Tag: Vladimir Putin

  • Menlu AS Minta Rusia Akhiri Perang Tak Masuk Akal dengan Ukraina!

    Menlu AS Minta Rusia Akhiri Perang Tak Masuk Akal dengan Ukraina!

    Washington

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio memberi tahu mitranya dari Rusia Sergei Lavrov bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk berupaya mengakhiri perang di Ukraina. Dia menyebut perang Rusia dan Ukraina sudah tidak masuk akal.

    “Amerika Serikat serius dalam memfasilitasi diakhirinya perang yang tidak masuk akal ini,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce dalam pernyataan panggilan hari Minggu, yang telah diumumkan oleh Rusia, dilansir AFP, Selasa (29/4/2025).

    Ia mengatakan Rubio berbicara kepada Lavrov tentang langkah selanjutnya dalam perundingan damai Rusia-Ukraina dan perlunya mengakhiri perang sekarang. Panggilan telepon itu dilakukan sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin menawarkan gencatan senjata tiga hari yang bertepatan dengan peringatan berakhirnya Perang Dunia II di Moskow.

    Rubio mengatakan pada hari Minggu bahwa pekan ini akan menjadi sangat penting dalam menilai upaya untuk mengakhiri perang, yang telah dijanjikan oleh Presiden AS Donald Trump untuk dihentikan pada hari pertama masa jabatannya.

    Dalam wawancara hari Minggu dengan “Meet the Press” dari NBC News, Rubio mengatakan bahwa ada “alasan untuk optimis, tetapi ada juga alasan untuk bersikap realistis,” dan bahwa Amerika Serikat dapat memutuskan untuk fokus pada prioritas lain.

    (maa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Zelensky Tuding Putin Lakukan Upaya Manipulasi soal Gencatan Senjata 3 Hari

    Zelensky Tuding Putin Lakukan Upaya Manipulasi soal Gencatan Senjata 3 Hari

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merespons pengumuman gencatan senjata tiga hari yang disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia menuding gencatan senjata itu sebagai upaya manipulasi.

    “Sekarang ada upaya manipulasi baru: untuk beberapa alasan, semua orang harus menunggu hingga 8 Mei,” kata Zelensky dalam pidato hariannya dilansir AFP, Selasa (29/4/2025).

    Sementara itu, sebelumnya Menteri Luar Neger Ukraina Andriy menyampaikan bahwa Ukraina menginginkan gencatan senjata lebih lama. Ukraina, kata Andriy, ingin gencatan senjata berlangsung selama 30 hari.

    “Jika Rusia benar-benar menginginkan perdamaian, mereka harus segera menghentikan tembakan. Mengapa harus menunggu hingga 8 Mei?” tulis Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga di X.

    Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa minggu ini akan menjadi “kritis” untuk menentukan apakah perdamaian mungkin terjadi.

    Seperti diketahui, Putin pada hari Senin waktu setempat memerintahkan gencatan senjata pada 8-10 Mei. Gencatan senjata dilakukan karena bertepatan dengan peringatan Perang Dunia II di Moskow.

    (maa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Umumkan Gencatan Senjata 3 Hari, Ukraina Ingin 30 Hari

    Putin Umumkan Gencatan Senjata 3 Hari, Ukraina Ingin 30 Hari

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata selama 3 hari. Merespons itu, Ukraina menginginkan gencatan senjata paling tidak 30 hari.

    Dikutip AFP, Senin (28/4/2025), Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga menulis di X, mempertanyakan mengapa Rusia harus menunggu bulan Mei untuk gencatan senjata.

    “Jika Rusia benar-benar menginginkan perdamaian, mereka harus segera menghentikan tembakan. Mengapa harus menunggu hingga 8 Mei?” Sybiga menulis di X.

    Rusia mengumumkan gencatan 3 hari mulai 8 hingga 10 Mei. Hal itu bertepatan dengan peringatan kemenangan Perang Dunia II di Moskow.

    Sejak melancarkan serangan ke Ukraina pada Februari 2022, Rusia telah merebut sebagian besar dari empat wilayah Ukraina dan mengklaimnya sebagai wilayahnya sendiri, selain Krimea, yang dianeksasinya pada tahun 2014.

    Rusia meyakini Ukraina akan setuju dengan pengumuman terbaru Putin terkait gencatan senjata. Rusia mengatakan akan memberikan respons yang memadai dan efektif jika gencatan senjata dilanggar.

    Seperti diketahui, pada bulan lalu Putin menolak usulan Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama 30 hari yang telah diterima pihak Ukraina.

    Kiev dan para pendukungnya di Eropa menuding Putin mengumumkan gencatan senjata Paskah selama 30 jam sebagai latihan dan tidak menginginkan perdamaian.

    Ukraina merespons keras. Ukraina menilai aneksasi sebagai perampasan tanah ilegal dan tidak pernah akan mengakuinya.

    (idn/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Update Rusia-Ukraina: Zelensky ‘Menyerah’-Trump Ancam Putin

    Update Rusia-Ukraina: Zelensky ‘Menyerah’-Trump Ancam Putin

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pertempuran masih terus terjadi antara Rusia dan Ukraina. Meski prospek gencatan senjata dan perdamaian mulai dampak setelah diinisiasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Moskow dan Kyiv masih terus saling serang hingga hari ini.

    Perang besar antara Rusia dan Ukraina pecah sejak 24 Februari 2024 lalu saat Moskow melancarkan serangan skala besar terhadap Ukraina Timur atau Donbass. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut pihaknya berupaya merebut wilayah itu dengan alasan diskriminasi rezim Kyiv terhadap wilayah itu, yang mayoritas dihuni etnis Rusia, serta niatan Ukraina untuk bergabung bersama aliansi pertahanan Barat, NATO.

    Berikut sejumlah dinamika yang terjadi dalam 24 jam terakhir dalam pertempuran tersebut dikutip dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia, Senin (28/4/2025):

    1. Trump: Ukraina Bakal Beri Krimea ke Rusia

    Presiden AS Donald Trump mengatakan dia yakin Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky siap menyerahkan Krimea ke Rusia sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata. Hal ini dilontarkannya saat pembicaraan gencatan senjata memasuki apa yang disebut Washington sebagai pekan yang kritis.

    “Oh, saya kira begitu,” kata Trump kepada wartawan di Bedminster, New Jersey, ketika ditanya apakah menurutnya Zelensky siap untuk “menyerahkan” Krimea.

    Trump dan Zelensky sendiri sebelumnya sempat bertemu selama pemakaman Paus Fransiskus di Roma, Italia. Trump menambahkan bahwa selama pembicaraan mereka di Vatikan, mereka telah membahas nasib semenanjung Laut Hitam, yang dianeksasi Moskow pada tahun 2014.

    2. Trump Warning Putin

    Di saat yang sama, Trump juga meningkatkan tekanan pada Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia mengatakan presiden Rusia itu harus “berhenti menembak” dan menandatangani perjanjian untuk mengakhiri perang yang dimulai dengan invasi Moskow pada Februari 2022.

    “Saya ingin dia berhenti menembak, duduk, dan menandatangani kesepakatan,” kata Trump pada hari Minggu ketika ditanya apa yang diinginkannya dari Putin. “Saya yakin kita memiliki batasan kesepakatan, dan saya ingin dia menandatanganinya.”

    Gedung Putih mengatakan bahwa tanpa kemajuan yang cepat, mereka dapat meninggalkan perannya sebagai perantara. Trump mengindikasikan bahwa ia akan memberikan waktu “dua minggu” untuk proses tersebut. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga menekankan pentingnya hari-hari di pekan ini.

    “Kami sudah dekat, tetapi kami belum cukup dekat” untuk mencapai kesepakatan guna menghentikan pertempuran, kata Rubio kepada penyiar NBC. “Saya pikir ini akan menjadi minggu yang sangat kritis.”

    3. Kim Jong Un Konfirmasi Kirim Pasukan ke Rusia

    Korea Utara telah mengonfirmasi bahwa mereka mengirim pasukan ke Rusia untuk mendukung operasi guna mengusir serangan Ukraina. Pernyataan tersebut dirilis beberapa hari setelah Moskow mengakui peran pasukan negara pimpinan Kim Jong Un itu dalam pembebasan Wilayah Kursk.

    Dalam sebuah laporan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin minggu lalu, Kepala Staf Umum Valery Gerasimov memuji kontribusi yang diberikan oleh prajurit Korea Utara dalam membantu membebaskan Wilayah Kursk dari pasukan Ukraina.

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un secara pribadi memerintahkan militer negaranya untuk bertempur bersama pasukan Rusia “untuk memusnahkan penjajah neo-Nazi Ukraina dan membebaskan wilayah Kursk,” media pemerintah negara itu melaporkan pada hari Senin.

    “Operasi pembebasan wilayah Kursk untuk mengusir invasi berani ke Federasi Rusia oleh otoritas Ukraina telah berakhir dengan kemenangan,” Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan, mengutip pernyataan resmi oleh Komisi Militer Pusat negara itu.

    Putin pun menyampaikan rasa terima kasih pribadinya kepada Korea Utara dan Kim Jong Un. Ia menyebut juga akan siap membantu negara itu jika dibutuhkan.

    “Kami akan selalu menghormati para pahlawan Korea yang telah mengorbankan nyawa mereka demi Rusia, demi kebebasan kita bersama, atas dasar yang sama dengan saudara-saudara seperjuangan mereka di Rusia,” tambahnya.

    4. Rusia Dakwa Agen Ukraina Yang Bunuh Jenderal

    Penyidik Rusia telah mendakwa seorang pria atas tuduhan melakukan serangan bom mobil yang menewaskan seorang jenderal senior di pinggiran kota Moskow minggu lalu. Tersangka mengaku bertindak atas perintah dari dinas keamanan Ukraina.

    Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Minggu, penyidik mengumumkan bahwa Ignat Kuzin yang berusia 42 tahun menghadapi tuduhan melakukan tindakan teroris dan penanganan serta pembuatan bahan peledak secara ilegal. Juru bicara komite Svetlana Petrenko mengatakan Kuzin sepenuhnya mengakui kesalahannya dan setuju untuk mengonfirmasi kesaksiannya selama prosedur investigasi di tempat.

    Kuzin ditahan tak lama setelah ledakan yang menewaskan wakil kepala operasi Staf Umum Rusia, Letnan Jenderal Yaroslav Moskalik, pada tanggal 25 April di luar rumahnya di Balashikha. Petrenko menyatakan bahwa Kuzin telah direkrut oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU) pada tahun 2023. Atas keterlibatannya, Kuzin diduga dijanjikan pembayaran sebesar US$ 18.000 (Rp 302 juta).

    5. Zelensky Turunkan 100 Drone Serang Rusia

    Militer Ukraina melancarkan serangan pesawat nirawak besar-besaran pada malam hari terhadap Rusia. Serangan terjadi di wilayah Bryansk.

    Dalam laporan Russia Today, Pertahanan udara Rusia mencegat total 115 pesawat nirawak antara pukul 20.30 Minggu dan pukul 04.35 Senin, termasuk sepuluh di atas Krimea dan Laut Hitam, dua di atas Wilayah Kursk, dan satu di atas Wilayah Belgorod.

    Sekitar 102 pesawat nirawak ditembak jatuh di atas Wilayah Bryansk, di mana, menurut Gubernur Aleksandr Bogomaz, serangan tersebut merusak infrastruktur sipil dan menewaskan sedikitnya satu orang.

    “Rezim Kiev melakukan aksi terorisme lagi malam ini. Sayangnya, serangan Ukraina di kota Bryansk menewaskan seorang warga sipil dan melukai seorang wanita. Dia segera dibawa ke rumah sakit tempat dia menerima bantuan medis yang diperlukan,” tulis Bogomaz di Telegram.

    6. Rusia: Inggris Mau Luncurkan Senjata Kimia di Ukraina

    Kepala Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia, Sergey Naryshkin, menyebutkan saat ini ada potensi Inggris dapat melakukan provokasi terhadap Rusia. Hal ini dikarenakan jejak London melakukan aktivitas permusuhan terhadap Moskow.

    Berbicara kepada TASS pada hari Sabtu, ia tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa Inggris dapat menggunakan senjata kimia di Ukraina untuk menjebak Rusia sebagai pelaku.

    “Inggris dapat melakukan provokasi di wilayah negara mana pun jika Inggris tertarik,” kata pejabat itu, seraya menambahkan bahwa SVR sangat menyadari aktivitas permusuhan rahasia London yang ditujukan kepada Rusia.

    Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, SVR juga menuduh bahwa badan intelijen Inggris dan Prancis telah bekerja secara diam-diam untuk melemahkan upaya perdamaian Presiden AS Donald Trump dalam konflik Ukraina dan menggagalkan normalisasi antara Washington dan Moskow.

    7. McDonalds Mau Balik Lagi ke Rusia

    McDonald’s telah mengajukan sejumlah aplikasi merek dagang di Rusia yang kini sedang diperiksa oleh kantor paten Rusia, Rospatent. Langkah tersebut telah menghidupkan kembali spekulasi mengenai kemungkinan kembalinya raksasa makanan cepat saji Amerika itu ke negara tersebut.

    McDonald’s, bersama dengan Apple, Coca-Cola, Ford, Microsoft, IBM, dan merek-merek Amerika lainnya, menarik diri dari Rusia menyusul meningkatnya konflik Ukraina pada tahun 2022 dan penerapan sanksi oleh Presiden AS saat itu, Joe Biden. Namun, beberapa perusahaan memilih untuk tetap bertahan dengan mengubah merek operasi mereka di Rusia.

    McDonald’s mengajukan lebih dari 50 aplikasi merek dagang pada akhir tahun 2024, menurut data Rospatent, yang mencakup makanan dan minuman. Perusahaan tersebut juga mengirimkan surat yang mengonfirmasi bahwa daftar barang dan jasa tersebut mematuhi hukum Rusia.

