Tag: Volodymyr Zelensky

  • Drone Rusia Tewaskan 3 Orang Sekeluarga, Zelensky Geram!

    Drone Rusia Tewaskan 3 Orang Sekeluarga, Zelensky Geram!

    Jakarta

    Sebuah drone Rusia menghantam sebuah rumah hunian di Ukraina tengah pada Kamis (5/6) malam waktu setempat. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, serangan itu menewaskan tiga orang sekeluarga, termasuk seorang bayi berusia satu tahun.

    Ia menuduh Moskow mencoba “mengulur waktu bagi dirinya sendiri untuk melanjutkan pembunuhan”. Zelensky pun mendesak Barat untuk memberikan “sanksi maksimum” dan “tekanan” pada Moskow, setelah Rusia berulang kali menolak seruan untuk gencatan senjata penuh dan tanpa syarat.

    Sebanyak lima orang tewas di Pryluky, sebuah kota di Ukraina tengah, termasuk korban-korban dari satu keluarga yang sama.

    Para pejabat Ukraina mengatakan bahwa seorang kepala pemadam kebakaran setempat sedang merespons serangan sebelumnya, ketika rumahnya sendiri dihantam oleh drone Rusia.

    “Istrinya, putrinya, dan cucunya yang berusia satu tahun tewas,” kata Zelensky.

    Foto-foto menunjukkan rumah-rumah terbakar, mengepulkan asap abu-abu ke langit yang gelap gulita, saat para petugas penyelamat berjuang melawan kobaran api.

    “Rusia terus-menerus mencoba mengulur waktu bagi dirinya sendiri untuk terus membunuh. Ketika tidak merasakan kecaman dan tekanan yang cukup kuat dari dunia, ia membunuh lagi,” kata Zelensky.

    Tonton juga “Ukraina Ngamuk! 117 Drone Serang Rusia, 40 Jet Tempur Rusak” di sini:

    “Ini adalah alasan lain untuk menjatuhkan sanksi maksimum dan melakukan tekanan bersama. Kami mengharapkan tindakan dari Amerika Serikat, Eropa, dan semua orang di dunia yang benar-benar dapat membantu mengubah keadaan yang mengerikan ini,” tambahnya.

    Pertempuran dan serangan udara meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Serangan lain di kota Kharkiv di timur laut Ukraina melukai 18 orang, termasuk empat anak-anak, kata Menteri Dalam Negeri Ukraina Igor Klymenko dalam sebuah posting di media sosial.

    Puluhan ribu orang telah tewas, sebagian besar wilayah Ukraina timur dan selatan hancur, dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak Rusia menginvasi pada bulan Februari 2022.

    Tonton juga “Ukraina Ngamuk! 117 Drone Serang Rusia, 40 Jet Tempur Rusak” di sini:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Momen Terburuk Putin Tiba, Dipermalukan Ukraina-Terpojok di Meja Damai

    Momen Terburuk Putin Tiba, Dipermalukan Ukraina-Terpojok di Meja Damai

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam sepekan terakhir, Ukraina meluncurkan sejumlah serangan strategis yang memukul telak kemampuan militer Rusia dan ‘mempermalukan’ Presiden Vladimir Putin menjelang pembicaraan damai di Istanbul.

    Dari jembatan yang runtuh hingga drone yang menghancurkan armada bomber nuklir, serangan Ukraina menjadi rangkaian pukulan paling signifikan terhadap Rusia sepanjang 2025.

    “Tuhan mencintai angka tiga,” ujar Kepala Intelijen Ukraina Vasyl Malyuk dengan nada penuh percaya diri, merujuk pada serangan ketiga Ukraina terhadap Jembatan Krimea atau Jembatan Kerch yang menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Krimea.

    Namun ungkapan itu juga menggambarkan deretan kemunduran besar yang dialami Presiden Putin dalam beberapa hari terakhir.

    Dilansir Newsweek, Kamis (5/6/2025), Malyuk menyatakan bahwa ledakan terbaru di Jembatan Krimea pada Selasa lalu telah direncanakan selama berbulan-bulan. Serangan itu, katanya, dilakukan oleh agen-agen Dinas Keamanan Ukraina (SBU) yang menanam bahan peledak di pilar penyangga jembatan.

    Sebanyak 1.100 kilogram bahan peledak setara TNT diledakkan pada dini hari, membuat struktur jembatan berada dalam kondisi “kritis.”

    “Kami menghantam Jembatan Krimea pada 2022 dan 2023. Hari ini, kami melanjutkan tradisi ini-kali ini dari bawah air,” kata Malyuk, menyiratkan bahwa serangan kali ini dilakukan dengan drone laut.

