Tag: William Sabandar

  • Dari IES 2025, Arsjad Rasjid siapkan Indonesia untuk lonjakan ekonomi menuju 2045

    Dari IES 2025, Arsjad Rasjid siapkan Indonesia untuk lonjakan ekonomi menuju 2045

    Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.

    Dari IES 2025, Arsjad Rasjid siapkan Indonesia untuk lonjakan ekonomi menuju 2045
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 12 Februari 2025 – 19:56 WIB

    Elshinta.com – Indonesia sebagai salah satu perekonomian terbesar dikawasan Asia Tenggara menurut pengusaha Arsjad Rasjid berada digaris terdepan untuk mendorong sinergi lintas sektor, investasi strategis dan adopsi teknologi inovatif.

    “Atas dasar hal tersebut guna mendorong kolaborasi antara pelaku bisnis nasional, internasional dan pengambil kebijakan serta memposisikan Indonesia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dikawasan, Indonesia Business Council (IBC) akan menggelar forum tingkat internasional yang dinamakan Indonesia Economic Summit (IES) 2025,” ujar Ketua Dewan Pengawas IBC Arsjad Rasjid dalam keterangannya di Shangri-La, Jakarta pada Rabu (12/2).

    Arsjad Rasjid pun menambahkan, IES 2025 yang akan digelar pada 18 sampai 19 Februari 2025 di Hotel Shangri-La, Jakarta mengambil tema “The New Era of High Growth and Prosperity”.

    Menurut Arsjad IES 2025 dirancang sebagai wadah bagi pelaku usaha dan pembuat kebijakan untuk membahas strategi konkret dalam menavigasi tantangan global seperti investasi, manufaktur, energi berkelanjutan, talenta, inovasi dan keuangan.

    “Pertumbuhan ekonomi Indonesia membutuhkan kemitraan yang erat lintas sektor. Keselarasan kebijakan publik, swasta dan masyarakat menjadi kunci tercapainya pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan,” lanjut Arsjad.

    Menurut Arsjad IES 2025 dapat menjadi wadah untuk merumuskan dan mempercepat implementasi kebijakan yang pro-investasi dan pro-pertumbuhan ekonomi. Arsjad pun mengungkapkan, IES 2025 akan menghadirkan pemimpin bisnis, pengambil kebijakan dan pemikir global sebagai pembicara yang akan membahas strategi-strategi pertumbuhan yang efektif ditengah dinamika situasi geopolitik saat ini. Adapun diantara para tokoh yang diagendakan hadir antara lain, Co-founder Air Asia Tony Fernandes, CEO and Co-founder Silicon Box Byung Joon Han serta Co-founder dan CEO Paragon Group Harman Subakat.

    Selain itu diagendakan akan hadir pula Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, mantan Wakil Presiden RI Boediono, Founder Arsari Group Hashim Djojohadikusumo, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P Roeslani, Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu dan Ketua umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie.

    Sementara itu, COO IBC William Sabandar mengatakan, IES 2025 menawarkan program-program yang akan membahas berbagai topik penting. Diantara topik penting tersebut meliputi industrialisasi, kebijakan fiskal dan moneter, investasi, ketahanan pangan, transisi energi, diversifikasi perdagangan dan pengembangan talenta manusia. 

    Selain itu, akan ada beberapa sesi round table untuk mempertemukan para pemimpin bisnis dan mitra strategis guna mendiskusikan kolaborasi bisnis dan investasi di Indonesia. “IES akan diselenggarakan setiap tahun untuk mendorong kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah. Penyelenggaraan IES yang pertama secara khusus akan memberikan pandangan mendalam mengenai kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia yang baru,” jelas William. 

    Informasi resmi yang dibagikan kepanitiaan IES menyebutkan, hingga saat ini 100 pembicara nasional dan internasional telah mengkonfirmasi kehadirannya di IES 2025. Pembicara tersebut berasal dari Indonesia, China, Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Arab Saudi, Australia, Korea Selatan, Perancis, India, Jepang, Malaysia, Vietnam, dan Inggris. 

    Selain itu, lebih dari 1.000 pemimpin bisnis akan berpartisipasi di IES 2025. “IBC mengundang berbagai mitra, asosiasi perdagangan dan industri, perwakilan pemerintah asing, serta pemangku kepentingan lainnya untuk bergabung dalam forum ini,” ungkap William. 

    Selain program utama, peserta lanjut William dapat memanfaatkan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para pemimpin bisnis dan pejabat tinggi pemerintah.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Ketidakpastian Global Menghantui, Airlangga Berharap Pertumbuhan Ekonomi Dapat Terjaga

    Ketidakpastian Global Menghantui, Airlangga Berharap Pertumbuhan Ekonomi Dapat Terjaga

    JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ungkapkan di tahun ini, Indonesia masih menghadapi sejumlah risiko dan ketidakpastian, seperti volatilitas harga komoditas, suku bunga tinggi di negara maju seperti Amerika Serikat, serta pertumbuhan ekonomi China yang masih di bawah ekspektasi.

    “Kita juga menghadapi tantangan perubahan iklim yang kita saksikan di banyak belahan dunia. Dengan ini, prospek ekonomi global diperkirakan masih di bawah level COVID, sekitar 3,2 persen. Tapi Indonesia masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi,” kata Airlangga dalam Indonesian Business Council (IBC) Business Competitiveness Outlook 2025, Senin, 13 Januari.

    Menurut Airlangga pemerintah berharap dapat menjaga pertumbuhan ekonomi seperti tahun lalu di sekitar 5 persen jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand sekitar 3 persen, dan Korea Selatan 1,5 persen, maka Indonesia masih menjaga pertumbuhan yang baik.

    “Kalau kita lihat dari indikasi PMI di bulan Desember, kita dalam pertumbuhan di mana ekspansi 51,2 persen. Selain itu, indeks konsumen serta indeks penjualan riil juga tumbuh positif,” ucapnya.

    Pada kesempatan yang sama, Chief Operation Officer IBC William Sabandar menyampaikan Indonesian Business Council (IBC) menekankan pentingnya empat pendekatan yang perlu diambil oleh pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yaitu memperkuat kolaborasi dengan dunia usaha dan menarik investasi.

    William menyampaikan empat pendekatan tersebut meliputi reformasi tata kelola untuk meningkatkan kemudahan berusaha, kolaborasi swasta dan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dan perbaikan kualitas sosio-ekonomi, meningkatkan industrialisasi melalui strategi hilirisasi, dan mendorong ekonomi hijau.

    Menurut William pemerintah akan melaksanakan misi besar yang sangat berat yaitu pada 2025 pemerintah baru akan mencari aliansi dan menarik investasi secara besar-besaran dan membutuhkan upaya yang kuat.

    “IBC percaya untuk mencapai misi ini tata kelola harus direformasi dan inovasi harus dikejar,” ujarnya.

    William menambahkan tata kelola yang direformasi sangat dibutuhkan guna membangun kepercayaan, memastikan pencapaian program, dan mencegah kebocoran. Sedangkan inovasi akan membantu membuka peluang tersembunyi dan membantu mengamankan daya saing regional Indonesia.

  • IBC: Pemerintah Perlu 4 Langkah Ini Untuk Tingkatkan Daya Saing Bisnis RI

    IBC: Pemerintah Perlu 4 Langkah Ini Untuk Tingkatkan Daya Saing Bisnis RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi pemimpin bisnis atau Indonesian Business Council/IBC menyampaikan pemerintah perlu memperkuat daya saing bisnis Tanah Air dengan melakukan empat langkah bersama dunia usaha untuk menarik investasi.

    Chief Operation Officer IBC William Sabandar menyampaikan empat pendekatan tersebut meliputi reformasi tata kelola untuk meningkatkan kemudahan berusaha dan kolaborasi swasta dan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dan perbaikan kualitas sosio-ekonomi. 

    Selain itu, dengan meningkatkan industrialisasi melalui strategi hilirisasi dan mendorong ekonomi hijau.

    “Dalam upaya besar ini, pada 2025 pemerintah baru akan mencari aliansi dan menarik investasi secara besar-besaran dan membutuhkan upaya yang kuat. IBC percaya untuk mencapai misi ini tata kelola harus direformasi dan inovasi harus dikejar,” ujarnya dalam IBC Business Competitiveness Outlook 2025, Senin (13/1/2025). 

    William menyampaikan bahwa tata kelola yang direformasi sangat dibutuhkan guna membangun kepercayaan, memastikan pencapaian program, dan mencegah adanya kebocoran anggaran.

    Di sisi lain, inovasi akan membantu membuka peluang tersembunyi dan membantu mengamankan daya saing regional Indonesia.