    “Rospatent mulai meninjau pengajuan tersebut bulan ini, sementara pemeriksaan formal kini sedang berlangsung,” menurut laporan media Rusia.

    McDonald’s hengkang dari Rusia pada Mei 2022, menjual operasinya kepada pengusaha lokal Aleksander Govor, yang mengubah nama restorannya menjadi Vkusno i Tochka, yang secara kasar berarti “Cukup Lezat” dan kini mengoperasikan lebih dari 880 lokasi di 64 wilayah Rusia.

    Perjanjian penjualan tersebut mencakup opsi bagi McDonald’s untuk membeli kembali gerai-gerai lamanya dalam waktu 15 tahun. McDonald’s kemudian mengungkapkan bahwa hengkangnya perusahaan dari Rusia telah merugikan perusahaan sebesar US$ 1,3 miliar (Rp 21 triliun).

    (tps/tps)

  • Pertama Kalinya Korut Akui Bantu Rusia Lawan Ukraina

    Pertama Kalinya Korut Akui Bantu Rusia Lawan Ukraina

    Jakarta

    Untuk pertama kalinya Korea Utara (Korut) mengakui mengirim bantuan pasukan ke Rusia. Korut mendukung Rusia menang melawan perang dengan Ukraina.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita KCNA Senin (28/4/2025) Korut melaporkan, pasukan tentaranya akan membantu Moskow merebut kembali wilayah di perbatasan Kursk yang sebelumnya berada di bawah kendali Kyiv. KCNA menyatakan, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang memerintahkan pengiriman pasukan tersebut sebagai bagian dari perjanjian pertahanan bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tahun lalu.

    “Atas perintah kepala negara, sub-unit angkatan bersenjata Republik Korut menganggap wilayah Rusia sebagai wilayah mereka sendiri dan membuktikan aliansi kokoh antara kedua negara,” demikian pernyataan Komisi Militer Korut yang dikutip oleh KCNA.

    KCNA juga melaporkan, kemenangan dalam pertempuran di Kursk ini akan menunjukkan “tingkat strategis tertinggi dari persahabatan militan yang kuat” antara Korea Utara dan Rusia.

    Aliansi kokoh Korut dan Rusia

    Kim Jong Un memuji pasukan tentaranya sebagai “pahlawan dan perwakilan kehormatan tanah air” yang bertempur demi keadilan.

    Korea Utara juga menyatakan bahwa memiliki aliansi dengan negara kuat seperti Federasi Rusia adalah suatu kehormatan.

    Diperkirakan, Korea Utara telah mengirim hampir 14.000 pasukan, termasuk sekitar 3.000 tentara tambahan untuk menggantikan yang gugur, demi bertempur bersama pasukan Rusia. Meski kekurangan kendaraan lapis baja dan pengalaman dalam perang drone, pasukan tambahan ini mampu beradaptasi dengan cepat.

    Pada hari Sabtu (26/4), Rusia mengonfirmasi bahwa tentara Korea Utara akan bertempur bersama pasukan Rusia di Kursk. Sebelum pengakuan ini, baik Rusia maupun Korea Utara belum pernah secara terbuka mengonfirmasi atau membantah keberadaan pasukan Korea Utara di medan perang.

    Zelensky Tegaskan Ukraina Belum Terusir dari Kursk

    Foto: Volodymyr Zelensky (REUTERS/Valentyn Ogirenko/File Photo Purchase Licensing Rights).

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan, pasukan Ukraina masih bertempur di wilayah Kursk dan Belgorod.

    “Militer kami masih menjalankan tugas di wilayah Kursk dan Belgorod. Kita mempertahankan posisi kita di wilayah Rusia itu,” katanya dalam pidato, Minggu (27/04) malam waktu setempat.

    Dalam pernyataan sebelumnya di hari yang sama, Zelenskyy juga mengakui bahwa situasi di banyak wilayah, termasuk Kursk, masih sangat sulit.

    Sementara pada hari Sabtu (26/04), Moskow menyatakan bahwa pasukan Kyiv telah berhasil diusir dari Desa Gornal, wilayah terakhir di perbatasan Kursk yang sebelumnya di bawah kendali Ukraina.

    Namun, beberapa jam kemudian, militer Ukraina menolak klaim Rusia tersebut sebagai “trik propaganda.”

    Trump Sebut Zelensky Siap Serahkan Krimea

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, ia yakin Zelenskyy siap menyerahkan Krimea dalam perundingan damai dengan Rusia.

    “Oh, saya pikir begitu,” kata Trump saat menjawab pertanyaan apakah ia yakin Zelenskyy siap “menyerahkan” wilayah yang diduduki Rusia sejak tahun 2014 itu.

    Pernyataan ini bertentangan dengan sikap resmi Zelenskyy mengenai status Krimea.

    Trump juga menyatakan, ia ingin Presiden Putin “berhenti menembak” dan menandatangani kesepakatan damai dengan Ukraina.

    “Saya ingin dia berhenti menembak, duduk, dan menandatangani kesepakatan,” kata Trump. “Kita sudah berada dalam batasan sebuah kesepakatan, saya yakin, dan saya ingin dia menandatanganinya,” tambahnya.

    Krimea merupakan wilayah semenanjung strategis di sepanjang Laut Hitam di bagian selatan Ukraina. Wilayah ini direbut oleh Rusia bertahun-tahun sebelum invasi skala penuh yang dimulai pada 2022 lalu.

    ‘Lihat juga Video: Kim Jong Un Siapkan 1.500 Pasukan Korut Bantu Rusia Perang di Ukraina’

    Halaman 2 dari 2

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Kecewa dengan Rusia, Minta Putin Setop Menembak dan Menandatangani Kesepakatan dengan Ukraina – Halaman all

    Trump Kecewa dengan Rusia, Minta Putin Setop Menembak dan Menandatangani Kesepakatan dengan Ukraina – Halaman all

    Trump Kecewa dengan Rusia, Minta Putin Setop Menembak dan Menandatangani Kesepakatan dengan Ukraina

    TRIBUNNEWS.COM- Presiden Trump pada hari Minggu menyuarakan kekecewaannya terhadap Rusia sambil mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk “berhenti menembak” dan menandatangani perjanjian damai yang ditengahi AS untuk mengakhiri perang dengan Ukraina.

    “Baiklah, saya ingin dia berhenti menembak, duduk, dan menandatangani kesepakatan,” kata Trump kepada wartawan saat ditanya apa yang dia inginkan dari pemimpin Rusia itu saat ini.

    “Kami memiliki batasan kesepakatan, saya yakin, dan saya ingin dia menandatanganinya dan menyelesaikannya,” tambah presiden.

    Trump kembali menegaskan rasa frustrasinya terhadap Putin setelah Rusia minggu lalu melancarkan serangan paling mematikan di kota Kyiv dalam sembilan bulan. Serangan rudal dan pesawat nirawak tersebut menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai lebih dari 70 orang, termasuk enam anak-anak, menurut pejabat Ukraina.

    “Saya sangat kecewa dengan rudal yang ditembakkan Rusia,” kata Trump, kemudian menambahkan bahwa ia “terkejut dan kecewa, sangat kecewa, bahwa mereka melakukan pemboman di tempat-tempat tersebut setelah berdiskusi.”

    Pernyataan tersebut muncul saat Trump dan para pembantunya berupaya meningkatkan tekanan pada kedua belah pihak untuk menyetujui kesepakatan damai, dengan peringatan jika tidak segera tercapai kesepakatan, AS mungkin akan “beralih” dari upaya memfasilitasi negosiasi.

    Rincian proposal tersebut belum dipublikasikan, tetapi laporan menunjukkan kesepakatan tersebut akan mencakup pengakuan AS atas Krimea sebagai bagian dari Rusia, sebuah prospek yang ditolak mentah-mentah oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    “Ukraina tidak akan mengakui pendudukan Krimea secara hukum,” kata Zelensky minggu lalu. “Tidak ada yang perlu dibicarakan di sini.”

    Trump ditanya pada hari Minggu apakah Zelensky mengangkat isu Krimea ketika kedua pemimpin bertemu menjelang pemakaman Paus Fransiskus di Roma pada hari sebelumnya.

    “Ya, sangat singkat,” jawab Trump.

    “Namun, Krimea diserahkan oleh Barack Hussein Obama dan Biden,” lanjut Trump, merujuk pada pendahulu presiden Demokratnya. “Itu 11 atau 12 tahun yang lalu; itu sudah lama sekali. Saya tidak tahu bagaimana Anda bisa mengungkit Krimea, karena itu sudah lama sekali. Tidak ada yang mengungkitnya selama 12 tahun, dan sekarang mereka mengungkitnya lagi.”

    “Mungkin kembalilah ke Obama, tanyakan padanya mengapa mereka menyerahkannya,” imbuhnya, mengulangi kritik yang disuarakannya minggu lalu ketika Zelensky menolak gagasan untuk mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia.

    Trump pada hari Minggu menggambarkan pertemuannya dengan Zelensky di dalam Basilika Santo Petrus di Vatikan pada hari sebelumnya sebagai “baik,” “manis” dan “indah,” tetapi mengatakan ada “jalan yang sulit di depan.”

    Presiden AS mengatakan Zelensky menegaskan kembali permintaannya akan senjata, sementara Trump menambahkan, “Namun dia telah mengatakan hal itu selama tiga tahun, [bahwa] dia membutuhkan lebih banyak senjata.”

    “Kita akan lihat apa yang terjadi,” lanjut Trump. “Saya ingin melihat apa yang terjadi dengan Rusia.”

     

     

     

     

    SUMBER: THE HILL

  • Serangan Ratusan Drone Ukraina Sasar Bryansk Rusia, Moskow: Kiev Ogah Berdamai – Halaman all

    Serangan Ratusan Drone Ukraina Sasar Bryansk Rusia, Moskow: Kiev Ogah Berdamai – Halaman all

    Serangan Besar-besaran Ratusan Drone Ukraina Sasar Bryansk Rusia, Moskow: Kiev Ogah Berdamai

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, militer Ukraina melancarkan serangan pesawat nirawak (UAV) besar-besaran pada malam hari terhadap Rusia.

    Pihak Moskow mengklaim, sebagian besar UAV Ukraina dicegat di atas Wilayah Bryansk, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.

    “Pertahanan udara Rusia mencegat total 115 pesawat nirawak antara pukul 20.30 Minggu dan pukul 04.35 Senin, termasuk sepuluh di atas Krimea dan Laut Hitam, dua di atas Wilayah Kursk, dan satu di atas Wilayah Belgorod,” kata laporan RT, Senin (28/4/2025).

    Laporan menyebut, sekitar 102 pesawat nirawak ditembak jatuh di atas Wilayah Bryansk.

    Menurut Gubernur Bryansk, Aleksandr Bogomaz, serangan tersebut merusak infrastruktur sipil dan menewaskan sedikitnya satu orang.

    “Rezim Kiev melakukan aksi terorisme lagi malam ini. Sayangnya, serangan Ukraina di kota Bryansk menewaskan seorang warga sipil dan melukai seorang wanita. Dia segera dibawa ke rumah sakit tempat dia menerima bantuan medis yang diperlukan,” tulis Bogomaz di Telegram.

    Bryansk juga menjadi sasaran serangan pesawat nirawak besar-besaran minggu lalu, meskipun pada tingkat yang jauh lebih rendah dan tanpa korban jiwa.

    Kamis lalu, militer Rusia menembak jatuh total 87 UAV Ukraina – setengahnya di atas Semenanjung Krimea.

    Akhir pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan penangguhan permusuhan sepihak sebagai bagian dari gencatan senjata Paskah selama 30 jam, memerintahkan pasukan negaranya untuk hanya menyerang pasukan Ukraina sebagai tanggapan atas serangan.

    Meskipun intensitas operasi Ukraina menurun drastis, Kementerian Pertahanan Rusia mencatat sekitar 4.900 pelanggaran selama periode ini.

    Vladimir Zelensky, pada gilirannya, menuduh Moskow melakukan ribuan pelanggaran.

    Setelah jeda pertempuran singkat, militer Rusia melakukan beberapa serangan jarak jauh terhadap target militer dan industri Ukraina selama seminggu terakhir.

    Pejabat Ukraina mengklaim kalau 12 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka dalam serangan itu, dengan Kiev menanggung beban kerusakan terbesar.

    Moskow menegaskan bahwa mereka hanya menargetkan instalasi dan fasilitas militer yang digunakan oleh pasukan Kiev, menolak tuduhan sengaja menyerang lokasi sipil.

    ZELENSKY KUNJUNGI KHARKIV – Foto ini diambil pada Minggu (23/3/2025) dari publikasi resmi Kantor Presiden Ukraina, memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kanan) berjalan dengan prajurit Ukraina saat ia mengunjungi komando Ukraina di Kharkiv pada Sabtu (22/3/2025). (Kantor Presiden Ukraina)

    Rusia Tuding Ukraina Ogah Berdamai

    Terkait pertempuran yang terus berlangsung, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut kalau Ukraina gagal mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulai negosiasi langsung dengan Rusia.

    “Sementara Moskow tetap siap untuk terlibat kapan saja,” katanya. 

    Media Rusia, RT, melansir, Vladimir Zelensky telah melarang perundingan bilateral langsung pada Oktober 2022 saat Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan kalau moratorium diperlukan untuk “menghentikan separatisme” yang konon berasal dari komunikasi jalur belakang dengan Moskow yang tidak dikendalikan oleh pemerintahannya.

    “Paling tidak, Kiev perlu bertindak, mengingat larangan yudisialnya” terhadap perundingan,” Peskov mengingatkan wartawan selama pengarahan pada Senin.

    Putin telah berulang kali menyatakan kalau Rusia siap untuk memulai perundingan dengan Ukraina “tanpa prasyarat apa pun, yang bertujuan untuk membuka jalan bagi perdamaian,” pejabat itu menambahkan.

    Kontak tidak langsung antara Kiev dan Moskow yang disponsori Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump terus berlanjut pada beberapa masalah, seperti pertukaran tahanan dan pemulangan tentara yang gugur.