    Gambar resmi yang dirilis SBU tidak menunjukkan kerusakan besar pada permukaan jalan. Namun, video yang beredar dari saluran militer pro-Rusia menunjukkan serangan drone laut tambahan pada sore hari yang sama.

    Serangan terhadap Jembatan Krimea hanya berselang sehari dari operasi besar-besaran yang diluncurkan SBU ke empat pangkalan udara strategis Rusia: Olenya (Murmansk), Diaghilev (Ryazan), Ivanovo (Ivanovo), dan Belaya (Irkutsk)-semuanya berjarak lebih dari 2.500 km dari perbatasan Ukraina.

    Dinamai “Operasi Sarang Laba-Laba,” serangan ini melibatkan peluncuran 117 drone dari truk tersembunyi dan menghantam 41 pesawat militer Rusia, termasuk jet pengebom strategis Tu-160, Tu-95, dan Tu-22M3. Kyiv mengklaim telah melumpuhkan sepertiga dari armada pembom strategis Rusia dan menyebabkan kerugian senilai US$7 miliar.

    “Ini adalah kemenangan intelijen besar dan bukan hanya aksi sekali jalan,” kata Zev Faintuch, kepala riset dan intelijen di firma keamanan Global Guardian kepada Newsweek.

    Ia menambahkan bahwa Ukraina kemungkinan masih memiliki kontainer tersembunyi berisi ratusan atau ribuan drone yang siap digunakan dalam serangan lanjutan.

    Robert Murrett, pensiunan Laksamana Muda Angkatan Laut AS dan kini Wakil Direktur Syracuse University Institute for Security Policy and Law, menyebut serangan tersebut “sangat efektif secara militer” dan mencerminkan “perang abad ke-21 yang dampaknya melampaui batas negara.”

    Para pejabat Kremlin dilaporkan “marah dan panik” atas kerentanan armada udara strategis mereka, dan sumber di dalam Rusia menyebut dampaknya “kemungkinan mengguncang pengambil keputusan di sekitar Putin.”

    Pada akhir pekan, dua jembatan di wilayah barat Rusia yang berbatasan dengan Ukraina runtuh, menewaskan setidaknya tujuh orang dan melukai puluhan lainnya. Pemerintah Rusia menyebut kejadian itu sedang diselidiki sebagai serangan teroris.

    Di distrik Vygonichi, wilayah Bryansk-sekitar 100 km dari perbatasan Ukraina-sebuah jembatan jalan raya ambruk dan menghancurkan kereta yang melintas di bawahnya. Sedikitnya 66 orang terluka, dan gubernur wilayah Bryansk, Alexander Bogomaz, menyatakan bahwa jembatan itu “diledakkan.”

    Insiden kedua terjadi di wilayah Kursk, di mana sebuah jembatan runtuh saat dilintasi kereta barang, melukai salah satu masinisnya. Di malam yang sama, sebuah kereta militer Rusia diledakkan dekat kota Melitopol, wilayah Zaporizhzhia yang diduduki Rusia, menurut intelijen Ukraina.

    Oleg Ignatov, analis senior dari International Crisis Group, menyatakan bahwa Ukraina kemungkinan berada di balik serangan sabotase terhadap jembatan-jembatan itu, meskipun Kyiv belum mengeluarkan pernyataan resmi.

    Putin Terpojok di Meja Damai

    Serangkaian serangan ini terjadi menjelang perundingan damai di Istanbul antara Ukraina dan Rusia. Ignatov mengatakan kepada Newsweek bahwa serangan drone Ukraina terhadap lapangan udara militer dan Jembatan Krimea bukan hanya untuk keuntungan militer, tetapi juga sebagai upaya strategis mengubah narasi global.

    “Ini adalah upaya untuk menggoyahkan klaim bahwa Ukraina sedang kalah perang secara perlahan,” kata Ignatov.

    Yuriy Boyechko, CEO organisasi kemanusiaan Hope for Ukraine, menambahkan bahwa serangan-serangan ini telah “menghancurkan citra Putin,” yang dikenal sebagai mantan agen FSB. “Baginya ini bersifat pribadi. Dia sedang dipermalukan oleh mantan pelawak [Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky],” katanya.

    Boyechko memperingatkan bahwa Putin mungkin akan membalas dengan meningkatkan serangan terhadap warga sipil di Ukraina, “karena itu saja yang bisa dia lakukan saat ini.”

     

    (luc/luc)

  • Serangan Drone Rusia Tewaskan 5 Orang di Ukraina, Termasuk Bayi 1 Tahun

    Serangan Drone Rusia Tewaskan 5 Orang di Ukraina, Termasuk Bayi 1 Tahun

    Jakarta

    Rusia terus menyerang Ukraina. Serangan drone Rusia menewaskan lima orang dan melukai enam orang lainnya di kota Pryluky, Ukraina utara.