    Untuk itu dalam paparannya, William mendorong reformasi tata kelola untuk meningkatkan kemudahan berusaha melalui pengurangan birokrasi, digitalisasi, reformasi pendapatan, dan pemberantasan korupsi. 

    “Bagi private sector, gunakan momentum untuk mengadvokasi dan mendukung pemerintah dalam melakukan reformasi,” tuturnya.

    Sementara dalam langkah kolaborasi swasta dengan pemerintah, salah satunya dapat dilakukan melalui kerja sama infrasturktur publik, baik berkaitan dengan energi maupun air.

    Langkah meningkatkan industrialisasi melalui strategi hilirisasi dapat didorong dengan melaksanakan restriksi ekspor dan memajukan produk dalam negeri. 

    Industrialisasi melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga terbukti mendorong daya saing Indonesia untuk menarik investasi masuk ke Tanah Air.

    Sebagaimana Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sampaikan sebelumnya, bahwa KEK akan menjadi jurus pemerintah untuk meningkatkan daya saing dan menurunkan tingkat Incremental Capital Output Ratio (ICOR) ke level 4.

    Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang juga tergabung dalam IBC Shinta W. Kamdani menyampaikan memang terkait daya saing, Indonesia masih menghadapi tantangan dari sisi tenaga kerja.

    Selain itu, daya saing Indonesia yang kerap dibanding-bandingkan dengan Vietnam, nyatanya memang kalah terkait persoalan birokrasi.

    “Jadi reformasi birokrasi ini bukan suatu hal yang baru dilakukan pemerintah Indonesia, tapi ini masih menjadi salah satu dasar untuk daya saing,” ujarnya.

    Adapun dalam laporan B-Ready 2024—pengganti Ease of Doing Business—menyebutkan peringkat Indonesia pada pilar Regulatory Framework dan Operational Efficiency tahun lalu masih di bawah rata-rata 50 negara. 

    Hanya satu peringkat yang di atas rata-rata, yakni pada pilar Public Service dengan capaian 63,44 poin, satu peringkat di bawah Kosta Rika dan tiga peringkat di atas Hongkong.

    Membandingkan dengan Vietnam, pilar Operational Efficiency negara tersebut masuk dalam kuintil teratas dengan 72,78 poin. Sementara Indonesia hanya 61,31 poin dan berada di kuintil keempat bersama Kamboja. 

  • Kadin luncurkan White Paper untuk dukung pertumbuhan ekonomi 8%

    Kadin luncurkan White Paper untuk dukung pertumbuhan ekonomi 8%

    White Paper ini merupakan dokumen strategis yang disusun oleh Kadin Indonesia sebagai panduan serta rekomendasi kebijakan terkait arah pembangunan ekonomi Indonesia. (foto: ist)

    Kadin luncurkan White Paper untuk dukung pertumbuhan ekonomi 8%
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Rabu, 27 November 2024 – 06:39 WIB

    Elshinta.com – Jakarta – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia segera meluncurkan White Paper Usulan Strategi/ Arah Pembangunan Bidang Ekonomi Tahun 2024-2029.

    White Paper ini merupakan dokumen strategis yang disusun oleh Kadin Indonesia sebagai panduan serta rekomendasi kebijakan terkait arah pembangunan ekonomi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% sebagaimana dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

    Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, “Kadin Indonesia terus mengatakan komitmen sebagai mitra strategis pemerintah untuk membangun ekonomi Indonesia lima tahun ke depan. Dunia usaha nasional optimis dengan target pertumbuhan ekonomi, kuncinya adalah kolaborasi dan alignment antara pemerintah dan dunia usaha, di mana Kadin Indonesia memainkan peran sebagai enabler yang menjembatani kedua belah pihak,” Selasa (26/11/2024) di Jakarta.

    Jelas Arsajad lagi, White Paper menjelaskan tantangan isu terkini. “Dokumen White Paper secara rinci menjelaskan tantangan/isu terkini disertai dengan inisiatif utama (bold moves) yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, sehingga White Paper relevan dengan kondisi Indonesia untuk lima tahun ke depan,” kata Arsjad.

    Menurut Arsjad, White Paper ini menjadi panduan sinergi dunia usaha dan pemerintah untuk membangun perekonomian yang inklusif dan berkelanjutan. Dokumen ini menerjemahkan visi Asta Cita Presiden Prabowo ke dalam langkah konkret dan memberi fokus lebih mendetail pada sektor kunci pertumbuhan, seperti digitalisasi, industri, energi, dan UMKM.

    “Pelaksanaan beberapa program ekonomi, seperti pengembangan industri dan digitalisasi, masih butuh pendekatan lebih konkret. White Paper ini menawarkan panduan implementasi yang konkret,” tutur Arsjad.

    Dalam White Paper ini, Kadin Indonesia merumuskan 4 pilar strategis, yaitu meningkatkan ketahanan, mendorong kesejahteraan, memperkuat inklusivitas, dan memajukan keberlanjutan, yang diturunkan dalam inisiatif utama sebagai panduan mencapai pertumbuhan ekonomi 8%. Inisiatif utama tersebut berpotensi meningkatkan PDB hingga 7-8% per tahun.

    Kadin juga melakukan proyeksi PDB berdasarkan tambahan kumulatif US$450-500 miliar dari seluruh inisiatif utama selama 2024-2029. Dari proyeksi itu, terdapat tujuh tema pertumbuhan teratas yang berpotensi memberikan kontribusi lebih dari 80% dari estimasi total dampak PDB di rentang 2024-2029.

    Tujuh prioritas tersebut berasal dari bidang infrastruktur kesehatan, ketahanan energi, UMKM, manufaktur, bisnis hijau dan berkelanjutan, serta Ketahanan pangan.

    Penulisan White Paper ini disusun dengan kolaborasi bersama delapan mitra, yaitu 5P Global Movement, Boston Consulting Group, DayaLima, Hukum Online, Indonesian Business Council, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), McKinsey & Company, dan Universitas Gadjah Mada.

    White Paper ini menghimpun masukan melalui survei yang melibatkan 1.618 pengurus Kadin pusat dan daerah serta 48 Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan 180 lebih pengurus Kadin pusat, 125 lebih Anggota Luar Biasa Kadin, dan 24 Kadin provinsi.

    Director Policy and Program Indonesian Business Council, Prayoga Wiradisturi, menyampaikan tema yang disebutkan dalam White Paper terkait membangun pusat pengembangan bisnis hijau terbesar di dunia, menjadi usulan tema pertumbuhan strategis yang sejalan dengan pemikiran IBC yang mana salah satu langkahnya membuka perdagangan karbon untuk mendanai dekarbonisasi.

    “Pembentukan Carbon Market Knowledge Center (CMKC) adalah langkah strategis yang diperlukan untuk merealisasikannya. “Inisiatif ini bertujuan mendukung pertumbuhan inklusif dan keberlanjutan energi terbarukan untuk masa depan Indonesia yang lebih hijau,” kata Prayoga.

    Chairperson 5P Global Movement Indonesia, William Sabandar, mengatakan bahwa penguatan inklusivitas penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui pendekatan di beberapa aspek, mulai sosial, politik dan tata kelola, ekonomi, ekologi dan keberlanjutan, budaya dan sosial, serta keamanan dan stabilitas. “Inklusivitas mendorong peran masyarakat segala lapisan, penting untuk pertumbuhan ekonomi,” kata Wiliam.

    Sementara, Adrian Dimitri dari Boston Consulting Group mengatakan, Indonesia sebagai salah satu ekonomi terbesar perlu memprioritaskan sektor strategis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. “Pemetaan prioritas mencakup 20 subsektor dengan fokus pada penguatan pasar domestik, peningkatan ekspor, dan dukungan pemerintah melalui insentif serta infrastruktur,” tutur Dimitri.

    Tentang Kadin Indonesia
    Berdiri pada tahun 1968 dan ditetapkan berdasarkan hukum pada 1987, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia merupakan organisasi payung bagi seluruh kamar dagang dan serikat bisnis Indonesia, termasuk kamar dagang yang berasal dari luar negeri di Indonesia. Kadin Indonesia bertindak selaku suara sektor swasta dan menjalin hubungan erat dengan pejabat pemerintahan. Misi Kadin Indonesia adalah untuk mendukung perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara vital, berkelanjutan, dan adil. Jaringan Kadin Indonesia yang mencakup 35 Kadin Provinsi dan 544 cabang distrik mewakili suara seluruh serikat bisnis meliputi semua sektor relevan dari ekonomi Indonesia. Bermitra dengan lembaga pemerintahan kunci, Kadin Indonesia merupakan mitra aktif dalam reformasi bisnis dan ekonomi. Kadin Indonesia adalah titik kontak pertama bagi perusahaan asing dan membuka pintu menuju sektor swasta di Indonesia yang dinamis. (Dd)

    Sumber : Sumber Lain

  • Kadin Luncurkan White Paper, Dorong 4 Pilar untuk Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%

    Kadin Luncurkan White Paper, Dorong 4 Pilar untuk Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%

    Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meluncurkan White Paper dengan 4 pilar yang perlu dilakukan pemerintah guna mengejar pertumbuhan ekonomi 8%. 

    White Paper Kadin merupakan dokumen strategis sebagai panduan, serta rekomendasi kebijakan terkait arah pembangunan ekonomi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%.

    Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan dokumen ini menjelaskan tantangan dan inisiatif utama yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, sehingga White Paper relevan dengan kondisi Indonesia untuk lima tahun ke depan.

    Menurutnya, White Paper ini bisa menjadi panduan sinergi dunia usaha dan pemerintah untuk membangun perekonomian yang inklusif dan berkelanjutan.

    Dalam White Paper ini, Kadin Indonesia merumuskan empat pilar strategis, antara lain meningkatkan ketahanan, mendorong kesejahteraan, memperkuat inklusivitas, dan memajukan keberlanjutan yang diturunkan dalam inisiatif utama sebagai panduan mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.

    Adapun, dia menyebut inisiatif utama tersebut berpotensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) hingga 7-8% per tahun. Kadin turut melakukan proyeksi PDB berdasarkan tambahan kumulatif US$450-500 miliar dari seluruh inisiatif utama selama 2024-2029.

    Di mana, terdapat tujuh tema pertumbuhan teratas yang berpotensi memberikan kontribusi lebih dari 80% dari estimasi total dampak PDB selama 2024-2029.

    Ketujuh prioritas ini berasal dari bidang infrastruktur kesehatan, ketahanan energi, UMKM, manufaktur, bisnis hijau dan berkelanjutan, serta ketahanan pangan.

    Pada kesempatan yang sama, Boston Consulting Group Adrian Dimitri mengatakan pemerintah harus membuka keran potensi ekonomi yang terkunci di setiap wilayah untuk mencapai pertumbuhan di level 8%.

    Menurutnya, setiap wilayah di Indonesia memiliki keunikan tersendiri yang berkaitan dengan demografis, komoditas, hingga sumber energi yang berpotensi untuk bisa terus bertumbuh dan berkembang secara signifikan. Sebab, saat ini ekonomi Indonesia masih berpusat di Pulau Jawa.

    Namun, Adrian melihat pusat ekonomi Indonesia ke depan akan bergerak ke arah bagian Timur, yakni berupa critical minerals, agrikultur, perikanan, minyak dan gas, hingga energi.

    “Jadi pengembangan masing-masing daerah nanti akan sangat krusial. Masing-masing daerah dan pulau yang terbesar di Indonesia akan punya fokus,” kata Arsjad di Jakarta, Selasa (26/11/2024). 

    Misalnya saja, wilayah Sumatera yang bisa terus berkembang, baik dari perkebunan kelapa sawit, batu bara, hingga minyak dan gas.

    “Secara umum Indonesia semuanya itu ada di sini, Indonesia mempunyai market, sumber energi, sumber daya, dan tenaga kerja. Komplit semua. [Tinggal] bagaimana kita meng-unlock potensi, ini jarang dimiliki oleh negara lain,” tuturnya.

    Dia menambahkan, Indonesia sebagai salah satu ekonomi terbesar perlu memprioritaskan sektor strategis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Maka dari itu, dia meyakini target pertumbuhan ekonomi 8% bukan suatu hal yang mustahil terjadi.

    “Target 8% bukan satu hal yang mustahil, bisa kita capai walaupun di beberapa tahun terakhir kita cukup stagnan di 5-6%,” ujar Adrian.

    Sementara itu, Chairperson 5P Global Movement Indonesia William Sabandar mengatakan penguatan inklusivitas penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui pendekatan di beberapa aspek, mulai dari aspek sosial, politik dan tata kelola, ekonomi, ekologi dan keberlanjutan, budaya dan sosial, serta keamanan dan stabilitas.

    Bahkan, dia juga menyebut ekonomi 8% bisa tumbuh seiring dengan adanya pembangunan yang berkelanjutan.

    “Pentingnya pembangunan berkelanjutan sebagai dasar kita bisa bertumbuh 8%. Kita tidak akan bisa tumbuh 8% dengan mengabaikan pembangunan berkelanjutan,” pungkasnya.