaing Instagram dan TikTok. Kemitraan itu memungkinkan pengguna RedNote mengklik langsung tautan produk untuk berbelanja di Taobao, platform milik Alibaba.

    Dengan kolaborasi Alibaba dan RedNote (Xiaohongshu di China), pengalaman belanja pengguna akan lebih mudah dengan integrasi aplikasi-ke-aplikasi yang lebih seamless.

    “Menggabungkan keahlian e-commerce Taobao dan Tmall dengan kekuatan konten gaya hidup Xiaohongshu akan membantu masing-masing perusahaan menjangkau konsumen secara lebih efektif,” kata Liu Bo, VP Alibaba Group dan Presiden Tmall, dikutip dari Reuters, Kamis (8/5/2025).

    Keputusan kerjasama strategis antara Alibaba dan RedNote terjadi saat raksasa e-commerce China sedang berebut pangsa pasar di tengah melemahnya daya beli konsumen karena ketidakpastian ekonomi.

    Perang ritel kini pelan-pelan mengarah ke ruang ‘ritel instan’ seperti pengiriman makanan, serta pengiriman barang dalam waktu singkat. Alibaba mengekspansi layanan pengiriman singkat di bawah satu jam untuk barang elektronik dan baju di platformnya.

    Selama ini, pasar ritel instan di China dikuasai oleh raksasa pengiriman makanan Meituan. Layanan Ele.me milik Alibaba berada di urutan kedua.

    Pada Februari lalu, raksasa e-commerce China lainnya, JD.com, mulai membawa layanan pengiriman makanan di platformnya dengan nama ‘JD Takeaway’.

    JD.com mengatakan pada April lalu bahwa perusahaan akan menggelontorkan lebih dari 10 miliar yuan dalam tahun ini untuk mengembangkan ritel instan. Pada pekan ini, Alibaba mengatakan telah menyelesaikan 10 juta pemesanan ritel instan dalam 5 hari.

    Fungsi aplikasi-ke-aplikasi antara Taobao dan RedNote merupakan bagian untuk menggenjot pertumbuhan ritel instan. Programnya fokus pada barang konsumen dan produk kesehatan yang bergerak cepat.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Makin Canggih, Cara Baru Xi Jinping Awasi Warga China

    Makin Canggih, Cara Baru Xi Jinping Awasi Warga China

    Beijing

    Netizen di China diawasi ketat oleh pemerintah dan tampaknya, akan lebih ketat lagi. Saat ini, dengan pemeriksaan identitas wajib di setiap platform online, hampir mustahil bagi pengguna internet di Negeri Tirai Bambu itu untuk tetap anonim.

    Namun, dunia maya yang dimoderasi secara ketat ini akan menghadapi kontrol yang lebih ketat lagi dengan diperkenalkannya ID internet nasional yang dikeluarkan negara.

    Selama ini, individu menyerahkan informasi pribadi untuk pemeriksaan identitas secara terpisah di setiap platform. Nah, pemerintah kini berupaya memusatkan proses tersebut dengan menerbitkan ID virtual tunggal yang bisa dipakai mengakses berbagai aplikasi media sosial dan situs.

    Aturan untuk sistem baru tersebut, yang saat ini sukarela, dirilis akhir Mei dan akan diterapkan pertengahan Juli. Sistem ini katanya bertujuan untuk melindungi informasi identitas warga negara dan mendukung perkembangan ekonomi digital yang sehat dan teratur.

    Namun ahli khawatir kebijakan baru ini kian mengikis kebebasan berekspresi yang sudah terbatas, memaksa netizen melepas lebih banyak kendali pada negara. Sejak Xi Jinping berkuasa tahun 2012, China makin memperketat cengkeraman ruang digital.

    Ada pasukan sensor untuk menghapus unggahan, menangguhkan akun, dan membantu pihak berwenang mengidentifikasi kritikus, serta meredam perbedaan pendapat sebelum memperoleh dukungan.

    Saat konsultasi publik, proposal tersebut menghadapi reaksi keras dari profesor hukum, pakar HAM, dan pengguna internet. Namun, aturan yang difinalisasi sebagian besar tetap mirip dengan rancangannya.

    “Ini adalah sistem identitas terpadu yang dipimpin negara yang mampu memantau dan memblokir pengguna secara real time,” kata Xiao Qiang, peneliti kebebasan internet di University of California, Berkeley.

    “Sistem ini dapat langsung menghapus suara-suara yang tidak disukai dari internet, jadi ini lebih dari sekadar alat pengawasan, ini adalah infrastruktur totalitarianisme digital,” imbuhnya yang dikutip detikINET dari CNN, Jumat (27/6/2025).

    Xiao memperingatkan bahwa sistem terpusat yang menggunakan ID internet dapat mempermudah pemerintah untuk menghapus keberadaan pengguna di beberapa platform sekaligus.

    Shane Yi, peneliti di China Human Rights Defenders, sepakat. “Sistem ini memberi pemerintah kekuasaan lebih luas untuk melakukan apa yang mereka inginkan saat merasa perlu di internet, karena otoritas dapat melacak seluruh jejak digital pengguna dari titik nol,” katanya.

    Media pemerintah China menggembar-gemborkan sistem tersebut mampu mengurangi risiko kebocoran data pribadi. Menurut Xinhua, lebih dari enam juta orang telah mendaftar dari total netizen yang diperkirakan lebih dari satu miliar.

    Pejabat keamanan siber mengatakan ke Xinhua bahwa layanan ID internet sepenuhnya sukarela, tapi pemerintah mendorong berbagai industri dan sektor berintegrasi dengannya. “Tujuannya menyediakan sarana verifikasi identitas yang aman, nyaman, berwibawa, dan efisien bagi individu, untuk mendukung pengembangan ekonomi digital,” cetusnya.

    (fyk/hps)

  • RI Mau Tiru Jurus China Hapus Kemiskinan

    RI Mau Tiru Jurus China Hapus Kemiskinan

    Jakarta

    Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono menyoroti tentang cara Presiden China Xi Jinping menangani kemiskinan di Negara Tirai Bambu itu. Kini, China telah berhasil menghilangkan kemiskinan yang jumlahnya hampir 200 juta jiwa.

    Ferry mengatakan, salah satu rahasia keberhasilan China ialah dengan mengandalkan database desa yang presisi dan akurat. Dengan dukungan dari penanganan dan tindak lanjut yang tepat, China pun berhasil menangani kemiskinan.

    “Pada periode awal pemerintahannya, beliau menghabiskan waktu 18 bulan hanya untuk menyelesaikan database desa yang presisi. Sehingga, dari database yang akurat, Presiden Xi Jinping melakukan treatment yang tepat dan bisa menghilangkan kemiskinan di China jumlahnya hampir 200 juta jiwa,” kata Ferry, dalam acara Indonesia Digital Forum, di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Senin (23/6/2025).

    Belajar dari strategi tersebut, menurut Ferry Indonesia perlu mengimplementasikan aksi serupa. Indonesia dapat memanfaatkan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pembentukan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih yang sudah terbentuk saat ini untuk menyempurnakan database desa.

    “Mumpung kita sekarang, kami di Satgas ada 18 kementerian/lembaga (KL), terlibat gubernur, bupati, wali kota, kita mau juga sekaligus menyempurnakan database desa yang akurat untuk bisa sekaligus di-insert dalam kegiatan Kopdes Merah Putih,” jelasnya.

    Ferry mengatakan, Kopdes Merah Putih merupakan salah satu gagasan besar yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Gagasan ini berangkat dari keberadaan koperasi di Tanah Air yang tertinggal jauh dengan perusahaan pelat merah hingga swasta.

    Selain karena posisi koperasi yang tertinggal jauh, menurutnya ada sejumlah tujuan lainnya yang disasar Prabowo dengan pembentukan Kopdes Merah Putih ini. Pertama, karena desa merupakan lokasi di Indonesia yang paling banyak kantong kemiskinan.