    “Lima orang dilaporkan tewas, termasuk dua wanita dan seorang anak berusia satu tahun, yang ditemukan di bawah reruntuhan,” tulis Vyacheslav Chaus, seorang pejabat daerah Chernigiv, dalam postingan di Telegram, seraya menambahkan enam orang terluka dan dirawat di rumah sakit.

    “Ledakan tersebut merusak rumah-rumah di daerah permukiman,” katanya, dilansir kantor berita AFP, Kamis (5/6/2025).

    Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari 2022, puluhan ribu orang telah tewas, sebagian besar wilayah Ukraina timur dan selatan hancur, dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

    Ukraina telah membalas di wilayah Rusia, dengan melakukan serangan pesawat nirawak yang dramatis terhadap pangkalan udara militer Rusia selama akhir pekan lalu. Serangan Ukraina itu menghancurkan pesawat-pesawat pengebom Rusia berkemampuan nuklir senilai miliaran dolar AS.

    Pemimpin Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia akan membalas dendam atas serangan Ukraina tersebut. Putin tampaknya mengesampingkan gencatan senjata atau perundingan langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Sebelumnya, gempuran di wilayah Kherson yang sebagian diduduki Rusia di Ukraina selatan pada Rabu (4/6) malam waktu setempat, menyebabkan gardu induk kehilangan daya, menyebabkan ribuan orang kehilangan listrik.

    Lihat juga Video: Malam Mencekam di Ukraina, Serangan Drone Tewaskan 13 Orang

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menanti Trump Duduk Semeja dengan Putin dan Zelensky

    Menanti Trump Duduk Semeja dengan Putin dan Zelensky

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan siap duduk bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Turki. Pertemuan itu demi mewujudkan gencatan senjata.

    Pertemuan trilateral ini sempat diusulkan Zelensky pada Mei 2025 kemarin. Usulan tersebut menjadi bagian dari upaya memaksa Moskow menghentikan invasi militernya yang telah berlangsung selama tiga tahun.

    “Jika Putin tidak merasa nyaman dengan pertemuan bilateral, atau jika semua orang menginginkannya menjadi pertemuan trilateral, saya tidak keberatan. Saya siap untuk format apa pun,” kata Zelensky saat berbicara kepada wartawan, seperti dilansir AFP, Rabu (28/5/2025).

    Zelensky siap untuk pertemuan trilateral itu dan mendesak Washington untuk menjatuhkan paket sanksi keras terhadap sektor perbankan dan energi Moskow.

    “Kami sedang menunggu sanksi dari Amerika Serikat (untuk Rusia)” ucapnya.

    “Trump menegaskan bahwa jika Rusia tidak berhenti, sanksi-sanksi akan dijatuhkan. Kami telah membahas dua aspek utama dengannya — energi dan sistem perbankan. Akankah AS mampu menjatuhkan sanksi terhadap kedua sektor ini? Saya sangat menyukainya,” ujar Zelensky dalam pernyataannya.

    Erdogan Ingin Pertemukan Putin-Zelensky-Trump di Turki

    Presiden Turki Erdogan. (Foto: DW (News)

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan lagi kesediaannya untuk menjadi tuan rumah pertemuan antara pemimpin Amerika Serikat, Rusia, dan Ukraina. Pertemuan itu sebagai upaya untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    “Keinginan terbesar saya untuk kedua belah pihak adalah mempertemukan Vladimir Putin (Rusia) dan Volodymyr Zelensky (Ukraina) di Istanbul atau Ankara, dan bahkan membawa (Presiden AS) (Donald) Trump ke pihak mereka, jika mereka menerima,” kata Erdogan dilansir AFP, Senin (2/6/2025).

    Erdogan menyebut Turki akan mengambil langkah-langkah untuk memfasilitasi pertemuan Putin, Zelensky hingga Trump. Menurutnya, pembicaraan hari Senin itu merupakan pencapaian besar.

    Pada pertemuan hari Senin, yang berlangsung lebih dari satu jam, Ukraina dan Rusia sepakat untuk menukar tawanan perang yang terluka parah serta mereka yang berusia di bawah 25 tahun, di samping sisa-sisa 6.000 tentara yang tewas dalam pertempuran.

    “Angka-angka yang diberikan oleh Rusia dan Ukraina… (sangat) sangat penting dalam hal menunjukkan betapa pentingnya pertemuan Istanbul ini. Dan kami bangga akan hal ini,” imbuh Erdogan.

    Trump Bersedia Duduk Semeja

    Foto: REUTERS/Anatolii Stepanov

    Trump terbuka diskusi dengan Putin dan Zelensky dalam pertemuan di Turki. Kesediaan Trump ini disampaikan setelah delegasi Moskow dan Kyiv, yang menggelar pertemuan di Istanbul pada Senin (2/6), gagal mencapai kemajuan menuju gencatan senjata.

    “Presiden mengatakan dirinya terbuka untuk hal itu jika memang hal itu harus terjadi, tetapi dia menginginkan kedua pemimpin ini dan kedua belah pihak untuk duduk bersama dalam satu meja,” ucap juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, saat berbicara kepada wartawan.

    Dalam pertemuan terbaru di Istanbul, delegasi Rusia dan Ukraina hanya menyepakati pertukaran tahanan skala besar lainnya. Istanbul juga menjadi tuan rumah pertemuan kedua negara saat pertemuan tatap muka pertama digelar pada pertengahan Mei lalu.

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sendiri akan ‘mengambil langkah-langkah’ untuk memfasilitasi pertemuan semacam itu. Putin sejauh ini menolak pertemuan langsung semacam itu. Namun Zelensky mengatakan dirinya bersedia, sembari menggarisbawahi bahwa masalah utama hanya dapat diselesaikan di level pemimpin.

    Namun, meskipun Trump bersedia untuk bertemu dengan Putin dan Zelensky, menurut Leavitt, tidak ada perwakilan AS yang ikut serta dalam pembicaraan yang dilakukan pada Senin (2/6) di Istanbul.

    Zelensky menanti langkah Amerika Serikat. Dia mendesak Trump untuk memperketat sanksi terhadap Rusia guna “mendorong” negara itu menyetujui gencatan senjata menyeluruh.

    Halaman 2 dari 3

    (idn/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rusia Tetapkan Sejumlah Syarat untuk Akhiri Perang, Ukraina Harapkan Ada Pembicaraan Lanjutan

    Rusia Tetapkan Sejumlah Syarat untuk Akhiri Perang, Ukraina Harapkan Ada Pembicaraan Lanjutan

    JAKARTA – Rusia menetapkan sejumlah syarat untuk mengakhiri perang, sementara Ukraina mengharapkan ada pembicaraan lanjutan bulan ini, usai delegasi kedua negara bertemu di Istanbul Hari Senin.

    Rusia dan Ukraina menggelar pembicaraan damai di Istana Ciragan, Istanbul Turki. Pertemuan yang dimoderatori Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan itu dilaporkan berlangsung selama satu jam.

    Dalam perundingan kemarin, Rusia mengajukan syarat untuk mengakhiri perang jika Ukraina menyerahkan sebagian besara wilayah baru dan menerima pembatasan jumlah tentaranya, menurut memorandum yang dilaporkan oleh media Rusia.

    Syarat-syarat tersebut, yang secara resmi disampaikan dalam perundingan di Istanbul, menyoroti penolakan Moskow untuk berkompromi pada tujuan perangnya yang sudah lama.

    Ukraina telah berulang kali menolak persyaratan Rusia karena dianggap sama saja dengan menyerah.

    Delegasi kedua negara bertemu selama satu jam, untuk putaran perundingan kedua tahun ini, setelah perundingan 16 Mei lalu di Istana Domabahce, juga di Istanbul. Sebelumnya, delegasi kedua negara berunding di Belarusia dan Turki pada awal-awal perang tahun 2022.

    Delegasi Rusia dalam perundingan di Istanbul. (Sumber: Alexander Ryumin/TASS)

    Namun, tidak ada terobosan pada usulan gencatan senjata yang Ukraina, sekutu-sekutunya di Eropa, dan Washington telah mendesak Rusia untuk menerimanya.

    Memorandum Rusia, yang diterbitkan oleh kantor berita Interfax, mengatakan penyelesaian perang akan memerlukan pengakuan internasional atas Krimea – semenanjung yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014 – dan empat wilayah Ukraina lainnya yang diklaim Moskow sebagai wilayahnya sendiri, seperti melansir Reuters 3 Juni.

    Rusia mencaplok Lugansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia setelah menggelar referendum yang dikritik, menyusul invasi pada tahun 2022. Pengumuman pencaplokan itu dilakukan langsung oleh Presiden Vladimir Putin.

    Dalam memorandum Rusia kemarin, Ukraina harus menarik pasukannya dari semua wilayah tersebut.

    Memorandum juga tersebut menegaskan kembali tuntutan Moskow agar Ukraina menjadi negara netral – mengesampingkan keanggotaan NATO – dan agar Ukraina melindungi hak-hak penutur bahasa Rusia, menjadikan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi, dan memberlakukan larangan hukum terhadap pemujaan terhadap Nazisme.

    Ukraina menolak tuduhan Nazi tersebut sebagai hal yang tidak masuk akal dan membantah melakukan diskriminasi terhadap penutur bahasa Rusia.

    Delegasi Ukraina dalam perundingan di Istanbul. (Twitter/@rustem_umerov)

    Rusia juga meresmikan persyaratannya untuk gencatan senjata apa pun dalam perjalanan menuju penyelesaian damai, dengan mengajukan dua opsi yang keduanya tampaknya tidak dapat diterima oleh Ukraina.

    Opsi pertama, menurut teks tersebut, adalah agar Ukraina memulai penarikan militer penuh dari wilayah Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson. Dari wilayah-wilayah tersebut, Rusia sepenuhnya mengendalikan wilayah pertama tetapi hanya menguasai sekitar 70 persen sisanya.

    Opsi kedua adalah paket yang mengharuskan Ukraina menghentikan penempatan kembali militer dan menerima penghentian penyediaan bantuan militer, komunikasi satelit, dan intelijen asing. Kyiv juga harus mencabut darurat militer dan menyelenggarakan pemilihan presiden dan parlemen dalam waktu 100 hari.

    Kepala delegasi Rusia Vladimir Medinsky mengatakan Moskow juga telah mengusulkan “gencatan senjata khusus selama dua hingga tiga hari di beberapa bagian garis depan” sehingga jenazah tentara yang tewas dapat dikumpulkan.

    Menurut peta jalan yang diusulkan yang disusun oleh Ukraina, yang salinannya telah dilihat oleh Reuters, Kyiv tidak menginginkan pembatasan kekuatan militernya setelah kesepakatan damai apa pun, tidak ada pengakuan internasional atas kedaulatan Rusia atas sebagian wilayah Ukraina yang diambil oleh pasukan Moskow, dan ganti rugi.

    Di sisi lain, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, yang memimpin delegasi Kyiv, mengatakan Kyiv – yang telah menyusun peta jalan perdamaiannya sendiri – akan meninjau dokumen Rusia, yang tidak segera ia komentari.

    Ukraina telah mengusulkan untuk mengadakan lebih banyak pembicaraan sebelum akhir Juni, tetapi percaya hanya pertemuan antara Presiden Volodymyr Zelensky dan Presiden Vladimir Putin yang dapat menyelesaikan banyak masalah yang diperdebatkan, kata Menhan Umerov.

    Dalam pertemuan kemarin kedua negara juga sepakat untuk menukar lebih banyak tawanan perang – dengan fokus pada yang termuda dan paling parah terluka – dan mengembalikan jenazah 12.000 tentara yang tewas.

    Terpisah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkannya sebagai pertemuan yang hebat. Ia Berharap dapat mempertemukan Presiden Zelensky dan Presiden Putin dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Turki.

  • 117 Drone Ukraina Hancurkan Bomber Rusia, Pakar: Luar Biasa

    117 Drone Ukraina Hancurkan Bomber Rusia, Pakar: Luar Biasa

    Jakarta

    Operation Spiderweb atau Operasi Jaring Laba-laba Ukraina, berhasil menyelundupkan 117 drone yang menyerang 4 pangkalan udara Ukraina. Banyak pesawat penting Rusia dilaporkan hancur dan kejadian ini menyoroti kelemahan pasukan Vladimir Putin.

    Menurut pernyataan awal Angkatan Bersenjata Ukraina, drone tersebut menyerang 41 pesawat. Andriy Kovalenko, pejabat di Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, mengklaim sedikitnya 13 pesawat Rusia hancur.

    Korbannya dilaporkan termasuk pembom supersonik jarak menengah Tu-22M3 Backfire-C, pembom turboprop jarak jauh Tu-95MS Bear-H, dan pesawat peringatan dini dan kontrol udara A-50 Mainstay. Yang masih belum dikonfirmasi adalah laporan hancurnya pembom supersonik jarak jauh Tu-160 Blackjack.

    Para analis Barat sepakat ini merupakan penghinaan bagi Putin. “Pada saat Putin tampaknya berpikir bahwa ia menang di medan perang, ini menunjukkan bahwa pasukannya sebenarnya sangat rentan,” kata Sven Biscop, direktur di Egmont Institute.

    “Ini mungkin tidak mengubah arah perang, tapi itu berarti bahwa setiap kemajuan yang diperoleh Rusia akan dibayar dengan harga mahal,” tambahnya yang dikutip detikINET dari NBC.

    Menurutnya, sangat mengherankan bahwa banyak pesawat pembom Rusia dihancurkan seperti itu oleh Ukraina. Ledakan karena serangan itu dilaporkan terjadi di beberapa zona waktu di seluruh Rusia termasuk Murmansk di atas Lingkaran Arktik dan di wilayah Amur, lebih dari 8.000 km dari Ukraina.

    Vasyl Maliuk, kepala Security Service of Ukraine (SBU), mengungkap drone diselundupkan ke Rusia dalam semacam peti kayu yang dipasang di belakang truk. Atap peti itu bisa dibuka dari jarak jauh. Truk diarahkan ke lokasi-lokasi dekat pangkalan udara Rusia oleh pengemudi yang tampaknya tak menyadari muatan mereka. Kemudian, drone diluncurkan dan diarahkan ke sasaran.

    Video yang beredar menunjukkan drone muncul dari atap salah satu kendaraan yang terlibat. Seorang pengemudi truk yang diwawancarai media pemerintah Rusia mengatakan bahwa ia dan pengemudi lainnya mencoba menjatuhkan drone yang terbang keluar dari truk dengan batu.

    Menurut laporan saluran Telegram Rusia Baza. pengemudi truk tempat drone lepas landas semuanya menceritakan kisah yang sama. Mereka mendapat pesanan pengusaha untuk mengirimkan kabin kayu di berbagai lokasi di seluruh Rusia.

    Beberapa dari mereka menerima instruksi lebih lanjut melalui telepon tentang tempat memarkir truk. Ketika melakukannya, mereka terkejut melihat pesawat drone mendadak keluar dari truk.

    Dalam unggahan di media sosial, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang secara langsung mengawasi operasi, mengatakan 117 drone telah digunakan dalam serangan berani itu yang memakan waktu setahun, enam bulan, dan sembilan hari untuk persiapan.

    Dr Steve Wright, pakar drone di Inggris, menyebut drone yang digunakan untuk menyerang pesawat Rusia adalah quadcopter sederhana dengan muatan bom relatif berat.

    Yang membuat serangan ini sangat luar biasa adalah kemampuan menyelundupkannya ke Rusia dan kemudian meluncurkan serta memerintahkannya dari jarak jauh. Zelensky mengatakan masing-masing dari 117 drone punya pilot sendiri

    Ukraina belum membagikan rincian asal drone tersebut, tapi sejak dimulainya perang, Ukraina agresif memproduksi drone. Mungkin drone yang digunakan dalam operasi ini diproduksi domestik.

    (fyk/afr)

  • Operasi Jaring Laba-laba Ukraina Sengat Rusia, 41 Pesawat Tempur Rontok

    Operasi Jaring Laba-laba Ukraina Sengat Rusia, 41 Pesawat Tempur Rontok

    Kyiv

    Ukraina melakukan serangan udara memakai drone dalam Operation Spider’s Web. 41 Pesawat tempur Rusia rusak dibuatnya.

    Serangan ini diklaim sebagai serangan udara paling sukses dari Ukraina terhadap Rusia. Dilansir ABC Australia, Senin (2/6/2025) 41 pesawat tempur pembom milik Rusia yang sanggup membawa rudal nuklir, rusak akibat serangan drone ini.

    Pihak militer Ukraina mengatakan itu adalah 34% dari total pesawat pembom milik Rusia. Serangan ini sukses digelar pada Minggu (1/6) kemarin.

    Pejabat militer Ukraina mengatakan mereka menyerang beberapa pangkalan udara sekaligus di Rusia. Kerugian Rusia ditaksir mencapai USD 7 miliar.

    “Drone SBU telah menyerang lebih dari 40 pesawat termasuk A-50, Tu-95 dan Tu-22 M3,” kata pejabat dari angkatan bersenjata Ukraina di Telegram.

    Puji-pujian tentu saja mengalir dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Zelensky mengatakan serangan ini memakai 117 drone dan menjadi serangan yang sangat brilian.

    “Rusia telah mengalami kerugian yang sangat besar dan sudah pasti demikian,” ujarnya.

    Zelensky bilang, Operasi Sarang Laba-laba dipersiapkan selama 1,5 tahun. Dia bilang ini adalah drone bikinan Ukraina, bukan bantuan dari sekutu mereka. Pihak Amerika Serikat pun secara terpisah mengatakan tidak diberi tahu soal rencana serangan ini oleh Ukraina.

    Dikatakan pihak militer Ukraina, ini adalah operasi militer yang rumit. First person view (FPV) drone ini harus diselundupkan masuk ke Rusia lewat truk, disamarkan sebagai paket rumah kayu rakitan.

    “Pada saat yang tepat, atap rumahnya bisa dibuka dari jauh dan drone-dronenya terbang menyerang bomber Rusia,” kata sumber militer Ukraina.

    Para pejabat militer negara Barat menilai serangan Ukraina ini sangat kreatif dan inovatif. Serangan ini patut dipelajari dan ditiru karena efektif dan relatif murah.

    (fay/rns)

  • 41 Jet Putin Meledak, Ini Cara Ukraina Tembak 117 Drone Tembus Rusia

    41 Jet Putin Meledak, Ini Cara Ukraina Tembak 117 Drone Tembus Rusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dinas keamanan Ukraina (SBU) berhasil menyerang empat pangkalan udara militer Rusia menggunakan ratusan drone. Laporan Reuters Senin (2/6/2025) menyebut serangan pada Minggu itu menghantam setidaknya 41 pesawat tempur, termasuk pembom strategis jarak jauh.

    Total ada 117 drone yang diluncurkan. Serangan ini disebut sebagai salah satu operasi paling merusak sejak perang dimulai 2022, terbesar yang dilakukan Ukraina.

    Namun bagaimana Ukraina bisa menyerang Rusia sedahsyat itu?

    Operasi ini sesungguhnya adalah operasi rahasia. Ukraina memberinya nama “Jaring Laba-Laba”. 

    Ini menandai penggunaan taktik baru. Di mana drone bermuatan bahan peledak disembunyikan dalam gudang kayu yang dimuat ke atas truk lalu dibawa ke dekat pangkalan udara Rusia.

    Saat serangan dilakukan, panel atap gudang kemudian dibuka secara otomatis. Hal itu lalu memungkinkan drone terbang langsung ke target.

    “Serangan ini merupakan aksi kekerasan yang ditargetkan dan sedang kami selidiki sebagai tindak terorisme,” kata Mark Michalek, agen khusus FBI yang mengepalai Kantor Lapangan Denver, seperti dikutip oleh media Ukraina.

    Menurut SBU, kerugian Rusia akibat serangan itu ditaksir mencapai US$7 miliar (sekitar Rp 114 triliun). Sebanyak 34% armada pembom strategis Rusia di salah satu pangkalan utama terkena dampaknya.

    Presiden Volodymyr Zelensky mengonfirmasi keterlibatan Ukraina. Ia menyebut serangan ini sebagai hasil operasi yang direncanakan selama lebih dari 18 bulan.

    “Ini adalah hasil cemerlang, dan sepenuhnya dilakukan oleh Ukraina. Operasi ini disiapkan lama dan merupakan hasil kerja SBU,” ujar Zelensky lewat Telegram, menambahkan seluruh anggota tim operasi berhasil keluar dari wilayah Rusia sebelum serangan dimulai.

    Serangan Jauh ke Dalam Wilayah Rusia

    Salah satu target utama serangan ini adalah Pangkalan Udara Belaya di wilayah Irkutsk, Siberia yang berjarak lebih dari 4.300 km dari garis depan Ukraina. Ini merupakan serangan drone Ukraina paling jauh dalam catatan peperangan beberapa tahun terakhir.

    Video dan gambar yang beredar di media sosial Rusia menunjukkan pembom Tu-95 terbakar di landasan pacu. Belum ada verifikasi independen atas video tersebut namun sejumlah gambar menunjukkan drone quadcopter muncul dari atap gudang yang telah dibuka.

    Gubernur Irkutsk, Igor Kobzev, mengakui adanya serangan drone terhadap unit militer di dekat desa Sredny. Sayangnya, ia tak merinci dampaknya.

    Menurut sumber keamanan Ukraina, operasi ini diawasi langsung oleh Zelensky dan Kepala SBU Vasyl Maliuk. Mereka juga membagikan foto gudang dan drone yang digunakan dalam serangan, serta rekaman drone yang menunjukkan pesawat-pesawat Rusia terbakar di landasan.

    Jika laporan ini dikonfirmasi, serangan tersebut menjadi pukulan besar bagi kekuatan udara Rusia. Khususnya armada pembom strategis yang digunakan untuk meluncurkan rudal ke Ukraina.

    (tfa/sef)

  • Gila! Ukraina Bombardir 40 Jet Tempur Rusia Sampai Hancur, Endingnya Zelensky Malah Minta Gencatan Senjata

    Gila! Ukraina Bombardir 40 Jet Tempur Rusia Sampai Hancur, Endingnya Zelensky Malah Minta Gencatan Senjata

    GELORA.CO – Konflik Rusia-Ukraina kembali memanas!

    Dalam laporan terbaru dari intelijen Barat dan media Ukraina, serangan drone Ukraina berhasil menghancurkan sekitar 40 jet tempur milik Rusia.

    Angka ini mengejutkan banyak pihak dan disebut sebagai salah satu pukulan terbesar terhadap kekuatan udara Moskow sejak invasi dimulai pada 2022.

    Serangan itu terjadi di sejumlah pangkalan udara Rusia, termasuk di wilayah Krasnodar dilansir dari CBS. 

    Drone-drone Ukraina menyasar landasan pacu, hanggar, dan pesawat yang tengah parkir.

    Dalam video yang beredar di media sosial, ledakan besar dan kobaran api terlihat jelas menghantam kompleks militer tersebut.

    Kementerian Pertahanan Rusia sendiri belum mengonfirmasi jumlah kerugian, namun analis Barat menyebutkan bahwa sekitar dua skuadron jet tempur, termasuk Sukhoi Su-34 dan Su-35, ikut hancur dalam serangan itu.

    Bila dikalkulasi, kerugian Rusia bisa mencapai lebih dari US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 24 triliun!

    Tak hanya itu, sejumlah sistem radar dan amunisi juga ikut terdampak.

    Para pengamat militer menyebut serangan ini sebagai “game changer”, karena Rusia mulai terlihat kewalahan mempertahankan wilayah-wilayah yang jauh dari garis depan.

    Zelensky Malah Ajukan Gencatan Senjata?

    Namun yang bikin publik bingung — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky justru membuka wacana gencatan senjata di tengah keberhasilan besar militer negaranya.

    Dalam wawancara dengan media Jerman, Zelensky menyatakan bahwa “Ukraina terbuka pada solusi damai” asalkan wilayah kedaulatan tetap dihormati.

    “Perang ini tak bisa berlangsung selamanya. Kami tak ingin hanya menang di medan tempur, tapi juga di meja perundingan,” ujar Zelensky.

    Ia juga menambahkan bahwa saat ini Ukraina tengah menyiapkan peta jalan untuk menggelar Konferensi Perdamaian Global yang akan digelar di Swiss pertengahan Juni.

    Banyak yang menduga pernyataan Zelensky ini adalah bagian dari strategi diplomasi tingkat tinggi.

    Setelah menunjukkan kekuatan militer yang signifikan, Ukraina ingin memegang kendali narasi — menjadi pihak yang proaktif menawarkan perdamaian.

    Namun, di sisi lain, beberapa analis menilai tawaran gencatan senjata ini juga bisa mencerminkan beban berat yang tengah ditanggung Ukraina.

    Dukungan militer dari Barat mulai melambat, dan tekanan internal pun meningkat.

    Bagaimana Tanggapan Rusia?

    Hingga kini, Rusia belum memberikan respons resmi atas tawaran gencatan senjata tersebut. Kremlin masih terus mengklaim bahwa “operasi militer khusus” mereka akan terus berlangsung hingga tujuan strategis tercapai.

    Namun beberapa diplomat Rusia mulai menunjukkan sinyal bahwa pembicaraan damai bisa jadi opsi terbuka, tergantung sikap Ukraina ke depan. 

    Situasi ini bikin geger dunia internasional. Ukraina makin kuat di medan tempur, tapi Zelensky malah membuka pintu damai. 

  • Rusia Terus Gempur Ukraina, 2 Orang Tewas Termasuk Bocah 9 Tahun

    Rusia Terus Gempur Ukraina, 2 Orang Tewas Termasuk Bocah 9 Tahun

    Jakarta

    Rusia terus menggempur Ukraina. Serangan udara Rusia di Ukraina selatan menewaskan seorang pria dan seorang bocah perempuan berusia sembilan tahun dalam serangan terpisah.

    Di wilayah Zaporizhzhia pada Jumat (30/5) malam waktu setempat, “Rusia menyerang daerah permukiman dengan bom udara berpemandu”, menewaskan anak perempuan itu dan melukai seorang anak laki-laki berusia 16 tahun, kata Ivan Fedorov, kepala administrasi militer regional, di platform Telegram, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (31/5/2025).

    Satu rumah hancur dan beberapa lainnya rusak akibat ledakan itu, tambahnya.

    Dalam serangan terpisah di kota Kherson, seorang “pria berusia 66 tahun menderita luka fatal” akibat gempuran Rusia, tulis Oleksandr Prokudin, gubernur wilayah Kherson, di Telegram.

    Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, puluhan ribu orang telah tewas, sebagian besar wilayah Ukraina timur dan selatan hancur, dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

    Satu orang terluka dalam serangan drone Rusia di kota Kharkiv, Ukraina, kata wali kotanya.

    Di Rusia, serangan drone Ukraina melukai 10 orang di wilayah Kursk semalam, kata penjabat gubernur Alexander Khinshtein.

    Tonton juga “Rusia: Kami Tengah Rancang Memorandum Damai dengan Ukraina” di sini:

    Namun, negosiasi di Istanbul, Turki itu hanya menghasilkan pertukaran tahanan dan janji untuk tetap berhubungan.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Jumat (30/5), bahwa pemerintahnya tidak mengharapkan hasil dari pembicaraan lebih lanjut dengan Rusia kecuali Moskow memberikan persyaratan perdamaiannya terlebih dahulu. Dia menuduh Kremlin melakukan “segala hal” yang dapat dilakukannya untuk menyabotase pertemuan potensial.

    “Harus ada gencatan senjata untuk terus bergerak menuju perdamaian. Kita perlu menghentikan pembunuhan orang,” tambah Zelensky dalam sebuah pernyataan di Telegram.

    Tonton juga “Rusia: Kami Tengah Rancang Memorandum Damai dengan Ukraina” di sini:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini