Tag: Volodymyr Zelensky

  • Rudal Rusia Mendadak Bombardir Ukraina Pagi Buta, Melesat dan Sulit Dideteksi, Kyiv Terbakar Hebat – Halaman all

    Rudal Rusia Mendadak Bombardir Ukraina Pagi Buta, Melesat dan Sulit Dideteksi, Kyiv Terbakar Hebat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setidaknya satu orang tewas setelah serangan rudal mendadak pada pagi buta di ibu kota Ukraina, Kyiv, Rabu (12/2/2025).

    Sirene meraung-raung usai serangan tersebut, Kyiv menjadi salah satu wilayah yang terdampak dan terbakar hebat.

    Namun pihak berweang tidak memberikan peringatan sebelum rudal menghantam kota. 

    Pemerintahan militer Ukraina mengatakan bahwa kebakaran terjadi di beberapa bangunan perumahan dan non-perumahan.

    Layanan darurat dikirim ke setidaknya empat distrik di kota untuk mengatasi kebakaran dan membantu siapa pun yang terkena dampak serangan. 

    Ukraina saat ini belum mengetahui rudal jenis apa yang digunakan.

    Namun sirene serangan udara yang berbunyi lebih lambat dari biasanya menunjukkan rudal Rusia tersebut sulit dideteksi oleh radar, mengutip Sky News.

    Setidaknya satu orang tewas setelah serangan rudal mendadak pada tengah malam di ibu kota Ukraina, Kyiv. 

    Kata Zelensky

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menanggapi serangan rudal yang dilakukan Rusia.

    Presiden Ukraina menguraikan bahwa serangan Rusia pada dini hari itu dilakukan dengan rudal balistik dan pesawat tak berawak, dan mengonfirmasi bahwa satu orang tewas. 

    “Empat orang lainnya terluka, termasuk seorang anak,” katanya. 

    Bangunan apartemen, kantor, dan infrastruktur sipil rusak, tambahnya.

    “Teror Rusia terhadap Ukraina ini tidak akan berhenti dengan sendirinya. Putin tidak mempersiapkan perdamaian, ia terus membunuh warga Ukraina dan menghancurkan kota-kota,” kata Zelenskyy. 

    Pihaknya mengatakan hanya langkah-langkah dan tekanan yang kuat terhadap Rusia yang dapat menghentikan teror ini.

    “Saat ini, kami membutuhkan persatuan dan dukungan dari semua mitra kami dalam perjuangan untuk mengakhiri perang ini secara adil,” lanjutnya.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Donald Trump Mengatakan Telah Berbicara dengan Vladimir Putin tentang Mengakhiri Perang Ukraina – Halaman all

    Donald Trump Mengatakan Telah Berbicara dengan Vladimir Putin tentang Mengakhiri Perang Ukraina – Halaman all

    Donald Trump Mengatakan Telah Berbicara dengan Putin tentang Mengakhiri Perang Ukraina

    TRIBUNNEWS.COM- Donald Trump mengatakan dia telah berbicara dengan Vladimir Putin tentang mengakhiri perang Ukraina.

    Trump berbicara dengan reporter New York Post pada hari Jumat di atas Air Force One, dan menyatakan bahwa Putin “ingin melihat orang-orang berhenti meninggal.”

    Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa dia baru-baru ini berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menemukan solusi perang di Ukraina, menandai percakapan langsung pertama yang diketahui antara keduanya sejak awal 2022, menurut New York Post .

    Trump, yang telah berjanji untuk mengakhiri perang tetapi belum mengungkapkan pendekatan spesifiknya, menggambarkan konflik tersebut sebagai “pertumpahan darah” minggu lalu, dan menambahkan bahwa timnya telah terlibat dalam “beberapa pembicaraan yang sangat bagus.”

    Dalam wawancara di atas Air Force One pada hari Jumat, Trump menolak menyebutkan berapa kali dia telah berbicara dengan Putin, dengan menyatakan, “Lebih baik saya tidak mengatakannya,” ketika ditanya oleh New York Post .

    “Dia (Putin) ingin melihat orang-orang berhenti sekarat,” kata Trump kepada New York Post .
     
    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita negara TASS bahwa “banyak komunikasi berbeda yang muncul”. 
     
    “Komunikasi ini dilakukan melalui saluran yang berbeda,” kata Peskov ketika diminta oleh TASS untuk mengomentari langsung laporan New York Post . 

    “Saya pribadi mungkin tidak tahu sesuatu, tidak menyadari sesuatu. Oleh karena itu, dalam kasus ini, saya tidak dapat mengonfirmasi atau membantahnya.” 
     
    Akhir bulan lalu, Putin menekankan pada 28 Januari bahwa negosiasi dengan Ukraina dapat dilakukan tetapi mengesampingkan keterlibatan dengan Presiden Volodymyr Zelensky, yang ia sebut “tidak sah.”

    Pernyataan Putin muncul saat Presiden AS Donald Trump berupaya keras untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun itu. 

    Trump mengklaim bahwa Zelensky sangat ingin menegosiasikan “kesepakatan” untuk mengakhiri permusuhan.

    “Jika Zelensky ingin berpartisipasi dalam negosiasi, saya akan mengalokasikan orang untuk ambil bagian,” kata Putin. 

    Namun, ia menepis legitimasi pemimpin Ukraina itu, dengan alasan berakhirnya masa jabatan presiden Zelensky selama darurat militer.

    Putin menambahkan, “Jika ada keinginan untuk berunding dan menemukan kompromi, biarkan siapa pun memimpin perundingan di sana… Tentu saja, kami akan berjuang untuk apa yang sesuai dengan kami dan sejalan dengan kepentingan kami.”

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Zelensky Tawarkan Pertukaran Tanah dengan Rusia, Melunak?    
        Zelensky Tawarkan Pertukaran Tanah dengan Rusia, Melunak?

    Zelensky Tawarkan Pertukaran Tanah dengan Rusia, Melunak? Zelensky Tawarkan Pertukaran Tanah dengan Rusia, Melunak?

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan dirinya siap untuk melakukan pertukaran tanah dalam perundingan dengan Rusia. Tawaran ini disampaikan Zelensky menjelang pertemuan dengan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance di Munich, Jerman.

    Tawaran itu menandai pergeseran posisi Zelensky, yang di masa lalu menolak untuk menyerahkan wilayah apa pun setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 lalu.

    Dalam wawancara terbaru dengan media terkemuka Inggris, The Guardian, pada Selasa (11/2), Zelensky mengatakan Kyiv siap untuk melakukan pembicaraan serius menjelang pertemuan dengan Vance pada Jumat (14/2) mendatang di sela-sela menghadiri Konferensi Keamanan Munich.

    Sosok Vance dikenal sebagai pengkritik vokal untuk dukungan militer AS terhadap Ukraina.

    “Kami akan menukar satu wilayah dengan wilayah lainnya,” ucap Zelensky dalam wawancara tersebut, seperti dilansir AFP, Rabu (12/2/2025).

    Dia menambahkan bahwa dirinya siap untuk menukarkan tanah di Kursk, Rusia — yang direbut pasukan Ukraina dalam serangan mendadak tahun lalu.

    Zelensky juga mengakui bahwa Ukraina tidak akan dapat menikmati jaminan keamanan hanya dengan mitranya di Eropa.

    “Jaminan keamanan tanpa Amerika bukanlah jaminan keamanan yang sesungguhnya,” sebutnya.

    Presiden Donald Trump berjanji untuk mengakhiri perang Ukraina pada masa jabatan keduanya, yang kemungkinan dilakukan dengan memanfaatkan bantuan militer AS senilai miliaran dolar Amerika yang diberikan di bawah pemerintahan mantan Presiden Joe Biden, untuk memaksa Kyiv memberikan konsesi teritorial.

    Warga AS Dibebaskan, Trump Puji Rusia

    Tawaran Zelensky itu disampaikan setelah Rusia membebaskan seorang warga AS bernama Marc Fogel yang ditahan di negara tersebut sejak tahun 2021 atas tuduhan narkoba. Trump memuji langkah Moskow itu sebagai isyarat niat baik untuk mengakhiri perang.

    Pembebasan itu dilakukan setelah utusan khusus Trump, Steve Witkoff, berkunjung ke Rusia, yang menjadi kunjungan pertama pejabat pemerintahan Trump ke negara tersebut.

    “Kita diperlakukan dengan sangat baik oleh Rusia. Sebenarnya saya berharap itu adalah awal dari sebuah hubungan di mana kita bisa mengakhiri perang tersebut,” ucap Trump saat berbicara kepada wartawan membahas pembebasan Fogel oleh Rusia.

    Gedung Putih menggambarkan pembebasan Fogel sebagai bagian dari “pertukaran”, dan Trump pada Selasa (11/2) malam menyebut tahanan kedua akan dibebaskan pada Rabu (12/2) waktu setempat, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Donald Trump: Ukraina Mungkin Suatu Hari Nanti Menjadi Milik Rusia – Halaman all

    Donald Trump: Ukraina Mungkin Suatu Hari Nanti Menjadi Milik Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengisyaratkan bahwa Ukraina “mungkin suatu hari nanti menjadi milik Rusia.”

    Komentar ini ia sampaikan dalam wawancara dengan Fox News yang ditayangkan pada Senin (10/2/2025).

    Di kesempatan tersebut, Trump berbicara tentang upayanya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun, setelah Rusia melancarkan invasi besar-besaran.

    Ia menanggapi pertanyaan terkait masa depan Ukraina dalam perang ini.

    “Mereka mungkin membuat kesepakatan, mereka mungkin tidak membuat kesepakatan,” ujar Trump, dikutip dari Al Jazeera.

    “Mereka mungkin menjadi Rusia suatu hari nanti, atau mereka mungkin bukan Rusia suatu hari nanti,” lanjutnya.

    Pernyataan ini kembali menimbulkan keraguan tentang komitmen Gedung Putih terhadap kemerdekaan Ukraina.

    Selain itu, Trump menegaskan kembali kalau ia ingin AS mendapatkan kompensasi dari Ukraina atas bantuan militer dan keuangan yang telah diberikan.

    Menurut Trump, kompensasi tersebut bisa berupa akses kepada mineral tanah jarang yang dimiliki Ukraina, CNN melaporkan.

    “Ukraina memiliki tanah yang sangat berharga dalam hal tanah jarang, minyak, gas, dan sumber daya lainnya,” kata Trump.

    “Saya ingin uang kita aman,” tambahnya.

    Trump bahkan menyebutkan angka yang cukup besar, yaitu senilai $500 miliar untuk tanah jarang yang dimiliki Ukraina.

    “Jika kita memberikan bantuan, kita harus mendapatkan sesuatu sebagai imbalan. Kita tidak bisa terus memberikan uang ini tanpa mendapatkan apa-apa,” jelas Trump.

    Pernyataan ini menunjukkan pendekatannya yang lebih transaksional dalam kebijakan luar negeri dibandingkan dengan pemerintahan Presiden Joe Biden.

    Meskipun Trump mendesak agar AS mendapatkan kompensasi, Ukraina tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan AS dalam kesepakatan tersebut.

    Biden dan pejabat AS lainnya menekankan dukungan mereka terhadap Ukraina didasarkan pada prinsip hak rakyat untuk menentukan nasib mereka sendiri.

    Mereka juga menegaskan bahwa prinsip negara tidak dapat mengubah batas wilayah negara lain dengan kekerasan harus dijaga.

    Kepala Staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Andriy Yermak mengatakan bahwa Ukraina “berminat untuk bekerja sama” dengan AS dalam kesepakatan yang melibatkan bantuan serta jaminan keamanan.

    Zelensky juga menyampaikan kalau Ukraina berharap adanya jaminan keamanan yang lebih ketat sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia.

    Kesepakatan semacam ini, menurut Zelensky, akan mencegah Rusia untuk menyerang kembali setelah gencatan senjata diterapkan.

    Kendati demikian, Kyiv khawatir bahwa gencatan senjata yang tidak melibatkan komitmen militer yang kuat, seperti keanggotaan NATO atau pengerahan pasukan penjaga perdamaian, hanya akan memberi waktu bagi Rusia untuk mempersiapkan serangan baru.

    Kekhawatiran ini semakin besar mengingat intensitas pertempuran yang masih berlangsung di Ukraina timur dan serangan udara yang terus dilakukan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina.

    Komentar Trump mengenai kemungkinan Ukraina menjadi bagian dari Rusia ini kemungkinan akan disambut baik oleh Kremlin.

    Trump sendiri mengisyaratkan bahwa ia sudah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai kemungkinan gencatan senjata.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa sebagian besar warga Ukraina ingin bergabung dengan Rusia.

    Peskov menegaskan bahwa fakta bahwa Ukraina telah menjadi bagian dari Rusia sudah tidak dapat disangkal lagi.

    Pada 2023, Rusia mengadakan referendum di empat wilayah yang mereka duduki—Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson—sebagai upaya untuk melegitimasi aneksasi wilayah-wilayah tersebut.

    Meskipun hasil referendum tersebut dianggap ilegal oleh dunia internasional, Peskov tetap mengklaim bahwa sebagian besar warga di wilayah tersebut mendukung keinginan untuk bergabung dengan Rusia.

    Moskow belum mengonfirmasi adanya pembicaraan tersebut.

    Kondisi di Lapangan

    Sebaliknya, pihak Rusia menegaskan bahwa gencatan senjata hanya mungkin dilakukan dengan syarat-syarat tertentu yang menguntungkan mereka.

    Di lapangan, kekerasan terus berlanjut, terutama di wilayah timur Ukraina, dengan pasukan Rusia terus bergerak maju.

    Setiap malam, serangan udara dilakukan oleh Rusia, seringkali menargetkan infrastruktur energi kritis Ukraina.

    Pada Selasa (11/2/2025), serangan rudal dan pesawat tak berawak Rusia menghantam fasilitas produksi gas alam di wilayah Poltava, Ukraina tengah.

    Sementara itu, Rusia melaporkan kebakaran besar di fasilitas industri di wilayah Saratov setelah serangan tersebut.

    Ukraina mengklaim bahwa mereka telah menyerang sebuah kilang minyak di wilayah Rusia yang dikuasai.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Trump Bilang Ukraina Mungkin Jadi Bagian Rusia Suatu Hari Nanti    
        Trump Bilang Ukraina Mungkin Jadi Bagian Rusia Suatu Hari Nanti

    Trump Bilang Ukraina Mungkin Jadi Bagian Rusia Suatu Hari Nanti Trump Bilang Ukraina Mungkin Jadi Bagian Rusia Suatu Hari Nanti

    Washington DC

    Lagi-lagi komentar tidak biasa dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Yang terbaru, Trump melontarkan gagasan bahwa Ukraina “mungkin akan menjadi bagian Rusia suatu hari nanti”.

    Hal itu, seperti dilansir AFP, Selasa (11/2/2025), dikatakan oleh Trump menjelang pertemuan antara Wakil Presiden AS JD Vance dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada akhir pekan ini.

    “Mereka mungkin membuat kesepakatan, mereka mungkin tidak membuat kesepakatan. Mereka (Ukraina-red) mungkin menjadi bagian Rusia suatu hari nanti, atau mereka mungkin tidak akan menjadi bagian Rusia suatu hari nanti,” kata Trump saat membahas konflik Rusia-Ukraina dalam wawancara dengan Fox News yang disiarkan pada Senin (10/2) waktu setempat.

    Trump juga menekankan keuntungan atas investasi dengan bantuan AS ke Ukraina, dan menyarankan perdagangan sumber daya alam Kyiv, seperti mineral langka.

    “Kita akan mendapatkan semua uang di sana, dan saya katakan saya menginginkannya kembali. Dan saya katakan kepada mereka bahwa saya menginginkan uang yang setara, seperti logam tanah langka senilai US$ 500 miliar,” sebut Trump.

    “Dan mereka pada dasarnya setuju untuk melakukan hal itu, jadi setidaknya kita tidak merasa bodoh,” ucapnya.

    Dalam wawancara tersebut, Trump juga mengonfirmasi bahwa dirinya akan segera mengirimkan utusan khususnya, Keith Kellogg, ke Ukraina, yang bertugas menyusun proposal untuk menghentikan pertempuran.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Trump mendesak agar konflik segera diakhiri, sedangkan Zelensky menyerukan jaminan keamanan yang ketat dari Washington sebagai bagian dari kesepakatan apa pun dengan Rusia.

    Kyiv mengkhawatirkan jika penyelesaian apa pun yang tidak mencakup komitmen militer yang tegas — seperti keanggotaan NATO atau pengerahan pasukan penjaga perdamaian, hanya akan memberikan waktu kepada Kremlin untuk mengumpulkan pasukannya kembali dan mempersenjatai mereka kembali untuk melancarkan serangan baru.

    Juru bicara Zelensky, Sergiy Nikiforov, mengatakan kepada AFP bahwa sang Presiden Ukraina akan bertemu dengan Vance pada Jumat (14/2) mendatang, di sela-sela menghadiri Konferensi Keamanan Munich.

    Menjelang pertemuan itu, Zelensky menyerukan “perdamaian nyata dan jaminan keamanan yang efektif” untuk Ukraina.

    “Keamanan masyarakat, keamanan negara kita, keamanan hubungan ekonomi dan, tentu saja, keberlanjutan sumber daya kita: tidak hanya untuk Ukraina, tapi untuk seluruh dunia yang bebas. Semua ini sedang diputuskan sekarang,” cetus Zelensky dalam pernyataan video yang dipublikasikan di media sosial.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Mau Desak Rusia Akhiri Perang, Zelensky Setuju Beri AS Imbalan Mineral Langka di Ukraina – Halaman all

    Trump Mau Desak Rusia Akhiri Perang, Zelensky Setuju Beri AS Imbalan Mineral Langka di Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan ia berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengenai kemungkinan mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

    Sebagai pendonor militer terbesar Ukraina, Donald Trump memberikan tawaran kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, agar AS menjadi penengah untuk mengakhiri perang yang berlangsung sejak 24 Februari 2022.

    “Saya telah melakukan percakapan telepon dengan Putin,” kata Donald Trump kepada wartawan di Air Force One, Minggu (9/2/2025).

    Donald Trump mengungkapkan Putin tidak ingin melihat lebih banyak orang-orang mati dalam perang.

    “Ia (Putin) ingin melihat orang-orang berhenti sekarat. Semua orang yang meninggal. Orang-orang muda, muda, dan cantik. Mereka seperti anak-anak Anda, dua juta jumlahnya – dan tanpa alasan,” katanya.

    Ia kemudian kembali mengatakan, Rusia tidak akan pernah menginvasi Ukraina pada tahun 2022 jika dirinya menjadi Presiden AS saat itu.

    Menurutnya, hubungan baiknya dengan Putin dapat mencegah perang itu terjadi, tidak seperti hubungan pendahulunya, Joe Biden, dengan Putin.

    “Saya harap ini cepat. Setiap hari orang-orang meninggal. Perang ini sangat buruk di Ukraina. Saya ingin mengakhiri semua ini,” kata Donald Trump.

    Beralih ke penasihat keamanan nasionalnya, Mike Waltz, yang bersamanya di Air Force One, Donald Trump berkata, “Mari kita adakan pertemuan-pertemuan ini .”

    “Mereka ingin bertemu. Setiap hari orang-orang meninggal. Tentara muda yang tampan terbunuh. Pemuda, seperti anak-anakku. Di kedua belah pihak. Di seluruh medan perang,” kata Donald Trump.

    Meski mengungkapkan banyak hal, Donald Trump menolak untuk mengungkapkan durasi percakapan mereka.

    “Lebih baik saya tidak mengatakannya,” kata Donald Trump kepada wartawan.

    AS Minta Imbalan Mineral Langka di Ukraina

    Keinginan Donald Trump untuk menengahi pembicaraan antara Rusia dan Ukraina tidak datang secara gratis, melainkan AS sedang berupaya mendapatkan akses terhadap mineral langka di Ukraina sebagai imbalannya.

    Pada Jumat (7/2/2025) lalu, Donald Trump mengungkapkan keinginannya untuk menegosiasikan kesepakatan senilai $500 juta dengan Ukraina untuk akses ke mineral tanah dan gas langka dengan imbalan jaminan keamanan sebagai bagian dari setiap penyelesaian perdamaian potensial dengan Rusia.

    “Kami ingin membuat kesepakatan dengan Ukraina, di mana mereka akan menyediakan apa yang kami berikan kepada mereka, yakni mineral tanah langka dan hal-hal lainnya,” kata Donald Trump.

    Mineral-mineral ini dibutuhkan untuk membuat telepon pintar, baterai, magnet, laser, dan teknologi modern lainnya.

    Meskipun disebut tanah langka, sebenarnya tidak terlalu langka, tetapi sulit diekstraksi dan dimurnikan, termasuk litium, grafit, uranium, dan titanium.

    Sementara itu, Zelensky mengatakan Donald Trump harus bertemu dengannya terlebih dahulu sebelum berbicara dengan Putin.

    “Kunjungan Utusan Khusus AS untuk Ukraina dan Rusia, Keith Kellogg, diperkirakan akan dilakukan pada bulan Februari,” kata Andriy Yermak, kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, pada Jumat lalu.

    Sementara itu minggu ini, Wakil Presiden AS JD Vance diperkirakan akan bertemu dengan Zelensky di Konferensi Keamanan Munich, Jerman.

    PRESIDEN UKRAINA – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari website resmi Presiden Ukraina pada Sabtu (8/2/2025) malam, memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berpidato dan mengatakan Rusia bersiap untuk memperpanjang perang dengan memperluas industri senjata. Zelensky setuju untuk memberi AS akses terhadap mineral langka di Ukraina. (Kantor Presiden Ukraina)

    Zelensky Setuju dengan Tawaran Donald Trump

    Zelensky menyetujui tawaran AS untuk memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina dengan imbalan akses AS terhadap mineral langka di Ukraina.

    Ia menekankan Ukraina tidak hanya menyerahkan sumber dayanya namun juga kemitraan dan investasi, bahkan kepada mitra strategis, merujuk pada AS.

    “Kami memiliki mineral. Itu tidak berarti kami memberikannya kepada siapa pun, bahkan kepada mitra strategis. Ini tentang kemitraan—investasikan uang Anda, berinvestasilah dalam pembangunan,” kata Zelensky kepada Reuters.

    “Kita perlu mengembangkan sektor ini bersama-sama dan menghasilkan pendapatan. Yang terpenting, ini menjamin keamanan dunia Barat dan benua Eropa, mencegah sumber daya ini jatuh ke tangan pencuri—Rusia dan sekutunya,” kata Zelensky seperti diberitakan Rubryka, Minggu.

    Zelensky menekankan Ukraina memiliki cadangan titanium dan uranium terbesar di dunia, menekankan nilai ekonominya yang sangat besar.

    “Sumber daya ini bernilai miliaran, bahkan triliunan. Itulah sebabnya kami bekerja sama dengan AS, dengan mengatakan, ‘Buka bisnis di sini. Mari kita gali dan olah sumber daya ini bersama-sama. Mari kita hasilkan uang bersama.’ Kami menyambut investasi dari mereka yang membantu membela negara kita karena niat Putin jelas,” kata Zelensky.

    Presiden Ukraina menekankan menjaga sumber daya alam Ukraina adalah masalah keamanan nasional.

    Ia mengatakan 20 persen wilayah Ukraina yang diduduki Rusia memiliki sumber daya mineral yang lebih rendah dan Rusia berhasil mengeruk cadangan batu bara.

    Zelensky mengatakan Ukraina memiliki cadangan titanium terbesar di Eropa, selain memiliki emas, batu bara, dan bijih mangan.

    “Amerika Serikat membutuhkan bahan-bahan ini untuk kemajuan dalam penerbangan, industri luar angkasa, dan kedokteran,” tambah Zelensky.

    Zelensky juga mengonfirmasi ia telah menyerahkan peta lokasi sumber daya tersebut di Ukraina kepada tim Donald Trump.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Hari ke-1082 Perang Rusia-Ukraina: Zelensky dan Pejabat NATO Cek Senjata Jarak Jauh Ukraina – Halaman all

    Hari ke-1082 Perang Rusia-Ukraina: Zelensky dan Pejabat NATO Cek Senjata Jarak Jauh Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada hari ke-1082 perang Rusia-Ukraina yang berlangsung pada Minggu, 9 Februari 2025, Ukraina melaporkan tiga orang terluka akibat serangan tembakan dari pasukan Rusia selama 24 jam terakhir di kota Pokrovsk, Donetsk.

    Serangan tersebut juga merusak empat blok apartemen di kota tersebut.

    Pada pukul 20:10 waktu setempat, militer Ukraina melaporkan bahwa pasukan Rusia dan Korea Utara kembali menyerang posisi pasukan Ukraina di Oblast Kursk, Rusia.

    Menurut laporan militer Ukraina, Brigade Mekanik Terpisah ke-47 Magura dan sekutunya berhasil menangkis serangan besar dari Rusia.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam pidato malamnya, menyatakan bahwa Vladimir Putin bersiap untuk melanjutkan serangannya di Ukraina.

    “Kita sekarang tahu bahwa Rusia sedang menciptakan divisi baru dan mengembangkan fasilitas produksi militer baru,” ungkap Zelensky, Sabtu (8/2/2025).

    Dukungan Korea Utara untuk Rusia

    Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menjanjikan dukungan berkelanjutan untuk Rusia dalam perangnya melawan Ukraina.

    “Tentara dan rakyat Korea Utara akan selalu mendukung tujuan yang benar dari tentara dan rakyat Rusia,” kata Kim, Sabtu.

    Ia juga menegaskan komitmennya untuk mengembangkan kekuatan nuklir sebagai respons terhadap kerja sama militer antara AS, Jepang, dan Korea Selatan.

    Pandangan Inggris dan AS

    Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda perang akan segera berakhir. “Vladimir Putin sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk berunding,” katanya setelah bertemu dengan Zelensky di Kyiv, Sabtu.

    Lammy menegaskan bahwa Inggris akan berperan dalam jaminan keamanan di masa depan, termasuk kemungkinan mengirim pasukan sebagai penjaga perdamaian.

    Sementara itu, Rusia menilai tidak ada langkah positif dari pemerintahan baru AS terkait pelucutan senjata.

    Perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Gennady Gatilov, menyatakan bahwa Rusia siap untuk bekerja sama dengan AS dalam perundingan gencatan senjata.

    Zelensky Tinjau Kapasitas Persenjataan

    Zelensky juga bertemu dengan ketua komite militer NATO, Giuseppe Cavo Dragone, untuk meninjau kapasitas persenjataan jarak jauh Ukraina.

    Pertemuan ini membahas bantuan militer berkelanjutan dari negara-negara anggota NATO dan investasi dalam produksi pesawat nirawak dalam negeri.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1082: Zelensky Sebut Putin Siap Perpanjang Perang Pakai Senjata Baru – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1082: Zelensky Sebut Putin Siap Perpanjang Perang Pakai Senjata Baru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1082 pada Minggu (9/2/2025).

    Ukraina melaporkan tiga orang terluka akibat tembakan yang diluncurkan oleh pasukan Rusia ke kota Pokrovsk, Donetsk, pada Sabtu (8/2/2025).

    Empat blok apartemen rusak di kota tersebut akibat serangan Rusia.

    Pada pukul 20.10 waktu setempat, militer Ukraina melaporkan pasukan Rusia dan Korea Utara kembali melakukan serangan terhadap posisi pasukan Ukraina di Kursk, Rusia.

    “Pasukan Rusia dan Korea Utara memulai serangan lain di Oblast Kursk. Brigade Mekanik Terpisah ke-47 ‘Magura’ dan sekutunya menangkis serangan besar Rusia yang baru,” lapor militer Ukraina.

    Zelensky: Putin Siap Lanjutkan Perangnya, Bukan Hanya Lawan Ukraina

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap memerintahkan pasukannya untuk melanjutkan serangannya di Ukraina.

    “Kita sekarang tahu – seperti yang dilaporkan intelijen kita – bahwa Rusia sedang menciptakan divisi baru dan mengembangkan fasilitas produksi militer baru,” kata Zelensky dalam pidato malamnya, Sabtu.

    “Jelas bahwa kerja sama mereka dengan Korea Utara akan meluas. Sayangnya, Moskow menyebarkan teknologi modern – teknologi perang – ke wilayah tersebut, termasuk teknologi pesawat nirawak,” tambahnya, dikutip dari Pravda.

    Zelensky mengatakan Putin menambah pasukan hingga 100.000 tentara.

    “Semua mitra harus tahu dan melihatnya… Kami siap berbagi informasi yang relevan dan komunikasi terkait sudah berlangsung melalui saluran intelijen,” kata Zelensky memperingatkan sekutu Ukraina.

    Kim Jong Un Janji Tetap Dukung Rusia

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menjanjikan dukungannya yang berkelanjutan untuk sekutunya, Rusia, dalam perangnya dengan Ukraina. 

    “Tentara dan rakyat Korea Utara akan selalu mendukung dan mendorong tujuan yang benar dari tentara dan rakyat Rusia untuk mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan integritas teritorial mereka,” kata Kim Jong Un, Sabtu.

    Menanggapi kerja sama militer trilateral antara AS, Jepang dan Korea Selatan, Kim Jong Un menegaskan kembali kebijakan yang tak tergoyahkan dari negaranya untuk lebih mengembangkan kekuatan nuklir.

    Pada minggu ini, Zelensky mengonfirmasi pasukan Korea Utara telah kembali ke garis depan di wilayah Kursk Rusia, setelah laporan Rusia telah menarik mereka karena kerugian besar.

    Bulan lalu, Korea Selatan mengatakan pihaknya mencurigai Korea Utara bersiap untuk mengirim lebih banyak pasukan ke Rusia untuk memperkuat pasukan Moskow dalam perang hampir tiga tahun, seperti diberitakan The Guardian.

    Menlu Inggris: Perang Rusia-Ukraina Tak Ada Tanda-tanda Segera Berakhir

    Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan tidak akan ada akhir yang dekat dari pertempuran di Ukraina meskipun Donald Trump berjanji untuk menengahi dengan cepat mengakhiri konflik tersebut.

    “Saya tidak yakin kita tinggal beberapa minggu lagi dari perundingan damai. Dan saya katakan itu karena penilaian kami, yang saya cukup yakin diamini AS, adalah (Vladimir) Putin sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk berunding dan mengakhiri perang ini,” kata David Lammy setelah bertemu Zelensky dan pejabat senior Ukraina di Kyiv, Sabtu.

    Ia mengatakan Inggris akan memainkan peran penuh dalam jaminan keamanan di masa mendatang, termasuk kemungkinan mengirim pasukan Inggris ke Ukraina untuk bertindak sebagai pasukan penjaga perdamaian jika terjadi gencatan senjata dengan Rusia. 

    Namun David Lammy mengatakan diskusi dengan sekutu Eropa dan G7 mengenai jenis jaminan apa yang mungkin diperlukan akan berlangsung selama beberapa bulan lagi dan terlalu dini untuk mengantisipasi peran apa yang akan dimainkan Inggris.

    Rusia: AS Tak Niat Tengahi Gencatan Senjata

    Rusia mengatakan tidak melihat adanya langkah positif dari pemerintahan baru AS terkait pelucutan senjata. 

    Perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Gennady Gatilov mengatakan Rusia siap bekerja sama dengan AS untuk membahas perundingan gencatan senjata dengan Ukraina.

    “Rusia siap untuk menjaga hubungan kerja sama yang lancar dengan pemerintahan Amerika mana pun,” katanya kepada RIA Novosti, Sabtu.

    “Kami akan siap melakukan ini dalam kerangka Konferensi Perlucutan Senjata… Sejauh ini, kami tidak melihat adanya kemajuan positif dalam hal ini di Jenewa,” kata Gennady Gatilov.

    Zelensky dan Pejabat NATO Cek Gudang Senjata Ukraina

    Zelensky mengatakan ia bertemu dengan ketua komite militer NATO untuk meninjau kapasitas persenjataan jarak jauh Ukraina, dalam sebuah posting di X. 

    Selama kunjungan bersama Giuseppe Cavo Dragone ke sebuah perusahaan industri pertahanan, Zelensky mengonfirmasi topik-topik utama yang dibahas termasuk bantuan militer berkelanjutan dari negara-negara anggota NATO dan investasi langsung dalam produksi dalam negeri pesawat nirawak jarak jauh.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina: Pasukan Korea Utara Kembali ke Garis Depan – Halaman all

    Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina: Pasukan Korea Utara Kembali ke Garis Depan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina terus berlanjut dan pada tanggal 8 Februari 2025, telah memasuki hari ke-1981.

    Dalam perkembangan yang signifikan, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan bahwa pasukan Korea Utara telah kembali ke garis depan di wilayah Kursk, Rusia.

    Hal ini muncul setelah sebelumnya dilaporkan bahwa pasukan Korea Utara ditarik karena mengalami kerugian besar.

    Apa yang Terjadi di Kursk?

    Zelensky, dalam pidato malamnya pada tanggal 7 Februari 2025, menyatakan, “Telah terjadi serangan baru di daerah operasi Kursk. Tentara Rusia dan tentara Korea Utara didatangkan kembali.” Ia juga menambahkan bahwa “sejumlah besar pasukan lawan telah dihancurkan,” merujuk pada ratusan tentara Rusia dan Korea Utara yang terlibat dalam konflik ini.

    Sebelumnya, seorang juru bicara militer Ukraina melaporkan bahwa Kyiv tidak mengalami aktivitas atau bentrokan dengan pasukan Korea Utara selama tiga minggu.

    Ini menunjukkan fluktuasi dalam situasi di medan perang yang dapat berdampak pada taktik dan strategi kedua belah pihak.

    Kenapa Korea Utara Terlibat Kembali?

    Menurut intelijen dari Korea Selatan dan barat, Pyongyang telah mengirim lebih dari 10.000 tentara ke Rusia tahun lalu untuk memberikan dukungan dalam perang melawan Ukraina, khususnya di wilayah perbatasan.

    Kembalinya pasukan Korea Utara ke Kursk menandakan peningkatan kembali kerjasama militer antara kedua negara dalam konteks konfrontasi yang berkepanjangan ini.

    Apa yang Terjadi di Pertemuan Trump dan Zelensky?

    Di tengah situasi yang berkembang di Kursk, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga memberikan kabar bahwa ia mungkin akan bertemu dengan Zelensky minggu depan.

    Dalam pernyataannya kepada wartawan di Gedung Putih, Trump menjawab bahwa pertemuan tersebut bisa saja terjadi di Washington, meskipun ia tidak akan pergi ke Kyiv.

    Zelensky mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin dengan Trump.

    Ia menyatakan bahwa saat ini tim Ukraina dan Amerika sedang menyusun rincian untuk pertemuan tersebut.

    Bagaimana dengan Situasi di Toretsk?

    Di sisi lain, Rusia mengeklaim telah berhasil merebut kota pertambangan utama di Ukraina timur, yaitu Toretsk.

    Jika klaim ini terkonfirmasi, maka ini akan menjadi pemukiman terbesar yang direbut oleh Moskow sejak Avdiivka pada Februari tahun lalu.

    Namun, Kyiv membantah bahwa Rusia memiliki kendali penuh atas pusat industri tersebut.

    Menurut analis militer, perebutan Toretsk yang strategis bisa membuka jalan bagi Rusia untuk memotong rute pasokan Ukraina lebih lanjut ke utara.

    Apa yang Terjadi di Zaporizhia?

    Selain itu, pada tanggal 6 Februari 2025, Pasukan Pertahanan Ukraina berhasil menembak jatuh bom udara berpemandu Rusia di atas Zaporizhia.

    Yuriy Ignat, kepala departemen komunikasi Komando Angkatan Udara Angkatan Bersenjata Ukraina, menyebutkan bahwa insiden ini bukanlah yang pertama, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai situasi tersebut.

    Dengan dinamika yang terus berubah, perang Rusia-Ukraina menunjukkan bahwa medan perang tetap menjadi arena yang kompleks dan penuh ketidakpastian.

    Kembalinya pasukan Korea Utara, pertemuan yang direncanakan antara Trump dan Zelensky, serta situasi di Toretsk dan Zaporizhia menunjukkan betapa pentingnya perkembangan ini dalam konteks geopolitis yang lebih luas.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina: Pasukan Korea Utara Kembali ke Garis Depan – Halaman all

    Endus Rencana Licik Barat, Rusia Tegas Tolak Gencatan Senjata Sementara dengan Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia menolak mentah-mentah gencatan senjata sementara dengan Ukraina demi menghentikan perang yang sudah berlangsung tiga tahun itu.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuding Barat punya rencana di balik gencatan senjata sementara.

    Menurut dia, gencatan senjata hanya akan dimanfaatkan Barat untuk menguatkan Ukraina sampai perang kembali meletus.

    Zakharova menegaskan Rusia hanya menginginkan solusi final yang bisa menyudahi perang Rusia-Ukraina.

    “Gencatan senjata sementara, atau membekukan konflik seperti yang dikatakan banyak orang, tidak bisa diterima,” kata Zhakarova hari Kamis, (6/2/2025), dikutip dari Russia Today.

    “Kita memerlukan kesepakatan yang mengikat secara hukum dan bisa diandalkan, dan mekanisme yang akan menjamin bahwa krisis ini tidak akan berulang.”

    “Gencatan sementara akan dimanfaatkan Barat, Barat secara bersama-sama atau perwakilan, individual, untuk menguatkan potensi militer rezim Kiev dan tentu saja balas dendam dengan senjata.”

    Dia kemudian menyinggung AS di bawah Presiden Donald Trump yang berulang kali berjanji akan mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.

    Menurut dia, segalanya bergantung pada aksi spesifik dan rencana pemerintahan Trump. Zakharova menyebut tidak ada kejelasan mengenai langkah yang sedang diambil.

    Awal minggu ini juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengklaim kontak antara Rusia dan AS makin sering terjadi sesudah Trump berkuasa lagi.

    Peskov mengatakan ada beberapa kontak di antara kementerian tertentu, tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

    Trump juga mengonfirmasi bahwa ada pembicaraan dengan pemerintah AS. Dia juga menegaskan kembali keinginan AS untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Sementara itu, Rusia sudah berulang kali mengaku bersedia menyelesaikan perang melalui diplomasi. Namun, perundingan dengan Ukraina harus didasarkan pada “kenyataan di lapangan”.

    “Langkah pertama menuju normalisasi hubungan bilateral, berdasarkan prinsip saling menghormati dan kesetaraan, harus diambil oleh AS,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov.

    Zelensky bersedia menemui Putin

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku bersedia bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas solusi diplomatik demi mengakhiri perang.

    Zelensky mengklaim Putin “takut” membicarakan akhir perang.

    “Presiden AS Trump dan negara-negara Eropa meyakini demokrasi itu tidaklah mungkin tanpa Rusia, tanpa Putin. Inilah alasan saya berkata bahwa saya siap [bertemu dengan Putin] jika kami sepakat tentang bagaimana perang akan berakhir,” kata Zelensky dalam konferensi pers di Kyiv hari Kamis, (6/2/2025), dikutip dari Anadolu Agency.

    “Kami siap dengan demokrasi, saya tak punya masalah dengan hal itu. Masalahnya adalah bagi saya, Putin tampaknya takut berbicara dengan saya tentang mengakhiri perang.”

    PRESIDEN UKRAINA – Foto yang diambil dari laman President.gov.ua tanggal 5 Februari 2025 memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sedang berpidato. (President.gov.ua)

    Terancam digulingkan

    Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) mengklaim Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berencana menggulingkan Zelensky.

    Caranya ialah dengan mendiskreditkan atau menjelek-jelekkan nama Zelensky menjelang pemilu Ukraina pada musim gugur nanti.

    SVR menyebut para pejabat Barat menganggap Zelensky sebagai penghalang besar dalam perundingan damai Ukraina-Rusia.

    Si mantan komedian itu tetap berkuasa sebagai Presiden Ukraina meski masa jabatannya sudah selesai pada bulan Mei 2024. Dia menolak turut takhta sembari menyinggung kebijakan darurat militer yang diberlakukan sejak perang meletus.

    Menurut SVR, para pemimpin Barat kini berusaha menghentikan perang dengan mendorong Rusia dan Ukraina duduk di meja perundingan. Namun, Zelensky menghalangi.

    “AS dan Belgia sepakat bahwa penghalang utama penerapan skenario itu ialah Zelensky, yang oleh Barat disebut tak lebih dari ‘unsur yang dapat dibuang,” ujar SVR dalam pernyataannya, dikutip dari Rusia Today.

    SVR juga mengklaim NATO sudah paham bawah masa Zelensky sudah berakhir. Untuk menyingkirkan Zelensky, NATO kini dilaporkan menyiapkan kampanye untuk menjelek-jelekkan Zelensky.

    SVR berujar pejabat Barat akan menerbitkan informasi yang mengaitkan Zelensky dengan kasus penggelapan dana lebih dari $1,5 miliar yang ditujukan untuk membeli peralatan militer.

    (*)