Tag: Vladimir Putin

  • Putin Disebut Siap Perang Skala Besar, NATO Jadi Target Berikutnya? – Halaman all

    Putin Disebut Siap Perang Skala Besar, NATO Jadi Target Berikutnya? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dinas Intelijen Federal Jerman (BND) dan angkatan bersenjata negara tersebut baru-baru ini mengeluarkan pernyataan mengenai situasi keamanan yang mengkhawatirkan di Eropa.

    Mereka menilai bahwa Rusia saat ini memandang Barat, khususnya NATO, sebagai musuh sistemik.

    Dalam laporan media Jerman, termasuk dari Bild, terdapat indikasi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuan imperialisnya.

    Penilaian yang dibuat oleh BND tersebut juga didukung oleh beberapa media Jerman lainnya, seperti Süddeutsche Zeitung, WDR, dan NDR.

    Semua laporan ini menunjukkan bahwa Putin tidak hanya akan puas dengan pencapaian di Ukraina, dan pada akhir dekade ini, Rusia mungkin telah membangun semua kondisi yang diperlukan untuk melancarkan perang konvensional berskala besar.

    Menurut Badan Intelijen Lituania (VSD), meskipun Rusia belum dalam posisi untuk melancarkan perang besar-besaran melawan NATO dalam jangka menengah, tindakan militer terbatas terhadap satu atau lebih negara anggota NATO masih mungkin terjadi.

    Dalam laporan BND, disebutkan bahwa meskipun tiga perempat tentara dan peralatan Rusia dari wilayah perbatasan Baltik saat ini dikerahkan ke Ukraina, angkatan udara dan angkatan laut Rusia tetap dalam keadaan siaga penuh.

    Jika perang di Ukraina berakhir, unit-unit Rusia kemungkinan akan dikerahkan kembali ke wilayah perbatasan.

    Meskipun mengalami kerugian besar akibat sanksi Barat, Putin terus memperkuat militernya.

    Laporan dari Bundeswehr dan BND menunjukkan bahwa ekonomi militer Rusia mampu memenuhi kebutuhan perang di Ukraina.

    Diperkirakan pada tahun 2026, jumlah Angkatan Bersenjata Rusia akan meningkat menjadi 1,5 juta tentara.

    Rusia juga diketahui meningkatkan pengeluaran militernya dengan pesat.

    Pada tahun 2025, anggaran militer Rusia diperkirakan mencapai sekitar 120 miliar dollar, yang setara dengan lebih dari 6 persen dari PDB negara tersebut.

    Anggaran ini hampir empat kali lipat dibandingkan tahun 2021.

    Rencana yang ada juga mencakup peningkatan jumlah personel dan peralatan militer di perbatasan dengan NATO sebesar 30-50 persen pada tahun 2022.

    Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan tegas mengenai tindakan NATO jika Rusia menyerang Polandia atau negara anggota lain.

    Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, Rutte menjelaskan bahwa Polandia merupakan kontributor penting bagi pertahanan kolektif NATO di laut, udara, dan darat.

    “Jika ada pihak yang salah perhitungan dan mengira mereka bisa lolos dengan menyerang Polandia atau sekutu lainnya, mereka akan berhadapan dengan kekuatan penuh dari Aliansi yang kuat ini. Reaksi kami akan sangat menghancurkan,” tegas Rutte, sebagaimana dilansir oleh European Pravda.

    Rutte juga menekankan bahwa kemitraan transatlantik adalah fondasi yang tak tergoyahkan bagi NATO dan tidak akan berubah.

    Di sisi lain, Tusk menegaskan perlunya perdamaian yang cepat di Ukraina, namun mengingatkan bahwa perdamaian tersebut harus adil dan menjamin keamanan bagi Ukraina, Polandia, dan negara-negara NATO lainnya.

    Sebagai langkah persiapan, Tusk mengumumkan bahwa Polandia sedang menyusun model pelatihan militer bagi setiap pria dewasa di negara itu sebagai langkah mitigasi jika terjadi konflik berskala besar.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Wakil Trump Rayu Rakyat Greenland, Iming-imingi Lebih Baik Gabung AS daripada Denmark – Halaman all

    Wakil Trump Rayu Rakyat Greenland, Iming-imingi Lebih Baik Gabung AS daripada Denmark – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), JD Vance, merayu rakyat Greenland dengan mengatakan lebih baik bergabung dengan AS daripada Denmark.

    JD Vance menyampaikan pesan Presiden AS Donald Trump kepada rakyat Greenland ketika ia mengunnjungi para prajurit AS di Pangkalan Luar Angkasa Pituffik di Greenland barat laut pada hari Jumat (28/3/2025).

    Ia menekankan tekad pemerintahan Donald Trump untuk memperluas kehadiran permanennya di pulau Arktik tersebut.

    “Saya ingin menyampaikan pesan dari Presiden Trump,” kata Vance kepada para penerbang dan pengawal yang berkumpul.

    “Dia berterima kasih atas pengabdian Anda, berterima kasih atas apa yang Anda lakukan di sini… karena misi yang Anda lakukan sangat penting bagi Amerika Serikat,” lanjutnya.

    Ia juga menegaskan bahwa tidak ada “rencana segera” untuk memperluas kehadiran militer AS dengan pangkalan-pangkalan baru.

    “Washington akan meningkatkan investasi, termasuk berinvestasi pada kapal pemecah es militer tambahan, berinvestasi pada kapal angkatan laut tambahan yang akan memiliki kehadiran lebih besar di Greenland,” ujarnya.

    Selain itu, ia menekankan AS mendukung penentuan nasib sendiri Greenland, tetapi menjelaskan AS membayangkan masa depan di mana pulau tersebut pada akhirnya berpihak pada AS.

    “Saya pikir akan jauh lebih baik jika Anda berada di bawah payung keamanan Amerika Serikat daripada berada di bawah payung keamanan Denmark,” katanya.

    JD Vance menuduh pemerintah Denmark telah mengecewakan rakyat Greenland dan mengklaim pulau itu sangat rentan saat ini.

    “Anda (pemerintah Denmark) kurang berinvestasi pada masyarakat Greenland, dan Anda kurang berinvestasi pada arsitektur keamanan daratan yang luar biasa dan indah ini yang dipenuhi dengan masyarakat yang luar biasa. Itu harus diubah, dan karena itu belum berubah, inilah mengapa kebijakan Presiden Trump di Greenland seperti sekarang,” kata Vance, dikutip dari NPR.

    Namun, ia meyakinkan rakyat Greenland bahwa AS tidak akan menggunakan kekuatan militer untuk mewujudkan ambisi Trump.

    “Kami tidak yakin bahwa kekuatan militer akan diperlukan… Karena kami yakin bahwa penduduk Greenland adalah orang-orang yang rasional dan baik, kami yakin kami akan mampu membuat kesepakatan, seperti Donald Trump, untuk menjamin keamanan wilayah ini,” kata JD Vance.

    Wakil presiden tersebut membenarkan pendekatan pemerintah AS yang semakin tegas dengan menunjuk pada meningkatnya aktivitas China dan Rusia di kawasan tersebut.

    Ia menggambarkan Greenland sebagai titik api geopolitik di era baru persaingan strategis.

    “Kita tahu bahwa Rusia, Tiongkok, dan negara-negara lain sangat tertarik pada jalur-jalur Arktik, rute-rute angkatan laut Arktik, dan juga mineral-mineral di wilayah Arktik,” katanya.

    “Kita perlu memastikan bahwa Amerika memimpin di Arktik – karena kita tahu bahwa jika Amerika tidak melakukannya, negara-negara lain akan mengisi kekosongan yang kita tinggalkan,” tambahnya.

    Ia juga menyoroti peran penting Greenland dalam sistem peringatan dini rudal AS, dengan menggambarkan fungsi pangkalan tersebut sebagai perisai penting jika rudal ditembakkan dari negara musuh.

    Putin: AS Ingin Aneksasi Greenland Sejak 1860-an

    Kunjungan wakil presiden dilakukan sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menguraikan kebijakan Arktik Moskow.

    Putin juga memperingatkan bahwa rencana aneksasi AS terhadap Greenland telah dimulai sejak tahun 1860-an.

    Putin menegaskan pernyataan Donald Trump untuk menganeksasi Greenland harus ditanggapi dengan serius dan tidak dianggap sebagai omong kosong belaka.

    Rencana Amerika untuk merebut Greenland dimulai sejak tahun 1860, tetapi pada saat itu mereka tidak mendapat dukungan Kongres, kata presiden Rusia.

    “Perlu saya ingatkan bahwa pada tahun 1868, pembelian Alaska diejek di surat kabar Amerika. Pembelian itu disebut kegilaan, ‘kotak es’, dan ‘taman beruang kutub’ milik Andrew Johnson, presiden AS saat itu. Dan usulannya tentang Greenland gagal,” kata Putin pada hari Kamis (27/3/2025) seperti diberitakan Russia Today.

    Putin mencatat bahwa AS, Jerman, dan Denmark juga hampir menandatangani kesepakatan tukar-menukar tanah pada tahun 1910.

    Kesepakatan tersebut hampir membuat Denmark menyerahkan Greenland kepada Amerika namun, kesepakatan itu akhirnya gagal.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.130: Lelah Andalkan AS, Zelensky Akan Dapat Info Intelijen dari Eropa – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.130: Lelah Andalkan AS, Zelensky Akan Dapat Info Intelijen dari Eropa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.130 pada Sabtu (29/3/2025).

    Selama 24 jam terakhir, pasukan Rusia meluncurkan 172 pesawat tak berawak ke Ukraina.

    Pertahanan udara Ukraina menembak jatuh 94 pesawat tak berawak dan 69 lainnya hilang.

    Wilayah Dnipropetrovsk, Kharkiv dan Sumy terkena dampak serangan tersebut, menurut laporan Angkatan Udara Angkatan Bersenjata Ukraina.

    Peringatan serangan udara berbunyi di Kyiv pada pukul 01.00 waktu setempat dan dicabut pada pukul 02.18 waktu setempat, seperti diberitakan Suspilne.

    Serangan Drone Massal di Dnipro, 4 Orang Tewas

    Serangan massal pesawat nirawak Rusia menewaskan empat orang, melukai 19 orang, dan memicu kebakaran besar di kompleks hotel dan restoran serta bangunan lain di kota Dnipro, Ukraina tenggara, pada Jumat (28/3/2035) malam.

    “Sebuah blok apartemen bertingkat tinggi dan hampir 10 rumah terbakar,” kata Serhiy Lysak di Telegram.

    Petugas pemadam kebakaran telah mengendalikan api di kompleks hotel tersebut. 

    “Jumlah korban kemungkinan akan bertambah, dengan tiga orang yang terluka dalam kondisi serius,” kata Lysak dalam posting sebelumnya. 

    “Sekarang juga diketahui bahwa musuh mengarahkan lebih dari 20 pesawat nirawak ke kota tersebut. Sebagian besar dari mereka jatuh,” lanjutnya.

    Sekutu Eropa akan Bagikan Informasi Intelijen ke Ukraina

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina akan menerima akses yang diperluas ke data intelijen dari satelit negara mitra Eropa.

    Kesepakatan ini dicapai dalam pertemuan “Coalition of the Willing” pada hari Jumat (28/3/2025).

    Selain itu, sejumlah negara Eropa telah berjanji memberi Ukraina akses ke depot amunisi mereka.

    Ukraina juga akan menerima lisensi untuk produksi sistem pertahanan udara dan sedang berupaya mendapatkan lisensi untuk produksi jenis artileri tertentu.

    Zelensky juga mengumumkan bahwa pertemuan kelompok tersebut berikutnya dalam format “Ramstein” akan berlangsung pada bulan April.

    Zelensky Tolak Perjanjian Mineral yang Ancam Hubungan Ukraina dan Sekutu Eropa

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina tidak akan menerima kesepakatan hak mineral apa pun yang mengancam integrasinya dengan Uni Eropa.

    Namun ia mengatakan masih terlalu dini untuk memberikan penilaian atas kesepakatan mineral yang diperluas dan diusulkan oleh Amerika Serikat.

    Zelensky Minta Pengacara Ukraina Tinjau Draf Perjanjian Mineral dari AS

    Presiden Ukraina Zelensky mengatakan pengacara Kyiv perlu meninjau draf perjanjian mineral sebelum dia dapat mengatakan lebih lanjut tentang tawaran AS.

    Ringkasan dari draf tersebut menunjukkan AS menuntut semua pendapatan sumber daya alam Ukraina selama bertahun-tahun.

    Zelensky juga mengatakan Kyiv tidak akan mengakui miliaran dolar bantuan AS di masa lalu sebagai pinjaman, meskipun ia tidak mengatakan apakah permintaan tersebut tercantum dalam versi draf terbaru yang diterima oleh pejabat tinggi Ukraina.

    “Teks tersebut sama sekali berbeda dari perjanjian kerangka kerja sebelumnya,” kata Zelensky, seperti diberitakan The Guardian.

    Ia merujuk pada draf perjanjian yang telah ditetapkan untuk ditandatanganinya dengan Presiden AS, Donald Trump, sebelum keduanya berdebat sengit di Ruang Oval, Gedung Putih pada 28 Februari 2025 hingga membuat hubungan kedua negara sempat tegang.

    Blogger Militer Rusia: Pasukan Ukraina Serang Belgorod, Rusia

    Para blogger militer Rusia mengatakan pasukan Ukraina melakukan serangan yang tidak dipublikasikan ke wilayah Belgorod Rusia.

    Kabar ini muncul tepat saat pasukan Ukraina kehilangan kendali atas wilayah Rusia di Kursk yang diduduki Ukraina sejak Agustus tahun lalu.

    Beberapa koresponden militer Rusia mengatakan pada hari Jumat bahwa pasukan Ukraina berada di dalam Belgorod dan bertempur dengan pasukan Rusia di sana.

    Baik Kyiv maupun Moskow tidak mengonfirmasi laporan tersebut.

    Putin Usul agar Ada Pemerintahan Transisi di Ukraina

    Presiden Rusia Vladimir Putin memperbarui seruannya agar pemerintahan transisi diberlakukan di Ukraina untuk memungkinkan pemilihan umum baru.

    Pemerintahan tersebut akan berada di bawah pengawasan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara lain.

    Menurut Putin, Zelensky bukan presiden yang sah karena masa jabatannya berakhir pada Mei 2024 dan tidak sah untuk terlibat dalam perundingan perdamaian.

    Namun, Zelensky menolak seruan Putin dan menyebutnya sebagai taktik terbarunya untuk menunda kesepakatan damai.

    PBB Jawab Putin: Ukraina Punya Pemerintahan yang Sah

    Sekretaris jenderal PBB, António Guterres, mengatakan Ukraina memiliki pemerintahan yang sah yang harus dihormati.

    Tidak jelas sejauh mana gagasan Putin untuk pemerintahan sementara yang dipimpin PBB dimaksudkan untuk ditanggapi dengan serius.

    Sebelumnya, Kremlin mengklarifikasi bahwa ia tidak mengemukakan gagasan ini dalam panggilan telepon baru-baru ini dengan Donald Trump.

    Kepala HAM PBB Desak Rusia Hentikan Kekerasan di Ukraina

    Kepala hak asasi PBB menyerukan diakhirinya penderitaan mengerikan yang disebabkan oleh serangan terhadap warga sipil di Ukraina. 

    “Beberapa minggu terakhir telah terjadi aktivitas intens seputar kemungkinan gencatan senjata di Ukraina, yang akan sangat disambut baik,” kata Volker Turk kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada hari Jumat.

    “Gencatan senjata terbatas yang melindungi jalur pelayaran dan infrastruktur merupakan langkah maju yang disambut baik. Yang paling dibutuhkan sekarang adalah mengakhiri penderitaan mengerikan yang dialami setiap hari di Ukraina,” ujarnya.

    Ia mengatakan Donald Trump telah mendorong gencatan senjata sejak kembali menjabat pada bulan Januari, namun seiring dengan pembicaraan ini, pertempuran di Ukraina telah meningkat, dan menewaskan serta melukai lebih banyak warga sipil.

    “Angka korban dalam tiga bulan pertama tahun ini 30 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata Turk.

    Ukraina Terima 909 Jenazah Tentaranya yang Tewas di Medan Perang

    Ukraina mengatakan mereka telah menerima kembali jenazah 909 tentaranya yang tewas selama pertempuran dengan Rusia, dalam pemulangan terbesar dalam lebih dari tiga tahun perang.

    “Kami berterima kasih atas bantuan Komite Internasional Palang Merah. Jenazah tersebut telah dikembalikan dari wilayah Donetsk, Luhansk, dan Zaporizhzhia,” kata Markas Besar Koordinasi untuk Penanganan Tahanan Perang pada hari Jumat.