    Trump belakangan mengkritik Zelensky karena merusak upaya mediasinya dengan secara terbuka menentang ide-ide, yang dilaporkan termasuk dalam rencana perdamaian yang diusulkan Washington.

    Kedua pemimpin itu mengadakan pertemuan tatap muka di sela-sela pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada hari Sabtu.

    “Ia mengatakan kepada saya bahwa ia membutuhkan lebih banyak senjata, tetapi ia telah mengatakan itu selama tiga tahun,” kata Trump, mengenang pertemuan dengan Zelensky itu.

    “Saya ingin mereka (Rusia-Ukraina) berhenti menembak, duduk dan menandatangani kesepakatan,” kata Trump

    Meskipun Moskow telah mempertanyakan legitimasi Zelensky sejak berakhirnya masa jabatan presidennya tahun lalu, Moskow tidak melihat pencopotannya dari kekuasaan sebagai tujuan dalam konflik tersebut.

    Namun, Rusia memiliki kekhawatiran kalau “Jika kesepakatan ditandatangani dengan Zelensky hari ini, orang-orang dapat maju di kemudian hari di Ukraina dan secara hukum menentangnya,” kata Peskov kepada media Prancis minggu lalu. 

    Zelensky mengklaim kekuasaan kepresidenannya masih sah, dengan mengutip darurat militer yang pertama kali diberlakukannya pada tahun 2022.

     

    (oln/RT/*)

  • Putin Umumkan Gencatan Senjata di Ukraina 3 Hari Peringati Kemenangan PD II

    Putin Umumkan Gencatan Senjata di Ukraina 3 Hari Peringati Kemenangan PD II

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan gencatan senjata selama tiga hari. Gencatan senjata dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Kemenangan Perang Dunia II di Moskow.

    Dikutip AFP, Senin (28/4/2025), gencatan senjata dilakukan selama tiga hari mulai 8 hingga 10 Mei 2025. Moskow menyampaikan pihaknya memperkirakan Ukraina akan mengeluarkan perintah serupa.

    “Pihak Rusia mengumumkan gencatan senjata selama peringatan 80 Hari Kemenangan mulai tengah malam pada 7-8 Mei hingga tengah malam 10-11 Mei. Semua operasi tempur akan ditangguhkan selama periode ini,” ujar Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia.

    “Rusia yakin bahwa pihak Ukraina harus mencontoh ini. Jika terjadi pelanggaran gencatan senjata oleh pihak Ukraina, angkatan bersenjata Rusia akan memberikan respons yang memadai dan efektif,” imbuhnya.

    Sebagai diketahui, pada bulan lalu Putin menolak usulan Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama 30 hari yang telah diterima pihak Ukraina.

    Kiev dan para pendukungnya di Eropa menuding Putin mengumumkan gencatan senjata Paskah selama 30 jam sebagai latihan dan tidak menginginkan perdamaian.

    Rusia sebelumnya mengaku siap untuk bernegosiasi dengan Ukraina. Namun pengakuan atas klaim lima wilayah Ukraina termasuk Krimea dinilai penting untuk penyelesaian konflik.

    (idn/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korut Akui Terlibat di Perang Rusia-Ukrania, Bantu Putin Rebut Wilayah Kursk

    Korut Akui Terlibat di Perang Rusia-Ukrania, Bantu Putin Rebut Wilayah Kursk

    PIKIRAN RAKYAT – Korea Utara mengaku mengirimkan tentaranya dalam Perang Rusia Ukraina. Mereka membantu Rusia merebut wilayah Kursk yang telah diduduki pasukan Ukraina sejak Agustus tahun lalu.

    Pengiriman pasukan ini tak terlepas dari perjanjian keamanan bilateral yang disetujui kedua negara pada tahun 2024. Perjanjian ini menyebutkan bahwa kedua negara tersebut akan saling membantu dalam hal keamanan. Bila salah satu diserang, maka satu yang lainnya akan membantu.

    Komisi militer Korut menyebut bahwa kerja sana militer ini menunjukkan hubungan kedekatan dengan negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut. Saat ini, sebagian wilayah ini telah jatuh ke tangan Rusia.

    Sementara itu, pemimpin Korut Kim Jong Un menegaskan mengirimkan pasukan untuk membantu sekutunya tersebut tak melanggar hukum internasional. Ia pun mengutarakan akan membangun monumen untuk menghargai para tentara Korut yang turut serta di medan perang tersebut.

    Pyongyang tak menyebutkan jumlah pasukan yang diterjunkan. Namun, diprediksi mengirimkan sebanyak 14000 tentara. Jumlah ini akan ditambah 3000 tentara.

    Karena Pyongyang mengirimkan bantuan militer membantu dalam Perang Rusia Ukraina, Moskow memberikan bantuan pengembangan teknologi senjata canggih.

    Pernyataan Kremlin

    Sebelumnya, pada 26 April 2025, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov mengutarakan bahwa pasukan Korut membantu pasukan Rusia merebut Kursk. Keduanya saling bahu membahu merebut wilayah tersebut.

    Gerasimov menyebut bahwa bantuan ini berdasarkan perjanjian keamanan bilateral yang disetujui kedua negara pada tahun 2024.

    Awal Mula Perang Rusia Ukrania

    Februari 2022, Putin memutuskan untuk menginvasi Ukraina. Kedua negara ini sebenarnya telah berkonflik sejak 8 tahun lalu. Saat itu, Vladimir Putin menggunakan kekuatan militer untuk menginvasi Krimea.

    Invasi pada awal tahun 2022 ini bertujuan menggulingkan pemerintahan Ukraina yang dipimpin Volodymyr Zelenskyy. Ia bersekutu dengan pihak Barat.

    Sejumlah pengamat menilai invasi tersebut menjadi puncak kebencian terhadap pihak Barat. Sejumlah pengamat pun menilai bahwa Perang Rusia Ukraina menjadi kesalahan fatal Vladimir Putin.***

     

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Korea Utara Akui Kirim Tentara ke Rusia Berperang di Ukraina, Ini Isi Perjanjian Kim Jong Un dan Putin

    Korea Utara Akui Kirim Tentara ke Rusia Berperang di Ukraina, Ini Isi Perjanjian Kim Jong Un dan Putin

    PIKIRAN RAKYAT – Korea Utara untuk pertama kalinya mengakui mengirimkan tentaranya membantu Rusia berperang melawan pasukan Ukraina.

    Pyongyang berdalih penglibatan pasukannya dilakukan menurut perjanjian kerja sama pertahanan bilateral dengan Moskow, berdasarkan media nasional Korut.

    Pasukan yang dikirimkan turut andil membebaskan wilayah Kursk menurut instruksi Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, menurut laporan Korean Central News Agency (KCNA) pada Senin, 28 April 2025.

    Hubungan Korea Utara dan Rusia

    Kim Jong Un memutuskan mengizinkan militer negaranya terlibat di perang Rusia-Ukraina. Pasukan itu membuat kontribusi penting dalam menghancurkan kuasa neo-Nazi Ukraina.

    Mereka menunjukkan heroisme massal, keberanian yang tidak tertandingi serta jiwa rela berkorban, menurut laporan KCNA.

    Laporan ini mengutip pernyataan tertulis Komisi Militer Pusat Partai Pekerja Korea yang dirilis pada Minggu, 27 April 2025.

    Pernyataan itu diterbitkan usai Rusia mengkonfirmasi untuk pertama kalinya keterlibatan tentara Korea Utara dalam perang melawan Ukraina.

    Menurut Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov, Moskow berhasil merebut kembali sebagian wilayah Kursk yang sempat diduduki Ukraina dalam serangan ofensif kejutan Agustus 2024, dalam sebuah telekonferensi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu, 26 April 2025.

    Berakhirnya operasi guna membebaskan Kursk, menunjukkan tingginya tingkat strategis atas persahabatan militan yang kuat antara Korea Utara dan Rusia.

    Selain itu, mencerminkan aliansi dan hubungan bersaudara antara rakyat kedua negara, menurur komisi militer Korut.

    Isi Perjanjian Kim Jong Un dan Putin

    Perjanjian Kerja Sama Strategis Komprehensif yang ditandatangani Kim Jong Un dan Putin pada Juni 2024, mencantumkan pasal soal komitmen membantu satu sama lain jika salah satu pihak diserang.

    Pyongyang memandang aktivitas militer Korea Utara di Rusia sepenuhnya sesuai semua pasal dan semangat Piagam PBB, serta hukum-hukum internasional lain.

    “Siapapun yang berjuang demi keadilan adalah pahlawan dan duta dari kehormatan tanah air,” kata Kim Jong Un menurut KCNA.

    Menurutnya sebuah monumen guna menghormati heroisme dan keberanian para tentara Korut di Rusia itu akan segera dibina di Pyongyang.

    Ia mengisyaratkan negaranya akan menerapkan langkah-langkah memberi keutamaan penanganan dan perlakuan pada keluarga tentara pemberani yang ikut dalam perang.

    KCNA tak menyebut jumlah tentara Korea Utara yang diterjunkan membantu Rusia di Ukraina dalam laporannya.

    Pyongyang diyakini menerima bantuan teknis dari Moskow soql pengembangan alutsista, sebagai imbalan atas bantuan personel militer dalam perang di Ukraina.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News