    Lalu yang kedua, desa menjadi tempat maraknya praktek rentenir, pinjaman online (pinjol) ilegal, hingga tengkulak maupun perantara yang mengambil terlalu banyak keuntungan dari panjangnya mata rantai distribusi. Ditambah lagi, di sana juga tidak tersedia lapangan pekerjaan yang memadai.

    Saat ini, Kementerian Koperasi telah menyelesaikan pembentukan 80 ribu Kopdes Merah Putih. Dalam rencana besarnya, ditargetkan Kopdes Merah Putih dapat operasional secara serentak pada Oktober 2025.

    “Gagasan politik presiden sudah menjadi keputusan politik negara dan sudah terbentuk 80 ribu (Kopdes Merah Putih). Ini adalah peristiwa yang menurut pendapat saya pribadi sejarah buat kita. Kesempatan buat kita untuk bisa menghilangkan kemiskinan, bisa menghidupkan lagi kegiatan di pedesaan,” kata dia.

    (shc/kil)

  • Makin Ngeri, Begini Cara Xi Jinping Bungkam Warga China

    Makin Ngeri, Begini Cara Xi Jinping Bungkam Warga China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah China kembali mengencangkan kontrol terhadap ruang digital. Terbaru, China menerapkan sistem Internet ID Nasional, sebuah identitas online terpusat yang diklaim sukarela.

    Namun demikian, banyak yang menilai kalau program ini menjadi senjata baru untuk membungkam kebebasan berekspresi warga.

    Dengan sistem ini, warga tak perlu lagi melakukan verifikasi identitas di tiap platform media sosial secara terpisah.

    Sebagai gantinya, mereka cukup memiliki satu ID internet nasional yang berlaku lintas aplikasi dan situs web. Otoritas menyebut sistem ini akan diterapkan mulai pertengahan Juli 2025.

    Dalam pernyataan resminya, pemerintah menyebut sistem ini bertujuan untuk melindungi informasi identitas warga, dan mendukung pembangunan ekonomi digital yang sehat dan tertib.

    Namun para pakar menilai sebaliknya. Mereka memperingatkan bahwa sistem ini justru membuka pintu lebih lebar bagi negara untuk mengawasi, melacak, bahkan menghapus suara-suara kritis dari ruang maya.

    “Ini adalah sistem identitas terpadu yang dipimpin negara, mampu memantau dan memblokir pengguna secara real-time,” kata Xiao Qiang, peneliti kebebasan internet dari University of California, Berkeley, dikutip dari CNN International, Senin (23/6/2025).

    “Ini bisa langsung menghapus suara-suara yang tak disukai dari internet. Jadi ini lebih dari sekadar alat pengawasan, ini adalah infrastruktur totalitarianisme digital.”

    Sebelumnya, kendali terhadap internet di China tersebar di berbagai lembaga, dengan platform media sosial seperti WeChat atau Weibo ikut bertanggung jawab menyaring konten ‘bermasalah’.

    Dengan sistem baru ini, pemerintah bisa langsung menghapus jejak digital pengguna dari berbagai platform sekaligus.

    Shane Yi dari lembaga advokasi China Human Rights Defenders mengamini kekhawatiran tersebut.

    “Pemerintah kini punya kekuatan untuk melakukan apapun yang mereka inginkan saat mereka anggap perlu. Mereka bisa melacak jejak digital seseorang dari titik nol,” ujarnya.

    Di dalam negeri, media pemerintah menyebut sistem Internet ID ini sebagai rompi anti peluru untuk informasi pribadi.

    Xinhua bahkan mengklaim lebih dari 6 juta orang telah mendaftar, dari total populasi pengguna internet China yang melebihi 1 miliar orang.

    Seorang pejabat dari Kementerian Keamanan Publik mengatakan kepada Xinhua bahwa layanan ID ini “sifatnya sukarela”, namun pemerintah mendorong semua sektor untuk mengadopsinya.

    “Tujuannya adalah memberi cara otentikasi identitas yang aman, nyaman, otoritatif, dan efisien untuk mendukung ekonomi digital,” ujarnya.

    Sejumlah akademisi pun mempertanyakan seberapa ‘sukarela’ sistem ini. Haochen Sun, profesor hukum dari University of Hong Kong, mengingatkan sistem ini bisa secara perlahan menjadi kewajiban de facto bagi semua pengguna internet di China.

    “Pemerintah bisa mempromosikan sistem ini dengan berbagai insentif, dan masyarakat akan merasa sulit untuk tidak ikut serta,” katanya.

    Ia juga mengingatkan risiko besar kebocoran data karena semua informasi pribadi dikumpulkan secara terpusat.

    “Sistem nasional yang terpusat menciptakan titik rentan tunggal, yang sangat menarik bagi peretas atau aktor asing yang bermusuhan,” ujar Sun.

    Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Pada 2022 lalu, kebocoran data besar terjadi di China saat basis data kepolisian yang memuat informasi pribadi 1 miliar warga bocor ke internet.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • China Pantau Ketat Aktivitas Warga di Internet, Wajib Punya ID Khusus

    China Pantau Ketat Aktivitas Warga di Internet, Wajib Punya ID Khusus

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah China makin memperkuat pengawasan aktivitas internet bagi masyarakatnya. Pengguna akun anonim di media sosial kini bahkan hampir mustahil muncul di tengah-tengah masyarakat China.

    Dilansir CNN Indonesia, pemerintah China bahkan kini mau memperkenalkan identitas internet nasional atau national internet ID, sebagai penguatan pengawasan penggunaan platform digital bagi masyarakatnya.

    Sistem ID internet nasional ini berbeda dari kewajiban pemeriksaan identitas sebelumnya, yang dimandatkan kepada masyarakat tat kala ingin berselancar di dunia maya.

    Alih-alih mengharuskan setiap warga menyerahkan informasi pribadi mereka untuk pemeriksaan identitas secara terpisah di setiap platform, pemerintah sekarang berupaya memusatkan proses dengan menerbitkan ID virtual yang akan memungkinkan pengguna untuk masuk di berbagai aplikasi media sosial dan situs web.

    Peraturan untuk sistem baru tersebut, telah dirilis pada akhir Mei dan akan diterapkan pada 15 Juli 2025. Peraturan Nomor 173 itu ditandatangani Menteri Keamanan Publik China, Direktur Administrasi Ruang Siber China, Menteri Urusan Sipil China, Menteri Pariwisata dan Budaya China, Direktur Komisi Kesehatan Nasional, serta Direktur Administrasi Radio dan Televisi Negara.

    Dalam peraturan itu disebutkan bahwa sistem ini bertujuan untuk “melindungi informasi identitas warga negara, dan mendukung perkembangan ekonomi digital yang sehat dan teratur”.

    Para ahli di China mengemukakan kekhawatiran bahwa kebijakan baru tersebut akan semakin mengikis kebebasan berekspresi yang sudah terbatas dengan memaksa pengguna internet menyerahkan lebih banyak kendali kepada negara.

    Terutama karena, sejak Presiden China Xi Jinping berkuasa pada 2012, negara itu semakin memperketat cengkeramannya pada ruang digital melalui pembentukan pasukan penyensor.

    Pasukan sensor ini dikerahkan sepanjang waktu. Mereka menghapus unggahan, menangguhkan akun, dan membantu pihak berwenang mengidentifikasi para pengkritik, serta meredam tanda-tanda perbedaan pendapat sebelum hal itu dapat menyebar luas.

    Foto: Warga beraktivitas di Kota Shanghai, China, Senin (29/5/2023). (AFP via Getty Images)

    Selama konsultasi publik selama setahun terakhir, proposal aturan terbaru ini menghadapi reaksi keras dari para profesor hukum, pakar hak asasi manusia, dan beberapa pengguna internet. Namun, aturan yang telah difinalisasi sebagian besar tetap mirip dengan rancangannya.

    “Ini adalah sistem identitas terpadu yang dipimpin negara yang mampu memantau dan memblokir pengguna secara real-time,” kata Xiao Qiang, seorang ilmuwan yang mempelajari kebebasan internet di University of California, Berkeley.

    “Sistem ini dapat langsung menghapus suara-suara yang tidak disukainya dari internet, jadi sistem ini lebih dari sekadar alat pengawasan – sistem ini adalah infrastruktur totalitarianisme digital,” ucapnya.

    Xiao memperingatkan bahwa sistem terpusat yang menggunakan ID internet dapat mempermudah pemerintah untuk menghapus keberadaan pengguna di beberapa platform sekaligus.

    Shane Yi, seorang peneliti di China Human Rights Defenders, sebuah kelompok advokasi, menyuarakan kekhawatiran Xiao. Sistem tersebut memberi pemerintah Tiongkok kewenangan lebih luas untuk “melakukan apa pun yang mereka inginkan saat mereka merasa perlu” di internet, karena pihak berwenang dapat melacak seluruh jejak digital pengguna “dari titik nol”.

    FILE PHOTO: Icons of WeChat and Weibo apps are seen on a smartphone in this picture illustration taken December 5, 2013. REUTERS/Petar Kujundzic/Illustration/File Photo

    Media milik pemerintah China menyebut ID internet sebagai “rompi antipeluru untuk informasi pribadi” dan menggembar-gemborkan sistem tersebut mampu mengurangi risiko kebocoran data pribadi.

    Menurut media pemerintah China, Xinhua, pada bulan lalu, saat ini lebih dari enam juta orang telah mendaftar untuk mendapatkan ID tersebut, dari total populasi daring yang diperkirakan lebih dari satu miliar.

    Seorang pejabat keamanan siber dari Kementerian Keamanan Publik mengatakan kepada Xinhua bahwa layanan ID internet ini sepenuhnya “sukarela,” tetapi pemerintah mendorong berbagai industri dan sektor untuk berintegrasi dengannya.

    “Tujuannya adalah untuk menyediakan sarana verifikasi identitas yang aman, nyaman, berwibawa, dan efisien bagi individu, dalam mendukung pengembangan ekonomi digital,” kata orang tersebut.

    Namun para ahli juga mempertanyakan seberapa sukarela sistem tersebut sebenarnya dan menyoroti risiko potensi pelanggaran data, karena informasi pribadi sekarang dikumpulkan secara terpusat.

    Haochen Sun, seorang profesor hukum di Universitas Hong Kong, mengatakan, meskipun undang-undang tersebut menyajikan sistem ID nasional sebagai sesuatu yang sukarela, namun dapat secara bertahap berubah menjadi sistem yang mungkin sulit bagi pengguna untuk tidak ikut serta.

    “Jika pemerintah ingin mempromosikan sistem verifikasi identitas internet ini, mereka dapat melakukannya melalui berbagai cara, terutama dengan mendorong masyarakat untuk mengadopsinya dan menawarkan berbagai kemudahan sebagai imbalannya,” katanya.

    Sun juga mengemukakan kekhawatiran tentang meningkatnya risiko kebocoran data.

    “Platform terpusat dan berskala nasional pada dasarnya menciptakan satu titik kerentanan, sehingga menjadi target yang menarik bagi para peretas atau aktor asing yang bermusuhan,” katanya.

    Pelanggaran data pemerintah telah terjadi di seluruh dunia. Salah satu insiden penting di Tiongkok melibatkan kebocoran basis data kepolisian yang berisi informasi pribadi satu miliar warga negara secara daring pada 2022.

    Kritik dibungkam

    Meskipun masih dalam tahap uji coba pemberlakuan, para kritikus peraturan baru ini telah dibungkam oleh pemerintah. Salah satu korbannya ialah Lao Dongyan, seorang profesor hukum terkemuka di Universitas Tsinghua.

    Lao mengkritik peraturan baru yang diusulkan oleh wakil direktur polisi siber China, Jia Xiaoliang, itu di platform medsos China, Weibo. Lao menyandingkan penerapan sistem tersebut seperti “memasang perangkat pengawasan pada setiap aktivitas online individu”.

    Postingannya itu lalu dalam waktu singkat terhapus dari platform Wibo, dan akunnya kemudian ditangguhkan dari posting selama tiga bulan, karena dianggap “melanggar aturan.”

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Rusia Peringatkan Israel Bisa Ciptakan ‘Bencana Chernobyl’ di Iran

    Rusia Peringatkan Israel Bisa Ciptakan ‘Bencana Chernobyl’ di Iran

    Jakarta

    Kepala Rosatom, perusahaan energi nuklir Rusia, memperingatkan Israel bahwa serangannya terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr milik Iran dapat menyebabkan bencana seperti Chernobyl.

    Seorang juru bicara militer Israel mengatakan, pihaknya telah menyerang situs tersebut. Namun pejabat militer Israel lainnya menyebut pernyataan ini adalah sebuah kesalahan. Ia tidak membenarkan maupun membantah bahwa situs Bushehr di pesisir Teluk telah diserang.

    Bushehr adalah satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir Iran yang beroperasi dan dibangun Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (19/6) mengatakan, Israel telah berjanji kepada Rusia bahwa pekerja Moskow, yang sedang membangun lebih banyak fasilitas nuklir di lokasi Bushehr, akan aman, bahkan saat Israel mencoba melemahkan kemampuan nuklir Iran dengan kekerasan.

    Kepala Rosatom, Alexei Likhachev, memperingatkan bahwa situasi di sekitar fasilitas itu penuh dengan risiko. Likhachev mengacu pada bencana nuklir terburuk di dunia pada 1986, ketika sebuah reaktor meledak di Chernobyl di Soviet Ukraina.

    “Jika terjadi pemogokan pada unit daya operasional pertama, itu akan menjadi bencana yang sebanding dengan Chernobyl,” kata Likhachev seperti dikutip dari Reuters.

    “Serangan terhadap Bushehr akan menjadi sangat… jahat,” imbuh Likhachev.

    Saat ini Rusia telah mengevakuasi sejumlah spesialisnya dari Bushehr. Namun tenaga kerja inti, yang menurut Putin berjumlah ratusan orang, tetap berada di lokasi.

    “Kami siap menghadapi skenario apa pun, termasuk evakuasi cepat semua karyawan kami,” kata Likhachev.

    Sementara itu, Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir tidak dapat diterima dan ilegal.

    “Kami khususnya prihatin dengan keselamatan pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr, yang dalam pengoperasiannya melibatkan spesialis Rusia,” katanya.

    “Kami ingin secara khusus memperingatkan Washington (Amerika Serikat) agar tidak melakukan intervensi militer dalam situasi ini, yang akan menjadi langkah yang sangat berbahaya dengan konsekuensi negatif yang benar-benar tidak dapat diprediksi,” imbuh Zakharova.

    Putin, dalam komentarnya pada Kamis (19/6) pagi, bersikap defensif ketika ditanya apa lagi yang akan dilakukan Moskow untuk membantu Teheran.

    Ia mengatakan bahwa Teheran tidak meminta bantuan militer, bahwa hubungan mereka kuat, dan bahwa kehadiran pekerja Rusia yang terus membangun lebih banyak fasilitas nuklir di Bushehr menunjukkan dukungan Rusia terhadap Iran.

    Namun Putin juga menekankan pentingnya hubungan Rusia dengan Israel, meskipun ia kemudian mengutuk perilaku Israel melalui panggilan telepon dengan Presiden Cina Xi Jinping. Ia pun mengatakan yakin bahwa solusi diplomatik yang memuaskan kekhawatiran Israel tentang keamanannya sendiri dan Iran, dapat ditemukan.

    Rusia menandatangani kemitraan strategis dengan Iran pada Januari dan memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, meskipun hubungan tersebut kini tegang. Tawaran Rusia untuk menjadi penengah dalam konflik Israel-Iran sejauh ini belum ditanggapi.

    Mikhail Bogdanov, wakil menteri luar negeri Rusia lainnya, mundur pada Kamis (19/6) ketika ditanya oleh Reuters tentang kemungkinan AS bergabung dalam perang Israel dengan Iran.

    “Tuhan melarang, akibatnya akan sulit diprediksi,” katanya.

    (rns/afr)