    UE akan Kurangi Impor Produk Pertanian Ukraina

    Komisioner UE untuk pertanian mengatakan bahwa blok tersebut berharap dapat mengurangi impor pertanian dari Ukraina.

    Hal itu disampaikan ketika merundingkan kembali kesepakatan perdagangan dengan Kyiv yang akan berakhir pada bulan Juni. 

    “Kuota impor tidak akan tetap sama seperti dalam liberalisasi sementara ini. Jadi, memang, akan ada lebih sedikit impor,” kata Christophe Hansen kepada Agence France-Presse pada hari Jumat.

    Pernyataannya mengacu pada kesepakatan yang dicapai setelah invasi Rusia tahun 2022 yang memberikan akses bebas bea ke blok tersebut untuk barang-barang pertanian Ukraina.

    IMF akan Cairkan 400 Juta Dolar untuk Ukraina

    Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan dewannya telah menyelesaikan tinjauan yang akan memungkinkan pencairan $400 juta ke Ukraina untuk disalurkan untuk dukungan anggaran. 

    “Ekonomi Ukraina tetap tangguh meskipun menghadapi kondisi yang penuh tantangan,” kata IMF pada hari Jumat.

    IMF menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Ukraina – yang melambat pada kuartal kedua setengah tahun lalu – akan mengalami perlambatan lanjutan pada tahun 2025 akibat ketatnya pasar tenaga kerja dan serangan terhadap infrastruktur energi.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Untuk Pertama Kali, Negara Baru NATO Kerahkan Jet yang Dibuat Khusus untuk Perang Lawan Rusia – Halaman all

    Untuk Pertama Kali, Negara Baru NATO Kerahkan Jet yang Dibuat Khusus untuk Perang Lawan Rusia – Halaman all

    Untuk Pertama Kali, Negara NATO Kerahkan Jet yang Dibuat Khusus untuk Perang Lawan Rusia

    TRIBUNNEWS.COM – Anggota terbaru NATO untuk pertama kalinya mengerahkan jet tempur yang dirancang khusus untuk bertempur dengan Rusia guna melindungi perbatasan aliansi tersebut, BI melaporkan, dikutip Jumat (28/3/2025).

    Negara NATO yang dimaksud adalah Swedia dan jet tempur khusus untuk memerangi Rusia tersebut adalah jet JAS 39 Gripen.

    “Angkatan bersenjata Swedia mengatakan enam pesawat tempur JAS 39 Gripen milik negara itu mendarat di pangkalan udara di Malbork, Polandia, pada Rabu kemarin untuk bergabung dengan misi pengawasan wilayah udara aliansi NATO,” tulis laporan tersebut.

    NATO mengatakan ini adalah pertama kalinya pesawat tempur Swedia berpartisipasi dalam “misi pengawasan udara yang ditingkatkan” aliansi tersebut dari dalam wilayah udara sekutu lain sejak bergabung pada Maret 2024.

    Sebelumnya, Swedia hanya mengambil bagian dalam misi pengawasan udara NATO di wilayahnya sendiri, sebagai negara mitra.

    Swedia, bersama dengan tetangganya Finlandia, memutuskan untuk melepas status ‘netralitas’ selama puluhan tahun untuk bergabung dengan NATO.

    Invasi Rusia ke Ukraina menjadi alasan utama negara-negara tersebut untuk berkubu ke NATO.

    “Langkah itu adalah dampak yang tidak diinginkan dari perang brutal Presiden Rusia Vladimir Putin , yang salah satu alasannya adalah untuk membatasi perluasan aliansi NATO,” tulis ulasan BM.

    KAWAL BOMBER – Tiga jet tempur Saab JAS 39 Gripen Swedia mengawal pesawat bomber B-52H Stratofortress dalam penerbangan tahun 2022. Swedia mengerahkan jet tempur Gripen pada misi pertahanan udara NATO untuk pertama kalinya.

    Gripen Dirancang Khusus untuk Perangi Jet Sukhoi Rusia

    Baik Swedia maupun Finlandia membangun militer mereka dengan mempertimbangkan ancaman dari Rusia , dan Gripen adalah salah satu proyek tersebut.

    Jet tempur tersebut, yang dibuat oleh perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan Swedia Saab AB, secara khusus dibuat untuk melawan Rusia.

    Komandan angkatan udara Swedia saat itu, Mats Helgesson , mengatakan pada tahun 2019 bahwa Gripen “dirancang untuk menghancurkan Sukhoi,” jenis jet tempur Rusia.

    Gripen dapat beroperasi di jalan sipil, bukan di landasan pacu di lapangan udara militer  yang riskan menjadi sasaran.

    Diketahui, Rusia memang telah menargetkan infrastruktur semacam itu selama perang melawan Ukraina.

    Gripen juga memerlukan perawatan yang lebih sedikit daripada beberapa pesawat lain, seperti F-16 buatan AS yang tersedia secara luas di sejumlah gudang senjata NATO.

    Michael Bohnert, analis peperangan di RAND Corporation, mengatakan fleksibilitas Gripen membuatnya “jauh lebih baik bagi negara yang berbatasan dengan agresor (Rusia).” 

    FORMASI UDARA – Jet tempur F-16 Angkatan Udara AS membentuk formasi udara dengan JAS 39 Gripen Swedia di atas Laut Baltik selama latihan pada tahun 2018. Swedia mengerahkan jet tempur Gripen pada misi pertahanan udara NATO untuk pertama kalinya.

    Polandia, yang berbatasan dengan Ukraina di sebelah barat, menganggap dirinya sebagai sekutu garis depan NATO.

    Para ahli peperangan, karena alasan ini, menunjuk Gripen sebagai pesawat tempur generasi keempat terbaik yang tersedia dari semua pesawat NATO untuk dipakai Ukraina. 

    Swedia belum menjanjikan apa pun, meskipun telah menjajaki gagasan tersebut .

    Pål Jonson, menteri pertahanan Swedia, dilansir BI, bulan lalu mengatakan kalau dia “melakukan dialog” dengan Ukraina dan negara-negara lain dalam Koalisi Angkatan Udara, sekelompok sekutu yang berkomitmen untuk membantu Ukraina.

    Ia mengatakan “lebih sulit bagi Ukraina untuk menyerap jet tempur lain.”

    Seperti diketahui, Ukraina telah menerima F-16 buatan Amerika dan Mirage buatan Prancis, jadi Swedia, kata menteri pertahanan, telah disarankan untuk fokus pada pengiriman platform sensor udara yang dapat memberikan dukungan komando dan kontrol.

    Meskipun jet-jet tempur ini mendapat pujian, Gripen Swedia belum berpengalaman menghadapi jenis pertempuran seperti yang akan mereka hadapi di Ukraina. 

    Mereka juga belum pernah mengalami apa yang akan mereka hadapi dalam perang Rusia melawan aliansi NATO.

    MANUVER UDARA – Jet tempur Saab Gripen Swedia saat bermanuver terbang. Swedia mengerahkan jet tempur Gripen pada misi pertahanan udara NATO untuk pertama kalinya.

    Eropa Bersiap Hadapi Agresi Lanjutan Rusia

    Namun, Eropa tengah bersiap menghadapi skenario semacam itu.

    Menyaksikan invasi Moskow tersebut, sebagian besar Eropa, terutama negara-negara yang lebih dekat dengan Rusia seperti Polandia dan Swedia, tengah bersiap menghadapi kemungkinan konflik dengan Rusia.

    Banyak sekutu NATO yang meningkatkan pengeluaran dan manufaktur pertahanan, menjalin perjanjian pertahanan , dan mengadakan latihan NATO yang lebih besar.

    Polandia dan Swedia merupakan mitra internasional terbesar Ukraina dan termasuk negara yang paling keras memperingatkan bahwa Rusia dapat menyerang tempat lain di Eropa .

    Tahun lalu, Swedia memberikan warga negaranya sebuah buklet yang berisi saran tentang cara mempersiapkan diri menghadapi perang.

    Menteri pertahanan negara itu memperingatkan kalau bahkan jika pasukan Rusia “tertahan di Ukraina,” Rusia “menimbulkan ancaman bagi Swedia, seperti halnya bagi negara-negara NATO lainnya.”

    Ia mengatakan Swedia “tidak dapat mengesampingkan kemungkinan serangan Rusia terhadap negara kami.”

    Polandia juga telah memberikan peringatan, termasuk menteri luar negerinya yang mengatakan dia tidak akan terkejut jika Rusia menyerang negaranya.

    Kedua negara tersebut merupakan negara NATO yang paling banyak mengeluarkan biaya untuk pertahanan.

    Polandia menghabiskan proporsi tertinggi dari produk domestik brutonya untuk pertahanan dibandingkan negara anggota lainnya, termasuk AS, dan Swedia melampaui 2 persen dari PDB untuk pedoman pertahanan yang ditetapkan NATO.

    Jet tempur Gripen Swedia akan dikerahkan di Polandia mulai April bersama dengan beberapa jet tempur Eurofighter Typhoon Angkatan Udara Kerajaan Inggris, kata NATO.

    NATO menggambarkan “misi Peningkatan Pengawasan Udara” sebagai misi masa damai yang diperkenalkan pada tahun 2014 setelah Rusia secara ilegal mencaplok wilayah Krimea di Ukraina.

    Aliansi tersebut menyatakan bahwa upaya kekuatan udaranya sejak 2014 dirancang “untuk menunjukkan tekad kolektif Sekutu, menunjukkan sifat defensif NATO, dan menghalangi Rusia dari agresi atau ancaman agresi terhadap Sekutu NATO.”

    Dengan pemerintahan Trump yang menggoyahkan aliansi yang telah lama terjalin, beberapa sekutu telah mempertanyakan rencana untuk membeli F-35 . Pesawat seperti Gripen atau Eurofighter Typhoon bisa menjadi jauh lebih penting.

    “Ada peluang bagi perusahaan pertahanan Eropa, tetapi ini menciptakan masalah bagi negara-negara Eropa, karena jumlah jet jenis itu yang tersedia lebih sedikit dan produksinya, setidaknya untuk saat ini, lebih lambat,” tulis laporan BM.

  • Pesawat Su-24M Rusia Serang Lebih 50 Target di Baltik, Sinyal Merah Putin Buat Sayap Timur NATO – Halaman all

    Pesawat Su-24M Rusia Serang Lebih 50 Target di Baltik, Sinyal Merah Putin Buat Sayap Timur NATO – Halaman all

    Pesawat Su-24M Rusia Serang Lebih 50 Target di Baltik, Sinyal Merah Putin Buat Sayap Timur NATO

    TRIBUNNEWS.COM – Pekan ini, awak pesawat pengebom taktis Su-24M dari penerbangan Angkatan Laut Armada Baltik Rusia dilaporkan melakukan latihan penerbangan taktis di dekat Kaliningrad.

    Situs militer BM, melansir Armada Baltik Rusia tengah melatih serangan presisi dan terkoordinasi terhadap target musuh yang disimulasikan.

    Latihan tersebut, yang diumumkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia dan dilaporkan oleh kantor berita milik pemerintah Rusia TASS, difokuskan pada penghancuran fasilitas industri militer, lapangan udara, infrastruktur ekonomi penting, konsentrasi pasukan, pos komando, dan kolom peralatan militer.

    “Sekitar 10 pesawat terbang dan 50 personel dari resimen penerbangan campuran armada berpartisipasi, menargetkan lebih dari 50 sasaran dengan roket dan bom udara-ke-udara yang tidak terarah,” tulis situs tersebut menggambarkan aksi latihan militer ini.

    Disebutkan, latihan yang diadakan di wilayah Laut Baltik ini bertujuan untuk menyempurnakan koordinasi awak dan keterampilan taktis, dengan memanfaatkan pengalaman dari operasi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina. 

    “Pelatihan ini menggarisbawahi upaya Moskow untuk memperkuat postur pertahanannya di wilayah yang secara strategis sensitif dan berbatasan dengan negara-negara NATO,” tulis laporan BM, dikutip Jumat (28/3/2025).

    TERHIMPIT NATO – Peta wilayah Kaliningrad, Rusia yang dihimpit wilayah-wilayah negara NATO. Kaliningrad merupakan enclave, teritorial yang terpisah dari daratan utama, Rusia.

    Kaliningrad Dihimpit Wilayah NATO, Risiko Ancaman di Baltik Bagi Rusia

    Sebagai catatan, Pesawat Su-24M, pesawat pengebom garis depan era Soviet dengan sayap sapuan variabel, tetap menjadi aset utama Armada Baltik, yang sebagian besar berpusat di Kaliningrad—daerah kantong yang terjepit di antara Polandia dan Lithuania—dan dekat St. Petersburg.

    Selama latihan, pilot Rusia berlatih manuver di ketinggian rendah, taktik pertempuran udara, pengintaian, dan serangan dengan persenjataan di pesawat, yang mensimulasikan medan pertempuran gabungan modern. 

    Menurut TASS, latihan tersebut mencakup pemberian dukungan tembakan kepada pasukan darat Armada Baltik, sebuah skenario yang mencerminkan integrasi pasukan udara dan darat dalam peperangan kontemporer.

    Biro pers pasukan Armada Baltik Rusia menekankan kalau pelatihan tersebut dibangun berdasarkan pelajaran dari “operasi militer khusus” Rusia —istilah yang digunakan Moskow untuk menggambarkan agresi militer Moskow di Ukraina— yang menekankan fokus pada penerapan di dunia nyata. 

    Tidak ada musuh tertentu yang disebutkan, tetapi lokasi dan cakupannya menunjukkan respons terhadap ancaman yang dirasakan Rusia di wilayah Baltik.

    Posisi unik Kaliningrad memperkuat signifikansi latihan-latihan ini.

    Dikelilingi oleh negara-negara anggota NATO, Polandia dan Lithuania, daerah kantong tersebut berfungsi sebagai pangkalan operasi terdepan bagi Rusia, yang menampung gabungan pasukan udara, laut, dan rudal.

    Laut Baltik, wilayah compact dengan garis pantai yang dimiliki oleh Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia, Denmark, Jerman, dan Finlandia yang baru saja bergabung dengan NATO, telah lama menjadi titik nyala ketegangan Timur-Barat.

    Fokus kru pesawat Su-24M dalam menyerang infrastruktur penting dan target militer mencerminkan strategi pencegahan Rusia yang lebih luas, yang bertujuan melindungi sisi baratnya dari potensi serangan. 

    “Dengan melibatkan sekitar 10 pesawat, latihan ini berskala sederhana tetapi terkenal karena kompleksitasnya, menguji kemampuan Armada Baltik Rusia untuk melaksanakan rencana taktis terpadu dalam kondisi simulasi pertempuran,” papar laporan BM.

    JET PENGEBOM – Pesawat jet pengebom Su-24M Rusia yang menjadi bagian dari Armada Baltik, saat lepas landas. Rusia mengerahkan jet pengebom ini dalam latihan di kawasan Baltik di tengah ketegangan Moskow dengan negara-negara NATO, ditambah lokasi kaliningrad yang terhimpit negara-negara Barat.

    Seputar Penggunaan Su-24M oleh Militer Rusia

    Sejarah Su-24M memberikan konteks bagi perannya saat ini bagi militer Rusia. 

    Diperkenalkan pada tahun 1970-an, pesawat ini dirancang untuk serangan penetrasi dalam terhadap pasukan NATO selama Perang Dingin.

    Pesawat ini diketahui mampu membawa hingga 8 ton persenjataan, termasuk bom, roket, dan amunisi berpemandu presisi awal.

    Meskipun sudah tua, peningkatan seperti sistem navigasi dan penargetan yang lebih baik membuatnya tetap relevan, dengan radius tempur sekitar 600 kilometer—cukup untuk mencapai target di seluruh negara Baltik atau ke Polandia dari Kaliningrad.

    Kemampuan terbang di ketinggian rendah, yang sering kali di bawah deteksi radar, meningkatkan kemampuan bertahannya terhadap pertahanan udara, taktik yang mungkin diasah selama latihan baru-baru ini.

    Rusia telah mengerahkan Su-24 secara luas di Suriah dan Ukraina, tempat ia menargetkan infrastruktur militer dan sipil, menawarkan pengalaman praktis kepada awaknya yang sekarang dapat diterapkan dalam pelatihan.

    Sinyal Merah Putin Bagi Sayap Timur NATO 

    Analis pertahanan melihat latihan militer Armada Baltik Rusia ini sebagai sinyal merah dari Presiden Vladimir Putin bagi sayap timur NATO. 

    Estonia, Latvia, dan Lithuania—mantan negara republik Soviet yang menjadi sekutu NATO—terletak dalam jarak serang Kaliningrad, begitu pula Polandia, pemain kunci dalam strategi regional aliansi tersebut.

    Sejak 2014, NATO telah memperkuat kehadirannya di negara-negara ini melalui inisiatif Enhanced Forward Presence, dengan menempatkan kelompok tempur multinasional yang dipimpin oleh AS, Inggris, Jerman, dan Kanada.

    Negara-negara Baltik, dengan angkatan udara mereka sendiri yang terbatas, sangat bergantung pada misi pengawasan udara NATO yang diterbangkan dari pangkalan-pangkalan seperti Ämari di Estonia dan Šiauliai di Lithuania.

     Seorang pensiunan perwira Angkatan Udara AS, berbicara kepada Defense News, mencatat kalau kemampuan Su-24M Rusia sejalan dengan misi untuk mengganggu operasi pengawasan dan patroli NATO.

    Su-24M berpotensi menargetkan landasan pacu atau lokasi radar dalam keadaan krisis.

    “Ini adalah senjata yang ‘tumpul’, tetapi dapat menyelesaikan tugas,” katanya.

    Wilayah udara Laut Baltik yang padat menambah lapisan kompleksitas lainnya. NATO secara rutin melakukan latihan di sini, seperti latihan angkatan laut tahunan BALTOPS, yang melibatkan kapal dan pesawat dari berbagai anggota, termasuk Denmark dan Jerman. Rusia melawan dengan manuvernya sendiri, sering terbang dekat dengan wilayah udara NATO untuk menguji waktu respons.

    Su-24M telah terlibat dalam insiden semacam itu—terutama pada tahun 2016, ketika dua pesawat pengebom menabrak USS Donald Cook saat terbang rendah di atas Laut Baltik, yang memicu kecaman AS.

    Latihan terbaru ini, meskipun tidak secara langsung bersifat provokatif, sesuai dengan pola penegasan kendali atas wilayah tersebut.

    Seorang perwira angkatan laut Rusia, yang dikutip secara anonim oleh TASS, menggambarkan pelatihan tersebut sebagai “langkah rutin untuk menjaga kesiapan,”.

    Perwira Rusia tersebut membantah adanya niat eskalasi di kawasan tersebut.

    Pesawat Jet F-16 Angkatan Udara Ukraina di langit Ukraina pada Agustus 2024 (Angkatan Udara Ukraina via Defence Express)

    Jet Barat Vs Su-24M

    Dibandingkan dengan jet-jet milik Barat macam F-16 AS atau Tornado GR4 Inggris—keduanya sudah pensiun atau tidak lagi digunakan dalam beberapa armada—Su-24M memang tidak memiliki kemampuan siluman.

    Namun, kelemahan itu diimbangi dengan kecepatan dan kemampuan muatan Su-24M.

    F-16, dengan radius tempur lebih dari 500 kilometer dan amunisi berpemandu presisi, unggul dalam hal fleksibilitas, sementara Su-24M mengandalkan daya tembak mentah dan penetrasi tingkat rendah.

    Pertahanan NATO modern, seperti Patriot PAC-3 atau NASAMS Norwegia, dapat mematahkan kemampuan bertahan pesawat tua ini, terutama mengingat sistem pertahanan elektroniknya yang sudah ketinggalan zaman.

    “Namun, kemampuan Su-24M untuk menyerang dengan cepat dari Kaliningrad membuatnya tetap relevan, terutama terhadap target yang lebih lunak seperti infrastruktur atau formasi pasukan, seperti yang dipraktikkan dalam latihan,” tulis BM.

    Penekanan latihan pada koordinasi awak mencerminkan tren yang lebih luas dalam doktrin militer Rusia.

    Pelajaran dari Ukraina, di mana dukungan udara sangat penting tetapi sering terhambat oleh pertahanan udara Ukraina, tampaknya menjadi dasar pelatihan.

    Siaran pers Armada Baltik, yang dikutip oleh TASS, menekankan kerja sama tim di seluruh unit udara dan darat, sebagai bentuk penghormatan terhadap peperangan hibrida yang terlihat di Eropa Timur.

    Pilot berlatih manuver mengelak dan mengidentifikasi target, keterampilan yang sangat penting di wilayah udara yang diperebutkan di mana pesawat tempur NATO seperti Eurofighter Typhoon atau F-35 dapat merespons dengan cepat.

    Seorang analis pertahanan Eropa, yang diwawancarai oleh Jane’s Defence Weekly, menyatakan bahwa Rusia bermaksud menutupi kelemahan usia tua Su-24M dengan kecakapan pilot.

    “Mereka memanfaatkan setiap kemampuan dari platform lama,” katanya.

    Reaksi Negara-Negara NATO

    Reaksi regional beragam. Kementerian Pertahanan Lithuania mengeluarkan pernyataan singkat kepada Reuters, mengakui latihan tersebut tetapi menolak berspekulasi mengenai tujuannya, hanya mencatat bahwa NATO memantau aktivitas Rusia dengan ketat.

    Estonia dan Latvia, yang sering menjadi sasaran penerbangan Rusia, belum berkomentar secara terbuka, meskipun ketergantungan mereka pada pencegahan NATO tetap jelas.

    Sementara itu, Polandia telah meningkatkan pertahanan udaranya sendiri, dengan mengerahkan sistem HIMARS dan Patriot yang dipasok AS dalam beberapa tahun terakhir, sebuah langkah yang dipandang sebagai penyeimbang bagi persenjataan Kaliningrad.

    “Kami siap menghadapi skenario apa pun,” kata seorang juru bicara militer Polandia kepada kantor berita PAP, yang mencerminkan kewaspadaan Warsawa.

    Obrolan publik di platform seperti X menawarkan pandangan sekilas ke persepsi yang lebih luas. Beberapa pengguna menganggap latihan itu sebagai rutinitas.

    Seorang netizen menulis, “Pedoman lama Kaliningrad yang sama—tidak ada yang baru di sini.”

    Netizen lain melihatnya sebagai upaya melawan NATO, dengan tulisan, “Su-24 terbang di Baltik lagi? Rusia tidak cerdik.”

    Tanpa komentar resmi NATO, dampak langsung latihan ini masih bersifat spekulatif, tetapi waktunya di tengah ketegangan Timur-Barat yang sedang berlangsung memastikan bahwa latihan ini tidak akan luput dari perhatian.

    Pesawat Tua yang Tetap Jadi Ancaman

    Riwayat operasional Su-24M di Baltik tidaklah sempurna.

    Pada tahun 2014, sebuah kecelakaan selama penerbangan pelatihan di dekat Kaliningrad menewaskan kedua awaknya, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang perawatan dan keandalannya.

    Upaya modernisasi telah meningkatkan armada, meskipun jumlah pasti yang beroperasi tidak jelas—perkiraan dari Institut Internasional untuk Studi Strategis menunjukkan Rusia mengoperasikan sekitar 100 Su-24 di semua cabang, dengan sebagian kecil ditugaskan ke Baltik.

    Keberhasilan latihan tersebut, dengan lebih dari 50 target yang berhasil dihantam, menunjukkan bahwa pesawat tersebut tetap berfungsi, meskipun efektivitasnya terhadap pertahanan mutakhir masih diperdebatkan.

    Sebuah laporan tahun 2023 oleh Center for Naval Analyses mencatat bahwa meskipun Su-24M masih dapat mengancam aset yang tidak terlindungi, hari-harinya sebagai penyerang garis depan sudah dihitung.

     Ke depannya, ketergantungan Armada Baltik pada Su-24M mungkin akan bergeser seiring Rusia memperkenalkan platform baru seperti Su-34 atau Su-57, meskipun kendala anggaran dan penundaan produksi telah memperlambat transisi tersebut.

     Untuk saat ini, pesawat pengebom tersebut berfungsi sebagai pekerja keras, menjembatani kesenjangan antara warisan Soviet dan kebutuhan modern. Perannya dalam latihan tersebut menggarisbawahi pendekatan pragmatis—memaksimalkan aset yang ada untuk memproyeksikan kekuatan di kawasan tempat kehadiran NATO terus tumbuh.

    Latihan yang berfokus pada sasaran ekonomi juga mengisyaratkan strategi gangguan, yang bertujuan untuk menimbulkan kerusakan maksimum dalam konflik hipotetis tanpa memerlukan teknologi canggih.

    “Saat debu mulai mereda di tempat latihan dekat Kaliningrad, kemampuan Armada Baltik tetap menjadi fokus bagi Rusia dan negara-negara tetangganya. Latihan ini, meskipun tidak mengubah keadaan, memperkuat komitmen Moskow untuk mempertahankan pos terdepannya di wilayah barat,” tulis ulasan BM.

    Apakah hal itu akan mengubah keseimbangan di Laut Baltik? Itu bergantung pada respons NATO dan langkah Rusia selanjutnya.

    “Untuk saat ini, awak Su-24M telah mengasah keterampilan mereka, sehingga papan catur strategis di kawasan itu tetap tegang seperti sebelumnya,” tutup ulasan tersebut.

     

     

  • Prancis dan Inggris Serukan ‘Pasukan Keamanan’ untuk Ukraina

    Prancis dan Inggris Serukan ‘Pasukan Keamanan’ untuk Ukraina

    Paris

    Setelah pertemuan antara sekitar 30 pemimpin Eropa dan NATO di Paris, pada Kamis (27/03), Presiden Prancis Emmanuel Macron umumkan rencana untuk mengerahkan pasukan dari “beberapa” negara Eropa ke Ukraina jika kesepakatan damai yang berkelanjutan dapat diwujudkan.

    Rincian mengenai skema ini masih belum jelas, tetapi kemungkinan akan lebih konkret dalam beberapa minggu ke depan. Pejabat pertahanan Inggris dan Prancis akan segera mengunjungi Ukraina untuk menilai kebutuhan pasukan keamanan atau yang disebut sebagai ‘reassurance force’ di lapangan, kata Macron.

    “Akan ada pasukan penjamin keamanan dengan beberapa negara Eropa yang akan dikerahkan ke Ukraina,” ujar Macron kepada pers setelah pertemuan tiga jam dengan para pemimpin, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, dan Wakil Presiden Turki Cevdet Yilmaz.

    Macron mengakui bahwa tidak ada kesepakatan bulat, dan tidak semua sekutu Ukraina di Eropa akan berpartisipasi. Beberapa negara tidak memiliki “kapasitas”, sementara negara yang lain menolak karena “konteks politik” di negara mereka.

    Selama beberapa minggu terakhir, Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer telah bekerja sama untuk menyediakan “pasukan penjaga keamanan” bagi Pemerintah Ukraina.

    Alasan rencana Prancis dan Inggris mengirim pasukan?

    Amerika Serikat mengejutkan Eropa pada awal tahun ini dengan membuka pembicaraan bilateral dengan Moskow, dan untuk sementara waktu menghentikan bantuan militer bagi Ukraina. AS bertekad menengahi perdamaian di Ukraina, meskipun pemerintahan Zelenskyy menentang keras kemungkinan kesepakatan yang menguntungkan Rusia.

    Para pejabat Eropa khawatir bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dapat semakin berani untuk menyerang Ukraina, atau bahkan negara-negara lain di Eropa jika diberikan kesepakatan yang terlalu menguntungkan baginya.

    Namun, perjanjian itu tampaknya mulai goyah pada Kamis (27/03) setelah Rusia menyatakan bahwa mereka mengharapkan pencabutan beberapa sanksi Barat sebagai bagian dari kesepakatan, sesuatu yang tidak disebutkan dalam pengumuman resmi AS. Para pemimpin Eropa yang bertemu di Paris menolak kemungkinan pencabutan sanksi dan menegaskan bahwa sanksi akan tetap berlaku selama Rusia terus melakukan agresi terhadap Ukraina.

    Inisiatif Prancis-Inggris ini merupakan bagian dari upaya Eropa untuk terlibat dalam proses perdamaian dan memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina, meskipun tidak semua negara sepakat.

    Uni Eropa juga telah berkomitmen untuk meningkatkan investasi pertahanan secara besar-besaran guna mengurangi ketergantungan pada AS. Di bawah kepemimpinan Donald Trump, AS semakin menunjukkan sikap yang lebih keras terhadap Ukraina dan Eropa.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Upaya mencegah agresi Rusia

    Pada Kamis (27/03), Macron menegaskan bahwa pasukan yang dikerahkan tidak akan berada di garis depan, tidak akan bertindak sebagai pasukan penjaga perdamaian, dan tidak akan menggantikan tentara Ukraina. Tujuan utama mereka adalah untuk mencegah agresi lebih lanjut dari Rusia.

    Perdana Menteri Inggris mengatakan bahwa London telah menjadi tuan rumah bagi “lebih dari 200 perencana militer dari 30 negara” pekan ini, dan bahwa berbagai negara telah menyatakan kesiapan mereka untuk berkontribusi dalam hal logistik, komando dan kontrol, serta penempatan di darat, laut, dan udara.

    Jumlah pasti pasukan yang akan dikerahkan masih belum jelas. Namun, menurut Rafael Loss, seorang peneliti di European Council on Foreign Relations (ECFR), kemungkinan akan ada sekitar 15.000 hingga 20.000 tentara yang ditempatkan di Ukraina.

    Namun, sebelum itu terjadi, perlu ada “kesepakatan yang kuat untuk menghentikan pertempuran, menetapkan garis kendali, membangun jalur komunikasi politik antara pihak yang berperang, serta melibatkan mediator untuk mencegah perselisihan di masa depan.”

    “Ide utamanya adalah menciptakan risiko bagi Rusia, sehingga kepemimpinan Rusia berpikir dua kali sebelum menyerang Ukraina,” kata Loss kepada DW.

    “Namun, itu juga berarti bahwa pasukan Eropa di Ukraina akan menghadapi risiko, dan ada kemungkinan konflik meluas ke luar wilayah Ukraina.”

    Putin telah berulang kali menyatakan bahwa ia tidak akan menerima kehadiran pasukan dari negara-negara NATO di Ukraina.

    Negara mana saja yang akan terlibat?

    Sejauh ini, selain Inggris dan Prancis, negara-negara Nordik dan Baltik telah menyatakan minat untuk berpartisipasi. Posisi Jerman masih belum jelas karena pemerintah baru sedang dalam proses pembentukan, meskipun kandidat kanselir yang kemungkinan besar terpilih, Friedrich Merz, menunjukkan sikap lebih terbuka dibandingkan kanselir petahana Olaf Scholz.

    Sementara itu, negara-negara selatan seperti Italia dan Spanyol lebih skeptis terhadap inisiatif ini.

    AS telah menyatakan bahwa mereka tidak akan ikut serta dalam misi ini. Beberapa pihak berpendapat bahwa misi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan AS, sementara yang lain menyerukan agar misi ini berada di bawah mandat PBB. Namun, mengingat Rusia memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB, hal ini tampaknya sulit untuk diwujudkan dalam kesepakatan yang dapat diterima oleh Kyiv dan Moskow.

    Pada Kamis (27/03), Macron menegaskan bahwa Eropa harus siap bertindak sendiri.

    “Kita harus berharap yang terbaik, tetapi bersiap untuk yang terburuk,” katanya. “Saya berharap Amerika akan berada di pihak kita dan bahkan berperan aktif. Namun, kita harus siap menghadapi kemungkinan di mana mereka tidak ikut serta.”

    Di Paris, Macron dan Starmer menegaskan bahwa mereka secara aktif merencanakan skenario pasca-konflik, meskipun mereka skeptis terhadap komitmen Rusia untuk berdamai saat ini. Starmer mengatakan bahwa Eropa akan “siap menjalankan kesepakatan damai, apa pun bentuk akhirnya” dan “bekerja sama untuk memastikan keamanan Ukraina sehingga negara itu dapat mempertahankan diri dan mencegah agresi di masa depan.”

    Bagi ECFR’s Loss, ini adalah pesan yang ditujukan kepada AS dan juga kepada Kyiv.

    “Salah satu tujuan utama adalah menunjukkan bahwa Eropa tidak lepas tangan, bahwa meskipun ada kabar yang mungkin mengecewakan dari perundingan gencatan senjata dan pernyataan pejabat tertentu, Eropa tetap berkomitmen dalam percakapan ini,” katanya.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    Lihat juga Video: Drone Rusia Bombardir Apartemen di Ukraina, 3 Tewas

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Undang Korea Utara dan BRICS Gabung Perundingan Gencatan Senjata Ukraina – Halaman all

    Putin Undang Korea Utara dan BRICS Gabung Perundingan Gencatan Senjata Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan agar negara-negara sekutunya, termasuk Korea Utara dan anggota BRICS, turut serta dalam perundingan gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Dalam pertemuan dengan prajurit di Murmansk, Rusia utara, Putin menyampaikan gagasan bahwa Ukraina dapat ditempatkan di bawah “pemerintahan sementara” sebagai bagian dari proses perdamaian.

    Menurut kantor berita negara Rusia, TASS, Putin mengusulkan pemilu baru di Ukraina serta penandatanganan perjanjian damai setelah negara itu berada di bawah administrasi internasional.

    “Pada prinsipnya, pemerintahan sementara dapat diperkenalkan di Ukraina di bawah naungan PBB, Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan mitra kami,” kata Putin.

    Ia menekankan bahwa langkah ini bertujuan untuk menyelenggarakan pemilu yang demokratis dan membentuk pemerintahan yang dipercaya rakyat sebelum memulai perundingan damai.

    Putin juga menekankan bahwa perundingan damai seharusnya tidak hanya melibatkan Rusia dan Amerika Serikat, tetapi juga negara-negara lain, termasuk China, India, Brasil, Afrika Selatan, serta Korea Utara.

    “Ini bukan hanya Amerika Serikat tetapi juga Republik Rakyat Tiongkok, India, Brasil, Afrika Selatan, semua negara BRICS, dan banyak lainnya, misalnya, termasuk Republik Rakyat Demokratik Korea,” kata Putin, dikutip dari Al Jazeera.

    Sementara itu, laporan dari militer Korea Selatan menyebutkan bahwa Pyongyang telah mengirim lebih dari 3.000 tentara baru untuk bergabung dengan pasukan Rusia di Ukraina, melampaui 11.000 tentara yang dikirim tahun sebelumnya.

    Putin juga menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Eropa meskipun menilai bahwa negara-negara Eropa sering kali bertindak tidak konsisten terhadap Rusia.

    “Kami sudah terbiasa dengan hal itu. Saya harap kami tidak akan membuat kesalahan berdasarkan kepercayaan yang berlebihan kepada apa yang disebut mitra kami,” katanya, menurut TASS.

    Di sisi lain, Putin memuji Presiden AS Donald Trump, yang menurutnya “dengan tulus mengharapkan berakhirnya konflik ini.”

    Pernyataan Putin muncul setelah negosiasi terpisah di Riyadh, Arab Saudi, yang melibatkan pejabat Rusia, Ukraina, dan AS untuk membahas kemungkinan gencatan senjata.

    Menurut laporan AS, Kyiv dan Moskow telah sepakat untuk menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Hitam.

    Namun, dalam beberapa hari berikutnya, kedua belah pihak saling menuduh tidak serius dalam pembicaraan damai.

    Ukraina menuduh Rusia melancarkan serangan drone terhadap kota Mykolaiv, yang oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky disebut sebagai “sinyal jelas bahwa Moskow tidak menginginkan perdamaian sejati.”

    Sebaliknya, Rusia menuduh Ukraina melakukan serangan drone terhadap fasilitas penyimpanan gas dan infrastruktur listrik di wilayah yang dikuasai Rusia, yang dianggap melanggar kesepakatan untuk tidak menyerang fasilitas energi masing-masing.

    Media Rusia melaporkan bahwa putaran kedua pembicaraan akan dilanjutkan di Riyadh pada pertengahan April.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Putin Undang Korea Utara dan BRICS Gabung Perundingan Gencatan Senjata Ukraina – Halaman all

    Ketegangan Geopolitik Tak Halangi Ambisi Putin Jalin Kerja Sama dengan Kawasan Arktik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Meski persaingan geopolitik di Arktik semakin meningkat, Presiden Rusia, Vladimir Putin menegaskan Moskow tetap membuka peluang kerja sama dengan mitra asing.

    Kremlin juga tak menutup kemungkinan kerja sama dengan negara-negara Barat dalam proyek ekonomi.

    Pernyataan ini disampaikan Putin dalam pidato penting pada Kamis (27/3/2025), Al Jazeera melaporkan.

    Pada kesempatan tersebut, Putin juga menyinggung ambisi Amerika Serikat terhadap kawasan Arktik.

    Ia menyoroti niat Presiden AS Donald Trump untuk mengakuisisi Greenland, yang ia sebut sebagai langkah serius. Namun, ia menegaskan bahwa isu tersebut tidak berkaitan langsung dengan Rusia.

    Moskow lebih khawatir dengan meningkatnya keterlibatan NATO di wilayah utara.

    “Negara-negara NATO secara umum semakin menunjuk wilayah utara sebagai batu loncatan untuk kemungkinan konflik, mempraktikkan penggunaan pasukan dalam kondisi ini, termasuk oleh ‘rekrutan baru’ mereka, Finlandia dan Swedia,” kata Putin.

    Sebagai respons, Rusia terus memperkuat kehadiran militernya di Arktik.

    “Kami tidak akan membiarkan pelanggaran terhadap kedaulatan negara kami dan akan melindungi kepentingan nasional kami dengan andal,” tegasnya.

    Pengembangan Infrastruktur dan Rute Laut Utara

    Melaporkan dari Moskow, jurnalis Yulia Shapovalova menyampaikan bahwa prioritas Putin di Arktik adalah mengembangkan infrastruktur.

    Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat setempat serta mendapatkan akses lebih baik ke sumber daya alam di kawasan tersebut.

    “Putin melihat banyak prospek untuk pengembangan lebih lanjut di kawasan ini – arah yang paling penting adalah penguatan transportasi dan logistik di Arktik,” kata Shapovalova.

    Putin juga menyoroti pengembangan Rute Laut Utara, jalur pelayaran terpendek yang menghubungkan Eurasia bagian barat dengan kawasan Asia-Pasifik.

    “Rusia siap bekerja sama, siap untuk prospek di Arktik,” tambahnya.

    Wilayah Strategis

    Arktik menyimpan sumber daya fosil dan mineral yang semakin mudah diakses akibat pemanasan global. Selain itu, kawasan ini menjadi ajang persaingan militer.

    Rusia telah mempercepat kehadirannya dengan membuka kembali pangkalan era Soviet dan memodernisasi angkatan lautnya.

    Di sisi lain, AS menganggap Arktik sebagai wilayah yang sangat penting bagi keamanan nasionalnya.

    Kawasan ini berperan dalam sistem peringatan dini terhadap serangan nuklir.

    Kremlin menegaskan bahwa Arktik adalah zona kepentingan strategis bagi Rusia.

    Pada Februari lalu, pemerintah Rusia menyarankan adanya peluang kerja sama dengan AS dalam pengembangan sumber daya alam di kawasan ini.

    Meski hubungan kedua negara masih tegang akibat konflik geopolitik, Rusia tetap membuka kemungkinan kolaborasi jika menguntungkan bagi kedua belah pihak.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Putin Kukuhkan Kekuasaan di Rusia Selama 25 Tahun

    Putin Kukuhkan Kekuasaan di Rusia Selama 25 Tahun

    Jakarta

    Tanggal 26 Maret 2000 adalah hari yang penting bagi Vladimir Putin. Hari itu, ia terpilih menjadi presiden dalam pemilihan presiden Rusia dengan perolehan suara mencapai 52,9%.

    Hasil pemilihan tersebut sudah dapat diduga. Saat Boris Yeltsin tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 31 Desember 1999, Putin, yang telah menjadi perdana menteri sejak tanggal 9 Agustus 1999, juga mengambil alih jabatan presiden sesuai konstitusi.

    Sejak saat itu, Vladimir Putin telah memimpin Rusia dan memperkuat kekuasaan dan mengubah negaranya menjadi “kediktatoran pribadi terkuat di dunia”, kata ilmuwan politik Rusia Mikhail Komin.

    Kekosongan jabatan di Kremlin

    Konstitusi Rusia saat itu tidak mengizinkan seorang presiden untuk memerintah lebih dari dua periode berturut-turut. Karena itu, sempat terjadi kekosongan jabatan dalam pemilihan pada tanggal 7 Mei 2008.

    Orang kepercayaan Putin, Dmitry Medvedev, mantan Ketua Dewan Pengawas Gazprom, sempat menggantikan Putin. Sehari kemudian, parlemen Rusia, Duma, memilih Putin sebagai kepala pemerintahan baru dengan 87,1% suara atas usulan Medvedev. Meskipun Medvedev memegang jabatan tertinggi, Putin terus memegang kendali di balik layar.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Ilmuwan politik Rusia Mikhail Komin mengatakan kepada DW, hal ini hanya mungkin terjadi karena selama seperempat abad berkuasa, Putin terus-menerus melemahkan semua institusi politik Rusia.

    Ilmuwan politik Rusia lainnya, Grigory Nishnikov, yang tinggal di Finlandia, berpandangan serupa. “Jika kita mengingat kembali masa-masa awal pemerintahan Putin di Rusia, kita dapat menunjuk pada beberapa pusat kekuasaan otonom, baik konstitusional maupun informal, seperti oligarki,” katanya kepada DW.

    “Mereka semua membentuk semacam penyeimbang terhadap Kremlin.” Tetapi Putin menghancurkan semua ini, memusatkan segalanya dan memfokuskan sistem kekuasaan Rusia pada dirinya sendiri.

    Namun Grigory Nishnikov yakin, ini bukan satu-satunya alasan mengapa Vladimir Putin bisa bertahan begitu lama. Ada banyak kejadian selama dua puluh lima tahun terakhir yang dapat membahayakan kekuasaannya, yaitu:

    – protes di Lapangan Bolotnaya Moskow setelah pemilihan parlemen tahun 2011,

    – risiko ketidakstabilan di Krimea setelah semenanjung Ukraina itu dianeksasi pada 2014,

    – kerusuhan yang terjadi setelah reformasi sistem pensiun yang kontroversial tahun 2018,

    – protes besar-besaran mendukung mendiang kritikus Kremlin Alexei Navalny di seluruh Rusia selama beberapa tahun,

    – dimulainya perang di Ukraina, disertai dengan protes di jalan-jalan di Moskow dan St Petersburg.

    Namun, setiap tindakan perlawanan rakyat dijawab Putin dengan penindasan yang lebih besar. “Dan musuh-musuh baru selalu disingkirkan dalam rangkaian peristiwa ini,” kata Nishnikov. Akibatnya, ia tidak yakin masih ada seorang yang tersisa sekarang yang dapat menantang Putin.

    Putin dan Trump: Saudara sejiwa?

    Dalam hal kebijakan luar negeri, ada tanda-tanda pemulihan hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia, yang dimulai ketika Presiden AS Donald Trump menjabat untuk pertama kali pada 2017-2021. Pertemuan pribadi pertama antara Trump dan Putin terjadi di bulan Juli 2018 di KTT Rusia-AS di Helsinki.

    “Bagi Putin, Trump adalah hadiah terbesar dalam kehidupan politiknya,” jelas ilmuwan politik dan sejarawan Helmut Mller-Enbergs dalam wawancara dengan platform berita Jerman T-Online.

    Pakar dari Universitas Denmark Selatan mengatakan hal ini dapat terlihat selama negosiasi untuk mencapai gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Putin, kata Mller-Enbergs, pada dasarnya menawarkan Trump bahan mentah (dari Ukraina) dan prospek janji pemilu untuk mengakhiri perang.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga baru-baru ini mengisyaratkan kepada pers internasional bahwa Trump dan Putin memiliki hubungan dekat dan lebih sering saling berbincang daripada yang diasumsikan.

    Melemahkan sistem peradilan

    Mikhail Komin mengatakan, faktor penting lainnya yang memungkinkan Putin mempertahankan kekuasaan adalah pelemahan pengadilan yang terjadi pada masa jabatan kedua Putin. Jaksa agung yang setia kepada penguasa telah diberi kekuasaan yang lebih besar atas rekan-rekan bawahannya.

    Akibatnya, kata Komin, pengadilan Rusia tidak lagi independen. Pengadilan kini hanya dapat memperlambat proses penindasan oleh negara terhadap warga negara, tetapi tidak dapat lagi menghentikannya.

    Hal ini diperparah dengan perubahan sistem pemilu, yang menguntungkan Vladimir Putin dan partainya yang berkuasa, Rusia Bersatu.

    ‘Kabinet Bayangan’ Putin

    Putin juga mengelilingi dirinya dengan semacam kabinet bayangan, menurut sosiolog Rusia Alexander Bikbov. Putin telah mengumpulkan orang-orang yang mempunyai kepentingan bisnis tertentu dengannya. Perusahaan mereka telah mendapatkan kontrak negara yang besar, yang menghasilkan banyak uang bagi mereka: “Putin selalu memegang kendali, dan secara pribadi terlibat dalam bisnis ini,” kata Bikbov.

    “Pada saat yang sama, citra Rusia dipoles di mata masyarakat. Semua aspek negatif dihapuskan, termasuk semua konflik masa lalu,” kata Bikbov lebih lanjut. Dia menggambarkan hal ini sebagai “manipulasi memori sejarah kolektif.” Hal ini juga memperkuat kekuasaan Putin. Narasi ini menggambarkan Rusia sebagai masyarakat dengan nilai-nilai tradisional dan kesetiaan tanpa syarat kepada penguasa.

    Ketiga pakar yang diwawancarai oleh DW sepakat bahwa kecenderungan ini akan semakin meningkat di masa depan, dan Putin akan tetap berkuasa dalam jangka waktu yang lama.

    “Masalahnya adalah tidak ada kandidat alternatif, dan tidak ada ruang untuk kandidat lain,” kata Mikhail Komin. “Pemilu terakhir yang benar-benar dimenangkan Putin adalah pada tahun 2004. Sejak saat itu, segalanya menjadi tidak adil.”

    Grigory Nishnikov juga mengatakan, masyarakat Rusia tidak melihat alternatif lain selain Putin. “Mereka selalu menginginkan pemimpin yang kuat untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah. Jika ada masalah, orang Rusia akan mengeluh tentang gubernur daerah, bukan tentang presiden, mereka bilang: Kalau Putin tahu, dia akan segera menyelesaikan masalah!” Inilah yang membuat Putin langgeng di kursi kekuasaan, kata Nishnikov.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris, pertama kali diterbitkan pada tanggal 8 Agustus 2024, dan diperbarui pada tanggal 25 Maret 2025, untuk mencerminkan perkembangan terkini.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rusia Gugat Shell Rp 26,52 Triliun Terkait Pasokan Gazprom yang Belum Dibayar – Halaman all

    Rusia Gugat Shell Rp 26,52 Triliun Terkait Pasokan Gazprom yang Belum Dibayar – Halaman all

    Rusia Gugat Shell Rp 26,52 Triliun Terkait Pasokan Gazprom yang Belum Dibayar

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia dilaporkan menggugat perusahaan minyak dan gas multinasional yang berkantor pusat di London, Inggris, Shell sebesar 1,5 miliar euro ($1,6 miliar) atau setara Rp 26,52 triliun (nilai tukar 1 dolar = Rp 16.580).

    Gugatan ini dilayangkan Rusia atas dugaan pasokan gas yang belum dibayar kepada raksasa energi negara, Gazprom pada tahun 2022, kata perusahaan Inggris-Belanda itu dalam laporan tahunannya yang diterbitkan Selasa, (25/3/2025).

    Seperti diketahui, Shell mengumumkan pada awal 2022 kalau mereka memutuskan hubungan dengan Gazprom, menghentikan pembelian minyak mentah Rusia dan menarik diri dari pasar energi Rusia sebagai tanggapan atas invasi skala penuh ke Ukraina.

    Menurut laporan tahunan perusahaan, jaksa penuntut Rusia mengajukan gugatan di pengadilan Moskow pada 2 Oktober 2024 terhadap Shell dan tujuh entitasnya.

    Gugatan tersebut berupaya menyatakan keluarnya Shell dari proyek minyak dan gas Sakhalin-2 di Timur Jauh Rusia sebagai tindakan ilegal.

    Pada bulan Juli 2022, Presiden Vladimir Putin memerintahkan entitas Sakhalin-2 yang dioperasikan asing untuk diganti dengan perusahaan Rusia yang hanya mengizinkan investor asing yang disetujui pemerintah.

    Shell mengatakan jaksa Rusia menginginkan ganti rugi sebesar 1,5 miliar euro untuk Gazprom Export, termasuk 94 miliar euro ($1,1 miliar) dari rekening khusus yang menyimpan aset luar negeri yang tidak dapat diakses oleh perusahaan Barat tanpa pengabaian.

    Pemandangan menunjukkan kilang minyak Moskow milik produsen minyak Rusia Gazprom Neft di pinggiran tenggara Moskow pada 28 April 2022. (Natalia KOLESNIKOVA / AFP)

    Shell berhasil mengajukan penundaan proses awal tahun ini, dengan sidang pengadilan berikutnya ditetapkan pada tanggal 14 April.

    Perusahaan itu mengatakan tidak jelas bagaimana kasus itu akan terungkap atau dampak finansial apa yang mungkin ditimbulkannya.

    “Saat ini, belum dapat diperkirakan secara akurat besaran dan waktu kewajiban atau pembayaran yang mungkin terjadi sehubungan dengan hal-hal di atas atau apakah ada pembayaran yang akan jatuh tempo,” kata Shell dalam laporan tahunannya.

    “Masih terdapat ketidakpastian yang tinggi mengenai hasil akhir, serta potensi dampaknya terhadap operasi, pendapatan, arus kas, dan kondisi keuangan Shell di masa mendatang,” tambahnya.

     

    (oln/TMT/*)