Tag: Volodymyr Zelensky

  • Negara NATO Ini Ungkap Ada Rencana Jahat Sekutu Serang Trump

    Negara NATO Ini Ungkap Ada Rencana Jahat Sekutu Serang Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Luar Negeri (Menlu) Hungaria Péter Szijjártó mengungkap adanya rencana jahat yang dimainkan sekutu aliansi NATO kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini dikarenakan kebijakan Trump yang selalu berbeda dengan sekutu di Benua Biru, utamanya terkait Ukraina

    Dalam pernyataannya, Szijjártó awalnya mengatakan bahwa Hungaria telah hidup dalam bayang-bayang perang di Ukraina selama tiga tahun. Ia menyebut saat ini negaranya menderita konsekuensi dramatis dari perang itu.

    “Jadi, jika ada negara yang berkepentingan dalam keberhasilan Donald Trump, dalam keberhasilan pemerintah AS saat ini, jika ada negara yang berkepentingan dalam keberhasilan perjanjian AS-Rusia, itu adalah kami,” tuturnya.

    “Pada saat yang sama, jelas bahwa ada beberapa rencana jahat yang sedang berlangsung terhadap Donald Trump di bagian Barat Eropa. Tentu saja itu juga menentang perdamaian, tetapi perang hanyalah alasan untuk rencana jahat terhadap Donald Trump.”

    Foto: Pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (28/2/2025) berakhir dengan ketegangan yang luar biasa di Gedung Putih. (Photo by SAUL LOEB / AFP)
    Pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (28/2/2025) berakhir dengan ketegangan yang luar biasa di Gedung Putih. (Photo by SAUL LOEB / AFP)

    Szijjártó kemudian mengatakan bahwa negara-negara yang terlibat telah mengadakan pertemuan terakhir mereka di London pada hari Minggu, di mana mereka memutuskan bahwa Ukraina harus melanjutkan perang.

    “Ini sangat buruk, ini sangat berbahaya dan merupakan kesalahan besar karena jika perang berlanjut, lebih banyak orang akan mati, kehancuran akan lebih besar, dan bahaya eskalasi akan terus berlanjut,” tambahnya.

    Pada saat yang sama, ia mengatakan bahwa merupakan kabar baik bila Washington bertentangan dengan Eropa terkait pandangan atas Ukraina. Ia menambahkan bahwa “jadi jauh lebih mudah bagi Hungaria untuk menjauh dari konflik”.

    “Perang telah mengakibatkan banyak sekali perkembangan buruk. Kita semua merasakan konsekuensi ekonomi, kenaikan harga, efek sanksi pada harga energi, dan sebagainya. Jadi perang telah mengakibatkan banyak sekali perkembangan buruk, tetapi begitu perang berakhir, semuanya juga akan hilang,” tandasnya.

    Trump, yang telah menimbulkan keraguan Eropa tentang komitmen AS terhadap aliansi keamanan NATO, telah menghentikan bantuan militer ke Ukraina untuk perang Kyiv dengan Rusia setelah bentrokan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pekan lalu. Hal ini kemudian membuat Eropa mencoba mencari tahu bagaimana bereaksi.

    Di sisi lain, Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orbán dan Perdana Menteri Slovakia. Robert Fico, telah lama secara terbuka mengkritik bantuan militer UE ke Ukraina dan sanksinya terhadap Rusia. Mereka juga mendukung Trump yang menegaskan bahwa penyelesaian damai adalah satu-satunya jalan yang layak untuk mengakhiri perang.

    Para pemimpin Slovakia dan Hungaria ini juga telah lama dituduh menjalankan kebijakan yang bersahabat dengan Moskow meskipun negara mereka merupakan anggota UE dan NATO.

    (tps/wur)

  • Zelensky Akhirnya Tunduk kepada Trump, Perang Ukraina-Rusia Berhenti?

    Zelensky Akhirnya Tunduk kepada Trump, Perang Ukraina-Rusia Berhenti?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pihaknya siap untuk mengakhiri perang antara negaranya dan Rusia yang sudah berjalan dalam 3 tahun terakhir. Hal ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan tekanan besar kepadanya untuk segera fokus pada gencatan senjata.

    Dalam sebuah pernyataan, Rabu (5/3/2025), Zelensky menyebut siap melakukan gencatan senjata jika Rusia juga berhenti menyerang Ukraina. Dalam pernyataan ini, Zelensky tidak merinci permintaan agar Moskow mundur dari posisinya sekarang, sesuatu yang sering diucapkannya sebelumnya.

    “Kami siap bekerja cepat untuk mengakhiri perang, dan tahap pertama dapat berupa pembebasan tahanan dan gencatan senjata di udara, larangan rudal, pesawat tanpa awak jarak jauh, bom pada energi dan infrastruktur sipil lainnya, dan gencatan senjata di laut segera, jika Rusia akan melakukan hal yang sama,” kata Zelensky dikutip CNN International.

    “Kemudian kami ingin bergerak sangat cepat melalui semua tahap berikutnya dan bekerja dengan AS untuk menyetujui kesepakatan akhir yang kuat.”

    Zelensky pun juga mengatakan bahwa Ukraina siap menandatangani kesepakatan mineral, yang seharusnya ditandatangani pada hari Jumat lalu namun batal karena perdebatannya dengan Trump, yang berakhir dirinya diminta meninggalkan Gedung Putih.

    “Mengenai perjanjian mineral dan keamanan, Ukraina siap menandatanganinya kapan saja dan dalam format apa pun yang sesuai. Kami melihat perjanjian ini sebagai langkah menuju keamanan yang lebih baik dan jaminan keamanan yang solid, dan saya benar-benar berharap ini akan berjalan secara efektif,” tandasnya.

    Kerangka kerja tersebut serupa dengan rencana yang diusulkan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron setelah pertemuan puncak para pemimpin Barat pada hari Minggu, yang berlangsung di London di tengah kecemasan di benua itu tentang masa depan Ukraina.

    “Kami benar-benar menghargai seberapa banyak yang telah dilakukan Amerika untuk membantu Ukraina mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaannya. Dan kami ingat momen ketika keadaan berubah ketika Presiden Trump memberi Ukraina Lembing. Kami berterima kasih untuk ini,” imbuh Zelensky.

    Masih harus dilihat bagaimana Trump akan menanggapi usulan pemimpin Ukraina atau refleksinya tentang kunjungan Gedung Putih. Namun, pernyataan yang panjang itu menunjukkan upaya Kyiv untuk memaksakan suaranya dalam diskusi tentang masa depan konflik, setelah pemerintahan Trump membuka pembicaraan dengan Rusia bulan lalu dan menolak mengundang Ukraina.

    Trump pada hari Senin memerintahkan penghentian sementara pengiriman bantuan militer AS ke Ukraina, yang dapat berdampak buruk pada kemampuan berperang negara itu. Penghentian bantuan, yang terjadi setelah Trump mengadakan serangkaian pertemuan dengan pejabat tinggi keamanan nasional.

    Foto: AFP/SAUL LOEB
    US President Donald Trump and Ukraine’s President Volodymyr Zelensky meet in the Oval Office of the White House in Washington, DC, February 28, 2025. Zelensky and Trump openly clashed in the White House on February 28 at a meeting where they were due to sign a deal on sharing Ukraine’s mineral riches and discuss a peace deal with Russia. “You’re not acting at all thankful. It’s not a nice thing,” Trump said. “Its going to be very hard to do business like this,” he added. (Photo by SAUL LOEB / AFP)

    Perang berhenti, logistik habis

    Rusia melancarkan serangan skala besar terhadap Ukraina Timur atau Donbass pada 24 Februari 2024. Moskow berupaya merebut wilayah itu dengan alasan diskriminasi rezim Kyiv terhadap wilayah itu, yang mayoritas dihuni etnis Rusia, serta niatan Ukraina untuk bergabung bersama aliansi pertahanan Barat, NATO.

    Langkah ini pun akhirnya menyeret sejumlah negara Barat dalam konflik, termasuk AS, Inggris, dan sejumlah sekutunya di Eropa. Mereka memberikan bantuan besar kepada Kyiv untuk melawan pasukan Rusia, dan di sisi lain, menjatuhkan ribuan sanksi ekonomi kepada Moskow agar tak memiliki anggaran untuk perang

    Selama 3 tahun terakhir, Zelensky memimpin Ukraina dalam situasi perang besar melawan Rusia dengan bantuan senjata dari Barat. Dalam perang ini, Kiel Institute menyebut sekutu Barat telah memberikan bantuan senilai 366,36 euro, atau Rp 6.400 triliun.

    AS adalah donor militer terbesar bagi Ukraina, yang telah memberikan atau mengalokasikan lebih dari 64 miliar euro (Rp 1.117 triliun) sejak Januari 2022 dalam bentuk senjata, amunisi, dan bantuan militer lainnya. Dari jumlah tersebut, hanya kurang dari 14 miliar euro (Rp 244 triliun) yang diperuntukkan bagi senjata berat

    Pasca perdebatan Trump dan Zelensky pekan lalu, Washington menghentikan seluruh bantuan ke Ukraina. Hal ini kemudian menimbulkan kepanikan di Ukraina dan sejumlah sekutu AS di Eropa. Zelensky bahkan meminta pejabat Ukraina untuk menghubungi mitranya di AS untuk memperoleh informasi resmi mengenai pembekuan bantuan.

    “Saya telah menginstruksikan menteri pertahanan, kepala intelijen, dan diplomat kami untuk menghubungi mitra mereka di AS dan memperoleh informasi resmi,” kata Zelensky kepada warga Ukraina dalam pidato malamnya.

    Moskow, di sisi lain, memuji keputusan Trump. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebutnya sebagai “solusi yang benar-benar dapat mendorong rezim Kyiv menuju proses perdamaian”.

    Sementara itu, negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE) bersiap untuk memperkuat pertahanannya sendiri dengan mengucurkan dana sebesar 800 miliar euro (Rp 13.800 triliun). Secara rinci, pada pertemuan tinggi Eropa di Brussels, Selasa (4/3/2025), nantinya Komisi Eropa mengusulkan pinjaman gabungan UE baru sebesar 150 miliar euro (Rp 2.593 triliun) sebagai bagian dari pendanaan itu.

    Peminjaman bersama tersebut akan digunakan untuk membangun domain kemampuan pan-Eropa seperti pertahanan udara dan rudal, sistem artileri, rudal dan amunisi, drone dan sistem siber.

    “Ini akan membantu Negara Anggota untuk menyatukan permintaan dan membeli bersama. Ini akan mengurangi biaya, mengurangi fragmentasi, meningkatkan interoperabilitas, dan memperkuat basis industri pertahanan kita,” kata Presiden Komisi Ursula von der Leyen.

    Von der Leyen tidak memberikan kerangka waktu yang terperinci. Namun ia mengatakan pengeluaran perlu ditingkatkan “segera sekarang tetapi juga dalam jangka waktu yang lebih lama dalam dekade ini.”

    “Jika Negara Anggota meningkatkan pembelanjaan pertahanan mereka sebesar 1,5% dari PDB secara rata-rata, ini dapat menciptakan ruang fiskal mendekati 650 miliar euro,” tambah von der Leyen.

    Selain itu, Komisi mengusulkan agar uang yang diterima negara-negara dari apa yang disebut dana kohesi UE yang dirancang untuk menyamakan standar hidup di seluruh Eropa, juga dapat digunakan untuk tujuan pertahanan. Dana ini disebut telah mencapai 800 miliar euro.

    “Eropa siap memikul tanggung jawabnya. Eropa dapat memobilisasi hampir 800 miliar euro untuk Eropa yang aman dan tangguh. Kami akan terus bekerja sama erat dengan mitra kami di NATO. Ini adalah momen bagi Eropa. Dan kami siap untuk melangkah maju,” tuturnya lagi.

    (tps/wur)

  • Pesawat E3 AWACS Perancis Terdeteksi Masuki Wilayah Udara Krimea, Dikawal 2 Jet Tempur Mirage 2000D – Halaman all

    Pesawat E3 AWACS Perancis Terdeteksi Masuki Wilayah Udara Krimea, Dikawal 2 Jet Tempur Mirage 2000D – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, KIEV – Ketegangan meningkat di Laut Hitam setelah muncul laporan bahwa pesawat pengintai Perancis, E3 AWACS, bersama dua pesawat tempur Dassault Mirage 2000D, diduga memasuki zona kontrol pertahanan udara dekat semenanjung Krimea yang dikuasai Rusia.

    Jika kabar ini benar, penetrasi “kawanan” pesawat tersebut dapat menandai eskalasi baru dalam interaksi konflik antara NATO dan Rusia.

    Insiden ini dilaporkan terjadi pada hari ini (5/3/2025), dengan klaim yang muncul dari media Rusia yang menyatakan bahwa pesawat Perancis tersebut melintasi zona sensitif yang dipantau oleh sistem pertahanan udara Krimea.

    Andrei Martyanov, seorang komentator militer Rusia, menyebut insiden ini sebagai sebuah “sinyal,” menandakan potensi provokasi dari pihak NATO.

    Sumber-sumber Rusia mengeklaim bahwa E3 dan salah satu Mirage terbang dengan transponder mati, yang menyulitkan pelacakan publik seperti yang dilakukan oleh Flightradar24.

    Pesawat E3 Sentry, yang merupakan tulang punggung pengawasan udara Perancis, dioperasikan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Luar Angkasa Perancis dari Pangkalan Udara Avord.

    Pesawat ini memiliki panjang 46,9 meter dan lebar sayap 44,5 meter, dilengkapi dengan radar AN/APY-2 yang mampu mendeteksi pesawat, rudal, dan kapal dalam jarak 250 mil.

    Dalam misi ini, E3 tidak bersenjata dan bergantung pada perlindungan dari pesawat Mirage 2000D yang dilengkapi dengan rudal Exocet dan bom panduan laser.

    Klaim ini muncul di tengah meningkatnya aktivitas pengawasan NATO di kawasan Laut Hitam sejak aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.

    Misi pengawasan semacam ini sebelumnya dilakukan dari Rumania atau perairan internasional, tetapi memasuki zona pertahanan udara Krimea akan menjadi langkah berani yang berpotensi memicu respons dari Angkatan Laut Rusia atau sistem pertahanan udara di Sevastopol.

    Reaksi Moskow sejauh ini hanya bersifat vokal.

    Sumber anonim di TASS mengeklaim bahwa pesawat tempur Su-27 dikerahkan untuk mengawasi pesawat Perancis tersebut.

    Dmitry Suslov, seorang analis yang berafiliasi dengan Kremlin, menyatakan bahwa NATO sedang “mendorong batasan” dan menyiratkan kemungkinan tindakan balasan jika penerbangan semacam ini terus berlanjut.

    Namun, tidak ada konfirmasi dari sumber Barat, termasuk Perancis atau NATO, sehingga klaim ini tetap terikat pada narasi Rusia.

    Kementerian Pertahanan Perancis belum memberikan komentar resmi mengenai insiden ini.

    Sementara itu, Flightradar24 tidak menunjukkan jejak pesawat dengan panggilan FAF4091, yang mengindikasikan kemungkinan bahwa transponder memang dimatikan atau data yang dilaporkan tidak akurat.

    Analisis mengenai insiden ini bervariasi.

    Beberapa pakar mempertanyakan keakuratan klaim tersebut, mengingat ketidakpastian yang mengelilingi laporan-laporan sebelumnya tentang pelanggaran oleh NATO.

    Namun, situasi ini tetap menjadi perhatian besar, mengingat pentingnya Krimea dalam dominasi Rusia di Laut Hitam dan dampaknya terhadap hubungan NATO-Rusia yang sudah tegang akibat konflik di Ukraina.

    Dengan ketegangan yang terus meningkat, insiden ini menambah lapisan kompleksitas dalam dinamika geopolitik di kawasan tersebut, di mana setiap langkah dapat berpotensi memicu reaksi yang lebih luas.

    Aliansi Eropa Bertemu di London

    Pada hari Minggu, 2 Maret 2025, London menjadi tuan rumah pertemuan penting para pemimpin Eropa yang berfokus pada perang di Ukraina, hanya sehari setelah kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang menegangkan ke Gedung Putih.

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Zelensky, dan perwakilan dari 14 negara Eropa lainnya, termasuk anggota NATO dan UE, berkumpul di Lancaster House.

    Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan dukungan bagi Ukraina di tengah ketidakpastian atas sikap Amerika setelah bentrokan Zelensky dengan Presiden AS Donald Trump.

    Starmer menekankan urgensi tersebut, dengan mencatat bahwa Eropa harus mengambil peran utama, sementara Zelensky mengomentari sambutan hangat dibandingkan dengan Washington.

    Para pemimpin sepakat bahwa Inggris, Prancis, dan Ukraina akan menyusun rencana gencatan senjata untuk disampaikan kepada AS guna dibahas lebih lanjut, sebuah langkah yang diumumkan Starmer sebagai sebuah langkah maju.

    Dijuluki “Koalisi yang Bersedia”, rencana ini membayangkan negara-negara Eropa menyediakan pasukan penjaga perdamaian pasca-perjanjian, dengan harapan mendapat dukungan AS sebagai perlindungan terhadap pelanggaran Rusia.

    Keputusan tersebut menyusul janji untuk meningkatkan bantuan militer, termasuk pinjaman Inggris senilai $2,8 miliar dan 5.000 roket pertahanan udara, sementara Rusia mengamati dengan hati-hati, tanggapannya terhadap persyaratan tersebut masih belum jelas.

    Invasi Rusia ke Ukraina 2022

    Pada akhir Februari 2022, Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina, yang meningkatkan konflik yang telah memanas sejak aneksasi Krimea pada tahun 2014.

    Serangan awal menargetkan kota-kota besar Ukraina seperti Kyiv, Kharkiv, dan Mariupol, dengan pasukan Rusia yang mengincar kemenangan cepat.

    Namun, perlawanan militer dan sipil Ukraina terbukti tangguh secara tak terduga, yang menyebabkan perang parit dan perkotaan yang berkepanjangan.

    Sanksi internasional segera dijatuhkan kepada Rusia, dan negara-negara NATO meningkatkan dukungan militer ke Ukraina, yang secara signifikan mengubah dinamika konflik.

     

  • 8 ‘Senjata’ Trump untuk Paksa Zelensky Mundur, Salah Satunya Bekukan Aset Presiden Ukraina – Halaman all

    8 ‘Senjata’ Trump untuk Paksa Zelensky Mundur, Salah Satunya Bekukan Aset Presiden Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump punya sejumlah “senjata” untuk memaksa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk turun takhta.

    Saat ini hubungan Trump dengan Zelensky sedang buruk-buruknya. Tempo hari ketika sedang berkunjung ke AS, Zelensky bahkan diusir dari Gedung Putih oleh Trump.

    Tak lama kemudian, setelah cekcok dengan Zelensky, Trump memutuskan untuk menghentikan semua bantuan militer AS ke Ukraina.

    Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz menyarankan Zelensky untuk lengser saja demi memuluskan perjanjian antara AS dan Ukraina.

    Masa jabatan Zelensky sebagai presiden sebenarnya sudah berakhir pada bulan Mei 2024. Namun, pilpres di Ukraina terpaksa belum digelar lantaran negara sedang dalam kondisi perang.

    Media Rusia bernama Sputnik menyebut Trump punya sejumlah cara untuk memaksa Zelensky mundur jika dia keras kepala menolak. Berikut cara-cara itu.

    Tekanan langsung

    1. Menghentikan semua bantuan AS

    Tanpa bantuan AS untuk Ukraina, Zelensky barangkali tak punya pilihan selain mengundurkan diri. Eks pejabat CIA bernama Philip Giraldi mengatakan mantan komedian itu bisa digantikan oleh seseorang yang bersedia merundingkan perdamaian.

    2. Mengaudit bantuan AS

    Oleg Tsarev, mantan anggota dewan Ukraina, mengatakan penyelidikan mendalam tentang penggunaan bantuan AS oleh Ukraina bisa mengungkap korupsi dan “melumpuhkan” Zelensky.

    ZELENSKY DIUSIR – Tangkapan layar YouTube The White House menunjukkan momen di mana Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump terlibat adu mulut di Ruang Oval Gedung Putih, Jumat (28/2/2025). Setelah terjadi adu mulut itu, Zelensky ‘diusir’ oleh Trump untuk segera meninggalkan Gedung Putih. (Tangkapan Layar YouTube The White House)

    3. Membekukan uang Zelensky

    Tsarev mengatakan tindakan membekukan rekening luar negeri Zelensky dan timnya bisa melemahkan rezim Ukraina saat ini.

    4. Menghentikan layanan Starlink di Ukraina

    Reuters melaporkan bahwa Trump dan kawan-kawannya mungkin menghentikan akses Ukraina terhadap Starlink milik Elon Musk. Gedung Putih dilaporkan sudah membuat ancaman ini.

    5. Memanfaatkan masa jabatan Zelensky yang sudah habis

    Zelensky sebenarnya sudah harus lengser tahun lalu. Hanya saja, sambil menyinggung situasi darurat militer, dia belum bersedia mundur. Tindakan Zelensky bisa dipertanyakan secara hukum.

    Tekanan secara tidak langsung

    Di samping bisa menekan secara langsung, Trump juga bisa memberikan tekanan secara tidak langsung. Berikut tiga caranya.

    1. Menekan rekan AS di Eropa

    Ekonom Paul Craig Roberts mengatakan Eropa tetap bergantung pada AS. Jika sudah tidak ada senjata yang tersisa, Eropa harus segera mengambil tindakan.

    2. Mengancam keluar dari NATO

    Trump bisa mengancam akan menarik keluar AS dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Eks pejabat Kemenhan AS bernama David Pyne mengatakan ancaman itu bisa mendorong Eropa untuk mengendalikan Zelensky.

    3. Penerapan tarif impor

    Bloomberg menyebut pengenaan tarif 25 persen terhadap impor dari Eropa bisa mengurangi 1,5 persen PDB Uni Eropa. Trump sendiri sudah mengancam akan mengenakan tarif itu.

    STARMER DAN ZELENSKY. Foto yang diambil dari akun Twitter/X dari PM Inggris Keir Starmer pada Minggu (2/3/2025) ini menunjukkan momen pertemuan Starmer dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di London. (X/@Keir_Starmer)

     

    Zelensky pernah mengaku siap mundur

    Beberapa waktu lalu Zelensky mengaku siap mundur dari jabatan Presiden Ukraina.

    Pernyataan ini cukup mengejutkan karena Zelensky sebelumnya bahkan menolak mundur meski masa jabatannya sudah berakhir.

    Zelensky kini mengatakan bersedia melengserkan diri apabila pengunduran dirinya itu bisa membawa perdamaian bagi Ukraina dan memastikan negara itu menjadi anggota NATO.

    “Jika demi perdamaian untuk Ukraina, jika kalian menginginkan saya untuk meninggalkan jabatan saya, saya siap. Saya bisa melakukannya demi keanggotaan NATO, jika ada syarat seperti itu,” kata dia dalam forum “Ukraina Tahun 2025” di Kiev hari Sabtu, (22/2/2025), dikutip dari Russia Today.

    “Saya ini memfokuskan keamanan Ukraina, tidak dalam 20 tahun, dan saya tidak ingin berkuasa selama puluhan tahun.”

    Lalu, dia menyinggung perselisihannya dengan Amerika Serikat (AS) mengenai usul tentang kesepakatan logam tanah jarang. AS meminta kesepakatan itu sebagai imbalan atas bantuan militer untuk Ukraina.

    Zelensky mengaku sudah menerima usul tentang kesepakatan senilai $500 miliar itu.

    “Sudah jelas bahwa kita berbicara tentang utang, ini bukan investasi. Jika uang ini lari ke pendanaan itu, dan tidak ada yang datang dari luar negeri, maka kita membayar utang itu,” katanya.

    “Kita punya $100 miliar. Saya tidak siap membayar $500 miliar. Dan saya bahkan tidak siap untuk mengaturnya di angka $100 miliar karena saya tidak mengakui pemberian itu sebagai utang. Kita seharusnya tidak membayar utang itu.”

    Seandainya Rusia tidak menyerbu Ukraina, Zelensky harus maju kembali dalam pilpres jika tetap ingin berkuasa.

    Namun, karena perang dengan Rusia, Ukraina segera memberlakukan situasi darurat militer. Artinya, pemilu untuk memilih presiden dan anggota dewan bisa ditunda.

    Para pengkritik menuding Zelensky sengaja memperpanjang konflik dengan Rusia agar bisa terus berkuasa. Di samping itu, Rusia sudah tidak lagi menganggap Zelensky sebagai perwakilan Ukraina.

    (*)

  • Usai Bertengkar, Zelensky Kirim Surat ke Trump: Ukraina Siap Damai dan Sepakati Perjanjian Mineral – Halaman all

    Usai Bertengkar, Zelensky Kirim Surat ke Trump: Ukraina Siap Damai dan Sepakati Perjanjian Mineral – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengirimkan surat kepadanya setelah keduanya berselisih pada pertemuan di Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025) lalu.

    “Hari ini, saya menerima surat penting dari Presiden Zelensky dari Ukraina,” kata Trump saat berpidato di sidang gabungan Kongres di Washington pada Selasa (4/3/2025).

    Trump mengatakan Zelensky menyampaikan dalam suratnya bahwa Ukraina siap berunding untuk mengakhiri perang dengan Rusia.

    “Ukraina siap untuk datang ke meja perundingan sesegera mungkin untuk membawa perdamaian abadi lebih dekat. Tidak ada yang lebih menginginkan perdamaian daripada Ukraina,” ujarnya.

    “Tim saya dan saya siap bekerja di bawah kepemimpinan kuat Presiden Trump untuk mencapai perdamaian yang langgeng,” kata Trump mengutip pernyataan Zelensky, dikutip dari The Times of Israel.

    Dalam surat itu, Zelensky juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada AS atas bantuannya selama ini.

    “Kami benar-benar menghargai apa yang telah dilakukan Amerika untuk membantu Ukraina mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaannya,” kata Trump mengutip surat Zelensky.

    Trump menambahkan bahwa Zelensky mengatakan siap menandatangani kesepakatan mineral antara Ukraina dan AS dengan menulis “Kapan saja yang nyaman bagi Anda.”

    “Saya menghargai dia yang mengirim surat ini,” kata Donald Trump, seperti diberitakan BBC.

    Meski Trump mengatakan ia menghargai surat dari Zelensky, ia tidak mengatakan apakah hal itu akan memengaruhi kebijakannya terhadap Ukraina.

    Presiden AS juga mengatakan telah ada diskusi serius dengan Rusia yang mengisyaratkan Kremlin siap untuk perdamaian.

    Trump tidak menyebutkan kapan pembicaraan dengan Rusia berlangsung dan hanya menegaskan bahwa kedua pihak harus berunding jika ingin mengakhiri perang.

    Sebelumnya pada hari Selasa (4/3/2025), Zelensky menyesalkan pertikaiannya dengan Trump di Gedung Putih pada Jumat pekan lalu yang berakibat pada penghentian bantuan militer AS ke Ukraina.

    “Sudah saatnya memperbaiki keadaan,” kata Zelensky, Selasa.

    Pada Jumat pekan lalu, Ukraina dan AS gagal menandatangani perjanjian mineral karena pertikaian antara Zelensky dan Trump.

    Setelah pertikaian, delegasi Ukraina pergi dari Gedung Putih tanpa menandatangani perjanjian apa pun.

    Sementara Trump mengatakan kepada Zelensky untuk kembali ke Gedung Putih ketika ia siap untuk membicarakan perdamaian.

    Donald Trump berulang kali menyerukan agar Ukraina dan AS menandatangani perjanjian mineral yang akan memungkinkan perusahaan-perusahaan AS untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya mineral di Ukraina.

    Trump mengklaim Ukraina harus mengembalikan bantuan dari AS dalam bentuk perjanjian mineral, selain menekankan bahwa AS akan menengahi perundingan perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Trump Bilang Ukraina Bersedia Berunding, Rusia Siap Berdamai

    Trump Bilang Ukraina Bersedia Berunding, Rusia Siap Berdamai

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan dirinya menerima surat dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang isinya menyatakan kesediaan untuk datang ke meja perundingan untuk perang Ukraina-Rusia.

    “Ukraina siap untuk datang ke meja perundingan sesegera mungkin untuk membawa perdamaian semakin dekat. Tidak ada yang lebih menginginkan perdamaian selain rakyat Ukraina,” kata Trump mengutip isi surat Zelensky saat berpidato dalam sidang gabungan Kongres AS, seperti dilansir Reuters, Rabu (5/3/2025).

    Trump juga mengatakan bahwa dirinya telah melakukan “pembicaraan serius dengan Rusia” dan “menerima sinyal kuat bahwa mereka siap untuk perdamaian.

    “Bukankah itu indah?” ujar Trump. “Sudah waktunya menghentikan kegilaan ini. Sudah waktunya menghentikan pembunuhan. Sudah waktunya mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini. Jika Anda ingin mengakhiri perang, Anda harus berbicara dengan kedua belah pihak,” ucapnya.

    Trump telah mengatakan Ukraina siap menandatangani perjanjian mineral dengan AS, yang menurut Washington sangat penting untuk menjamin dukungan AS yang berkelanjutan bagi pertahanan Ukraina.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Empat sumber yang memahami situasi mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintahan Trump dan Ukraina berencana menandatangani perjanjian itu dengan imbalan bantuan militer, yang dihentikan oleh Trump pekan ini. Namun Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan tidak ada rencana penandatanganan.

    Trump tidak memberikan detail lebih lanjut mengenai perjanjian mineral itu, sehingga nasibnya tidak jelas.

    Zelensky, pada Selasa (4/3), menyatakan keinginan untuk “memperbaiki” hubungan dengan Trump, setelah apa yang digambarkannya sebagai bentrokan dengan Trump di Ruang Oval Gedung Putih yang “disesalkan”.

    Zelensky juga mengatakan Kyiv akan bekerja sama di bawah “kepemimpinan kuat” Trump dalam mewujudkan perdamaian abadi di Ukraina. Dia bahkan menyatakan siap “kapan saja dan dalam format apa pun yang nyaman” untuk penandatanganan perjanjian mineral, yang gagal diteken pekan lalu.

    Ini menjadi komentar pertama Zelensky setelah Trump menghentikan bantuan militer ke Ukraina, yang merupakan langkah terbarunya untuk mengubah kebijakan AS dan mengambil sikap yang lebih berdamai terhadap Rusia.

    “Saya dan tim siap bekerja di bawah kepemimpinan kuat Presiden Trump untuk mewujudkan perdamaian yang bertahan lama,” ucap Zelensky dalam pernyataan via media sosial X.

    Lebih lanjut, Zelensky menyatakan Ukraina siap untuk menyetujui “gencatan senjata di udara — larangan rudal, drone jarak jauh, bom energi, dan infrastruktur sipil lainnya — dan gencatan senjata segera di laut, jika Rusia mau melakukan hal yang sama”.

    Pernyataan Zelensky itu jelas dimaksudkan untuk menekankan rasa terima kasih Ukraina menyusul adu mulut bersejarah di Gedung Putih pada Jumat (28/2) lalu, di mana Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance mengomeli Presiden Ukraina itu karena kurang menghargai AS.

    “Kami sangat menghargai upaya Amerika dalam membantu Ukraina mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaannya. Pertemuan kita di Washington … tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sangat disesalkan hal ini terjadi seperti ini. Inilah saat untuk memperbaikinya,” ucap Zelensky dalam pernyataannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Setop Bantuan Militer, Zelensky Ingin Perbaiki Hubungan dengan Trump

    AS Setop Bantuan Militer, Zelensky Ingin Perbaiki Hubungan dengan Trump

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dirinya ingin “memperbaiki” hubungan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Zelensky mengatakan Kyiv akan bekerja sama di bawah “kepemimpinan kuat” Trump dalam mewujudkan perdamaian abadi di Ukraina.

    Dalam komentar publik pertamanya sejak Trump menghentikan pengiriman bantuan militer AS ke Ukraina, seperti dilansir AFP, Rabu (5/3/2025), Zelensky menyerukan “gencatan senjata” di laut dan di udara sebagai langkah pertama untuk mengakhiri perang yang berkecamuk selama tiga tahun terakhir.

    “Ukraina siap untuk datang ke meja perundingan sesegera mungkin untuk membawa perdamaian abadi semakin dekat,” kata Zelensky dalam pernyataan via media sosial X pada Selasa (4/3) waktu setempat.

    “Tidak ada yang lebih menginginkan perdamaian selain warga Ukraina. Saya dan tim siap bekerja di bawah kepemimpinan kuat Presiden Trump untuk mewujudkan perdamaian yang bertahan lama,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Zelensky menyatakan Ukraina siap untuk menyetujui “gencatan senjata di udara — larangan rudal, drone jarak jauh, bom energi, dan infrastruktur sipil lainnya — dan gencatan senjata segera di laut, jika Rusia mau melakukan hal yang sama”.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Zelensky terlibat adu mulut dengan Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance mengenai sikap Washington terhadap perang Ukraina dalam perdebatan di Ruang Oval Gedung Putih pada Jumat (28/2) lalu.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Perselisihan itu menjadi puncak ketegangan antara kedua pemimpin dalam beberapa pekan terakhir, setelah Trump menyebut Zelensky sebagai “diktator” dan Presiden Ukraina itu mengkritik sang Presiden AS diselimuti “disinformasi” Rusia.

    “Pertemuan kami di Washington, di Gedung Putih pada Jumat (28/2), tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sangat disayangkan hal itu berakhir seperti ini. Ini adalah waktu untuk memperbaikinya. Kami ingin kerja sama dan komunikasi di masa depan bersifat konstruktif,” kata Zelensky dalam pernyataan via media sosial X.

    Dia juga mengatakan bahwa Kyiv siap menandatangani kesepakatan yang memberikan akses istimewa kepada AS terhadap sumber daya alam dan mineral Ukraina “kapan saja dan dalam format apa pun yang sesuai”.

    Kesepakatan itu seharusnya ditandatangani di Washington pekan lalu sebelum Zelensky diusir dari Gedung Putih usai cekcok dengan Trump di depan publik.

    Lihat juga Video: Zelensky Yakin AS Tak Akan Hentikan Bantuan Perang

  • Ukraina Bagi-Bagi 100 Kaus Bertuliskan Quote Zelensky dari Pertemuannya dengan Trump, Khusus Donatur – Halaman all

    Ukraina Bagi-Bagi 100 Kaus Bertuliskan Quote Zelensky dari Pertemuannya dengan Trump, Khusus Donatur – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Ukraina meluncurkan penggalangan dana dengan memanfaatkan debat panas antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Presiden AS Donald Trump, dilansir The Hill.

    Jumat (28/2/2025) lalu, Zelensky diundang ke Ruang Oval Gedung Putih untuk membahas berbagai masalah keamanan dengan Trump dan juga wakilnya, JD Vance.

    Namun pertemuan itu berakhir kacau karena ketidakpuasan Zelensky terhadap sikap Trump yang dinilai lunak terhadap Rusia.

    Zelensky diusir dari pertemuan tersebut dan konferensi pers bersama yang diagendakan setelah itu, dibatalkan.

    Namun, terdapat momen-momen viral dari pertemuan itu.

    Salah satunya, saat Zelensky ditegur karena tidak menggunakan jas.

    Zelensky memang selalu mengenakan pakaian bertema militer sejak Rusia menginvasi negaranya tiga tahun lalu.

    United24, sebuah platform yang disponsori negara Ukraina yang menggalang dana di tengah perang yang sedang berlangsung, mengundi 100 kaos bertuliskan tanggapan Zelensky atas teguran tersebut.

    ““I’ll wear a costume when the war is over,” yang artinya, “Saya akan mengenakan kostum saat perang berakhir.”

    Dalam bahasa Ukraina, kata “kostum” digunakan sebagai istilah terjemahan untuk jas.

    Undian ini terbuka bagi mereka yang berdonasi $24 atau lebih untuk upaya pertahanan Kyiv.

    Deskripsi dalam United24 tertulis:

    “Kami akan mengundi 100 kaos di antara mereka yang menyumbangkan $24 atau lebih untuk kendaraan evakuasi medis lapis baja guna membantu menyelamatkan para pembela Ukraina di garis depan.”

    “Kaus ini menekankan kata-kata Presiden kita — sebuah pengingat bahwa ada waktu dan tempat untuk segalanya.”

    “Akan ada saatnya kita semua bisa mengenakan jas.”

    “Sekarang, saatnya untuk membantu Ukraina mengakhiri perang ini.”

    “Anda memiliki semua kartu untuk mendukung Ukraina — sekarang saatnya untuk memainkannya.”

    “Donasikan untuk membantu Ukraina mengakhiri perang ini dan menangkan sesuatu untuk dikenakan alih-alih jas.”

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Kenapa Trump Musuhi Eropa dan Sekutu Lama?

    Kenapa Trump Musuhi Eropa dan Sekutu Lama?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat secara terang-terangan melecehkan sekutu lama di Eropa dan Ukraina, ketika pada saat yang sama melunak kepada Rusia. Skenario yang terasa mustahil di masa lalu itu kini menjadi tontonan siaran langsung di bawah pemerintahan Donald Trump di Gedung Putih.

    Lantas, mau dibawa ke mana arah kebijakan luar negeri AS di masa depan?

    Amerika Serikat sejatinya telah berjanji melindungi Ukraina, sejak Kyiv mengembalikan senjata nuklir kepada Rusia pada Desember tiga puluh tahun silam, dengan janji mendapat jaminan keamanan dari Moskow dan Washington.

    Pun sejak invasi Rusia tahun 2021, AS menjadi pemasok terbesar perlengkapan perang bagi Ukraina. Namun usai percekcokan terbuka antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenksyy di Gedung Putih, Jumat (28/2) silam, AS menghentikan semua pengiriman senjata ke sekutu dekatnya itu.

    Sikap Trump mengingkari perjanjian lama dan solidaritas transatlantik sebabnya diyakini dapat menggeser keseimbangan geopolitik global. Bagi Eropa dan Ukraina, ketidakpastian ini menuntut kesiapan untuk menghadapi kemungkinan bahwa Washington tak lagi bisa diandalkan sebagai sekutu utama.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Enam pekan masa jabatan Trump kian jelas mengindikaskan arah kebijakan diplomasi untuk empat tahun ke depan. Di bawah pemerintahannya, AS bersedia mengorbankan Ukraina demi mendekat kepada Rusia. Alih-alih melibatkan sekutu lama, Trump justru mengambil sikap permusuhan terhadap Eropa.

    “Uni Eropa diciptakan untuk mengacaukan AS,” kata Trump pada Rabu (26/2) lalu. Pada hari Jumat, dia dan wakilnya JD Vance mendamprat Volodymyr Zelensky dalam siaran langsung di televisi. Padahal, presiden Ukraina sebenarnya datang untuk menyegel perjanjian bahan mentah seperti yang diminta AS. Ketika Zelensky menuntut jaminan keamanan yang lebih solid, dia dianggap “tidak berterimakasih” dan “menghina rakyat AS” oleh Trump dan Vance.

    Trump akhiri aliansi Barat?

    Sejarawan Jerman Norbert Frei, yang mengepalai Pusat Jena untuk Sejarah Abad ke-20 di Universitas Jena, melihat ini sebagai akhir dari tatanan dunia setelah Perang Dunia Kedua dan titik balik sejarah dalam skala runtuhnya Uni Soviet.

    “Tujuannya jelas, yakni dominasi tiga serangkai global dengan Donald Trump, Xi Jinping, dan Vladimir Putin,” kata Frei di stasiun radio publik Deutschlandfunk. “Yang tidak mau diakui Trump sekarang adalah bahwa AS sebagai adidaya sedang merosot. Dan Trump sedang menyingkirkan satu-satunya sekutu sejati, yaitu Eropa. Dan Eropa ini sekarang benar-benar berdiri sendiri.”

    Sebab itu pula, Eropa melangsungkan konsultasi diplomatik untuk menemukan jawaban bersama, yang pertama di London, kemudian pada pertemuan puncak khusus Uni Eropa di Brussels. “Saya berharap mereka menyadari bahwa kita tengah menyaksikan perubahan arah yang jelas dalam politik dunia,” kata Mikhail Alexseev, ilmuwan politik di Universitas Negeri San Diego di California, menjelang diskusi tersebut.

    “Insiden di Ruang Oval bukan sekadar pertikaian antara dua pemimpin. Ini menandakan perubahan besar orientasi AS dari Eropa. Kita tidak bisa lagi menganggap remeh jaminan keamanan AS, tidak hanya untuk Ukraina tetapi mungkin juga untuk NATO,” kata Alexseev kepada DW.

    “Keretakan besar tidak dapat dikenali”

    Setahun yang lalu, Trump meminta Eropa untuk menginvestasikan hingga lima persen anggaran belanja nasional untuk pertahanan di masa depan.

    Laura von Daniels, kepala kelompok penelitian Amerika di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan, SWP, di Berlin, juga menunjukkan ketidakpastian besar di bidang keamanan. Namun begitu, dia juga menepis dugaan keretakan besar dalam hubungan transatlantik.

    “Saya yakin ini akan menjadi situasi yang sulit, dan Trump siap merugikan kepentingan Uni Eropa. Baik dalam hal kebijakan keamanan maupun kebijakan ekonomi, misalnya dengan tarif hukuman. Namun, dia juga tidak berkepentingan untuk menceraikan Eropa dalam semalam.”

    Von Daniels menunjuk pada rencana kebijakan ekonomi Trump, dia mengincar Eropa sebagai pasar untuk menjual gas alam cair, LNG. Oleh karena itu, tekanan ekonomi kemungkinan akan terus meningkat. “Tarif baja dan aluminium akan diberlakukan pada 12 Maret,” kata von Daniels. Pada musim semi dan panas, Eropa harus menghadapi tarif lebih besar – misalnya pada mobil.

    Dengan langkah ini, Trump ingin menyeimbangkan neraca perdagangan antara UE dan AS. Menurut data AS, pada tahun 2024 AS telah membeli barang dan jasa dari Eropa senilai hampir satu triliun euro lebih banyak daripada sebaliknya.

    Secara keseluruhan, hubungan transatlantik cukup berguna bagi Trump, kata pakar SWP: “Pertanyaannya tentu saja dibenarkan apakah dia akan terus mengidentifikasikan diri sebagai aliansi Barat.”

    Gabriel: Trump Ingin Melemahkan Eropa

    Mantan Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel, menilai pemerintahan AS di bawah Donald Trump tidak lagi menganggap Eropa sebagai mitra strategis. Dalam wawancara dengan harian Augsburger Allgemeine, Gabriel menuduh Trump tidak memahami atau menghargai Eropa.

    “Pandangan dunianya bertolak belakang dengan visi kerja sama internasional yang dianut Eropa. Saya yakin dia ingin melemahkan atau bahkan menghancurkan Eropa, karena kita sebenarnya cukup kuat jika bersatu dan itu mengganggunya,” ujar Gabriel.

    “Yalta 2.0”: Trump dan Putin Atur Ulang Dunia?

    Gabriel juga menyoroti rencana pembicaraan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai kemungkinan mengakhiri perang di Ukraina. Dia membandingkan situasi ini dengan Konferensi Yalta 1945, ketika AS, Uni Soviet, dan Inggris membagi wilayah pengaruh di Eropa usai Perang Dunia II.

    “Trump membayangkan semacam ‘Yalta 2.0’, di mana para ‘pemimpin kuat’ dunia membagi wilayah kekuasaan mereka, sementara negara-negara kecil harus mencari cara untuk bertahan hidup,” katanya.

    Pengamat politik dari Yayasan Sains dan Politik, SWP, Laura von Daniels, juga menilai bahwa Trump melihat Ukraina sebagai penghalang utama dalam upayanya menjalin kesepakatan langsung dengan Putin. Insiden di Gedung Oval pada Jumat lalu, kata von Daniels, memiliki karakteristik yang mirip dengan kepemimpinan otoriter.

    Tanpa AS, Rusia Bisa Menang?

    Sementara itu, Institute for the Study of War di Washington memperingatkan bahwa penghentian bantuan AS untuk Ukraina dapat meningkatkan kemungkinan kemenangan Rusia. Jika ini terjadi, Putin bisa merasa semakin percaya diri untuk memperluas pengaruhnya ke negara-negara bekas Uni Soviet lainnya, termasuk anggota Uni Eropa dan NATO seperti Estonia, Latvia, dan Lituania.

    Di sisi lain, jika AS mundur dari konflik ini, dampaknya bisa lebih luas: Washington akan kehilangan pengaruh global, sementara Rusia semakin mengukuhkan dominasinya di kawasan.

    Artikel diadaptasi dari DW Bahasa Jerman

    Tonton juga Video Geramnya Trump Gegara Zelensky Bilang Perang Ukraina Bakal Panjang

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Verkhovna Rada Akui Peran Krusial AS Agar Perdamaian Ukraina-Rusia Tercapai – Halaman all

    Verkhovna Rada Akui Peran Krusial AS Agar Perdamaian Ukraina-Rusia Tercapai – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Senin (3/3/2025), Parlemen Ukraina, Verkhovna Rada, menyatakan Kyiv sangat bergantung pada dukungan Amerika Serikat (AS) dalam hal keamanan.

    Mereka juga memuji peran Presiden Donald Trump yang dianggap sangat penting dalam menciptakan upaya perdamaian untuk mengakhiri konflik dengan Rusia,  Reuters melaporkan.

    Parlemen Ukraina menegaskan rakyat Ukraina sangat mendambakan perdamaian lebih dari siapa pun di dunia.

    Mereka percaya bahwa usaha Presiden Trump dalam menjaga perdamaian akan sangat berpengaruh untuk mengakhiri permusuhan dengan cepat dan mencapai perdamaian, tidak hanya untuk Ukraina tetapi juga untuk Eropa dan dunia secara keseluruhan.

    Pernyataan ini disampaikan setelah pertemuan yang panas antara Presiden Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Ruang Oval Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025).

    Dalam pertemuan tersebut, Trump dan Wakil Presiden JD Vance beberapa kali mengkritik Zelensky.

    AS menuduhnya tidak menunjukkan rasa terima kasih atas bantuan militer dan ekonomi yang telah diberikan AS kepada Ukraina selama bertahun-tahun.

    Verkhovna Rada menyambut baik upaya Presiden Trump untuk memulai proses negosiasi demi mencapai perdamaian.

    Parlemen Ukraina juga mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada Trump, Kongres AS, serta rakyat Amerika atas dukungan yang kuat dan konsisten terhadap kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorial Ukraina.

    Parlemen Ukraina menegaskan bahwa kemitraan strategis dengan AS sangat penting, terutama dalam eksplorasi sumber daya mineral kritis. 

    Trump, yang berorientasi bisnis, menyatakan secara terang-terangan jika Ukraina ingin bertahan, Zelensky harus segera membuat kesepakatan damai.

    Trump percaya bahwa kesepakatan itu bisa dicapai dengan cepat karena ia yakin bahwa Rusia dan rakyat Ukraina juga ingin perdamaian.

    Sementara itu, analisis menunjukkan bahwa langkah Trump selanjutnya terkait kesepakatan bisnis yang melibatkan Ukraina belum dapat diprediksi.

    Beberapa pengamat, seperti Anna Borshchevskaya dari Washington Institute for Near East Policy, mencatat bahwa Eropa kini meningkatkan upaya untuk menghalangi Rusia.

    Setelah pertemuan tersebut, Presiden Zelensky meninggalkan Gedung Putih dan terbang ke Eropa untuk bertemu dengan sekutunya di benua itu.

    Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menunjukkan dukungan Inggris terhadap Ukraina.

    Starmer mengumumkan bantuan senilai $2 miliar untuk rudal pertahanan udara dan menawarkan pasukan penjaga perdamaian.

    Pada hari yang sama, Zelensky menegaskan Ukraina memerlukan dukungan AS yang berkelanjutan untuk mencegah keberhasilan Rusia dan memastikan bahwa kegagalan Ukraina bukan hanya kegagalan negara-negara Eropa dan AS.

    Reaksi terhadap Upaya Perdamaian

    Di sisi lain, Juru Bicara Presiden Rusia, Dmitry Peskov, menanggapi dengan mengatakan bahwa upaya Washington dan kesiapan Moskow tidak akan cukup untuk mengakhiri perang, karena elemen penting masih hilang.

    China juga menyatakan dukungannya terhadap penyelesaian damai.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menegaskan mereka tidak terlibat dalam krisis Ukraina dan mendukung semua upaya yang mengarah pada penyelesaian masalah secara damai. 

    Di Washington, Gedung Putih mengonfirmasi sedang meninjau dan menunda bantuan untuk memastikan bahwa bantuan tersebut berkontribusi pada solusi perdamaian yang berkelanjutan.

    Trump juga mengisyaratkan bahwa ia akan memberikan pidato besar terkait Ukraina pada sidang gabungan Kongres pada Selasa malam (4/3/2025), VOA melaporkan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)