Tag: Warren Buffett

  • Warren Buffett Mundur dari CEO Berkshire Hathaway, Ini Calon Kuat Penggantinya

    Warren Buffett Mundur dari CEO Berkshire Hathaway, Ini Calon Kuat Penggantinya

    Jakarta

    Warren Buffett mengumumkan kabar mengejutkan. Investor legendaris Amerika Serikat (AS) itu menyatakan dirinya akan mundur sebagai CEO Berkshire Hathaway, dan dia meminta dewan Berkshire Hathaway untuk menunjuk Greg Abel sebagai CEO pada akhir tahun ini.

    Buffett kini telah berusia 94 tahun dan Abel sendiri sebetulnya sudah ditunjuk sebagai calon kuat pengganti CEO perusahaan pada tahun 2021. Namun, kabar ini tetap mengejutkan ribuan pemegang saham yang berkumpul untuk rapat tahunan tahun ini.

    “Saya pikir sudah tiba saatnya Greg harus menjadi kepala eksekutif perusahaan pada akhir tahun,” kata Buffett, dalam beberapa menit terakhir rapat yang digelar di Omaha, Sabtu kemarin, dikutip dari CNBC, Minggu (4/5/2025).

    Buffett menyerahkan kendali perusahaannya dengan penuh rasa gembira. Sebab, saham Berkshire baru saja mencapai puncak baru dengan kapitalisasi pasar perusahaan tersebut mencapai hampir US$ 1,2 triliun.

    Pria yang dijuluki Oracle of Omaha itu mengatakan bahwa dirinya akan tetap berada di Berskhire untuk membantu beberapa pekerjaan. Namun tetap, keputusan akhir tentang operasi perusahaan dan penggunaan modal akan berada di tangan Abel setelah resmi diangkat sebagai CEO. Abel saat ini menjabat sebagai wakil ketua operasi non-asuransi untuk Berkshire.

    “Saya yakin saya bisa membantu dalam hal tertentu, jika kita menghadapi periode peluang besar atau apa pun,” tambah Buffet.

    Dia juga menegaskan dirinya sebagai pemegang saham terbesar perusahaan tidak akan menjual satu pun sahamnya ketika era baru perusahaan dimulai setelah Abel jadi CEO.

    “Keputusan untuk mempertahankan setiap saham adalah keputusan ekonomi karena saya pikir prospek Berkshire akan lebih baik di bawah manajemen Greg daripada saya,” kata Buffett.

    Abel sempat mendapatkan sederet pujian dari Buffet di depan sekitar 40.000 pemegang sahamnya. Buffet menilai gaya manajerial Abel akan sangat cocok untuk lebih dari 60 anak perusahaan Berkshire.

    “Perusahaan akan bekerja jauh lebih baik dengan Greg daripada dengan saya karena Anda tahu saya tidak ingin bekerja sekeras dia. Saya bisa lolos (berbagai krisis) karena kami memiliki bisnis yang pada dasarnya bagus, bisnis yang sangat bagus,” papar Buffet.

    Abel sendiri bergabung dengan Berkshire pada tahun 2000 ketika Berkshire membeli MidAmerican Energy, dan akhirnya menjadi CEO pada tahun 2008. Sebelumnya, Abel bekerja di CalEnergy di sana dia mengubah perusahaan geotermal kecil itu menjadi bisnis energi yang terdiversifikasi.

    Mengenai alokasi modal, Abel mengatakan dia akan mewarisi gaya investasi nilai Buffett yang sabar dan dia siap untuk menggunakan benteng uang tunai Berkshire yang sangat besar senilai setiap kali ada peluang bagus.

    ‘Lihat juga Video: Elon Musk Didesak Mundur dari CEO, Imbas Saham Tesla Anjlok 50%’

    (acd/acd)

  • 4 Rahasia Investasi Warren Buffett yang Bisa Bikin Kamu Tajir di Masa Depan

    4 Rahasia Investasi Warren Buffett yang Bisa Bikin Kamu Tajir di Masa Depan

    Jakarta: Nama Warren Buffett sudah lama jadi legenda dalam dunia investasi. Di usia 94 tahun, pria yang dijuluki “Peramal dari Omaha” ini masih jadi panutan para investor dunia. 
     
    Lewat surat tahunan kepada pemegang saham Berkshire Hathaway, Buffett kembali membagikan prinsip keuangan yang sederhana tapi sangat kuat.
     
    Kalau kamu serius ingin membangun kekayaan dari sekarang, yuk simak empat pelajaran penting dari Warren Buffett yang bisa langsung kamu terapkan dalam perjalanan finansialmu seperti dirangkum dari artikel Yahoo Finance!

    1. Jangan takut akui kesalahan, tapi segera perbaiki!
    Buffett dikenal jujur soal kesalahan investasinya. Dalam surat tahunannya, ia mengakui pernah salah langkah dalam membeli bisnis hingga salah menilai manajer yang ia percayai.

    Artinya, dalam dunia keuangan dan hidup pada umumnya menunda keputusan yang jelas-jelas salah justru bisa bikin rugi lebih besar. Lebih baik salah tapi cepat sadar, daripada sok yakin tapi berakhir boncos.
     

    2. Bangun kekayaan lewat kepemilikan, bukan sekadar simpanan

    Buffett memang punya dana tunai fantastis yaitu USD334 miliar per akhir 2024. Tapi jangan salah, sebagian besar tetap ia investasikan dalam ekuitas atau saham jangka panjang.
     
    Intinya, kekayaan itu dibangun lewat kepemilikan aset, bukan dari menumpuk uang di tabungan. Mulailah dari saham, reksadana, atau bisnis kecil yang penting, miliki sesuatu yang punya nilai tumbuh.
    3. Satu keputusan cerdas bisa ubah hidupmu

    Kadang, kamu cuma perlu satu langkah finansial cerdas yang bikin semua berubah. Buffett mencontohkan keputusan penting dalam hidupnya yakni mengakuisisi GEICO, mempekerjakan Ajit Jain, dan bertemu Charlie Munger.
     
    Bagi kamu, mungkin keputusan itu adalah mulai berinvestasi sejak muda, atau membuka bisnis sampingan. Jangan remehkan langkah kecil yang konsisten karena efeknya bisa luar biasa dalam jangka panjang.
    4. Lihat masa depan dalam skala dekade, bukan bulan

    Pasar naik-turun itu hal biasa. Buffett nggak terlalu khawatir walau portofolio sahamnya turun dari USD354 miliar ke USD272 miliar. Kenapa? Karena ia berpikir dalam jangka panjang.
     
    Kalau kamu mulai panik karena investasi nggak langsung cuan, tenang dulu. Yang penting, kamu tahu arahnya benar dan konsisten menanamkan uang di aset berkualitas. Ingat! yang cepat belum tentu tepat.
     
    Buffett mungkin sudah hampir satu abad hidup, tapi ilmunya nggak pernah basi. Kalau kamu ingin bebas finansial di masa depan, coba tiru empat hal itu.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Deretan Miliarder Ini Ketiban Sial Gara-Gara Ulah Trump – Page 3

    Deretan Miliarder Ini Ketiban Sial Gara-Gara Ulah Trump – Page 3

    Tidak hanya tiga miliarder di atas, sejumlah miliarder lainnya juga merasakan dampak negatif dari kebijakan tarif Trump. Warren Buffett, investor kawakan yang dikenal dengan portofolionya yang besar, diperkirakan mengalami kerugian sekitar USD 10 miliar. Jensen Huang, CEO Nvidia, juga mengalami penurunan kekayaan sebesar USD 7,4 miliar. Bahkan Bill Gates pun mencatat kerugian USD 774 juta hanya dalam satu hari.

    Ernest Garcia III, CEO Carvana Co., mengalami kerugian yang cukup besar, yaitu USD 1,4 miliar setelah saham perusahaannya anjlok hingga 20 persen. Hal ini menunjukkan betapa luasnya dampak kebijakan tarif Trump terhadap berbagai sektor, termasuk sektor teknologi dan otomotif.

    Total kerugian 500 orang terkaya di dunia diperkirakan mencapai USD 208 miliar, atau setara dengan Rp 3.444 triliun hingga Rp 3.452 triliun (tergantung sumber). Angka ini menunjukkan betapa besarnya guncangan yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut terhadap perekonomian global.

  • Finetiks bagikan strategi menabung di tengah gejolak ekonomi global

    Finetiks bagikan strategi menabung di tengah gejolak ekonomi global

    utamakan pengeluaran untuk hal-hal yang benar-benar penting dan tunda pembelian barang mewah yang kurang mendesak

    Jakarta (ANTARA) – CEO dan Founder Finetiks Cameron Goh membagikan sejumlah strategi menabung yang dapat diterapkan masyarakat Indonesia di tengah menghadapi gejolak ekonomi global.

    Ia mengajak masyarakat untuk mengubah cara pandang menabung yang bukan sekadar menyisihkan uang tetapi mengelola uang dengan strategi cerdas agar tetap tumbuh meski meski dunia sedang tidak pasti. Sebagai langkah strategi awal, masyarakat dapat terlebih dahulu menetapkan fokus pada kebutuhan utama.

    “Dengan harga barang impor yang semakin mahal, utamakan pengeluaran untuk hal-hal yang benar-benar penting dan tunda pembelian barang mewah yang kurang mendesak,” kata Cameron dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Selanjutnya, masyarakat dapat menyiapkan dana cadangan. Ia mengingatkan bahwa menabung merupakan kunci untuk menjaga kestabilan keuangan di masa yang tidak menentu.

    Langkah terakhir, pilih cara menabung yang menguntungkan. Dalam hal ini, Cameron mengimbau masyarakat untuk mencari opsi tabungan dengan imbal hasil tinggi dan fleksibilitas yang memudahkan.

    Baru-baru ini, Warren Buffett kembali menjadi perhatian publik setelah Bloomberg Billionaires Index melaporkan bahwa ia merupakan satu-satunya individu di antara jajaran orang terkaya dunia yang mencatat peningkatan kekayaan bersih sepanjang tahun 2025.

    Hal ini terjadi di tengah kondisi pasar saham global yang mengalami penurunan sebesar 10-20 persen sejak awal tahun.

    Secara historis, Buffett dikenal memilih strategi menyimpan cadangan kas dalam jumlah besar saat terjadi resesi atau krisis keuangan.

    Buffett menunggu momentum yang tepat untuk bertindak. Pendekatan ini, catat Finetiks, kembali membuktikan ketangguhannya di tengah gejolak ekonomi global.

    “Holding cash saat pasar panik bukan berarti takut ambil risiko, justru itulah strategi jangka panjang yang membuat Buffett semakin kaya ketika orang lain terpuruk. Momen seperti sekarang adalah pengingat penting bahwa cash is not passive, it’s strategy,” ujar Cameron.

    Adapun mengenai gejolak ekonomi global, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (9/4) waktu setempat telah mengumumkan penundaan kebijakan tarif impor hingga 90 hari ke berbagai mitra dagang, kecuali untuk China dengan tarif impor yang tetap meningkat menjadi 125 persen.

    Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena tarif resiprokal dengan besaran 32 persen. Dengan penundaan ini maka beberapa negara termasuk Indonesia sementara hanya akan dikenakan tarif dasar 10 persen.

    Merespons kondisi tersebut, Cameron menyatakan keprihatinannya atas gejolak ekonomi dunia yang terjadi.

    Ia menyebutkan AS merupakan salah satu pasar ekspor terbesar bagi Indonesia dengan nilai ekspor mencapai 28,1 miliar dolar AS pada 2024.

    Apabila tarif impor ditetapkan tinggi untuk Indonesia, imbuh Cameron, maka produk Indonesia akan menjadi lebih mahal bagi konsumen Amerika yang berpotensi menurunkan permintaan dan berdampak negatif pada para eksportir Indonesia.

    Finetiks mencatat bahwa efek kebijakan tarif Trump tersebut langsung terasa di dalam negeri, di mana rupiah terus melemah hingga menyentuh angka Rp16.750 per dolar AS serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 9 persen pada perdagangan 8 April lalu yang diikuti dengan trading halt.

    “Kombinasi potensi tarif tinggi, pelemahan mata uang, dan penurunan pasar saham menunjukkan ketidakpastian global sedang nyata di depan mata. Ini saatnya kita, sebagai masyarakat, bersikap lebih bijak dalam mengelola keuangan,” kata Cameron.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Jangan Panik saat Ekonomi Goyang! Ini Cara Bijak Kelola Uang

    Jangan Panik saat Ekonomi Goyang! Ini Cara Bijak Kelola Uang

    Jakarta: Gejolak ekonomi global kembali mengguncang. Kenaikan tarif impor oleh Amerika Serikat terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia, menimbulkan dampak yang tidak bisa diabaikan. 
     
    Tapi, di tengah ketidakpastian ini, ada satu pelajaran penting dari investor legendaris Warren Buffett: pegang uang tunai bukan berarti takut, tapi itu strategi. Yap, saat dunia sedang gamang, keputusan keuangan yang bijak justru bisa menjadi penyelamat.
    Ketika ekonomi tertekan, saatnya cerdas mengelola keuangan
    Pada 3 April 2025, Amerika Serikat menerapkan tarif impor sebesar 32 persen untuk berbagai barang dari Indonesia. Meskipun Presiden Donald Trump kemudian menurunkan tarif sementara menjadi 10 persen untuk beberapa negara (termasuk Indonesia) pada 9 April, dampaknya sudah dirasakan langsung.
     
    Menurut Cameron Goh, CEO dan Founder FINETIKS, langkah ini sangat berpengaruh terhadap ekspor Indonesia.

    “Amerika Serikat merupakan salah satu pasar ekspor terbesar bagi Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai USD28,1 miliar pada tahun 2024. Dampaknya jika tarif impor ditetapkan tinggi untuk Indonesia, maka produk Indonesia akan menjadi lebih mahal bagi konsumen Amerika, yang berpotensi menurunkan permintaan dan berdampak negatif pada para eksportir Indonesia,” jelas Cameron dalam keterangan tertulis, Kamis, 10 April 2025.
     

    Apa yang harus dilakukan?
    Situasi ini berdampak luas ke pasar domestik. Nilai tukar rupiah melemah hingga menyentuh titik terendah sejak krisis Asia 1998, sementara IHSG jatuh hingga 9 persen pada 8 April, memicu trading halt dan kepanikan di kalangan investor ritel.
     
    Kondisi ini memunculkan ketidakpastian yang nyata. Cameron mengingatkan masyarakat agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan:
     
    “Kombinasi potensi tarif tinggi, pelemahan mata uang, dan penurunan pasar saham menunjukkan ketidakpastian global sedang nyata di depan mata. Ini saatnya kita, sebagai masyarakat, bersikap lebih bijak dalam mengelola keuangan,” tuturnya.
    Belajar dari Warren Buffett
    Sementara banyak investor ketar-ketir, Warren Buffett justru mengalami peningkatan kekayaan di tahun 2025. Bloomberg Billionaires Index mencatat, ia menjadi satu-satunya miliarder yang mengalami kenaikan kekayaan bersih, padahal pasar saham global turun hingga 20 persen sejak awal tahun.
     
    Strategi Buffett? Sederhana, tapi cerdas dalam menyimpan cadangan kas besar ketika pasar bergejolak. Ia menunggu harga aset jatuh untuk masuk di saat yang tepat.
     
    “Holding cash saat pasar panik bukan berarti takut ambil risiko, justru itulah strategi jangka panjang yang membuat Buffett semakin kaya ketika orang lain terpuruk. Momen seperti sekarang adalah pengingat penting bahwa cash is not passive, it’s strategy,” kata Cameron.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Harta Elon Musk hingga Bill Gates Lenyap Rp3.463 Triliun Akibat Tarif Trump

    Harta Elon Musk hingga Bill Gates Lenyap Rp3.463 Triliun Akibat Tarif Trump

    PIKIRAN RAKYAT – Sebanyak 500 orang terkaya di dunia kehilangan sebagian besar kekayaannya dalam waktu singkat akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kembali mengobarkan perang dagang global.

    Donald Trump secara resmi mengumumkan penerapan tarif impor minimal 10 persen terhadap banyak negara, termasuk Indonesia. Dampaknya, nilai pasar berbagai perusahaan besar merosot tajam, dan kekayaan para miliarder dunia menyusut drastis.

    Total Kekayaan Hilang Setara Rp3.463 Triliun

    Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index per 5 April 2025, total kekayaan yang lenyap dalam sehari mencapai 208 miliar dolar AS, yang jika dikonversi dengan kurs Rp16.652 per dolar AS, setara dengan Rp3.463 triliun. Sebagian besar miliarder yang terdampak adalah warga negara Amerika Serikat.

    Elon Musk Paling Terpukul

    Orang paling terdampak dalam daftar ini adalah Elon Musk, pendiri dan CEO Tesla yang saat ini juga menjabat sebagai penasihat dalam pemerintahan Trump. Dalam sehari, Musk kehilangan kekayaan sebesar 19,9 miliar dolar AS (sekitar Rp331,35 triliun).

    Secara total, penurunan kekayaannya sejak awal tahun (year to date/YTD) mencapai 130 miliar dolar AS, sehingga kini kekayaan bersihnya berada di angka USD 302 miliar (sekitar Rp5.028 triliun).

    Daftar Miliarder yang Kehilangan Harta

    Selain Elon Musk, sejumlah nama besar lainnya juga merugi triliunan rupiah:

    Jeff Bezos – Pendiri Amazon kehilangan 7,59 miliar dolar AS (sekitar Rp126,38 triliun), dengan total kekayaan kini 193 miliar dolar AS (Rp3.213 triliun). Mark Zuckerberg – CEO Meta kehilangan 9,44 miliar dolar AS (Rp157,18 triliun), kekayaannya kini 179 miliar dolar AS (Rp2.978 triliun). Bernard Arnault – Konglomerat asal Prancis yang menaungi Louis Vuitton dan Christian Dior kehilangan 5,23 miliar dolar AS (Rp87 triliun), total kekayaannya tersisa 158 miliar dolar AS (Rp2.630 triliun). Bill Gates – Pendiri Microsoft kehilangan 6,45 miliar dolar AS (Rp107,44 triliun), kini memiliki kekayaan 155 miliar dolar AS (Rp2.580 triliun). Warren Buffett – Bos Berkshire Hathaway kehilangan 10,7 miliar dolar AS (Rp178,18 triliun). Namun, tetap mencatat kenaikan YTD sebesar 12,7 miliar dolar AS (Rp214 miliar), dengan total kekayaan 155 miliar dolar AS (Rp2,6 triliun). Larry Ellison – Mantan CEO Oracle kehilangan 10,1 miliar dolar AS (Rp168,18 triliun), kini memiliki kekayaan 150 miliar dolar AS (Rp2.497 triliun). Larry Page – Pendiri Google kehilangan 4,65 miliar dolar AS (Rp77,41 triliun), dengan total kekayaan 134 miliar dolar AS (Rp2.232 triliun). Steve Ballmer – Mantan CEO Microsoft kehilangan 4,36 miliar dolar AS (Rp72,60 triliun), kekayaannya kini 127 miliar dolar AS (Rp2.113 triliun). Sergey Brin – Pendiri Google lainnya kehilangan 4,38 miliar dolar AS (Rp72,93 triliun), dengan total kekayaan 126 miliar dolar AS (Rp2.096 triliun). Wall Street Terguncang, Pasar Saham Anjlok

    Kebijakan Trump memicu kejatuhan besar di pasar saham AS. Dalam dua hari terakhir, ketiga indeks utama mengalami penurunan tajam:

    Dow Jones turun 9,3% S&P 500 turun 10,5% Nasdaq Composite anjlok 11,4% dan resmi memasuki wilayah bear market — tanda penurunan signifikan dan berkelanjutan di pasar saham.

    Penurunan ini menjadi yang terburuk sejak masa puncak kepanikan pandemi COVID-19 dan menjadi salah satu penurunan kekayaan miliarder terbesar dalam 13 tahun terakhir.

    Tarif Resiprokal dan Dampaknya pada Global

    Pemerintahan Trump memberlakukan tarif resiprokal yang tinggi terhadap banyak negara mitra dagang. Indonesia, misalnya, dikenai tarif impor sebesar 32%, sementara Vietnam mencapai 46% dan Thailand 37%.

    Tarif resiprokal adalah kebijakan di mana tarif impor suatu negara disesuaikan dengan tarif yang diberlakukan negara mitranya. Tujuannya, menurut Trump, adalah untuk menciptakan perdagangan yang lebih adil dan menurunkan defisit perdagangan Amerika.

    Akan tetapi, kebijakan ini justru memicu kekhawatiran resesi global dan menciptakan guncangan besar di pasar modal, terutama karena perusahaan-perusahaan besar AS bergantung pada rantai pasok global dan pasar internasional.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • 5 Hal yang Bikin Bill Gates Tak Mau Keluar Uang, Never!

    5 Hal yang Bikin Bill Gates Tak Mau Keluar Uang, Never!

    Jakarta

    Bill Gates memang bergelimang harta, tapi dia tidak akan mengeluarkan uangnya untuk sejumlah hal. Diperkirakan, kekayaan bersih William Henry Gates III mencapai USD 108,9 miliar atau sekitar Rp 1.791 triliun, namun dirinya tetap bersahaja.

    Dari pakaian yang dia kenakan pun, terlihat Founder of Microsoft ini terlihat sederhana. Lantas, apa saja hal yang tidak akan membuat Gates mengeluarkan uangnya? Dirangkum dari Nasdaq, Kamis (13/3/2025) berikut ini di antaranya:

    1. Pengeluaran yang berlebihan

    Seperti Warren Buffett, orang lain dalam daftar orang terkaya di dunia, Bill Gates sangat cermat dalam pengeluarannya. Dia menekankan pentingnya berhati-hati dalam mengelola uang daripada menghabiskannya secara berlebihan.

    Kebijakan Gates dalam hal uang dan pengeluaran mencerminkan filosofi moderasi dan kehati-hatian, bahkan dengan status miliardernya. Ia sederhana dan tidak pernah lupa untuk memperhitungkan pandangan ke depan dalam hal keuangan dan penghematan.

    2. Barang mewah untuk anak

    Percaya pada nilai pendidikan dan amal, Gates menekankan investasi di bidang-bidang ini daripada barang-barang mewah untuk anak-anaknya. Gates sering bicara tentang bagaimana bukanlah ide terbaik bagi anak-anak untuk memberi mereka banyak uang.

    Sebaliknya, ia menganjurkan agar anak-anak dan orang dewasa muda sama-sama belajar tentang nilai uang ketimbang membiarkan apa pun dan semua yang mereka inginkan diberikan kepada mereka.

    3. Makanan berlebihan

    Baginya, kepraktisan dan kebutuhan makanan, khususnya penyediaan ketahanan pangan di negara-negara berkembang, lebih penting ketimbang makan mewah dan berlebihan. Kata Gates, makan berlebihan identik dengan pengeluaran berlebihan.

    4. Yacht dan Lamborghini

    Gates memiliki reputasi tidak memiliki barang-barang yang sangat mewah seperti kapal pesiar dan Lamborghini, seperti yang pernah dijelaskan oleh Luxury Launches. Meskipun demikian, hal itu tidak serta-merta menghentikan Gates untuk menyelenggarakan pesta ulang tahunnya yang ke-66 di atas kapal pesiar super sewaan pada tahun 2021, bersama pendiri Amazon Jeff Bezos.

    Ia juga pemilik Porsche 959. Tapi tidak begitu banyak mobil yang ia miliki. Jadi, dapat dikatakan bahwa ia tidak berfoya-foya mengingat kekayaan bersihnya yang besar.

    5. Eksplorasi ruang angkasa

    Gates telah menyatakan skeptisismenya tentang ambisi Elon Musk untuk menjajah Mars. Dia terang-terangan mempertanyakan apakah itu merupakan penggunaan uang yang baik.

    Ia percaya bahwa mendanai pengembangan vaksin merupakan penggunaan uang yang lebih baik daripada menempatkan orang di Planet Merah.

    “Sebenarnya cukup mahal untuk pergi ke Mars,” katanya dalam sebuah wawancara pada tahun 2023.

    “Anda dapat membeli vaksin campak dan menyelamatkan nyawa dengan biaya seribu dolar per nyawa yang diselamatkan. Itu hanya semacam landasan bagi Anda, jangan pergi ke Mars,” imbuhnya.

    (ask/fay)

  • Alasan Warren Buffett Tingkatkan Investasi di Lima Rumah Dagang Jepang

    Alasan Warren Buffett Tingkatkan Investasi di Lima Rumah Dagang Jepang

    Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan milik investor kawakan Warren Buffet, Berkshire Hathaway Inc., menegaskan komitmen jangka panjang terhadap investasinya di Jepang. 

    Perusahaan disebut telah mencapai kesepakatan dengan lima perusahaan dagang di negara tersebut untuk memiliki kepemilikan melebihi batas awal 10%.

    “Sejak awal, kami juga sepakat untuk menjaga kepemilikan Berkshire di bawah 10% saham masing-masing perusahaan. Namun, ketika kita mendekati batas ini, kelima perusahaan sepakat untuk melonggarkan batas tersebut secara moderat,” kata Buffett dalam surat tahunannya kepada para pemegang saham dikutip dari CNBC International, Senin (24/2/2025). 

    Buffett mengatakan kepemilikan Berkshire atas kelima perusahaan akan meningkat seiring berjalannya waktu.

    Adapun perusahaan Jepang dalam portofolio Berkshire antara lain Itochu, Marubeni, Mitsubishi, Mitsui dan Sumitomo. Kelimanya merupakan “sogo shosha” atau rumah dagang terbesar di Jepang yang berinvestasi di berbagai sektor di dalam dan luar negeri.

    Buffett menyebut, cara investasi kelima rumah dagang itu mirip dengan langkah-langkah yang dilakukan Berkshire sendiri. Adapun, Berkshire pertama kali mengakuisisi perusahaan tersebut pada Juli 2019.

    Pada akhir 2024, nilai pasar kepemilikan Berkshire di Jepang mencapai US$23,5 miliar, dengan biaya agregat sebesar US$13,8 miliar. Investor menyoroti manajemen perusahaan, hubungan dengan investornya, serta strategi penempatan modalnya.

    Buffett telah menjual surat utang Jepang untuk mendanai saham Berkshire di perusahaan-perusahaan Jepang. Menerbitkan obligasi dalam mata uang yen juga memungkinkan Buffett mengurangi risiko terkait nilai tukar mata uang asing. 

    Berkshire melaporkan keuntungan setelah pajak sebesar US$2,3 miliar pada obligasi Jepangnya, di mana US$850 juta di antaranya berasal dari tahun 2024 saja karena penguatan dolar AS, yang terapresiasi sekitar 11% terhadap yen pada tahun 2024.

    “Kami menyukai perhitungan strategi keseimbangan yen kami saat ini, dan saya tidak memiliki pandangan tentang nilai tukar mata uang asing di masa depan dan oleh karena itu mencari posisi yang mendekati netralitas mata uang,” kata Buffett.

    Investor yang dijuluki Oracle of Omaha itu memperkirakan pendapatan dividen tahunan dari kepemilikannya di lima perusahaan dagang Jepang akan mencapai sekitar US$812 juta. 

    Adapun, lima rumah dagang Jepang telah mengalami kesulitan dalam setahun terakhir. Itochu dan Marubeni masing-masing turun lebih dari 8% pada saat itu, sementara Mitsubishi turun 26%. Mitsui dan Sumitomo masing-masing kehilangan 16% dan 10% selama periode tersebut.

  • Laba Perusahaan Warren Buffett Berkshire Hathaway Melesat 71% pada Akhir 2024

    Laba Perusahaan Warren Buffett Berkshire Hathaway Melesat 71% pada Akhir 2024

    Bisnis.com, JAKARTA – Laba operasional perusahaan milik investor kawakan Warren Buffet, Berkshire Hathaway Inc., melonjak 71% pada kuartal IV/2024, karena suku bunga yang lebih tinggi mengangkat pendapatan investasi konglomerat dan bisnis asuransinya membaik.

    Melansir pernyataan Berkshire Hathaway yang dikutip dari Bloomberg pada Senin (24/2/2025), laba operasional perusahaan pada kuartal IV/2024 mencapai US$14,5 miliar. Peningkatan ini sebagian didorong oleh lonjakan pendapatan investasi asuransi sebesar 48% menjadi US$4,1 miliar, di tengah kenaikan suku bunga. 

    Pendapatan juga mendapat dorongan signifikan dari pemulihan yang kuat dalam bisnis penjaminan asuransi perusahaan, dengan pendapatan operasional meningkat empat kali lipat selama periode tersebut menjadi US$3,4 miliar.

    GEICO adalah kontributor utama terhadap hasil asuransi Berkshire, dengan pendapatan penjaminan sebelum pajak meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi US$7,8 miliar pada 2024. Perusahaan asuransi mobil tersebut berhasil menambah klien baru di paruh kedua, membalikkan tren selama bertahun-tahun yang sebelumnya membebani kinerjanya.

    Pendapatan penjaminan sebelum pajak untuk kumpulan bisnis reasuransi perusahaan tumbuh 44% selama setahun terakhir.

    Berkshire memperkirakan kerugian sebelum pajak sekitar US$1,3 miliar akibat kebakaran hutan yang melanda seluruh wilayah Los Angeles bulan lalu.

    Namun, analis CFRA Cathy Seifert memperkirakan kinerja yang sama tidak akan terulang pada tahun 2025, karena perusahaan tersebut telah mengadakan acara bernilai miliaran dolar pada bulan Januari, menjelang musim badai biasa.

    “Tetapi perubahan haluan di GEICO, setelah beberapa pemangkasan kebijakan di wilayah tertentu, sangat mengesankan dan lebih baik dari yang diharapkan,” jelasnya.

    Timbun Uang Tunai

    Adapun, penimbunan uang tunai Buffett meningkat selama 10 kuartal berturut-turut, mencapai rekor US$334,2 miliar pada akhir 2024, karena miliarder tersebut terus menahan diri dari transaksi saham besar pada kuartal keempat. Pada periode tersebut, perusahaan tersebut merupakan penjual bersih saham senilai US$6,7 miliar.

    Dalam surat tahunannya kepada pemegang saham, Buffett menyampaikan kekhawatiran bahwa Berkshire menimbun uang tunai dan mengingatkan investor bahwa sebagian besar uang perusahaan tetap diinvestasikan dalam ekuitas, baik publik maupun swasta, dan hal ini tidak akan berubah.

    “Berkshire tidak akan pernah memilih kepemilikan aset yang setara dengan uang tunai dibandingkan kepemilikan bisnis yang baik, baik yang dikendalikan atau hanya dimiliki sebagian,” kata Buffett dalam suratnya.

    Buffett mengatakan nilai kepemilikan ekuitas swasta Berkshire meningkat dan tetap “jauh lebih besar dibandingkan nilai portofolio yang dapat dipasarkan” tahun lalu. Pada periode yang sama, kepemilikan saham publik Berkshire turun 23% menjadi $272 miliar.  

    Miliarder tersebut mengatakan Berkshire dapat meningkatkan “seiring waktu” kepemilikan lamanya di Itochu, Marubeni, Mitsui, Mitsubishi dan Sumitomo, lima rumah dagang terbesar di Jepang.

    Meskipun Berkshire pada awalnya bermaksud untuk mempertahankan kepemilikannya di bawah ambang batas 10%, kelima perusahaan tersebut telah sepakat untuk melonggarkan batas tersebut secara moderat seiring dengan pendekatan konglomerat tersebut.

    Perusahaan tersebut menolak untuk membeli kembali sahamnya selama dua kuartal berturut-turut, sebuah tanda bahwa Buffett yakin saham tersebut saat ini diperdagangkan di atas nilai intrinsiknya. Kapitalisasi pasar Berkshire telah berada di atas $1 triliun sejak akhir bulan lalu.

    Meskipun pendapatan operasional meningkat besar tahun lalu – pendapatannya meningkat hampir 27% – Buffett menunjukkan dalam suratnya bahwa 53% dari 189 perusahaan operasional Berkshire melaporkan penurunan pendapatan pada tahun 2024.

    Hal ini, dikombinasikan dengan posisi Buffett sebagai penjual bersih saham, dapat menunjukkan bahwa miliarder tersebut khawatir terhadap melemahnya perekonomian AS, menurut Jim Shanahan, yang meliput Berkshire Hathaway sebagai analis ekuitas untuk Edward Jones.

    “Jika Berkshire mewakili gambaran industri AS yang lebih luas, produk konsumen, jasa, ekonomi ritel, maka bagi saya, hal tersebut terlihat cukup lemah saat ini,” kata Shanahan.

  • 4 Cara Memilih Saham Cuan ala Warren Buffett, Terapkan!

    4 Cara Memilih Saham Cuan ala Warren Buffett, Terapkan!

    Berbeda dengan sebagian besar investor lainnya, Warren Buffett tidak menggunakan analisis teknikal dalam memilih saham seperti teknik Moving Average (MA), Relative Strength Index (RSI), atau On-Balance Volume (OBV).

    Warren Buffett justru mengandalkan analisis fundamental dengan memeriksa laporan keuangan perusahaan secara menyeluruh. Dalam menganalisis laporan keuangan, ada beberapa indikator utama yang sangat diperhatikan dan berpengaruh pada keputusannya untuk membeli saham perusahaan.

    Berikut cara memilih saham menurut Warren Buffet:

    1. Lihat rasio utang terhadap ekuitas

    Saham yang baik umumnya berasal dari perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas yang rendah. Rasio ini dihitung dengan membagi total utang perusahaan dengan total ekuitasnya dalam suatu periode.

    Rasio Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak mengandalkan ekuitas daripada utang untuk membiayai operasionalnya.

    Secara umum, saham yang layak dibeli adalah saham perusahaan dengan DER di bawah 1. Namun, hal ini bisa bervariasi antar industri, sehingga tidak boleh dijadikan satu-satunya acuan dalam penilaian saham.

    2. Return on Equity (ROE)

    Selanjutnya, Buffett juga memperhatikan indikator Return on Equity (ROE) dalam memilih saham. ROE menggambarkan seberapa efektif perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari ekuitas yang dimilikinya. ROE dihitung dengan membagi laba bersih perusahaan dengan total ekuitasnya dalam periode tertentu.

    Makin tinggi ROE, makin baik perusahaan dalam menghasilkan laba bersih bagi pemegang saham, menjadikan saham tersebut lebih menarik. Namun, saat menganalisis ROE, sebaiknya gunakan periode panjang (5–10 tahun) untuk mengidentifikasi perusahaan yang mampu mempertahankan ROE yang baik dan konsisten selama bertahun-tahun.

    3. Margin keuntungan bersih

    Margin keuntungan bersih (Net Profit Margin/NPM) adalah indikator lain yang sering digunakan Buffett untuk menilai saham yang bagus. NPM mengukur persentase laba bersih yang diterima perusahaan dari total pendapatan dalam suatu periode. Caranya dengan membagi laba bersih dengan pendapatan bersih, lalu mengalikan dengan 100.

    Makin tinggi NPM, makin efisien perusahaan dalam mengelola biaya. Saham yang baik biasanya memiliki rasio NPM yang tinggi dan stabil, atau bahkan meningkat dari tahun ke tahun.

    4. Saham dijual di bawah nilai wajar

    Strategi value investing yang digunakan oleh Warren Buffett fokus pada mencari saham yang sedang dijual di bawah nilai wajarnya, atau bisa disebut “saham diskon”. Untuk menilai hal ini, investor perlu menghitung nilai intrinsik saham dan membandingkannya dengan harga pasar saat ini, apakah saham tersebut dijual lebih mahal atau lebih murah.

    Hingga kini, tidak ada metode yang pasti untuk menghitung nilai intrinsik saham karena setiap investor dapat memiliki pandangan berbeda. Dua metode yang paling populer adalah Discounted Cash Flow (DCF) dan Price to Earnings Ratio (PER).

    Selain keempat faktor di atas, Buffett juga mempertimbangkan keunikan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan sebelum memutuskan apakah sahamnya layak dibeli. Produk atau jasa yang unik sulit untuk ditiru oleh pesaing, yang memungkinkan perusahaan memperoleh margin keuntungan lebih besar.