Tag: Volodymyr Zelensky

  • Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1056: NATO Sebut Ukraina Masih Lemah untuk Berunding dengan Rusia – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1056: NATO Sebut Ukraina Masih Lemah untuk Berunding dengan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1056 pada Rabu (14/1/2025).

    Pada tengah malam, sekitar 25 drone terlihat di Ukraina, ledakan terdengar di Kyiv. 

    Sementara itu, serangan besar-besaran juga dilaporkan terjadi di kota-kota Rusia di Bryansk, Tula dan sejumlah wilayah lainnya.

    NATO: Posisi Ukraina Masih Lemah untuk Perundingan Damai dengan Rusia

    Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengatakan Ukraina tidak berada dalam posisi yang cukup kuat untuk melakukan perundingan damai dengan Rusia.

    “Saat ini, jelas Ukraina tidak berada di sana, karena mereka saat ini tidak dapat bernegosiasi dari posisi yang kuat,” kata Mark Rutte kepada anggota parlemen Uni Eropa, Senin (13/1/2025).

    Ia mendorong mitra Eropanya untuk berbuat lebih banyak untuk Ukraina dalam menghadapi Rusia.

    “Kita harus berbuat lebih banyak untuk memastikan dengan mengubah arah konflik, mereka dapat mencapai posisi yang kuat itu,” lanjutnya.

    Mark Rutte yakin Ukraina dapat mencapai perdamaian jangka panjang jika memiliki posisi yang kuat.

    “Kita semua ingin perang ini berakhir, tetapi yang terpenting, kita ingin perdamaian bertahan lama. Perdamaian tidak akan bertahan lama jika Putin berhasil di Ukraina, karena dengan begitu dia akan terus maju,” kata Mark Rutte.

    “Saya yakin bahwa perdamaian hanya dapat bertahan lama jika Ukraina datang ke meja perundingan dari posisi yang kuat,” katanya, seperti diberitakan The Guardian.

    Joe Biden Minta Pemerintah AS dan Sekutu Tak Tinggalkan Ukraina

    Presiden AS Joe Biden mengatakan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya tidak bisa meninggalkan Ukraina.

    Joe Biden sedang bersiap untuk mengundurkan diri minggu depan dan menyerahkan kekuasaan kepada presiden terpilih Donald Trump.

    Dalam pernyataannya kemarin, Joe Biden heran pada awal perang di Ukraina bahwa Putin mengira pasukan Rusia akan dengan mudah mengalahkan Ukraina dalam hitungan hari.

    Joe Biden memuji dukungan AS dan internasional untuk Kyiv sejak invasi Moskow tahun 2022 dan menurutnya, Putin telah gagal mencapai tujuan strategisnya tetapi masih banyak yang harus dilakukan.

    “Kita tidak bisa meninggalkan Ukraina,” tegasnya.

    Zelensky Undang PM Slokavia ke Ukraina

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, membalas undangan Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, untuk berkunjung ke Ukraina pada Jumat (17/1/2025).

    Undangan ini disampaikan oleh Zelensky setelah Robert Fico mengundang presiden Ukraina ke Slovakia pada Senin kemarin. 

    Robert Fico menyerukan negosiasi secepat mungkin setelah Ukraina memutuskan untuk memutus pasokan gas murah Rusia yang mengalir melalui kedua negara mereka ke Eropa Barat.

    Hal itu terjadi setelah perjalanan Robert Fico ke Moskow sebelum Natal untuk bertemu Vladimir Putin membuat marah negara-negara Uni Eropa dan protes di dalam negeri terhadap pemerintahan Robert Fico.

    Rusia Mengepung Pokrovsk

    Seorang pejabat Ukraina mengatakan pasukan Rusia melewati pusat logistik Pokrovsk di Ukraina timur yang telah mereka rebut selama berbulan-bulan dan memotong jalur pasokan ke sana.

    Juru bicara militer Ukraina, Mayor Viktor Trehubov, mengatakan pasukan Rusia mengepung Pokrovsk yang telah direbut oleh pertahanan Ukraina.

    “Rusia membidik jalan raya yang mengarah dari sana ke kota Dnipro di Ukraina tengah. Rute itu sangat penting untuk pasokan yang akan memasok pasukan Ukraina di seluruh wilayah. Pemotongan lalu lintas jalan raya juga akan sangat melemahkan Pokrovsk,” katanya kepada AP News, Senin.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Kim Jong Un Perintahkan Tentara Korut Akhiri Hidup Ketimbang Ditangkap Pasukan Ukraina – Halaman all

    Kim Jong Un Perintahkan Tentara Korut Akhiri Hidup Ketimbang Ditangkap Pasukan Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mendesak para tentaranya yang  yang membantu Rusia untuk akhiri hidup demi menghindari penangkapan oleh pasukan Ukraina di medan perang.

    Hal itu diungkap Anggota Parlemen Korea Selatan Lee Seong-kweun mengutip laporan Badan Intelijen Nasional (NIS).

    Dalam keterangan tertulisnya Lee Seong-kweun, menjelaskan bahwa pihaknya menemukan sebuah memo dari tentara Korea Utara yang tewas di medan pertempuran Kursk saat melawan Ukraina.

    Adapun dalam isi memo tersebut memerintahkan para tentara Korea Utara untuk segera mengakhiri hidup mereka sebelum ditangkap.

    “Ditemukan sebuah memo yang dibawa oleh mereka (tentara Korea Utara) yang terbunuh bahwa otoritas Korea Utara memerintahkan penghancuran dan mengakhiri hidup menggunakan granat sebelum ditangkap,” ujar Lee Seong-kweun dikutip dari Euro News.

    Laporan itu muncul bertepatan dengan pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang mengklaim telah menahan dua tentara Korea Utara yang terluka.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pun merilis video yang menunjukkan kedua tentara itu terlihat terluka dan menjalani interogasi.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong-un kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan para prajurit kami yang ditawan di Rusia,” ujar Zelensky melalui unggahan di media sosial X.

    300 Pasukan Elite Korut Tewas saat Bantu Rusia

    Sejauh ini jumlah tentara Korut yang tewas saat membantu Rusia di medan perang telah mencapai 300 orang, sementara 2.700 lainnya terluka imbas berperang di Ukraina.

    “Penempatan pasukan Korea Utara ke Rusia dilaporkan telah meluas hingga mencakup wilayah Kursk, dengan perkiraan yang menunjukkan bahwa korban di antara pasukan Korea Utara telah melampaui 3.000,” ujar Lee dalam konferensi pers, seperti diberitakan AFP.

    Jumlah korban tersebut meningkat lantaran pasukan Korea Utara sering terbunuh oleh drone atau pesawat tak berawak yang tampaknya tidak mereka anggap berbahaya atau mematikan.

    Laporan tersebut, menunjukkan adanya kesenjangan pengetahuan mengenai pasukan yang dikirim oleh Kim Jong Un untuk mendukung invasi Rusia.

    Bahkan salah satu tentara Korut yang ditangkap Ukraina, mengklaim bahwa dia tidak tahu akan berperang,.

    Ia menambahkan bahwa komandannya telah mengatakan kepadanya bahwa itu “hanya pelatihan”.

    Tentara Korut di Iming-Imingi Gaji Fantastis

    Rusia diketahui menjanjikan bayaran sebesar 2.000 dolar AS atau sekitar Rp 31 Juta per bulan bagi tentara Korea Utara (Korut) yang bersedia untuk ditugaskan ke Kursk garda depan konflik Rusia dan Ukraina.

    Jumlah gaji yang dibayarkan oleh Moskow menunjukkan peningkatan fantastis hingga 10 kali lipat jika dibandingkan dengan gaji sebelumnya.

    Dimana pada bulan lalu, Radio Free Asia melaporkan bahwa gaji rata-rata untuk personel militer Korut hanya berkisar antara 100 dan 300 won.

    Namun demi memikat prajurit Korut agar mau bergabung ke garda depan konflik Rusia, Presiden Vladimir Putin mulai menaikkan gaji para tentara bayaran asal Korut.

    Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, atau NIS, mencatat sejauh ini lebih dari 3.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia.

    Jumlah tersebut diperkirakan bertambah, mencapai 10.000 prajurit pada bulan Desember 2024.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Terungkap Perintah Tentara Korut di Ukraina Bunuh Diri Jika Tertangkap

    Terungkap Perintah Tentara Korut di Ukraina Bunuh Diri Jika Tertangkap

    Jakarta

    Terungkap bahwa tentara Korea Utara (Korut), berdampingan dengan tentara Rusia ikut berperang melawan Ukraina. Pemerintah Korut menyampaikan tentaranya harus bunuh diri jika tertangkap.

    Diketahui, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pasukannya menangkap dua tentara Korut di wilayah Kursk Rusia. Peristiwa itu adalah pertama kalinya tentara Korut ditangkap hidup-hidup.

    “Tentara kami telah menangkap personel militer Korea Utara di wilayah Kursk. Dua tentara, meskipun terluka, selamat dan diangkut ke Kyiv, di mana mereka sekarang berkomunikasi dengan Dinas Keamanan Ukraina,” kata Zelensky dalam sebuah pernyataan di X, dilansir CNN, Minggu (12/1/2025).

    Berdasarkan pernyataan Ukraina dan barat, sekitar 11.000 tentara Korut dikerahkan di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina menempati beberapa ratus kilometer persegi setelah melakukan serangan lintas perbatasan pada Agustus tahun lalu.

    Zelensky mengatakan penangkapan dua tentara Korea Utara itu bukan hal yang mudah. Sebab biasanya Rusia mengeksekusi tentara terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korut.

    “Ini bukan tugas yang mudah, pasukan Rusia dan personel militer Korea Utara lainnya biasanya mengeksekusi yang terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korea Utara dalam perang melawan Ukraina,” ujar Zelensky.

    Zelensky bersedia membebaskan tentara Korea Utara yang ditawan. Zelensky meminta pertukaran tawanan perang sebagai ganti tentara Ukraina yang ditawan di Rusia.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong Un (pemimpin Korea Utara) kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan prajurit kami yang ditawan di Rusia,” kata Zelensky dalam akun X nya, dilansir CNN, Senin (13/1).

    Pemerintah Korut Minta Tentara Bunuh Diri

    Kim Jong-un (Foto: Korean Central News Agency via REUTERS)

    Tentara Korut yang bertempur bersama dengan Rusia diperintahkan untuk bunuh diri sebelum ditangkap. Mereka harus mati dibandingkan menjadi tahanan perang dalam kondisi hidup.

    Informasi tersebut, seperti dilansir AFP, Senin (13/1/2025), diungkapkan oleh seorang anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Lee Seong Kweun, saat berbicara kepada wartawan usai mendapatkan penjelasan dari badan intelijen Seoul, Badan Intelijen Nasional (NIS).

    “Memo yang ditemukan pada jenazah tentara yang tewas menunjukkan bahwa pemerintah Korea Utara menekan mereka untuk melakukan bunuh diri atau meledakkan diri sebelum ditangkap,” ucap Lee dalam pernyataannya.

    Lee menyebut bahwa tentara-tentara Korut yang dikirimkan ke Rusia kebanyakan berasal dari pasukan elite Storm Corps. Dia menambahkan bahwa beberapa tentara di antaranya mendapat “amnesti” atau ingin bergabung dengan Partai Pekerja Korea Utara, dengan harapan dapat memperbaiki nasib mereka dengan ikut berperang.

    Disebutkan juga oleh Lee bahwa satu tentara Korut yang hendak ditangkap berteriak “Jenderal Kim Jong Un” dan berusaha meledakkan granat yang dibawanya. Namun tentara Korut itu akhirnya ditembak mati.

    Lee menyebut sekitar 300 tentara Korut tewas dan sebanyak 2.700 tentara Korut lainnya mengalami luka-luka saat berperang bersama pasukan Rusia melawan militer Ukraina.

    Lihat Video: Wajah Kebingungan Tentara Korut yang Ditangkap saat Berperang untuk Rusia

    Halaman 2 dari 2

    (aik/lir)

  • Kurang Pengetahuan Soal Peperangan Modern, 300 Tentara Korea Utara Dilaporkan Tewas di Kursk, Rusia – Halaman all

    Kurang Pengetahuan Soal Peperangan Modern, 300 Tentara Korea Utara Dilaporkan Tewas di Kursk, Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setidaknya 300 tentara Korea Utara tewas dan 2.700 lainnya terluka dalam pertempuran di Kursk, Rusia, menurut klaim Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan pada 13 Januari 2025, seperti dilaporkan oleh kantor berita Yonhap.

    NIS mengaitkan tingginya korban jiwa dengan kurangnya pemahaman para prajurit Korea Utara tentang peperangan modern, termasuk upaya sia-sia mereka untuk menembak jatuh pesawat nirawak.

    Pasukan Korea Utara dikerahkan ke wilayah Kursk pada musim gugur lalu untuk mendukung pasukan Rusia dalam menghadapi serangan Ukraina.

    Pasukan Ukraina terus melancarkan pertempuran di wilayah tersebut.

    Pernyataan NIS sejalan dengan klaim Presiden Volodymyr Zelensky pada 9 Januari, yang menyebutkan bahwa pasukan Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia telah menderita 4.000 korban, baik tewas maupun terluka.

    NIS melaporkan bahwa Korea Utara diduga memaksa tentaranya untuk mengakhiri hidup mereka sendiri guna menghindari penangkapan oleh pasukan Ukraina.

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengonfirmasi pada 27 Desember bahwa beberapa tentara Korea Utara memang mengakhiri hidup karena takut keluarga mereka akan menerima pembalasannya jika mereka ditangkap.

    Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin (kiri) duduk bersama Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky (kanan) ketika menghadiri pertemuan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina (UDCG) di Pangkalan Udara Ramstein Jerman pada Jumat (6/9/2024). (Layanan Pers Kepresidenan Ukraina)

    Pada 11 Januari, Zelensky mengumumkan penangkapan dua tentara Korea Utara di Kursk.

    Kedua tawanan perang (POW) tersebut kini berada dalam tahanan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) dan menerima perawatan medis.

    NIS menyebut bahwa tawanan perang tersebut adalah anggota Biro Umum Pengintaian, badan intelijen militer Korea Utara.

    Zelensky juga membagikan rekaman video yang menunjukkan interogasi tawanan perang oleh SBU dengan bantuan penerjemah berbahasa Korea.

    Dalam video tersebut, salah satu tentara menyatakan keinginannya untuk kembali ke Korea Utara, sementara yang lain mengatakan ingin tetap tinggal di Ukraina.

    Ukraina: Tentara Korea Utara Tidak Tahu Drone Itu Berbahaya dan Mereka Bisa Jadi Sasaran Empuk

    Menurut laporan The Washington Post pada Desember tahun lalu, para pejabat dan tentara Ukraina mengatakan bahwa pasukan Korea Utara sering terbunuh oleh drone atau pesawat tak berawak yang tampaknya tidak mereka anggap berbahaya atau mematikan.

    Laporan tersebut, menunjukkan adanya kesenjangan pengetahuan mengenai pasukan yang dikirim oleh Kim Jong Un untuk mendukung invasi Rusia.

    Efektivitas drone merupakan ciri khas perang di Ukraina.

    Tentara berpengalaman di sana telah menjelaskan kepada Business Insider tentang ketakutan jika ada drone yang terbang di atas mereka.

    Namun, pasukan Korea Utara terbilang masih baru dalam perang ini.

    Tiga tentara Ukraina yang bertempur di wilayah Kursk, Rusia, mengatakan kepada The Washington Post bahwa rombongan pasukan Korea Utara bergerak maju ke posisi Ukraina yang dipenuhi drone dan pertahanan lainnya.

    “Kami sangat terkejut; kami belum pernah melihat yang seperti ini — 40 hingga 50 orang berlarian melintasi lapangan,” kata seorang komandan pesawat tanpa awak Ukraina kepada Post.

    “Drone FPV, artileri, dan senjata lainnya menyerang mereka karena mereka bergerak di lapangan terbuka,” katanya. 

    “Anda bisa bayangkan akibatnya.”

    Tangkap layar memperlihatkan pasukan Korea Utara berlindung di balik pepohonan di wilayah Kursk, Rusia (Telegram Zelenskiy / Official)

    Operator pesawat nirawak lainnya, Artem, mengatakan kepada media tersebut bahwa alih-alih lari dari pesawat nirawak, pasukan Korea Utara justru menembaki mereka “tanpa pandang bulu,” sementara yang lain terus bergerak seolah tidak menghiraukan drone-drone itu.

    Banyak yang tewas, katanya.

    Selama operasi drone malam hari, Artem mengatakan, dia mengenali tiga tentara berdasarkan tanda panas mereka pada kamera termal.

    Ia awalnya mengantisipasi hanya bisa menargetkan satu orang, tetapi ketika dua prajurit lainnya tidak bergerak cepat, Artem dan rekan-rekannya menyerang ketiganya.

    Ia menyebut, pengalaman itu aneh.

    “Itu adalah pertama kalinya rasanya seperti memainkan simulator komputer dalam easy mode,” ujar Artem.

    (Tribunnews.com)

  • Negara NATO dan UE Ancam Veto Bantuan Perang untuk Ukraina

    Negara NATO dan UE Ancam Veto Bantuan Perang untuk Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina telah membuat sejumlah negara NATO dan Uni Eropa, yang secara umum berada di pihak Kyiv, mulai mempertimbangkan kembali dukungannya.

    Perdana Menteri Slovakia Robert Fico mengancam akan memveto inisiatif Uni Eropa yang bertujuan membantu Kyiv, serta mengambil tindakan individual terhadap Ukraina jika Presiden Volodymyr Zelensky terus mengambil langkah-langkah yang merugikan blok tersebut “demi alasan politik.”

    Ancaman ini disampaikan Fico dalam wawancara dengan penyiar lokal ta3 pada Minggu (12/11/2025), di tengah perselisihan terkait transit gas yang sedang berlangsung antara Slovakia dan Kyiv.

    Ukraina memutuskan untuk menghentikan transit gas alam Rusia ke Uni Eropa mulai tahun ini, yang secara efektif memutus aliran gas ke beberapa negara Uni Eropa, termasuk Austria, Italia, dan Slovakia.

    “Jika Presiden Zelensky memutuskan untuk merugikan seluruh Uni Eropa murni demi alasan politik, saya berbicara atas nama pemerintah Slovakia bahwa ketika ada bantuan untuk Ukraina di meja perundingan, saya akan memveto,” kata Fico, dilansir RT.

    Langkah-langkah balasan lain terhadap Kyiv yang dipertimbangkan Slovakia termasuk menghentikan pasokan listrik darurat ke Ukraina, menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan, atau memotong manfaat yang diterima para pengungsi Ukraina yang tinggal di Slovakia.

    Fico mengulangi tuduhannya terhadap Kyiv, dengan menyatakan bahwa setengah dari uang yang dikirim ke Ukraina “ditakdirkan” untuk dicuri. Ketika diminta untuk menjelaskan lebih lanjut, Fico tidak memberikan rincian spesifik, tetapi berargumen bahwa korupsi yang merajalela di Ukraina adalah pengetahuan umum.

    Fico, yang telah lama menjadi kritikus terhadap bantuan Barat yang terus-menerus untuk Kyiv, berpendapat bahwa Ukraina tidak dapat mengalahkan Rusia di medan perang dan seharusnya mencari solusi diplomatik untuk konflik tersebut. Segera setelah menjabat pada akhir 2023, Fico menghentikan bantuan militer ke Ukraina dan berjanji akan memveto potensi akses negara tersebut ke blok NATO yang dipimpin AS.

    Hubungan yang sudah tegang antara Bratislava dan Kyiv semakin memburuk di tengah perselisihan gas. Slovakia, yang tidak memiliki akses laut, sangat bergantung pada pasokan Rusia, mendapatkan lebih dari 50% gasnya melalui sistem transit Ukraina.

    Fico mengaku merasa “muak” dengan Zelensky kadang-kadang, dengan menyatakan bahwa dia tidak “di sini untuk berpegangan tangan” dengan Zelensky.

    “Dia berkeliaran di Eropa mengemis dan memeras, meminta uang kepada orang lain,” kata Fico kepada komite urusan luar negeri parlemen Slovakia. “Ini harus dihentikan.”

    Adapun Ukraina menolak memperbarui kontrak gas dengan alasan ingin menghapus keuntungan Rusia. Perdana Menteri Denis Shmigal menegaskan minggu lalu bahwa Kyiv tidak berencana menandatangani kontrak lain dengan Moskow.

    (luc/luc)

  • 2 Tentara Korut Ditangkap, Zelensky Tawarkan Pertukaran Tawanan ke Rusia

    2 Tentara Korut Ditangkap, Zelensky Tawarkan Pertukaran Tawanan ke Rusia

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pihaknya bersedia membebaskan tentara Korea Utara yang ditawan Ukraina dari wilayah Kursk, Rusia. Zelensky meminta pertukaran tawanan perang sebagai ganti tentara Ukraina yang ditawan di Rusia.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong Un (pemimpin Korea Utara) kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan prajurit kami yang ditawan di Rusia,” kata Zelensky dalam akun X nya, dilansir CNN, Senin (13/1/2025).

    Diketahui, Ukraina mengatakan telah menangkap dua tentara Korea Utara. Hal ini menandai pertama kalinya Kyiv menangkap tentara hidup-hidup dari negara yang terisolasi itu.

    Sementara Rusia maupun Korea Utara belum secara resmi mengakui keberadaan pasukan Korea Utara di Rusia.

    Kementerian Pertahanan Rusia telah dihubungi CNN untuk memberikan komentar, selain itu CNN juga tengah mencari komentar dari Korea Utara.

    Berdasarkan video yang diunggah Zelensky di X, diduga memperlihatkan dua tawanan perang Korea Utara yang sedang diinterogasi. Terlihat dalam video itu seorang tentara terluka di bagian rahang, sedangkan satu tentara lainnya diperban di bagian tangan.

    Salah satu tentara yang ada di dalam video diinterograsi sambil berbaring. Tentara tersebut mengatakan dia tidak tahu bahwa dia sedang berperang melawan Ukraina. Ia menyebut komandannya mengatakan kepadanya bahwa itu adalah latihan.

    (yld/imk)

  • Zelensky Tawari Kim Jong Un Tukar Tentara Korut dengan Tentara Ukraina yang Ditawan Rusia – Halaman all

    Zelensky Tawari Kim Jong Un Tukar Tentara Korut dengan Tentara Ukraina yang Ditawan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina siap menyerahkan tentara Korea Utara kepada pemimpin mereka, Kim Jong Un, jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan tentara Ukraina yang ditawan di Rusia.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong Un kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan para prajurit kami yang ditawan di Rusia,” kata Zelensky di platform media sosial X, Minggu (12/1/2025).

    “Selain tentara pertama yang ditangkap dari Korea Utara, niscaya akan ada lebih banyak lagi. Hanya masalah waktu sebelum pasukan kita berhasil menangkap yang lain,” kata Zelensky. 

    Zelensky mengunggah video pendek yang memperlihatkan interogasi dua orang yang disodorkan sebagai tentara Korea Utara.

    Salah satu dari mereka berbaring di tempat tidur dengan tangan diperban, yang lain duduk dengan perban di rahangnya.

    Salah satu dari mereka mengatakan melalui seorang penerjemah bahwa ia tidak tahu bahwa ia sedang berperang melawan Ukraina dan hanya diberi tahu ia sedang dalam latihan.

    Ia mengatakan bahwa ia bersembunyi di tempat penampungan selama serangan dan ditemukan beberapa hari kemudian.

    Ia mengatakan diperintahkan untuk kembali ke Korea Utara dan ia akan melakukannya, tetapi ia juga siap untuk tinggal di Ukraina jika diberi kesempatan.

    Zelensky mengatakan bagi para tentara Korea Utara yang tidak ingin pulang, mungkin ada pilihan lain yang tersedia.

    “Mereka yang menyatakan keinginan untuk membawa perdamaian lebih dekat dengan menyebarkan kebenaran tentang perang ini dalam (bahasa) Korea akan diberi kesempatan itu,” ujarnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Sebelumnya, Zelensky pada hari Sabtu mengatakan bahwa Ukraina telah menangkap dua tentara Korea Utara di wilayah Kursk Rusia.

    Ini adalah pertama kalinya Ukraina mengumumkan penangkapan tentara Korea Utara dalam keadaan hidup sejak mereka membantu Rusia dengan memasuki perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun musim gugur lalu.

    Penilaian Ukraina dan Barat mengatakan sekitar 11.000 tentara dari sekutu Rusia, Korea Utara, telah dikerahkan di wilayah Kursk untuk mendukung pasukan Moskow.

    Rusia tidak membenarkan atau membantah kehadiran mereka.

    Sebelumnya, Rusia menegaskan apapun keputusan bersama antara Rusia dan Korea Utara adalah terkait perjanjian bilateral dan bukan urusan negara lain.

    Sementara itu, Zelensky mengatakan pasukan Rusia dan Korea Utara telah menderita kerugian besar.

    Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

  • Dua Tentara Korea Utara Ditangkap, Klaim Pergi untuk Latihan – Halaman all

    Dua Tentara Korea Utara Ditangkap, Klaim Pergi untuk Latihan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina menangkap dua tentara Korea Utara di wilayah Kursk, Rusia.

    Penangkapan ini dilakukan oleh pasukan khusus Ukraina yang bekerja sama dengan pasukan terjun payung.

    Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, kedua tentara tersebut kini telah dibawa ke Kyiv dan sedang menjalani interogasi oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU).

    Zelensky menyatakan bahwa kedua tentara Korea Utara tersebut menerima bantuan medis yang diperlukan.

    “Setelah diinterogasi dan mendapatkan perawatan medis, wartawan akan diberi akses untuk berbicara dengan mereka,” ujar Zelensky, seperti dikutip dari Reuters.

    SBU mengungkapkan bahwa interogasi dilakukan dengan bantuan penerjemah Korea, bekerja sama dengan Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS).

    Hal ini diperlukan karena kedua tentara tidak menguasai bahasa Ukraina, Rusia, atau Inggris.

    Salah satu tentara yang ditangkap mengeklaim bahwa ia pergi ke Rusia untuk pelatihan, bukan untuk berperang melawan Ukraina.

    “Saya diberi dokumen (identitas militer Rusia) tersebut pada musim gugur lalu ketika beberapa unit Korea Utara ikut serta dalam acara pelatihan selama satu minggu dengan pasukan Rusia,” ujarnya.

    SBU mencatat bahwa salah satu tahanan memiliki kartu identitas militer Rusia atas nama orang lain yang terdaftar di Rusia.

    Tentara tersebut lahir pada 2005 dan telah bertugas di militer Korea Utara sejak 2021.

    Sementara itu, tentara lainnya lahir pada 1999 dan telah bertugas sejak 2016 sebagai penembak jitu pengintai.

    Badan intelijen Korea Selatan mengonfirmasi penangkapan kedua tentara tersebut dan mencatat bahwa telah terjadi korban yang signifikan di antara tentara Korea Utara di Rusia.

    “Kami akan terus berbagi informasi terkait tahanan Korea Utara dalam kerja sama yang erat dengan otoritas intelijen Ukraina,” kata NIS.

    NIS juga melaporkan bahwa tentara yang terluka tidak berada dalam kondisi kritis.

    Diperkirakan, Korea Utara telah mengirim sekitar 11.000 tentara untuk mendukung Rusia dalam perang melawan Ukraina, dengan sedikitnya 100 warga Korea Utara dilaporkan telah terbunuh dan sekitar 1.000 lainnya terluka.

    Sebuah video yang diunggah oleh SBU menunjukkan dua orang yang ditangkap, dengan salah satu dari mereka mengalami luka di wajah dan lainnya menggunakan sedotan untuk minum.

    Seorang dokter yang diwawancarai dalam video tersebut menyatakan bahwa salah satu prajurit mengalami luka di wajah dan akan dirawat oleh dokter gigi, sementara prajurit lainnya mengalami luka terbuka dan patah tulang kaki bagian bawah.

    Dengan penangkapan ini, Ukraina menunjukkan komitmennya untuk mengungkap lebih banyak informasi mengenai keterlibatan tentara Korea Utara dalam konflik yang sedang berlangsung.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Tentara Korut yang Ditangkap Ukraina Ngaku Dirinya Pergi ke Rusia untuk Latihan Bukan Perang – Halaman all

    Tentara Korut yang Ditangkap Ukraina Ngaku Dirinya Pergi ke Rusia untuk Latihan Bukan Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina telah menangkap dua tentara Korea Utara di wilayah Kursk, Rusia.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa para prajurit Korea Utara itu telah dibawa ke Kyiv dan sedang diinterogasi oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU).

    “Seperti halnya semua tawanan perang, kedua tentara Korea Utara ini menerima bantuan medis yang diperlukan,” kata Zelensky, dikutip dari Reuters.

    Setelah diinterogasi dan mendapatkan perawatan medis, Zelensky mengatakan bahwa wartawan akan diberi akses untuk berbicara dengan kedua tentara Korea Utara itu.

    Kyiv mengatakan bahwa pasukan Korea Utara bertempur di wilayah Kursk, tempat Ukraina melancarkan serangan pada bulan Agustus.

    Rusia tidak membenarkan maupun membantah kehadiran pasukan Korea Utara di Kursk, dan tidak ada reaksi langsung dari Moskow maupun Pyongyang terhadap laporan terbaru tersebut.

    Ukraina sebelumnya mengatakan pihaknya menangkap tentara Korea Utara dalam pertempuran, tetapi mereka terluka parah dan meninggal tak lama setelah itu.

    Sementara itu, salah satu tentara Korea Utara mengatakan bahwa ia mengira dirinya pergi ke Rusia untuk pelatihan, bukan untuk berperang melawan Ukraina.

    SBU mengatakan, pihaknya telah menginterogasi kedua tentara tersebut melalui penerjemah Korea bekerja sama dengan Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) karena mereka tidak berbicara bahasa Ukraina, Rusia, atau Inggris.

    Dikutip dari Yonhap, dikatakan bahwa salah satu tentara memiliki kartu identitas militer Rusia atas nama orang lain yang terdaftar di Rusia.

    Tentara itu mengatakan bahwa dia diberi dokumen tersebut pada musim gugur lalu ketika ia mengatakan beberapa unit Korea Utara ikut serta dalam acara pelatihan selama satu minggu dengan pasukan Rusia.

    “Patut dicatat bahwa tahanan tersebut menekankan bahwa ia diduga pergi untuk mengikuti pelatihan, bukan untuk berperang melawan Ukraina,” kata SBU dalam rilisnya.

    Warga Korea Utara dengan kartu identitas militer Rusia itu mengaku lahir pada 2005 dan telah bertugas di militer Korea Utara sejak 2021.

    Sementara, warga negara lainnya lahir pada 1999 dan telah bertugas sejak 2016 sebagai penembak jitu pengintai, kata SBU, mengutip informasi awal.

    SBU juga merilis rekaman video yang tampaknya memperlihatkan dua pria yang ditangkap — keduanya diperban karena terlihat terluka.

    Badan mata-mata Korea Selatan kemudian mengonfirmasi penangkapan kedua tentara tersebut oleh Ukraina, dan mengutip pernyataan salah satu dari mereka yang mengatakan bahwa telah terjadi korban yang “cukup besar” di antara tentara Korea Utara di Rusia.

    “(Kami) akan terus berbagi informasi terkait tahanan Korea Utara dalam kerja sama yang erat dengan otoritas intelijen Ukraina,” kata NIS.

    NIS menambahkan bahwa tentara yang terluka tidak berada dalam kondisi kritis.

    Korea Utara diperkirakan telah mengirim sekitar 11.000 tentara untuk mendukung Rusia dalam perang melawan Ukraina, menurut pejabat Korea Selatan.

    NIS mengatakan kepada para anggota parlemen bulan lalu bahwa sedikitnya 100 warga Korea Utara telah terbunuh, dengan sekitar 1.000 lainnya terluka.

    Operasi Khusus Ukraina

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan dalam pidato video bahwa pasukan Koea Utara telah ditangkap oleh pasukan khusus Ukraina yang bekerja bersama pasukan terjun payung.

    Dikutip dari Reuters, pasukan khusus mengunggah video yang direkam dari pesawat nirawak yang mengklaim memperlihatkan sebagian operasi.

    Video itu memperlihatkan lima orang mengenakan pakaian ghillie di kawasan hutan, meskipun detail lainnya sulit diketahui.

    Sebuah video yang diunggah oleh SBU memperlihatkan dua orang yang ditangkap. Salah satu rahangnya diperban karena luka, sementara yang lain minum menggunakan sedotan.

    Seorang dokter yang diwawancarai untuk video SBU, yang tidak disebutkan namanya dan wajahnya diburamkan, mengatakan salah satu prajurit mengalami luka di wajah dan akan dirawat oleh dokter gigi, sementara prajurit lainnya mengalami luka terbuka dan patah tulang kaki bagian bawah.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • 2 Tentara Korut Ditangkap, Zelensky Tawarkan Pertukaran Tawanan ke Rusia

    2 Tentara Korea Utara yang Bertempur di Rusia di Ditangkap Ukraina

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pasukannya yang beroperasi di wilayah Kursk Rusia telah menangkap dua tentara Korea Utara. Hal ini menandai pertama kalinya Ukraina menangkap tentara hidup-hidup dari negara yang terisolasi itu.

    “Tentara kami telah menangkap personel militer Korea Utara di wilayah Kursk. Dua tentara, meskipun terluka, selamat dan diangkut ke Kyiv, di mana mereka sekarang berkomunikasi dengan Dinas Keamanan Ukraina,” kata Zelensky dalam sebuah pernyataan di X, dilansir CNN, Minggu (12/1/2025).

    Berdasarkan pernyataan Ukraina dan barat, sekitar 11.000 tentara Korea Utara dikerahkan di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina menempati beberapa ratus kilometer persegi setelah melakukan serangan lintas perbatasan pada Agustus tahun lalu.

    Zelensky mengatakan penangkapan dua tentara Korea Utara itu bukan hal yang mudah. Sebab biasanya Rusia mengeksekusi tentara terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korut.

    “Ini bukan tugas yang mudah, pasukan Rusia dan personel militer Korea Utara lainnya biasanya mengeksekusi yang terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korea Utara dalam perang melawan Ukraina,” ujar Zelensky.

    Korsel Konfirmasi Ukraina Tangkap 2 Tentara Korut

    Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) membenarkan pernyataan Ukraina yang menyebut pihaknya menangkap 2 tentara Korea Utara di Rusia. Kedua tentara Korut itu terluka dan dirawat di Ukraina.

    “Mengonfirmasi bahwa militer Ukraina menangkap dua tentara Korea Utara pada tanggal 9 Januari di medan perang Kursk di Rusia,” kata Badan Intelijen Nasional (NIS) Seoul, dilansir AFP.

    Pada hari Sabtu, intelijen Ukraina (SBU) merilis sebuah video yang memperlihatkan kedua pria tersebut di ranjang rumah sakit, satu dengan tangan diperban dan yang lainnya dengan rahang diperban.

    Seorang dokter di pusat penahanan mengatakan pria pertama juga mengalami patah kaki.

    SBU mengatakan bahwa pria tersebut telah memberi tahu para interogator bahwa mereka adalah tentara berpengalaman. Salah satu tentara mengatakan dia dikirim ke Rusia untuk pelatihan, bukan untuk bertempur.

    Namun, Kyiv tidak memberikan bukti langsung bahwa orang-orang yang ditangkap itu adalah warga Korea Utara. AFP jugatidak dapat memverifikasi kewarganegaraan mereka secara independen.

    Pernyataan dari Korea Selatan ini sekaligus menambah bobot pernyataan Kyiv.

    NIS juga mengatakan bahwa salah satu tentara yang ditangkap mengungkapkan selama interogasinya bahwa ia menerima pelatihan militer dari pasukan Rusia setelah tiba di sana pada bulan November.

    “Awalnya ia yakin bahwa ia dikirim untuk pelatihan, dan menyadari setelah tiba di Rusia bahwa ia telah dikerahkan,” kata NIS.

    Tentara itu mengatakan bahwa pasukan Korea Utara telah mengalami “kerugian yang signifikan selama pertempuran”.

    Menurut badan intelijen Seoul, salah satu dari mereka “tidak diberi makan atau minum selama 4 hingga 5 hari sebelum ditangkap”.

    NIS mengatakan akan terus bekerja sama dengan SBU untuk berbagi informasi tentang pejuang Korea Utara di Ukraina.

    Baik Rusia maupun Korea Utara tidak bereaksi terhadap pernyataan intelijen tersebut.

    (yld/idn)