Tag: Volodymyr Zelensky

  • Perjanjian Mineral Batal Diteken Usai Trump-Zelensky Cekcok di Gedung Putih

    Perjanjian Mineral Batal Diteken Usai Trump-Zelensky Cekcok di Gedung Putih

    Washington DC

    Perjanjian mineral bagi-hasil antara Amerika Serikat (AS) dan Ukraina batal ditandatangani setelah cekcok terjadi antara Presiden Donald Trump dan Presiden Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih, dengan disaksikan banyak wartawan.

    Dalam pertemuan luar biasa di Ruang Oval pada Jumat (28/2) waktu setempat, Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia, dengan Trump kemudian melontarkan serangan verbal terhadap Zelensky dengan menyebutnya “kurang ajar”.

    Trump dan Zelensky kemudian adu mulut, dengan suara Trump sempat meninggi dan bahkan berteriak saat berbicara dengan Presiden Ukraina tersebut. Cekcok antara kedua presiden ini terjadi di depan mata para wartawan yang meliput pertemuan keduanya di Ruang Oval Gedung Putih.

    Trump bersikeras menyebut Zelensky kalah dalam perang melawan Rusia, dengan berkata “orang-orang sekarat, Anda kekurangan pasukan”. Dia bahkan mengancam akan menarik dukungan AS untuk Ukraina.

    Zelensky, seperti dilansir Associated Press dan Bloomberg, Sabtu (1/3/2025), diminta meninggalkan Gedung Putih oleh para penasihat top Trump setelah keduanya terlibat cekcok. Zelensky juga langsung bergegas menuju ke kendaraan yang menunggunya dan meninggalkan Gedung Putih.

    Seremoni penandatanganan untuk perjanjian mineral itu, beserta konferensi pers, yang telah dijadwalkan batal digelar. Sejumlah pejabat AS, yang tidak disebut namanya, mengatakan bahwa perjanjian mineral itu belum ditandatangani sebelum Zelensky meninggalkan Gedung Putih.

    Perjanjian itu akan memungkinkan AS mendapatkan akses lebih besar terhadap mineral tanah jarang di Ukraina. Trump sebelumnya menyebut perjanjian itu sebagai langkah penting untuk membalas dukungan AS kepada Ukraina selama perang berkecamuk.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Perjanjian yang dinegosiasikan dalam beberapa hari terakhir ini akan membuka kekayaan mineral Ukraina yang sangat besar kepada AS. Namun perjanjian ini tidak mencakup jaminan keamanan yang jelas dari AS untuk Ukraina, yang merupakan kekecewaan bagi Kyiv.

    Trump menyebut kehadiran orang Amerika dalam bisnis di Ukraina akan menjadi sebuah bentuk jaminan.

    Berapa nilai kesepakatan dalam perjanjian itu bagi AS tidak disebutkan secara pasti. Trump mengatakan dirinya memperkirakan akan memperoleh ratusan miliar dolar Amerika dari perjanjian itu.

    Zelensky sebelumnya menegaskan dirinya tidak akan menandatangani perjanjian yang akan membuat Ukraina terlilit utang selama beberapa generasi.

    Ukraina disebut akan menyumbangkan 50 persen dari “seluruh pendapatan yang diperoleh dari monetisasi di masa depan atas semua aset sumber daya alam milik pemerintah Ukraina” kepada dana rekonstruksi yang dimiliki dan dikelola bersama oleh AS dan Ukraina.

    Perjanjian itu tidak merinci bagaimana dana itu akan dibelanjakan, juga tidak mengidentifikasi aset spesifik yang dicakupnya, meskipun disebutkan bahwa dana tersebut akan mencakup simpanan mineral, minyak dan gas alam, serta infrastruktur seperti terminal gas dan pelabuhan.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump-Zelensky Cekcok di Ruang Oval Gedung Putih, Apa yang Terjadi?

    Trump-Zelensky Cekcok di Ruang Oval Gedung Putih, Apa yang Terjadi?

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, terlibat adu argumen “yang belum pernah terjadi sebelumnya” di Ruang Oval, Gedung Putih, pada Jumat (28/02).

    Dalam pertemuan itu, Trump menuduh Zelensky “bertaruh dengan Perang Dunia III” dan “tidak tahu berterima kasih” kepada AS. Adapun Wakil Presiden AS, JD Vance, menyebut Zelensky “kurang ajar”.

    Beberapa wartawan BBC bersama sejumlah wartawan lainnya menyaksikan secara langsung kejadian itu di Ruang Oval, Gedung Putih.

    Hari itu dimulai dengan rutinitas ramah-tamah seperti yang biasa dilakukan Gedung Putih saat menyambut tamu kehormatan asing yang berkunjung.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky disambut oleh Presiden AS Donald Trump di pintu Sayap Barat dengan barisan kehormatan. Kedua pemimpin lantas berjabat tangan dengan sopan.

    Kami berada di Ruang Oval sebagai bagian dari kelompok media dari Ukraina, menyaksikan formalitas yang terlatih dengan baik serta pembicaraan sopan selama sekitar setengah jam.

    Zelensky memberikan Trump sabuk juara petinju Ukraina, Oleksandr Usyk. Trump lalu memuji pakaian Zelensky.

    Nada ramah berubah menjadi suara-suara meninggi, mata melotot, dan lontaran cercaan. Semua itu terjadi di depan kamera TV dunia.

    Presiden dan wakil presiden AS mencaci maki Zelensky, menuduhnya tidak tahu berterima kasih atas dukungan AS kepada Ukraina.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Ketegangan meningkat ketika Wakil Presiden AS, JD Vance, memberi tahu Zelensky bahwa perang harus diakhiri melalui diplomasi.

    “Diplomasi macam apa?” tanya Zelensky.

    Vance kemudian berujar kepada bahwa Zelensky “kurang ajar” datang ke Ruang Oval dan menyampaikan pendapatnya di depan media Amerika.

    JD Vance lalu menuntut agar Zelensky berterima kasih kepada Trump atas kepemimpinannya.

    Para wartawan di ruangan itu menyaksikan rentetan kejadian itu dengan mulut ternganga.

    “Anda bertaruh dengan Perang Dunia Ketiga,” kata Trump kepada Zelensky (Reuters)

    “Anda sudah cukup bicara. Anda tidak akan menang,” kata Trump kepada Zelensky. “Anda harus bersyukur. Anda tidak punya kartu.”

    “Saya tidak bermain kartu,” jawab Zelensky. “Saya sangat serius, Tuan Presiden. Saya presiden dalam keadaan perang.”

    “Anda bertaruh dengan Perang Dunia Ketiga,” jawab Trump. “Dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara, negara ini, yang telah mendukung Anda jauh lebih banyak daripada yang seharusnya.”

    JD Vance membalas: “Apakah Anda pernah mengucapkan ‘terima kasih’ selama pertemuan ini? Tidak.”

    Duta Besar Ukraina untuk AS menyaksikan rangkaian adegan itu sambil memegangi kepalanya sendiri.

    Suasana telah berubah total dan semuanya disaksikan semua wartawan di ruangan.

    Wartawan-wartawan AS berkomentar bahwa mereka belum pernah melihat kejadian seperti ini.

    “Situasi seperti ini tidak terbayangkan di Gedung Putih,” kata salah seorang wartawan kepada saya.

    Saat semua wartawan keluar dari Ruang Oval, banyak yang terdiam dalam keadaan terkejut.

    Di ruang pers di Gedung Putih, rekaman video kejadian itu diputar ulang. Seluruh wartawan yang tidak berada di Ruang Oval menyaksikan dengan tatapan tak percaya.

    Kebingungan pun terjadi. Ada pertanyaan apakah konferensi pers Trump dan Zelensky jadi digelar dan apakah kesepakatan yang sangat dinanti-nantikan antara AS dan Ukraina mengenai sumber daya mineral akan ditandatangani.

    Beberapa menit kemudian, Trump menulis di Truth Social bahwa Zelensky dapat “kembali ketika dia siap untuk perdamaian”.

    Konferensi pers dan upacara penandatanganan kesepakatan yang sedianya akan berlangsung di Ruang Timur Gedung Putih secara resmi dibatalkan.

    Wakil Presiden AS, JD Vance, menyebut Zelensky “kurang ajar” (EPA)

    Tak lama kemudian Zelensky melangkah keluar dari Gedung Putih dan masuk ke dalam kendaraan SUV yang sudah menunggu, sementara duta besarnya membuntutinya.

    Mereka menjauh saat dunia baru mulai mencerna momen yang luar biasa itu.

    Meskipun ada argumen yang kuat, kesepakatan mineral mungkin akan terjadi cepat atau lambat.

    Namun satu hal yang pasti: kunjungan Zelensky ini akan dikenang karena alasan yang sama sekali berbeda.

    Dunia melihat secara langsung bagaimana negosiasi antara AS dan Ukraina berlangsung: negosiasi itu sulit, emosional, dan menegangkan.

    Jelas bahwa ini adalah negosiasi yang sulit bagi kedua belah pihak.

    Hadiah sabuk petinju Ukraina Oleksandr Usyk tentu saja tidak menyelamatkan situasi.

    Setelah adu argumen di Gedung Putih ini, pertanyaannya sekarang adalah apa arti kejadian tersebut bagi perang di Ukraina dan bagaimana masa depan Zelensky.

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump dan Zelensky Debat Panas soal Rusia di Gedung Putih

    Trump dan Zelensky Debat Panas soal Rusia di Gedung Putih

    Washington

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berdebat secara terbuka di Gedung Putih, AS. Keduanya membahas perang Ukraina vs Rusia.

    Dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), Trump dan Zelensky duduk bersebelahan di Ruang Oval, Gedung Putih. Pertikaian ini terjadi setelah Trump mengatakan Ukraina harus ‘berkompromi’ dalam gencatan senjata dengan Rusia.

    “Anda tidak dapat melakukan kesepakatan apa pun tanpa kompromi. Jadi, tentu saja dia harus membuat beberapa kompromi, tetapi mudah-mudahan tidak sebesar yang dipikirkan sebagian orang,” kata Trump.

    Trump meminta Zelensky untuk lebih bersyukur. Trump mengatakan saat ini AS tengah berupaya ‘membuat kesepakatan’ dengan Rusia.

    “Anda tidak dalam posisi untuk mendikte apa yang akan kami rasakan,” kata Zelensky.

    Wakil Presiden AS JD Vance yang duduk di dekat Trump juga menyemprot Zelensky. Vance menyebut Zelensky tidak sopan.

    Namun, Zelensky menolak tegas usulan Trump. Baginya, tidak ada kompromi bagi Rusia, khususnya untuk Presiden Vladimir Putin.

    Zelensky menyebut Putin melakukan kejahatan perang. “Orang Rusia gila,” seru Zelensky.

    Trump mengecam kata-kata Zelensky. Menurut Trump, Zelensky sama sekali tidak menunjukan rasa terima kasih kepada AS yang selalu mencoba membantu Ukraina dalam perang melawan Rusia.

    “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang,” kata Trump.

    “Anda mempertaruhkan Perang Dunia Ketiga, dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara — negara ini,” sambung Trump.

    Percakapan ini terjadi di ruang terbuka. Banyak wartawan yang meliput debat panas antara Trump dan Zelensky.

    “Saya pikir Presiden Trump ada di pihak kami,” kata Zelenksy.

    Kebijakan baru Trump membuat sekutu-sekutu AS khawatir. AS mengakhiri dukungan penuh kepada Ukraina dalam perang melawan Rusia. Saat ini, posisi AS lebih sebagai mediator antara Putin dan Zelenksy.

    Trump mengatakan dirinya telah berbicara dengan Putin di banyak kesempatan. Komunikasi itu dilakukan via telepon pada awal Februari ini. Trump memberi tahu Zelensky bahwa gencatan senjata “cukup dekat”.

    Zelensky lalu memberi tahu Trump bahwa ia harus mengunjungi negaranya yang tengah dilanda perang. “Anda harus datang dan melihat,” singkat Zelensky.

    (isa/dnu)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Obrolan Memanas, Trump Disebut Usir Presiden Ukraina Zelensky dari Gedung Putih – Halaman all

    Obrolan Memanas, Trump Disebut Usir Presiden Ukraina Zelensky dari Gedung Putih – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dilaporkan diusir atau diminta keluar dari Gedung Putih oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Kedua orang itu dan Wakil Presiden AS J.D. Vance terlibat dalam obrolan panas mengenai cara mengakhiri perang Ukraina-Rusia yang sudah berkobar tiga tahun.

    Dalam pertemuan hari Jumat (28/2/2025) itu, Vance mengatakan cara untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina ialah melalui keterlibatan AS dalam diplomasi.

    “Tuan Presiden (Zelensky), dengan hormat, saya pikir tidak sopan bagi Anda untuk datang ke Ruang Oval guna mengajukan perkara ini di depan media Amerika,” kata Vance dikutip dari Fox News.

    Vance lalu menyinggung Zelensky yang memaksa para wajib militer untuk bertempur di garis depan karena Ukraina memiliki masalah jumlah personel.

    “Sudahkan Anda ke Ukraina untuk mengatakan masalah apa yang kami punya?” tanya Zelensky.

    “Tuan Presiden, apakah Anda tidak setuju bahwa Anda kesulitan mendatangkan orang-orang ke dalam militer Anda? Dan apakah Anda berpikir bahwa datang ke Ruang Oval dan menyerang pemerintahan yang berusaha mencegah kehancuran negara Anda adalah hal yang sopan?” kata Vance bertanya balik.

    Zelensky lalu mengklaim setiap pihak memiliki masalah, termasuk AS. Dia mengatakan AS akan merasakan situasi berperang pada masa mendatang.

    “Anda tidak mengetahuinya,” balas Trump.

    “Jangan katakan kepada kami apa yang akan kami rasakan. Kami berupaya memecahkan masalah,” kata dia.

    Trump berujar Zelensky tidak berada dalam posisi untuk mendikte AS.

    “Saat ini Anda tidak punya kartu (kekuatan). Dengan kami, Anda mulai mendapat kartu,” ujar Trump.

    “Saya tidak bermain kartu,” balas Zelensky.

    “Ya, Anda bermain kartu,” kata Trump.

    “Anda mempertaruhkan hidup jutaan orang. Anda berjudi dengan Perang Dunia Ketiga,” kata Trump.

    Trump mengatakan apa yang dilakukan Zelensky saat ini sangat tidak sopan bagi AS.

    “Negara Anda berada dalam masalah besar,” ucap Trump.

    “Tunggu sebenar. Tidak, Anda terlalu banyak berbicara. Negara Anda berada dalam masalah besar.”

    Zelensky diminta angkat kaki

    Pertemuan antara Zelensky dan Trump dilangsungkan setelah Trump sehari sebelumnya mengatakan perang Ukraina-Rusia kini berada dalam tahap akhir.

    Pemerintahan Trump berusaha mengadakan perjanjian dengan Ukraina mengenai akses AS terhadap mineral Ukraina. Akses itu akan menjadi imbalan atas bantuan AS kepada Ukraina sejak perang meletus.

    “Masalahnya adalah saya sudah menguatkan Anda untuk menjadi orang yang teguh, dan saya tidak yakin Anda akan menjadi orang teguh tanpa Amerika Serikat,” kata Trump sebelum pertemuan itu selesai.

    “Dan rakyat Anda sangat berani. Tetapi Anda harus membuat perjanjian atau kami akan keluar. Dan jika kami keluar, Anda akan melawannya,” kata Trump.

    Trump sekali lagi mengatakan Zelensky tak punya kartu untuk dimainkan.

    “Namun, segera setelah kita menandatangani perjanjian ini, Anda berada dalam posisi yang jauh lebih baik. Tetapi Anda tidak menujukkan terima kasih. Dan itu bukan hal yang bagus. Saya akan jujur. Itu bukan hal yang bagus,” kata Trump.

    Segera setelah perdebatan itu, Trump menulis di akun media sosial Truth Social bahwa Zelensky belum siap dengan perdamaian.

    Seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Trump meminta Zelensky untuk angkat kaki dari Gedung Putih.

    Trump juga membatalkan konferensi pers yang sudah dijadwalkan. Adapun perjanjian tentang mineral itu juga belum ditandatangani.

    (*)

  • Perang Kata dengan Trump, Zelensky ‘Diusir’ dari Gedung Putih, Hubungan AS-Ukraina Makin Hancur – Halaman all

    Perang Kata dengan Trump, Zelensky ‘Diusir’ dari Gedung Putih, Hubungan AS-Ukraina Makin Hancur – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang kata tak terelakkan saat Presiden AS Donald Trump menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih, Jumat (28/2/2025).

    Donald Trump dan Volodymyr Zelensky terlibat adu mulut yang hebat ketika Presiden AS bersama wapresnya, JD Vance, menanyakan apakah Ukraina telah menunjukkan rasa terima kasih yang cukup.

    Baik Trump maupun Vance menuduh Zelensky menghalangi perjanjian damai dengan Rusia.

    “Saat ini, Anda tidak dalam posisi yang baik. Anda telah membiarkan diri Anda berada dalam posisi yang sangat buruk,” kata Trump kepada Zelensky, dikutip dari CNN.

    “Saat ini, Anda tidak memiliki kartu. Bersama kami, Anda mulai memiliki kartu,” ungkap Trump.

    “Saya tidak bermain kartu,” jawab Zelensky.

    Perdebatan itu semakin panas ketika Trump meninggikan suaranya dan mengatakan bahwa Ukraina telah bertaruh dengan Perang Dunia III.

    “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” kata Trump sambil meninggikan suaranya.

    Pada satu titik, Vance menuduh Zelensky bersikap “tidak sopan” terhadap tuan rumahnya yang berasal dari Amerika.

    “Apakah Anda pernah mengucapkan ‘terima kasih’ sekali?” Vance bertanya kepada Zelensky.

    Setelah berdebat panas, Trump pun akhirnya berkumpul dengan para penasihat utamanya di dalam Ruang Oval untuk menilai situasi.

    Saat itulah Trump akhirnya ‘mengusir’ Zelensky dan mengatakan bahwa Presiden Ukraina “tidak dalam posisi untuk bernegosiasi”.

    Trump memerintahkan Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan penasihat keamanan nasional Mike Waltz untuk menyampaikan pesan: sudah saatnya bagi Zelensky untuk pergi.

    Zelensky pun pergi dari Ruang Oval dengan SUV hitamnya tanpa menandatangani perjanjian yang direncanakan untuk menyediakan akses AS ke mineral tanah jarang Ukraina.

    Salah seorang pejabat AS mengatakan, hubungan antara Trump dan Zelensky “tampaknya tidak dapat diperbaiki” setelah perdebatan panas itu.

    “Ini bencana,” kata pejabat tersebut.

    “Tidak jelas bagaimana hubungan bilateral akan berlanjut selama Zelensky masih berkuasa, kecuali dia dapat menemukan cara untuk memperbaikinya dengan Trump,” lanjutnya.

    Secara terpisah, Senator Lindsey Graham, yang merupakan bagian dari kelompok senator bipartisan yang bertemu dengan Zelensky sebelumnya, memperingatkan bahwa Zelensky “harus berubah secara mendasar atau pergi”.

    Tanggapan Rusia

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan Trump menunjukkan “pengekangan” dengan tidak memukul Zelensky selama adu mulut mereka di Gedung Putih.

    “Saya pikir kebohongan terbesar Zelensky dari semua kebohongannya adalah pernyataannya di Gedung Putih bahwa rezim Kyiv pada tahun 2022 sendirian, tanpa dukungan,” katanya, dikutip dari The Moscow Times.

    “Cara Trump dan Vance menahan diri untuk tidak memukul pria itu adalah sebuah keajaiban pengendalian diri,” tegasnya.

    Sementara itu, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menjuluki Zelensky sebagai “babi kurang ajar” yang telah menerima “tamparan keras di Ruang Oval”.

    Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia, menyebut konfrontasi sengit antara Trump dan Zelensky sebagai “bersejarah”.

    Dmitriev adalah salah satu negosiator Moskow dalam pembicaraan Rusia-Amerika yang diadakan pada 18 Februari 2025 di Arab Saudi.

    (*)

  • Zelensky dan Trump Terlibat Adu Mulut, Presiden AS Sebut Ukraina Berjudi dengan Perang Dunia III – Halaman all

    Zelensky dan Trump Terlibat Adu Mulut, Presiden AS Sebut Ukraina Berjudi dengan Perang Dunia III – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Debat panas terjadi antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Wapres JD Vance.

    Perang kata tersebut terjadi saat Volodymyr Zelensky melakukan kunjungan ke Gedung Putih untuk membahas perdamaian Ukraina dengan Donald Trump, Jumat (28/2/2025).

    Dalam adu mulut tersebut, Donald Trump memperingatkan Volodymyr Zelensky bahwa ia telah “berjudi dengan Perang Dunia Ketiga”.

    Trump memperingatkan Zelensky untuk kembali “ketika ia sudah siap untuk perdamaian”.

    Dalam momen adu mulut itu, Wapres AS JD Vance juga ikut menyerang Zelensky terkait perang dengan Rusia. Trump dan Vance bergantian mencaci maki Zelensky.

    Bahkan, Vance menuduh Zelensky melakukan “tur publisitas dan Trump mengatakan bahwa ia tidak dalam posisi yang baik saat ini.

    “Apakah kamu pernah mengucapkan ‘terima kasih’ sekali?” tanya Vance, dikutip dari The Guardian.

    “Menurutmu, apakah tindakan yang terhormat untuk datang ke Ruang Oval Amerika Serikat dan menyerang pemerintahan yang berusaha mencegah kehancuran negaramu?” cecar Trump.

    Trump kemudian menyampaikan ultimatum kepada Zelensky, dengan mengatakan kepadanya bahwa Ukraina harus “membuat kesepakatan atau kita keluar”.

    Ultimatum itu mengisyaratkan bahwa AS dapat meninggalkan negosiasi dan menghentikan dukungan kepada Kyiv.

    “Jangan beri tahu kami apa yang akan kami rasakan. Kami sedang mencoba memecahkan masalah,” ungkap Trump.

    “Anda tidak dalam posisi untuk mendikte apa yang akan kami rasakan. Kami akan merasa sangat baik. Anda tidak memiliki kartu saat ini bersama kami, Anda akan mulai mengalami masalah saat ini,” lanjutnya.

    Trump pun mengakhiri pertemuan tersebut dengan mengatakan bahwa Zelensky tidak “bertindak penuh rasa terima kasih” dan “itu bukan hal yang baik”.

    “Ini akan menjadi acara televisi yang hebat,” pungkasnya.

    Kepala angkatan bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrskyi, mengunggah pernyataan di Telegram yang menegaskan bahwa pasukannya mendukung Zelensky.

    Warga Ukraina yang cemas mengikuti dari jauh sebagian besar berkumpul di sekitar pemimpin mereka, tetapi khawatir tentang prospek kelanjutan aliran bantuan militer AS yang diandalkan negara tersebut.

    Para pemimpin Eropa, yang merasa khawatir akan dampak perang di seluruh benua, berlomba-lomba membela Zelensky.

    Dikutip dari Reuters, Presiden Prancis Emmanuel Macron hingga kandidat kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan “kita tidak boleh mencampuradukkan antara agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini”.

    Di Kongres AS, reaksi dari Partai Republik Trump beragam, sementara Demokrat mengecam penanganannya terhadap pertemuan tersebut.

    Kepala kebijakan luar negeri Eropa, Kaja Kallas mengatakan bahwa Eropa akan meningkatkan dukungannya terhadap Ukraina “agar mereka dapat terus melawan agresor tersebut”.

    “Hari ini, menjadi jelas bahwa dunia bebas membutuhkan pemimpin baru. Terserah kepada kita, orang Eropa, untuk menerima tantangan ini,” kata Kallas.

    Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen ikut memuji Zelensky setelah melihat adu mulut tersebut.

    “Martabat Anda menghormati keberanian rakyat Ukraina. Jadilah kuat, jadilah pemberani, jadilah tak kenal takut,” tulisnya di media sosial X.

    “Kami akan terus bekerja sama dengan Anda untuk perdamaian yang adil dan abadi,” lanjutnya.

    (*)

  • Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih berakhir dengan perdebatan panas. Trump menilai bahwa Zelensky seperti mendikte bagaimana seharusnya Amerika Serikat bersikap dalam perang Rusia-Ukraina.

  • Prediksi Kamala Harris tentang Donald Trump Menjadi Kenyataan? – Halaman all

    Prediksi Kamala Harris tentang Donald Trump Menjadi Kenyataan? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Donald Trump tampaknya memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan mantan Wakil Presiden AS, Kamala Harris, mungkin telah menyadarinya sejak lama.

    Selama masa jabatan pertamanya, Trump kerap memuji kemungkinan aliansi antara Rusia dan Amerika Serikat, berharap keduanya dapat bersatu sebagai kekuatan adikuasa.

    Kekagumannya terhadap Putin juga tampak jelas dan sering disampaikan secara terbuka.

    Namun, perbincangan mengenai hubungan ini sedikit terlupakan di empat tahun masa kepemimpinan Joe Biden.

    Menurut laporan dari Inquisitr, dalam debat presiden 2024, Kamala Harris mengingatkan kembali mengenai hubungan Trump dan Putin. 

    Harris dengan tegas menyatakan bahwa Trump berpotensi menjalin hubungan dekat dengan Presiden Rusia tersebut.

    Harris bahkan meramalkan bahwa hubungan ini akan berkembang menjadi persahabatan, dengan Putin memegang kendali atas politik Amerika Serikat.

    Ungkapan lama, “Putin would eat Trump for lunch” (Putin akan mengalahkan Trump dengan mudah), kembali ramai dibahas di media sosial.

    TRUMP DAN PUTIN – Tangkap layar X yang diambil pada 28 Februari 2025, memperlihatkan postingan pengguna media sosial tentang prediksi Kamala Harris tentang hubungan Donald Trump dan Vladimir Putin. Saat kampanye presiden 2024, Kamala Harris memprediksi hubungan antara Donald Trump dan Vladimir Putin, apakah sekarang terbukti? (Tangkap layar X)

    Video klip dari momen ini viral setelah Moskow mengonfirmasi pertemuan antara Donald Trump dan Vladimir Putin.

    Sejak menjabat di Ruang Oval, Trump telah menunjukkan tanda-tanda hubungan yang lebih erat antara Washington dan Moskow.

    Ia bahkan menolak menyebut Putin sebagai seorang diktator dan justru menyalahkan Ukraina atas konflik Rusia-Ukraina.

    Dalam konferensi pers di Mar-a-Lago baru-baru ini, Trump menyalahkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, atas pecahnya perang dan menyebut Zelensky sebagai seorang diktator.

    Trump mengatakan bahwa Zelensky telah menjabat selama tiga tahun dan bisa menghentikan perang jika ia menginginkannya.

    Ia juga mengecam Zelensky karena tidak mengadakan pemilu di Ukraina.

    Pada Selasa (25/2/2025), dalam jumpa pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, Trump kembali menolak untuk mengkritik Putin atas perang tersebut.

    Ketika ditanya apakah ia masih menyebut Zelensky sebagai diktator, Trump menegaskan bahwa ia tidak menggunakan istilah “diktator” dengan sembarangan.

    Trump juga menyatakan keyakinannya bahwa Amerika Serikat mampu menyelesaikan konflik antarnegara ini.

    Namun, sikap Trump yang terkesan tunduk kepada Rusia tidak mendapat respons positif dari masyarakat Amerika.

    Warga Amerika menggunakan media sosial untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka.

    Banyak pengguna media sosial membagikan video Kamala Harris yang menegur Trump, yang kemudian menjadi tren meme.

    Pengguna X, platform media sosial populer, membagikan klip viral tersebut sambil menambahkan komentar, “Dia (Harris) sudah memperingatkan kita.”

    Anggota Kongres: Amerika Serikat Menuju Perang Dunia III karena Trump Ingin Berteman dengan Putin

    Amerika Serikat mungkin sedang berada di ambang Perang Dunia Ketiga karena Donald Trump ingin menjalin hubungan dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

    Hal ini disampaikan oleh seorang anggota parlemen AS, sebagaimana dilaporkan oleh Mirror.

    Hubungan antara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dan Trump semakin memburuk minggu lalu setelah Zelenskyy menyatakan bahwa Trump hidup dalam ruang disinformasi yang diciptakan oleh Rusia.

    Menanggapi pernyataan tersebut, Trump menyebut Zelenskyy sebagai “diktator tanpa pemilu.”

    Dalam sebuah pidato yang disampaikan pada sidang Komite Pengawasan DPR baru-baru ini, Anggota DPR Jasmine Crockett (D-TX) memberikan peringatan keras:

    “Fakta penting. Ini berpotensi menempatkan kita dalam krisis internasional.”

    “Kita mungkin sedang menuju perang dunia berikutnya karena kita memiliki seorang mantan Presiden yang ingin berteman dengan Putin dan akan melakukan apa saja untuk membuatnya senang, termasuk berbohong tentang siapa yang sebenarnya menjadi agresor.”

    Selama masa jabatan mantan Presiden Joe Biden, Amerika Serikat berperan aktif dalam mendukung Ukraina dengan menyediakan peralatan militer yang diperlukan untuk melawan invasi Rusia.

    Selain itu, Biden juga menggunakan pengaruh politik AS untuk memperjuangkan Ukraina dan mengisolasi Rusia di panggung internasional.

    Namun, di bawah pemerintahan Trump, Amerika Serikat mengubah arah kebijakannya.

    Trump menjalin lebih banyak kontak dengan Rusia dan mendorong negosiasi damai yang, menurut beberapa pihak, mungkin akan lebih menguntungkan Rusia daripada pihak-pihak lain yang terlibat.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • 8 Fakta Kesepakatan Mineral AS-Ukraina, Mengapa Trump Tertarik pada Mineral Ukraina? – Halaman all

    8 Fakta Kesepakatan Mineral AS-Ukraina, Mengapa Trump Tertarik pada Mineral Ukraina? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kesepakatan mineral tanah jarang yang dicapai Amerika Serikat-Ukraina menimbulkan kontroversi dan ketegangan.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky akan mengunjungi Washington, AS untuk menemui Presiden Donald Trump pada Jumat (28/2/205).

    Dikutip dari BBC, kunjungan itu dilakukan Zelensky untuk menandatangani perjanjian pembagian sumber daya mineral negaranya.

    Adapun sumber daya alam yang dimaksud, termasuk mineral yang dianggap harta karun, yakni rare earth atau logam tanah jarang (LTJ).

    Ketika AS berusaha memperoleh keuntungan dari mineral Ukraina sebagai imbalan atas bantuan yang diberikan, Ukraina masih menghadapi tantangan besar dalam hal keamanan dan jaminan perlindungan dari ancaman Rusia.

    Eropa, khususnya Prancis dan Jerman, memiliki pandangan yang beragam mengenai kebijakan ini.

    Mereka tampaknya khawatir kepentingan jangka panjang Ukraina bisa terlupakan gara-gara kesepakatan ini.

    Simak fakta-fakta terkait kesepakatan mineral AS-Ukraina yang Tribunnews.com rangkum berikut ini.

    1. Kesepakatan Mineral AS-Ukraina Bisa Mencapai $1 Triliun

    Pada Rabu (26/2/2025), Trump mengungkapkan bahwa Amerika dan Ukraina mencapai kesepakatan terkait mineral, yang menurut Trump bisa bernilai hingga $1 triliun.

    Kesepakatan ini merupakan upaya Trump mengeruk mineral dari Ukraina, yang ia klaim sebagai imbalan atas miliaran dolar bantuan yang telah digelontorkan ke negara tersebut untuk melawan invasi Rusia.

    2. Penolakan Sebelumnya oleh Presiden Zelensky

    Dikutip dari Al Jazeera, Zelensky sebelumnya sempat menolak rancangan kesepakatan yang diajukan oleh AS.

    Sebab, ia menilai perjanjian tersebut tidak mencakup jaminan keamanan yang cukup untuk Ukraina.

    Selain itu, Zelensky merasa Ukraina tidak diikutsertakan dalam perundingan antara AS dan Rusia di Arab Saudi untuk mengakhiri perang Ukraina.

    Pada saat yang sama, Zelensky menuntut agar Ukraina diberikan jaminan keamanan, termasuk keanggotaan di NATO, yang dianggap oleh Washington sebagai “tidak realistis”.

    3. Fokus pada Mineral Tanah Jarang

    Kesepakatan ini mencakup ekstraksi mineral, terutama mineral tanah jarang, yang sangat bernilai di pasar global.

    Mineral tanah jarang, seperti neodymium, lanthanum, dan cerium, digunakan dalam pembuatan produk berteknologi tinggi, seperti hard drive komputer, layar televisi, ponsel, dan lensa kamera.

    Menurut laporan, Ukraina akan menyumbangkan 50 persen dari pendapatan ekstraksi sumber daya alam seperti logam, minyak, gas, dan mineral lainnya ke dana ini.

    Menurut Forbes, nilai total semua mineral di Ukraina diperkirakan mencapai $15 triliun, dengan sebagian besar berada di wilayah Donetsk, Dnipropetrovsk, dan Luhansk, yang kaya akan batu bara, garam, dan bijih.

    4. Mengapa Trump Tertarik pada Mineral Ukraina?

    Trump beralasan Amerika Serikat mencari mineral dari Ukraina sebagai pengembalian atas bantuan miliaran dolar yang telah diberikan kepada Ukraina dalam perang melawan Rusia.

    Trump mengklaim AS menghabiskan lebih dari $350 miliar untuk mendukung Ukraina, meskipun data dari pemerintah AS sendiri mencatatkan angka yang lebih rendah, yaitu sekitar $183 miliar.

    Selain itu, Trump ingin memastikan bahwa Amerika Serikat mendapatkan keuntungan dari mineral tanah jarang Ukraina yang diperkirakan bernilai $500 miliar.

    5. Mineral Ukraina yang Sangat Diminati

    Ukraina memiliki cadangan mineral yang sangat berharga, termasuk sekitar 5 persen dari pasokan global bahan baku penting, seperti titanium, grafit, nikel, kobalt, dan mineral tanah jarang.

    Negara ini juga dikenal memiliki cadangan sekitar 7 persen dari produksi titanium dunia dan menjadi pemasok utama mineral penting lainnya yang dibutuhkan dalam berbagai sektor teknologi.

    6. Tanggapan Zelensky Terhadap Kesepakatan

    Zelensky mengonfirmasi bahwa ada kesepakatan di atas meja, namun dia lebih menekankan bahwa ini adalah kerangka kerja ekonomi yang lebih luas, bukan hanya soal ekstraksi mineral.

    Pertengahan Februari lalu, Zelensky mengungkapkan kekhawatirannya bahwa perjanjian ini belum memberikan perlindungan yang cukup terhadap keamanan Ukraina, terutama dari ancaman Rusia.

    Menurutnya, perjanjian tersebut tidak menawarkan jaminan yang memadai bagi Ukraina.

    7. Tanggapan Negara Eropa

    Banyak negara Eropa menunjukkan keprihatinan terhadap kesepakatan ini.

    Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mendukung langkah ini.

    Kendati begitu, ia memperingatkan agar tidak ada pengorbanan terhadap kedaulatan Ukraina.

    Sebaliknya, Jerman menentang kesepakatan logam tanah jarang ini, dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz mengkritik pendekatan Trump sebagai “egoistis” dan “mementingkan diri sendiri”.

    Scholz menyarankan bahwa Ukraina membutuhkan sumber daya alamnya untuk membangun kembali negara pasca-perang.

    8. Reaksi Kritis dari Pemimpin Eropa

    Beberapa pemimpin Eropa, seperti Friedrich Merz dari Jerman, mengkritik serangan Trump terhadap Zelensky.

    Mereka menganggapnya sebagai tindakan yang lebih mengutamakan kepentingan AS daripada keamanan dan masa depan Eropa.

    Kritik terhadap kebijakan Trump ini menunjukkan ketegangan antara Washington dan sekutu-sekutu Eropa dalam menghadapi kebijakan luar negeri yang semakin transaksional dan mengutamakan kepentingan nasional.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Trump Tak Percaya Pernah Juluki Presiden Ukraina Zelensky ‘Diktaktor’: Saya Mengatakan Itu? – Halaman all

    Trump Tak Percaya Pernah Juluki Presiden Ukraina Zelensky ‘Diktaktor’: Saya Mengatakan Itu? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik kembali kritik tajamnya yang mengatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai diktaktor.

    Sebelumnya, Trump menulis di unggahan media sosial Truth Social pada 19 Februari, di mana ia menyebut Zelensky sebagai “diktaktor tanpa pemilu”.

    Dalam unggahannya, Trump menuduh Zelensky menolak menyelenggarakan pemilu.

    Ia juga mengulangi klaim Rusia tentang ketidakabsahan Zelensky sebagai presiden karena masa jabatannya resmi berakhir pada Mei tahun 2024.

    Namun, Trump membantah pernah mengatakan hal tersebut ketika ditanya oleh wartawan selama pertemuannya dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Ruang Oval pada Kamis (27/2/2025).

    “Apakah saya mengatakan itu? Saya tidak percaya saya mengatakan itu. Pertanyaan berikutnya,” kata Trump ketika ditanya apakah dia masih percaya Zelensky adalah seorang diktator.

    “Kami ingin bekerja sama dengannya, Presiden Zelensky … dan kami akan bekerja sama dengannya,” lanjutnya. 

    “Saya pikir presiden dan saya sebenarnya memiliki hubungan yang sangat baik. Mungkin sedikit sulit karena kami ingin memiliki sedikit dari apa yang dimiliki negara-negara Eropa,” tambahnya, seperti diberitakan Kyiv Independent.

    Konstitusi Ukraina melarang pemilihan umum selama darurat militer dan keadaan perang.

    Selain itu, Trump berulang kali mengkritik Ukraina, termasuk tentang bantuan Eropa untuk Ukraina dalam bentuk pinjaman, sedangkan AS memberikan bantuan yang tidak dikembalikan.

    Ia juga mengklaim Ukraina tidak memberi laporan yang jelas tentang penggunaan bantuan dari AS selama perang sejak tahun 2022.

    Dalam pertemuannya kemarin, Keir Starmer menyela Trump dengan mengatakan sebagian besar bantuan Eropa untuk Ukraina adalah hadiah.

    Jelang Kunjungan Presiden Ukraina ke AS, Trump Bantah Pernah Sebut Zelensky ‘Diktaktor’

    Bantahan Trump muncul setelah Zelensky dikabarkan akan mengunjungi Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025).

    Dalam kunjungan tersebut, Zelensky akan membahas tentang perjanjian mineral dengan AS.

    Sebelumnya, Trump ingin Ukraina mengembalikan bantuan senilai 500 miliar dolar dalam bentuk perjanjian mineral, sementara Zelensky mensyaratkan AS untuk memberi jaminan keamanan kepada Ukraina.

    Pada 12 Februari lalu, Trump mengatakan AS berupaya menjadi penengah dalam perundingan Rusia dengan Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina