Tag: Vladimir Putin

  • Zelensky Gigit Jari, Veto Hungaria Gugurkan Janji Uni Eropa Gelontorkan Bantuan Militer – Halaman all

    Zelensky Gigit Jari, Veto Hungaria Gugurkan Janji Uni Eropa Gelontorkan Bantuan Militer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina kini menghadapi hambatan besar dalam upayanya mendapatkan bantuan militer dari Uni Eropa.

    Setelah Amerika Serikat sebelumnya memutuskan untuk menangguhkan bantuan, kini Ukraina harus gigit jari setelah Uni Eropa gagal mencapai kesepakatan mengenai pengiriman paket bantuan militer senilai €30 miliar atau setara dengan Rp529 triliun.

    Kegagalan ini terjadi dalam pertemuan darurat Dewan Eropa yang digelar di Brussels, Belgia, pada Kamis (6/3/2025).

    Dalam pertemuan tersebut, Hungaria memveto keputusan yang telah didukung oleh 26 negara anggota Uni Eropa lainnya.

    Dikutip dari Russia Today, kesepakatan yang diusulkan mencakup lima poin utama.

    Antara lain, jaminan keamanan bagi Ukraina, komitmen bahwa tidak akan ada perundingan dengan Rusia tanpa kehadiran Kyiv, dan janji untuk menegakkan integritas teritorial Ukraina.

    Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menolak usulan tersebut.

    Ia beralasan bahwa usulan tersebut bertentangan dengan posisi politik Hungaria yang lebih mengutamakan perdamaian.

    “Ia berbicara tentang perlunya Ukraina diperkuat agar dapat bertempur lebih jauh. Hungaria, tentu saja, tidak mendukungnya karena hal ini sepenuhnya bertentangan dengan posisi kami yang mendukung perdamaian,” jelas Orban.

    Menurut pernyataan Dewan Eropa, keputusan final mengenai dukungan militer untuk Ukraina ditunda hingga pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa berikutnya yang dijadwalkan pada 20 Maret 2025.

    Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa, menyatakan meskipun ada keberatan dari Hungaria, Uni Eropa tetap berusaha mencari jalan agar bantuan militer untuk Ukraina dapat dilanjutkan.

    “Hungaria memiliki pendekatan yang berbeda terhadap Ukraina, artinya, Hungaria terisolasi di antara 27 negara anggota UE, dan 26 negara lainnya mendukung langkah ini,” ujar Costa.

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, juga menyarankan kemungkinan adanya rencana alternatif, termasuk pembentukan “koalisi yang bersedia”.

    Nantinya, negara-negara anggota dapat memberikan bantuan militer kepada Ukraina tanpa memerlukan persetujuan bulat dari semua negara Uni Eropa.

    Pertemuan darurat ini diadakan di tengah ketegangan yang meningkat.

    Sebuah laporan menunjukkan bahwa kebijakan baru Presiden AS Donald Trump, yang baru-baru ini membekukan bantuan militer untuk Ukraina, turut memengaruhi keputusan Uni Eropa.

    Trump juga mendesak Uni Eropa untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam mendukung Ukraina, terutama dalam upaya pertahanan negara tersebut.

    Meski keputusan mengenai bantuan militer Ukraina tertunda, Uni Eropa setuju untuk melanjutkan inisiatif terpisah, yakni meningkatkan anggaran pertahanan Eropa hingga €800 miliar atau sekitar Rp14 kuadriliun.

    Rencana ini, yang dikenal dengan nama “ReArm Europe”, diluncurkan oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang berencana mengajukan proposal hukum dalam dua minggu mendatang.

    Selain itu, pemerintah Hungaria juga berencana mengadakan referendum mengenai apakah Ukraina harus diterima sebagai anggota Uni Eropa.

    Viktor Orban menekankan pentingnya mempertimbangkan masalah ini dengan serius, mengatakan bahwa keputusan tersebut tidak bisa diambil tanpa konsultasi dengan rakyat.

    “Saya pikir kita harus menanggapi masalah keanggotaan Ukraina di Uni Eropa dengan serius,” kata Orban dalam pernyataannya, dikutip dari TASS.

    “Tidak mungkin membuat keputusan yang bertanggung jawab saat ini, dan saya tidak ingin keputusan ini dibuat tanpa sepengetahuan rakyat,” lanjutnya.

    Orban sebelumnya telah menyatakan bahwa penerimaan Ukraina ke Uni Eropa saat ini bisa merugikan sektor pertanian dan ekonomi Eropa secara keseluruhan.

    Ia juga mengkritik kebijakan Ukraina yang dinilai tidak menghormati hak-hak minoritas Hungaria di wilayahnya, serta tindakan Ukraina yang mengancam keamanan energi Hungaria.

    Namun, Orban juga tidak menutup kemungkinan untuk menerima Ukraina ke dalam Uni Eropa jika negara tersebut memenuhi semua persyaratan dan prasyarat yang diperlukan.

    Dengan perkembangan ini, Ukraina kini harus menghadapi tantangan besar dalam memperoleh dukungan internasional, baik dari Uni Eropa maupun negara-negara besar lainnya.

    Situasi Terkini Konflik Rusia vs Ukraina

    Ukraina Dihujani Rudal Balistik

    Pada Jumat (7/3/2025) pagi, Rusia melancarkan serangan rudal balistik dan pesawat tak berawak besar di Ukraina.
    Serangan ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat menghentikan berbagi intelijen dengan Kyiv.

    Amerika Serikat sebelumnya memberikan peringatan dini tentang kemungkinan serangan tersebut.

    Serangan ini terjadi saat delegasi Ukraina sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan mitranya dari AS di Arab Saudi minggu depan.

    Pertemuan itu bertujuan untuk membahas kemungkinan akhir dari perang, menurut laporan Luke Harding dan Dan Sabbagh.

    Di sisi lain, dalam sebuah posting di Truth Social, Donald Trump tampaknya mengkritik serangan Rusia terbaru.

    “Berdasarkan fakta bahwa Rusia benar-benar ‘menggempur’ Ukraina di medan perang saat ini, saya sangat mempertimbangkan sanksi bank, sanksi, dan tarif skala besar pada Rusia sampai gencatan senjata dan perjanjian penyelesaian akhir perdamaian tercapai,” tulis Trump, dikutip dari The Guardian.

    Secara terpisah, Trump menyatakan bahwa dia merasa lebih “mudah” untuk berurusan dengan Rusia daripada dengan Ukraina dalam upaya mengakhiri perang.

    Trump menyebutkan bahwa dia mempercayai Vladimir Putin, Presiden Rusia.

    “Saya percaya padanya,” ujar Trump.

    “Jujur saja, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan Ukraina dan mereka tidak punya kartu,” tambahnya.

    “Mungkin lebih mudah berurusan dengan Rusia.”

    Rusia Gempur Kota Dobropillia

    Pada Jumat (7/3/2025) malam, pasukan Rusia melancarkan serangan di kota Dobropillia, Ukraina timur.

    Serangan tersebut mengakibatkan empat orang tewas dan 18 lainnya terluka, menurut gubernur daerah setempat.

    Vadym Filashki melaporkan melalui Telegram bahwa serangan tersebut terdiri dari tiga serangan malam.

    Serangan itu menargetkan kota di utara Pokrovsk, yang menjadi titik fokus kemajuan pasukan Rusia di Ukraina timur.

    Berdasarkan informasi awal, empat gedung apartemen bertingkat tinggi rusak dalam serangan tersebut.

    Petugas darurat telah diterjunkan ke lokasi kejadian.

    Sebelumnya, jaksa Donetsk menyatakan bahwa lima warga tewas akibat serangan Rusia yang melanda beberapa kota dan desa.

    Di antaranya, satu orang tewas di Pokrovsk, dua lainnya di desa-desa dekat Kostyantynivka, serta satu korban di dekat kota Kurakhove.

    Kurakhove direbut Rusia pada Januari lalu.

    Sementara itu, di pelabuhan Laut Hitam selatan Ukraina, Odessa, gubernur daerah Oleh Kiper melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak Rusia kembali merusak infrastruktur energi dan target lainnya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Panas, Serangan Rusia Tewaskan 12 Orang di Ukraina Timur

    Panas, Serangan Rusia Tewaskan 12 Orang di Ukraina Timur

    Jakarta

    Memanas! Serangan terbaru Rusia menewaskan sedikitnya 12 orang di Ukraina timur hingga Sabtu (8/3) pagi waktu setempat. Serangan ini terjadi beberapa hari menjelang perundingan di Arab Saudi antara negosiator Amerika Serikat dan Ukraina yang bertujuan untuk gencatan senjata.

    Serangan udara Rusia tersebut menghantam pusat Dobropillia di wilayah Donetsk, Ukraina pada Jumat malam waktu setempat, menewaskan 11 orang dan melukai 30 orang, menurut layanan darurat, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (8/3/2025).

    Secara terpisah, satu orang tewas dalam serangan drone dan tujuh orang lainnya terluka pada Sabtu dini hari di kota Bogodukhiv, kata kepala militer wilayah Kharkiv Oleg Synegubov.

    Serangan udara itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengancam sanksi dan tarif baru terhadap Rusia, tetapi juga mengatakan mungkin “lebih mudah” untuk bekerja sama dengan Moskow daripada Kyiv dalam upaya untuk mengakhiri perang tiga tahun tersebut.

    Setelah Trump secara terbuka mencaci-maki pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky selama pertemuan di Gedung Putih dan menangguhkan bantuan militer AS ke Kyiv, presiden AS itu mengatakan kepada wartawan, bahwa ia mempercayai Presiden Rusia Vladimir Putin.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    “Sejujurnya, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan Ukraina dan mereka tidak memiliki kartu,” kata Trump. “Mungkin lebih mudah berurusan dengan Rusia,” imbuhnya.

    Pernyataan tersebut disampaikan setelah Trump mengancam sanksi dan tarif baru terhadap Rusia atas gempurannya di Ukraina. Ini disampaikan Trump beberapa jam setelah Moskow meluncurkan serangan drone dan rudal “besar-besaran” terhadap fasilitas energi Ukraina.

    “Berdasarkan fakta bahwa Rusia benar-benar ‘menggempur’ Ukraina di medan perang saat ini, saya sangat mempertimbangkan Sanksi Perbankan, Sanksi, dan Tarif berskala besar terhadap Rusia hingga Gencatan Senjata dan PERJANJIAN PENYELESAIAN AKHIR PERDAMAIAN TERCAPAI,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

    “Kepada Rusia dan Ukraina, segera duduk bersama di meja perundingan, sebelum terlambat,” imbuhnya.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga berbicara dengan Menlu Ukraina, Andrii Sybiha, melalui telepon pada hari Jumat.

    Dalam panggilan telepon tersebut, Rubio menggarisbawahi tujuan Trump untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina dengan cepat, dan menekankan bahwa “semua pihak harus mengambil langkah-langkah untuk mengamankan perdamaian yang berkelanjutan”, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Tammy Bruce dalam sebuah pernyataan.

    Lihat juga Video: Detik-detik Rudal Rusia Hantam Kampung Halaman Zelensky

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1109: Trump Minta Maxar Technologies Cabut Akses Kyiv ke Citra Satelit – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1109: Trump Minta Maxar Technologies Cabut Akses Kyiv ke Citra Satelit – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Konflik Rusia vs Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1109 pada Sabtu (8/3/2025).

    Pada 2025, perusahaan kedirgantaraan asal Amerika Serikat (AS), Maxar Technologies, dilaporkan telah menonaktifkan akses Ukraina ke citra satelitnya.

    Langkah ini diambil setelah adanya permintaan dari pemerintahan Presiden Donald Trump, The Guardian melaporkan.

    Maxar mengungkapkan bahwa mereka memiliki kontrak dengan pemerintah AS serta puluhan negara sekutu dan mitra.

    Mereka juga menegaskan bahwa setiap pelanggan memiliki keputusan independen dalam hal penggunaan dan pembagian data satelit tersebut.

    Simak rangkuman peristiwa yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1109:

    Ukraina Dihujani Rudal Balistik

    Pada Jumat (7/3/2025) pagi, Rusia melancarkan serangan rudal balistik dan pesawat tak berawak besar di Ukraina.
    Serangan ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat menghentikan berbagi intelijen dengan Kyiv.

    Amerika Serikat sebelumnya memberikan peringatan dini tentang kemungkinan serangan tersebut.

    Serangan ini terjadi saat delegasi Ukraina sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan mitranya dari AS di Arab Saudi minggu depan.

    Pertemuan itu bertujuan untuk membahas kemungkinan akhir dari perang, menurut laporan Luke Harding dan Dan Sabbagh.

    Di sisi lain, dalam sebuah posting di Truth Social, Donald Trump tampaknya mengkritik serangan Rusia terbaru.

    “Berdasarkan fakta bahwa Rusia benar-benar ‘menggempur’ Ukraina di medan perang saat ini, saya sangat mempertimbangkan sanksi bank, sanksi, dan tarif skala besar pada Rusia sampai gencatan senjata dan perjanjian penyelesaian akhir perdamaian tercapai,” tulis Trump,

    Secara terpisah, Trump menyatakan bahwa dia merasa lebih “mudah” untuk berurusan dengan Rusia daripada dengan Ukraina dalam upaya mengakhiri perang.

    Trump menyebutkan bahwa dia mempercayai Vladimir Putin, Presiden Rusia.

    “Saya percaya padanya,” ujar Trump.

    “Jujur saja, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan Ukraina dan mereka tidak punya kartu,” tambahnya.

    “Mungkin lebih mudah berurusan dengan Rusia.”

    Rusia Gempur Kota Dobropillia

    Pada Jumat (7/3/2025) malam, pasukan Rusia melancarkan serangan di kota Dobropillia, Ukraina timur.

    Serangan tersebut mengakibatkan empat orang tewas dan 18 lainnya terluka, menurut gubernur daerah setempat.

    Vadym Filashki melaporkan melalui Telegram bahwa serangan tersebut terdiri dari tiga serangan malam.

    Serangan itu menargetkan kota di utara Pokrovsk, yang menjadi titik fokus kemajuan pasukan Rusia di Ukraina timur.

    Berdasarkan informasi awal, empat gedung apartemen bertingkat tinggi rusak dalam serangan tersebut.

    Petugas darurat telah diterjunkan ke lokasi kejadian.

    Sebelumnya, jaksa Donetsk menyatakan bahwa lima warga tewas akibat serangan Rusia yang melanda beberapa kota dan desa.

    Di antaranya, satu orang tewas di Pokrovsk, dua lainnya di desa-desa dekat Kostyantynivka, serta satu korban di dekat kota Kurakhove.

    Kurakhove direbut Rusia pada Januari lalu.

    Sementara itu, di pelabuhan Laut Hitam selatan Ukraina, Odesa, gubernur daerah Oleh Kiper melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak Rusia kembali merusak infrastruktur energi dan target lainnya.

    Pasukan Ukraina Hampir Dikepung di Kursk

    Ribuan tentara Ukraina yang menyerbu wilayah Kursk, Rusia, pada Agustus lalu hampir dikepung oleh pasukan Rusia.
    Hal ini menciptakan pukulan besar bagi Kyiv.

    Sebelumnya, Ukraina berharap kehadirannya di wilayah tersebut bisa menjadi alat pengaruh terhadap Moskow dalam pembicaraan damai.

    Namun, menurut laporan Reuters yang mengutip peta sumber terbuka, situasi di Kursk memburuk tajam dalam tiga hari terakhir.

    Pasukan Rusia berhasil merebut kembali wilayah itu, The Guardian melaporkan.

    Serangan balik Rusia hampir memotong pasukan Ukraina menjadi dua.

    Hal ini memisahkan kelompok utama dari jalur pasokan utama mereka.

    Kondisi ini muncul setelah AS menghentikan pembagian intelijen dengan Kyiv.

    Keputusan tersebut meningkatkan kemungkinan pasukan Ukraina terpaksa mundur atau menghadapi risiko ditangkap atau dibunuh.

    “Situasi [untuk Ukraina di Kursk] sangat buruk,” kata Pasi Paroinen, analis militer dari Black Bird Group.

    Analis lainnya, Yan Matveev, mengatakan Ukraina kini dihadapkan pada pilihan yang sulit.

    Eropa Berupaya ‘Tambal’ Intelijen Ukraina

    Eropa berencana untuk mencoba mengimbangi kekurangan intelijen yang mungkin terjadi akibat penghentian pembagian data intelijen oleh AS kepada Ukraina.

    Hal ini dibahas dalam pertemuan puncak Uni Eropa di Brussels, Suspilne melaporkan.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Christophe Lemond, mengonfirmasi bahwa penggantian data intelijen AS menjadi salah satu topik utama dalam pembicaraan tersebut.

    Lemond juga menyatakan bahwa kebijakan pemerintahan Donald Trump merupakan masalah penting.

    Amerika Serikat telah memainkan peran besar dalam mendukung Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia pada Februari 2022.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Rusia Gempur Lagi Ukraina, Trump Ancam Beri Sanksi Baru untuk Kremlin

    Rusia Gempur Lagi Ukraina, Trump Ancam Beri Sanksi Baru untuk Kremlin

    Washington

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memberi sanksi baru terhadap Rusia atas pengebomannya di Ukraina baru-baru ini. AS sebelumnya menangguhkan bantuan ke Kyiv dalam upaya untuk mendorong diplomasi.

    “Berdasarkan fakta bahwa Rusia benar-benar ‘menggempur’ Ukraina di medan perang saat ini, saya sangat mempertimbangkan sanksi perbankan, sanksi dan tarif berskala besar terhadap Rusia hingga gencatan senjata dan perjanjian penyelesaian akhir perdamaian tercapai,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya, dilansir AFP, Jumat (7/3/2025).

    “Kepada Rusia dan Ukraina, segeralah berunding, sebelum terlambat,” tambahnya.

    Ancaman Trump muncul setelah Rusia melancarkan serangan pesawat nirawak dan rudal besar-besaran pada Jumat hari ini terhadap infrastruktur energi Ukraina.

    Beberapa hari sebelumnya, pemerintahan Trump menangguhkan pengiriman bantuan militer AS dan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina setelah perselisihan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    Trump dan Wakil Presiden JD Vance pada 28 Februari mencaci maki Zelensky dalam sebuah pertemuan yang disiarkan televisi di Gedung Putih. Trump menuduhnya tidak tahu terima kasih atas senjata AS senilai miliaran dolar.

    Trump sejak itu menghadapi kritik keras dari sekutu dan lawan domestik yang mengatakan bahwa ia berpihak pada Rusia, yang menginvasi Ukraina pada tahun 2022.

    Amerika Serikat memberikan suara bersama Rusia dan menentang sekutu Eropa-nya pada resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan diakhirinya perang tanpa menekankan integritas teritorial Ukraina.

    Trump bulan lalu berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam langkah awal untuk memulihkan hubungan normal dan mencabut sanksi besar-besaran yang dijatuhkan di bawah mantan Presiden Joe Biden atas invasi Ukraina.

  • Hamas Desak Trump Bertemu Tahanan Palestina yang Dibebaskan, Minta Hormati Seperti ke Sandera Israel – Halaman all

    Hamas Desak Trump Bertemu Tahanan Palestina yang Dibebaskan, Minta Hormati Seperti ke Sandera Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk bertemu dengan tahanan Palestina yang dibebaskan selama gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza.

    Desakan ini menyusul pertemuan Donald Trump dengan sandera Israel yang dibebaskan sebelumnya.

    Hamas mengatakan, lebih dari 9.500 tahanan Palestina saat ini ditahan di penjara-penjara Israel.

    “Sama seperti dia berbicara tentang penderitaan yang tak tertahankan dari sandera Israel, Presiden AS harus menunjukkan tingkat rasa hormat yang sama kepada tahanan politik Palestina yang dibebaskan dan mengalokasikan waktu untuk bertemu dan mendengarkan cerita mereka,” kata pemimpin senior Hamas, Basem Naim, dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Trump, sebagaimana dilansir Arab News.

    Pada Kamis (6/3/2025), Trump bertemu di Ruang Oval dengan delapan mantan sandera Israel yang dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025.

    Tahap pertama perjanjian tersebut menghasilkan pembebasan 33 sandera, termasuk delapan yang telah meninggal, dengan imbalan sekitar 1.800 tahanan Palestina.

    Pada akhir November 2023, 105 sandera telah dibebaskan selama gencatan senjata selama satu minggu dengan imbalan 240 tahanan Palestina.

    Dari 251 orang yang diculik selama serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, 58 orang masih ditahan di Gaza, 34 di antaranya telah dinyatakan meninggal oleh militer Israel.

    Trump Umumkan Rencana Perjalanan ke Arab Saudi

    Sementara itu, Donald Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa ia berencana untuk melakukan perjalanan ke Arab Saudi dalam satu setengah bulan ke depan.

    “Saya memiliki hubungan yang baik dengan mereka, dan mereka sangat baik.”

    “Namun, mereka akan menghabiskan banyak uang (untuk) perusahaan-perusahaan Amerika untuk membeli peralatan militer dan hal-hal lainnya,” kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval, dikutip dari Al Arabiya.

    Tidak jelas apakah Arab Saudi akan menjadi kunjungan resmi pertamanya ke luar negeri, tetapi Trump telah mengisyaratkan bahwa itu bisa saja terjadi.

    Trump juga mengatakan bahwa ia berharap dapat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Arab Saudi pada suatu saat nanti.

    Namun, Trump tidak mengatakan apakah ia akan melakukannya selama perjalanan mendatang tersebut.

    Setelah dilantik, panggilan pertama Trump dengan pemimpin asing adalah dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

    Selama panggilan itu, MBS memberi tahu Trump bahwa Arab Saudi bersedia berinvestasi $600 miliar di Amerika Serikat selama empat tahun ke depan.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dilansir Al Jazeera, sudah enam hari sejak semua pasokan bantuan diblokir untuk memasuki Gaza yang dilanda perang oleh tentara Israel, dan pejabat bantuan mengatakan ratusan juta dolar yang dialokasikan untuk wilayah Palestina telah dihentikan oleh pemerintah AS.

    Dengan gencatan senjata Gaza yang kacau, juru bicara militer Hamas mengatakan “perlawanan tetap pada tingkat kesiapan tertinggi untuk semua kemungkinan”.

    Departemen Luar Negeri AS mengatakan rencana yang diajukan oleh Mesir dan para pemimpin Arab  untuk pengelolaan Jalur Gaza pascaperang tidak dianggap “memadai” oleh pemerintahan Trump.

    Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi seorang pejabat senior AS mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas baru-baru ini tentang tawanan Israel yang ditahan di Gaza.

    Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, mengatakan pesan AS kepada Hamas adalah bahwa Washington ingin memulangkan semua orang yang diculik.

    JALUR GAZA – Foto yang diambil dari kantor berita Wafa tanggal 7 Maret 2025 memperlihatkan situasi di Beit Lahia, Gaza. Israel merampungkan persiapan untuk memindahkan warga Gaza. (Wafa)

    Seorang juru bicara sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengatakan setiap eskalasi militer Israel terhadap warga Palestina kemungkinan akan menyebabkan terbunuhnya sejumlah tawanan.

    Pihak berwenang Israel mengatakan “sejumlah kecil jamaah Muslim” akan diizinkan memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki pada hari Jumat selama bulan suci Ramadan.

    Trump mengeluarkan perintah eksekutif untuk mengatasi anti-Semitisme dan berjanji akan mendeportasi sejumlah pengunjuk rasa pro-Palestina.

    Axios melaporkan AS akan menggunakan AI untuk mencabut visa mahasiswa yang dianggap sebagai pendukung Hamas.

    Kementerian Kesehatan Gaza telah mengonfirmasi 48.440 kematian warga Palestina dalam perang Israel di Gaza,  sementara 111.845 orang terluka.

    Kantor Media Pemerintah memperbarui  jumlah korban tewas  menjadi sebanyak 61.709, dengan mengatakan ribuan warga Palestina yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Lavrov: Rusia Tolak Pasukan Eropa di Ukraina dan Macron Sebar Kebohongan soal Kami – Halaman all

    Lavrov: Rusia Tolak Pasukan Eropa di Ukraina dan Macron Sebar Kebohongan soal Kami – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Rusia menolak penempatan pasukan asing di Ukraina.

    Ia menegaskan Rusia siap berdialog dengan Ukraina dan membahas akar penyebab perang yang berlangsung sejak tahun 2022.

    Sergei Lavrov juga mengomentari pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para pemimpin Uni Eropa di Brussels, Belgia pada Rabu (5/3/2025).

    “Krisis di Ukraina dapat diselesaikan dalam beberapa minggu jika Barat berhenti memasok senjata ke Kyiv,” kata Sergei Lavrov dalam pernyataannya di Moskow pada Kamis (6/3/2025).

    “Beberapa negara Barat melihat perdamaian di Ukraina lebih buruk daripada perang,” imbuhnya, seperti diberitakan RIA Novosti.

    Ia juga mengomentari pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan Rusia adalah ancaman.

    “Siapa yang percaya bahwa Rusia saat ini akan berhenti di Ukraina?” kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam.

    Macron mengindikasikan bahwa Rusia sedang mempersiap untuk memperluas invasinya di Eropa.

    Lavrov mengatakan pernyataan itu hanyalah omong kosong.

    Ia kembali menekankan bahwa tidak ada ruang untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian Eropa ke Ukraina jika perang berakhir.

    Rusia, kata Lavrov, akan menganggap pasukan penjaga perdamaian Eropa sebagai kehadiran NATO di Ukraina.

    “Pengerahan pasukan militer Eropa di Ukraina berarti perang langsung oleh negara-negara Eropa melawan Rusia,” tegasnya.

    Selain itu, Lavrov juga mengkritik pernyataan Macron ketika bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (24/2/2025) lalu.

    Dalam pertemuan tersebut, Macron mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin melanggar semua perjanjian dengan Ukraina di masa lalu.

    “Aneh sekali mendengar bahwa Tuan Macron, dengan cara yang agresif, melanjutkan pekerjaan Napoleon, yang ingin menaklukkan Rusia, tetapi menutupi niatnya yang sebenarnya, tidak perlu dijelaskan, ia juga mulai berbicara dan mengkritik Putin,” katanya.

    “Macron memutuskan untuk mengikuti jalan Zelensky, yang saat berada di Ruang Oval, berbohong tanpa rasa malu,” lanjutnya, merujuk pada pertemuan Macron dengan Presiden AS Donald Trump pada 24 Februari lalu.

    Menurutnya, pesan-pesan seperti itu dibutuhkan oleh para pemimpin negara Barat untuk menjelaskan dan membenarkan dukungan mereka terhadap perang di Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Deretan Kebijakan Baru Trump Jadi Kado Istimewa untuk Putin

    Deretan Kebijakan Baru Trump Jadi Kado Istimewa untuk Putin

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Adu mulut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Ruang Oval, Gedung Putih, pekan lalu telah memberikan keuntungan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.

    AS, yang baru dipimpin oleh Trump selama beberapa bulan terakhir, telah berubah haluan dalam konflik antara Rusia dan Ukraina. Washington kini mulai terlihat mendukung Moskow.

    Putin dan sekutunya di media pemerintah bersukacita setelah pertengkaran publik antara Trump dan Zelensky, sementara juru bicara Kremlin bersorak bahwa kebijakan luar negeri Gedung Putih sekarang “sebagian besar sejalan dengan visi kami.”

    Pertikaian Trump di Ruang Oval dengan Zelensky mungkin merupakan titik terendah dalam serangkaian langkah yang telah diambil pemerintahan yang, menurut setidaknya beberapa analis geopolitik dan pakar Rusia, merupakan gambaran yang jelas tentang kapitulasi Amerika kepada Moskow.

    Berikut beberapa kebijakan Trump yang telah memberikan keuntungan tersendiri bagi Rusia, seperti dikutip Newsweek, Kamis (6/3/2025).

    Rusia Bersorak atas Pemotongan Dana USAID

    Perubahan hubungan tersebut dimulai segera setelah Trump menjabat, ketika Elon Musk dan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) mulai membubarkan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) secara sistematis.

    Trump dan Musk telah berulang kali menyebut USAID sebagai contoh pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan uang pajak Amerika. Sedikit lebih dari 1% dari total belanja federal pada tahun 2023 digunakan untuk bantuan luar negeri.

    Di antara inisiatif USAID adalah program yang dirancang untuk membantu Ukraina pulih dari serangan berulang Rusia yang ditargetkan terhadap jaringan listriknya.

    Moskow telah menggunakan Ukraina sebagai semacam tempat pengujian senjata siber selama lebih dari satu dekade, sebelum perang, dan dukungan AS sangat penting dalam menjaga jaringan energi Kyiv tetap beroperasi, yang berpotensi menyelamatkan jutaan warga sipil dari kematian akibat kedinginan di musim dingin yang keras.

    Departemen Luar Negeri AS diam-diam menutup inisiatif tersebut minggu lalu, menurut NBC News.

    Rusia menyambut baik pemotongan anggaran tersebut, dengan menyebut USAID, yang utamanya menyediakan makanan, obat-obatan, dan layanan lain untuk populasi miskin – dan dengan demikian bertindak sebagai proyeksi kekuatan lunak Amerika di seluruh dunia – sebagai “mesin untuk mencampuri urusan internasional … mekanisme untuk mengubah rezim, tatanan politik, struktur negara.”

    DOJ Membatalkan Gugus Tugas

    Trump juga menargetkan FBI dan CIA, dua badan intelijen dan kontraintelijen utama, untuk pemotongan besar-besaran. Di Departemen Kehakiman (DOJ), salah satu hal pertama yang dilakukan Jaksa Agung Pam Bondi setelah dikukuhkan adalah membubarkan Gugus Tugas Pengaruh Asing FBI, sebuah inisiatif era Joe Biden yang bertujuan untuk melawan pengaruh asing dalam pemilihan umum Amerika.

    Bondi juga mempersempit cakupan penegakan Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing oleh DOJ, yang digunakan jaksa untuk mengejar pelobi asing yang tidak terdaftar, termasuk mantan ketua kampanye Trump, Paul Manafort. Trump mengampuni Manafort sesaat sebelum meninggalkan jabatannya untuk masa jabatan pertamanya.

    Dalam anugerah lain bagi Putin dan pasukan pro-Rusia, Bondi memutuskan untuk menutup KleptoCapture, unit pemerintah khusus yang diarahkan untuk menegakkan sanksi terhadap Rusia dan menyita aset oligarki Rusia.

    “Tak satupun dari tindakan ini dapat dianggap buruk bagi Rusia,” kata seorang pejabat Departemen Kehakiman, yang berbicara dengan syarat anonim.

    Di Perserikatan Bangsa-Bangsa, AS bergabung dengan Rusia, Korea Utara, dan Belarus dalam pemungutan suara menentang resolusi yang mengutuk invasi Moskow ke Ukraina pada tahun 2022.

    Pemungutan suara, yang dilakukan pada ulang tahun ketiga invasi tersebut, merupakan pertama kalinya sejak 1945 Washington berpihak pada Moskow dalam masalah keamanan Eropa di PBB.

    Hegseth Mencoret NATO dari Daftar Perundingan

    Sementara itu, selama kunjungan ke markas NATO bulan lalu, Menteri Pertahanan Pete Hegseth secara efektif menyingkirkan sisa pengaruh militer Ukraina terhadap Rusia dari meja perundingan. Ia mengatakan Ukraina bergabung dengan NATO bukanlah “hasil realistis dari penyelesaian yang dinegosiasikan.”

    Dalam pukulan lain bagi Kyiv, Hegseth mengatakan AS tidak akan mengerahkan pasukan ke Ukraina sebagai bagian dari jaminan keamanan, menambahkan bahwa pasukan penjaga perdamaian Eropa yang dikirim ke Ukraina harus dikerahkan sebagai bagian dari “misi non-NATO,” yang berarti Pasal 5, perjanjian pertahanan kolektif aliansi, tidak akan melindungi mereka.

    Kunjungan Hsgseth ke Eropa mengawali beberapa minggu yang penuh gejolak yang membawa perubahan terbesar dalam kebijakan Amerika sejak tatanan internasional berbasis aturan pasca-Perang Dunia II dibuat.

    Pada hari-hari berikutnya, Trump menelepon Putin untuk menegosiasikan gencatan senjata di Ukraina, yang secara efektif mengakhiri kebijakan AS untuk mengisolasi Rusia di panggung dunia.

    Di mata Ukraina, Trump secara efektif menyingkirkan Zelensky dari pembicaraan tentang masa depan negaranya, yang semakin memperburuk keadaan.

    (luc/luc)

  • Bertemu Pemimpin Uni Eropa usai Cekcok dengan Trump, Zelensky Akui Bersyukur: Kami Tidak Sendirian – Halaman all

    Bertemu Pemimpin Uni Eropa usai Cekcok dengan Trump, Zelensky Akui Bersyukur: Kami Tidak Sendirian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin Uni Eropa (UE) pada Kamis (6/3/2025).

    Volodymyr Zelensky merasa bersyukur karena Uni Eropa berdiri di sisi Ukraina, saat blok tersebut memulai pembicaraan krisis untuk menghadapi perubahan sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dari Kyiv.

    Kunjungan Zelensky ke Brussels dilakukan saat ia berusaha keras untuk kembali terlibat dengan Washington setelah perselisihan di Gedung Putih.

    Zelensky menyatakan dirinya siap untuk bekerja menuju kesepakatan damai di bawah “kepemimpinan kuat” Trump dan untuk menyelesaikan kesepakatan mengenai akses AS ke sumber daya mineral Ukraina.

    Pertemuan puncak hari Kamis mempertemukan semua 27 pemimpin Uni Eropa untuk pertama kalinya sejak pertemuan yang menegangkan minggu lalu antara Trump dan Zelensky.

    Sejak itu, Washington telah menangguhkan bantuan militer dan pembagian informasi intelijen yang telah membantu Kyiv melawan invasi Rusia.

    “Kami sangat bersyukur bahwa kami tidak sendirian. Dan ini bukan sekadar kata-kata,” ujar Zelensky kepada wartawan saat pembicaraan dimulai, berdiri di samping para pemimpin Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Antonio Costa, dilansir Al Arabiya.

    Dengan komitmen jangka panjang Amerika terhadap keamanan Eropa yang kini diragukan, blok tersebut berada di bawah tekanan untuk bangkit pada saat ini.

    Minggu ini, calon pemimpin Jerman berikutnya telah berjanji untuk mengubah haluan pertahanan secara historis.

    “Ini adalah momen penting bagi Eropa,” kata von der Leyen, yang telah menyusun rencana yang bertujuan memobilisasi 800 miliar euro untuk “mempersenjatai kembali Eropa” dalam menghadapi ancaman dari Rusia.

    “Eropa menghadapi bahaya yang nyata dan nyata, dan oleh karena itu Eropa harus mampu melindungi dirinya sendiri,” kata kepala komisi tersebut kepada wartawan.

    “Ini juga merupakan momen penting bagi Ukraina,” imbuhnya.

    “Kita harus menempatkan Ukraina pada posisi yang mampu melindungi dirinya sendiri dan mendorong terciptanya perdamaian yang adil dan langgeng,” lanjut dia.

    Kebutuhan Keamanan yang Mendesak

    Diberitakan AP News, awal minggu ini, Trump memerintahkan penghentian sementara pasokan militer AS ke Ukraina saat ia berupaya menekan Zelensky agar terlibat dalam negosiasi untuk mengakhiri perang dengan Rusia, sehingga membawa urgensi baru pada pertemuan puncak hari Kamis.

    Pertemuan hari Kamis kemungkinan besar tidak akan membahas kebutuhan Ukraina yang paling mendesak.

    Pertemuan ini tidak ditujukan untuk segera menambah senjata dan amunisi guna mengisi kekosongan pasokan yang disebabkan oleh pembekuan AS.

    Semua negara juga tidak akan setuju untuk membuka blokir aset Rusia yang dibekukan senilai sekitar 183 miliar euro ($196 miliar) yang disimpan di lembaga kliring Belgia, sejumlah uang tunai yang dapat disita.

    Meski begitu, orang Eropa menggarisbawahi pentingnya momen tersebut.

    Namun mungkin tantangan terbesar bagi UE adalah mengambil sikap bersatu di saat UE terpecah belah, karena sebagian besar tindakan blok tersebut memerlukan dukungan bulat.

    Hongaria mengancam akan memveto sebagian pernyataan KTT tentang Ukraina, seperti halnya Perdana Menteri Slowakia Robert Fico.

    “Kita harus mengambil keputusan, tidak peduli satu atau dua pihak yang berseberangan setiap saat,” kata Presiden Lithuania Gitanas Nauseda.

    “Jika tidak, sejarah akan menghukum kita dan kita akan membayar harga yang sangat mahal,” jelasnya.

    EROPA DUKUNG ZELENSKY – Tangkap layar diambil dari media sosial X Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer pada Senin (3/2/2025), memperlihatkan para pemimpin Eropa yang tengah menghadiri pertemuan di London, Inggris pada Minggu (2/3/2025) untuk membahas rencana negosiasi perdamaian perang Ukraina usai Zelensky terlibat cekcok dengan Presiden AS Donald Trump. (Tangkap layar X Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer)

    Pertemuan puncak hari Kamis kemungkinan tidak akan menghasilkan keputusan langsung mengenai pengeluaran untuk Ukraina atau pertahanannya sendiri.

    Pertemuan puncak Uni Eropa lainnya yang akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai keputusan akan diadakan pada 20-21 Maret.

    Sebagai informasi, Donald Trump terlibat cekcok dengan Volodymyr Zelensky selama pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih di depan pers, Jumat (28/2/2025) lalu.

    Ketika berada di Gedung Putih, Volodymyr Zelensky mempertanyakan kecondongan Donald Trump ke arah Rusia.

    Trump lantas menuduh Zelensky bersikap tidak sopan saat perbedaan pendapat di antara mereka meletus menjadi adu mulut.

    Trump bersikeras Zelensky kalah dalam perang Ukraina dan berkata, “orang-orang sekarat, kalian kekurangan tentara.”

    Meski begitu, Zelensky mengatakan hubungannya dengan Amerika Serikat masih dapat diperbaiki.

    Ia tetap optimis, bahkan setelah Donald Trump meneriakinya dalam kemarahan di Gedung Putih, dan menuduhnya menolak berdamai dengan Rusia.

    “Tentu saja,” kata Zelensky saat ditanya dalam wawancara Fox News apakah hubungan dengan Trump dapat diselamatkan, Jumat.

    “Hubungan AS-Ukraina melibatkan lebih dari dua presiden,” katanya.

    Zelensky menambahkan, Ukraina sangat membutuhkan bantuan Washington dalam perang melawan militer Rusia yang jauh lebih besar dan lebih bersenjata.

    “Akan sulit tanpa dukungan Anda,” kata Zelensky di Fox — saluran berita favorit Trump.

    Sementara itu, selama kunjungannya dengan Trump, Zelensky diharapkan menandatangani kesepakatan yang memungkinkan AS memperoleh akses lebih besar ke mineral tanah jarang Ukraina dan mengadakan konferensi pers bersama.

    Namun, rencana itu dibatalkan setelah perbincangan sengit antara para pemimpin di depan awak media.

    Tidak jelas apa arti kegagalan itu bagi kesepakatan yang menurut Trump penting untuk membayar AS atas lebih dari $180 miliar bantuan Amerika yang dikirim ke Kyiv sejak dimulainya perang.

    Pemimpin Ukraina diminta meninggalkan Gedung Putih oleh penasihat utama Trump tak lama setelah Trump meneriakinya, menunjukkan penghinaan terbuka.

    “Anda mempertaruhkan Perang Dunia III, dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara ini, negara yang telah mendukung Anda jauh lebih banyak daripada yang dikatakan banyak orang,” kata Trump kepada Zelensky, masih dari AP News.

    Diketahui, tujuan utama Zelensky dalam aksi duduk itu adalah untuk menekan Trump agar tidak meninggalkan negaranya dan memperingatkan agar tidak terlalu dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Sebaliknya, ia malah dibentak-bentak sementara Trump tampak mempermainkan drama di depan kamera.

    Trump telah membuat Kyiv dan sekutu Eropa khawatir dengan perubahan kebijakan AS yang tiba-tiba, menampilkan dirinya sebagai mediator antara Putin dan Zelensky dan menolak untuk mengutuk invasi Rusia.

    Trump menyebut Zelensky sebagai “diktator” minggu lalu dan mengatakan dia percaya Putin akan “menepati janjinya” mengenai gencatan senjata.

    Trump mengatakan kepada Zelensky, sebagai mediator, dia tidak dapat mengkritik salah satu pihak utama.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • Strategi Trump dan Dampaknya, Apakah Eropa Siap Mandiri Secara Militer?

    Strategi Trump dan Dampaknya, Apakah Eropa Siap Mandiri Secara Militer?

    Jakarta

    Taktik Donald Trump dalam menggunakan ancaman untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dalam bisnis dan politik semakin menjadi kebiasaan di kalangan pemimpin politik global. Namun, laporan mengenai kesepakatan di balik layar antara Presiden AS dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina telah mengejutkan banyak pemimpin dunia, terutama di Eropa. Mereka khawatir Trump akan menarik perlindungan militer AS dari benua itu.

    Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menanggapi kekhawatiran ini dengan mengumumkan peningkatan anggaran pertahanan Inggris menjadi 2,5% dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2027, naik dari 2,3% saat ini. Ia menekankan bahwa investasi ini harus diikuti dengan peningkatan pengeluaran pertahanan di tahun-tahun mendatang. Langkah ini mencerminkan komitmen Inggris untuk “mengamankan perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina” serta memperkuat keamanan kolektif Eropa.

    Di Jerman, para pemimpin politik masih berupaya merumuskan respons terhadap seruan Starmer untuk membentuk “Koalisi Negara yang Bersedia” di Eropa guna mengambil alih pertahanan benua tersebut. Setelah pemilihan umum baru-baru ini, Friedrich Merz, pemimpin aliansi partai konservatif CDU/CSU, keluar sebagai pemenang dan tengah bernegosiasi dengan Partai Sosial Demokrat yang dipimpin Kanselir Olaf Scholz, yang akan segera lengser, untuk membentuk pemerintahan baru. Salah satu isu utama dalam negosiasi ini adalah pelonggaran aturan pinjaman Jerman guna membiayai peningkatan anggaran pertahanan.

    Seberapa serius ancaman Rusia?

    Selama beberapa dekade, anggota NATO di Eropa mengandalkan Amerika Serikat sebagai kekuatan ekonomi dan militer terbesar dalam aliansi ini untuk memikul beban utama pertahanan. Kini, para pemimpin Eropa mulai mempertimbangkan kemungkinan runtuhnya NATO jika Trump menarik dukungan AS.

    Rafael Loss, pakar pertahanan dan keamanan dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri (ECFR), mengatakan kepada DW bahwa tidak ada risiko langsung dari “pasukan Rusia yang berdiri di luar Berlin besok.” Namun, ia memperingatkan bahwa Rusia berupaya “memecah belah NATO dan Uni Eropa guna memperoleh dominasi militer di Eropa.”

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Lembaga pemikir Bruegel yang berbasis di Brussels bahkan menilai bahwa serangan Rusia terhadap negara anggota Uni Eropa adalah kemungkinan yang nyata.

    “Penilaian oleh NATO, Jerman, Polandia, Denmark, dan negara-negara Baltik menempatkan Rusia siap untuk menyerang dalam waktu tiga hingga sepuluh tahun,” kata lembaga pemikir itu dalam sebuah analisis baru-baru ini.

    Sebagai respons terhadap perang Rusia di Ukraina, Jerman membentuk dana khusus sebesar €100 miliar ($103 miliar) untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya yang telah lama terabaikan. Meski dana tersebut belum sepenuhnya dibelanjakan, alokasinya sudah ditetapkan. Namun, peningkatan anggaran pertahanan reguler Jerman belum terjadi secara signifikan.

    Tantangan dalam menggantikan militer AS

    Para ekonom Bruegel menghitung bahwa bantuan militer AS untuk Ukraina pada 2024 mencapai €20 miliar (sekitar Rp348,4 triliun) dari total €42 miliar (sekiar Rp730,5 triliun). “Untuk menggantikan AS, Uni Eropa hanya perlu mengalokasikan 0,12% dari PDB-nya, angka ini dinilai masih terjangkau,” ujar mereka dalam analisisnya.

    Bruegel juga menguraikan kebutuhan Eropa agar tetap mampu mempertahankan diri jika AS menarik diri dari NATO. Selain menggantikan brigade tempur, kapal, dan pesawat tempur AS, Eropa juga harus meningkatkan kapasitas di bidang intelijen, komunikasi, dan infrastruktur komando untuk mengerahkan unit militer yang besar dan kompleks.

    Kapabilitas militer Jerman, misalnya, masih jauh dari memadai. Janji Berlin untuk menyediakan dua divisi bagi NATO, dengan jumlah sekitar 40.000 tentara, menghadapi kendala besar. Menurut Bruegel, kontribusi Jerman yang lebih realistis, mengingat ukuran negaranya, seharusnya mendekati 100.000 tentara.

    Meskipun akuisisi perangkat keras militer terutama merupakan “permainan angka,” Bruegel menekankan bahwa membangun “kapabilitas lunak,” seperti struktur operasional dan pengalaman militer, jauh lebih sulit. Proses ini bisa memakan biaya ratusan miliar euro dan berlangsung selama bertahun-tahun.

    Jack Allen-Reynolds, wakil kepala ekonom untuk zona euro di Capital Economics, memperkirakan bahwa belanja pertahanan Eropa perlu ditingkatkan secara signifikan. Ia memperkirakan tambahan €250 miliar (sekitar Rp4.340 triliun) per tahun akan diperlukan dalam jangka pendek, yang akan meningkatkan anggaran pertahanan Uni Eropa menjadi sekitar 3,5% dari PDB.

    Bagaimana cara membiayai persenjataan Eropa?

    Allen-Reynolds mengusulkan beberapa opsi pendanaan untuk peningkatan belanja militer ini. Salah satu caranya adalah dengan mengalihkan fungsi Bank Investasi Eropa (EIB) atau mendirikan “bank persenjataan” baru guna mendukung sektor pertahanan tanpa membebani anggaran nasional secara langsung.

    Alternatif lain adalah melalui EIB, yang dapat memberikan pinjaman kepada perusahaan pertahanan atau menerbitkan obligasi khusus untuk proyek militer. Pendekatan ini tidak secara langsung membiayai personel atau peralatan militer, tetapi mendukung produsen senjata Eropa dalam meningkatkan produksi.

    “Opsi termudah,” menurut Allen-Reynolds, adalah jika Uni Eropa meluncurkan program pinjaman bersama yang mirip dengan dana pemulihan pandemi NextGenerationEU senilai €750 miliar (sekitar Rp13.000 triliun). Program ini akan memberikan akses murah ke pasar keuangan berkat peringkat kredit AAA Uni Eropa dan memungkinkan negara-negara dengan keterbatasan fiskal untuk menghindari peminjaman dari anggaran nasional mereka sendiri.

    Namun, gagasan penerbitan Eurobonds seperti ini telah lama ditentang oleh semua partai politik utama di Jerman, termasuk Merz.

    Dampak terhadap ekonomi zona euro?

    Dari perspektif makroekonomi, Bruegel berpendapat bahwa peningkatan belanja pertahanan berbasis utang bahkan dapat mendorong aktivitas ekonomi Eropa di tengah ancaman perang dagang yang berpotensi melemahkan permintaan eksternal.

    Ancaman Trump untuk memberlakukan tarif tinggi pada mobil-mobil Eropa telah menyebabkan para investor menjual saham industri otomotif dan mengalihkan investasinya ke sektor pertahanan, yang dianggap memiliki prospek pertumbuhan lebih baik.

    Rafael Loss dari ECFR menambahkan bahwa ekspansi militer Jerman dapat membawa dampak positif bagi ekonomi nasional serta membantu mengatasi perlambatan pertumbuhan. “Jika pekerjaan di rantai pasok otomotif dapat dialihkan ke produksi alat pertahanan, ini bisa memberikan manfaat ekonomi,” ujarnya, seraya mengingatkan agar tidak melebih-lebihkan dampaknya secara keseluruhan.

    Artikel ini diadpatasi dari DW dalam bahasa Inggris.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kenapa Trump Musuhi Eropa dan Sekutu Lama?

    Kenapa Trump Musuhi Eropa dan Sekutu Lama?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat secara terang-terangan melecehkan sekutu lama di Eropa dan Ukraina, ketika pada saat yang sama melunak kepada Rusia. Skenario yang terasa mustahil di masa lalu itu kini menjadi tontonan siaran langsung di bawah pemerintahan Donald Trump di Gedung Putih.

    Lantas, mau dibawa ke mana arah kebijakan luar negeri AS di masa depan?

    Amerika Serikat sejatinya telah berjanji melindungi Ukraina, sejak Kyiv mengembalikan senjata nuklir kepada Rusia pada Desember tiga puluh tahun silam, dengan janji mendapat jaminan keamanan dari Moskow dan Washington.

    Pun sejak invasi Rusia tahun 2021, AS menjadi pemasok terbesar perlengkapan perang bagi Ukraina. Namun usai percekcokan terbuka antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenksyy di Gedung Putih, Jumat (28/2) silam, AS menghentikan semua pengiriman senjata ke sekutu dekatnya itu.

    Sikap Trump mengingkari perjanjian lama dan solidaritas transatlantik sebabnya diyakini dapat menggeser keseimbangan geopolitik global. Bagi Eropa dan Ukraina, ketidakpastian ini menuntut kesiapan untuk menghadapi kemungkinan bahwa Washington tak lagi bisa diandalkan sebagai sekutu utama.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Enam pekan masa jabatan Trump kian jelas mengindikaskan arah kebijakan diplomasi untuk empat tahun ke depan. Di bawah pemerintahannya, AS bersedia mengorbankan Ukraina demi mendekat kepada Rusia. Alih-alih melibatkan sekutu lama, Trump justru mengambil sikap permusuhan terhadap Eropa.

    “Uni Eropa diciptakan untuk mengacaukan AS,” kata Trump pada Rabu (26/2) lalu. Pada hari Jumat, dia dan wakilnya JD Vance mendamprat Volodymyr Zelensky dalam siaran langsung di televisi. Padahal, presiden Ukraina sebenarnya datang untuk menyegel perjanjian bahan mentah seperti yang diminta AS. Ketika Zelensky menuntut jaminan keamanan yang lebih solid, dia dianggap “tidak berterimakasih” dan “menghina rakyat AS” oleh Trump dan Vance.

    Trump akhiri aliansi Barat?

    Sejarawan Jerman Norbert Frei, yang mengepalai Pusat Jena untuk Sejarah Abad ke-20 di Universitas Jena, melihat ini sebagai akhir dari tatanan dunia setelah Perang Dunia Kedua dan titik balik sejarah dalam skala runtuhnya Uni Soviet.

    “Tujuannya jelas, yakni dominasi tiga serangkai global dengan Donald Trump, Xi Jinping, dan Vladimir Putin,” kata Frei di stasiun radio publik Deutschlandfunk. “Yang tidak mau diakui Trump sekarang adalah bahwa AS sebagai adidaya sedang merosot. Dan Trump sedang menyingkirkan satu-satunya sekutu sejati, yaitu Eropa. Dan Eropa ini sekarang benar-benar berdiri sendiri.”

    Sebab itu pula, Eropa melangsungkan konsultasi diplomatik untuk menemukan jawaban bersama, yang pertama di London, kemudian pada pertemuan puncak khusus Uni Eropa di Brussels. “Saya berharap mereka menyadari bahwa kita tengah menyaksikan perubahan arah yang jelas dalam politik dunia,” kata Mikhail Alexseev, ilmuwan politik di Universitas Negeri San Diego di California, menjelang diskusi tersebut.

    “Insiden di Ruang Oval bukan sekadar pertikaian antara dua pemimpin. Ini menandakan perubahan besar orientasi AS dari Eropa. Kita tidak bisa lagi menganggap remeh jaminan keamanan AS, tidak hanya untuk Ukraina tetapi mungkin juga untuk NATO,” kata Alexseev kepada DW.

    “Keretakan besar tidak dapat dikenali”

    Setahun yang lalu, Trump meminta Eropa untuk menginvestasikan hingga lima persen anggaran belanja nasional untuk pertahanan di masa depan.

    Laura von Daniels, kepala kelompok penelitian Amerika di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan, SWP, di Berlin, juga menunjukkan ketidakpastian besar di bidang keamanan. Namun begitu, dia juga menepis dugaan keretakan besar dalam hubungan transatlantik.

    “Saya yakin ini akan menjadi situasi yang sulit, dan Trump siap merugikan kepentingan Uni Eropa. Baik dalam hal kebijakan keamanan maupun kebijakan ekonomi, misalnya dengan tarif hukuman. Namun, dia juga tidak berkepentingan untuk menceraikan Eropa dalam semalam.”

    Von Daniels menunjuk pada rencana kebijakan ekonomi Trump, dia mengincar Eropa sebagai pasar untuk menjual gas alam cair, LNG. Oleh karena itu, tekanan ekonomi kemungkinan akan terus meningkat. “Tarif baja dan aluminium akan diberlakukan pada 12 Maret,” kata von Daniels. Pada musim semi dan panas, Eropa harus menghadapi tarif lebih besar – misalnya pada mobil.

    Dengan langkah ini, Trump ingin menyeimbangkan neraca perdagangan antara UE dan AS. Menurut data AS, pada tahun 2024 AS telah membeli barang dan jasa dari Eropa senilai hampir satu triliun euro lebih banyak daripada sebaliknya.

    Secara keseluruhan, hubungan transatlantik cukup berguna bagi Trump, kata pakar SWP: “Pertanyaannya tentu saja dibenarkan apakah dia akan terus mengidentifikasikan diri sebagai aliansi Barat.”

    Gabriel: Trump Ingin Melemahkan Eropa

    Mantan Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel, menilai pemerintahan AS di bawah Donald Trump tidak lagi menganggap Eropa sebagai mitra strategis. Dalam wawancara dengan harian Augsburger Allgemeine, Gabriel menuduh Trump tidak memahami atau menghargai Eropa.

    “Pandangan dunianya bertolak belakang dengan visi kerja sama internasional yang dianut Eropa. Saya yakin dia ingin melemahkan atau bahkan menghancurkan Eropa, karena kita sebenarnya cukup kuat jika bersatu dan itu mengganggunya,” ujar Gabriel.

    “Yalta 2.0”: Trump dan Putin Atur Ulang Dunia?

    Gabriel juga menyoroti rencana pembicaraan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai kemungkinan mengakhiri perang di Ukraina. Dia membandingkan situasi ini dengan Konferensi Yalta 1945, ketika AS, Uni Soviet, dan Inggris membagi wilayah pengaruh di Eropa usai Perang Dunia II.

    “Trump membayangkan semacam ‘Yalta 2.0’, di mana para ‘pemimpin kuat’ dunia membagi wilayah kekuasaan mereka, sementara negara-negara kecil harus mencari cara untuk bertahan hidup,” katanya.

    Pengamat politik dari Yayasan Sains dan Politik, SWP, Laura von Daniels, juga menilai bahwa Trump melihat Ukraina sebagai penghalang utama dalam upayanya menjalin kesepakatan langsung dengan Putin. Insiden di Gedung Oval pada Jumat lalu, kata von Daniels, memiliki karakteristik yang mirip dengan kepemimpinan otoriter.

    Tanpa AS, Rusia Bisa Menang?

    Sementara itu, Institute for the Study of War di Washington memperingatkan bahwa penghentian bantuan AS untuk Ukraina dapat meningkatkan kemungkinan kemenangan Rusia. Jika ini terjadi, Putin bisa merasa semakin percaya diri untuk memperluas pengaruhnya ke negara-negara bekas Uni Soviet lainnya, termasuk anggota Uni Eropa dan NATO seperti Estonia, Latvia, dan Lituania.

    Di sisi lain, jika AS mundur dari konflik ini, dampaknya bisa lebih luas: Washington akan kehilangan pengaruh global, sementara Rusia semakin mengukuhkan dominasinya di kawasan.

    Artikel diadaptasi dari DW Bahasa Jerman

    Tonton juga Video Geramnya Trump Gegara Zelensky Bilang Perang Ukraina Bakal Panjang

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu