Tag: Volodymyr Zelensky

  • Keir Starmer: Inggris dan Prancis Siap Kerja Sama untuk Rencana Perdamaian Ukraina – Halaman all

    Keir Starmer: Inggris dan Prancis Siap Kerja Sama untuk Rencana Perdamaian Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan rencana untuk menjalin kesepakatan damai di Ukraina bersama dengan Prancis dan akan menyampaikannya kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara dengan BBC pada hari Minggu.

    Keinginan untuk Berdialog

    Starmer menegaskan pentingnya menjadi penghubung dalam memulihkan perundingan damai.

    Ia menyatakan, “Saya merasa tidak nyaman melihat pertikaian antara Zelensky dan Trump yang terjadi di Gedung Putih. Tidak seorang pun ingin melihat itu.” Ia menekankan bahwa alih-alih memperburuk situasi, ia lebih memilih untuk langsung menghubungi kedua pemimpin tersebut untuk berdialog.

    Starmer menambahkan, “Kami sekarang telah sepakat bahwa Inggris bersama dengan Prancis dan mungkin satu atau dua negara lainnya akan bekerja sama dengan Ukraina dalam sebuah rencana untuk menghentikan pertempuran. Kemudian kami akan membahas rencana itu dengan Amerika Serikat,” seperti yang dilansir dari The Times of India.

    Pernyataan Starmer muncul setelah pertikaian publik antara Trump dan Zelensky di Gedung Putih.

    Trump menyatakan frustrasinya terhadap sikap Zelensky dalam perundingan damai dengan Rusia, menuduhnya tidak bersyukur atas dukungan yang diberikan Amerika Serikat.

    Pertemuan yang awalnya diharapkan akan menghasilkan kesepakatan penting berakhir tanpa kesepakatan, dengan Zelensky diminta meninggalkan Gedung Putih sebelum perjanjian dapat ditandatangani.

    Sambutan Hangat untuk Zelensky

    Pada hari Sabtu, 13 Februari 2025, Starmer menyambut hangat kedatangan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di London.

    Pertemuan ini berlangsung sehari setelah pertemuan tegang antara Zelensky dan Trump.

    Dalam acara tersebut, Inggris meluncurkan perjanjian pinjaman sebesar £2,26 miliar (sekitar Rp 47 triliun) untuk memperkuat pertahanan Ukraina.

    Starmer mengungkapkan, “Kami mendukung Anda bersama Ukraina selama yang diperlukan,” menandakan komitmen Inggris untuk membantu Ukraina di tengah konflik yang terus berlangsung.

    Dengan langkah diplomatik ini, Starmer berharap dapat membuka peluang untuk tercapainya solusi damai yang lebih luas dan mengurangi eskalasi konflik yang terus berlanjut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Starmer: Inggris dan Prancis Akan Jadi Jembatan Perdamaian Ukraina, Siap Berdialog dengan Trump – Halaman all

    Starmer: Inggris dan Prancis Akan Jadi Jembatan Perdamaian Ukraina, Siap Berdialog dengan Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, pada hari Minggu (2/3/2025) mengungkapkan niat untuk mengupayakan kesepakatan damai dengan Ukraina, bersama dengan Prancis, dan kemudian menyampaikannya kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

    Dalam pernyataannya, Starmer menekankan bahwa ia fokus untuk menjadi penghubung yang dapat memulihkan perundingan damai dan menggunakan kegagalan perundingan sebagai peluang untuk kembali terlibat dengan Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, serta Presiden Prancis, Emmanuel Macron, daripada meningkatkan ketegangan dengan retorika yang semakin memanas.

    Starmer menyampaikan pandangannya dalam sebuah wawancara dengan BBC.

    Di mana ia mengungkapkan bahwa ia merasa “tidak nyaman” melihat pertikaian antara Zelensky dan Trump yang terjadi di Gedung Putih.

    “Tidak seorang pun ingin melihat itu,” kata Starmer.

    Ia menjelaskan bahwa alih-alih memperburuk situasi, ia memilih untuk “menyingsingkan lengan baju” dan langsung menghubungi kedua pemimpin tersebut untuk berdialog. 

    PM Inggris ini kemudian mengatakan bahwa saat ini pihaknya dan Prancis telah berkomitmen untuk mengusahakan perdamaian di Ukraina.

    Keduanya juga siap untuk berdialog dengan Trump tentang perdamaian ini.

    Kami sekarang telah sepakat bahwa Inggris, bersama dengan Prancis dan mungkin satu atau dua negara lainnya, akan bekerja sama dengan Ukraina dalam sebuah rencana untuk menghentikan pertempuran. Kemudian, kami akan membahas rencana itu dengan Amerika Serikat,” kata Starmer, dikutip dari The Times of India.

    Menurut Starmer, saat ini langkah yang ia pilih merupakan keputusan yang tepat.

    “Saya pikir kita sudah melangkah ke arah yang benar,” jelasnya.

    Pernyataan ini muncul hanya beberapa hari setelah pertikaian publik yang melibatkan Trump dan Zelensky di Gedung Putih, yang berlangsung di hadapan kamera. 

    Pertikaian ini dipicu oleh rasa frustrasi Trump terhadap sikap Zelensky dalam perundingan perdamaian dengan Rusia. 

    Trump menuduh Zelensky tidak “bersyukur” atas dukungan yang diberikan Amerika Serikat dalam perang yang sedang berlangsung.

    “Anda tidak memiliki kartu saat ini,” ujar Trump, memperingatkan bahwa tanpa kesepakatan, Ukraina akan menghadapi masa depan yang suram.

    Padahal, pertemuan tersebut awalnya direncanakan untuk menjadi kesempatan penandatanganan kesepakatan yang akan membuka akses Amerika Serikat terhadap mineral penting yang ada di Ukraina.

    Namun, konferensi pers yang seharusnya diadakan dibatalkan, dan Zelensky diminta untuk meninggalkan Gedung Putih sebelum perjanjian tersebut dapat ditandatangani.

    Meskipun meninggalkan Washington tanpa kesepakatan, Zelensky tetap teguh pada pendiriannya untuk menandatangani perjanjian tersebut sebagai “langkah pertama menuju jaminan keamanan” bagi Ukraina.

    Starmer Sambut Hangat Zelensky 

    Starmer menyambut hangat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di London pada Sabtu (1/3/2025).

    Pertemuan ini terjadi tepat  sehari setelah pertemuan tegang antara pemimpin Ukraina tersebut dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Kedatangan Zelenskyy ke Inggris menandai kelanjutan dukungan dari negara tersebut terhadap perjuangan Ukraina di tengah konflik dengan Rusia.

    Sebagai bentuk komitmen, Inggris dan Ukraina meluncurkan perjanjian pinjaman sebesar £2,26 miliar  atau sekitar Rp 47 T (kurs £1 GBP = Rp20.860) untuk memperkuat pertahanan Ukraina. 

    Kedatangan Zelensky di London disambut meriah oleh rakyat Inggris.

    Starmer mengatakan bahwa sambutan dari rakyat adalah bentuk dukungan bagi ia dan Ukraina.

    “Dan seperti yang Anda dengar dari sorak sorai di luar, Anda mendapat dukungan penuh dari seluruh Inggris Raya, dan kami mendukung Anda bersama Ukraina selama yang diperlukan,” jelasnya.

    Langkah Keir Starmer untuk bekerja sama dengan Prancis dan negara-negara lainnya dalam upaya mencapai perdamaian menunjukkan keinginan Inggris untuk memainkan peran konstruktif dalam menyelesaikan krisis yang tengah melanda Ukraina. 

    Meskipun ketegangan antara Zelensky dan Trump masih memanas, upaya diplomatik yang dilakukan oleh Starmer diharapkan dapat membuka peluang untuk tercapainya solusi damai yang lebih luas dan mengurangi eskalasi konflik yang terus berlanjut.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Keir Starmer dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Perdebatan Zelensky dan Trump: Reaksi Oksana Markarova Viral di Media Sosial – Halaman all

    Perdebatan Zelensky dan Trump: Reaksi Oksana Markarova Viral di Media Sosial – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat, Oksana Markarova, menjadi perbincangan di media sosial setelah foto dirinya yang menepok jidat viral.

    Insiden tersebut terjadi saat pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Donald Trump di Ruang Oval pada tanggal 28 Februari 2025.

    Pertemuan ini awalnya dijadwalkan untuk membahas kelanjutan bantuan militer AS kepada Ukraina serta perjanjian keamanan jangka panjang, namun suasana berubah menjadi panas ketika Zelensky menolak pendekatan Trump terhadap gencatan senjata dengan Rusia.

    Menurut laporan dari Newsweek, ekspresi wajah Markarova mencerminkan frustrasi yang mendalam terkait memburuknya hubungan antara Amerika Serikat dan Ukraina.

    Dalam pertemuan tersebut, Trump bahkan keliru menyalahkan Ukraina sebagai pihak yang memulai perang dengan Rusia, serta menyebut Zelensky sebagai diktator.

    Pertemuan yang awalnya dimaksudkan untuk diskusi diplomatik berubah menjadi perdebatan sengit.

    JD Vance, Wakil Presiden yang turut hadir, mengkritik Zelensky dan menuduhnya memanfaatkan dukungan AS untuk tawar-menawar dengan Rusia.

    Konfrontasi ini semakin memanas ketika Zelensky merespons dengan menegaskan pentingnya dukungan AS bagi Ukraina.

    Trump juga tidak kalah keras dalam mengkritik, ia menyatakan, “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang,” ketika Zelensky tidak setuju dengan pendekatan negosiasi.

    Alhasil, Zelensky meninggalkan Gedung Putih tanpa menandatangani perjanjian mineral yang sebelumnya diharapkan bisa menjadi syarat dukungan lanjutan bagi Ukraina.

    Siapa Oksana Markarova?

    Oksana Markarova diangkat sebagai Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat pada 20 April 2021, kurang dari setahun sebelum Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.

    Sejak saat itu, Markarova telah menjadi juru bicara penting bagi negara asalnya di luar negeri, dengan sering tampil di media dan berbagai acara publik.

    Dalam Pidato Kenegaraan tahun lalu, ia menggambarkan kondisi kritis yang dihadapi Ukraina dan menekankan pentingnya dukungan internasional.

    Markarova bukanlah sosok asing dalam dunia diplomasi.

    Sebelum menjabat sebagai duta besar, ia menghabiskan lima tahun di Kementerian Keuangan Ukraina, di mana ia menjabat sebagai Menteri Keuangan.

    Ia terlibat dalam penyusunan program pemulihan ekonomi makro serta melaksanakan konsolidasi fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Markarova juga memiliki pengalaman 17 tahun di sektor swasta, di mana ia memegang posisi manajerial senior dalam bidang ekuitas swasta dan penasihat keuangan.

    Pengalaman panjangnya memberikan landasan yang kuat untuk berperan sebagai duta besar dan mewakili kepentingan Ukraina di tingkat internasional.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • 10
                    
                        Lihat Zelensky Dikata-katai Trump, Ribuan Warga Ukraina Turun ke Jalan
                        Internasional

    10 Lihat Zelensky Dikata-katai Trump, Ribuan Warga Ukraina Turun ke Jalan Internasional

    Lihat Zelensky Dikata-katai Trump, Ribuan Warga Ukraina Turun ke Jalan
    Tim Redaksi
    KYIV, KOMPAS.com
    – Ribuan warga Ukraina turun ke jalan di Kyiv pada Jumat (28/2/2025) untuk menyuarakan dukungan bagi Presiden Volodymyr Zelensky.
    Aksi ini berlangsung setelah Zelensky terlibat perdebatan tajam dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam pertemuan di Gedung Putih.
    Seperti dilaporkan
    Reuters
    pada Sabtu (1/3/2025), dalam pertemuan tersebut Zelensky secara terbuka mengkritik kebijakan Trump terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia menegaskan bahwa kompromi dengan seorang “pembunuh” bukanlah langkah yang dapat diterima.
    Sebaliknya, Trump menuding Zelensky dapat memicu Perang Dunia Ketiga dan menilai Ukraina kurang berterima kasih atas bantuan militer yang telah diberikan AS.
    “Trump akhirnya menyadari bahwa Zelensky adalah pemimpin yang tidak mudah menyerah,” kata Mila, salah seorang peserta aksi di Kyiv.
    Senada dengan itu, Oksana, seorang konsultan bisnis, menilai Ukraina hanyalah pihak yang dimanfaatkan dalam konflik geopolitik global.
    “Bukan Ukraina yang bermain-main dengan Perang Dunia Ketiga, tetapi kita yang dijadikan alat tawar-menawar,” ujarnya.
    Di media sosial, berbagai pejabat Ukraina dan tokoh publik juga menyuarakan dukungan terhadap Zelensky.
    Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiha, yang turut hadir dalam pertemuan di Washington DC, menegaskan bahwa sang presiden memiliki keberanian untuk membela negaranya.
    “Presiden Zelensky memiliki keberanian dan kekuatan untuk membela apa yang benar,” tulis Sybiha.
    Meski banyak warga yakin Ukraina mampu bertahan, sebagian mengkhawatirkan dampak ketegangan antara kedua pemimpin terhadap hubungan bilateral.
    “Tanpa pasokan senjata dari AS, kita tidak akan bisa memenangi perang ini. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika hubungan ini semakin memburuk,” ujar Andriy, seorang dosen berusia 59 tahun.
    Sebelumnya, pertemuan di Washington DC direncanakan untuk memperbaiki hubungan kedua negara, dengan agenda utama penandatanganan perjanjian terkait mineral langka Ukraina.
    Namun, alih-alih meredakan ketegangan, diskusi antara Trump dan Zelensky justru berubah menjadi perdebatan sengit di hadapan awak media.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Rusia Klaim Merebut Dua Desa di Ukraina Timur – Halaman all

    Rusia Klaim Merebut Dua Desa di Ukraina Timur – Halaman all

    Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1103

    Pada hari Minggu, 2 Maret 2025, perang antara Rusia dan Ukraina memasuki hari ke-1103.

    Rusia mengeklaim telah merebut dua desa di Ukraina timur, yaitu Sudne dan Burlatske, yang terletak di dekat kota Velyka Novosilka.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan kemajuan ini pada Sabtu, 1 Maret 2025.

    Ketegangan Antara Zelensky dan Trump

    Perkembangan ini terjadi di tengah ketegangan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Pertemuan Zelensky dan Trump di Ruang Oval Gedung Putih pada Jumat, 28 Februari 2025, menjadi sorotan media internasional.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa Zelensky bersedia untuk memulihkan dialog dengan AS.

    Menurut Macron, dialog tersebut akan mencakup kesepakatan yang memberi AS akses ke pendapatan dari sumber daya alam Ukraina.

    Macron juga berkomunikasi dengan Trump, namun tidak mengungkapkan rincian dari pembicaraan tersebut.

    Hingga saat ini, Gedung Putih belum memberikan komentar resmi terkait isu ini.

    Pertemuan Puncak Eropa di London

    Zelensky tiba di London untuk menghadiri pertemuan puncak para pemimpin Eropa yang membahas rencana perdamaian untuk perang Rusia-Ukraina.

    Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyatakan dukungan penuh Inggris kepada Ukraina dan berjanji untuk mendukung Kyiv selama diperlukan.

    Zelensky juga mengungkapkan rencananya untuk menggunakan pinjaman baru sebesar £226 miliar (sekitar $284 miliar) dari Inggris untuk memproduksi senjata di dalam negeri.

    Pertemuan dengan Raja Charles

    Selain itu, Zelensky dijadwalkan untuk bertemu dengan Raja Charles pada hari yang sama.

    Audiensi resmi ini akan berlangsung di perkebunan raja di Sandringham, Inggris timur.

    Zelensky menyampaikan rasa senangnya atas pertemuan tersebut kepada Starmer.

    Rotasi Pengamat IAEA di PLTN Zaporizhzhia

    Sementara itu, rotasi pengamat dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia berlangsung melalui wilayah yang dikuasai Rusia.

    Kejadian ini dilaporkan oleh kantor berita Rusia, Interfax, dan merupakan yang pertama kalinya dilakukan di seluruh wilayah yang diduduki Rusia.

    Meskipun rotasi ini dijadwalkan berlangsung sebulan lalu, pelaksanaannya sempat ditunda dua kali.

    Hingga saat ini, baik IAEA maupun pemerintah Ukraina belum memberikan komentar terkait laporan ini.

     

    Perang Rusia-Ukraina terus berlanjut dengan dinamika yang semakin kompleks, melibatkan hubungan internasional yang rumit antara Ukraina, Rusia, dan negara-negara barat.

    Sementara itu, perkembangan di lapangan menunjukkan bahwa konflik ini masih jauh dari penyelesaian.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Inggris Sambut Hangat Kedatangan Zelensky usai Diusir Trump, PM Keir Starmer: Kami Mendukung Anda – Halaman all

    Inggris Sambut Hangat Kedatangan Zelensky usai Diusir Trump, PM Keir Starmer: Kami Mendukung Anda – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer memberikan sambutan hangat kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky di London.

    Keduanya bertemu selang sehari setelah Zelensky berselisih dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih.

    Banyak warga Inggris bersorak saat konvoi Zelensky memasuki Downing Street. Sesampainya di sana, Zelensky dipeluk oleh Starmer dan berpose untuk difoto sebelum menuju ke dalam kediaman resmi Perdana Menteri Inggris.

    “Anda sangat diterima di sini di Downing Street,” ujar Starmer kepada Zelensky, dilansir dari VOA News, Minggu (2/3/2025).

    “Dan seperti yang Anda dengar dari sorak-sorai di luar, Anda mendapat dukungan penuh dari seluruh Inggris Raya. Kami mendukung Anda dan Ukraina selama yang diperlukan.”

    Zelensky pun berterima kasih kepada Inggris.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda dan rakyat Inggris atas dukungan yang begitu besar sejak awal perang ini.”

    Setelah itu, kedua pemimpin berdiskusi secara tertutup selama sekitar 75 menit. Mereka berpelukan lagi saat Starmer mengantar Zelensky ke mobilnya.

    Zelensky dijadwalkan untuk bertemu dengan Raja Charles III pada Minggu hari ini.

    Starmer dan Zelensky mengumumkan perjanjian pinjaman senilai USD 2,84 miliar untuk mendukung kemampuan pertahanan Ukraina, yang akan dibayar kembali dengan keuntungan dari aset Rusia yang dibekukan.

    Dukungan AS untuk Ukraina

    Meski baru-baru ini berselisih dengan Trump, Zelensky menekankan pentingnya dukungan dari AS bagi Ukraina.

    Perselisihan antara Zelensky dan Trump menambah kekhawatiran di Eropa mengenai sikap Washington terhadap perang Rusia di Ukraina.

    Sebelumnya Trump menyatakan, Ukraina tidak siap untuk berdamai dengan Rusia, yang memicu reaksi kuat di kalangan sekutu Eropa.

    Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengatakan bahwa peristiwa tersebut menandai dimulainya era baru yang berisiko.

    Perdana Menteri Polandia Donald Tusk juga menegaskan kembali dukungan mereka terhadap Ukraina pasca-perdebatan tersebut.

    Sekjen NATO Mark Rutte dalam wawancara dengan BBC menyatakan telah memberi tahu Zelensky bahwa Ukraina harus “menemukan cara” untuk memulihkan hubungan dengan Trump.

    Detik-detik Perdebatan Trump-Zelensky

    Trump dan Zelensky terlibat adu  mulut di Ruang Oval, Gedung Putih, pada Jumat (28/2/2025) waktu AS.

    Donald Trump menuduh Zelensky “bertaruh dengan Perang Dunia III” dan “tidak tahu berterima kasih” kepada AS.

    Sementara Wakil Presiden AS JD Vance yang hadir dalam pertemuan ikut nimbrung dan  menyebut Zelensky “kurang ajar”.

    Dikutip dari BBC, sejumlah wartawan lainnya menyaksikan secara langsung kejadian itu di Ruang Oval, Gedung Putih.

    Hari itu dimulai dengan rutinitas ramah-tamah seperti yang biasa dilakukan Gedung Putih saat menyambut tamu kehormatan asing yang berkunjung.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky disambut oleh Presiden AS Donald Trump di pintu Sayap Barat dengan barisan kehormatan.

    Kedua pemimpin lantas berjabat tangan dengan sopan.

    Wartawan berada di Ruang Oval sebagai bagian dari kelompok media dari Ukraina, menyaksikan formalitas yang terlatih dengan baik serta pembicaraan sopan selama sekitar setengah jam.

    Zelensky memberikan Trump sabuk juara petinju Ukraina, Oleksandr Usyk.

    Trump lalu memuji pakaian Zelensky.

    Sejauh ini, sangat diplomatis.

    Beberapa menit kemudiah sungguh belum pernah terjadi sebelumnya.

    Nada ramah berubah menjadi suara-suara meninggi, mata melotot, dan lontaran cercaan.

    Semua itu terjadi di depan kamera TV dunia.

    Presiden dan Wakil Presiden AS  menuduh Zelensky tidak tahu berterima kasih atas dukungan AS kepada Ukraina.

    Ketegangan meningkat ketika Wakil Presiden AS, JD Vance, memberi tahu Zelensky bahwa perang harus diakhiri melalui diplomasi.

    “Diplomasi macam apa?” tanya Zelensky.

    Vance kemudian berujar kepada bahwa Zelensky “kurang ajar” datang ke Ruang Oval dan menyampaikan pendapatnya di depan media Amerika.

    JD Vance lalu menuntut agar Zelensky berterima kasih kepada Trump atas kepemimpinannya.

    Para wartawan di ruangan itu menyaksikan rentetan kejadian itu dengan mulut ternganga.

    “Anda sudah cukup bicara. Anda tidak akan menang,” kata Trump kepada Zelensky.

    “Anda harus bersyukur. Anda tidak punya kartu.”

    “Saya tidak bermain kartu,” jawab Zelensky.

    “Saya sangat serius, Tuan Presiden. Saya presiden dalam keadaan perang.”

    “Anda bertaruh dengan Perang Dunia Ketiga,” jawab Trump.

    “Dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara, negara ini, yang telah mendukung Anda jauh lebih banyak daripada yang seharusnya.”

    JD Vance membalas “Apakah Anda pernah mengucapkan ‘terima kasih’ selama pertemuan ini? Tidak.”

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • PM Inggris Sambut Hangat Zelensky yang Diusir Trump, Beri Pinjaman Rp 47 T

    PM Inggris Sambut Hangat Zelensky yang Diusir Trump, Beri Pinjaman Rp 47 T

    London

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer memberi sambutan hangat kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Pertemuan itu dilakukan sehari setelah Zelensky terlibat cekcok heboh hingga diusir oleh Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir AFP, Minggu (2/3/2025), pertemuan itu dilakukan menjelang pertemuan puncak di London untuk membahas cara mendukung Ukraina memerangi pasukan Rusia. Starmer menegaskan kembali dukungannya untuk Kyiv.

    “Dalam kemitraan dengan sekutu kami, kami harus mengintensifkan persiapan kami untuk elemen jaminan keamanan Eropa di samping diskusi berkelanjutan dengan Amerika Serikat,” katanya dalam pernyataan yang disampaikan Sabtu (1/3) malam.

    “Sekarang saatnya bagi kita untuk bersatu guna menjamin hasil terbaik bagi Ukraina, melindungi keamanan Eropa, dan mengamankan masa depan kolektif kita,” tambahnya.

    Ukraina dan Inggris juga meneken perjanjian pinjaman sebesar GBP 2,26 miliar atau sekitar Rp 47,2 triliun. Uang itu dipinjamkan Inggris untuk mendukung kemampuan pertahanan Ukraina, yang akan dibayar kembali dengan keuntungan dari aset Rusia yang dilumpuhkan Ukraina.

    “Dana tersebut akan diarahkan untuk produksi senjata di Ukraina,” kata Zelensky lewat akun media sosialnya.

    “Ini adalah keadilan sejati, orang yang memulai perang harus menjadi orang yang membayar,” sambungnya.

    “Anda sangat, sangat diterima di Downing Street,” kata Starmer kepada Zelensky.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda, rakyat Inggris, atas dukungan yang begitu besar sejak awal perang ini,” jawab Zelensky.

    Zelensky dan Starmer bertemu secara tertutup selama sekitar 75 menit dan berpelukan lagi saat akan berpisah. Zelensky juga dijadwalkan bertemu dengan Raja Charles III pada Minggu (2/3).

    Zelensky akan menghadiri pembicaraan darurat di London dengan para pendukung Kyiv dari Eropa. Pertemuan itu juga akan dihadiri oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

    Zelensky sebelumnya bertemu dengan Trump di Gedung Putih pada Jumat (28/2). Namun, pertemuan itu berujung pada cekcok yang menggagalkan penandatanganan kesepakatan mineral langka hingga diusirnya Zelensky dari Gedung Putih.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pertemuan di Oval Office Berujung Panas, Trump Kesal pada Zelensky

    Pertemuan di Oval Office Berujung Panas, Trump Kesal pada Zelensky

    PIKIRAN RAKYAT – Pertemuan yang digelar di Oval Office pada 28 Februari 2025, antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Senator J.D. Vance, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky berakhir panas.

    Pertemuan tersebut awalnya dijadwalkan untuk membahas kesepakatan mineral langka antara AS dan Ukraina, serta upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Namun, pertemuan tersebut berubah menjadi debat panas yang berujung pada kegagalan kesepakatan.

    Poin Pertemuan

    Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari berbagai sumber, pertemuan dimulai dengan pembahasan mengenai kesepakatan mineral langka antara AS dan Ukraina. Diskusi juga mencakup upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

    Presiden Zelensky menyatakan ketidakpercayaannya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam hal diplomasi. Pernyataan ini memicu kekesalan dari Presiden Trump dan Senator Vance.

    Presiden Trump dan Senator Vance merasa bahwa Presiden Zelensky kurang menghargai bantuan yang telah diberikan oleh AS.

    Senator Vance menyindir Presiden Zelensky yang dinilai berani berdebat di depan media.
    Presiden Trump menegaskan bahwa Ukraina tidak akan mampu bertahan tanpa bantuan dari AS.

    Presiden Trump mendorong gencatan senjata segera, sementara Presiden Zelensky bersikeras meminta jaminan keamanan terlebih dahulu. Perbedaan visi ini menyebabkan suasana pertemuan semakin memanas.

    Ini kelewat gila sih ????… Mungkin banyak yang belum sadar bahwa kejadian seperti ini sangat lah langka, pemimpin negara berdaulat yang sedang dijajah, kena gaslight alias dipojokkan di depan umum, “berdebat” secara terbuka, dengan topik yang sangat sensitif, di OVAL OFFICE! https://t.co/Ip4SvF47O6— Random Warfare Worldwide (@RWWReborn) March 1, 2025

    Presiden Trump menuduh Presiden Zelensky “memainkan nyawa orang” dan meningkatkan risiko Perang Dunia III. Senator Vance menambahkan bahwa Ukraina kekurangan pasukan.

    Pertemuan berakhir tanpa kesepakatan. Presiden Trump meminta Presiden Zelensky untuk meninggalkan Gedung Putih. Presiden Trump kemudian mencuit di media sosial bahwa Presiden Zelensky “tidak siap untuk perdamaian”.

    Pertemuan ini mencerminkan ketegangan yang kompleks dalam hubungan internasional, terutama terkait konflik Rusia-Ukraina.

    Perbedaan visi antara AS dan Ukraina mengenai upaya perdamaian menunjukkan tantangan besar dalam mencapai solusi diplomatik.

    Reaksi global terhadap pertemuan ini menunjukkan polarisasi pendapat mengenai peran AS dalam konflik internasional.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • 139 Menit Menegangkan Trump Vs Zelensky di Gedung Putih

    139 Menit Menegangkan Trump Vs Zelensky di Gedung Putih

    Washington DC

    Para koki Gedung Putih sedang bekerja di West Wing untuk menata piring berisi ayam rosemary, bubur akar seledri, dan sawi hijau yang rencananya disajikan dalam makan siang bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Namun, makanan itu tak pernah disajikan usai apa yang terjadi di Ruang Oval.

    Dilansir CNN, Minggu (2/3/2025), suasana mengejutkan terjadi di dalam Ruang Oval. Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance memarahi tamu mereka, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang dianggap menjadi kehancuran hubungan global yang belum pernah terlihat sebelumnya.

    Bagi para pendukung Ukraina, momen itu adalah bencana. Namun, hal itu bukanlah hasil yang tidak terduga.

    Berbagai upaya telah dilakukan untuk mempersiapkan Zelensky agar berhasil bertemu dengan Trump, yang terkenal mudah terbuai pujian dan sangat peka terhadap perlakuan yang diterimanya. Presiden Ukraina itu telah diperingatkan agar fokus sepenuhnya pada kesepakatan mineral dan menghindari terlibat dalam pertengkaran dengan Trump.

    “Saya katakan kepadanya pagi ini ‘Jangan terpancing. Jangan biarkan media atau siapa pun membuat Anda berdebat dengan Presiden Trump. Apa yang dilakukannya hari ini adalah memulihkan hubungan’,” kata Senator Lindsey Graham, yang termasuk dalam sekelompok senator Republik dan Demokrat yang bertemu Zelensky sebelum datang ke Gedung Putih.

    Para pemimpin Eropa lain yang lebih dulu datang ke AS telah memberikan arahan mereka kepada Zelensky, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron yang berhasil mendekati Trump dengan menyeimbangkan pujian dan penolakan. Yang lain lagi, termasuk beberapa pejabat AS, telah mencoba mencegah Zelensky melakukan perjalanan ke Washington dengan keyakinan masih diperlukan upaya untuk memperkuat hubungan yang telah menjadi permusuhan.

    Namun saat Zelensky memasuki gerbang Gedung Putih pada hari Jumat (28/2), hanya sedikit yang dapat meramalkan betapa hebohnya 139 menit berikutnya. Meski demikian, beberapa pihak telah mendeteksi tanda-tanda awal adanya masalah.

    “Oh, Anda berpakaian rapi,” kata Trump dengan nada sarkasme saat dia menyapa Zelensky dan menjabat tangannya.

    Sebelum pertemuan di Ruang Oval berubah menjadi adu mulut, Zelensky ditanya oleh seorang reporter dari media yang dipilih langsung oleh Gedung Putih untuk berada di ruangan tersebut selama pembicaraan ‘mengapa tidak mengenakan jas di kantor tertinggi Amerika Serikat?’.

    “Saya akan mengenakan kostum setelah perang ini berakhir, ya,” kata Zelensky, menanggapi dalam bahasa Inggris.

    “Mungkin sesuatu seperti milik Anda, ya, mungkin sesuatu yang lebih baik. Saya tidak tahu, kita lihat saja nanti. Mungkin sesuatu yang lebih murah. Terima kasih,” sambung Zelensky.

    Zelensky sendiri tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa sabuk UFC yang dimenangkan oleh petinju Ukraina, Oleksandr Usyk, tahun lalu. Sabuk emas berwarna-warni itu diletakkan di salah satu meja saat kedua pria itu mulai berbicara.

    Selama 40 menit pertama pembicaraan mereka, Trump tidak menunjukkan kepahitan terhadap Zelensky, melainkan membahas kesepakatan mineral yang akan mereka tanda tangani. Bahkan, di lantai atas di Ruang Timur, sebuah meja kayu panjang telah disiapkan untuk upacara penandatanganan dengan empat kursi siap untuk para penandatangan.

    Namun, hal itu tidak pernah terjadi. Suasana mulai berubah menegangkan saat Wapres AS Vance bergabung dalam percakapan.

    “Tunggu sebentar. Hei, saya ingin menanggapi ini,” ujarnya untuk mendukung upaya Trump dalam mengakhiri konflik.

    “Jalan menuju perdamaian dan jalan menuju kemakmuran mungkin melibatkan diplomasi,” katanya, mengarahkan komentarnya kepada Zelensky.

    Saat itulah semuanya memburuk. Zelensky yang marah dan tidak terbiasa dengan teguran publik setelah 3 tahun dukungan kuat Barat terlihat dengan marah memaparkan gencatan senjata yang telah dilanggar Rusia di masa lalu.

    “Diplomasi macam apa, JD, yang sedang kamu bicarakan? Apa, apa yang kamu miliki, apa yang kamu, apa maksudmu?” tanya Zelensky dengan nada tidak percaya.

    “Saya berbicara tentang jenis diplomasi yang akan mengakhiri kehancuran negaramu,” ujar Vance menanggapi dari sofa di sebelah Trump.

    Suasana semakin berubah memanas. Dia kemudian memarahi Zelensky dengan menyebutnya tidak sopan.

    “Saya pikir tidak sopan bagi Anda untuk datang ke Ruang Oval untuk mencoba mengajukan gugatan di depan media Amerika,” kata Vance dengan teguran tajam.

    “Anda seharusnya berterima kasih kepada presiden karena telah mencoba mengakhiri konflik ini,” sambung Vance.

    Zelensky mencoba bicara. Namun, Trump meledak dalam kemarahan.

    “Anda tidak memiliki kartu sekarang,” teriaknya terhadap Zelensky.

    “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” ujarnya.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Beberapa menit kemudian, Trump mengusir media dari ruangan.

    “Ini akan menjadi acara televisi yang hebat, saya akan mengatakan itu,” serunya saat wartawan keluar.

    Delegasi Ukraina yang bingung, termasuk duta besar Ukraina untuk Washington Oksana Markarova, yang berhenti mencatat selama pertemuan dan hanya meletakkan kepalanya di tangannya iktu meninggalkan Ruang Oval untuk berkumpul kembali di Ruang Roosevelt, di ujung lorong.

    Trump berkumpul dengan para penasihat utamanya untuk menilai situasi, termasuk Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Menteri Keuangan Scott Bessent. Dia merasa sangat marah dan mengatakan dirinya tidak dihormati dengan nada bicara Zelensky.

    “Zelensky memainkannya dengan sangat salah. Dia datang ke Oval dengan bertingkah seperti orang tangguh. Itu tidak berjalan dengan baik. Semua orang di ruangan itu merasa terhina,” kata seorang pejabat AS.

    Trump akhirnya memutuskan Zelensky ‘tidak dalam posisi untuk bernegosiasi’. Dia mengarahkan Rubio dan penasihat keamanan nasional Mike Waltz untuk menyampaikan pesan kepada Ukraina yang menunggu, yakni ‘Sudah waktunya bagi Zelensky untuk pergi’.

    “Waktu tidak berpihak pada Anda di sini,” kata Waltz kepada Fox News pada hari Sabtu, menceritakan percakapannya dengan Zelensky.

    “Waktu tidak berpihak pada Anda di medan perang. Waktu tidak berpihak kepada Anda dalam hal situasi dunia dan yang terpenting bantuan AS dan toleransi para pembayar pajak tidaklah tak terbatas,” sambungnya.

    Ukraina memprotes dengan mengatakan mereka ingin melanjutkan perundingan. Namun, pejabat Gedung Putih menyebut permintaan itu ditolak.

    Piring berisi salad, ayam, dan crème brûlée untuk makan siang telah diletakkan di gerobak di lorong kantor sekretaris pers. Saat itulah Ukraina diperintahkan untuk pergi.

    Diplomasi yang gagal itu berlangsung dalam rentang waktu kurang dari tiga jam. Iring-iringan mobil Zelensky tampak meninggalkan gerbang Gedung Putih pada pukul 13.42 waktu setempat tanpa kemeriahan atau pelepasan.

    Dia diantar ke hotel tempatnya dan para penasihatnya menginap. Kurang dari satu jam kemudian, dia mengirim pesan di media sosial yang mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada AS.

    “Terima kasih Amerika, terima kasih atas dukungan Anda, terima kasih atas kunjungan ini. Ukraina membutuhkan perdamaian yang adil dan abadi dan kami bekerja keras untuk itu,” ujarnya.

    Sementara itu, tempat yang telah disiapkan untuk konferensi pers Trump dan Zelensky dibongkar. Meja besar tempat kedua pemimpin menandatangani perjanjian, dengan latar belakang tiga bendera Ukraina dan tiga bendera Amerika, juga dipindahkan.

    Selama beberapa jam berikutnya, Trump bekerja di dalam West Wing bersama stafnya. Dia terlihat di Ruang Oval bersama Susie Wiles, kepala stafnya, dan penasihat lainnya sebelum dia keluar meninggalkan Gedung Putih untuk akhir pekan.

    Marine One sudah menunggu, tetapi Trump berhenti untuk berbicara sekali lagi dan memberi kesan pada rangkaian peristiwa luar biasa hari itu.

    “Dia ingin terus berjuang, berjuang, dan berjuang. Kami ingin mengakhiri kematian,” kata Trump kepada wartawan di South Lawn.

    Trump juga sempat ditanya apakah ia ingin Zelensky mundur. Namun, Trump menolak menjawab secara langsung.

    “Saya ingin seseorang yang akan berdamai,” ujarnya.

    Tak lama setelah Trump lepas landas, Zelensky tampil di Fox News, untuk wawancara yang ditonton Trump di pesawat kepresidenan. Zelensky mengatakan bahwa dia tidak yakin bahwa dia berutang permintaan maaf kepada Trump atas ledakan kemarahan di Ruang Oval. Tapi, dia menyatakan penyesalannya bahwa semua itu terungkap di televisi agar dapat disaksikan oleh seluruh dunia.

    “Menurut saya itu tidak baik. Menurut saya itu tidak baik. Rakyat Anda telah membantu menyelamatkan rakyat kami. Kami sangat, sangat berterima kasih,” ujarnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Investor Respons Adu Mulut Trump dan Zelensky, Pasar Global Terguncang

    Investor Respons Adu Mulut Trump dan Zelensky, Pasar Global Terguncang

    Bisnis.com, JAKARTA – Investor dibuat terkejut setelah pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih berakhir dengan saling adu mulut.

    Ketegangan ini menambah ketidakpastian di pasar keuangan yang sudah rapuh akibat pelemahan ekonomi dan kebijakan perdagangan AS yang terus berubah.

    Melansir Reuters, Minggu (2/3/2025), adu argumen terbuka kedua pemimpin tersebut memicu reaksi pasar dengan meningkatnya permintaan terhadap obligasi AS sebagai aset safe haven. Ketegangan ini memperburuk prospek tercapainya kesepakatan damai Ukraina-Rusia yang semakin menambah ketidakpastian geopolitik.

    Manajer portofolio Brandywine Global Jack McIntyre mengatakan ketegangan Zelensky dan Trump tersebut sangat mengkhawatirkan dan mengancam kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.

    “Tadinya terlihat ada kemajuan menuju kesepakatan damai atau gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, tetapi kini hal itu bisa tertunda. Ketidakpastian ini tentu harus diperhitungkan,” jelasnya, seperti dikutip Reuters, Minggu (2/3/2025).

    Kunjungan Zelensky ke AS bertujuan memperkuat hubungan dengan Washington dan mencegah AS semakin mendekat ke Moskow.

    Namun, pertemuan dengan Trump dan Wakil Presiden JD Vance justru berujung pada ketegangan yang menegaskan tantangan Kyiv dalam mempertahankan dukungan AS. Trump bahkan menuduh Zelensky tidak menghormati AS.

    Reaksi pasar langsung terasa. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun ke 4,23% dari sebelumnya 4,27% pada Jumat pagi.

    Di Eropa, indeks saham melemah, dengan kontrak berjangka DAX dan CAC40 turun 0,6%, sementara Eurostoxx 50 sempat anjlok 1,4% sebelum berakhir melemah 0,6%.

    Wall Street sendiri bergerak fluktuatif, dengan indeks S&P 500 naik 1,58%. Sementara itu, mata uang euro sempat melemah 0,37% ke level terendah dua minggu di US$1,036 sebelum sedikit pulih ke US$1,0366.

    Ketegangan ini muncul di tengah kekhawatiran pasar atas kebijakan perdagangan Trump yang semakin agresif. Pada Kamis, Trump mengumumkan tarif 25% untuk produk dari Meksiko dan Kanada yang akan mulai berlaku 4 Maret, ditambah bea masuk tambahan 10% untuk barang impor dari China. Langkah ini memicu kekhawatiran inflasi yang lebih tinggi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

    Mitra di Cherry Lane Investments Rick Meckler mengatakan di mata investor, konfrontasi ini semakin menegaskan betapa tidak terduganya kebijakan pemerintahan Trump.

    “Ada begitu banyak kebijakan besar yang muncul dalam waktu bersamaan—semuanya cenderung radikal—dan insiden ini hanya menambah faktor ketidakpastian dalam pendekatan diplomasi Trump,” tambahnya.

    Sebelumnya, investor sudah dibuat gelisah oleh data ekonomi yang mengecewakan. Laporan yang diawasi ketat oleh Federal Reserve menunjukkan perlambatan belanja konsumen pada bulan lalu.

    Ditambah dengan melemahnya kepercayaan konsumen, sektor manufaktur yang lesu, serta penurunan penjualan ritel dan properti, sentimen pasar semakin negatif dalam beberapa pekan terakhir.

    Namun, sebagian investor masih optimistis bahwa situasi ini bisa dikendalikan.