Tag: Warren Buffett

  • 10 CEO dengan Gaji Paling Tinggi di Dunia, No.1 Bukan Google

    10 CEO dengan Gaji Paling Tinggi di Dunia, No.1 Bukan Google

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO (Chief Executive Officer) adalah jabatan eksekutif tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan yang bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen dan operasional bisnis. Seorang CEO menjadi pemimpin utama yang mengarahkan visi perusahaan, mengambil keputusan strategis, serta mewakili perusahaan di hadapan investor, mitra, dan publik.

    Dengan tanggung jawabnya yang besar, tak heran kalau CEO juga punya gaji yang besar.

    Secara keseluruhan, gaji CEO mencetak rekor baru pada 2024 lalu. Setengah dari eksekutif tertinggi dalam analisis tahunan The Wall Street Journal menerima setidaknya US$17,1 juta atau sekitar Rp278 miliar, naik dari US$15,8 juta atau Rp256 miliar pada tahun sebelumnya.

    Laporan The Wall Street Journal merekam data dari MyLogIQ dan mencakup CEO dari lebih dari 400 perusahaan S&P 500 yang melaporkan kompensasi hingga pertengahan Mei 2025, untuk tahun fiskal yang berakhir setelah 30 Juni 2024.

    Rick Smith, pendiri sekaligus CEO Axon Enterprise, menduduki peringkat pertama dalam daftar CEO dengan bayaran tertinggi tahun 2024. Smith menerima paket kompensasi senilai US$165 juta atau setara dengan sekitar Rp2,68 triliun (kurs Rp16.250 per dolar AS).

    Bayaran tersebut jauh melampaui kompensasi yang diterima para pimpinan perusahaan raksasa seperti CEO General Electric Larry Culp, CEO Blackstone Steve Schwarzman, dan CEO Apple Tim Cook. Smith menjadi satu-satunya pimpinan perusahaan di indeks S&P 500 yang menerima bayaran di atas US$100 juta pada tahun lalu.

    CEO JPMorgan Jamie Dimon, berada di posisi ke-23 dengan total bayaran sebesar US$37,7 juta atau sekitar Rp613 miliar. Sementara itu, CEO Meta Mark Zuckerberg menempati urutan ke-63 dengan kompensasi senilai US$27 juta atau sekitar Rp439 miliar, yang sebagian besar digunakan untuk layanan keamanan.

    Elon Musk dari Tesla menjadi satu-satunya CEO yang tidak menerima bayaran, alias US$0, karena paket gajinya masih menjadi sengketa hukum. Selain Musk, beberapa pimpinan perusahaan besar lainnya juga menerima kompensasi yang tergolong rendah.

    Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway, hanya menerima bayaran sebesar US$0,41 juta atau sekitar Rp6,7 miliar. Sementara itu, CEO Amazon Andrew Jassy memperoleh US$1,60 juta atau setara Rp26 miliar sepanjang 2024.

    Seperti kebanyakan CEO, sebagian besar kompensasi Rick Smith berasal dari penghargaan saham, bukan gaji tetap. Paket saham tersebut diberikan pada Mei 2024 dan dikaitkan dengan target pasar dan operasional yang harus dicapai selama beberapa tahun ke depan.

    Ini bukan pertama kalinya Smith menerima bayaran besar sejak memimpin perusahaan sejak 1993. Pada tahun 2019, Axon melaporkan kompensasi senilai US$246 juta atau sekitar Rp4 triliun untuk Smith melalui skema penghargaan saham yang serupa, ketika Axon belum masuk indeks S&P 500.

    Smith menjalankan perusahaan bersama saudaranya, Thomas Smith, selama dua dekade. Bersama-sama mereka mengamankan hak paten teknologi dan mengembangkan Taser menjadi alat standar yang digunakan kepolisian di berbagai negara.

    Lebih jauh, berikut daftar 10 CEO dengan bayaran terbesar versi The Wall Street Journal:

    1. CEO Axon Enterprise Rick Smith – US$164,53 juta
    2. CEO General Electric Lawrence Culp Jr. – US$88,95 juta
    3. CEO Blackstone Stephen Schwarzman – US$84,03 juta
    4. CEO Apple Tim Cook – US$ 74,61 juta
    5. CEO KKR Joseph Bae – US$73,09 juta
    6. CEO Carrier Global David Gitlin – US$65,73 juta
    7. CEO KKR Scott Cuttall – US$64,2 juta
    8. CEO Netflix Theodore Sarandos – US$61,92 juta
    9. CEO Simon Property Group David Simon – US$61,39 juta
    10. CEO Netflix Greg Peters – US$60,27 juta

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Miliarder Warren Buffett Sumbang Saham ke Gates Foundation, Nilainya Sentuh Rp 97 Triliun – Page 3

    Miliarder Warren Buffett Sumbang Saham ke Gates Foundation, Nilainya Sentuh Rp 97 Triliun – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Miliarder sekaligus investor ternama asal Amerika Serikat (AS), Warren Buffett menambah donasi saham Berkshire Hathaway senilai USD 6 miliar (Rp 97 triliun) kepada Gates Foundation dan empat badan amal keluarga.

    Donasi tersebut menandai sumbangan tahunan terbesar Buffett sejak ia mulai menyumbangkan kekayaannya hampir dua dekade lalu.

    Sumbangan sekitar 12,36 juta saham Berkshire Kelas B tersebut meningkatkan total sumbangan Buffett kepada badan Gates Foundation menjadi lebih dari USD 60 miliar (Rp 970,7 triliun).

    Ia menyumbangkan 9,43 juta saham kepada Gates Foundation; 943.384 saham kepada Susan Thompson Buffett Foundation; dan 660.366 saham kepada masing-masing dari tiga badan amal yang masing-masing dipimpin oleh anak-anak Buffett yaitu Howard G. Buffett Foundation, Sherwood Foundation, dan NoVo Foundation.

    Setelah donasi terbaru, Warren Buffett saat ini masih memiliki 13,8 persen saham Berkshire Hathaway, berdasarkan jumlah saham beredar yang dilaporkan.

    Kekayaan bersih Buffett tercataf sebesar USD 152 miliar (Rp2,4 kuadriliun) sebelum donasi pada 27 Juni 2025, menjadikannya orang terkaya kelima di dunia, menurut catatan Forbes.

    Buffett akan menempati peringkat keenam setelah donasi tersebut.

    Pada November 2024, Buffett telah menyumbangkan USD 1,14 miliar (Rp18,4 triliun) kepada badan amal keluarganya.

     

  • Berhenti Beli 5 Barang Ini!

    Berhenti Beli 5 Barang Ini!

    Jakarta

    Bankir dan investor paling kaya di dunia, Warren Buffett, sering kali memberikan nasihat keuangan bagi siapa saja yang ingin mengatur kemampuan finansialnya dengan lebih baik. Termasuk di antaranya tips membeli barang untuk kelas menengah.

    Melansir dari New Trade U, Buffett dikenal dengan prinsip hidup hematnya meskipun memiliki kekayaan melimpah. Ia kerap menekankan pentingnya memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan, terutama bagi kelas menengah yang sering kali terjebak dalam pola konsumsi berlebihan.

    Berikut daftar 5 hal yang perlu berhenti dibeli kalangan kelas menengah:

    1. Mobil Baru

    Salah satu nasihat Buffett yang paling konsisten ia sampaikan kepada kelas menengah adalah untuk menghindari pembelian mobil baru. Sebab menurutnya kendaraan merupakan salah satu aset yang dengan cepat kehilangan nilainya.

    Mobil baru dapat kehilangan hingga 20% dari nilainya pada tahun pertama, dan nilai aset ini akan terus turun hingga 60% selama lima tahun pertama. Dalam hal ini, membeli mobil bekas dengan kondisi baik adalah pilihan yang jauh lebih masuk akal.

    “Jangan simpan apa yang tersisa setelah belanja, tetapi belanjakan apa yang tersisa setelah menabung,” kata Buffett.

    2. Paket Berlangganan

    Di era digital saat ini terdapat berbagai layanan berlangganan seperti streaming video, musik, atau aplikasi premium lainnya. Namun tanpa disadari biaya berlangganan sejumlah layanan ini tanpa disadari menjadi penguras isi dompet.

    Karena hal inilah menurut Buffett berlangganan layanan yang tidak digunakan secara maksimal adalah kebiasaan lain yang perlu dihindari. Dalam hal ini termasuk berbagai layanan berlangganan lainnya seperti keanggotaan gym, tempat makan, dan lain sebagainya.

    Kuncinya adalah meninjau kembali layanan langganan apa saja yang memang diperlukan dan dimanfaatkan dengan baik, kemudian menghilangkan langganan yang tidak memberikan keuntungan. “Jika Anda membeli barang yang tidak Anda butuhkan, Anda akan segera harus menjual barang yang Anda butuhkan,” terangnya.

    3. Rumah Baru

    Meski Buffett memahami pentingnya punya rumah sendiri, ia memperingatkan kelompok kelas menengah untuk tidak terus berpindah ke rumah yang lebih besar. Sebab menurutnya hal ini dapat menyebabkan tekanan finansial dan menghambat akumulasi kekayaan dalam jangka panjang.

    Buffett sendiri memberi contoh dengan tinggal di rumah yang sama yang dibelinya di Omaha, Nebraska, pada 1958 seharga US$ 31.500 atau Rp 510,14 juta.

    Pendekatannya terhadap kepemilikan rumah menekankan kepraktisan dan hidup sesuai kemampuan. Pindah ke rumah yang lebih besar sering kali meningkatkan pembayaran hipotek, pajak properti, dan biaya pemeliharaan serta utilitas yang jauh lebih besar.

    4. Barang Kualitas Rendah

    Untuk menghemat uang, kelas menengah sering kali tergoda membeli barang murah. Namun sayangnya, barang-barang seperti ini sering kali berkualitas rendah dan memiliki masa pakai yang pendek.

    Alih-alih menghemat pengeluaran, kondisi seperti ini menurut Buffett malah membuat orang harus mengganti barang lebih cepat dan akhirnya meningkatkan pengeluaran. Sehingga pendekatan ini sering kali lebih boros biaya dalam jangka panjang.

    Filosofi ini berlaku untuk semua hal mulai dari pakaian hingga peralatan rumah tangga. Dengan memilih kualitas daripada kuantitas, ia berpendapat kelas menengah dapat mengurangi frekuensi penggantian dan menghemat uang dari waktu ke waktu.

    5. Tiket Lotre/Judi

    Buffett secara konsisten mengkritik berbagai jenis perjudian dan tiket lotre. Sebab menurutnya judi merupakan hasil dari kesalahpahaman tentang probabilitas dan gejala dari harapan akan kekayaan instan daripada membangunnya secara sistematis melalui tabungan dan investasi.

    “Perjudian dan tiket lotre adalah pajak bagi orang-orang yang tidak mengerti matematika,” kata Buffett.

    Daya tarik menjadi kaya dengan cepat sering kali menggoda mereka yang memiliki pengetahuan keuangan terbatas. Namun, Buffett percaya uang yang dihabiskan untuk berjudi dapat diinvestasikan dengan lebih baik pada aset yang lebih mungkin menghasilkan keuntungan dari waktu ke waktu.

    (fdl/fdl)

  • Bill Gates akan Sumbangkan 99 Persen Kekayaannya pada 2045, Untuk Apa? – Page 3

    Bill Gates akan Sumbangkan 99 Persen Kekayaannya pada 2045, Untuk Apa? – Page 3

    Bersama Paul Allen, Bill Gates mendirikan Microsoft pada tahun 1975, perusahaan tersebut menjadi kekuatan dominan dalam perangkat lunak komputer dan industri teknologi lainnya.

    Gates secara bertahap mundur dari perusahaan, mengundurkan diri sebagai CEO pada tahun 2000 dan sebagai chairman pada tahun 2014.

    Ia mengaku terinspirasi dari investor Warren Buffett dan filantropis lainnya untuk menyumbangkan uang. Namun, kritik terhadap yayasannya menyebutkan bahwa Gates menggunakan status amal untuk menghindari pajak dan memiliki pengaruh yang tidak semestinya terhadap sistem kesehatan global.

    Dalam unggahan blog-nya, ia menguraikan tiga tujuan utama yayasannya: memberantas penyakit menular yang membunuh ibu dan anak-anak; memberantas penyakit menular termasuk malaria dan campak; serta memberantas kemiskinan bagi ratusan juta orang.

    Gates juga mengkritik Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis karena memangkas anggaran bantuan luar negeri mereka.

    “Tidak jelas apakah negara-negara terkaya di dunia akan terus membela rakyat miskin. Tetapi satu hal yang dapat kami jamin adalah bahwa, dalam semua pekerjaan kami, Gates Foundation akan mendukung upaya untuk membantu orang dan negara keluar dari kemiskinan,” ia memaparkan.

  • Wow! Bill Gates Berniat Sumbang 99% Kekayaan Hingga 2045

    Wow! Bill Gates Berniat Sumbang 99% Kekayaan Hingga 2045

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pendiri Microsoft Bill Gates mengatakan ia bermaksud menyumbangkan 99% dari kekayaannya yang sangat besar selama 20 tahun ke depan. Hal ini disampaikan dalam sebuah posting blog yang dikutip BBC News, Kamis (8/5/2025).

    Dalam pernyataan itu, Gates mengatakan bahwa ia akan mempercepat pemberiannya melalui yayasannya. Ia juga berencana untuk mengakhiri operasi pembagian kekayaan ini pada tahun 2045.

    “Orang-orang akan mengatakan banyak hal tentang saya ketika saya meninggal, tetapi saya bertekad bahwa ‘dia meninggal dalam keadaan kaya’ tidak akan menjadi salah satu dari mereka,” tuturnya.

    Gates, 69 tahun, mengatakan bahwa yayasannya yang bernama sama telah memberikan US$ 100 miliar (Rp 1.640 triliun) untuk proyek-proyek kesehatan dan pembangunan. Ia berharap yayasan tersebut akan menghabiskan US$ 200 miliar (Rp 3.280 triliun) lagi, tergantung pada pasar dan inflasi, selama dua dekade ke depan.

    Dalam posting blognya, Gates mengutip esai tahun 1889 oleh taipan Andrew Carnegie yang berjudul The Gospel of Wealth, yang menyatakan bahwa orang kaya memiliki kewajiban untuk mengembalikan kekayaan mereka kepada masyarakat.

    “Orang yang meninggal dalam keadaan kaya akan meninggal dalam keadaan malu,” tulisnya.

    Ikrar terbarunya merupakan percepatan dalam pemberian amal. Awalnya, ia dan mantan istrinya Melinda telah merencanakan cara-cara agar Yayasan Gates terus bekerja selama beberapa dekade setelah kematian mereka.

    Ketika ditanya tentang perubahan ini, Gates mengatakan kepada BBC’s Newshour pada hari Kamis bahwa akan ada orang kaya lainnya dalam 20 tahun yang dapat mengatasi tantangan masa depan dengan lebih baik.

    “Ini benar-benar tentang urgensi,” katanya. “Kita dapat menghabiskan lebih banyak uang jika kita tidak berusaha untuk terus-menerus, dan saya tahu bahwa pengeluaran tersebut akan sejalan dengan nilai-nilai saya.”

    Harta Yang Tak Habis

    Menyumbangkan 99% kekayaannya masih bisa menjadikan Gates sebagai miliarder. Dalam data Bloomberg, Gates saat ini masih memiliki kekayaan hingga US$ 108 miliar (Rp 1.787 triliun). Gates juga mengatakan yayasan tersebut akan menarik dana abadinya untuk menyumbangkan US$ 200 miliar.

    Bersama Paul Allen, Gates mendirikan Microsoft pada tahun 1975, dan perusahaan tersebut menjadi kekuatan dominan dalam perangkat lunak komputer dan industri teknologi lainnya. Gates secara bertahap telah mundur dari perusahaan tersebut pada abad ini, mengundurkan diri sebagai kepala eksekutif pada tahun 2000 dan sebagai ketua pada tahun 2014.

    Ia mengatakan bahwa ia terinspirasi untuk menyumbangkan uang oleh investor Warren Buffett dan filantropis lainnya. Ia juga menguraikan tiga tujuan utama yayasannya yakni memberantas penyakit yang dapat dicegah yang membunuh ibu dan anak, memberantas penyakit menular termasuk malaria dan campak, serta memberantas kemiskinan bagi ratusan juta orang.

    Gates juga mengkritik Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis karena memangkas anggaran bantuan luar negeri mereka. Pasalnya, hal ini dapat memperparah program-program jaminan sosial, yang ujungnya menjatuhkan masyarakat pada kemiskinan.

    “Tidak jelas apakah negara-negara terkaya di dunia akan terus membela rakyatnya yang termiskin,” tulisnya. “Namun satu hal yang dapat kami jamin adalah, dalam semua pekerjaan kami, Yayasan Gates akan mendukung upaya untuk membantu orang dan negara keluar dari kemiskinan.”

    Ia lebih tegas dalam wawancara dengan Newshour, saat ditanya tentang komentarnya yang menuduh miliarder teknologi Elon Musk membunuh anak-anak melalui pemotongan bantuan AS yang dilakukan oleh Departemen Efisiensi Pemerintah, atau DOGE.

    “Pemotongan ini tidak hanya akan membunuh anak-anak, tetapi jutaan anak,” jawab Gates. “Anda tidak akan menyangka orang terkaya di dunia akan melakukannya.”

    (tps/tps)

  • Berkshire Hathaway, Pabrik Tekstil yang Disulap Warren Buffett Jadi Raksasa Investasi

    Berkshire Hathaway, Pabrik Tekstil yang Disulap Warren Buffett Jadi Raksasa Investasi

    Bisnis.com, JAKARTA – Investor legendaris Warren Buffett akan mengundurkan diri dari posisi CEO di perusahaan miliknya, Berkshire Hathaway, yang dia pimpin selama lebih dari enam dekade.

    Berkat Buffett, Berkshire Hathaway kini memiliki kapitalisasi pasar hingga US$1,16 triliun dan menjadi salah satu perusahaan paling bernilai di dunia.

    Namun, mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa perusahaan ini awalnya merupakan produsen tekstil yang nyaris bangkrut sebelum diakuisisi Buffett.

    Sejarah Berkshire Hathaway berawal pada merger dua perusahaan abad ke-19, Berkshire Fine Spinning Assicoates dan Hathaway Manufacturing Company, pada tahun 1955. Perusahaan ini awalnya berfokus pada manufaktur tekstil.

    Merger tersebut ternyata tidak berjalan baik. Buffett mengatakan hasil merger ini sempat menjadi raksasa tekstil di New England, AS, namun nyatanya menjadi perjanjian yang merugikan. Dalam tujuh tahun setelah penggabungan, perusahaan merugi secara keseluruhan, dan nilai bersihnya tergerus 37%.

    ”Di sisi lain, perusahaan mulai menutup pabrik demi pabrik, dan sebagian hasil likuidasi digunakan untuk membeli kembali saham. Pola itu yang menarik perhatian saya,” ungkap Buffett dalam suratnya, dilansir dari Berkshirehataway.com.

    Melalui perusahaan investasi yang dia kelola, Buffett Partnership Ltc. (BPL), Buffett tertarik membeli saham Berkshire pada Desember 1962 di harga US$7,50, jauh di bawah nilai per saham yang sebesar US$10,25 dan nilai buku Us$20,20.

    ”Membeli saham tersebut ibarat memungut puntung cerutu di trotoar—jelek, basah, dan tak menarik, tapi masih ada satu hisapan gratis di dalamnya,” katanya.

    Tipe investasi Buffett di masa lalu berbeda dengan saat ini. Dahulu, dia lebih suka mencari saham dengan valuasi rendah dan menjualnya kembali dengan lebih tinggi.

    Pada 1964, Berkshire Hathaway yang saat itu dipimpin oleh Seabury Stanton menawarkan buyback 225.000 saham perusahaan dengan harga US$11,375 per saham.

    Tawaran tersebut membuat Buffett kecewa. Hal ini karena sebelum penawaran dikirim ke para pemegang saham, Stanton bertanya ke dirinya, di harga berapa BPL bersedia melepas sahamnya? Buffett menjawab US$11,50 dan Stanton mengiyakan.

    “Namun, karena kecewa terhadap tindakan Stanton yang mencoba mengakali kesepakatan, saya menolak tawaran tersebut dan justru mengambil langkah berani: membeli saham Berkshire dengan lebih agresif,” ungkap Buffett.

    Kantor pusat Berkshire Hathaway Inc. di Omaha, Nebraska, AS./Reuters-Brendan McDermid

  • Warren Buffett Kritik Kebijakan Tarif Trump: Perdagangan Bukan Senjata

    Warren Buffett Kritik Kebijakan Tarif Trump: Perdagangan Bukan Senjata

    Bisnis.com, JAKARTA – Investor kawakan Warren Buffett mengkritik kebijakan perdagangan garis keras yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump.

    Melansir CNBC International pada Senin (5/5/2025), tanpa menyebut nama Trump secara langsung, Buffett mengatakan bahwa mengenakan tarif hukuman pada seluruh dunia adalah kesalahan besar.

    “Perdagangan seharusnya tidak menjadi senjata. Saya pikir semakin makmur seluruh dunia, itu tidak akan merugikan kita, semakin makmur kita, dan semakin aman kita, dan anak-anak Anda akan merasa suatu hari nanti,” kata Buffett pada rapat pemegang saham Berkshire Hathaway.

    Dia menyebut, perdagangan dan tarif “bisa menjadi tindakan perang” dan dia menyebut kebijakan Trump tersebut mengarah pada hal-hal buruk. 

    “Hanya sikap yang ditimbulkannya. Di Amerika Serikat, maksud saya, kita harus berusaha untuk berdagang dengan seluruh dunia dan kita harus melakukan apa yang terbaik bagi kita dan mereka harus melakukan apa yang terbaik bagi mereka,” lanjutnya.

    Buffett menjelaskan bahwa kebijakan proteksionis dapat memiliki konsekuensi negatif dalam jangka panjang bagi AS, setelah menjadi negara industri terkemuka di dunia.

    “Menurut saya, itu adalah kesalahan besar, ketika ada tujuh setengah miliar orang yang tidak menyukai Anda, dan ada 300 juta orang yang bersorak-sorai tentang seberapa baik kinerja mereka – menurut saya itu tidak benar, dan menurut saya itu tidak bijaksana,” kata Buffett. 

    “Amerika Serikat menang. Maksud saya, kita telah menjadi negara yang sangat penting, dimulai dari nol 250 tahun yang lalu. Tidak ada yang seperti itu sebelumnya.”

    Komentar Buffett, yang paling lantang sejauh ini tentang tarif, muncul setelah Gedung Putih memberlakukan tarif impor tertinggi dalam beberapa generasi yang mengejutkan dunia bulan lalu, memicu volatilitas ekstrem di Wall Street. 

    Presiden kemudian mengumumkan jeda tiba-tiba selama 90 hari pada sebagian besar kenaikan, kecuali untuk China, karena Gedung Putih berupaya membuat kesepakatan dengan negara-negara lain. Jeda tersebut telah menstabilkan pasar.

    Namun, Trump telah mengenakan tarif sebesar 145% pada barang-barang impor China tahun ini, yang mendorong China untuk mengenakan tarif balasan sebesar 125%. China mengatakan minggu lalu bahwa mereka sedang mengevaluasi kemungkinan memulai negosiasi perdagangan dengan AS.

  • Warren Buffett Mundur dari Berkshire Hathaway, Ini Sosok Calon Suksesornya

    Warren Buffett Mundur dari Berkshire Hathaway, Ini Sosok Calon Suksesornya

    Bisnis.com, JAKARTA – Investor kawakan sekaligus pemilik Berkshire Hathaway Inc., Warren Buffett telah resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari perusahaan investasi tersebut dan menunjuk penggantinya, yaitu Greg Abel.

    “Saya rasa sudah tiba saatnya Greg menjadi CEO perusahaan pada akhir tahun,” kata Buffett pekan lalu saat menutup rapat tahunan Berkshire di Omaha dikutip dari Reuters, Senin (5/5/2025).

    Buffett menambahkan bahwa dia masih akan berada di sana dan mungkin berguna dalam beberapa kasus tetapi keputusan akhir akan berada di tangan Abel.

    Langkah Buffett akan melambungkan nama Abel ke dalam sorotan di Berkshire. Abel, yang telah lama diidentifikasi oleh Berkshire sebagai penerus Buffett, mungkin tidak memiliki kekuatan bintang seperti Buffett meskipun dia diharapkan dapat melestarikan budaya konglomerat tersebut. 

    Buffett mengatakan Abel dan sebagian besar dewan direksi Berkshire tidak mengetahui rencananya sebelum pengumuman tersebut, meskipun Buffett telah memberi tahu kedua anaknya yang merupakan direktur. Dewan direksi Berkshire akan bertemu pada Minggu waktu setempat untuk membahas transisi tersebut, katanya. 

    Abel, 62 tahun, telah menjadi wakil ketua Berkshire sejak 2018 dan ditunjuk sebagai pengganti Buffett yang diharapkan sebagai CEO pada 2021.

    Abel bergabung dengan Berkshire Hathaway Energy, yang saat itu dikenal sebagai MidAmerican Energy, pada 1992, yang kemudian diambil alih oleh Berkshire, dan menjadi kepala MidAmerican pada 2008.

    Saat ini, Abel mengawasi operasi non-asuransi Berkshire seperti BNSF, Berkshire Hathaway Energy, dan puluhan operasi kimia, industri, dan ritel. Tahun lalu, dirinya juga mengambil alih beberapa tanggung jawab alokasi modal yang sebelumnya menjadi tanggung jawab Buffett.

    Buffett mengatakan tahun lalu bahwa dia juga ingin Abel memiliki keputusan akhir mengenai portofolio saham publik Berkshire, pekerjaan yang sebelumnya dianggap akan diserahkan kepada orang lain.

    Banyak eksekutif yang bekerja dengan Abel menyebutnya sebagai seorang penanya yang jeli, yang meneliti metrik keuangan dengan saksama dan ingin memahami bisnis serta cara menjalankannya dengan saksama.

    “Pertanyaan Abel memastikan Anda memikirkan arahan dan rencana sebagai sebuah perusahaan. Anda akan lebih cerdas setelah berdiskusi dengannya,” kata Chris Kelly, kepala eksekutif HomeServices of America, pialang real estat perumahan terbesar di AS. 

  • VIDEO: Warren Buffett Umumkan Pensiun, Greg Abel Siap Jadi Penerus

    VIDEO: Warren Buffett Umumkan Pensiun, Greg Abel Siap Jadi Penerus

    VIDEO: Warren Buffett Umumkan Pensiun, Greg Abel Siap Jadi Penerus

  • Warren Buffett Berencana Mundur dari Jabatan CEO Berkshire Hathaway Akhir 2025

    Warren Buffett Berencana Mundur dari Jabatan CEO Berkshire Hathaway Akhir 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia mengumumkan bahwa dirinya akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO Berkshire Hathaway pada akhir tahun 2025.

    Berkshire Hathaway adalah perusahaan konglomerasi yang bermarkas di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat yang memiliki banyak perusahaan subsidiary. 

    Bisnis inti dari Berkshire Hathaway adalah asuransi, termasuk properti dan asuransi jiwa, reinsuransi dan asuransi khusus yang tidak standar.

    Melansir dari Techcrunch, Minggu (4/5/2025) posisi Buffet bakal diserahkan kepada Greg Abel, yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua untuk operasi non-asuransi perusahaan.

    “Saya pikir sudah tiba saatnya Greg menjadi kepala eksekutif perusahaan pada akhir tahun,” kata Buffett di akhir rapat pemegang saham tahunan perusahaan.

    Meski akan mundur dari jabatan eksekutif tertinggi, Buffett, yang kini berusia 94 tahun, menegaskan bahwa dirinya tetap akan berkontribusi dalam kapasitas tertentu di dalam perusahaan. 

    Dalam sebuah wawancara, baik Buffett maupun Abel menyatakan bahwa peran formal Buffett setelah pengunduran dirinya akan menjadi topik utama dalam rapat dewan tersebut.

    Greg Abel telah lama disebut-sebut sebagai penerus Buffett. Namun, baru kali ini sang pendiri Berkshire Hathaway menetapkan secara pasti waktu transisi kepemimpinan.

    Di bawah kepemimpinan Buffett, Berkshire Hathaway telah bertransformasi menjadi salah satu konglomerat terbesar di dunia. 

    Meskipun perusahaan memiliki portofolio investasi yang sangat beragam, sektor teknologi telah menjadi bagian penting, terutama melalui investasi besar dalam Apple Inc. 

    Bahkan setelah mengurangi setengah dari kepemilikan sahamnya tahun lalu, Apple tetap menyumbang lebih dari 20% dari keseluruhan portofolio Berkshire.