Tag: Volodymyr Zelensky

  • Putin Ngaku Setuju Gencatan Senjata di Ukraina, tapi Banyak Syaratnya

    Putin Ngaku Setuju Gencatan Senjata di Ukraina, tapi Banyak Syaratnya

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dirinya setuju dengan ide gencatan senjata di Ukraina. Namun, Putin mengungkapkan beberapa kekhawatiran.

    Dilansir BBC, Jumat (14/3/2025), Putin mengatakan bahwa usulan gencatan senjata adalah ide yang benar dan mendukungnya. Tetapi, katanya, ada pertanyaan yang perlu kita bahas.

    Menurut Putin, gencatan senjata itu harus mengarah pada perdamaian abadi dan menghilangkan akar penyebab krisis. Dia mengaku akan menelepon Presiden AS Donald Trump.

    “Kita perlu bernegosiasi dengan kolega dan mitra Amerika kita. Mungkin saya akan menelepon Donald Trump,” katanya.

    Putin menganggap gencatan senjata 30 hari itu adalah hal baik bagi Ukraina. Tapi, dia mengaku akan tetap mewaspadainya.

    “Akan baik bagi pihak Ukraina untuk mencapai gencatan senjata selama 30 hari,” ujarnya.

    Diketahui, salah satu area yang diperdebatkan adalah wilayah Kursk milik Rusia. Putin mengatakan tempat itu dipakai Ukraina melancarkan serangan militer tahun lalu dan merebut beberapa wilayah.

    “Mereka mencoba pergi, tetapi kami yang memegang kendali. Peralatan mereka telah ditinggalkan. Ada dua pilihan bagi warga Ukraina di Kursk, menyerah atau mati,” katanya.

    Terkait gencatan senjata ini, Putin juga memikirkan banyak pertanyaan dan kemungkinan mengenai bagaimana gencatan senjata Rusia-Ukraina akan berjalan.

    “Bagaimana 30 hari itu akan digunakan? Untuk Ukraina memobilisasi? Mempersenjatai kembali? Melatih orang? Atau tidak sama sekali? Lalu pertanyaannya, bagaimana itu akan dikendalikan?” ujarnya.

    “Siapa yang akan memberi perintah untuk mengakhiri pertempuran? Berapa biayanya? Siapa yang memutuskan siapa yang telah melanggar gencatan senjata yang mungkin, sejauh lebih dari 2.000 Km? Semua pertanyaan itu membutuhkan kerja keras dari kedua belah pihak. Siapa yang mengawasinya?” sambung Putin.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Putin secara langsung mengatakan tidak. Dia menganggap Putin sedang mempersiapkan penolakan.

    “Putin, tentu saja, takut untuk memberi tahu Presiden Trump secara langsung bahwa dia ingin melanjutkan perang ini, ingin membunuh orang Ukraina,” kata Zelensky.

    “Pemimpin Rusia telah menetapkan begitu banyak prasyarat sehingga tidak ada yang akan berhasil sama sekali,” sambungnya.

    Lihat juga Video: Syarat dari Putin Jika Ukraina Ingin Berdamai

    (zap/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Rudal Balistik Rusia Porak-porandakan Kota Pelabuhan Ukraina

    Rudal Balistik Rusia Porak-porandakan Kota Pelabuhan Ukraina

    Jakarta

    Serangan rudal balistik Rusia memporak-porandakan Kota Pelabuhan Ukraina. Ada korban tewas dalam insiden ini.

    Dirangkum detikcom, Kamis (13/3/2025), rudal Rusia menghantam kota pelabuhan Odesa di Ukraina bagian selatan. Sedikitnya empat orang tewas, dengan sebuah kapal kargo berbendera Barbados mengalami kerusakan akibat serangan rudal tersebut.

    Serangan rudal Moskow itu, seperti dilansir AFP, menghantam wilayah Ukraina pada Selasa (11/3) tengah malam, saat otoritas Kyiv menyatakan dukungan terhadap usulan Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata selama 30 hari dan setuju untuk segera berunding dengan Rusia.

    Para pejabat Ukraina mengatakan serangan rudal terjadi saat kapal kargo tersebut sedang memuat pasokan gandum yang dimaksudkan untuk dikirim ke Aljazair.

    “Sayangnya, empat orang tewas — warga negara Suriah. Korban termuda berusia 18 tahun, yang paling tua berusia 24 tahun. Dua orang lainnya mengalami luka-luka — seorang warga Ukraina dan seorang warga Suriah,” kata wakil perdana menteri untuk rekonstruksi, Oleksiy Kuleba, dalam pernyataan via media sosial.

    “Rusia menyerang infrastruktur Ukraina, termasuk pelabuhan yang terlibat dalam memastikan keamanan pangan dunia,” tuduhnya

    Secara terpisah, Gubernur wilayah Dnipropetrovsk melaporkan seorang wanita berusia 47 tahun tewas akibat serangan rudal Rusia yang menghantam pusat kota Kryvyi Rig, yang merupakan kota kelahiran Presiden Volodymyr Zelensky.

    Serangan Rudal Rusia

    Foto: State Emergency Service of Ukraine in Dnipropetrovsk region via REUTERS

    Angkatan Udara Ukraina, dalam pernyataannya, menyebut Rusia secara total telah menembakkan tiga rudal ke wilayah Ukraina dalam semalam, juga meluncurkan 133 drone berbagai jenis, termasuk drone tempur jenis Shahed buatan Iran.

    Pertahanan udara Ukraina, menurut Angkatan Udara Kyiv, telah menembak jatuh 98 drone di antaranya.

    Sebelumnya, Zelensky menyatakan dukungan terhadap usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina. Dia meminta Washington untuk membujuk Rusia agar turut menerima usulan tersebut.

    Usulan AS itu dibahas dalam pertemuan antara pejabat AS dan Ukraina yang digelar di Arab Saudi pada Selasa (11/3) waktu setempat, yang dilaporkan berlangsung selama delapan jam.

    Penasihat keamanan nasional AS, Mike Waltz, yang menghadiri pertemuan di Saudi tersebut, seperti dilansir Associated Press, mengatakan bahwa negosiator “membahas perincian substantif tentang bagaimana perang ini akan berakhir secara permanen”, termasuk jaminan keamanan jangka panjang.

    Waltz juga mengatakan bahwa Presiden Donald Trump setuju untuk segera mencabut penangguhan dalam penyediaan bantuan militer AS senilai miliaran dolar Amerika dan melanjutkan kembali aktivitas berbagi informasi intelijen.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Putin Mempelajari dengan Saksama Perjanjian Gencatan Senjata Washington & Kyiv, AS akan Kontak Rusia – Halaman all

    Putin Mempelajari dengan Saksama Perjanjian Gencatan Senjata Washington & Kyiv, AS akan Kontak Rusia – Halaman all

    Putin Mempelajari dengan Saksama Perjanjian Gencatan Senjata Washington-Kyiv, AS akan Kontak Rusia

    TRIBUNNEWS.COM- Vladimir Putin “mempelajari dengan saksama” hasil perundingan perdamaian berisiko tinggi antara Washington dan Kyiv , kata Moskow pada hari Rabu sementara Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan AS akan melakukan kontak dengan Rusia untuk menyampaikan proposal tersebut secara langsung.

    Kremlin mengatakan pihaknya sedang menunggu rincian dari Washington tentang kesepakatan gencatan senjata 30 hari yang sejauh ini disetujui Ukraina , setelah Washington dan Kyiv mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka berkomitmen untuk “membahas proposal khusus ini dengan perwakilan dari Rusia.”

    Para pejabat Rusia memperkirakan AS akan memberi mereka informasi terbaru tentang “rincian negosiasi yang berlangsung dan kesepahaman yang dicapai,” kata juru bicara pemimpin Rusia Dmitri S. Peskov, menurut The New York Times.

    Presiden Rusia Vladimir Putin “mempelajari dengan saksama” hasil perundingan damai antara Ukraina dan Amerika Serikat minggu ini, menurut Kremlin.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz bertemu dengan pejabat Ukraina di Jeddah, Arab Saudi pada 11 Maret 2025.
    Peskov juga mencatat: “Rubio dan [Penasihat Keamanan Nasional Mike] Waltz mengatakan bahwa mereka akan menyampaikan informasi terperinci kepada kami melalui berbagai saluran tentang inti pembicaraan yang terjadi di Jeddah. Pertama, kami harus menerima informasi ini.”

    Rubio, sementara itu, mengatakan AS mengharapkan tanggapan positif dari Rusia terkait kesepakatan tersebut.

    “Kami semua sangat menantikan respons Rusia dan mendesak mereka dengan tegas untuk mempertimbangkan mengakhiri semua permusuhan,” kata Rubio saat singgah di Irlandia dalam perjalanan kembali ke Washington.

    “Jika mereka berkata ‘tidak’, maka jelas kita harus memeriksa semuanya dan mencari tahu di mana posisi kita di dunia ini dan apa niat mereka yang sebenarnya. Jika mereka berkata tidak, itu akan memberi tahu kita banyak hal tentang apa tujuan mereka dan apa pola pikir mereka,” lanjutnya.

    Rubio tidak mau menyebutkan bagaimana AS akan menanggapi jika pejabat Rusia menarik diri dari kesepakatan tersebut, tetapi mengatakan pembicaraan sebelumnya menunjukkan keinginan Moskow untuk menghentikan konflik.

    Ketika ditanya apakah Rusia dapat menerima gencatan senjata tanpa syarat, Rubio menjawab: “Itulah yang ingin kami ketahui — apakah mereka siap melakukannya tanpa syarat.”

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dia yakin Kyiv “dapat memperkirakan” AS akan mengambil “langkah-langkah kuat” terhadap Rusia jika Moskow menolak proposal gencatan senjata, menurut CNN.

    “Sejauh yang saya pahami, kita dapat mengharapkan langkah-langkah yang kuat. Saya tidak tahu rinciannya, tetapi kita berbicara tentang tindakan sanksi masing-masing dan penguatan Ukraina,” kata Zelensky.

    Zelensky mengatakan Ukraina telah menerima kesepakatan 30 hari yang diusulkan oleh AS, yang akan mencakup gencatan senjata di laut, udara, dan darat.

    “Semuanya tergantung pada Rusia. AS telah mengambil langkah, Ukraina telah memperjelas posisinya. Sekarang Rusia perlu merespons,” katanya.

    Zelensky menolak mengatakan apa yang akan terjadi jika Rusia melanggar kesepakatan gencatan senjata 30 hari.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz bertemu dengan pejabat Ukraina di Jeddah, Arab Saudi pada 11 Maret 2025.

    SUMBER: NYPOST.COM

  • Rusia Sampaikan Daftar Tuntutan ke AS Sebagai Syarat Kesepakatan Akhiri Perang di Ukraina – Halaman all

    Rusia Sampaikan Daftar Tuntutan ke AS Sebagai Syarat Kesepakatan Akhiri Perang di Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia telah mengajukan daftar tuntutan kepada Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari upaya untuk mencapai kesepakatan dalam mengakhiri perang yang sedang berlangsung dengan Ukraina.

    Tuntutan tersebut bertujuan untuk mengatur ulang hubungan Rusia dengan Washington dan juga mencerminkan persyaratan yang sebelumnya diajukan kepada Ukraina, AS, dan NATO.

    Menurut laporan yang disampaikan oleh Reuters pada 13 Maret 2025, yang mengutip dua sumber yang dirahasiakan, pejabat dari kedua negara telah membahas daftar tuntutan ini dalam beberapa kali percakapan, baik secara tatap muka maupun virtual.

    Pembicaraan tersebut dilaporkan telah berjalan selama 3 minggu terakhir.

    Meskipun demikian, rincian pasti mengenai isi tuntutan tersebut masih belum jelas.

    Persyaratan yang Diajukan Rusia

    Beberapa persyaratan yang sebelumnya diajukan Rusia mencakup permintaan agar Ukraina secara permanen meninggalkan aspirasi untuk bergabung dengan NATO, dikutip dari Kyiv Independent.

    Rusia juga menuntut agar Ukraina melarang penempatan pasukan asing di wilayahnya.

    Terakhir, Rusia meminta agar Internasional mengakui klaim Vladimir Putin atas Krimea dan empat provinsi Ukraina, dikutip dari Sky News.

    Keempat provinsi tersebut di antaranya, oblast Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, sebagai bagian dari wilayah Rusia.

    Ini menyusul permintaan Putin pada bulan Juni 2024.

    Di mana Putin meminta Ukraina untuk segera menarik pasukannya dari keempat wilayah yang disebutkan di atas sebagai syarat negosiasi.

    Namun tampaknya permintaan Putin tidak mendapatkan sambutan baik dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

    Pada Selasa (12/3/2025), Zelensky dengan tegas mengatakan pihkanya tidak akan mengizinkan keempat wilayah tersebut diakui sebagai bagian dari Rusia.

    Tuntutan ini tidak hanya menyoroti masalah teritorial yang sudah menjadi sengketa sejak Rusia mengkriminalisasi wilayah-wilayah tersebut pada 2014, tetapi juga mencerminkan ketegangan panjang dalam hubungan Rusia dengan negara-negara Barat, khususnya AS dan NATO.

    Meski persyaratan yang diajukan Rusia sangat ketat, belum ada kejelasan apakah Rusia bersedia terlibat dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Ukraina sebelum semua tuntutan ini dipenuhi. 

    Hal ini menjadi salah satu pertanyaan besar yang harus dijawab dalam upaya untuk menciptakan jalan menuju perdamaian.

    Pihak Ukraina, yang didukung oleh AS dan negara-negara Barat lainnya, sejauh ini menolak beberapa tuntutan utama Rusia, terutama mengenai status Krimea dan wilayah-wilayah yang diduduki. 

    Penolakan ini memperlihatkan betapa sulitnya mencapai kesepakatan damai, mengingat posisi kedua belah pihak yang bertolak belakang.

    Ukraina Setujui Gencatan Senjata 30 Hari

    AS dan Ukraina mengeluarkan pernyataan bersama setelah para pejabat bertemu pada hari Selasa di Arab Saudi.

    Dalam pernyataan tersebut, Ukraina terbuka terhadap usulan AS untuk memberlakukan gencatan senjata sementara selama 30 hari yang dapat diperpanjang dengan kesepakatan bersama para pihak.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan itu dicapai setelah negosiasi berjam-jam antara pejabat Amerika dan Ukraina di Jeddah, Arab Saudi.

    “Hari ini, kami mengajukan tawaran yang diterima Ukraina, yaitu untuk melakukan gencatan senjata dan negosiasi segera guna mengakhiri konflik ini dengan cara yang bertahan lama dan berkelanjutan serta memperhitungkan kepentingan, keamanan, dan kemampuan mereka untuk maju sebagai sebuah negara,” kata pejabat tinggi urusan luar negeri Donald Trump, dikutip dari Yahoo News.

    Rubio berharap Rusia juga sepakat terkait gencatan senjata ini.

    “Dan mudah-mudahan kami akan menyampaikan tawaran ini kepada Rusia, dan kami berharap mereka akan mengatakan ya, bahwa mereka akan mengatakan ya untuk perdamaian,” tambah Rubio. 

    Tak hanya Rubio, Zelensky juga mengonfirmasi kesepakatan tersebut melalui X.

    Menurut Zelensky, saat ini adalah tugas AS untuk meyakinkan Rusia.

    “Kini, giliran Amerika Serikat untuk meyakinkan Rusia agar melakukan hal yang sama,” kata Zelensky dalam pernyataan terpisah tentang X.

    “Jika Rusia setuju, gencatan senjata akan segera berlaku,” tambahnya.

    Dalam pernyataan terpisah, Zelensky mengatakan cakupan apa saja dalam kesepakatan gencatan senjata tersebut.

    “Usulan gencatan senjata akan membentuk gencatan senjata penuh selama 30 hari, tidak hanya terkait rudal, drone, dan bom, tidak hanya di Laut Hitam, tetapi juga di sepanjang garis depan,” jelas Zelensky melalui Telegram, dikutip dari Al Jazeera.

    Namun Trump hingga saat ini masih menunggu kabar dari Putin mengenai apakah Rusia akan menyetujui gencatan senjata selama 30 hari yang telah disetujui Ukraina dengan syarat Moskow juga menyetujuinya. 

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Rusia vs Ukraina

  • Tentara Ukraina Disebut Mundur Bertahap dari Kursk, Kota Sudzha Kini Berada di Bawah Kendali Rusia – Halaman all

    Tentara Ukraina Disebut Mundur Bertahap dari Kursk, Kota Sudzha Kini Berada di Bawah Kendali Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Media pemerintah Rusia dan para blogger pro-perang berbagi video yang menunjukkan pasukan Rusia mengibarkan bendera di kota Sudzha di wilayah Kursk barat daya, Rabu (12/3/2025).

    Saluran Telegram yang terhubung dengan Pasukan Lintas Udara Rusia menerbitkan video udara pendek yang memperlihatkan para prajurit mengibarkan bendera Rusia di samping spanduk unit di alun-alun pusat Sudzha pada Rabu pagi.

    Pada waktu yang sama, versi video berdurasi 38 detik muncul di situs web kantor berita milik pemerintah RIA Novosti dan TASS.

    Dalam video tersebut, seorang petugas di balik kamera menunjuk ke tujuh tentara di alun-alun yang kosong, dan menggambarkan mereka sebagai pasukan terjun payung dan unit lain yang telah “bersama-sama merebut kembali” kota tersebut.

    Pada hari Rabu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah mengambil alih kendali atas empat permukiman di wilayah Kursk, yang semuanya terletak di pinggiran Sudzha.

    Sehari sebelumnya, militer Rusia melaporkan telah merebut kembali 12 permukiman di wilayah perbatasan.

    Analis militer independen, Yan Matveev, mengatakan kehadiran media Rusia di dekat Sudzha menunjukkan pasukan Ukraina mundur tanpa perlawanan, yang tampaknya merupakan upaya untuk melindungi personel dan peralatan mereka.

    Matveev menyebut pasukan Rusia akan mendapatkan kembali kendali penuh atas wilayah Kursk pada hari Rabu.

    Senada dengan itu, Ruslan Leviev, pendiri pemantau perang independen Conflict Intelligence Team, mengatakan kepada lembaga penyiaran TV Rain pada hari Rabu bahwa tentara Ukraina secara bertahap mundur dari wilayah Kursk.

    “Kami telah melihat bahwa semua wilayah yang berada di bawah kendali Rusia telah direbut tanpa perlawanan sedikit pun. Hal yang sama berlaku untuk Sudzha,” kata Leviev, dilansir The Moscow Times.

    “Hari ini, kami melihat mereka berada di sisi seberang (kota). Dan sekali lagi, tidak ada gambar pertempuran apa pun.”

    “Pada titik ini, adil untuk mengatakan bahwa seluruh kota Sudzha sekarang berada di bawah kendali Rusia,” jelasnya.

    Menurut Leviev, pasukan Ukraina mungkin akan mencoba mempertahankan desa-desa perbatasan yang masih berada di bawah kendali mereka di wilayah Kursk selama beberapa hari lagi.

    Laporan akhir pekan lalu mengklaim bahwa 800 pasukan khusus Rusia telah merangkak sejauh 15 kilometer melalui bagian pipa yang tidak terpakai, yang pernah membawa gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina, untuk melakukan serangan diam-diam terhadap pasukan Ukraina di Sudzha.

    Militer Ukraina mengatakan pihaknya berhasil menangkis  serangan Rusia melalui pipa gas di pinggiran Sudzha pada Sabtu (8/3/2025).

    Pada Senin (10/3/2025), Jenderal Ukraina Oleksandr Syrskyi  mengatakan, serangan balik Rusia tidak menempatkan pasukannya pada risiko pengepungan, meskipun ia mengindikasikan bahwa mereka mundur ke “posisi yang menguntungkan untuk pertahanan.”

    Pasukan Ukraina awalnya merebut 1.376 kilometer persegi (531 mil persegi) tanah di wilayah Kursk setelah melancarkan serangan pada bulan Agustus, yang bertujuan untuk menggunakan wilayah yang diduduki sebagai pengaruh dalam negosiasi perdamaian di masa mendatang dengan Rusia.

    Hingga hari Rabu, wilayah di bawah kendali Ukraina telah menyusut menjadi kurang dari 200 kilometer persegi (77 mil persegi), menurut DeepState, pelacak medan perang yang memiliki hubungan dengan militer Ukraina.

    Senjata AS Kembali Mengalir ke Ukraina

    Diberitakan AP News, pengiriman senjata Amerika Serikat (AS) ke Ukraina dilanjutkan pada hari Rabu, kata sejumlah pejabat.

    Pengiriman dilakukan sehari setelah pemerintahan Donald Trump mencabut penangguhan bantuan militer untuk Kyiv dalam perang melawan invasi Rusia, dan sejumlah pejabat menunggu tanggapan Kremlin terhadap usulan gencatan senjata selama 30 hari yang didukung oleh Ukraina.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan penting untuk tidak “terburu-buru” menanggapi pertanyaan tentang gencatan senjata, yang diusulkan oleh Washington.

    Ia mengatakan kepada wartawan bahwa Moskow sedang menunggu “informasi terperinci” dari AS dan menyarankan agar Rusia mendapatkannya sebelum dapat mengambil posisi.

    PRESIDEN ZELENSKY – Tangkapan layar YouTube NBC News yang diambil pada Selasa (18/2/2025) menunjukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbincang tentang perspektifnya tentang perundingan damai antara Ukraina dan Rusia pada 16 Februari 2025. (Tangkapan layar YouTube NBC News)

    Kremlin sebelumnya menentang apa pun kecuali akhir permanen konflik dan belum menerima konsesi apa pun.

    Presiden AS Donald Trump ingin mengakhiri perang tiga tahun dan menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk ikut berunding.

    Penghentian bantuan AS terjadi beberapa hari setelah Zelensky dan Trump berdebat tentang konflik tersebut dalam pertemuan yang menegangkan di Gedung Putih.

    Trump mengatakan “sekarang tergantung pada Rusia” saat pemerintahannya menekan Moskow untuk menyetujui gencatan senjata.

    “Dan mudah-mudahan kita bisa mendapatkan gencatan senjata dari Rusia,” kata Trump pada hari Rabu dalam perbincangan panjang dengan wartawan selama pertemuan di Ruang Oval dengan Micheál Martin, Perdana Menteri Irlandia.

    “Dan jika kita berhasil, saya kira itu sudah 80 persen dari jalan untuk mengakhiri pertumpahan darah yang mengerikan ini,” jelasnya.

    Presiden AS itu kembali melontarkan ancaman terselubung akan menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia.

    “Kita bisa, tetapi saya harap itu tidak diperlukan,” kata Trump.

    Sementara itu, Zelensky mengatakan gencatan senjata selama 30 hari akan memungkinkan kedua belah pihak “untuk sepenuhnya mempersiapkan rencana langkah demi langkah guna mengakhiri perang, termasuk jaminan keamanan bagi Ukraina.”

    Pertanyaan teknis mengenai cara memantau gencatan senjata secara efektif di sepanjang garis depan sepanjang sekitar 1.000 kilometer (600 mil), tempat drone kecil namun mematikan biasa ditemukan, adalah “sangat penting,” kata Zelensky kepada wartawan pada hari Rabu di Kyiv.

    Sebagai informasi, pengiriman senjata ke Ukraina telah dilanjutkan melalui pusat logistik Polandia, demikian diumumkan menteri luar negeri Ukraina dan Polandia pada hari Rabu.

    Pengiriman dilakukan melalui pusat NATO dan AS di kota Rzeszow di Polandia timur yang telah digunakan untuk mengangkut senjata Barat ke negara tetangga Ukraina sekitar 70 kilometer (45 mil) jauhnya.

    Bantuan militer Amerika sangat penting bagi militer Ukraina yang kekurangan personel dan kelelahan, yang mengalami kesulitan untuk menahan kekuatan militer Rusia yang lebih besar.

    Bagi Rusia, bantuan Amerika berpotensi menimbulkan kesulitan yang lebih besar dalam mencapai tujuan perang, dan hal itu dapat membuat upaya perdamaian Washington menjadi lebih sulit di Moskow.

    Pemerintah AS juga telah memulihkan akses Ukraina ke gambar satelit komersial yang tidak dirahasiakan yang disediakan oleh Maxar Technologies melalui program yang dijalankan Washington, kata juru bicara Maxar Tomi Maxted kepada The Associated Press.

    Gambar-gambar tersebut membantu Ukraina merencanakan serangan, menilai keberhasilannya, dan memantau pergerakan Rusia.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • Putin Mempelajari dengan Saksama Perjanjian Gencatan Senjata Washington & Kyiv, AS akan Kontak Rusia – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.114: Putin Bangga, Ukraina Mundur setelah Digempur Rusia di Kursk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.114 pada Kamis (13/3/2025).

    Pada tengah malam, suara ledakan dapat terdengar di Kyiv dan disusul dengan suara ledakan yang kedua pada pukul 01.16 waktu setempat.

    Setengah jam kemudian, Rusia menyerang Kherson secara besar-besaran.

    Sementara itu, ledakan terdengar di wilayah Zaporizhia pada pukul 04.00 pagi waktu setempat.

    Angkatan Udara Ukraina memperingatkan tentang ancaman pesawat tak berawak terhadap Zaporizhia.

    Pada waktu yang beriringan, peringatan serangan udara telah dicabut di Kyiv, seperti diberitakan Suspilne.

    Putin Kunjungi Kursk

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi wilayah perbatasannya di Kursk untuk pertama kalinya sejak Ukraina menginvasi sebagian wilayah Rusia dalam serangan mendadak pada Agustus 2024.

    Putin berharap pasukannya hampir berhasil membebaskan sepenuhnya wilayah Kursk setelah mengklaim telah merebut kembali 24 permukiman dalam lima hari terakhir.

    “Saya berharap semua tugas tempur yang dihadapi unit kami akan terpenuhi, dan wilayah wilayah Kursk akan segera dibebaskan sepenuhnya dari musuh,” kata Putin di televisi pemerintah, Rabu (12/3/2025).

    Putin juga mengatakan Rusia memperlakukan semua tawanan perang dengan baik.

    Putin Memuji Pasukan Rusia dalam Operasi Pipa di Kursk

    Dalam kunjungannya di Kursk, Putin memuji pasukan Rusia yang meliputi personel dari Brigade Serangan Lintas Udara ke-11, Resimen Senapan Bermotor ke-30, dan detasemen pasukan khusus Akhmat yang berpartisipasi dalam operasi khusus di Kursk.

    Ia diberitahu oleh Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, bahwa pasukan Rusia berhasil melakukan operasi khusus melalui saluran pipa dalam serangan yang mengejutkan pasukan Ukraina di Kursk.

    “Tim penyerang dari formasi gabungan ini, yang berjumlah lebih dari 600 orang, menggunakan pipa transmisi gas untuk menempuh jarak sekitar 15 kilometer dan menyusup ke formasi tempur angkatan bersenjata Ukraina,” lapor Gerasimov kepada Putin.

    “Tindakan ini mengejutkan musuh dan menyebabkan runtuhnya pertahanan mereka serta perkembangan serangan kami di wilayah Kursk,” imbuh Gerasimov.

    Ukraina Tarik Pasukannya dari Kursk setelah Digempur Rusia

    Beberapa menit setelah pernyataan Putin disiarkan, panglima tertinggi angkatan darat Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrski, mengisyaratkan pasukannya ditarik mundur untuk meminimalkan kerugian.

    “Dalam situasi yang paling sulit, prioritas saya adalah menyelamatkan nyawa tentara Ukraina. Untuk tujuan ini, unit-unit pasukan pertahanan, jika perlu, akan bermanuver ke posisi yang lebih menguntungkan,” tulis Syrski, Rabu.

    Syrski: Rusia Menyerang dengan Pasukan Udara dan Unit Khusus

    Jenderal Oleksandr Syrski mengatakan militer Rusia menderita kerugian personel dan peralatan yang besar saat mencoba meraih keuntungan politik dengan berupaya mengusir pasukan Ukraina dari pemukiman Sudzha di Kursk. 

    Namun, sumber terbuka Deep State yang berbasis di Ukraina menunjukkan bahwa Ukraina tidak lagi memegang kendali penuh atas pemukiman tersebut.

    Meski mengatakan musuh menderita kerugian, Syrski mengakui Rusia telah mengerahkan pasukan terbaiknya untuk memukul mundur pasukan Ukraina.

    “Musuh menggunakan unit penyerangan pasukan udara dan pasukan operasi khusus untuk menerobos pertahanan kami, mengusir pasukan kami keluar dari wilayah Kursk dan memindahkan pertempuran ke wilayah Sumy dan Kharkiv,” kata Syrskyi, seperti diberitakan The Guardian.

    Zelensky: Kami Berupaya Melindungi Tentara Ukraina

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina melakukan upaya semaksimal mungkin untuk melindungi tentaranya di garis depan medan perang.

    “Rusia jelas berusaha memberikan tekanan maksimal pada pasukan kami, dan komando militer kami melakukan apa yang harus dilakukan,” kata Presiden Ukraina dalam konferensi pers di Kyiv, Rabu.

    “Kami menjaga keselamatan prajurit kami semaksimal mungkin,” lanjutnya.

    Trump Ancam Rusia secara Finansial jika Tak Setujui Usulan Gencatan Senjata 30 Hari

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan ia dapat menargetkan Rusia secara finansial atau memberikan sanksi lagi.

    Hal ini terjadi setelah Zelensky mendesaknya untuk mengambil langkah-langkah kuat jika Rusia gagal mendukung gencatan senjata 30 hari yang disepakati antara delegasi Ukraina dan AS yang bertemu di Arab Saudi pada 11 Maret lalu.

    Sebelumnya Zelensky mengatakan ia mengharapkan tindakan tegas dari Washington jika Rusia menolak usulan gencatan senjata.

    “Saya memahami bahwa kita dapat mengandalkan langkah tegas. Saya belum tahu rinciannya tetapi kita berbicara tentang sanksi (terhadap Rusia) dan memperkuat Ukraina,” kata Zelensky.

    AS, Ukraina, dan Eropa Menunggu Respons Rusia

    Pemerintah AS, Kyiv, dan Eropa sedang menunggu tanggapan Moskow terhadap usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina.

    Utusan AS yang dikirim ke Moskow diharapkan untuk mengadakan pembicaraan dengan Putin pada akhir minggu ini.

    Kremlin belum secara terbuka mengatakan apakah mereka mendukung gencatan senjata segera atau tidak.

    Menlu AS Ingin Rusia Setujui Rencana AS Tanpa Syarat Apa Pun

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan pemerintahan Trump menginginkan persetujuan Rusia tanpa syarat apa pun atas usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina.

    “Itulah yang ingin kami ketahui – apakah mereka siap melakukannya tanpa syarat,” kata Rubio di pesawat menuju pertemuan G7 di Kanada.

    “Jika jawabannya ya, maka kami tahu kami telah membuat kemajuan nyata, dan ada peluang nyata untuk mencapai perdamaian. Jika jawaban mereka tidak, itu akan sangat disayangkan, dan itu akan memperjelas niat mereka,” imbuhnya.

    Eropa Bahas Pembentukan Pasukan Jaminan untuk Ukraina

    Ketika Rusia belum memberikan jawaban atas usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina, para pejabat tinggi militer Eropa (Inggris, Jerman, Italia, Polandia dan Prancis) berkumpul di Paris pada Rabu kemarin.

    Mereka membahas kemampuan Eropa memberikan jaminan keamanan untuk Ukraina jika gencatan senjata dengan Rusia telah disepakati.

    Menteri pertahanan Prancis, Sébastien Lecornu, mengatakan pengumuman gencatan senjata bisa datang secepatnya pada hari  (13/3/2025) dan Eropa harus siap untuk membantu menegakkannya.

    “Kami berharap untuk melihat gencatan senjata besok” katanya.

    Ia mengatakan setidaknya 15 negara bersedia berkontribusi pada pasukan hingga 30.000 personel yang akan secara permanen mengamankan bandara, pelabuhan, dan infrastruktur Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Zelensky dan Trump Baikan, Kesepakatan Gencatan Senjata Rusia Vs Ukraina Terwujud – Halaman all

    Zelensky dan Trump Baikan, Kesepakatan Gencatan Senjata Rusia Vs Ukraina Terwujud – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali ke Gedung Putih.

    Undangan tersebut dilayangkan setelah Ukraina menyetujui proposal gencatan senjata selama 30 hari dengan Rusia.

    Kesepakatan ini dicapai setelah perundingan delegasi di Arab Saudi.

    Pada Selasa (11/3/2025), Trump menyatakan harapannya agar Rusia juga menyetujui kesepakatan tersebut.

    “Bola ada di tangan Rusia,” ujar Trump kepada wartawan.

    Ia juga menambahkan, akan berbicara dengan Rusia dalam 24-48 jam ke depan untuk mendapatkan jawaban dari Presiden Vladimir Putin.

    Ketika ditanya tentang kemungkinan pertemuan dengan Zelensky, Trump menjawab, “Tentu saja, tentu saja”.

    Jawaban Trump tersebut tampaknya mengindikasikan hubungan keduanya yang sempat memburuk setelah pertemuan sebelumnya tidak menghalangi kemungkinan kolaborasi lebih lanjut.

    Pertemuan sebelumnya antara Trump dan Zelensky di Gedung Putih beberapa minggu lalu berujung pada ketegangan.

    Sebagaimana diketahui, Trump dan Zelensky terlibat dalam pertikaian sengit di Ruang Oval, BBC melaporkan.

    Pertemuan tersebut seharusnya menjadi ajang penandatanganan kesepakatan akses AS ke mineral Ukraina, tapi berakhir dengan ketidakpuasan.

    Setelah pertemuan di Jeddah, Arab Saudi, AS dan Ukraina mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan bahwa Ukraina terbuka untuk usulan gencatan senjata sementara selama 30 hari yang dapat diperpanjang.

    Detail Gencatan Senjata

    Usulan gencatan senjata ini mencakup penghentian semua serangan, termasuk penggunaan rudal, drone, dan bom, tidak hanya di Laut Hitam tetapi juga di sepanjang garis depan.

    “Kami berharap gencatan senjata akan segera berlaku jika Rusia setuju,” kata Zelensky, dikutip dari Al Jazeera.

    Dengan adanya kemajuan ini, pejabat AS menyatakan bahwa mereka segera mencabut penangguhan pembagian informasi intelijen dan melanjutkan bantuan keamanan ke Ukraina.

    Seorang pejabat Ukraina mengonfirmasi bahwa bantuan keamanan AS telah dilanjutkan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • AS Mulai Dijauhi Sekutunya Uni Eropa Gara-gara Donald Trump – Halaman all

    AS Mulai Dijauhi Sekutunya Uni Eropa Gara-gara Donald Trump – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, AS – Amerika Serikat (AS) mulai dijauhi oleh sekutu-sekutunya di Eropa setelah tidak diundang ke puncak pertemuan soal keamanan yang dihadiri lebih dari 30 negara di Prancis pada hari Selasa (11/3/2025).

    Begitu  kata seorang pejabat Prancis yang tidak disebutkan namanya kepada Associated Press .

    Sikap Uni Eropa itu terjadi sejak Donald Trump menjadi Presiden AS.

    Mengapa Hal Ini Penting

    KTT keamanan di Eropa muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai keterasingan negara-negara Eropa oleh Presiden Donald Trump.

    Hal ini terjadi  karena meningkatnya ketegangan AS dengan Ukraina terkait negosiasi perdamaian dengan Rusia.

    Tidak adanya undangan AS dapat menunjukkan bahwa Eropa dan sekutu Ukraina lainnya tidak lagi yakin bahwa Washington dapat secara efektif menengahi negosiasi dan mencapai perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

    Apa yang Perlu Diketahui

    Pejabat militer dari hampir seluruh 32 negara anggota NATO  bertemu di Prancis untuk membahas pembentukan pasukan keamanan internasional untuk Ukraina pada  11 Maret.

    Hanya AS yang tidak diundang dalam pertemuan itu.

    Pasukan keamanan internasional untuk Ukraina yang digagas Uni Eropa akan dibentuk untuk mencegah Rusia melancarkan serangan lagi setelah gencatan senjata tercapai. 

    Ide pembentukan pasukan ini datang dari Prancis dan Inggris, yang telah mempelopori penyediaan bantuan militer dan keuangan untuk Ukraina sejak ketegangan dengan AS memburuk.

    Pejabat Prancis yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan Prancis dan Inggris bekerja sama menyusun rencana untuk pasukan yang dimaksudkan sebagai koalisi negara-negara yang “mampu dan bersedia” menjadi bagian dari upaya untuk menjaga Ukraina.

    Pasukan tersebut dapat mencakup persenjataan berat dan persediaan senjata yang dapat segera dikirim dalam hitungan jam atau hari untuk membantu pertahanan Ukraina jika terjadi serangan Rusia yang melanggar perjanjian gencatan senjata apa pun.

    Pejabat Prancis itu juga mengatakan bahwa pembicaraan di Paris akan terdiri dari dua bagian.

    Yakni bagian pertama adalah pemaparan cetak biru koalisi Prancis dan Inggris.

    Dan bagian kedua difokuskan pada diskusi “yang lebih tepat dan konkret” di mana negara-negara akan diundang untuk menyatakan apakah dan bagaimana militer mereka dapat berkontribusi.

    Pejabat Prancis yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa AS tidak diundang karena “negara-negara Eropa ingin menunjukkan bahwa mereka dapat bertanggung jawab atas sebagian besar kerangka keamanan pasca-gencatan senjata untuk Ukraina.”

    Negara yang perwakilannya hadir termasuk Irlandia, Siprus, Austria, Selandia Baru, Australia, Jepang, Korea Selatan, Ukraina, dan banyak lagi.

    Di balik pertemuan itu

    KTT itu diadakan setelah ketegangan antara AS dan Ukraina meningkat karena perundingan damai Washington dengan Rusia, dan pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang tidak stabil dengan Trump di Gedung Putih.

    AS dan Rusia mengadakan perundingan damai tanpa Ukraina di Arab Saudi pada tanggal 18 Februari.

    Uni  Eropa menuduh Washington mengesampingkan Ukraina dan menuduhnya telah memberikan konsesi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum perundingan dimulai.

    Ketegangan antara Washington dan Kyiv memburuk ketika Trump dan Zelensky mulai beradu mulut.

    Saat presiden Amerika tersebut meminta Ukraina untuk menyelenggarakan pemilu dan menyebut Zelensky sebagai ” diktator tanpa pemilu .”

    Zelensky dan Trump kemudian bertemu di Ruang Oval pada tanggal 28 Februari untuk membahas kemungkinan gencatan senjata dan jaminan keamanan bagi Ukraina. Para pemimpin, bersama Wakil Presiden JD Vance , terlibat dalam perdebatan sengit di mana Trump menyebut Zelensky “tidak sopan” dan presiden Ukraina diminta untuk pergi dan hanya kembali ketika ia “siap untuk perdamaian.”

    Sekutu Eropa mengkritik perilaku Trump selama pertemuan dengan Zelensky dan menegaskan kembali dukungan mereka untuk Ukraina di media sosial.

    Setelah pertemuan itu, Trump menghentikan penyediaan semua bantuan militer dan pembagian informasi intelijen yang dihasilkan AS dengan Ukraina.

    Sumber: Newsweek

     

     

     

  • AS Lanjutkan Bantuan Militer ke Ukraina Usai Perundingan di Arab saudi

    AS Lanjutkan Bantuan Militer ke Ukraina Usai Perundingan di Arab saudi

    Riyadh

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) memulihkan sepenuhnya aktivitas berbagi informasi intelijen dengan Ukraina usai perundingan yang digelar di Arab Saudi. Washington pun melanjutkan kembali pengiriman bantuan militer ke Kyiv, usai menghentikannya untuk sementara demi mendorong perundingan damai.

    Informasi terbaru itu, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (12/3/2025), diungkapkan oleh seorang pejabat senior pemerintahan Ukraina, yang enggan disebut namanya, saat berbicara kepada Reuters, dan seorang pejabat kepresidenan yang juga tidak disebut namanya.

    Langkah AS melanjutkan pengiriman bantuan militer dan memulihkan aktivitas berbagi informasi intelijen ini dilakukan setelah Presiden Volodymyr Zelensky mendukung usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina. Zelensky meminta AS membujuk Rusia untuk menerima usulan itu.

    Usulan AS itu dibahas dalam pertemuan yang digelar di Saudi pada Selasa (11/3) waktu setempat, yang dilaporkan berlangsung selama delapan jam.

    Penasihat keamanan nasional AS, Mike Waltz, yang menghadiri pertemuan di Saudi tersebut, seperti dilansir Associated Press, mengatakan bahwa negosiator “membahas perincian substantif tentang bagaimana perang ini akan berakhir secara permanen”, termasuk jaminan keamanan jangka panjang.

    Waltz kemudian mengatakan bahwa Presiden Donald Trump setuju untuk segera mencabut penangguhan dalam penyediaan bantuan militer AS senilai miliaran dolar Amerika dan dalam aktivitas berbagi informasi intelijen.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Pernyataan bersama AS-Ukraina yang dirilis usai pertemuan yang berlangsung selama delapan jam di Saudi menyatakan kesepakatan bahwa sudah waktunya untuk memulai proses menuju perdamaian abadi.

    “Delegasi Ukraina menegaskan kembali rasa terima kasih yang besar dari rakyat Ukraina kepada Presiden Trump, Kongres AS, dan rakyat Amerika Serikat karena telah memungkinkan kemajuan yang bermakna menuju perdamaian,” demikian pernyataan bersama AS-Ukraina.

    Untuk bagiannya, Ukraina menyatakan kesiapan dalam menerima usulan AS untuk memberlakukan gencatan senjata sementara selama 30 hari, “yang dapat diperpanjang dengan kesepakatan bersama para pihak terkait, dan yang bergantung pada penerimaan dan implementasi secara bersamaan oleh Federasi Rusia”.

    Disebutkan dalam pernyataan itu bahwa Washington akan mengkomunikasikan kepada Moskow soal timbal balik Rusia adalah kunci untuk mencapai perdamaian.

    AS menyatakan komitmen untuk membahas usulan perdamaian abadi yang memberikan keamanan jangka panjang bagi Ukraina dengan perwakilan dari Rusia, dan delegasi Ukraina menegaskan kembali bahwa mitra-mitra Eropa harus dilibatkan dalam proses perdamaian.

    “Terakhir, presiden kedua negara sepakat untuk menyimpulkan perjanjian komprehensif sesegera mungkin untuk mengembangkan sumber daya mineral penting Ukraina guna memperluas perekonomian Ukraina dan menjamin kemakmuran dan keamanan jangka panjang Ukraina,” sebut pernyataan bersama AS-Ukraina itu.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ukraina Setujui Gencatan Senjata, Bantuan Militer Kembali Mengalir, Bagaimana Rusia? – Halaman all

    Ukraina Setujui Gencatan Senjata, Bantuan Militer Kembali Mengalir, Bagaimana Rusia? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina akhirnya menerima proposal kesepakatan gencatan senjata selama 30 hari dari Amerika Serikat (AS).

    Proposal tersebut diutarakan saat para delegasi AS dan Ukraina bertemu di Arab Saudi pada Selasa (11/3/2025) malam waktu setempat.

    Dengan disetujuinya proposal gencatan senjata tersebut, AS akan melanjutkan bantuan militernya kepada Ukraina.

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan saat ini semua keputusan di tangan Rusia, apakah menerima proposal tersebut atau tidak.

    “Harapan kami adalah Rusia akan menjawab ‘ya’ secepat mungkin, sehingga kami dapat memasuki fase kedua ini, yaitu negosiasi sesungguhnya,” kata Rubio, dikutip dari Reuters.

    Rubio mengatakan Washington menginginkan kesepakatan penuh dengan Rusia dan Ukraina “sesegera mungkin”.

    “Setiap hari yang berlalu, perang ini terus berlanjut, orang-orang tewas, orang-orang dibom, orang-orang terluka di kedua sisi konflik ini,” katanya.

    Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan selama gencatan senjata berlangsung, pihaknya menginginkan tiga poin utama.

    Pertama, kata Zelensky, selama gencatan senjata tidak ada rudal, bom atau pesawat nirawak jarak jauh yang memasuki wilayah Ukraina.

    Kemudian yang kedua, Zelensky juga mengatakan tidak akan ada serangan dari laut selama gencatan senjata terjadi.

    “Diam di udara – artinya tidak ada rudal, bom, atau pesawat nirawak jarak jauh – dan diam di laut,” kata Zelensky melalui saluran Telegramnya.

    Zelensky juga mengatakan dirinya juga ingin adanya pembebasan tahanan selama masa gencatan senjata berlangsung.

    “Langkah-langkah nyata untuk membangun kepercayaan dalam seluruh situasi ini, di mana diplomasi sedang berlangsung, yang berarti, terutama, pembebasan tahanan,” tegas Zelensky.

    Zelensky pun berharap agar AS dapat segera membujuk Rusia supaya dapat menerima proposal gencatan senjata tersebut.

    Ia pun menegaskan Ukraina selalu siap untuk menciptakan perdamaian di kawasan tersebut.

    “Amerika Serikat perlu meyakinkan Rusia untuk melakukannya.”

    “Ukraina siap untuk perdamaian. Rusia juga harus menunjukkan apakah mereka siap untuk mengakhiri perang – atau melanjutkannya,” ungkap Zelensky.

    “Saya berterima kasih kepada semua orang yang membantu Ukraina,” pungkasnya.

    Bisakah AS Membujuk Rusia?

    Penasihat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump, Mike Waltz, akan bertemu dengan mitranya dari Rusia dalam beberapa hari mendatang.

    Sementara itu, utusan khusus Trump, Steve Witkoff, juga berencana akan mengunjungi Moskow dalam minggu ini untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

    Pada hari Selasa, Trump mengatakan ia berharap gencatan senjata segera terjadi dan berpikir ia akan berbicara dengan Putin minggu ini.

    “Saya harap itu akan terjadi dalam beberapa hari ke depan,” katanya, dikutip dari CNN.

    Kesepakatan AS-Ukraina merupakan perubahan haluan tajam dari pertemuan sengit di Gedung Putih pada tanggal 28 Februari 2025 lalu antara Trump dan Zelensky.

    Dalam pernyataan bersama hari Selasa, kedua negara mengatakan mereka sepakat untuk segera menuntaskan perjanjian komprehensif untuk mengembangkan sumber daya mineral penting Ukraina, yang telah direncanakan namun terhenti akibat pertemuan itu.

    Setelah pertemuan itu, AS menghentikan pembagian informasi intelijen dan pengiriman senjata ke Ukraina, yang menggarisbawahi kesediaan Trump untuk menekan sekutu AS saat ia beralih ke pendekatan yang lebih damai terhadap Moskow.

    Trump mengatakan pada hari Selasa, ia akan mengundang Zelensky kembali ke Gedung Putih.

    Pejabat Ukraina mengatakan pada Selasa malam, bantuan militer AS dan pembagian intelijen telah dilanjutkan.

    (*)