Tag: Volodymyr Zelensky

  • Ukraina Beli 100 Unit Jet Tempur Rafale dari Prancis

    Ukraina Beli 100 Unit Jet Tempur Rafale dari Prancis

    Ukraina resmi menandatangani pembelian 100 unit jet tempur Rafale dari Prancis. Kesepakatan ini ditandatangani langsung oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Senin (17/11).

    Sebanyak 100 jet tempur Rafale itu akan dikirim dalam kurun waktu 10 tahun. Keputusan Ukraina memperkuat angkatan udara ini diambil setelah Rusia makin sering melancarkan serangan drone.

  • Rusia Ngegas Serang Ukraina, Zelensky: Upaya Keji Sebarkan Teror!

    Rusia Ngegas Serang Ukraina, Zelensky: Upaya Keji Sebarkan Teror!

    Jakarta

    Serangan rudal Rusia terus menghantam Kyiv, ibu kota Ukraina pada hari Jumat (14/11), menewaskan enam orang di sebuah apartemen. Serangan besar-besaran Rusia ini dikecam oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai upaya keji untuk menyebarkan teror.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (15/11/2025), serangan drone Rusia di sebuah pasar di Ukraina selatan beberapa jam kemudian menewaskan dua orang lagi, kata pihak berwenang. Ukraina juga menembakkan rudal-rudal ke wilayah Rusia dan pejabat Rusia melaporkan kebakaran di kilang minyak Laut Hitam.

    Ini adalah salah satu serangan terbesar di Kyiv sejak Rusia melancarkan invasi penuh ke Ukraina pada tahun 2022, menghantam gedung-gedung di sebagian besar distrik ibu kota.

    Beberapa distrik bahkan gelap gulita pada Jumat malam waktu setempat karena pemadaman listrik menyusul serangan Rusia ke sejumlah pembangkit listrik.

    Sebuah rumah sakit, toko, dan kantor semuanya terkena dampak, menurut pihak berwenang. Para pejabat mengatakan 36 orang terluka. Serangan Rusia itu juga merusak kedutaan Azerbaijan dan pemerintah Azerbaijan memanggil Duta Besar Rusia untuk memprotes serangan itu.

    Di Kyiv timur, wartawan AFP melihat gedung-gedung bertingkat hangus dengan puluhan jendela dan balkon hancur.

    Zelensky mengatakan serangan itu secara khusus bertujuan untuk menimbulkan “teror”.

    “Ini adalah serangan yang sengaja diperhitungkan dan bertujuan untuk menyebabkan kerusakan maksimal pada masyarakat dan infrastruktur sipil,” tambahnya.

    Moskow telah menembakkan rentetan rudal dan drone yang jumlahnya memecahkan rekor ke Ukraina dalam beberapa bulan terakhir, menghantam infrastruktur energi dan kereta api.

    Moskow juga telah menargetkan wilayah permukiman, memutus aliran listrik bagi puluhan ribu orang di seluruh negeri di tengah musim dingin.

    Serangan hari Jumat menunjukkan “penghinaan Moskow terhadap kemanusiaan”, kata Jerman.

    “Sangat jelas dan nyata bahwa (Presiden Rusia Vladimir) Putin bertujuan untuk membuat musim dingin sesulit mungkin bagi Ukraina, untuk menghancurkan semangat dan mematahkan perlawanan rakyat Ukraina,” kata Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius.

    Angkatan Udara Ukraina mengatakan telah menembak jatuh 405 dari 430 drone yang diluncurkan Rusia dan 14 dari 19 rudal.

    Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan kepada AFP bahwa pertahanan udara kota tersebut bekerja sangat baik untuk mencegah serangan tersebut menimbulkan kerusakan yang lebih parah.

    Sebelumnya terdapat “beberapa masalah dengan pertahanan udara”, tetapi kali ini “sistem pertahanan udara bekerja dengan baik,” kata pejabat tersebut kepada AFP, yang berbicara tanpa menyebut nama.

    Pejabat itu juga mengatakan serangan itu menunjukkan bagaimana “Rusia telah mulai menggunakan lebih banyak rudal balistik secara signifikan”.

    Rudal balistik sangat sulit dicegat mengingat kecepatan dan lintasannya.

    “Rudal balistik menggabungkan rudal balistik dan aerobalistik dengan gelombang drone. Tidak mudah untuk menembak jatuhnya,” jelas pejabat itu.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi bahwa pasukannya melakukan “serangan besar-besaran” dengan drone dan rudal hipersonik terhadap fasilitas militer dan energi Ukraina.

    Lihat Video ‘Rusia Luncurkan Serangan Besar-besaran ke Ibu Kota Ukraina!’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Pertempuran Ukraina Belum Seberapa, Putin Siapkan Perang Lebih Besar

    Pertempuran Ukraina Belum Seberapa, Putin Siapkan Perang Lebih Besar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa Rusia di bawah kepemimpinan Vladimir Putin tengah bersiap menggelar “perang besar” di Eropa, yang bisa dimulai paling cepat pada 2029.

    “Kita perlu lebih banyak tekanan pada Rusia. Berdasarkan situasi di medan perang, kita tidak melihat Rusia ingin berhenti,” kata Zelensky dalam unggahan di X pada Kamis (13/11/2025).

    Menurutnya, industri pertahanan Rusia terus meningkatkan kapasitas produksi, sebuah indikasi bahwa Moskow berencana memperpanjang perang.

    “Kami pikir jika kita memberikan tekanan besar, Rusia akan membutuhkan jeda. Tetapi kita harus menyadari bahwa mereka menginginkan perang besar dan bersiap untuk siap pada tahun 2029 atau 2030 untuk memulai perang sebesar itu di benua Eropa,” ujarnya.

    Zelensky menegaskan bahwa komunitas internasional perlu bertindak lebih tegas dengan memperkuat sanksi terhadap Rusia, khususnya di sektor energi.

    “Kita tidak boleh memberi mereka uang, yang masih bisa mereka dapatkan dari energi. Dan bukan memberi mereka senjata,” tegasnya.

    Pernyataan itu memperkuat seruan Kyiv agar negara-negara Barat segera memperketat embargo terhadap ekspor energi Rusia yang selama ini menjadi sumber utama pendanaan perang Moskow. Parlemen Eropa bahkan telah mengusulkan percepatan larangan penuh impor bahan bakar fosil Rusia mulai 1 Januari 2027.

    Komentar Zelensky senada dengan kekhawatiran sejumlah pemimpin Eropa dan NATO yang menilai Moskow tengah membangun kekuatan untuk kemungkinan perang skala besar di akhir dekade ini.

    Ancaman tersebut juga menjadi dasar penyusunan “Peta Jalan Kesiapan Pertahanan 2030” oleh Komisi Eropa yang menyerukan peningkatan postur militer di seluruh benua.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 2 Menteri Ukraina Mengundurkan Diri Akibat Skandal Korupsi Besar

    2 Menteri Ukraina Mengundurkan Diri Akibat Skandal Korupsi Besar

    Kiev

    Menteri Energi dan Menteri Kehakiman Ukraina mengundurkan diri. Mereka mundur karena adanya dugaan keterlibatan dalam skandal korupsi besar-besaran di sektor energi negara tersebut.

    Dilansir AFP, Kamis (13/11/2025), penyelidik menduga sekutu utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendalangi skema suap senilai $100 juta untuk menggelapkan dana, yang memicu kemarahan publik di tengah pemadaman listrik yang meluas akibat serangan Rusia.

    Ukraina telah lama dilanda korupsi dan pemberantasan korupsi dipandang sebagai syarat utama upayanya untuk bergabung dengan Uni Eropa.

    Zelensky sebelumnya menyerukan pengunduran diri Menteri Kehakimannya, German Galushchenko, yang menurut penyelidik menerima “keuntungan pribadi” dalam skema tersebut. Seruan itu juga disampaikan kepada Menteri Energinya, Svitlana Grynchuk.

    Keduanya belum didakwa dan Grynchuk belum disebutkan telah mengambil keuntungan dari skema tersebut.

    Tak lama kemudian, kedua menteri tersebut merespons pernyataan Zelensky. Keduanya mengundurkan diri.

    (maa/maa)

  • Lagi Perang, 7 Pejabat Ukraina Terseret Skandal Korupsi Energi Rp1,6 T

    Lagi Perang, 7 Pejabat Ukraina Terseret Skandal Korupsi Energi Rp1,6 T

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebanyak 7 pejabat Ukraina didakwa dalam kasus dugaan korupsi besar di sektor energi senilai US$100 juta atau sekitar Rp1,6 triliun. Skandal ini menjadi sorotan di tengah tekanan internasional bagi Kyiv untuk memperkuat tata kelola dan mempercepat langkah menuju keanggotaan Uni Eropa.

    Biro Anti-Korupsi Nasional Ukraina (NABU) menyatakan lima tersangka telah ditahan, sementara dua lainnya masih buron. Mereka dituduh terlibat dalam skema suap untuk mengendalikan pengadaan di perusahaan negara, termasuk badan energi nuklir Energoatom.

    “Skema ini dijalankan melalui manipulasi proyek dan pengadaan publik, yang menimbulkan kerugian besar bagi negara,” kata NABU dalam pernyataan resminya, Selasa, seperti dikutip Reuters.

    NABU menyebut penyelidikan kasus ini telah berlangsung selama 15 bulan dan melibatkan lebih dari 70 penggeledahan di seluruh negeri. “Kami berkomitmen penuh memberantas praktik korupsi yang merugikan rakyat Ukraina,” tegas NABU.

    Sumber yang mengetahui penyelidikan menyebut salah satu dalang utama adalah Timur Mindich, mantan rekan bisnis Presiden Volodymyr Zelensky. Mindich diketahui memiliki studio produksi Kvartal 95, tempat Zelensky memulai karier komedinya sebelum menjadi presiden. Namun, Mindich belum memberikan tanggapan atas tuduhan tersebut.

    Selain Mindich, tersangka lain termasuk mantan penasihat menteri energi, kepala keamanan Energoatom, empat staf administrasi, serta seorang mantan wakil perdana menteri.

    Menanggapi kasus ini, Perdana Menteri Yulia Svyrydenko mengumumkan pembubaran dewan pengawas Energoatom dan memerintahkan audit mendesak terhadap lembaga tersebut.

    “Kami mengharapkan hasil audit sesegera mungkin. Data itu akan diserahkan kepada penegak hukum dan lembaga antikorupsi,” tulis Svyrydenko di Telegram.

    Sementara itu, Menteri Kehakiman German Galushchenko atau Herman Halushchenko, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri energi, disebut turut menjadi subjek penyelidikan. Suaranya dilaporkan terekam dalam percakapan dengan beberapa tersangka dalam rekaman yang dirilis NABU. Kementerian Kehakiman belum mengkonfirmasi apakah Galushchenko resmi menjadi tersangka.

    Kasus ini menjadi ujian berat bagi pemerintahan Zelensky yang tengah berupaya menegakkan integritas publik di tengah perang dan krisis energi akibat serangan Rusia. Skandal di sektor energi memicu kemarahan publik karena warga Ukraina kembali menghadapi ancaman pemadaman listrik harian menjelang musim dingin.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Menteri Kehakiman Ukraina Dinonaktifkan karena Skandal Korupsi

    Menteri Kehakiman Ukraina Dinonaktifkan karena Skandal Korupsi

    Kyiv

    Menteri Kehakiman Ukraina, German Galushchenko, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Energi, telah dinonaktifkan dari jabatannya di tengah skandal korupsi yang menyelimuti sektor energi negara tersebut, saat invasi militer Rusia terus berlanjut.

    Pengumuman soal penonaktifan Galushchenko itu, seperti dilansir AFP, Rabu (12/11/2025), disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Ukraina Yulia Svyrydenko.

    Keputusan ini diumumkan sehari setelah jaksa antikorupsi Ukraina menuduh Galushchenko terlibat dalam skandal korupsi tersebut, yang memicu kemarahan luas di negara tersebut.

    “Keputusan telah dibuat untuk menonaktifkan German Galushchenko dari tugasnya sebagai Menteri Kehakiman,” kata Svyrydenko dalam pernyataannya.

    Svyrydenko menambahkan bahwa tugas jabatan Galushchenko untuk sementara diambil alih oleh Wakil Menteri untuk Integrasi Eropa, Lyudmyla Sugak.

    Dalam pernyataan terpisah, Galushchenko mengatakan dirinya telah berbicara dengan PM Svyrydenko dan menyetujui keputusannya.

    “Keputusan politik harus dibuat, dan baru setelah itu semua detailnya dapat diselesaikan,” ujarnya.

    “Saya meyakini bahwa penonaktifan selama penyelidikan adalah skenario yang beradab dan tepat. Saya akan membela diri saya di pengadilan dan membuktikan posisi saya,” ucap Galushchenko dalam pernyataannya.

    Dalam skandal korupsi ini, Kantor Kejaksaan Khusus Anti-Korupsi (SAPO) menuduh Timur Mindich, sekutu dekat Presiden Volodymyr Zelensky, mendalangi skandal korupsi yang melibatkan penggelapan dana sebesar US$ 100 juta di sektor energi.

    SAPO menyebut Galushchenko, yang sebelumnya menjabat Menteri Energi selama empat tahun, telah menerima “keuntungan pribadi” dari Mindich sebagai imbalan atas kendali terhadap aliran uang di sektor energi.

    Penyelidikan kasus ini terungkap ketika banyak infrastruktur Ukraina rusak akibat serangan-serangan Rusia.

    Lihat juga Video: Dosen UMGO Dinonaktifkan Buntut Podcast Mahasiswi Pura-pura Kesurupan

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Rusia Serang Infrastruktur Energi di Ukraina, 4 Orang Tewas

    Rusia Serang Infrastruktur Energi di Ukraina, 4 Orang Tewas

    Kyiv

    Sebuah serangan Rusia menghantam infrastruktur energi di Ukraina. Serangan itu menewaskan empat orang dan memicu pemadaman listrik di beberapa wilayah Ukraina.

    Dilansir AFP, Sabtu (8/11/2025), Moskow dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi di Ukraina. Serangan Rusia merusak fasilitas gas alam yang menghasilkan bahan bakar utama untuk pemanas di Ukraina.

    “Serangan Rusia sekali lagi menyasar kehidupan sehari-hari masyarakat. Serangan tersebut memutus pasokan listrik, air, dan pemanas bagi masyarakat, menghancurkan infrastruktur penting, dan merusak jaringan kereta api,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga.

    Angkatan Udara Ukraina menyebut Rusia meluncurkan 458 pesawat tanpa awak dan 45 rudal ke Ukraina semalam. Sebanyak 406 pesawat tanpa awak dan sembilan rudal Rusia ditembak jatuh Angkatan Udara Ukraina.

    “Di Dnipro, sebuah pesawat tanpa awak Rusia menyerang langsung sebuah bangunan tempat tinggal; hingga saat ini, diketahui tiga orang tewas di kota itu. Sayangnya, ada juga korban jiwa di Kharkiv,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Serangan tersebut menyebabkan pemadaman listrik darurat di ibu kota Kyiv dan di kota Kharkiv. Serangan itu juga memutus pasokan air di Kharkiv.

    Akibat serangan Rusia ke infrastruktur energi Ukraina itu, para ahli mengatakan Kyiv berisiko mengalami pemadaman pemanas menjelang musim dingin.

    (fas/fas)

  • Pertempuran Brutal Pecah di Ukraina, Pasukan Putin Serbu Kota Kunci

    Pertempuran Brutal Pecah di Ukraina, Pasukan Putin Serbu Kota Kunci

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pertempuran sengit kembali pecah di timur Ukraina. Pasukan Rusia dan Ukraina dilaporkan terkunci dalam pertempuran berdarah di reruntuhan Kota Pokrovsk, wilayah strategis di Donetsk yang kini menjadi kunci kendali jalur logistik dan militer di kawasan Donbas.

    Rusia mengklaim pada Rabu bahwa pasukannya terus bergerak maju di bagian utara Pokrovsk dalam upaya menguasai sepenuhnya kota tersebut. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut dua kelompok penyerang telah menghancurkan pasukan Ukraina yang terkepung di sejumlah distrik kota.

    “Pasukan kami melanjutkan serangan ke utara dan membersihkan permukiman dari tentara Ukraina di sisi tenggara Pokrovsk,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters, Kamis (6/11/2025).

    Namun, militer Ukraina membantah klaim bahwa mereka dikepung di Pokrovsk. Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan pihaknya masih menahan garis pertahanan dan terus memblokir pergerakan pasukan Rusia.

    “Langkah-langkah sedang diambil untuk memblokir musuh, yang berusaha menyusup dan berkumpul di kota Pokrovsk,” kata militer Ukraina dalam keterangan resminya. “Langkah-langkah penanggulangan aktif sedang diambil terhadap upaya kelompok infanteri musuh untuk mendapatkan pijakan.”

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa pasukannya masih bertahan di sekitar Pokrovsk. Ia mengklaim hingga 300 tentara Rusia di kota itu gagal membuat kemajuan berarti dalam 24 jam terakhir.

    “Wilayah sekitar Pokrovsk masih dalam tekanan berat, tapi garis pertahanan kami tetap bertahan,” ujar Zelensky dalam pidato hariannya.

    Sebaliknya, Moskow menuding Zelensky sengaja menutupi situasi sebenarnya di medan tempur. “Unit-unit Ukraina kini terjebak dalam ‘kuali’ dan posisi mereka memburuk dengan cepat,” kata Kementerian Pertahanan Rusia, menyebut satu-satunya pilihan bagi pasukan Kyiv adalah menyerah.

    Reuters melaporkan tidak dapat memverifikasi klaim dari kedua belah pihak secara independen karena keterbatasan akses ke wilayah pertempuran.

    Rusia memandang Pokrovsk sebagai pintu gerbang menuju dua kota besar terakhir yang masih dikuasai Ukraina di Donetsk, yaitu Kramatorsk dan Sloviansk. Jika berhasil merebutnya, Moskow akan mendapatkan keuntungan teritorial terbesar sejak menguasai kota Avdiivka pada awal 2024.

    Berbeda dengan serangan frontal di kota-kota lain, Rusia kini menerapkan taktik “penjepit” untuk mengepung pasukan Ukraina di Pokrovsk dan Kupiansk. Unit-unit kecil dan drone digunakan untuk memutus rantai logistik Ukraina serta menebar kekacauan di belakang garis pertahanan.

    Pokrovsk, yang dulunya berpenduduk sekitar 60 ribu jiwa, kini berubah menjadi kota mati. Sebagian besar warga telah dievakuasi, seluruh anak-anak telah dipindahkan, dan hanya segelintir warga sipil yang bertahan di antara reruntuhan bangunan.

    Selain di Donbas, pasukan Rusia juga mencatat kemajuan bertahap di wilayah Kharkiv dan Dnipropetrovsk. Menurut data terkini, Rusia kini menguasai sekitar 19% wilayah Ukraina, atau sekitar 116 ribu kilometer persegi, naik satu poin persentase dibanding dua tahun lalu.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Rusia Kepung Kota Pokrovsk, Serukan Pasukan Ukraina Menyerah!

    Rusia Kepung Kota Pokrovsk, Serukan Pasukan Ukraina Menyerah!

    Moskow

    Rusia mengklaim pasukannya telah mengepung kota Pokrovsk dan Kupiansk di wilayah Ukraina saat invasi militer terus berlanjut. Moskow menyerukan pasukan Ukraina yang ada di kedua kota itu untuk menyerahkan diri, karena jika tidak, mereka tidak akan mampu menyelamatkan diri.

    Pasukan militer Rusia, seperti dilansir Reuters, Rabu (5/11/2025), telah berupaya merebut kota Pokrovsk, yang dijuluki “gerbang ke Donetsk”, sejak tahun 2024 lalu.

    Hal itu menjadi bagian dari upaya Moskow untuk merebut seluruh wilayah Donbas, yang sekitar 10 persennya — atau sekitar 5.000 kilometer persegi — masih dikuasai oleh pasukan Ukraina.

    Berbeda dengan serangan frontal yang dilancarkan terhadap kota-kota lainnya di Ukraina, pasukan Rusia mengerahkan taktik “pincer movement” untuk dapat mengepung pasukan Kyiv yang ada di Pokrovsk dan Kupiansk.

    Taktik “pincer movement” merupakan taktik militer yang melibatkan serangan terhadap dua sisi berbeda dari posisi musuh, namun secara bersamaan, dengan tujuan mengepung dan mengurung mereka.

    Sementara itu, unit-unit kecil yang sangat mobile dan drone dikerahkan untuk mengganggu pasokan logistik, serta menebar kekacauan di belakangan garis posisi pasukan Ukraina.

    Taktik yang dikerahkan pasukan Rusia di kedua lokasi tersebut menciptakan apa yang disebut oleh para blogger militer Moskow sebagai “zona abu-abu ambiguitas”, di mana tidak ada kubu yang memiliki kendali penuh, tetapi sangat sulit bagi Ukraina untuk mempertahankan posisinya.

    Peta medan perang memperlihatkan bahwa pasukan Rusia hanya beberapa kilometer jauhnya dari pengepungan sepenuhnya atas kota Povrosvsk, yang oleh Moskow disebut sebagai Krasnoarmeysk.

    Peta itu juga menunjukkan pasukan Rusia menguasai sebagian besar wilayah Kupiansk dan sedang bergerak maju di ruas jalan utama menuju ke kota tersebut.

    Kementerian Pertahanan Rusia secara langsung membantah pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin (3/11) bahwa pasukan Kyiv sedang berusaha membersihkan apa yang disebutnya hanya “60 tentara Rusia” di Kupiansk.

    Dikatakan oleh Kementerian Pertahanan Rusia bahwa unit-unit militer Ukraina terjebak dalam apa yang digambarkannya sebagai “kuali” dan posisi mereka memburuk dengan cepat, sementara pasukan Moskow terus bergerak maju.

    “Tidak menyisakan kesempatan bagi tentara Ukraina untuk menyelamatkan diri selain dengan menyerahkan diri secara sukarela,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya.

    Militer Rusia mengklaim pasukannya kini menguasai lebih dari 19 persen wilayah Ukraina, atau sekitar 116.000 kilometer persegi. Namun peta pro-Kyiv menunjukkan bahwa pasukan Moskow baru merebut lebih dari 3.400 kilometer pergi wilayah Ukraina sepanjang tahun ini.

    Lihat juga Video Kyiv Gelap Gulita Setelah Rusia Hancurkan Fasilitas Energi Ukraina

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Jreng! Trump & Xi Jinping Bertemu Hari Ini, 7 Hal Penting Dibahas

    Jreng! Trump & Xi Jinping Bertemu Hari Ini, 7 Hal Penting Dibahas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal bertemu Presiden China Xi Jinping, hari ini, Kamis (30/10/2025). Keduanya akan melakukan dialog langsung terkait eskalasi kedua negara, di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

    Trump telah menggembar-gemborkan kemungkinan tercapainya kesepakatan. Sementara Xi Jinping secara khas bersikap hati-hati terhadap prospek tersebut.

    “Trump bersifat personal dan improvisasional. Xi sebaliknya,” kata peneliti senior di Brookings Institution, Ryan Hass, dikutip AFP.

    “Trump senang membuat kesepakatan. Xi berkonsentrasi pada pengembangan strategi jangka panjang,” tegasnya.

    Trump sendiri sebenarnya secara konsisten memuji hubungan pribadinya dengan Xi, bahkan menyebutnya sebagai “teman” yang “dihormatinya”. Namun Xi Jinping tampak tidak terlalu antusias.

    Namun dalam sejarahnya, kedua memang pernah menghabiskan waktu bersama di resor Mar-a-Lago milik Trump tahun 2017. Kala itu ia memuji bahasa China cucu Trump.

    Ia pun pernah menjamu Presiden AS dalam kunjungan kenegaraan ke Beijing pada tahun yang sama. Membangun kembali hubungan pribadi keduanya, dianggap para analis sebenarnya dapat menstabilkan hubungan yang mudah memanas antara kedua negara.

    “Hubungan mereka mungkin merupakan hal terbaik yang terjadi dalam hubungan AS-China saat ini,” kata mantan diplomat tinggi AS untuk Asia Timur, Daniel Kritenbrink.

    Intinya pertemuan keduanya akan penting bagi perdagangan, tak hanya AS-China, tapi banyak negara. Berikut adalah isu-isu utama yang dapat dibahas kedua pemimpin, dirangkum CNBC Indonesia:

    Rare Earth (Mineral Penting Logam Tanah Jarang)

    Mineral penting logam tanah jarang (rare earth) akan menjadi pusat pembahasan kedua negara. Bidang strategis yang didominasi China ini, penting untuk manufaktur pertahanan, otomotif, dan elektronik baik AS, maupun global.

    Diketahui, China bulan lalu, memberlakukan kontrol ekspor yang luas ke komoditas tersebut. Hal itu memicu kemarahan Trump yang mengumumkan tarif balasan sebesar 100% untuk semua barang China, yang awalnya akan berlaku pada hari Sabtu nanti.

    Belum diketahui bagaimana keputusan akhir. Namun dalam pertemuan perwakilan AS dan China di sela-sela KTT ASEAN 26 Oktober memberi sinyal deeskalasi ketegangan, dengan Beijing menunda pengetatan ekspor dan AS menunda tarif, sampai kedua pemimpin bertemu.

    Fentanil

    Sudah dari awal Trump memberi tudingan ke China soal maraknya peredaran narkotika Fentanil di AS. Bahkan, Trump menerapkan tarif 20% untuk barang-barang impor dari China sejak Maret, karena menganggap ketidakmampuan beijing mengurusi itu.

    Namun, sehari sebelum pertemuan dengan Xi Jinping, Trump mengatakan ia berharap dapat menurunkan tarif tersebut. Tapi tetap, Tump mengklaim China belum berbuat cukup banyak untuk menghentikan perdagangan fentanil dan opioid ke negaranya.

    Sebenarnya, China sendiri sudah membantah hal tersebut. Pemerintah Xi Jinping mengatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan Washington dan bahwa tarif tidak akan menyelesaikan masalah narkoba.

    Kedelai

    Kedelai merupakan komoditas penting bagi ekspor AS. Namun, kasus fentanil membuat Beijing menggunakannya untuk membalas Trump.

    China mengenakan pungutan terhadap produk pertanian AS, termasuk kedelai.

    Lebih dari separuh ekspor kedelai AS dikirim ke China tahun lalu, tetapi Beijing menghentikan semua pesanan seiring memanasnya sengketa perdagangan.

    Para petani AS sangat terdampak oleh perang tarif ini. Mereka merupakan sumber utama dukungan politik domestik bagi Trump.

    Sebenarnya, perundingan perdagangan di Malaysia pada akhir pekan lalu, mengatakan Beijing telah menyetujui pembelian “substansial” kedelai AS. Tapi pembahasan lebih lanjut akan dilakukan di pertemuan Trump dan Xi nanti.

    Perang Ukraina

    Trump mengatakan akan membahas serangan Rusia ke Ukraina dengan Xi Jinping. AS telah mendesak pembeli energi utama Rusia, termasuk China, mengurangi pembelian minyak Moskow.

    AS dan Ukraina mengatakan pembelian itu mendanai mesin perang Rusia. China, mitra dagang utama Rusia, mengatakan bahwa mereka adalah pihak yang netral dalam konflik ini.

    Trump telah berupaya memanfaatkan kedekatan pribadinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi sejauh ini gagal mencapai kemajuan dalam mengakhiri perang. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Selasa mendesak Trump untuk menekan Xi Jinping agar menghentikan dukungan bagi Rusia ketika mereka bertemu.

    Taiwan

    Taiwan telah lama menjadi titik api dalam hubungan AS-Tiongkok. Beijing menganggap pulau dengan pemerintahan sendiri itu sebagai bagian dari wilayahnya, meski Taipe sebaliknya.

    Sebenarnya AS hanya mengakui China dan bukan Taiwan. Tetapi hukum AS mewajibkan penyediaan senjata bagi Taiwan untuk pertahanan diri.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan pada hari Sabtu bahwa AS tidak mempertimbangkan untuk “meninggalkan Taiwan” dengan imbalan kesepakatan perdagangan dengan China. Beijing dilaporkan telah meminta Trump untuk menyatakan secara eksplisit bahwa AS menentang kemerdekaan Taiwan.

    Chip

    Teknologi kecerdasan buatan juga diperkirakan akan dibahas. China telah menggenjot industri chip-nya untuk mengatasi pembatasan ekspor AS terhadap komponen penting yang digunakan untuk menggerakkan sistem AI.

    CEO raksasa cip AS Nvidia, Jensen Huang, pada hari Selasa memperingatkan bahwa Washington harus mengizinkan penjualan cip AI buatan AS di China, agar Silicon Valley tetap menjadi pusat kekuatan AI global.

    Chip perusahaannya saat ini tidak dijual di China karena kombinasi kekhawatiran keamanan nasional, larangan pemerintah Tiongkok, dan ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung.

    TikTok

    Nasib platform media sosial TikTok juga berada di ujung tanduk. AS telah berupaya merebutnya dari tangan perusahaan induk China, ByteDance, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional.

    Ekspektasi untuk kesepakatan ini tinggi.

    Trump menandatangani perintah eksekutif bulan lalu yang menyetujui penempatannya di bawah kendali sekelompok investor AS.

    “Penyelesaian transaksi dilakukan hari Kamis,” kata Menkeu Bessent.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]