Tag: Vladimir Putin

  • Putin Genjot Rekrutmen, Tambah 160 Ribu Tentara Untuk Perkuat Pertahanan Negara   – Halaman all

    Putin Genjot Rekrutmen, Tambah 160 Ribu Tentara Untuk Perkuat Pertahanan Negara   – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin kembali memerintahkan negaranya untuk merekrut 160.000 prajurit baru pada 15 Juli 2025.

    Jumlah tersebut meningkat dari rancangan sebelumnya, di mana wajib militer musim semi tahun lalu hanya memanggil 150.000 orang sementara di tahun 2022 hanya merekrut 134.500.

    Rekrutmen tambahan direncanakan Putin sejalan dengan upaya Moskow yang tengah memperluas jajaran militernya.

    Setelah sebelumnya Putin  memerintahkan untuk menambah jumlah tentaranya menjadi 1,5 juta prajurit aktif, peningkatan sekitar 180.000 tentara selama tiga tahun.

    Tak hanya itu, Rusia juga turut menyelenggarakan wajib militer dua kali setahun, dengan pria berusia 18-30 tahun memenuhi syarat diwajibkan mengikuti wajib militer.

    Kremlin dan Kementerian Pertahanan menegaskan bahwa pasukan yang mengikuti wajib militer tidak dikirim ke medan perang melainkan bertugas menjaga pertahanan negara.

    “Kampanye wajib militer yang akan datang sama sekali tidak terkait dengan operasi militer khusus di Ukraina,” kata Kementerian Pertahanan di media sosial, dikutip dari The Moscow Times.

    Putin Tawarkan Gaji Tinggi

    Untuk meningkatkan jumlah pasukan yang bertugas menjaga pertahanan negara, Putin menawarkan gaji tinggi dan bonus pendaftaran yang besar bagi ratusan ribu orang yang mendaftar sebagai tentara kontrak berbayar.

    Siapa pun yang menerima tawaran tersebut akan mendapat 5,2 juta rubel atau sekitar Rp 973 juta.

    Sementara mereka yang bersedia bergabung dalam pertempuran di Ukraina juga bisa menerima pembayaran tunai satu kali sebesar sekitar 5.690 dolar AS – 11.390 dolar AS jika terluka saat perang.

    Bagi keluarga prajurit yang tewas dalam pertempuran juga akan menerima biaya sebesar 34.150 dolar AS atau sekitar Rp 554 juta.

    Pengumuman itu dirilis usai Presiden Rusia Vladimir Putin memerintah militer untuk menambah jumlah pasukan.

    Rusia Disebut Krisis Pasukan

    Mencuatnya isu rekrutmen ini membuat sejumlah pihak berspekulasi jika Rusia kini tengah mengalami krisis pasukan.

    Pada awal tahun AS mengungkapkan bahwa Rusia  tengah mengalami krisis pasukan setelah lebih dari 700.000 tentara menjadi korban sejak memulai invasi ke Ukraina pada tahun 2022.

    Hal itu diungkap oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin melalui laman resmi Menhan AS.

    “Sejak 2022, Rusia telah menderita lebih dari 700.000 korban di Ukraina. Jumlah itu lebih banyak dari yang dialami Moskow dalam semua konfliknya sejak Perang Dunia II digabungkan,” imbuh Austin melansir Defense.gov.

    “Korban Rusia di Ukraina kini melebihi dua pertiga dari total kekuatan tentara Rusia pada awal perang yang dipilih Putin. Pada bulan November 2024 saja, Rusia kehilangan hampir 1.500 tentara per hari,” imbuhnya

    Senada dengan proyeksi AS, Angkatan Bersenjata Ukraina memperkirakan 707.540 tentara Rusia tewas atau terluka hingga November 2024. 
     
    Sementara Pemerintah Inggris melaporkan sekitar 700.000 tentara Rusia tewas atau terluka pada November 2024.

    Korut Bantu Kirim Pasukan Tambahan ke Rusia

    Lebih lanjut, untuk menggenjot kekuatan pasukan Putin di medan perang, Presiden Korea Utara (Korut) kembali mengirimkan 3.000 tentara tambahan ke Rusia.

    Dengan tambahan pasukan ini, total prajurit Korut yang berada di Rusia diperkirakan mencapai sekitar 11 ribu tentara.

    Adapun para pasukan Korsel itu diberangkatkan menuju Kurs dengan menggunakan kapal kargo dan pesawat militer Rusia, sebagaimana dikutip dari CNN International.

    “Bala bantuan yang dikirim pada bulan Januari dan Februari itu menambah sekitar 11.000 pasukan yang telah dikirim Korea Utara ke Rusia sejauh ini,” ujar laporan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.

    Tak hanya mengirim pasukan tambahan, Pyongyang juga memasok amunisi tambahan berupa rudal balistik jarak pendek.

    Serta sekitar 220 howitzer dan peluncur roket ganda 240 milimeter, yang diharapkan dapat memperkuat pertahanan Rusia di medan perang.

    (Tribunnews/Namira)

  • Harga Minyak Mentah Dunia Melonjak di Tengah Ancaman Tarif AS

    Harga Minyak Mentah Dunia Melonjak di Tengah Ancaman Tarif AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan hampir 2% ke level tertinggi dalam lima minggu pada Senin (31/3/2025), dipicu oleh kekhawatiran bahwa pasokan global dapat terganggu apabila Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melanjutkan rencananya untuk menerapkan tarif tambahan terhadap Rusia dan kemungkinan tindakan militer terhadap Iran.

    Harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar US$ 1,11 atau 1,5% dan ditutup pada level US$ 74,74 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 2,12 atau 3,1% ke level US$ 71,48 per barel. Ini menjadi level penutupan tertinggi Brent sejak 24 Februari dan level tertinggi WTI sejak 20 Februari.

    Dilansir dari Reuters, Trump pada Minggu (30/3/2025) menyatakan ia kecewa dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mempertimbangkan tarif sekunder sebesar 25%-50% kepada pembeli minyak Rusia apabila ia menilai Rusia menghambat upayanya untuk mengakhiri konflik di Ukraina. Ancaman ini menjadi faktor utama yang diawasi oleh para pelaku pasar minyak, meskipun Trump mengisyaratkan belum ada rencana segera untuk menerapkannya.

    Rusia dan AS saat ini sedang menjajaki kemungkinan penyelesaian damai untuk konflik di Ukraina. Sementara itu, China dan India, sebagai pembeli utama minyak Rusia, memiliki peran penting dalam menentukan efektivitas sanksi sekunder terhadap ekspor minyak Rusia.

    Selain itu, Trump juga mengancam Iran dengan serangan militer dan tarif sekunder apabila negara tersebut gagal mencapai kesepakatan nuklir dengan AS.

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan AS akan menghadapi konsekuensi serius apabila melanjutkan ancamannya. Berbagai faktor ini yang membuat harga minyak mentah dunia naik. 

  • Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi dalam 5 Minggu – Page 3

    Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi dalam 5 Minggu – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik sekitar 2% ke level tertinggi dalam lima minggu pada Senin (1/4) akibat kekhawatiran pasokan akan menurun jika Presiden AS Donald Trump menindaklanjuti ancamannya untuk memberlakukan lebih banyak tarif pada Rusia dan kemungkinan menyerang Iran.

    Kenaikan Harga Minyak Global

    Dikutip dari CNBC, Selasa (1/4/2025), harga minyak Brent naik USD 1,11 atau 1,5% dan menetap di USD 74,74 per barel.  Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 2,12 atau 3,1% menjadi USD 71,48 per barel.

    Ini merupakan harga penutupan tertinggi Brent sejak 24 Februari dan tertinggi WTI sejak 20 Februari. Selisih harga antara Brent dan WTI turun menjadi USD 3,02 per barel, level terendah sejak Juli 2024.

    Menurut analis, ketika selisih harga Brent dan WTI turun di bawah USD 4 per barel, perusahaan energi kurang terdorong untuk mengirim kapal untuk mengambil minyak mentah AS, yang dapat mengurangi ekspor minyak dari AS.

    Ancaman Sanksi AS terhadap Rusia dan Iran

    Trump menyatakan pada Minggu bahwa ia “sangat marah” terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan akan mengenakan tarif sekunder 25%-50% kepada pembeli minyak Rusia jika merasa Moskow menghambat upayanya untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    “Ancaman Trump mengenai tarif sekunder pada minyak Rusia dan Iran menjadi faktor yang dipantau pelaku pasar minyak, meskipun ia mengindikasikan belum berencana menerapkannya saat ini,” kata analis UBS Giovanni Staunovo. “Namun, ada risiko pasokan yang lebih besar di masa depan.”

    Kremlin menyatakan bahwa Rusia dan AS sedang membahas kemungkinan penyelesaian damai di Ukraina. China dan India, sebagai pembeli utama minyak Rusia, akan memainkan peran kunci dalam efektivitas sanksi sekunder tersebut.

    Selain itu, Trump juga mengancam akan menyerang Iran dan memberlakukan tarif sekunder jika Teheran tidak mencapai kesepakatan dengan Washington mengenai program nuklirnya. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa AS akan menerima pukulan keras jika bertindak sesuai ancamannya. Sementara itu, Garda Revolusi Iran menyita dua kapal tanker asing di Teluk Persia yang diduga menyelundupkan lebih dari 3 juta liter minyak solar.

     

  • Kelakuan Putin Ini Bikin Trump Jengkel

    Kelakuan Putin Ini Bikin Trump Jengkel

    Jakarta

    Konflik Ukraina dan Rusia belum juga selesai. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan mengaku jengkel dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Apa sebabnya?

    Dilansir BBC, Senin (31/3/2025), hal itu disampaikan Trump dalam wawancara dengan NBC News. Dia mengaku marah karena Putin menyerang kredibilitas Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Trump juga mengancam akan mengenakan tarif sebesar 50% kepada negara-negara yang membeli minyak Rusia jika Putin tidak menyetujui gencatan senjata.

    “Jika Rusia dan saya tidak dapat membuat kesepakatan untuk menghentikan pertumpahan darah di Ukraina dan jika saya pikir itu adalah kesalahan Rusia, yang mungkin tidak benar, saya akan mengenakan tarif sekunder pada semua minyak yang keluar dari Rusia,” katanya.

    Komentar tersebut menandai perubahan nada bicara Trump terhadap Putin dan Rusia. Selama enam minggu terakhir, Trump telah mencerca Zelensky di Ruang Oval dan menuntut banyak konsesi dari Presiden Ukraina.

    Trump juga telah menyanjung Putin dan sebagian besar mengalah pada tuntutan Presiden Rusia. Situasi itu telah membuat pemimpin Eropa khawatir.

    Namun, kondisi sepertinya telah berubah. Ini adalah pertama kalinya Trump secara serius mengancam Rusia dengan konsekuensi karena menunda-nunda negosiasi gencatan senjata yang tampaknya akan mengembalikan bola diplomatik ke tangan Moskow.

    NBC News melaporkan bahwa, dalam wawancara telepon selama 10 menit, Trump mengatakan bahwa dia sangat marah dan kesal ketika Putin mengkritik kredibilitas kepemimpinan Zelensky. Meskipun, Trump sendiri telah menyebut pemimpin Ukraina itu sebagai diktator dan menuntut agar dia menyelenggarakan pemilihan umum di Ukraina.

    “Bisa dibilang saya sangat marah, kesal, ketika Putin mulai menyinggung kredibilitas Zelensky, karena itu tidak tepat sasaran. Kepemimpinan baru berarti Anda tidak akan mendapatkan kesepakatan untuk waktu yang lama,” ujarnya.

    Ancaman Ekonomi dari Trump ke Produk Rusia

    Foto: Donald Trump (dailymail.co.uk)

    Trump mengatakan Kremlin mengetahui kemarahannya, tetapi menyatakan bahwa dia memiliki ‘hubungan yang sangat baik’ dengan Putin dan kemarahan itu akan cepat mereda jika Putin melakukan hal yang benar.

    Jika Rusia tidak menindaklanjuti gencatan senjata, Trump mengancam akan lebih menargetkan ekonominya. Dia mengatakan ada tarif tinggi yang akan diterapkannya terhadap produk-produk Rusia.

    “Akan ada tarif sebesar 25% untuk minyak dan produk lain yang dijual di Amerika Serikat, tarif sekunder,” kata Trump seraya menyatakan bahwa tarif terhadap Rusia akan berlaku dalam waktu 1 bulan tanpa kesepakatan gencatan senjata. Tarif sekunder adalah sanksi terhadap negara-negara yang berbisnis dengan negara lain.

    Tarif tersebut dapat mencapai 50% untuk barang-barang yang masuk ke AS dari negara-negara yang masih membeli minyak dari Rusia. Pembeli terbesar dengan selisih yang besar adalah China dan India.

    Zelensky juga menulis di media sosial setelah wawancara tersebut bahwa ‘Rusia terus mencari alasan untuk memperpanjang perang ini lebih jauh’. Dia mengatakan Putin memainkan permainan yang sama seperti yang telah dilakukannya sejak 2014 ketika Rusia secara sepihak mencaplok semenanjung Krimea.

    “Ini berbahaya bagi semua orang dan harus ada tanggapan yang tepat dari Amerika Serikat, Eropa, dan semua mitra global kita yang mencari perdamaian,” ujar Zelensky.

    Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Saat ini, Rusia telah menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina.

    Lebih dari 100.000 orang yang berjuang untuk militer Rusia telah tewas saat perang di Ukraina memasuki tahun keempat. Ukraina terakhir kali memperbarui angka korbannya pada Desember 2024, ketika Presiden Volodymyr Zelensky mengakui 43.000 kematian warga Ukraina di antara tentara dan perwira. Analis Barat yakin angka ini merupakan perkiraan yang terlalu rendah.

    Halaman 2 dari 2

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Kesal dan Akhirnya Serang Putin, Siapkan ‘Bom’ Ini

    Trump Kesal dan Akhirnya Serang Putin, Siapkan ‘Bom’ Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku sangat marah pada Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder sebesar 25% hingga 50% pada semua minyak yang keluar dari Rusia jika menghalangi upayanya untuk mendamaikan perang di Ukraina.

    Trump mengatakan bahwa ia sangat marah setelah Putin mengkritik kredibilitas kepemimpinan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, minggu lalu saat wawancara bersama NBC News.

    Sejak menjabat pada Januari, Trump telah mengambil sikap yang lebih lunak terhadap Rusia. Hal ini sontak membuat sekutu Barat waspada saat ia mencoba menengahi berakhirnya perang tiga tahun antara Rusia dan Ukraina.

    Komentar tajamnya tentang Putin pada seolah mencerminkan rasa frustrasinya yang semakin besar tentang kurangnya kemajuan dalam gencatan senjata.

    “Jika Rusia dan saya tidak dapat membuat kesepakatan untuk menghentikan pertumpahan darah di Ukraina, dan jika saya pikir itu adalah kesalahan Rusia … saya akan mengenakan tarif sekunder pada semua minyak yang keluar dari Rusia,” kata Trump, dikutip Senin (31/3/2025).

    “Itu artinya, jika Anda membeli minyak dari Rusia, Anda tidak dapat berbisnis di Amerika Serikat. Akan ada tarif 25% untuk semua minyak, tarif 25 hingga 50 poin untuk semua minyak,” kata Trump.

    Rusia telah menyebut berbagai sanksi dan pembatasan Barat sebagai ilegal dan dirancang agar Barat mengambil keuntungan ekonomi dalam persaingannya dengan Rusia.

    Trump mengatakan kepada NBC News bahwa ia berencana untuk berbicara dengan Putin pada minggu ini.

    “Kedua pemimpin telah melakukan dua panggilan telepon yang diumumkan secara publik dalam beberapa bulan terakhir tetapi mungkin memiliki lebih banyak kontak,” menurut pernyataan Kremlin dalam rekaman video minggu lalu.

    Meski demikian, Amerika Serikat belum berkomentar kapan panggilan tersebut akan dilakukan, atau apakah Trump juga akan berbicara dengan Zelensky. Trump sangat fokus untuk mengakhiri apa yang disebutnya perang konyol yang dimulai ketika Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, tetapi belum membuat banyak kemajuan.

    Trump mengatakan kepada NBC bahwa Putin tahu dia marah, tetapi mengatakan bahwa dia memiliki “hubungan yang sangat baik dengannya” dan “kemarahan itu akan cepat mereda… jika dia melakukan hal yang benar.”

    (luc/luc)

  • Mengapa Trump Marah kepada Putin dan Mengancam Tarif Minyak Rusia? – Halaman all

    Mengapa Trump Marah kepada Putin dan Mengancam Tarif Minyak Rusia? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengungkapkan kemarahannya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.

    Dia mengancam akan mengenakan tarif sebesar 25 persen pada minyak Rusia jika Moskow tidak mau menyetujui gencatan senjata untuk menghentikan konflik di Ukraina.

    Apa yang Memicu Kemarahan Trump?

    Dalam wawancara dengan NBC pada 30 Maret 2025, Trump menegaskan bahwa tarif ini dapat diberlakukan kapan saja, tergantung pada respons Rusia terhadap upaya damai. “Jika Rusia dan saya tidak dapat mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertumpahan darah di Ukraina, dan jika saya menganggap itu kesalahan Rusia, saya akan mengenakan tarif sekunder pada semua minyak yang keluar dari Rusia,” ujar Trump.

    Trump menjelaskan rencananya untuk berdialog dengan Putin dalam minggu ini.

    Dia merasa marah ketika Putin meragukan legitimasi Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dan membahas kemungkinan pergantian kepemimpinan di Ukraina.

    Bagaimana Respons Rusia?

    Sementara itu, Putin mengusulkan pembentukan pemerintahan sementara di Ukraina yang berada di bawah pengawasan PBB.

    Namun, usulan tersebut ditolak secara tegas oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.

    Pejabat Rusia menganggap jabatan Zelensky tidak sah, mengingat Ukraina belum mengadakan pemilu sejak masa jabatannya berakhir dan konstitusi negara tersebut melarang pemilu selama masa darurat militer yang berlaku sejak invasi Rusia tiga tahun lalu.

    Hingga saat ini, Rusia belum memberikan tanggapan resmi terhadap ancaman Trump.

    Pemerintah Rusia juga menganggap sanksi Barat sebagai tindakan ilegal yang bertujuan untuk menguntungkan negara-negara Barat dalam persaingan global.

    Apa Dampak dari Ancaman Tarif Terhadap Minyak Rusia?

    Dikutip dari Al Jazeera, ancaman Trump terhadap minyak Rusia ini muncul kurang dari seminggu setelah pemerintahannya memberlakukan tarif serupa terhadap impor dari negara mana pun yang membeli minyak atau gas dari Venezuela.

    Jika ancaman tarif ini diterapkan pada Rusia, dampaknya akan sangat besar, terutama bagi China dan India, yang merupakan dua pembeli utama minyak Rusia.

    Trump mengeluarkan pernyataan ini setelah pertemuan dengan Presiden Finlandia, Alexander Stubb, yang menyarankan agar batas waktu ditetapkan untuk mencapai gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina dengan target tanggal 20 April, di mana Trump sudah menjabat selama tiga bulan.

    Apa yang Terjadi dengan Perjanjian Mineral Ukraina?

    Sementara itu, pejabat Amerika Serikat terus mendorong Ukraina untuk menyetujui perjanjian mineral yang mengharuskan negara tersebut menyerahkan pendapatan dari sumber daya alamnya selama bertahun-tahun.

    Zelensky menyatakan bahwa pengacara Kyiv masih meninjau draf tersebut sebelum memberikan tanggapan resmi.

    Trump, dalam penerbangan Air Force One, mengungkapkan bahwa dia merasa Zelensky berusaha menarik diri dari kesepakatan. “Jika dia melakukan itu, dia akan menghadapi masalah yang sangat besar,” tegas Trump.

    Bagaimana Hubungan Trump dan Putin ke Depan?

    Meskipun mengungkapkan kemarahan, Trump mengaku masih memiliki hubungan baik dengan Putin, dan dia percaya bahwa kemarahannya dapat mereda jika Putin melakukan tindakan yang benar.

    Hal ini menunjukkan dinamika hubungan internasional yang kompleks di tengah ketegangan yang terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

    Dalam konteks ini, tindakan Trump mungkin akan memiliki dampak signifikan terhadap geopolitik dan ekonomi global, terutama jika tarif tersebut benar-benar diberlakukan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1132: China dan India Ketar-ketir Kena Dampak Ancaman Sanksi Trump – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1132: China dan India Ketar-ketir Kena Dampak Ancaman Sanksi Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.132 pada Senin (31/3/2025).

    China dan India berpotensi terkena dampak jika Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif sebesar 25-50 persen terhadap negara-negara yang membeli minyak dari Rusia.

    Beberapa bank China, misalnya, telah membatasi transaksi dengan perusahaan Rusia karena takut dilarang masuk ke dalam sistem perbankan internasional.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.132:

    Ancaman Sanksi Trump terhadap Pembeli Minyak Rusia Bisa Berdampak pada China dan India

    China dan India berpotensi terkena dampak jika Trump memberlakukan tarif sebesar 25-50 persen terhadap negara-negara yang membeli minyak dari Rusia.

    Menurut para analis dan pejabat, kebijakan ini dapat memberikan tekanan besar pada ekonomi kedua negara tersebut, yang merupakan pembeli utama minyak Rusia.

    Dan Sabbagh melaporkan bahwa dalam wawancaranya dengan NBC, Trump menyatakan akan menerapkan tindakan tersebut dalam waktu satu bulan “jika kesepakatan tidak tercapai dan jika saya pikir itu adalah kesalahan Rusia”.

    Pernyataan ini muncul di tengah rasa frustrasi Trump terhadap taktik menunda-nunda Vladimir Putin serta upaya untuk mendiskreditkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

    Kekhawatiran China dan India

    Beberapa negara, termasuk China dan India, tidak berpartisipasi dalam sanksi internasional terhadap minyak Rusia.

    Namun, penerapan sanksi sekunder atau tarif oleh AS dapat semakin membatasi akses Putin terhadap pendapatan minyak untuk mendanai perang.

    Meskipun tidak bergabung dalam sanksi, China tetap berhati-hati agar tidak melanggarnya demi menghindari hukuman sekunder.

    Beberapa bank China, misalnya, telah membatasi transaksi dengan perusahaan Rusia karena takut dilarang masuk ke dalam sistem perbankan internasional.

    Jika diterapkan, kebijakan ini bisa memicu ketegangan ekonomi global dan memperumit hubungan perdagangan antara AS, China, dan India.

    Dampaknya juga bisa meluas ke pasar energi internasional, mengingat China dan India adalah konsumen besar minyak dunia.

    Meski demikian, masih belum jelas apakah kebijakan ini benar-benar akan diberlakukan atau hanya sebagai strategi negosiasi Trump dalam menekan Rusia.

    Kata Analis UBS soal Dampak Kebijakan Trump terhadap Minyak Rusia

    Analis UBS, Giovanni Staunovo, menyebut bahwa menargetkan pembeli minyak dapat berdampak pada negara seperti Tiongkok dan India.

    Hal ini merujuk pada langkah Trump yang menerapkan kebijakan serupa terhadap minyak Venezuela.

    “Namun, kita perlu menunggu pengumuman resmi dalam beberapa hari mendatang untuk melihat bagaimana kebijakan ini akan berjalan,” ujar Staunovo.

    India kini telah melampaui Tiongkok sebagai pembeli terbesar minyak mentah Rusia yang diangkut melalui laut.

    Pada tahun 2024, impor minyak mentah dari Rusia mencakup sekitar 35persen dari total impor minyak India.

    Sejak awal perang, muncul kekhawatiran bahwa India dapat menjadi “pintu belakang” bagi ekspor minyak Rusia.

    Serangan Baru di Distrik Kyivskyi, Kharkiv

    Ledakan kembali mengguncang Kharkiv.

    Menurut laporan koresponden Suspilne, serangan terbaru terjadi di distrik Kyivskyi di kota tersebut.

    Wali Kota Kharkiv, Igor Terekhov, mengonfirmasi bahwa serangan ini dilakukan oleh personel militer Rusia.

    Situasi di wilayah tersebut masih berkembang, dan otoritas setempat terus memantau dampaknya.

    Rusia Klaim Kuasai Permukiman Zaporizhzhia di Donetsk

    Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pada hari Minggu bahwa pasukannya telah menguasai permukiman Zaporizhzhia di wilayah Donetsk, Ukraina.

    Desa tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang berada di wilayah lain.

    Menurut laporan Reuters, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.

    Desa yang dimaksud berjarak sekitar 7 kilometer dari perbatasan wilayah Dnipropetrovsk di Ukraina bagian tengah.

    Wilayah Donetsk sendiri berbatasan dengan Dnipropetrovsk di sebelah timur.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Trump Ngaku Sangat Marah ke Putin gegara Perundingan Gencatan Senjata Alot

    Trump Ngaku Sangat Marah ke Putin gegara Perundingan Gencatan Senjata Alot

    Washington

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya sangat marah dan jengkel dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia mengaku marah karena perundingan gencatan senjata di Ukraina telah berlangsung berminggu-minggu.

    Dilansir BBC, Senin (31/3/2025), hal itu disampaikan Trump dalam wawancara dengan NBC News. Dia mengaku marah karena Putin menyerang kredibilitas Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Trump juga mengancam akan mengenakan tarif sebesar 50% kepada negara-negara yang membeli minyak Rusia jika Putin tidak menyetujui gencatan senjata.

    “Jika Rusia dan saya tidak dapat membuat kesepakatan untuk menghentikan pertumpahan darah di Ukraina dan jika saya pikir itu adalah kesalahan Rusia, yang mungkin tidak benar, saya akan mengenakan tarif sekunder pada semua minyak yang keluar dari Rusia,” katanya.

    Komentar tersebut menandai perubahan nada bicara Trump terhadap Putin dan Rusia. Selama enam minggu terakhir, Trump telah mencerca Zelensky di Ruang Oval dan menuntut banyak konsesi dari Presiden Ukraina.

    Trump juga telah menyanjung Putin dan sebagian besar mengalah pada tuntutan Presiden Rusia. Situasi itu telah membuat pemimpin Eropa khawatir.

    Namun, kondisi sepertinya telah berubah. Ini adalah pertama kalinya Trump secara serius mengancam Rusia dengan konsekuensi karena menunda-nunda negosiasi gencatan senjata yang tampaknya akan mengembalikan bola diplomatik ke tangan Moskow.

    NBC News melaporkan bahwa, dalam wawancara telepon selama 10 menit, Trump mengatakan bahwa dia sangat marah dan kesal ketika Putin mengkritik kredibilitas kepemimpinan Zelensky. Meskipun, Trump sendiri telah menyebut pemimpin Ukraina itu sebagai diktator dan menuntut agar dia menyelenggarakan pemilihan umum di Ukraina.

    Trump mengatakan Kremlin mengetahui kemarahannya, tetapi menyatakan bahwa dia memiliki ‘hubungan yang sangat baik’ dengan Putin dan kemarahan itu akan cepat mereda jika Putin melakukan hal yang benar.

    Jika Rusia tidak menindaklanjuti gencatan senjata, Trump mengancam akan lebih menargetkan ekonominya. Dia mengatakan ada tarif tinggi yang akan diterapkannya terhadap produk-produk Rusia.

    “Akan ada tarif sebesar 25% untuk minyak dan produk lain yang dijual di Amerika Serikat, tarif sekunder,” kata Trump seraya menyatakan bahwa tarif terhadap Rusia akan berlaku dalam waktu 1 bulan tanpa kesepakatan gencatan senjata. Tarif sekunder adalah sanksi terhadap negara-negara yang berbisnis dengan negara lain.

    Tarif tersebut dapat mencapai 50% untuk barang-barang yang masuk ke AS dari negara-negara yang masih membeli minyak dari Rusia. Pembeli terbesar dengan selisih yang besar adalah China dan India.

    Zelensky juga menulis di media sosial setelah wawancara tersebut bahwa ‘Rusia terus mencari alasan untuk memperpanjang perang ini lebih jauh’. Dia mengatakan Putin memainkan permainan yang sama seperti yang telah dilakukannya sejak 2014 ketika Rusia secara sepihak mencaplok semenanjung Krimea.

    “Ini berbahaya bagi semua orang dan harus ada tanggapan yang tepat dari Amerika Serikat, Eropa, dan semua mitra global kita yang mencari perdamaian,” ujar Zelensky.

    Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Saat ini, Rusia telah menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina.

    Lebih dari 100.000 orang yang berjuang untuk militer Rusia telah tewas saat perang di Ukraina memasuki tahun keempat. Ukraina terakhir kali memperbarui angka korbannya pada Desember 2024, ketika Presiden Volodymyr Zelensky mengakui 43.000 kematian warga Ukraina di antara tentara dan perwira. Analis Barat yakin angka ini merupakan perkiraan yang terlalu rendah.

    Saksikan juga Sosok: Terang Tanpa Mata

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • JD Vance Rayu Rakyat Greenland Bergabung dengan AS, Remehkan Pemerintah Denmark – Halaman all

    JD Vance Rayu Rakyat Greenland Bergabung dengan AS, Remehkan Pemerintah Denmark – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, melakukan kunjungan ke Pangkalan Luar Angkasa Pituffik di Greenland barat laut pada hari Jumat, 28 Maret 2025.

    Dalam kunjungan tersebut, Vance menyampaikan pesan dari Presiden Donald Trump kepada rakyat Greenland, dengan menyatakan bahwa bergabung dengan AS lebih baik dibandingkan tetap berada di bawah Denmark.

    Vance menekankan komitmen pemerintah Trump untuk memperluas kehadiran permanen di Greenland.

    “Saya ingin menyampaikan pesan dari Presiden Trump,” ujar Vance kepada para prajurit yang berkumpul.

    Vance juga mengungkapkan bahwa tidak ada rencana segera untuk memperluas pangkalan militer AS, tetapi Washington akan meningkatkan investasi, termasuk pada kapal pemecah es militer dan kapal angkatan laut lainnya.

    JD Vance menegaskan bahwa AS mendukung penentuan nasib sendiri bagi Greenland, tetapi ia membayangkan masa depan di mana pulau tersebut berpihak pada AS.

    “Saya pikir akan jauh lebih baik jika Anda berada di bawah payung keamanan Amerika Serikat daripada di bawah payung keamanan Denmark,” katanya.

    Vance mengkritik pemerintah Denmark yang dinilai kurang berinvestasi pada masyarakat Greenland dan mengeklaim pulau tersebut sangat rentan saat ini.

     “Ini harus diubah, dan karena itu belum berubah, inilah mengapa kebijakan Presiden Trump di Greenland seperti sekarang,” tambahnya.

    Meskipun ada ambisi untuk memperkuat kehadiran AS di Greenland, Vance meyakinkan rakyat bahwa kekuatan militer tidak akan digunakan.

    “Kami tidak yakin bahwa kekuatan militer akan diperlukan. Kami yakin penduduk Greenland adalah orang-orang yang rasional dan baik,” jelasnya.

    Vance juga mencatat meningkatnya aktivitas China dan Rusia di kawasan Arktik, menjadikan Greenland sebagai titik api geopolitik.

    “Kita perlu memastikan bahwa Amerika memimpin di Arktik, karena jika tidak, negara-negara lain akan mengisi kekosongan yang kita tinggalkan,” katanya.

    Kunjungan Vance terjadi sehari setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, menguraikan kebijakan Arktik Moskow.

    Putin memperingatkan bahwa rencana aneksasi AS terhadap Greenland telah dimulai sejak tahun 1860-an dan harus ditanggapi serius.

    “Rencana Amerika untuk merebut Greenland dimulai sejak tahun 1860, tetapi saat itu mereka tidak mendapat dukungan Kongres,” ungkap Putin.

    Putin juga mengingatkan bahwa pada tahun 1910, AS dan Denmark hampir menandatangani kesepakatan untuk menukar tanah yang akan membuat Denmark menyerahkan Greenland kepada Amerika, tetapi kesepakatan tersebut akhirnya gagal.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Putin Disebut Siap Perang Skala Besar, NATO Jadi Target Berikutnya? – Halaman all

    Putin Disebut Siap Perang Skala Besar, NATO Jadi Target Berikutnya? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dinas Intelijen Federal Jerman (BND) dan angkatan bersenjata negara tersebut baru-baru ini mengeluarkan pernyataan mengenai situasi keamanan yang mengkhawatirkan di Eropa.

    Mereka menilai bahwa Rusia saat ini memandang Barat, khususnya NATO, sebagai musuh sistemik.

    Dalam laporan media Jerman, termasuk dari Bild, terdapat indikasi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuan imperialisnya.

    Penilaian yang dibuat oleh BND tersebut juga didukung oleh beberapa media Jerman lainnya, seperti Süddeutsche Zeitung, WDR, dan NDR.

    Semua laporan ini menunjukkan bahwa Putin tidak hanya akan puas dengan pencapaian di Ukraina, dan pada akhir dekade ini, Rusia mungkin telah membangun semua kondisi yang diperlukan untuk melancarkan perang konvensional berskala besar.

    Menurut Badan Intelijen Lituania (VSD), meskipun Rusia belum dalam posisi untuk melancarkan perang besar-besaran melawan NATO dalam jangka menengah, tindakan militer terbatas terhadap satu atau lebih negara anggota NATO masih mungkin terjadi.

    Dalam laporan BND, disebutkan bahwa meskipun tiga perempat tentara dan peralatan Rusia dari wilayah perbatasan Baltik saat ini dikerahkan ke Ukraina, angkatan udara dan angkatan laut Rusia tetap dalam keadaan siaga penuh.

    Jika perang di Ukraina berakhir, unit-unit Rusia kemungkinan akan dikerahkan kembali ke wilayah perbatasan.

    Meskipun mengalami kerugian besar akibat sanksi Barat, Putin terus memperkuat militernya.

    Laporan dari Bundeswehr dan BND menunjukkan bahwa ekonomi militer Rusia mampu memenuhi kebutuhan perang di Ukraina.

    Diperkirakan pada tahun 2026, jumlah Angkatan Bersenjata Rusia akan meningkat menjadi 1,5 juta tentara.

    Rusia juga diketahui meningkatkan pengeluaran militernya dengan pesat.

    Pada tahun 2025, anggaran militer Rusia diperkirakan mencapai sekitar 120 miliar dollar, yang setara dengan lebih dari 6 persen dari PDB negara tersebut.

    Anggaran ini hampir empat kali lipat dibandingkan tahun 2021.

    Rencana yang ada juga mencakup peningkatan jumlah personel dan peralatan militer di perbatasan dengan NATO sebesar 30-50 persen pada tahun 2022.

    Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan tegas mengenai tindakan NATO jika Rusia menyerang Polandia atau negara anggota lain.

    Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, Rutte menjelaskan bahwa Polandia merupakan kontributor penting bagi pertahanan kolektif NATO di laut, udara, dan darat.

    “Jika ada pihak yang salah perhitungan dan mengira mereka bisa lolos dengan menyerang Polandia atau sekutu lainnya, mereka akan berhadapan dengan kekuatan penuh dari Aliansi yang kuat ini. Reaksi kami akan sangat menghancurkan,” tegas Rutte, sebagaimana dilansir oleh European Pravda.

    Rutte juga menekankan bahwa kemitraan transatlantik adalah fondasi yang tak tergoyahkan bagi NATO dan tidak akan berubah.

    Di sisi lain, Tusk menegaskan perlunya perdamaian yang cepat di Ukraina, namun mengingatkan bahwa perdamaian tersebut harus adil dan menjamin keamanan bagi Ukraina, Polandia, dan negara-negara NATO lainnya.

    Sebagai langkah persiapan, Tusk mengumumkan bahwa Polandia sedang menyusun model pelatihan militer bagi setiap pria dewasa di negara itu sebagai langkah mitigasi jika terjadi konflik berskala besar.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).