Tag: Volodymyr Zelensky

  • Alasan Trump Suka dengan Putin Tapi Tidak dengan Zelensky

    Alasan Trump Suka dengan Putin Tapi Tidak dengan Zelensky

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan ketidaksukaan ke Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Hal ini setidaknya terlihat dari pertengkaran verbal keduanya di Ruang Oval, Gedung Putih, pekan lalu.

    Awalnya, pertemuan berjalan cukup baik selama 23 menit pertama. Terlihat pertemuan yang sopan meskipun kaku antara seorang presiden Amerika dan seorang pemimpin asing.

    Situasi kemudian memanas 39 menit. Bahkan ada kesan Trump lebih menyukai Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Ya, mengutip tulisan khusus New York Times, Trump memang tampaknya benar-benar kesal selama diskusi dengan Zelensky karena kata-kata kasar mantan komedian itu ke Putin. Trump, yang tidak mengatakan apa-apa selain hal-hal baik tentang penguasa Kremlin itu, tampak tersinggung atas namanya dan memarahi Zelensky karena bersikap bermusuhan terhadap orang yang telah menginvasi negaranya.

    “Dia membenci kita,” kata Zelensky kepada Trump, mencoba menjelaskan bahwa Putin adalah agresor, bukan korban.

    “Ini bukan tentang saya. Dia membenci orang Ukraina. Dia pikir kita bukan sebuah negara.”

    Zelensky pun menjelaskan pernyataan Trump pekan lalu yang menyebut Ukraina memulai perang salah besar. Ia menegaskan “Putin memulai perang ini”.

    Trump kemudian tidak setuju. Ia mulai menegur Zelensky karena bersikap jahat.

    “Sangat menyenangkan berbicara buruk tentang orang lain,” kata Trump, nadanya mencemooh.

    “Tetapi saya ingin masalah ini segera diselesaikan,” katanya.

    “Ini bukan cinta,” tegasnya menjelaskan bahwa ia menganggap Zelensky sebagai pihak yang bersalah.

    “Itulah sebabnya Anda berada dalam situasi ini.”

    Lalu mengapa Trump sepertinya lebih suka Putin dibanding Zelensky?

    Mengutip Carnegie Politika, publikasi digital yang menampilkan analisis soal Rusia dan Ukraina, Putin pintar mengambil hati Trump. Ini terjadi saat pembebasan Marc Fogel seorang warga negara AS yang ditahan di Rusia atas tuduhan narkoba terjadi pekan lalu.

    Trump berbicara dengan Putin secara langsung. Putin pun memanfaatkan keinginan Trump itu, memperlakukan pria 78 tahun itu sesuai keinginannya “dianggap cepat dan tegas”.

    Komunikasi untuk memberikan Trump kesan keberhasilan dan kesuksesan yang dilakukan Putin. Putin hanya perlu membebaskan Fogel.

    Kasus yang sama juga terjadi di Ukraina. Putin siap memberi Trump kemenangan dengan perdamaian dengan Ukraina.

    “Ia memulai perang dan akan menghentikannya jika kondisi tertentu terpenuhi dan kata-kata yang tepat diucapkan,” ujar analisis lembaga itu, dikutip Selasa (4/3/2025).

    “Selama seperempat abad berkuasa, Putin telah mengusulkan agar Rusia dan Amerika Serikat bekerja sama untuk mengalahkan musuh bersama, mulai dari teroris Islam dan perompak Somalia hingga COVID-19 dan bahkan pemanasan global,” tambahnya.

    “Ia percaya bahwa kemenangan seperti itu akan membawa kedua negara lebih dekat, melampaui hambatan politik dan ideologis, perbedaan antara kekuatan yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah, dan bahkan penindasan domestik Rusia, seperti yang berhasil dilakukan Stalin dan Roosevelt pada tahun 1940-an.”

    Hal ini berbeda dengan Zelensky. Dimuat Politico, Zelenskyy melakukan kesalahan fatal dengan terlibat dalam debat di depan kamera dengan Trump dan wakilnya JD Vance di Gedung Putih. Itu memalukan buat Trump dan menimbulkan kemarahannya.

    Kebencian Pribadi Trump ke Zelensky sejak 2019

    Indian Express juga mencoba membedah ini. Laman itu mengatakan tampaknya Trump memendam ketidaksukaan pribadi terhadap Zelensky.

    “Trump membenci Ukraina. Dia dan orang-orang di sekitarnya percaya bahwa Ukraina adalah penyebab semua masalah Trump..,” kata seorang pengusaha Ukraina-Amerika yang pernah bekerja dengan pengacara Trump, Rudy Giuliani, Lev Parnas.

    “Dia membenci Zelensky dengan penuh semangat, dan Zelensky mengetahuinya,” tambahnya.

    Trump dan Zelensky memang punya sejarah yang sudah terjalin setidaknya lima tahun lalu, sekitar 2019. Saat itu, Zelensky tidak melakukan sesuatu yang Trump inginkan.

    Ini terkait kasus pemakzulan Trump di masa dirinya menjabat di periode pertama. Kala itu muncul isu bahwa pemilu AS 2016 yang dimenangkan Trump terkait campur tangan Rusia.

    “Penyelidikan oleh otoritas Amerika mengklaim bahwa Rusia telah meretas email Partai Demokrat dan merilisnya. Dokumen yang bocor menunjukkan bahwa pimpinan Partai Demokrat lebih memilih Hillary Clinton sebagai kandidat Presiden daripada Bernie Sanders, yang merusak reputasi Clinton,” tulis laman itu, yang juga bersumber dari Politico.

    “Namun, Trump mengatakan peretasan itu dilakukan oleh Ukraina untuk mencemarkan nama baik Rusia. Begitu ia menjadi Presiden, dalam panggilan telepon yang menentukan pada tahun 2019, ia bahkan meminta Zelensky untuk menyelidiki masalah tersebut dan mengembalikan server yang ia yakini berada di Ukraina. Zelensky menyetujui hal ini akan memperkuat teori campur tangan Ukraina.”

    Namun, ini bukan satu-satunya bantuan yang Trump minta. Ia juga meminta Zelensky untuk menyelidiki putra Joe Biden, Hunter Biden, terkait perusahaan migas di sana.

    Ia bahkan membuat kunjungan ke Gedung Putih untuk Zelensky. Di mana Trump berjanji akan memberikan bantuan militer senilai hampir US$400 juta untuk Ukraina dengan syarat bantuan ini diberikan.

    Namun permintaan itu justru menjadi masalah. Ini dibawa ke Kongres AS dan Trump dimakzulkan atas tindakannya meminta penyelidikan Hunter.

    (sef/sef)

  • Zelensky Disebut Kena Smackdown Trump, AS Bisa Keluar dari NATO jika Eropa Sembrono – Halaman all

    Zelensky Disebut Kena Smackdown Trump, AS Bisa Keluar dari NATO jika Eropa Sembrono – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdebatan panas antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih tempo hari masih disorot.

    Fox News menyebut perdebatan itu berakhir setelah Trump mengusir Zelensky dari Gedung Putih.

    Sementara itu, media terkenal Rusia bernama Sputnik menyebut cekcok Trump dengan Zelensky itu membuat para sekutu AS kaget.

    Dalam artikel yang terbit Sabtu pekan lalu, media itu mengatakan Zelensky telah terkena “smackdown” Trump.

    Smackdown itu menjadi peringatan bagi Barat yang terlalu terbiasa dengan political correctness atau kesantunan politik.

    “Zelensky datang jauh-jauh ke Washington untuk menandatangani perjanjian yang terbatas secara finansial, tanpa jaminan keamanan, yang dipasarkan di negaranya sendiri sebagai kebalikannya,” kata jurnalis kenamaan Turki bernama Ceyda Karan kepada Sputnik.

    “Trump dan [Wakil Presiden AS J.D.] Vance secara terbuka telah menyatakan dia (Zelensky) kalah, bertaruh dengan nyawa rakyatnya sendiri, bahwa dia tidak tidak punya personel yang tersisa dan perdamaian harus dibuat.”

    Dalam perbicangan panas di Gedung Putih, Trump dan Vance menuding Zelensky ingin menyeret dunia ke dalam Perang Dunia Ketiga. Menurut Karan, dua pejabat tinggi AS itu memang berkata yang sebenarnya.

    “Apa yang mencolok di sini adalah bahwa Trump menyodorkan kebenaran kepada dunia Barat, yang sudah terbiasa dengan kesantunan politk,” katanya.

    Karan mengatakan Zelensky mencoba bermain menjadi “pahlawan yang sedang dianiaya” oleh Trump.

    Permintaan Trump akan sumber daya mineral Ukraina diperlihatkan kepada dunia seolah-olah Zelensky adalah korban. Padahal, Zelensky sendiri yang menawarkan mineral itu.

    AS bisa keluar dari NATO

    Jika AS berhenti membantu Ukraina, negara-negara Eropa akan kesulitan mempertahankan jumlah bantuan militer untuk Ukraina.

    Mikael Valtersson, veteran militer sekaligus politikus Swedia, mengatakan Eropa setidaknya harus menambah bantuannya hingga dua kali lipat jika ingin menggantikan bantuan AS.

    Jika hal itu terjadi, Eropa akan menanggung beban yang sangat berat.

    Sementara itu, Charles Ortel, seorang analis di Wall Street, mengatakan sepanjang AS masih menggelontorkan bantuan besar untuk pertahanan Eropa, para elite oligarki di Eropa masih bisa meneruskan bisnis dan kehidupan mewah mereka seperti biasanya.

    “Rekan Eropa kita tampaknya menginginkan perang dengan segala cara, meyakini bahwa Amerika yang akan membayarnya dan orang Amerika yang akan sekarat,” katanya.

    Ortel mengklaim Inggris dan Uni Eropa merasa bebas memprovokasi Rusia karena meyakini keamanan Eropa telah dijamin dengan Pasal 5 dalam perjanjian NATO.

    Dalam Pasal 5 disebutkan bahwa serangan terhadap salah satu negara anggota NATO dianggap sebagai serangan terhadap NATO. AS sebagai anggota NATO diharuskan membela Eropa jika Eropa diserang Rusia.

    Keterlibatan AS dalam konflik Ukraina-Rusia membuat makin banyak pajak yang dibayarkan oleh warga AS berakhir di Eropa.

    Ortel meyakini AS mungkin tak punya pilihan selain keluar dari NATO jika Eropa terus melakukan tindakan sembrono, yakni mengobarkan perang.

    “AS tak punya urusan mensubsidi Eropa dan membelanya,” kata Ortel.

    “Saya meyakini kami punya kewajiban kepada warga negara kami untuk mengurangi komitmen pertahanan kami terhadap Eropa secara drastis dan mencabut jaminan perjanjian NATO, jika tidak keluar dari NATO karena situasi saat ini.”

    (*)

  • Dikritik Terlalu Dekat dengan Putin, Trump Tanggapi Santai

    Dikritik Terlalu Dekat dengan Putin, Trump Tanggapi Santai

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menanggapi santai atas kritikan yang muncul soal dirinya yang semakin dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, terutama saat membahas perang Ukraina. Trump mengatakan AS seharusnya “mengurangi” kekhawatiran terhadap Putin.

    “Kita seharusnya mengurangi waktu untuk mengkhawatirkan Putin, dan lebih banyak waktu untuk mengkhawatirkan geng-geng pemerkosaan migran, para gembong narkoba, para pembunuh, dan orang-orang dari rumah sakit jiwa yang memasuki negara kita — Agar kita tidak berakhir seperti Eropa!” cetus Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social, seperti dilansir AFP, Senin (3/3/2025).

    Pergeseran “menakjubkan” Trump dalam pendekatan terhadap perang Ukraina dan terhadap Rusia terlihat jelas beberapa hari sebelumnya, ketika dia mengomeli Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di depan banyak wartawan di Gedung Putih.

    Perselisihan publik yang belum pernah terjadi sebelumnya itu, memaksa Zelensky untuk meninggalkan Gedung Putih tanpa melakukan penandatanganan perjanjian mineral bagi hasil, yang disebut penting untuk upaya perdamaian Kyiv dan Moskow.

    Kedekatan Trump yang semakin meningkat dengan Putin telah memicu kewaspadaan di seluruh kawasan Eropa dan di kalangan Partai Demokrat AS, yang menyuarakan kekhawatiran soal keamanan nasional negara itu.

    “Gedung Putih telah menjadi perpanjangan tangan Kremlin,” tuduh Senator Demokrat, Chris Murphy, yang menjadi salah satu pengkritik Trump yang paling vokal.

    “Tampaknya Amerika sedang berusaha untuk bersekutu dengan para diktator,” sebut Murphy dalam wawancara dengan media terkemuka AS, CNN.

    Sementara itu, Partai Republik AS yang sebagian besar mendukung Trump, dan sejumlah pejabat tinggi AS saat ini, justru menyerukan Zelensky untuk mengundurkan diri demi memastikan perjanjian damai dengan Rusia.

    “Kami membutuhkan seorang pemimpin yang dapat berurusan dengan kami, pada akhirnya berurusan dengan Rusia, dan mengakhiri perang ini,” ucap Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, saat berbicara kepada CNN.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104: Zelensky Bertemu Raja Charles III – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104: Zelensky Bertemu Raja Charles III – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari ke-1104 pada Senin (3/3/2025).

    Ketegangan masih terus meningkat di sepanjang perbatasan dan dampak yang jauh meluas ke seluruh dunia.  

    Di tengah situasi yang terus memanas, pertemuan penting terjadi antara dua tokoh besar dunia, yaitu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Raja Charles III dari Inggris.

    Kunjungan ini, membawa makna simbolis yang mendalam, baik bagi Ukraina yang terus berjuang menghadapi agresi Rusia, maupun bagi hubungan diplomatik antara Ukraina dan Inggris.

    Selengkapnya simak peristiwa lainnya berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104:

    Zelensky-Raja Charles III Bertemu

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu Raja Charles III di Sandringham, Inggris.

    Dikutip dari The Guardian, pertemuan ini terjadi setelah Zelensky menghadiri pertemuan puncak Starmer dengan pemimpin Eropa.

    Ini bukan pertama kalinya mereka bertemu, sebelumnya pada 2023, mereka bertemu di Istana Buckingham.

    Inggris telah menjadi pendukung utama Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia, memberikan bantuan militer, ekonomi, dan kemanusiaan.

    Pada peringatan kedua invasi Rusia, Raja Charles menyatakan dukungan penuh kepada Ukraina, menyebut agresi Rusia sebagai “agresi yang tak terlukiskan” dan memuji keberanian rakyat Ukraina.

    Kunjungan ini mempererat hubungan antara kedua negara dan mempertegas komitmen Inggris untuk terus mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia.

    Diharapkan pertemuan ini memberikan dampak positif bagi Ukraina dalam memperkuat aliansi internasional.

    Inggris Sediakan 5.000 Rudal Pertahanan untuk Ukraina

    Inggris akan menyediakan 5.000 rudal pertahanan udara untuk Ukraina, seperti yang diumumkan oleh Starmer. 

    Inggris akan mengalokasikan £1,6 miliar (sekitar US$2 miliar) untuk pembelian rudal multiperan ringan, yang dikenal dengan nama Martlet. 

    Rudal ini diproduksi oleh perusahaan pembuat senjata Thales.

    Martlet memiliki jangkauan lebih dari 6 km (3,7 mil) dan dapat ditembakkan dari berbagai platform, baik di darat, laut, maupun udara.

    Zelensky Puji Dukungan Eropa dan Tekankan Pentingnya Jaminan Keamanan

    Zelenskyy memuji “dukungan yang jelas dari Eropa, Inggris, Uni Eropa, dan Turki” setelah kembali ke Ukraina dari pertemuan puncak di London yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.

    “Lebih banyak persatuan, lebih banyak kemauan untuk bekerja sama,” ucap Zelensky.

    “Semua orang bersatu dalam isu utama – agar perdamaian menjadi nyata, kita membutuhkan jaminan keamanan yang nyata. Ini adalah posisi seluruh Eropa,” imbuhnya.

    Zelensky Puji Dukungan AS dan Tegaskan Jaminan Keamanan sebagai Kunci Perdamaian

    Zelenskyy mengungkapkan pentingnya dukungan Amerika Serikat.

    “Kami berterima kasih atas semua dukungan yang kami terima. Tidak ada hari di mana kami tidak merasa bersyukur.”

    Ia menekankan, ketahanan Ukraina bergantung pada bantuan mitra internasional, yang juga berkontribusi pada keamanan mereka sendiri.

    “Yang kami butuhkan adalah perdamaian, bukan perang tanpa akhir. Dan itu sebabnya kami mengatakan jaminan keamanan adalah kuncinya,” tambah Zelenskyy.

    Sebelumnya, Zelenskyy berupaya memajukan pembicaraan dengan Presiden AS, Donald Trump, setelah pertemuan yang sulit.

    Ia mengisyaratkan kesiapan Ukraina untuk menandatangani kesepakatan mineral dan berharap untuk pembicaraan “konstruktif” dengan pemerintah AS mengenai langkah selanjutnya.

    Pada Minggu (2/3/2025) malam, sebuah pesawat nirawak Rusia menyerang gedung apartemen bertingkat di kota Kharkiv, Ukraina, yang merupakan kota terbesar kedua di negara tersebut.

    Serangan ini menyebabkan kebakaran dan melukai delapan orang, menurut wali kota Kharkiv, Ihor Terekhov.

    Selain itu, tiga bangunan tempat tinggal lainnya rusak akibat serangan tersebut.

    Di kota Zaporizhzhia, serangan pesawat nirawak Rusia lainnya melukai seorang warga sipil.

    Serangan ini memicu kebakaran besar di sebuah bangunan tempat tinggal, menghancurkan atapnya, yang sebagian runtuh.

    Dua orang berhasil diselamatkan dari bawah reruntuhan.

    Gelombang ledakan yang terjadi merusak rumah-rumah di sekitarnya, menyebabkan puluhan orang kehilangan tempat tinggal.

    Ukraina Protes Rotasi IAEA di Zaporizhzhia melalui Wilayah Pendudukan

    Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) melakukan rotasi pengamat di PLTN Zaporizhzhia melalui wilayah pendudukan Ukraina, yang disertai oleh personel militer Rusia.

    Kementerian Luar Negeri Ukraina menanggapi tindakan ini dengan mengirimkan nota protes kepada IAEA, menganggapnya sebagai evakuasi kemanusiaan yang dilakukan di bawah tekanan Rusia.

    Dikutip dari Suspilne, rotasi ini melibatkan 27 pengamat IAEA, termasuk tiga inspektur, yang bertugas memantau keselamatan operasional dan fisik stasiun.

    Untuk pertama kalinya, rute rotasi melewati sepenuhnya wilayah yang dikuasai oleh Rusia dan didampingi oleh prajurit Garda Rusia.

    Rotasi ini seharusnya dilakukan sebulan lalu, namun tertunda dua kali.

    Ukraina mengutuk fakta bahwa rotasi ini melibatkan wilayah yang mereka anggap sebagai pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorial.

    Kementerian Luar Negeri Ukraina juga menuduh Rusia memaksa karyawan IAEA untuk tetap tinggal lebih lama dari yang direncanakan, menyebabkan tekanan psikologis yang besar.

    Ukraina menegaskan, tindakan tersebut melanggar hukum internasional dan resolusi Majelis Umum PBB, serta memperingatkan agar tidak ada tindakan serupa di masa depan.

    Prancis dan Inggris Usulkan Gencatan Senjata Satu Bulan di Ukraina

    Prancis dan Inggris mengusulkan gencatan senjata sebagian selama sebulan antara Rusia dan Ukraina, yang tidak mencakup pertempuran darat.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron mengungkapkan hal ini dalam wawancara dengan surat kabar Le Figaro pada Minggu (2/3/2025).

    Menurut Macron, gencatan senjata ini akan berlaku di udara, laut, dan fasilitas energi, namun tidak mencakup pertempuran di darat.

    Macron menjelaskan bahwa keuntungan dari inisiatif ini adalah kemampuannya untuk lebih mudah dikendalikan.

    Namun, ia juga menekankan tantangan dalam memverifikasi kepatuhan terhadap gencatan senjata, mengingat garis depan yang panjang, yang sejauh ini setara dengan jarak antara Paris dan Budapest.

    Macron menambahkan, pada tahap kedua, tentara Eropa akan dikerahkan di wilayah Ukraina.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Sosok 4 Capres Ukraina yang Disodorkan AS Usai Zelensky Bertengkar dengan Donald Trump – Halaman all

    Sosok 4 Capres Ukraina yang Disodorkan AS Usai Zelensky Bertengkar dengan Donald Trump – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, AS –  Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertengkar dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di ruang oval gedung putih AS pada Jumat, 28 Februari 2025.

    Trump yang tersulut emosi menuduh pemimpin Ukraina itu tidak berterima kasih dan tidak menghormati Amerika Serikat.

    Pertemuan Trump dengan Zelensky terkait penyelesaian perang Ukraina dengan Rusia yang sudah berlangsung 3 tahun.

    AS minta Zelensky diganti

    Buntut dari pertengkaran Zelensky dengan Trump, AS lalu meminta diadakan pemilihan calon presiden (capres) yang baru pengganti Zelensky.

    Penasihat keamanan nasional Presiden Donald Trump, Mike Waltz, mengatakan AS  Ukraina untuk kepemimpinan baru setelah konfrontasi di Ruang Oval.

    “Kita membutuhkan seorang pemimpin yang dapat bekerja sama dengan kita, bekerja sama dengan Rusia dan mengakhiri perang ini.

    ” Dan jika menjadi jelas bahwa motif pribadi atau politik Zelensky menyimpang dari tujuan untuk mengakhiri perang di negara ini, maka saya pikir kita punya masalah serius,” kata Tn. Waltz dalam acara “State of the Union” di CNN.

    Waltz mengatakan pemimpin Ukraina perlu menjelaskan secara terbuka dan tertutup bahwa dia “siap untuk bergerak menuju perdamaian”.

    Fox News umumkan daftar 4 kandidat presiden Ukraina

    Media yang selama ini dianggap berafiliasi dengan Trump yakni Fox News menyebut Zelensky menghadapi tekanan besar untuk mengundurkan diri dari jabatan presiden AS.

    Adu mulut yang panas dengan Trump telah mendorong banyak politisi Republik AS – bahkan Senator Lindsey Graham, untuk menyarankan agar pemimpin Ukraina itu mengundurkan diri, atau setidaknya tak mencalonkan diri kembali.

    “Entah dia harus mengundurkan diri dan menunjuk seseorang yang bisa bekerja sama dengan kita atau dia harus berubah,”  kata Graham.

    Merujuk pada kemungkinan bahwa  Zelensky tidak akan meneruskan jabatan Presiden Ukraina, Fox News (AS) telah merilis daftar 4 calon presiden potensial yang dapat menduduki jabatan tersebut:

    Vitali Klitschko

    Ia telah menjadi wali kota Kyiv sejak 2014 dengan dukungan kuat dari warga ibu kota Kiev.

    Dia telah membuktikan kemampuannya di panggung internasional.

    Keterampilan komunikasi yang baik dalam bahasa Inggris dan Jerman, serta kekayaan sebesar 300 juta USD.

    Mantan juara dunia tinju kelas berat Vitali Klitschko kini jadi wali kota Kiev. (kyivpost.com)

    Dianggap sebagai keunggulan Klitschko dalam perlombaan untuk menjadi Presiden Ukraina.

    Vitali Klitschko yang juga menentang Zelensky beberapa kali selama perang.

    Klitschko, mantan petinju profesional, memangku jabatan pada tahun 2014 setelah dua periode menjabat sebagai wakil dewan kota Kyiv.

    Pada tahun 2023, Klitschko menjadi berita utama ketika ia menuduh Zelensky tidak jujur ​​tentang keadaan perang, yang menurutnya bukanlah “jalan buntu” yang dijelaskan di media.

    Ia menuduh Zelensky berbohong “dengan gembira” sambil memuji Zaluzhny karena mengatakan “kebenaran.”

    Ruslan Stefanchuk

    Stefanchuk – juru bicara parlemen Ukraina – juga dianggap sebagai kandidat potensial untuk posisi kepemimpinan puncak di Ukraina.

    Namun, ia baru-baru ini dengan keras menolak saran internasional bahwa Ukraina harus menyelenggarakan pemilihan umum.

    Dalam sebuah posting Facebook awal bulan ini, ia mencatat bahwa saat ini Ukraina membutuhkan “amunisi bukan suara.”

    Ruslan Stefanchuk telah menjadi sekutu utama Zelensky sepanjang konflik.

     Stefanchuk disebut-sebut sejak awal perang sebagai politisi yang paling tepat untuk menggantikan Zelensky.

    Terpilih sebagai ketua pada tahun 2021, ia memiliki latar belakang sebagai sarjana hukum dan anggota Akademi Ilmu Hukum Nasional di Ukraina, menurut media Inggris i News .

    Stefanchuk baru-baru ini menentang keras usulan Trump agar Ukraina menggelar pemilu di masa perang, dengan mengatakan bahwa negaranya membutuhkan “peluru, bukan surat suara.”

    “Jika ada yang perlu dipaksa mengikuti pemilu yang nyata, bebas, dan adil, orang itu adalah [Putin],” tulisnya dalam posting Facebook .

    Kyrylo Budanov

    Kyrylo Budanov, kepala badan intelijen Ukraina.

    Menurut Fox News, Budanov  memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi daripada  Zelensky di Ukraina.

    Kepala Intelijen Pertahanan Ukraina (DIU) Kyrylo Budanov (Pravda)

    Ia baru-baru ini menyatakan keyakinannya bahwa Ukraina akhirnya dapat mencapai kesepakatan damai setelah tiga tahun perang.

    “Saya rasa itu akan terjadi. Sebagian besar unsurnya sudah ada untuk mewujudkannya,”  kata Budanov dalam sebuah wawancara.

     “Namun, berapa lama itu akan berlangsung, seberapa efektif itu, adalah pertanyaan lain . “

    Jenderal Valery Zaluzhny

    Jenderal Valery Zaluzhny – mantan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina.

    Saat ini duta besar negara itu untuk Inggris.

    Dia dianggap sebagai penerus yang dapat diandalkan untuk posisi Presiden Ukraina.

    Zaluzhny dan  Zelensky sempat berselisih pendapat, yang menyebabkan Jenderal tersebut dicopot dari jabatan Panglima Tertinggi pada tahun 2024.

    Panglima perang Ukraina Valery Zaluzhny (AFP)

    Akan tetapi, Zaluzhny sangat populer di kalangan rakyat Ukraina dengan 80 persen rakyat mengatakan mereka sangat memercayainya.

    Jajak pendapat internal yang diperoleh The Economist menunjukkan bahwa meskipun Zelensky tetap menjadi politisi paling populer di Ukraina.

    Dia akan kalah dalam pemilihan mendatang dari Zaluzhny dengan selisih 30 hingga 65 persen.

     

  • Buntut Cekcok Trump-Zelensky, Pemimpin Eropa Ambil Alih Negosiasi Perdamaian Perang Ukraina – Halaman all

    Buntut Cekcok Trump-Zelensky, Pemimpin Eropa Ambil Alih Negosiasi Perdamaian Perang Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Para pemimpin di Uni Eropa sepakat untuk mengambil alih penyusunan rencana negosiasi perdamaian perang Ukraina usai menggelar pertemuan di London, Inggris

    Rencana tersebut diungkap Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dua hari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terlibat cekcok dengan Presiden AS Donald Trump.

    Trump yang tersulut emosi menuduh pemimpin Ukraina itu tidak berterima kasih dan tidak menghormati Amerika Serikat.

    Ketegangan ini yang kemudian mendorong para pemimpin di Eropa untuk mengambil kendali negosiasi perang Rusia-Ukraina dari Amerika Serikat di tengah memburuknya hubungan antara Kyiv dan Washington.

    Starmer mengatakan dirinya sedang bekerja sama dengan Prancis dan beberapa negara lainnya untuk menyusun rencana penghentian pertempuran, yang nantinya akan diajukan kepada AS.

    “Ini bukan saatnya untuk lebih banyak bicara. Sekarang waktunya bertindak,” kata Starmer setelah pertemuan diplomatik penting di London.

    Meski negosiasi perdamaian perang Ukraina akan diambil alih Eropa, namun Starmer menegaskan bahwa upaya ini tetap membutuhkan dukungan AS

    Ia juga menolak anggapan AS adalah “sekutu yang tidak dapat diandalkan,” menyusul pertengkaran sengit antara Trump dan Zelensky yang mengguncang Eropa.

    Oleh karenanya setelah Inggris, Prancis dan beberapa negara lainnya selesai menyusun rencana penghentian pertempuran, proposal itu nantinya akan diajukan kepada AS.

    Pemimpin Eropa Nyatakan Dukungan ke Ukraina

    Mengutip Euronews, pertemuan yang dihadiri pemimpin Prancis, Jerman, Denmark, Italia, Belanda, Norwegia, Polandia, Spanyol, Kanada, Finlandia, Swedia, Republik Ceko, dan Rumania, serta Menteri Luar Negeri Turki selain membahas negosiasi perang.

    Juga dimaksudkan untuk mendukung Zelensky dan kepentingan rakyat Ukraina. Lantaran insiden tersebut adalah mimpi buruk bagi Eropa.

    “Saya harap Anda tahu bahwa kami semua mendukung Anda dan rakyat Ukraina selama diperlukan. Semua orang ada di meja ini,” katanya kepada pemimpin Ukraina dilansir AFP.

    “Kita perlu menyepakati langkah-langkah apa yang dihasilkan dari pertemuan ini untuk mewujudkan perdamaian melalui kekuatan demi kepentingan semua orang,” sambung Starmer.

    Dukungan serupa juga dilontarkan Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni yang ikut hadir dalam pertemuan di London.

    Dia menekankan pentingnya menjaga hubungan yang baik antara sesama negara-negara di Eropa.

    “Pertemuan tersebut memberikan kesempatan untuk menegaskan kembali dukungan Italia terhadap Ukraina dan rakyatnya, serta komitmennya untuk membangun perdamaian yang adil dan abadi, menjamin masa depan kedaulatan, keamanan dan kebebasan bagi Ukraina,” ujar Meloni.

    Mengikuti yang lainnya Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan di X, “Ukraina dapat mengandalkan Jerman — dan Eropa.

    Sementara Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menulis di media sosial, “Ukraina, Spanyol mendukung Anda.

    Pemimpin Eropa lainnya, termasuk dari Finlandia, Belanda, Republik Ceko, dan Norwegia, juga menggunakan media sosial untuk menyuarakan dukungan bagi Ukraina.

    Termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan bahwa “Rusia adalah agresor, dan Ukraina adalah orang-orang yang diserang.”

    Namun tidak semua pemimpin Eropa mendukung Ukraina.

    Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, yang telah lama mengkritik bantuan militer Uni Eropa untuk Kyiv justru mendukung upaya Trump.

    “Pria kuat menciptakan perdamaian, pria lemah menciptakan perang. Hari ini Presiden Trump dengan berani memperjuangkan perdamaian. Meskipun sulit diterima oleh banyak orang. Terima kasih, Tuan Presiden!”, tulis Orban di X.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Ukraina Siap Teken Kesepakatan Mineral dengan AS

    Ukraina Siap Teken Kesepakatan Mineral dengan AS

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan siap menandatangani kesepakatan mineral yang melibatkan negaranya dengan Amerika Serikat (AS) meski ia sempat terlibat cekcok dengan Presiden AS, Donald Trump. Zelensky mengatakan perjanjian kerja sama mineral itu akan ditandatangani jika semua pihak siap.

    “Ukraina siap menandatangani kesepakatan mineral dengan Amerika Serikat,” kata Zelensky dilansir AFP, Senin (3/3/2025).

    Keterangan itu disampaikan Zelenksy usai menghadiri pertemuan pemimpin negara-negara Eropa di London, Inggris, pada Minggu (2/3). Zelensky mengatakan kesepakatan mineral Ukraina dan AS akan segera tercapai saat kedua negara telah siap berdiskusi kembali.

    “Perjanjian yang ada di meja perundingan akan ditandatangani jika semua pihak sudah siap,” katanya.

    Kesepakatan mineral Ukraina dan AS sejatinya menjadi hal yang dicapai Zelensky saat bertemu Trump di Ruang Oval, Gedung Putih, pada Jumat (28/2). Namun pertemuan itu justru menjadi seperti panggung drama usai pemimpin kedua negara tersebut terlibat debat sengit.

    “Adalah kebijakan kami untuk melanjutkan apa yang terjadi di masa lalu, kami konstruktif,” kata Zelensky, dikutip BBC.

    “Jika kami setuju untuk menandatangani kesepakatan mineral, kami siap untuk menandatanganinya,” imbuhnya

    Namun dalam pertemuan mereka di Ruang Oval, Trump mencaci-maki Zelensky, dan memintanya untuk lebih “berterima kasih” atas dukungan AS selama Ukraina terlibat perang dengan Rusia dalam tiga tahun terakhir. Trump mengatakan tanpa bantuan AS, Ukraina akan ditaklukkan oleh Rusia.

    “Anda akan membuat kesepakatan atau kita keluar,” tambah Trump. “Dan jika kita tersingkir, kalian akan bertengkar dan menurutku itu tidak akan bagus.”

    Setelah perdebatan sengit, Zelensky pergi dengan iring-iringan mobilnya tak lama setelah diminta pergi, tanpa mengadakan konferensi pers bersama yang direncanakan. Kesepakatan sumber daya Ukraina dan AS pun urung ditandatangani.

    Lihat juga Video: Zelensky Yakin AS Tak Akan Hentikan Bantuan Perang

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Yang Tersisa dari Ketegangan Trump vs Zelensky di Gedung Putih

    Yang Tersisa dari Ketegangan Trump vs Zelensky di Gedung Putih

    Jakarta

    Debat panas Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Ruang Oval, Gedung Putih, menyentak perhatian publik. Selain tensi hubungan dua negara yang memanas, sejumlah kesepakatan Amerika dan Ukraina pun kini urung terlaksana.

    Momen debat itu terjadi pada Jumat (28/2) waktu setempat. Zelensky, Trump beserta Wakil Presiden AS, JD Vance, bersitegang mengenai penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina. Trump dan Vance menuding Zelensky tidak serius dalam mengakhiri perang yang melibatkan negaranya.

    Tak Ada Sajian Santap Siang Bagi Zelensky di Gedung Putih

    Layaknya tamu kenegaraan, pihak Gedung Putih sejatinya telah menyiapkan sajian untuk menyambut Zelenksy. Para koki Gedung Putih di West Wing telah menata piring berisi ayam rosemary, bubur akar seledri, dan sawi hijau. Menu makanan itu rencananya disajikan dalam makan siang bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Namun, makanan itu tak pernah disajikan usai apa yang terjadi di Ruang Oval. Debat panas Trump dan Vance bersama Zelenksy membatalkan agenda santap siang tersebut.

    Dilansir CNN, Minggu (2/3/2025), berbagai upaya telah dilakukan untuk mempersiapkan Zelensky agar berhasil bertemu dengan Trump, yang terkenal mudah terbuai pujian dan sangat peka terhadap perlakuan yang diterimanya. Presiden Ukraina itu telah diperingatkan agar fokus sepenuhnya pada kesepakatan mineral dan menghindari terlibat dalam pertengkaran dengan Trump.

    “Saya katakan kepadanya pagi ini ‘Jangan terpancing. Jangan biarkan media atau siapa pun membuat Anda berdebat dengan Presiden Trump. Apa yang dilakukannya hari ini adalah memulihkan hubungan’,” kata Senator Lindsey Graham, yang termasuk dalam sekelompok senator Republik dan Demokrat yang bertemu Zelensky sebelum datang ke Gedung Putih.

    Tak Ada Konferensi Pers Bersama

    Foto: Zelensky dan Trump (REUTERS/Nathan Howard)

    Sebelum pertemuan di Ruang Oval berubah menjadi adu mulut, Zelensky ditanya oleh seorang reporter dari media yang dipilih langsung oleh Gedung Putih untuk berada di ruangan tersebut selama pembicaraan ‘mengapa tidak mengenakan jas di kantor tertinggi Amerika Serikat?’.

    “Saya akan mengenakan kostum setelah perang ini berakhir, ya,” kata Zelensky, menanggapi dalam bahasa Inggris.

    “Mungkin sesuatu seperti milik Anda, ya, mungkin sesuatu yang lebih baik. Saya tidak tahu, kita lihat saja nanti. Mungkin sesuatu yang lebih murah. Terima kasih,” sambung Zelensky.

    Selama 40 menit pertama pembicaraan mereka, Trump tidak menunjukkan kepahitan terhadap Zelensky, melainkan membahas kesepakatan mineral yang akan mereka tanda tangani. Bahkan, di lantai atas di Ruang Timur, sebuah meja kayu panjang telah disiapkan untuk upacara penandatanganan dengan empat kursi siap untuk para penandatangan.

    Namun, hal itu tidak pernah terjadi. Suasana mulai berubah menegangkan saat Wapres AS Vance bergabung dalam percakapan.

    Saat itulah semuanya memburuk. Zelensky yang marah dan tidak terbiasa dengan teguran publik setelah 3 tahun dukungan kuat Barat terlihat dengan marah memaparkan gencatan senjata yang telah dilanggar Rusia di masa lalu.

    Suasana semakin berubah memanas. Dia kemudian memarahi Zelensky dengan menyebutnya tidak sopan. Zelensky mencoba bicara. Namun, Trump meledak dalam kemarahan.

    “Anda tidak memiliki kartu sekarang,” teriaknya terhadap Zelensky.

    “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” ujarnya.

    Beberapa menit kemudian, Trump mengusir media dari ruangan.

    “Ini akan menjadi acara televisi yang hebat, saya akan mengatakan itu,” serunya saat wartawan keluar.

    Zelensky Diusir dari Gedung Putih, Kesepakatan Mineral AS-Ukraina Tertunda

    Foto: Momen adu mulut Zelensky vs Trump dan Vance (Getty Images via AFP/ANDREW HARNIK)

    Delegasi Ukraina yang bingung, termasuk duta besar Ukraina untuk Washington Oksana Markarova, yang berhenti mencatat selama pertemuan dan hanya meletakkan kepalanya di tangannya iktu meninggalkan Ruang Oval untuk berkumpul kembali di Ruang Roosevelt, di ujung lorong.

    Trump berkumpul dengan para penasihat utamanya untuk menilai situasi, termasuk Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Menteri Keuangan Scott Bessent. Dia merasa sangat marah dan mengatakan dirinya tidak dihormati dengan nada bicara Zelensky.

    “Zelensky memainkannya dengan sangat salah. Dia datang ke Oval dengan bertingkah seperti orang tangguh. Itu tidak berjalan dengan baik. Semua orang di ruangan itu merasa terhina,” kata seorang pejabat AS.

    Trump akhirnya memutuskan Zelensky ‘tidak dalam posisi untuk bernegosiasi’. Dia mengarahkan Rubio dan penasihat keamanan nasional Mike Waltz untuk menyampaikan pesan kepada Ukraina yang menunggu, yakni ‘Sudah waktunya bagi Zelensky untuk pergi’.

    “Waktu tidak berpihak pada Anda di sini,” kata Waltz kepada Fox News pada hari Sabtu, menceritakan percakapannya dengan Zelensky.

    “Waktu tidak berpihak pada Anda di medan perang. Waktu tidak berpihak kepada Anda dalam hal situasi dunia dan yang terpenting bantuan AS dan toleransi para pembayar pajak tidaklah tak terbatas,” sambungnya.

    Ukraina memprotes dengan mengatakan mereka ingin melanjutkan perundingan. Namun, pejabat Gedung Putih menyebut permintaan itu ditolak.

    Piring berisi salad, ayam, dan crème brûlée untuk makan siang telah diletakkan di gerobak di lorong kantor sekretaris pers. Saat itulah Ukraina diperintahkan untuk pergi.

    Diplomasi yang gagal itu berlangsung dalam rentang waktu kurang dari tiga jam. Iring-iringan mobil Zelensky tampak meninggalkan gerbang Gedung Putih pada pukul 13.42 waktu setempat tanpa kemeriahan atau pelepasan.

    Dia diantar ke hotel tempatnya dan para penasihatnya menginap. Kurang dari satu jam kemudian, dia mengirim pesan di media sosial yang mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada AS.

    “Terima kasih Amerika, terima kasih atas dukungan Anda, terima kasih atas kunjungan ini. Ukraina membutuhkan perdamaian yang adil dan abadi dan kami bekerja keras untuk itu,” ujarnya.

    Sementara itu, tempat yang telah disiapkan untuk konferensi pers Trump dan Zelensky dibongkar. Meja besar tempat kedua pemimpin menandatangani perjanjian, dengan latar belakang tiga bendera Ukraina dan tiga bendera Amerika, juga dipindahkan.

    Halaman 2 dari 3

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pemimpin Eropa Gelar Pertemuan dengan Zelensky, Nyatakan Dukungan ke Ukraina

    Pemimpin Eropa Gelar Pertemuan dengan Zelensky, Nyatakan Dukungan ke Ukraina

    Jakarta

    Sejumlah pemimpin negara Eropa mengadakan pertemuan di London, Inggris. Pertemuan itu juga dihadiri oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Pertemuan tersebut digelar pada hari Minggu (2/3) waktu setempat. Tuan rumah pertemuan, Perdana Menteri Inggris Kei Starmer, duduk di samping Zelensky. Dia mengatakan momen ini merupakan hal yang jarang terjadi. Starmer menyatakan para pemimpin Eropa yang hadir dalam pertemuan mendukung Zelensky dan kepentingan rakyat Ukraina.

    “Saya harap Anda tahu bahwa kami semua mendukung Anda dan rakyat Ukraina selama diperlukan. Semua orang ada di meja ini,” katanya kepada pemimpin Ukraina dilansir AFP, Senin (3/3/2025).

    “Kita perlu menyepakati langkah-langkah apa yang dihasilkan dari pertemuan ini untuk mewujudkan perdamaian melalui kekuatan demi kepentingan semua orang,” sambung Starmer.

    Dalam pertemuan tersebut, Zelensky disambut oleh beberapa dari 18 pemimpin utama lainnya, termasuk Starmer, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Ketua NATO Mark Rutte.

    Hal ini sangat kontras dengan pertemuan Zelensky yang memanas dengan Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval, Gedung Putih, pada Jumat (28/2). Saat itu Zalensky dimarahi oleh pemimpin Amerika tersebut dan dituduh tidak “siap” untuk berdamai dengan Rusia.

    “Sangatlah penting bagi kita untuk menghindari risiko perpecahan di Barat dan saya pikir dalam hal ini, Inggris dan Italia dapat memainkan peran penting dalam membangun jembatan,” kata Meloni saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di rumahnya di Downing Street dilansir AFP.

    Meloni juga disebut bertemu dengan Zelensky di sela-sela pertemuan pemimpin Eropa di London.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Diusir Trump, Disambut PM Inggris

    Diusir Trump, Disambut PM Inggris

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diusir oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump usai mereka berdebat panas. Namun siapa sangka, Zelensky disambut hangat oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

    Dilansir AFP, Sabtu (1/3), debat panas antara Trump dan Zelensky berlangsung di Ruang Oval, Gedung Putih. Trump memang sedang menjadi sahibulbait lawatan Zelensky.

    Hebohnya lagi, adu mulut ini terjadi saat kamera media massa sedang menyala. Seluruh dunia heboh oleh adu mulut Trump-Zelensky. Debat ini terjadi saat Ukraina sedang diinvasi oleh Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Putin.

    Trump adalah Presiden AS yang belum lama menggantikan Joe Biden. Biden dulu lebih pro ke Zelensky dan cenderung bersedia membantu Zelensky. Namun Trump berbeda. Trump lebih pragmatis dan memiliki hubungan yang lumayan dekat dengan Putin.

    Zelensky pun akhirnya terusir dari Gedung Putih. Di sisi lain, Zelensky justru disambut dengan hangat oleh PM Inggris Keir Starmer.

    Bagaimana perbedaan yang dialami Zelensky ketika berkunjung ke AS dan Inggris? Baca halaman selanjutnya.

    Debat Panas

    Foto :Momen Donald Trump-Zelensky Cekcok di Gedung Putih (REUTERS/Nathan Howard)

    Dilansir CNN, Minggu (2/3/2025), mulanya berbagai upaya telah dilakukan untuk mempersiapkan Zelensky agar berhasil bertemu dengan Trump, yang terkenal mudah terbuai pujian dan sangat peka terhadap perlakuan yang diterimanya.

    Presiden Ukraina itu telah diperingatkan agar fokus sepenuhnya pada kesepakatan mineral dan menghindari terlibat dalam pertengkaran dengan Trump.

    “Saya katakan kepadanya pagi ini ‘Jangan terpancing. Jangan biarkan media atau siapa pun membuat Anda berdebat dengan Presiden Trump. Apa yang dilakukannya hari ini adalah memulihkan hubungan’,” kata Senator Lindsey Graham, yang termasuk dalam sekelompok senator Republik dan Demokrat yang bertemu Zelensky sebelum datang ke Gedung Putih.

    Para pemimpin Eropa lain yang lebih dulu datang ke AS telah memberikan arahan mereka kepada Zelensky, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron yang berhasil mendekati Trump dengan menyeimbangkan pujian dan penolakan. Yang lain lagi, termasuk beberapa pejabat AS, telah mencoba mencegah Zelensky melakukan perjalanan ke Washington dengan keyakinan masih diperlukan upaya untuk memperkuat hubungan yang telah menjadi permusuhan.

    Namun saat Zelensky memasuki gerbang Gedung Putih pada hari Jumat (28/2), hanya sedikit yang dapat meramalkan betapa hebohnya 139 menit berikutnya. Meski demikian, beberapa pihak telah mendeteksi tanda-tanda awal adanya masalah.

    Zelensky tiba di Gedung Putih menumpangi SUV hitam dengan mengenakan apa yang telah menjadi seragam standarnya, yakni kemeja dan celana militer yang kusam. Zelensky tidak memungkiri adanya ketegangan dengan Trump, yang telah berjalan melalui lorong-lorong West Wing untuk menyambutnya. Beberapa pejabat AS yang menonton dari jauh melihat sebuah masalah, yaitu pakaian Zelensky.

    “Oh, Anda berpakaian rapi,” kata Trump dengan nada sarkasme saat dia menyapa Zelensky dan menjabat tangannya.

    Sebelum pertemuan di Ruang Oval berubah menjadi adu mulut, Zelensky ditanya oleh seorang reporter dari media yang dipilih langsung oleh Gedung Putih untuk berada di ruangan tersebut selama pembicaraan ‘mengapa tidak mengenakan jas di kantor tertinggi Amerika Serikat?’.

    “Saya akan mengenakan kostum setelah perang ini berakhir, ya,” kata Zelensky, menanggapi dalam bahasa Inggris.

    “Mungkin sesuatu seperti milik Anda, ya, mungkin sesuatu yang lebih baik. Saya tidak tahu, kita lihat saja nanti. Mungkin sesuatu yang lebih murah. Terima kasih,” sambung Zelensky.

    Zelensky sendiri tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa sabuk UFC yang dimenangkan oleh petinju Ukraina, Oleksandr Usyk, tahun lalu. Sabuk emas berwarna-warni itu diletakkan di salah satu meja saat kedua pria itu mulai berbicara.

    Kemarahan di Ruang Oval

    Foto: Momen Zelensky dan Trump adu mulut saat bertemu di Ruang Oval Gedung Putih (AFP/SAUL LOEB)

    Selama 40 menit pertama pembicaraan mereka, Trump tidak menunjukkan kepahitan terhadap Zelensky, melainkan membahas kesepakatan mineral yang akan mereka tanda tangani. Bahkan, di lantai atas di Ruang Timur, sebuah meja kayu panjang telah disiapkan untuk upacara penandatanganan dengan empat kursi siap untuk para penandatangan.

    Namun, hal itu tidak pernah terjadi. Suasana mulai berubah menegangkan saat Wapres AS Vance bergabung dalam percakapan.

    “Tunggu sebentar. Hei, saya ingin menanggapi ini,” ujarnya untuk mendukung upaya Trump dalam mengakhiri konflik.

    “Jalan menuju perdamaian dan jalan menuju kemakmuran mungkin melibatkan diplomasi,” katanya, mengarahkan komentarnya kepada Zelensky.

    Saat itulah semuanya memburuk. Zelensky yang marah dan tidak terbiasa dengan teguran publik setelah 3 tahun dukungan kuat Barat terlihat dengan marah memaparkan gencatan senjata yang telah dilanggar Rusia di masa lalu.

    “Diplomasi macam apa, JD, yang sedang kamu bicarakan? Apa, apa yang kamu miliki, apa yang kamu, apa maksudmu?” tanya Zelensky dengan nada tidak percaya.

    “Saya berbicara tentang jenis diplomasi yang akan mengakhiri kehancuran negaramu,” ujar Vance menanggapi dari sofa di sebelah Trump.

    Suasana semakin berubah memanas. Dia kemudian memarahi Zelensky dengan menyebutnya tidak sopan.

    “Saya pikir tidak sopan bagi Anda untuk datang ke Ruang Oval untuk mencoba mengajukan gugatan di depan media Amerika,” kata Vance dengan teguran tajam.

    “Anda seharusnya berterima kasih kepada presiden karena telah mencoba mengakhiri konflik ini,” sambung Vance.

    Zelensky mencoba bicara. Namun, Trump meledak dalam kemarahan.

    “Anda tidak memiliki kartu sekarang,” teriaknya terhadap Zelensky.

    “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” ujarnya.

    Zelensky pun terusir dari Gedung Putih usai berdebat panas dengan Trump. Tanpa menghasilkan perjanjian apapun.

    Sambutan Hangat di Inggris

    Foto: Zelensky Diterima PM Inggris Usai Cekcok dengan Trump (AFP/PETER NICHOLLS)

    Zelensky mendapat pengalaman berbeda saat menemui Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. Zelensky disambut dengan hangat.

    Dilansir AFP, Minggu (2/3/2025), pertemuan itu dilakukan menjelang pertemuan puncak di London untuk membahas cara mendukung Ukraina memerangi pasukan Rusia. Starmer menegaskan kembali dukungannya untuk Kyiv.

    “Dalam kemitraan dengan sekutu kami, kami harus mengintensifkan persiapan kami untuk elemen jaminan keamanan Eropa di samping diskusi berkelanjutan dengan Amerika Serikat,” katanya dalam pernyataan yang disampaikan Sabtu (1/3) malam.

    “Sekarang saatnya bagi kita untuk bersatu guna menjamin hasil terbaik bagi Ukraina, melindungi keamanan Eropa, dan mengamankan masa depan kolektif kita,” tambahnya.

    Ukraina dan Inggris juga meneken perjanjian pinjaman sebesar GBP 2,26 miliar atau sekitar Rp 47,2 triliun. Uang itu dipinjamkan Inggris untuk mendukung kemampuan pertahanan Ukraina, yang akan dibayar kembali dengan keuntungan dari aset Rusia yang dilumpuhkan Ukraina.

    “Dana tersebut akan diarahkan untuk produksi senjata di Ukraina,” kata Zelensky lewat akun media sosialnya.

    “Ini adalah keadilan sejati, orang yang memulai perang harus menjadi orang yang membayar,” sambungnya.

    Para pendukung bersorak saat konvoi Zelensky memasuki Downing Street, di mana dia dipeluk oleh Starmer dan berpose untuk difoto sebelum menuju ke dalam rumah pemimpin Inggris tersebut.

    “Anda sangat, sangat diterima di Downing Street,” kata Starmer kepada Zelensky.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda, rakyat Inggris, atas dukungan yang begitu besar sejak awal perang ini,” jawab Zelensky.

    Zelensky dan Starmer bertemu secara tertutup selama sekitar 75 menit dan berpelukan lagi saat akan berpisah. Zelensky juga dijadwalkan bertemu dengan Raja Charles III pada Minggu (2/3).

    Zelensky akan menghadiri pembicaraan darurat di London dengan para pendukung Kyiv dari Eropa. Pertemuan itu juga akan dihadiri oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

    Halaman 2 dari 4

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu