Tag: Volodymyr Zelensky

  • Putin Lontarkan Pujian untuk Elon Musk, Ada Apa?

    Putin Lontarkan Pujian untuk Elon Musk, Ada Apa?

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan pujian untuk miliarder ternama Amerika Serikat (AS) Elon Musk. Putin menyebut sosok Musk sebagai seorang pionir yang sebanding dengan insinyur roket legendaris Uni Soviet, Sergei Korolev.

    Pujian Putin untuk Musk, yang kini menjadi sekutu dekat dan penasihat penting Presiden Donald Trump ini, disampaikan ketika dia berbicara di hadapan para mahasiswa dalam kunjungan ke Universitas Bauman, sebuah perguruan tinggi di Moskow yang mengkhususkan diri dalam sains dan teknik.

    Komentar Putin ini, seperti dilansir AFP, Kamis (17/4/2025), muncul saat Rusia dan AS berusaha menjalin hubungan yang lebih erat di bawah pemerintahan Trump, di mana Musk menjadi tokoh kunci.

    “Anda tahu, ada seorang pria — dia tinggal di Amerika Serikat — Musk yang, bisa dibilang, sangat mengagumi Mars,” kata Putin kepada para mahasiswa di universitas tersebut dalam kunjungan pada Rabu (16/4) waktu setempat.

    “Mereka merupakan tipe-tipe orang yang jarang muncul dalam populasi manusia, yang bersemangat dengan gagasan tertentu,” sebutnya.

    “Jika hal itu tampak mustahil bahkan saat ini, gagasan-gagasan seperti itu sering kali membuahkan hasil setelah beberapa saat. Sama seperti gagasan Korolev, pionir kita, muncul pada waktunya,” ucap Putin dalam pernyataannya.

    Korolev merupakan bapak program luar angkasa Uni Soviet, yang mengembangkan satelit pertama Sputnik serta Vostok 1, yang membawa kosmonaut pertama, Yuri Gagarin, ke orbit luar angkasa pada tahun 1961 silam.

    Musk, yang merupakan orang terkaya di dunia dan penasihat Trump yang kini paling berpengaruh, merupakan bos SpaceX, sebuah perusahaan AS yang meluncurkan roket untuk Badan Antariksa AS (NASA) dan memiliki jaringan internet Starlink.

    Selama ini, Musk sering mengkritik Ukraina, yang berperang melawan Rusia selama tiga tahun terakhir.

    Bulan lalu, Musk menuduh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menginginkan “perang abadi”, dan pada Februari lalu, dia mengatakan Kyiv telah bertindak “terlalu jauh” dalam konflik tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pemuda Ukraina Diming-imingi Rp403 Juta agar Jadi Tentara, Tak Sampai 500 yang Mendaftar – Halaman all

    Pemuda Ukraina Diming-imingi Rp403 Juta agar Jadi Tentara, Tak Sampai 500 yang Mendaftar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky disebut akan melakukan segalanya demi bisa merekrut lebih banyak pasukan guna melawan Rusia.

    Mantan Perdana Menteri Ukraina Mykola Azarov mengatakan baru-baru ini Ukraina menginisiasi program untuk merekrut para pemuda sebagai sukarelawan tentara.

    Para calon tentara itu diiming-imingi uang sebesar 1 juta hyrvnia atau sekitar Rp403 juta dengan syarat mengikuti dinas militer selama satu tahun.

    Menurut Azarov, karena banyaknya tentara yang tewas, hanya ada kurang dari 500 orang yang menerima tawaran itu. Padahal, jumlah uang itu termasuk sangat besar untuk standar Ukraina.

    Kyiv Independent pada bulan Februari lalu melaporkan pemerintah Ukraina memang menawari para pemuda Ukraina untuk bergabung dengan militer.

    Mereka ditawari gaji besar, pendidikan gratis, dan pinjaman jangka panjang tanpa bunga untuk membeli rumah.

    “Seseorang akan bisa mendapatkan uang satu juta hryvnia dalam setahun. Selain itu, para pemuda yang berdinas selama setahun saat perang akan bisa memilih lembaga pendidikan tinggi dan belajar gratis tanpa ujian, negara akan membayar semua biayanya,” kata Zelensky menurut Ukrinform.

    Sebelumnya, dalam wawancara dengan Reuters, Zelensky mengatakan militernya berencana memulai apa yang disebut sebagai “kontrak khusus”.

    Muncul pula laporan bahwa para legislator AS dan NATO mendesak Ukraina untuk menurunkan usia wajib militer dari 25 tahun menjadi 18 tahun.

    Ukraina sudah lama menentang permintaan dari AS untuk menurunkan usia wajib militer.

    Sementara itu, kepada Russia Today, Azarov mengatakan saat ini upaya rezim Zelensky untuk mati-matian merekrut tentara sudah terlihat jelas dalam pesan-pesannya.

    Panglima Tertinggi Ukraina Alexsandr Syrsky telah mengungkapkan rencana rekrutmen 30.000 tentara per bulan. Lalu, Wakil Kepala Administrasi Kepresidenan Kolonel Pavel Palise telah meminta adanya wajib militer untuk perempuan.

    TENTARA UKRAINA – Potret tentara Ukraina yang diunggah Presiden Volodymyr Zelensky di akun Instagram resminya, 27 Februari 2025. (Angkatan Darat Ukraina/Instagram Volodymyr Zelensky)

    Menurut Azarov, Zelensk bahkan akan memberlakukan wajib militer bagi pemuda berusia 18 tahun jika tidak ada kecaman dari warganya.

    Saat ini Ukraina mengandalkan wajib militer untuk meningkatkan jumlah tentaranya saat perang. Tahun kemarin Ukraina menurunkan usia wajib militer dari 27 tahun menjadi 25 tahun.

    “Zelensky akan melakukan segalanya. Satu-satunya yang menahannya adalah ketidakpuasan masyarakat,” kata Azarov yang menjabat sebagai PM Ukraina dari tahun 2010 hingga 2014 itu.

    “Orang-orang sudah marah karena cara mobilisasi dilakukan, ketika para pria berusia 20 hingga 60 tahun bisa dibawa dari jalanan, dipukuli, dan dikirim ke garis depan.

    Dia juga menyinggung video yang beredar di media sosial yang memperlihatkan lebih dari seratus kasus wajib militer paksa.

    Menurut Azarov, andaipun laki-laki yang lebih muda diwajibkan bergabung dengan militer, hal itu hanya akan berdampak kecil terhadap efektivitas tempur pasukan Ukraina.

    “Bayangkan seorang berumur 18 tahun dimobilisasi dan dikirim ke garis depan setelah menjalani hanya tiga atau empat hari latihan,” katanya.

    “Apa gunanya? Apa keterampilan yang mereka punya? Bahkan, bisakah dia membela dirinya?” tanya dia.

  • Trump Salahkan Zelensky Lagi Usai Ukraina Diserang Rusia Besar-besaran

    Trump Salahkan Zelensky Lagi Usai Ukraina Diserang Rusia Besar-besaran

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyalahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkaitan dengan serangan besar-besaran Rusia ke Ukraina. Trump mengatakan pemimpin Ukraina berbagi kesalahan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin atas jatuhnya jutaan korban jiwa dalam konflik tersebut.

    “Anda tidak memulai perang melawan seseorang yang 20 kali lebih besar dari Anda dan kemudian berharap orang-orang memberi Anda beberapa rudal,” katanya di Gedung Putih pada hari Senin (14/4/2025) lalu, dilansir BBC.

    Komentar Trump itu menyusul serangan Rusia di Sumy pada hari Minggu lalu, yang dianggap menjadi serangan paling mematikan terhadap warga sipil tahun ini. Moskow juga menyerang pinggiran kota pada Senin malam.

    Sekjen NATO Mark Rutte diketahui pergi ke Ukraina pada hari Selasa untuk menunjukkan solidaritas dengan Kyiv setelah serangan rudal tersebut. Bergabung dengan Zelensky di Odesa, Rutte mengutuk pola mengerikan serangan terhadap warga sipil dan menganggap Rusia adalah agresor yang memulai perang.

    Trump pada hari Senin pertama kali menggambarkan serangan Sumy sebagai “mengerikan” tetapi mengatakan dia telah memberi tahu Rusia bahwa “melakukan kesalahan”. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Sementara itu, media Ukraina melaporkan bahwa telah ada upacara pemberian medali untuk veteran militer di kota itu pada hari serangan. Zelensky memecat kepala daerah Sumy pada hari Selasa, karena diduga menjadi tuan rumah acara tersebut, media lokal melaporkan.

    Trump pada hari Senin juga menyalahkan pendahulunya Joe Biden atas korban perang, yang diperkirakan mencapai ratusan ribu, bukan jutaan seperti yang dirinya klaim.

    “Sebut saja Putin nomor satu, sebut saja Biden yang tidak tahu apa yang sedang dilakukannya, nomor dua, dan Zelensky.”

    Diketahui Pemerintahan Trump telah berupaya menjadi penengah gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina dan telah mengadakan negosiasi dengan Moskow, yang telah menyingkirkan Kyiv.

    (fca/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Rekrut Pengangguran China Jadi Tentara Rusia Lewat TikTok

    Putin Rekrut Pengangguran China Jadi Tentara Rusia Lewat TikTok

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintahan Vladimir Putin secara aktif merekrut pria China untuk menjadi tentara Rusia dalam perang melawan Ukraina. Presiden Volodymyr Zelensky mengklaim setidaknya ada 150 warga negara China yang melayani pasukan bersenjata Rusia.

    Hal ini sudah dibantah oleh Beijing. Namun, 2 tentara Rusia asal China yang ditangkap oleh Ukraina menceritakan pengalaman pribadi mereka hingga akhirnya bergabung menjadi pasukan Putin.

    Mereka menyebut pemerintah China tak tahu apa-apa tentang keterlibatan mereka di perang Rusia. Pasalnya, kontrak mereka ditangani oleh middleman.

    Kedua tentara tersebut berhasil ditangkap oleh pasukan Ukraina pada 8 April 2025 dan kini menjadi tawanan perang (POW). Dalam konferensi pers yang digelar Lembaga Keamanan Ukraina (SBU), 2 tentara mengatakan kepada media tentang perjalanan mereka hingga sampai ke Rusia.

    Mereka juga mengaku mendapat perlakuan buruk di bawah militer Rusia, dikutip dari KyivPost, Selasa (15/4/2025).

    Wang Guangjun mengaku mendapat tawaran untuk bergabung ke militer Rusia melalui iklan TikTok. Ia tergiur karena iming-iming bayaran yang besar.

    Wang kehilangan pekerjaan di China saat pandemi Covid-19. Mulanya, ia tertarik untuk bergabung menjadi tentara Rusia sebaga tim medis.

    Sebagai warga China, Wang mengatakan di negaranya pekerjaan militer sangat dijunjung tinggi. Pemikiran itu ia kira akan sama dengan Rusia. Ia berharap hidupnya akan lebih baik jika bergabung dengan tentara Rusia.

    Terlebih, Rusia memiliki sentimen positif di China. Hal ini dijadikan ‘senjata’ bagi Rusia untuk merekrut pasukan dari China.

    “Menurut saya ini jebakan,” ujar Wang, dikutip dari TVP World.

    Selain TikTok, platform media sosial lain di China ramai dibanjiri iklan Rusia untuk bergabung dalam perang. Dalam satu postingan di Weibo yang mendapat ratusan ribu views, diperlihatkan orang-orang yang meninggalkan pekerjaan mereka untuk bergabung dalam perang Rusia.

    “Anda adalah pria. Jadilah pria sejati,” kata iklan tersebut.

    Video dalam bahasa Rusia yang memiliki subtitle bahasa China itu menjanjikan bonus besar sebagai tentara Rusia, yakni mencapai US$21.000 (Rp353 jutaan). Selain itu, gaji bulanannya disebut mencapai US$2.400 (Rp40 jutaan). Angka itu jauh di atas gaji rata-rata di banyak kota di China.

    Camp Rusia yang Mengerikan

    Wang bercerita ia berangkat ke zona perang melalui Kazan, lalu Rostov-on-Don, sebelum sampai ke Donetsk, Ukraina. Wang ditangkap 3 hari setelah pertama kali dipekerjakan untuk membantu militer Rusia dalam menginvasi Ukraina.

    Saat ditanya apakah Wang sempat ingin kabur, ia mengatakan hal tersebut tak mungkin. Pasalnya, setelah mengikuti pelatihan di camp, para calon prajurit diawasi ketat.

    “Setiap mau ke kamar mandi, bahkan saat tengah malam, ada tentara yang mengikuti dengan senjata berpeluru,” kata Wang.

    “Selama pelatihan, komandan akan selalu mengawasi kami jadi tidak bisa kabur. Selain itu, pasukan Rusia ada di mana-mana. Jadi memang tidak bisa lari ke mana-mana,” ia menambahkan.

    Ia bercerita ketika berada di Rostov, ada satu insiden ketika calon prajurit asing bunuh diri di tengah malam. Tak jelas alasan di baliknya.

    Wang mengatakan kondisi camp militer Rusia di Rostov sangat tidak manusiawi. Tak ada air atau listrik, hanya ada seporsi makanan setiap hari atau 2 hari sekali.

    Bahkan, pernah para prajurit berlatih hingga jam 4-5 subuh, lalu mereka hanya diberikan sejumput nasi mentah sebagai makanan.

    Zhang Renbo yang merupakan POW kedua mengatakan ia ke Rusia sebagai turis dengan rencana untuk bergabung ke militer. Namun, ia menyesali keputusannya meninggalkan China untuk bergabung dalam perang.

    “Orang tua saya mungkin melihat saya di televisi. Mereka tak tahu saya bergabung di perang Rusia. Saya ingin mengatakan bahwa saya masih hidup. Meski mereka pasti sangat marah, namun setidaknya saya beruntung masih hidup,” kata Zhang.

    Ia mengatakan realita perang yang selama ini ia ketahui hanya berasal dari serial televisi atau film. Namun, ketika mengalaminya langsung, ia sadar setiap detik berjalan sangat lama.

    Ia berharap bisa segera pulang ke rumah dan akan berkooperasi dengan otoritas Ukraina.

    Propaganda Rusia

    Wang mengkritisi propaganda Moskow terhadap populasi China. Ia menegaskan akan melarang warga China untuk bergabung dalam perang jika mereka punya niat serupa dirinya dulu.

    “Untuk sesama warga China yang berharap untuk bergabung dalam perang melawan Ukraina, saya berpesan jangan sampai ikut dalam perang,” kata Wang.

    “Semua yang Rusia katakan kepada kita adalah kebohongan. Semuanya palsu. Rusia tak sekuat yang mereka klaim. Saya berharap kalian tidak bergabung dalam perang apapun, terutama perang ini yang tak relevan dengan kita,” ia menambahkan.

    Wang juga mengatakan pasukan Rusia tak pernah mengajarkan para prajurit asing bagaimana cara menyerah ketika ditangkap. Ia mengatakan pasukan Rusia menakut-nakuti dengan menyebut jika mereka ditangkap, maka mereka akan mati.

    “Rusia mengatakan kepada semua prajurit asing bahwa Ukraina akan memperlakukan kami dengan sangat buruk jika kami ditangkap. Foto kami akan dikirim ke teman dan keluarga di rumah,” Wang menuturkan.

    (fab/fab)

  • Zelensky Tuduh Wapres AS Dukung Putin, JD Vance: Tak Masuk Akal, Saya Mengutuk Rusia sejak 2022 – Halaman all

    Zelensky Tuduh Wapres AS Dukung Putin, JD Vance: Tak Masuk Akal, Saya Mengutuk Rusia sejak 2022 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), JD Vance, mengkritik pernyataan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, yang mengatakan ia membenarkan tindakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam invasinya ke Ukraina.

    JD Vance membantah tuduhan Zelensky dengan mengatakan ia telah mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sejak tahun 2022.

    Sejak itu, ia berusaha memahami tujuan dari kedua belah pihak dan berupaya menemukan solusi dalam menghentikan perang.

    Hal itu, menurut JD Vance, tidak berarti ia mendukung Rusia.

    “Itu tidak berarti Anda secara moral mendukung tujuan Rusia, atau bahwa Anda mendukung invasi skala penuh,” kata JD Vance dalam sebuah wawancara dengan media Inggris, UnHerd, pada hari Selasa (15/4/2025).

    Ia meminta Zelensky untuk memahami apa yang menjadi garis merah bagi Rusia.

    “…tetapi Anda harus mencoba memahami apa saja garis merah strategis mereka, sama seperti Anda harus mencoba memahami apa yang Ukraina coba dapatkan dari konflik ini,” lanjutnya.

    Menurutnya, sangat tidak masuk akal Ukraina menuduhnya memihak kepada Rusia ketika pemerintah AS berupaya untuk menengahi kedua negara.

    “Saya pikir agak tidak masuk akal bagi Zelensky untuk memberi tahu pemerintah (Amerika), yang saat ini menjaga seluruh pemerintahan dan upaya perangnya tetap bersatu, bahwa kita entah bagaimana berada di pihak Rusia,” ujarnya, seperti diberitakan Kyiv Independent.

    Zelensky Tuduh Wapres AS Berpihak kepada Rusia

    Dalam sebuah wawancara dengan CBS pada Minggu (13/4/2025), Zelensky mengatakan penyesalannya terkait narasi Rusia dominan di Amerika Serikat.

    Ia menuduh beberapa pihak masih percaya, Rusia bukanlah agresor dan tidak memulai perang. 

    “Wakil presiden (AS) entah bagaimana membenarkan tindakan Putin,” kata Zelensky kepada CBS.

    Menurutnya, AS tidak bisa mengambil posisi netral dalam pembicaraan negosiasi antara Rusia dan Ukraina.

    “Saya mencoba menjelaskan, ‘Anda tidak dapat mencari sesuatu di tengah-tengah. Ada agresor dan ada korban. Rusia adalah agresor, dan kami adalah korban’,” kata Zelensky.

    Dalam wawancara tersebut, Zelensky menyoroti perubahan sikap pemerintah AS terhadap Ukraina setelah Donald Trump kembali berkuasa pada Januari lalu.

    Zelensky dan JD Vance sebelumnya terlibat perdebatan pada 28 Februari lalu, di Gedung Putih.

    Perdebatan itu membuat hubungan Zelensky dengan Presiden AS Donald Trump sempat renggang.

    Setelah pertengkaran itu, JD Vance mengatakan ia menolak untuk mengunjungi Ukraina karena dia yakin pemerintah Ukraina menyediakan “tur propaganda”.

    Pada bulan Maret, Zelensky kembali mengundang JD Vance untuk mengunjungi Ukraina, namun tidak mendapatkan respons.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Pengakuan Prajurit China yang Ditangkap Ukraina: Semua yang Kami Dengar dari Rusia adalah Kebohongan – Halaman all

    Pengakuan Prajurit China yang Ditangkap Ukraina: Semua yang Kami Dengar dari Rusia adalah Kebohongan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dua warga negara China yang ditangkap oleh Ukraina saat bertempur di pihak Rusia menceritakan kesulitan yang mereka alami selama peperangan.

    Mengutip Kyiv Independent, salah satu tawanan perang bernama Wang Guangjun mengatakan bahwa ia menjadi sasaran “senjata kimia” Rusia sesaat setelah ditangkap oleh tentara Ukraina.

    Hal ini ia sampaikan kepada wartawan dalam konferensi pers di Kyiv pada 14 April.

    “Saya kehilangan kekuatan dan pingsan. Kemudian saya merasa seseorang mencengkeram kerah baju saya dan menarik saya keluar ke udara segar,” kata Wang.

    Menurut Wang, setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina, ia mendapati dirinya berada di sebuah gubuk bersama seorang tentara Ukraina untuk berlindung dari gempuran Rusia.

    Ia mengatakan bahwa tentara Ukraina itu membantunya bertahan dari serangan gas.

    “Tentara Ukraina melindungi kami dan telah memperlakukan kami dengan baik selama ini,” tambahnya.

    PENGAKUAN TAWANAN PERANG – Tawanan perang Wang Guangjun berbicara selama konferensi pers 14 April 2025. Ia membongkar kedok perekrutan Rusia. (Tangkap layar YouTube ukrinform)

    Wang Guangjun dan rekannya, Zhang Renbo, yang lahir pada tahun 1991 dan 1998, merupakan warga negara China pertama yang ditangkap saat bertempur bersama tentara Rusia melawan Ukraina di wilayah Ukraina.

    Penangkapan mereka diumumkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada awal April.

    Zelensky menyatakan bahwa sedikitnya “beberapa ratus” warga negara China bertempur di pihak Rusia di Ukraina.

    Dua di antaranya berhasil ditangkap dan dihadirkan dalam konferensi pers.

    Keduanya berbicara dalam bahasa Mandarin, dengan jawaban yang diterjemahkan ke dalam bahasa Ukraina oleh penerjemah pemerintah.

    Iklan Rekrutmen Rusia

    Wang mengatakan bahwa ia menemukan iklan perekrutan tentara Rusia saat membuka media sosial.

    Setelah kehilangan pekerjaannya musim panas lalu, ia tertarik dengan tawaran tersebut, terutama karena, menurutnya, dinas militer dianggap “bergengsi” di China.

    Seorang perekrut yang dihubungi Wang memberitahunya bahwa rekrutan dapat memperoleh 200.000 hingga 250.000 rubel Rusia (sekitar $2.000–$3.000) per bulan di tentara Rusia, jumlah yang lebih tinggi dari rata-rata gaji di China.

    Perekrut itu juga menjanjikan akan menanggung biaya perjalanan ke Rusia dan membantu pengurusan dokumen yang diperlukan, menurut Wang.

    Namun, janji-janji itu tak terwujud. Ia menyebut orang Rusia mengambil kartu bank dan teleponnya, sehingga ia tidak bisa mengelola uang yang diperolehnya.

    Tawanan lainnya, Zhang, mengaku berasal dari keluarga kaya dan sebelumnya bekerja sebagai pemadam kebakaran serta penyelamat di China.

    Ia mengatakan datang ke Rusia pada Desember lalu dengan tawaran pekerjaan di bidang konstruksi, namun akhirnya direkrut menjadi tentara.

    “Saya ingin menghasilkan uang, tetapi saya tidak menyangka akan berakhir di medan perang,” ujarnya.

    PENGAKUAN TAWANAN PERANG – Tawanan perang Zhang Renbo berbicara selama konferensi pers 14 April 2025. Ia membongkar kedok perekrutan Rusia. (Tangkap layar YouTube ukrinform)

    Tak satu pun dari mereka menyebutkan daerah asalnya di China.

    Keduanya mengklaim tidak memiliki hubungan dengan pemerintah China dan menyatakan bahwa mereka menandatangani kontrak dengan tentara Rusia atas kehendak sendiri.

    Rute perjalanan mereka melewati Moskow, Rostov-on-Don, dan Donetsk yang diduduki Rusia di Ukraina timur, sebelum akhirnya sampai di medan tempur.

    Menurut Wang, ia juga sempat ditempatkan di sebuah kamp bersama orang-orang dari negara lain, seperti dari Asia Tengah, Ghana, dan Irak.

    Tentara Asing di Rusia

    Rusia dilaporkan telah merekrut tentara asing dari berbagai negara, termasuk India, Nepal, dan Suriah, untuk berperang melawan Ukraina.

    Rusia juga disebut telah mengerahkan sekitar 12.000 tentara Korea Utara yang dikirim oleh Pyongyang untuk melawan serangan Ukraina di Oblast Kursk.

    Kedua tawanan asal China itu mengatakan bahwa mereka berada di bawah komando perwira Rusia yang hanya menggunakan isyarat tangan untuk memberi perintah.

    Wang mengatakan bahwa sangat sulit untuk melarikan diri setelah bergabung, karena pengawasan di tempat pelatihan sangat ketat.

    Ia juga mengklaim tidak membunuh satu pun tentara Ukraina, karena hanya berada di garis depan selama tiga hari sebelum akhirnya ditangkap.

    Zhang mengatakan bahwa ia bahkan belum pernah melihat tentara Ukraina hingga saat ia ditangkap.

    Keduanya menyampaikan kritik terhadap Rusia dalam konferensi pers dan memperingatkan rekan-rekan senegaranya agar tidak mengikuti jejak mereka.

    “Bagi warga negara China yang ingin ikut berperang, kami ingin mengatakan: jangan lakukan itu,” kata Wang.

    “Karena semua yang kami dengar dari Rusia adalah kebohongan. Ternyata Rusia tidak sekuat itu, dan Ukraina tidak selemah itu. Itulah sebabnya lebih baik tidak ikut berperang sama sekali.”

    Keduanya menegaskan bahwa mereka ingin kembali ke China, bukan ke Rusia, dalam skema pertukaran tawanan di masa mendatang.

    “Saya sadar mungkin akan ada hukuman, dan saya siap menerimanya. Namun, saya tetap ingin pulang dan bertemu keluarga saya,” kata Zhang.

    “Perang yang sebenarnya sangat berbeda dari apa yang kita lihat di film dan di televisi,” ujar Wang.

    “Saya hanya menyesal satu hal — saya ingin meminta maaf kepada orang tua saya. Satu-satunya keinginan saya sekarang adalah pulang ke kampung halaman dan mengikuti semua instruksi agar bisa pulang.”

    Respons Pemerintah China atas Penangkapan Dua Warganya

    Pada 8 April lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim bahwa ada ratusan warga China yang bergabung dengan Rusia dalam perang melawan Ukraina.

    Namun, pemerintah China membantah klaim tersebut, menyebutnya tidak berdasar.

    Mengutip ABC News, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan pada Rabu (9 April 2025) bahwa negaranya berperan secara konstruktif dalam penyelesaian krisis Ukraina melalui jalur politik.

    Dalam konferensi pers, Lin menyampaikan bahwa pemerintah China selalu mengimbau warganya agar menjauhi zona konflik, tidak terlibat dalam bentuk apa pun dari konflik bersenjata, dan terutama tidak ikut serta dalam operasi militer pihak manapun.

    Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa warga China yang ditangkap kemungkinan besar bergabung dengan tentara Rusia atas inisiatif pribadi.

    Baik Rusia maupun Ukraina memang mengizinkan tentara asing untuk bergabung dalam angkatan bersenjata mereka.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.147: Trump Tuding Putin yang Memulai Perang – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.147: Trump Tuding Putin yang Memulai Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.147 pada Selasa (15/4/2025).

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas pecahnya perang Rusia-Ukraina.

    Trump menegaskan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan mantan Presiden AS Joe Biden juga ikut bertanggung jawab.

    Dalam perkembangan lain, Ukraina menampilkan dua pria asal Tiongkok yang ditangkap di garis depan dalam konferensi pers.

    Seperti diketahui, sebelumnya Zelensky menuduh Rusia merekrut warga China lewat media sosial.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.147:
    Tentara China Ditangkap di Ukraina, Zelensky Tuding Rusia Rekrut Lewat Medsos

    Ukraina menampilkan dua pria asal Tiongkok yang ditangkap di garis depan dalam konferensi pers.

    Keduanya dikawal tentara Ukraina bersenjata.

    Mereka berharap bisa ikut dalam pertukaran tahanan.

    “Jangan ambil bagian dalam perang ini,” kata kedua tentara itu memperingatkan warga Tiongkok lainnya.

    Belum jelas apakah pernyataan itu dibuat secara sukarela.

    Dilansir The Guardian, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Tiongkok terkait penangkapan ini.

    Zelensky sebelumnya menyebut Moskow aktif merekrut warga asing untuk memperkuat pasukannya.

    Jika terbukti, keterlibatan warga Tiongkok bisa memperkeruh posisi netral Beijing dalam konflik ini.

    Zelensky Tuding Rusia Tolak Gencatan Senjata: “Putin Tak Takut, Mereka Ingin Terus Berperang”

    Zelensky menuduh Rusia sengaja menolak perundingan gencatan senjata dan memilih untuk terus melanjutkan perang.

    Dalam pernyataannya yang dikutip dari sejumlah media internasional pada Minggu (14/4/2025), Zelensky menyebut Putin tidak menunjukkan niat untuk menghentikan konflik.

    “Rusia secara terbuka menolak terlibat dalam perundingan gencatan senjata,” kata Zelensky.

    Ia menilai sikap tersebut menunjukkan bahwa Moskow merasa tidak terancam.

    “Hanya ada satu alasan untuk ini – di Moskow, mereka tidak takut,” ujarnya.

    Zelensky menegaskan, tanpa tekanan internasional yang cukup kuat terhadap Rusia, perang akan terus berlanjut.

    “Mereka akan terus melakukan apa yang biasa mereka lakukan – mereka akan terus berperang,” tegasnya.

    Pendukung Ukraina Desak Trump Bersikap Tegas ke Putin setelah Serangan Mematikan di Sumy

    Para pendukung Republik Ukraina menyerukan agar Donald Trump bersikap lebih tegas terhadap Putin jika ingin mencapai kesepakatan gencatan senjata.

    Seruan ini muncul setelah serangan mematikan yang dilancarkan Rusia pada Minggu Palma di kota Sumy, Ukraina.

    Peristiwa tersebut memicu kemarahan sejumlah anggota parlemen dari Partai Republik (GOP), yang sebelumnya dikenal hati-hati dalam mengkritik Rusia karena kedekatan Trump dengan Kremlin.

    Namun menurut laporan Andrew Roth, dalam beberapa hari terakhir suara mereka menjadi semakin vokal.

    Serangan di Sumy dijadikan bukti oleh pendukung Ukraina bahwa sikap lunak terhadap Putin hanya akan memperpanjang konflik.

    Duka Ukraina Usai Serangan Minggu Palma: “Sepatu Saya Berlumuran Darah”

    Warga Ukraina berkumpul pada Senin (14/4/2025) untuk mengenang para korban serangan Rusia yang terjadi saat perayaan Minggu Palma.

    Acara duka tersebut diwarnai kesedihan mendalam, terutama di kota Sumy yang menjadi sasaran utama.

    Seorang petugas medis tempur yang membantu para korban mengungkapkan betapa mengerikannya situasi pasca-serangan.

    “Kekacauan terjadi. Ada tumpukan mayat,” katanya, seperti dilaporkan The Guardian.

    “Sepatu saya berlumuran darah. Saya belum membersihkannya, itu darah korban luka.”

    Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa pada hari yang sama, Rusia kembali melancarkan serangan dengan rudal dan bom berpemandu ke pinggiran kota Sumy.

    Tidak ada korban jiwa dalam serangan lanjutan tersebut.

    Trump: Putin yang Memulai Perang, tapi Zelensky dan Biden Tetap Disalahkan

    Trump menyalahkan Putin atas pecahnya perang Rusia-Ukraina.

    Dia juga menyebut Zelensky dan Biden ikut bertanggung jawab.

    Pernyataan itu disampaikan Trump dalam pengarahan bersama Presiden El Salvador Nayib Bukele, seperti dilaporkan oleh berbagai media pada Senin (14/4/2025).

    Menurut Trump, Putin adalah pihak pertama yang patut disalahkan karena memulai invasi ke Ukraina.

    Namun ia tidak mencabut pernyataan sebelumnya yang menuduh Zelensky dan Biden memiliki andil dalam memicu konflik.

    “Yang bisa saya lakukan hanyalah mencoba menghentikannya. Itu saja yang ingin saya lakukan,” kata Trump.

    “Saya ingin menghentikan pembunuhan. Dan saya pikir kami telah melakukan pekerjaan itu dengan baik,” ujar Trump kepada wartawan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Jet Tempur F-16 Ditembak Jatuh Bikin Rusia Vs Ukraina Kian Panas

    Jet Tempur F-16 Ditembak Jatuh Bikin Rusia Vs Ukraina Kian Panas

    Jakarta

    Rusia mengatakan pasukannya menembak jatuh pesawat tempur F-16 milik Ukraina. Tindakan Rusia ini membuat perang kedua negara makin panas.

    Dilansir TASS dan RT.com, Senin (14/4), jet F-16 yang ditembak jatuh ini adalah pabrikan Amerika Serikat (AS). Rusia juga mengklaim telah menjatuhkan lebih dari 200 drone dalam sehari terakhir.

    Tindakan ini menjadi pertama kalinya otoritas Rusia secara publik mengumumkan penghancuran jet tempur F-16 sejak negara-negara Barat yang mendukung Ukraina mulai mengirimkan pesawat tempur generasi keempat buatan AS itu kepada Kyiv pada musim panas lalu.

    “Sebuah pesawat F-16 milik Angkatan Udara Ukraina ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

    “Pertahanan udara menembak jatuh pesawat F-16 milik Ukraina, delapan bom udara berpemandu JDAM, tujuh rudal HIMARS buatan Amerika Serikat, dan 207 kendaraan udara tanpa awak jenis fixed-wing,” imbuh pernyataan itu.

    Pada Sabtu (12/4) waktu setempat, Angkatan Udara Ukraina melaporkan hilangnya salah satu jet tempur F-16 milik mereka. Komsisi antardepartemen kemudian dibentuk untuk mencari tahu apa yang menyebabkan jet tempur itu jatuh.

    Presiden Volodymyr Zelensky kemudian mengonfirmasi bahwa pilot Ukraina bernama Pavel Ivanov telah tewas “selama misi tempur F-16”. Dia menjanjikan respons yang “kuat dan presisi”, yang menyiratkan Rusia berada di balik jatuhnya jet tempur itu.

    Laporan sumber pemerintah kepada BBC Ukraina pada hari yang sama mengatakan Rusia menembakkan tiga rudal ke arah jet tempur F-16 itu. “Itu merupakan rudal antipesawat berpemandu dari sistem berbasis darat S-400 atau rudal udara-ke-udara R-37,” sebut sumber pemerintah yang dikutip BBC Ukraina.

    Jet Tempur F-17 Kedua yang Dikonfirmasi Jatuh

    Jet tempur F-16. (AP/Efrem Lukatsky)

    Menurut RT.com, ini menandai jet tempur F-16 kedua yang dikonfirmasi jatuh oleh Ukraina. Jet tempur F-16 pertama yang hancur dan pilotnya dalam kondisi tidak jelas sejak Agustus tahun lalu.

    Hasil penyelidikan atas insiden itu tidak pernah diumumkan ke publik. Namun beberapa laporan media mengindikasikan jet tempur itu kemungkinan ditembak jatuh oleh pertahanan antipesawat negara itu sendiri secara tidak sengaja.

    Sejak dimulainya invasi militer ke Ukraina, menurut TASS, Angkatan Bersenjata Rusia telah menghancurkan total 661 pesawat tempur Ukraina, 281 helikopter, 51.335 kendaraan udara tanpa awak, 601 sistem rudal permukaan-ke-udara, 22.817 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya.

    Disebutkan juga bahwa 1.535 sistem roket berpeluncur ganda, 23.556 senjata artileri lapangan dan mortir, dan 34.048 kendaraan bermotor militer khusus juga dihancurkan oleh pasukan Moskow dalam pertempuran dengan Ukraina.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rusia Tuduh Ukraina Gunakan Warga Sipil sebagai Tameng Manusia, Fasilitas Militer Ada di Pusat Kota – Halaman all

    Rusia Tuduh Ukraina Gunakan Warga Sipil sebagai Tameng Manusia, Fasilitas Militer Ada di Pusat Kota – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia mengatakan, dua rudalnya telah menghantam pertemuan perwira militer Ukraina di kota Sumy, Minggu (13/4/2025).

    Ukraina mengatakan, serangan Rusia telah menewaskan 34 orang dan melukai 117 orang.

    Sementara, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Ukraina menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dengan menempatkan fasilitas militer dan menyelenggarakan acara yang melibatkan tentara di pusat kota yang berpenduduk padat.

    Tidak ada tanggapan langsung dari Kyiv atas tuduhan “tameng manusia” tersebut.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pasukannya telah menembakkan “dua rudal taktis Iskander-M ke tempat pertemuan” dari apa yang disebutnya kelompok taktis operasional angkatan bersenjata Ukraina.

    Dikatakan bahwa lebih dari 60 tentara Ukraina tewas dalam serangan itu.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuntut tanggapan internasional yang keras terhadap Moskow atas serangan itu, yang terjadi saat Presiden AS Donald Trump berupaya keras untuk membuat kemajuan terhadap janjinya untuk segera mengakhiri perang.

    Para pemimpin Inggris, Jerman, dan Italia juga mengutuk serangan itu.

    Sementara itu, saat ditanya tentang serangan Sumy, Trump mengatakan pada Minggu malam bahwa ia berusaha menghentikan perang.

    “Saya pikir itu mengerikan dan saya diberitahu mereka melakukan kesalahan, tetapi saya pikir itu hal yang mengerikan. Saya pikir seluruh perang adalah hal yang mengerikan,” katanya kepada wartawan.

    Trump tidak menjelaskan apakah dia mengatakan serangan itu tidak disengaja.

    Juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, ditanyai dalam pengarahan hariannya bagaimana Kremlin memandang komentar Trump dan apakah serangan itu dilakukan karena kesalahan.

    Dia menjawab bahwa Kremlin tidak mengomentari jalannya perang, dan ini merupakan urusan kementerian pertahanan.

    “Saya hanya dapat mengulang dan mengingatkan Anda tentang pernyataan berulang dari presiden dan perwakilan militer kita bahwa militer kita menyerang secara eksklusif pada target militer dan target yang berdekatan dengan militer,” katanya, Minggu, dilansir Al Arabiya.

    Kecaman Internasional

    Menteri Luar Negeri Polandia Radek Sikorski, yang negaranya memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa, menyebut serangan itu sebagai “jawaban mengejek Rusia” atas persetujuan Kyiv terhadap gencatan senjata yang diusulkan AS lebih dari sebulan lalu.

    “Saya berharap Presiden Trump, pemerintahan AS, melihat bahwa pemimpin Rusia sedang mengejek niat baik mereka, dan saya berharap keputusan yang tepat diambil,” kata Sikorski kepada wartawan di Luksemburg, tempat para menteri luar negeri Uni Eropa bertemu, dikutip dari AP News.

    Menteri Luar Negeri Finlandia Elina Valtonen mencatat bahwa serangan terhadap Sumy terjadi tak lama setelah utusan Presiden Donald Trump, Steve Witkoff, berada di Saint Petersburg untuk berunding dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Hal ini menunjukkan bahwa “Rusia menunjukkan ketidakpedulian penuh terhadap proses perdamaian, tetapi juga bahwa Rusia sama sekali tidak menghargai kehidupan manusia,” kata Valtonen.

    Sementara Menteri luar negeri Lithuania, Kestutis Budrys, menggemakan pernyataan Ukraina bahwa serangan Rusia menggunakan bom curah untuk menargetkan warga sipil, dan menyebutnya sebagai “kejahatan perang menurut definisinya.”

    Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, mengatakan serangan itu menunjukkan bahwa Putin tidak berniat menyetujui gencatan senjata, dan menyerukan agar Uni Eropa “mengambil sanksi terberat terhadap Rusia untuk mencekik ekonominya dan mencegahnya membiayai upaya perangnya.”

    Uni Eropa telah menjatuhkan 16 putaran sanksi terhadap Rusia dan sedang menggodok putaran ke-17, tetapi tindakan tersebut semakin sulit disepakati karena juga berdampak pada ekonomi Eropa.

    MEMBERSIHKAN PUING BANGUNAN – Foto ini diambil dari Layanan Darurat Negara Ukraina (DSNS) pada Selasa (8/4/2025), memperlihatkan petugas layanan darurat Ukraina membersihkan puing-puing bangunan gudang dan bengkel mebel di distrik Obolonsky, Kyiv pada Senin (7/4/2025) setelah dihantam serangan Rusia pada malam sebelumnya. (Telegram DSNS Ukraina)

    Kanselir terpilih Jerman, Friedrich Merz, menggambarkan serangan Sumy sebagai “kejahatan perang yang serius” saat tampil di televisi ARD.

    Merz menegaskan, ia tetap pada seruannya di masa lalu untuk mengirim rudal jelajah jarak jauh Taurus ke Ukraina, sesuatu yang ditolak oleh Kanselir Olaf Scholz yang akan lengser.

    Ia mengatakan, militer Ukraina harus mampu “menangani situasi” dan bahwa setiap pengiriman rudal jarak jauh harus dilakukan setelah berkonsultasi dengan mitra Eropa.

    Ketika ditanya tentang pernyataan Merz, juru bicara Kremlin mengatakan bahwa tindakan seperti itu “pasti akan mengarah pada eskalasi lebih lanjut dari situasi di sekitar Ukraina,” dan mengatakan kepada wartawan bahwa “sangat disayangkan, ibu kota Eropa tidak cenderung mencari cara untuk memulai perundingan damai dan sebaliknya cenderung terus memprovokasi kelanjutan perang.”

    Sebagai informasi, pasukan Rusia bulan ini telah menjatuhkan 2.800 bom udara di Ukraina dan menembakkan lebih dari 1.400 pesawat tak berawak dan hampir 60 rudal berbagai jenis.

    Serangan terhadap Sumy menyusul serangan rudal pada tanggal 4 April di kampung halaman Zelensky, Kryvyi Rih yang menewaskan sekitar 20 orang, termasuk sembilan anak-anak.

    Pada Minggu malam, pesawat nirawak Rusia menyerang Odesa, melukai delapan orang.

    Kepala daerah Oleh Kiper mengatakan sebuah fasilitas medis termasuk di antara bangunan yang rusak.

    Rusia menembakkan total 62 pesawat tak berawak Shahed ke Ukraina pada Minggu malam dan Senin dini hari, kata angkatan udara Ukraina, seraya menambahkan bahwa 40 pesawat hancur dan 11 lainnya diganggu.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • Makin Panas! Rusia Tembak Jatuh Jet Tempur F-16 Ukraina

    Makin Panas! Rusia Tembak Jatuh Jet Tempur F-16 Ukraina

    Moskow

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pertahanan udaranya berhasil menembak jatuh sebuah jet tempur F-16, buatan Amerika Serikat (AS), yang diterbangkan Ukraina. Moskow juga mengklaim telah menjatuhkan lebih dari 200 drone dalam sehari terakhir.

    Ini menjadi pertama kalinya otoritas Rusia secara publik mengumumkan penghancuran jet tempur F-16 sejak negara-negara Barat yang mendukung Ukraina mulai mengirimkan pesawat tempur generasi keempat buatan AS itu kepada Kyiv pada musim panas lalu.

    “Sebuah pesawat F-16 milik Angkatan Udara Ukraina ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dilansir kantor berita TASS dan RT.com, Senin (14/4/2025).

    “Pertahanan udara menembak jatuh pesawat F-16 milik Ukraina, delapan bom udara berpemandu JDAM, tujuh rudal HIMARS buatan Amerika Serikat, dan 207 kendaraan udara tanpa awak jenis fixed-wing,” imbuh pernyataan itu.

    Pada Sabtu (12/4) waktu setempat, Angkatan Udara Ukraina melaporkan hilangnya salah satu jet tempur F-16 milik mereka. Komsisi antardepartemen kemudian dibentuk untuk mencari tahu apa yang menyebabkan jet tempur itu jatuh.

    Presiden Volodymyr Zelensky kemudian mengonfirmasi bahwa pilot Ukraina bernama Pavel Ivanov telah tewas “selama misi tempur F-16”. Dia menjanjikan respons yang “kuat dan presisi”, yang menyiratkan Rusia berada di balik jatuhnya jet tempur itu.

    Laporan sumber pemerintah kepada BBC Ukraina pada hari yang sama mengatakan Rusia menembakkan tiga rudal ke arah jet tempur F-16 itu. “Itu merupakan rudal antipesawat berpemandu dari sistem berbasis darat S-400 atau rudal udara-ke-udara R-37,” sebut sumber pemerintah yang dikutip BBC Ukraina.

    Menurut RT.com, ini menandai jet tempur F-16 kedua yang dikonfirmasi jatuh oleh Ukraina. Jet tempur F-16 pertama yang hancur dan pilotnya dalam kondisi tidak jelas sejak Agustus tahun lalu.

    Hasil penyelidikan atas insiden itu tidak pernah diumumkan ke publik. Namun beberapa laporan media mengindikasikan jet tempur itu kemungkinan ditembak jatuh oleh pertahanan antipesawat negara itu sendiri secara tidak sengaja.

    Sejak dimulainya invasi militer ke Ukraina, menurut TASS, Angkatan Bersenjata Rusia telah menghancurkan total 661 pesawat tempur Ukraina, 281 helikopter, 51.335 kendaraan udara tanpa awak, 601 sistem rudal permukaan-ke-udara, 22.817 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya.

    Disebutkan juga bahwa 1.535 sistem roket berpeluncur ganda, 23.556 senjata artileri lapangan dan mortir, dan 34.048 kendaraan bermotor militer khusus juga dihancurkan oleh pasukan Moskow dalam pertempuran dengan Ukraina.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini