Tag: Warren Buffett

  • Kaya Raya tapi Sederhana, Kebiasaan Hemat Bill Gates yang Mengejutkan

    Kaya Raya tapi Sederhana, Kebiasaan Hemat Bill Gates yang Mengejutkan

    JAKARTA – Di dunia para miliarder, hidup hemat mungkin terdengar aneh. Namun William Henry Gates III atay lebih dikenal sebagai Bill Gates, pendiri Microsoft dan salah satu orang terkaya di dunia justru terkenal karena sikapnya yang hati-hati dalam menggunakan uang.

    Dengan kekayaan yang kini diperkirakan lebih dari 108 miliar dolar AS atau Rp1,7 kuadriliun, Gates sebenarnya bisa membeli apa saja. Tapi ia justru memilih untuk tidak menghambur-hamburkannya.

    Selain menjaga pengeluaran pribadinya, Gates sejak lama juga menjauh dari ambisi menumpuk kekayaan. Ia pernah menyatakan komitmennya untuk menyumbangkan sebagian besar hartanya melalui Bill and Melinda Gates Foundation dan berbagai lembaga amal lainnya. Ia berharap suatu hari namanya tidak lagi berada di daftar orang paling kaya di dunia.

    Bagi Gates kekayaan bukan untuk ditimbun, melainkan digunakan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Berikut 5 hal yang hampir tidak pernah menjadi tempat ia menghamburkan uang dan semuanya mencerminkan cara pandangnya terhadap uang, kehidupan, dan filantropi.

    Berikut 5 hal yang dihindari Bill Gates agar tak menyesal di hari tua, seperti dilansir dari laman Nasdaq.

    1. Pengeluaran Berlebihan

    Seperti halnya Warren Buffett, Gates dikenal sangat teliti dalam mengatur pengeluaran. Ia lebih memilih bersikap bijak daripada bersenang-senang secara berlebihan.

    Jika banyak miliarder lain seperti Elon Musk atau Jeff Bezos bisa mengeluarkan jutaan dolar seperti uang saku, Gates justru berpegang pada prinsip kehati-hatian.

    Ia berasal dari latar belakang yang sederhana, dan kebiasaan itu ikut membentuk cara pandangnya. Meskipun kini menjadi salah satu orang terkaya di dunia, ia tetap mempraktikkan gaya hidup dengan batas yang jelas dan penuh pertimbangan.

    2. Barang Mewah untuk Anak

    Gates lebih memilih investasi pada pendidikan dan kegiatan amal daripada membelanjakan uang untuk barang mewah anak-anaknya. Ia pernah mengatakan bahwa memberi terlalu banyak uang kepada anak bukanlah ide yang baik. Menurutnya, anak-anak perlu belajar menghargai uang, bukan tumbuh dengan pola pikir mereka bisa mendapatkan apa pun tanpa usaha.

    3. Makanan Mewah dan Berlebihan

    “Berapa banyak makanan yang bisa Anda makan?” ujar Gates kepada CNBC. Bagi Gates, makanan adalah soal kebutuhan, bukan kemewahan. Ia lebih peduli pada isu ketahanan pangan di negara-negara berkembang daripada memanjakan diri dengan hidangan super mahal. Dalam pandangannya, makan berlebihan sama saja dengan membuang-buang uang.

    4. Yachts dan Supercar Mewah

    Gates juga bukan tipe yang mengoleksi kapal pesiar atau mobil mewah seperti Lamborghini. Luxury Launches pernah menyebutkan ia memang bukan penggemar barang-barang super mewah tersebut. Meski begitu, ia sempat merayakan ulang tahunnya yang ke-66 di atas kapal pesiar mewah sewaan pada tahun 2021 bersama Jeff Bezos.

    Ia juga memiliki Porsche 959, jadi tidak bisa dibilang benar-benar tidak pernah belanja barang mahal. Namun jika melihat kekayaannya yang luar biasa, satu-dua pembelian seperti ini masih termasuk sangat wajar dan jauh dari sikap boros.

    5. Busana Mewah dan Aksesoris Desainer

    Gates tidak tertarik memamerkan kekayaan lewat pakaian, perhiasan, atau jam tangan mahal. Ia pernah dengan bangga mengaku memakai jam Casio seharga 10 dolar atau Rp166 ribu dalam sebuah acara pada 2014. Penampilannya yang sederhana sudah menjadi ciri khas dan selaras dengan prinsip hidupnya yang tidak suka berlebihan.

  • Berani Serang Presiden, Pria Ini Dipenjara dan Ditagih Rp 90 Miliar

    Berani Serang Presiden, Pria Ini Dipenjara dan Ditagih Rp 90 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pelaku utama peretasan Twitter tahun 2020, Joseph James O’Connor, kembali menjadi sorotan.

    Setelah dijatuhi hukuman penjara lima tahun pada 2023, pria berusia 26 tahun itu kini diperintahkan membayar ganti rugi senilai 4,1 juta poundsterling atau sekitar Rp 90 miliar.

    Perintah pembayaran tersebut diumumkan oleh Crown Prosecution Service (CPS) Inggris pada Senin.

    O’Connor, yang mengaku bersalah di Amerika Serikat atas dakwaan intrusi komputer, wire fraud, dan pemerasan, terbukti terlibat dalam peretasan yang menimpa sejumlah tokoh besar, termasuk Presiden AS ke-44 Barack Obama, Joe Biden, Elon Musk, Bill Gates, Warren Buffett, dan Kim Kardashian.

    Skema kejahatannya menggunakan akun-akun yang diretas untuk meminta kiriman mata uang kripto dan mengancam beberapa selebritas. Atas tindakan itu, CPS berhasil mendapatkan perintah pemulihan sipil untuk menyita 42 Bitcoin dan aset kripto lainnya yang terkait dengan penipuan tersebut.

    “Kami mampu menggunakan seluruh kewenangan yang tersedia untuk memastikan bahwa sekalipun seseorang tidak dihukum di Inggris, kami tetap dapat mencegah mereka mengambil keuntungan dari tindakan kriminal mereka,” kata jaksa Adrian Foster dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Selasa (18/11/2025).

    O’Connor sendiri ditangkap di Spanyol pada 2021 sebelum akhirnya diekstradisi ke AS setelah pengadilan setempat menyimpulkan bahwa proses hukum lebih tepat dilakukan di Amerika karena bukti dan korban berada di sana.

    Aset kripto yang disita akan segera dilikuidasi oleh wali amanat yang ditunjuk pengadilan. Serangan siber itu sempat membuat Twitter, yang kini bernama X, membatasi sementara akses akun terverifikasi karena tingginya risiko penyalahgunaan.

    Kasus ini menjadi salah satu peretasan terbesar dalam sejarah media sosial dan kembali menegaskan pentingnya pengamanan siber bagi platform digital dunia.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Warren Buffett Curhat: Jadi Korban Deepfake AI

    Warren Buffett Curhat: Jadi Korban Deepfake AI

    Jakarta

    Warren Buffett, salah satu investor paling disegani di dunia, kembali menjadi korban penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan.

    Berkshire Hathaway — perusahaan miliknya — memperingatkan publik soal beredarnya video palsu di YouTube yang menggunakan gambar dan suara AI untuk meniru sosok sang “Oracle of Omaha”.

    Dalam pernyataan resmi berjudul “It’s Not Me,” Berkshire menyebut sejumlah video menampilkan sosok Buffett seolah memberikan tips investasi, padahal pernyataan itu sama sekali bukan miliknya, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Selasa (11/11/2025).

    Salah satunya berjudul “Warren Buffett: The 1 Investment Tip For Everyone Over 50 (MUST WATCH)” — video yang meniru gaya berbicara Buffett, tapi dengan suara datar dan artifisial.

    “Orang yang kurang familiar dengan Buffett mungkin akan mengira video-video ini nyata dan bisa disesatkan oleh isinya. Buffett khawatir jenis video penipuan seperti ini tengah menjadi virus yang menyebar,” tulis Berkshire.

    Fenomena deepfake yang memanfaatkan AI generatif untuk meniru wajah dan suara publik figur kian marak, menimbulkan kekhawatiran besar soal misinformasi dan penipuan digital. Kasus Buffett muncul tak lama setelah FBI mengungkap sejumlah pelaku kejahatan siber menggunakan suara AI palsu untuk menyamar sebagai pejabat tinggi Amerika Serikat demi mencuri data pegawai pemerintah.

    Buffett, 95 tahun, sudah beberapa kali mengeluhkan praktik peniruan seperti ini. Tahun lalu, dua minggu sebelum pemilihan presiden AS 2024, ia sempat memperingatkan publik soal klaim palsu yang menyebut dirinya mendukung kandidat politik atau produk investasi tertentu. “Saya tidak pernah mendukung produk investasi atau kandidat mana pun,” tegasnya waktu itu.

    Kabar terbaru datang di tengah persiapan peralihan kepemimpinan di Berkshire Hathaway. Buffett akan mengundurkan diri sebagai CEO pada akhir tahun ini, dan posisinya akan digantikan oleh wakil ketua Greg Abel.

    (asj/rns)

  • Warren Buffet Jual Seluruh Saham BYD, Sudah Untung 20 Kali Lipat

    Warren Buffet Jual Seluruh Saham BYD, Sudah Untung 20 Kali Lipat

    Jakarta

    Berkshire Hathaway, perusahaan investasi milik miliarder Amerika, Warren Buffett, resmi mengakhiri investasinya di produsen kendaraan listrik (EV) asal Tiongkok, BYD.

    Berkshire sudah investasi panjang selama 17 tahun di BYD. Nilainya telah tumbuh lebih dari 20 kali lipat dalam periode tersebut.

    Perusahaan Buffett mulai berinvestasi di BYD pada tahun 2008. Dia membayar US$ 230 juta untuk mencaplok sekitar 225 juta lembar saham, setara dengan kepemilikan 10% saham BYD pada saat itu.

    Kemudian sejak Agustus 2022, Berkshire mulai secara bertahap mengurangi kepemilikan saham BYD.

    Mengutip CNBC International, penasihat khusus untuk BYD, Alfredo Altavilla mengatakan Buffett sudah mendapatkan keuntungan 20 kali lipat dari modal yang dia investasikan.

    Li Yunfei, petinggi BYD, dalam sebuah unggahan di akun Weibo resminya mengucapkan terima kasih kepada Berkshire atas investasi, bantuan, dan persahabatannya selama 17 tahun terakhir. Ia menyebut penjualan saham tersebut sebagai hal yang biasa.

    “Berinvestasi dalam saham melibatkan pembelian dan penjualan, yang benar-benar normal… Kami berterima kasih atas pengakuan Charlie Munger dan Warren Buffett atas BYD, serta atas investasi, dukungan, dan persahabatan selama 17 tahun terakhir… Pujilah semua orang percaya jangka panjang!” tulis Li Yunfei.

    Mencukil laporan Reuters, pesaing terbesar Tesla tersebut mengalami penurunan laba kuartalan untuk pertama kalinya dalam tiga setengah tahun karena ekspansinya terhambat di tengah kampanye pemerintah melawan perang harga.

    Penjualan domestik BYD, yang mencakup hampir 80% dari total pengiriman globalnya, turun selama empat bulan berturut-turut di bulan Agustus. BYD telah memangkas target penjualan tahunan hingga 16% menjadi 4,6 juta kendaraan.

    (riar/dry)

  • Video: Buffett Lepas Saham BYD, Untung 20 Kali Lipat

    Video: Buffett Lepas Saham BYD, Untung 20 Kali Lipat

    Jakarta, CNBC Indonesia –Investor kawakan Warren Buffett melalui perusahaannya Berkshire Hathaway, telah melepas seluruh saham yang dimilikinya di perusahaan otomotif China, BYD. Langkah ini menjadi akhir dari investasi selama tujuh belas tahun yang telah mencetak keuntungan lebih dari 20 kali lipat,

    Selengkapnya dalam program Autobizz CNBC Indonesia, Selasa (30/09/2025).

  • Ketika Amerika Serikat Lebih Mirip Emerging Market

    Ketika Amerika Serikat Lebih Mirip Emerging Market

    Bisnis.com, JAKARTA — Apakah 200 bps Spread Terlalu Tipis untuk Bullish? Banyak pelaku pasar buru-buru menyimpulkan bahwa spread yield INDOGB 10 tahun terhadap US Treasury yang kini hanya 200 bps—terendah dalam sejarah—sudah terlalu tipis untuk tetap bullish. Alasannya sederhana: rata-rata dua dekade terakhir ada di kisaran 500 bps. Tapi pasar tidak hidup di masa lalu. Seperti kata Warren Buffett, “If past history was all there was to the game, the richest people would be librarians.”

    Fenomena penyempitan spread bukan hanya terjadi di Indonesia. Filipina, Malaysia, hingga Thailand mengalami hal serupa. Bahkan, di Malaysia dan Thailand, yield 10 tahun obligasi pemerintahnya sudah berada di bawah yield US Treasury. Investor di sana rela menerima negative risk premium. Artinya, rendahnya spread Indonesia bukan tanda valuasi kita sudah tidak menarik, melainkan cerminan bahwa yang “bermasalah” justru ada di Amerika Serikat. Defisit fiskal AS yang terus melebar, ketidakpastian politik, hingga penurunan sovereign rating telah membuat profil pembiayaan AS semakin menyerupai EMs.

    Amerika Semakin Mirip Emerging Market (EM). Gejala ini makin kentara dalam beberapa aspek. Pertama, defisit fiskal yang kronis memaksa pemerintah AS menerbitkan surat utang dalam jumlah masif. Tidak heran kini pasar mulai menaruh perhatian serius pada isu debt sustainability Amerika, persis seperti cara mereka menilai risiko kredit negara-negara EM.

    Kedua, ketidakpastian politik dan kebijakan membuat AS kehilangan citra sebagai safe haven. Pergantian arah kebijakan yang kerap ekstrem—mulai dari tarif impor, perubahan pajak, drama plafon utang, hingga ancaman government shutdown—semua menambah uncertainty premium pada U.S. Treasury.

    Ketiga, tekanan terhadap dolar. Di banyak negara EM, dominasi fiskal sering berujung pada pelemahan mata uang. Pola ini kini juga terlihat di AS. Meski suku bunga sudah naik tajam, dolar justru sempat melemah, mendorong investor global melakukan diversifikasi ke emas, obligasi EM, dan aset berbasis mata uang lokal.

    Keempat, soal kualitas kredit. Dulu AS identik dengan “risk-free premium.” Namun serangkaian penurunan peringkat—dari S&P pada 2011, Fitch pada 2023, hingga Moody’s pada 2024— menunjukkan bahwa posisi kredit AS makin merosot. Akibatnya, Treasuries kini diperdagangkan dengan risk premium yang lebih mirip surat utang negara EM ketimbang negara maju.

    Apakah 200 bps Spread Indonesia Masih Wajar? Lagi-lagi jawabannya tidak cukup hanya dengan mencomot angka historis. Fair spread harus ditimbang dengan kualitas fundamental makro. Kajian dari Chen & Trolle, 2024, Journal of International Money and Finance juga menekankan pentingnya memasukkan variabel “shock absorber” seperti cadangan devisa dan rasio utang saat menilai risk premium negara berkembang.

    Di sinilah kami menggunakan apa yang kami sebut Vulnerability Index heat map— gabungan beberapa indikator kunci seperti, Cadangan devisa, Defisit fiskal, Rasio utang (domestik dan global), Inflasi dan Suku bunga kebijakan. Hasilnya, Indonesia menempati peringkat ke-4 terbaik di antara EMs besar dalam indeks ini — di bawah Peru, South Korea dan Thailand. Maka wajar jika spread INDOGB yang hanya 200 bps tetap bisa bertahan. Justru, kalau Treasuries sudah diperlakukan pasar layaknya obligasi

    EM, maka obligasi EM dengan fundamental kuat—seperti Indonesia—relatif lebih menarik secara risk- adjusted.

    Jangan terlena. Meski spread yield Indonesia terhadap US Treasury sudah menyentuh titik terendah dalam sejarah, ini bukan alasan untuk berpuas diri. Yield SBN kita masih jauh di atas Malaysia, Thailand, Filipina, Korea Selatan, maupun China. Fokusnya kini bukan lagi sekadar bertanya apakah asing mau masuk dengan spread 200 bps, melainkan bagaimana strategi konkret agar biaya utang pemerintah bisa terus ditekan.

    Spread 200 bps mungkin terlihat tipis bila kita hanya terpaku pada sejarah. Tetapi sejarah berubah. Kali ini yang goyah justru Amerika. Dan seperti pernah diingatkan Keynes: “When the facts change, I change my mind. What do you do, sir?”

  • 7 Kebiasaan Miliarder yang Bikin Sukses, Kalian Bisa Tiru Kebiasaannya – Page 3

    7 Kebiasaan Miliarder yang Bikin Sukses, Kalian Bisa Tiru Kebiasaannya – Page 3

    4. Membangun Rutinitas untuk Menjaga Kejernihan Pikiran

    Meski hidup di dunia penuh tekanan, miliarder tetap menjaga rutinitas sederhana untuk menenangkan pikiran. Ada yang rutin berolahraga pagi, meditasi, menulis jurnal, atau sekadar berjalan tanpa ponsel.

    Bill Gates, dalam wawancara dengan CNBC, mengaku belajar dari Warren Buffett tentang manajemen waktu, khususnya pentingnya punya waktu luang dan tidak memenuhi kalender dengan terlalu banyak agenda. Gates menyampaikan bahwa metode Buffett dengan membiarkan hari kosong di kalender mengajarkan kita bahwa mengendalikan waktu sangatlah penting, karena waktu adalah sumber daya yang tidak dapat dibeli.

     5. Belajar dari Kegagalan

    Bagi miliarder, kegagalan bukanlah akhir, melainkan pelajaran. Oprah Winfrey dalam pidato di Harvard University pada 2013 mengatakan, “Kegagalan hanyalah hidup yang mencoba menggerakkan kita ke arah lain.”

    Mereka tidak lari dari kesalahan, tapi mempelajarinya secara mendalam. Alih-alih merayakan kesuksesan berlebihan, mereka lebih fokus menganalisis kegagalan, apa yang bisa diperbaiki, apa yang harus diubah. Inilah yang membentuk ketangguhan mental dan kemampuan membuat keputusan lebih baik di masa depan.

     

     

  • Warren Buffett Kecewa Kraft Heinz Putuskan Pecah Jadi 2 Perusahaan

    Warren Buffett Kecewa Kraft Heinz Putuskan Pecah Jadi 2 Perusahaan

    Jakarta

    Kraft Heinz (KHC.O) mengumumkan akan melakukan pemisahan bisnisnya menjadi dua perusahaan. Satu perusahaan akan fokus pada produk bahan makanan, satunya lagi fokus pada menangani saus dan olesan. Pemisahan ini diperkirakan akan tuntas pada paruh kedua tahun 2026.

    Mengutip Reuters, Rabu (3/9/2025), pemisahan ini dilakukan lantaran merger 10 tahun lalu, Kraft Heinz tidak pernah mencapai pertumbuhan yang diharapkan. Dimana merger tersebut melibatkan perusahaan Berkshire Hathaway milik Warren Buffett yang bekerja sama dengan perusahaan ekuitas swasta Brasil, 3G Capital, untuk membangun perusahaan senilai US$ 45 miliar.

    Tujuannya untuk memangkas biaya dan mendorong pertumbuhan merek-merek seperti kacang Heinz, Jell-O, dan keju krim Philadelphia.

    Warren Buffett pun angkat bicara soal pemisahan ini. Ia mengaku kecewa dengan keputusan perpecahan ini. Dalam wawancara dengan CNBC, ia mengatakan merger Kraft dan Heinz memang bukan ide yang bagus, namun pembubaran perusahaan pun bukanlah solusi.

    “Penggabungan tersebut memang bukan ide yang brilian, tetapi pembubaran perusahaan tidak akan menyelesaikan masalahnya,” ujar Warren.

    Adapun sejak penggabungan 10 tahun silam, saham perusahaan telah anjlok sekitar 60% nilainya. Hal ini dikarenakan konsumen mengurangi pengeluaran, terutama setelah pandemi COVID-19.

    (rrd/rrd)

  • 10 CEO yang Gajinya Paling Tinggi di Dunia, No.1 Bukan Google & Apple

    10 CEO yang Gajinya Paling Tinggi di Dunia, No.1 Bukan Google & Apple

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang CEO (Chief Executive Officer) menjadi pemimpin utama yang mengarahkan visi perusahaan, mengambil keputusan strategis, serta mewakili perusahaan di hadapan investor, mitra, dan publik.

    Pasalnya CEO adalah jabatan eksekutif tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan yang bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen dan operasional bisnis.

    Dengan tanggung jawabnya yang besar, tak heran kalau CEO juga punya gaji yang besar.

    Secara keseluruhan, gaji CEO mencetak rekor baru pada 2024 lalu. Setengah dari eksekutif tertinggi dalam analisis tahunan The Wall Street Journal menerima setidaknya US$17,1 juta atau sekitar Rp278 miliar, naik dari US$15,8 juta atau Rp256 miliar pada tahun sebelumnya.

    Laporan The Wall Street Journal merekam data dari MyLogIQ dan mencakup CEO dari lebih dari 400 perusahaan S&P 500 yang melaporkan kompensasi hingga pertengahan Mei 2025, untuk tahun fiskal yang berakhir setelah 30 Juni 2024.

    Rick Smith, pendiri sekaligus CEO Axon Enterprise, menduduki peringkat pertama dalam daftar CEO dengan bayaran tertinggi tahun 2024. Smith menerima paket kompensasi senilai US$165 juta atau setara dengan sekitar Rp2,68 triliun (kurs Rp16.250 per dolar AS).

    Bayaran tersebut jauh melampaui kompensasi yang diterima para pimpinan perusahaan raksasa seperti CEO General Electric Larry Culp, CEO Blackstone Steve Schwarzman, dan CEO Apple Tim Cook. Smith menjadi satu-satunya pimpinan perusahaan di indeks S&P 500 yang menerima bayaran di atas US$100 juta pada tahun lalu.

    CEO JPMorgan Jamie Dimon, berada di posisi ke-23 dengan total bayaran sebesar US$37,7 juta atau sekitar Rp613 miliar. Sementara itu, CEO Meta Mark Zuckerberg menempati urutan ke-63 dengan kompensasi senilai US$27 juta atau sekitar Rp439 miliar, yang sebagian besar digunakan untuk layanan keamanan.

    Elon Musk dari Tesla menjadi satu-satunya CEO yang tidak menerima bayaran, alias US$0, karena paket gajinya masih menjadi sengketa hukum. Selain Musk, beberapa pimpinan perusahaan besar lainnya juga menerima kompensasi yang tergolong rendah.

    Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway, hanya menerima bayaran sebesar US$0,41 juta atau sekitar Rp6,7 miliar. Sementara itu, CEO Amazon Andrew Jassy memperoleh US$1,60 juta atau setara Rp26 miliar sepanjang 2024.

    Seperti kebanyakan CEO, sebagian besar kompensasi Rick Smith berasal dari penghargaan saham, bukan gaji tetap. Paket saham tersebut diberikan pada Mei 2024 dan dikaitkan dengan target pasar dan operasional yang harus dicapai selama beberapa tahun ke depan.

    Ini bukan pertama kalinya Smith menerima bayaran besar sejak memimpin perusahaan sejak 1993. Pada tahun 2019, Axon melaporkan kompensasi senilai US$246 juta atau sekitar Rp4 triliun untuk Smith melalui skema penghargaan saham yang serupa, ketika Axon belum masuk indeks S&P 500.

    Smith menjalankan perusahaan bersama saudaranya, Thomas Smith, selama dua dekade. Bersama-sama mereka mengamankan hak paten teknologi dan mengembangkan Taser menjadi alat standar yang digunakan kepolisian di berbagai negara.

    Lebih jauh, berikut daftar 10 CEO dengan bayaran terbesar versi The Wall Street Journal:

    1. CEO Axon Enterprise Rick Smith – US$164,53 juta

    2. CEO General Electric Lawrence Culp Jr. – US$88,95 juta

    3. CEO Blackstone Stephen Schwarzman – US$84,03 juta

    4. CEO Apple Tim Cook – US$ 74,61 juta

    5. CEO KKR Joseph Bae – US$73,09 juta

    6. CEO Carrier Global David Gitlin – US$65,73 juta

    7. CEO KKR Scott Cuttall – US$64,2 juta

    8. CEO Netflix Theodore Sarandos – US$61,92 juta

    9. CEO Simon Property Group David Simon – US$61,39 juta

    10. CEO Netflix Greg Peters – US$60,27 juta

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Wall Street Melonjak dengan Kenaikan Harian Terbesar

    Wall Street Melonjak dengan Kenaikan Harian Terbesar

    New York, Beritasatu.com – Tiga indeks saham utama di pasar saham Amerika Serikat (AS) mencatat kenaikan persentase harian terbesar sejak 27 Mei. Investor mencari saham murah setelah aksi jual sesi sebelumnya karena data ketenagakerjaan yang lemah.

    Aksi jual pada akhir pekan kemarin terjadi menyusul data ketenagakerjaan Juli yang suram, disertai dengan revisi penurunan tajam pada Mei dan Juni.

    Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 585,06 poin atau 1,34%, menjadi 44.173,64, indeks S&P 500 (SPX) naik 91,93 poin atau 1,47%, menjadi 6.329,94, dan Nasdaq Composite (IXIC) naik 403,45 poin atau 1,95% menjadi 21.053,58.

      

    “Hari ini hanya sedikit aksi beli saat turun. Ini menunjukkan tanda-tanda yang cukup sehat bahwa orang-orang di luar sana mencari peluang untuk masuk,” kata kepala riset dan strategi Horizon Investments, Mike Dickson, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (5/8/2025).

    “Ini sedikit mengkhawatirkan karena pasar tenaga kerja tampak lebih lemah dari perkirakan. Salah satu faktor yang sedikit mengimbanginya adalah ekspektasi penurunan suku bunga yang kembali muncul,” tambah dia.

    Di antara saham-saham yang mengalami penurunan hari ini, saham Berkshire Hathaway (BRKa.N) milik Warren Buffett turun 2,7% dan mengalami penurunan nilai sebesar US$ 3,8 miliar karena penurunan laba operasional kuartalan.

    Emiten yang naik melebihi yang turun dengan rasio 4,48 berbanding 1 di NYSE. Terdapat 136 harga tertinggi baru dan 51 harga terendah baru di NYSE.

    Di Nasdaq, 3.487 saham naik dan 1.090 saham turun. Saham yang naik melebihi yang turun dengan rasio 3,2 banding 1.

    Volume di bursa AS mencapai 15,05 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 18,37 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.