Tag: Vladimir Putin

  • Perintah Putin untuk Gencatan Senjata 3 Hari Rusia-Ukraina Dimulai

    Perintah Putin untuk Gencatan Senjata 3 Hari Rusia-Ukraina Dimulai

    Jakarta

    Perintah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk gencatan senjata selama tiga hari dengan Ukraina mulai berlaku pada hari Kamis (8/5). Ini merupakan langkah yang menurut Rusia akan menguji kesiapan Ukraina untuk perdamaian, tetapi Ukraina telah mengecamnya sebagai sandiwara.

    Tidak jelas apakah kedua belah pihak mematuhi gencatan senjata tersebut. Dilansir kantor berita AFP, Kamis (8/5/2025), situasi relatif tenang semalam, meskipun militer Ukraina mengatakan pada Kamis pagi waktu setempat, bahwa pasukan Rusia telah melancarkan serangan udara di wilayah Sumy, Ukraina timur. Kyiv tidak melaporkan adanya kerusakan atau korban.

    Putin telah secara sepihak memerintahkan gencatan senjata sementara bertepatan dengan parade Hari Kemenangan Moskow pada hari Jumat (9/5) besok.

    Ukraina tidak pernah menyetujui usulan tersebut, telah menolaknya sebagai sandiwara, dan sebaliknya menyerukan gencatan senjata selama 30 hari.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berupaya mengakhiri serangan militer tiga tahun Moskow terhadap Ukraina sejak pelantikannya pada bulan Januari lalu. Namun, sejauh ini dia gagal meredakan permusuhan antara kedua musuh tersebut.

    Beberapa jam sebelum perintah gencatan senjata Putin dijadwalkan mulai berlaku, Moskow dan Kyiv melancarkan serangan udara, yang memicu penutupan bandara-bandara di Rusia dan menewaskan sedikitnya dua orang di Ukraina.

    Bandara Nizhny Novgorod di Rusia ditutup selama sekitar satu setengah jam pada Kamis pagi waktu setempat “untuk memastikan keselamatan penerbangan pesawat sipil”, menurut juru bicara Badan Transportasi Udara Federal.

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali menyerukan untuk gencatan senjata selama 30 hari.

    “Kami tidak menarik usulan ini, yang dapat memberi kesempatan pada diplomasi. Tetapi dunia tidak melihat tanggapan apa pun dari Rusia,” katanya dalam pidato malamnya pada hari Rabu (7/5).

    Putin telah mengumumkan gencatan senjata bulan lalu, menyebutnya sebagai isyarat “kemanusiaan”. Ini disampaikan setelah tekanan dari Amerika Serikat untuk menghentikan serangan Rusia ke Ukraina.

    Putin menolak usulan bersama AS-Ukraina untuk gencatan senjata tanpa syarat pada bulan Maret lalu.

    Adapun Ukraina mengatakan tidak yakin Rusia akan mematuhi gencatan senjata. Ukraina menuduh Moskow melakukan ratusan pelanggaran selama gencatan senjata 30 jam sebelumnya, yang diperintahkan Putin untuk Hari Paskah lalu.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Xi Jinping Tetap ke Moskow Meski Rusia-Ukraina Terus Saling Serang

    Xi Jinping Tetap ke Moskow Meski Rusia-Ukraina Terus Saling Serang

    JAKARTA – Presiden China Xi Jinping tetap bertolak ke Moskow untuk menghadiri parade peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II sekaligus kemenangan Uni Soviet atas Nazi, meski Rusia dan Ukraina masih saling serang.

    Dalam laman Kementerian Luar Negeri China disebutkan pada Rabu, 7 Mei sore, Presiden Xi Jinping telah meninggalkan Beijing dengan pesawat khusus menuju Moskow.

    Lawatan Xi jinping ke Rusia itu adalah untuk melakukan kunjungan kenegaraan dan menghadiri peringatan 80 tahun Kemenangan Perang Patriotik Raya. Ia didampingi oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Kepala Staf Komite Sentral Partai Komunis China Cai Qi.

    Keberangkatannya ke Moskow hanya berselang sehari dari serangan Ukraina ke Moskow menggunakan pesawat nirawak pada Selasa (6/5) sehingga mengakibatkan empat bandara utama Moskow ditutup selama beberapa jam.

    Wali kota Moskow melaporkan 19 pesawat nirawak Ukraina telah dicegat dari berbagai arah, wilayah lain seperti Penza dan Voronezh juga menjadi sasaran. Tidak ada korban jiwa dilaporkan dari serangan itu.

    “Posisi China terhadap masalah krisis Ukraina konsisten dan jelas. Kami selama ini berkomitmen untuk mendorong perundingan demi perdamaian dan mengakhiri konflik,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu.

    Sebagian besar negara di komunitas internasional, ucap Lin Jian, juga memainkan peran konstruktif dengan cara mereka sendiri untuk penyelesaian politik krisis Ukraina.

    “Prioritas yang mendesak adalah menghindari eskalasi ketegangan, dan pihak-pihak terkait perlu membangun konsensus dan menciptakan kondisi untuk ini,” tambah Lin Jian.

    Parade besar tersebut rencananya akan berlangsung pada 9 Mei 2025 untuk menandai kemenangan Uni Soviet dan sekutunya atas Nazi Jerman. Tahun ini adalah peringatan 80 tahun berakhirnya PD II dan akan dihadiri oleh para pemimpin dunia, termasuk Presiden China Xi Jinping.

    Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Vietnam To Lam dan pemimpin Belarusia Aleksandr Lukashenko termasuk di antara 20 kepala negara yang diharapkan hadir.

    Selain itu, pasukan dari 13 negara akan ambil bagian dalam parade tersebut termasuk dari Azerbaijan, Vietnam, China dan Mesir.

    “Rakyat China dan rakyat dari semua kelompok etnis di negara bekas Uni Soviet telah memberikan pengorbanan yang sangat besar dan kontribusi bersejarah yang tak terlupakan untuk mengamankan kemenangan,” papar Lin Jian.

    Kehadiran China menunjukkan kami menghormati dan mengingat sejarah serta bertekad kuat untuk mempertahankan hasil kemenangan Perang Dunia II,” lanjutnya.

    Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyerukan gencatan senjata selama tiga hari mulai 8 Mei, tapi tidak ditanggapi Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak rencana gencatan senjata Rusia sebagai “sandiwara”, tapi ia mendorong gencatan senjata setidaknya selama 30 hari yang akan menghentikan serangan rudal dan pesawat nirawak terhadap sasaran sipil.

    Ia juga dilaporkan mengatakan Ukraina tidak dapat menjamin keselamatan siapa pun yang bepergian ke Moskow pada pekan ini.

    Kementerian luar negeri Ukraina bahkan menyerukan agar “Semua negara asing dapat menahan diri untuk berpartisipasi sebagai personel militer dalam parade di Moskow”.

    Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (6/5), dikatakan bahwa keikutsertaan dalam acara tersebut akan “dianggap oleh Ukraina sebagai penghinaan terhadap kenangan kemenangan atas Nazisme dan jutaan tentara garis depan Ukraina yang membebaskan negara kita dan seluruh Eropa dari Nazisme delapan dekade lalu”.

    Sementara, pesawat nirawak Rusia pada Selasa (6/5) dilaporkan menyerang kota Sumy, Kharkiv, dan Odesa, menewaskan empat orang dan melukai sedikitnya 24 lainnya, menurut pejabat setempat. Ukraina melaporkan telah menjatuhkan 54 pesawat nirawak Rusia.

     

  • Rusia dan Iran Perkuat Kemitraan Strategis

    Rusia dan Iran Perkuat Kemitraan Strategis

    JABAR EKSPRES – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian membahas penguatan hubungan bilateral berdasarkan Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif yang telah mereka sepakati sebelumnya, demikian pernyataan resmi dari Kremlin pada Selasa.

    Kedua kepala negara melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon di hari yang sama, di mana Pezeshkian juga mengucapkan selamat kepada Putin dan rakyat Rusia atas peringatan 80 tahun Hari Kemenangan (Victory Day).

    Percakapan tersebut membahas secara mendalam langkah-langkah untuk memperkuat hubungan Rusia-Iran sesuai perjanjian strategis yang ditandatangani saat kunjungan Presiden Iran ke Moskow pada 17 Januari.

    “Pembahasan secara rinci mencakup isu-isu pengembangan lebih lanjut kerja sama Rusia-Iran berdasarkan Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif yang ditandatangani saat kunjungan resmi Presiden Iran ke Rusia pada 17 Januari lalu.” tulis pernyataan Kremlin.

    BACA JUGA: Eropa Masih Andalkan F-35 hingga Satu Dekade ke Depan

    BACA JUGA: Trump Tegaskan Target Pelucutan Total Program Nuklir Iran

    Fokus utama diskusi adalah pengembangan kerja sama dagang dan investasi, termasuk pelaksanaan proyek besar di sektor transportasi dan energi.

    “Perhatian khusus diberikan pada perluasan hubungan dagang dan investasi yang saling menguntungkan, termasuk melalui pelaksanaan proyek-proyek besar bersama di bidang transportasi dan energi,” sambungnya.

    Keduanya juga menyinggung perkembangan perundingan nuklir Iran dengan Amerika Serikat yang dimediasi oleh Oman. Dalam hal ini, Presiden Putin menyatakan kesiapan Rusia untuk mendorong tercapainya kesepakatan yang adil dan seimbang mengenai program nuklir Iran.

    Kremlin menambahkan bahwa kedua pemimpin sepakat untuk memperluas kolaborasi di berbagai bidang serta meningkatkan koordinasi kebijakan luar negeri.

    BACA JUGA: Zelenskyy Sindir Tokoh Eropa yang Hambat Keanggotaan Ukraina di Uni Eropa

    BACA JUGA: Kunjungan Bersejarah Raja Charles ke Kanada, Tegaskan Kedaulatan

    “Para presiden sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam rangka memperkuat hubungan praktis Rusia-Iran secara menyeluruh serta mempererat koordinasi di bidang kebijakan luar negeri,” sambung pernyataan tersebut.

    Sebagai tambahan, Presiden Putin menyampaikan belasungkawa atas korban jiwa akibat ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaee, Iran, pada 26 April lalu. Pezeshkian pun menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diberikan Rusia dalam menghadapi dampak insiden tersebut.*

  • Kim Jong Un Kirim 15.000 Pekerja ke Rusia, Hadiah Terbaru Korea Utara untuk Putin – Halaman all

    Kim Jong Un Kirim 15.000 Pekerja ke Rusia, Hadiah Terbaru Korea Utara untuk Putin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan mengirim sekitar 15.000 tenaga kerja ke Rusia untuk menutupi kekurangan pasar tenaga kerja di negara itu.

    Intelijen Korea Selatan mengatakan mereka memiliki informasi mengenai kerja sama tersebut antara Korea Utara dan Rusia.

    Wall Street Journal (WSJ) mengatakan bahwa pengiriman pekerja ke Rusia menjadi hadiah terbaru Kim Jong Un untuk Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Kerja sama ini terjadi setelah pada Juni tahun lalu, kedua pemimpin tersebut menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif.

    “Tindakan ini merupakan pelanggaran nyata terhadap resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang disahkan setelah uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Korea Utara,” lapor WSJ pada hari Senin (5/5/2025), mengutip Intelijen Korea Selatan.

    Korea Utara menjadi salah satu pendukung Rusia yang paling setia sejak dimulainya perang skala penuh di Ukraina pada 24 Februari 2022. 

    Ketika kerja sama ekonomi dan militer semakin erat, Korea Utara dan Rusia menandatangani perjanjian pertahanan bersama pada bulan November tahun lalu.

    Pada Oktober 2024, Intelijen Korea Selatan mengungkap informasi rahasia bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia, tuduhan yang saat itu diabaikan oleh Rusia dan Korea Utara.

    Pada 28 April 2025, Korea Utara mengakui untuk pertama kalinya bahwa mereka mengirim pasukan ke Rusia untuk membantu pasukan Putin merebut kembali Kursk, wilayah Rusia yang sebagian diduduki Ukraina setelah penyerbuan pada Agustus tahun lalu.

    “Pasukan Korea Utara, yang bergabung dalam operasi pembebasan wilayah Kursk sesuai perintah (Pemimpin Korea Utara) Kim Jong Un, memberikan kontribusi penting dalam memusnahkan pasukan neo-Nazi Ukraina,” kata Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), mengutip Komisi Militer Pusat Partai Pekerja Korea.

    Korea Utara tidak menyebut jumlah tentara yang dikirim, tetapi pejabat Ukraina dan intelijen Korea Selatan memperkirakan ada 14.000 tentara termasuk 3.000 bala bantuan untuk menggantikan pasukan yang gugur.

    Rusia Kekurangan Tenaga Kerja

    Kementerian Tenaga Kerja Rusia memperkirakan negaranya akan kekurangan tenaga kerja hingga 2,4 juta orang pada tahun 2030, jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan 1,5 juta saat ini.

    “Kurangnya pekerja di Rusia disebabkan oleh kerugian besar dalam perang negara itu melawan Ukraina, angka kelahiran yang rendah, dan banyaknya warga negara yang melarikan diri ke luar negeri,” menurut laporan WSJ, mengutip perkiraan Barat.

    Sebagai kompensasinya, Rusia mulai menarik pekerja dari negara sekutunya, yang kini sebagian besar bekerja di Rusia Timur Jauh, menurut laporan WSJ. 

    Sementara itu, otoritas Rusia berharap pekerja Korea Utara akan segera muncul di kota-kota besar di wilayah lain.

    Pengusaha Rusia menghargai pekerja Korea Utara karena mereka bersedia bekerja 12 jam dengan upah rendah dan tidak mengeluh tentang kondisi kerja, seperti diberitakan media Ukraina, Kyiv Independent.

    Datang ke Rusia dengan Visa Pelajar

    Media Ukraina melaporkan bahwa banyak pekerja Korea Utara datang ke Rusia dengan visa pelajar. 

    Pada 4 Februari 2025, media lokal Rusia, Mediazona melaporkan setidaknya ada 7.887 kasus warga Korea Utara melintasi perbatasan untuk belajar ke Rusia.

    Laporan tersebut mengutip Dinas Perbatasan Rusia dan mengatakan itu adalah jumlah terbesar sejak tahun 2019.

    Jumlah mahasiswa dari Korea Utara mulai meningkat pada kuartal ketiga tahun 2024, menurut laporan tersebut.

    Sementara itu, pada April 2024, Kementerian Pendidikan Rusia melaporkan hampir 130 mahasiswa dari Korea Utara sedang belajar di Rusia saat itu.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Top 3 News: Jonathan Frizzy Ditetapkan Tersangka Kasus Vape Obat Keras – Page 3

    Top 3 News: Jonathan Frizzy Ditetapkan Tersangka Kasus Vape Obat Keras – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Polisi menetapkan aktor bernama Jonathan Frizzy alias Ijonk sebagai tersangka kasus dugaan penyalahgunaan obat keras dalam kandungan rokok elektrik alias vape. Itulah top 3 news hari ini.

    Penetapan Jonathan Frizzy tersangka ini dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, Senin 5 Mei 2025.

    Polisi juga telah menangkap Ijonk di daerah Bintaro Akasia, Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada Minggu sore 4 Mei 2025. Namun demikian, Ade Ary belum bisa membeberkan lebih rinci perihal kronologi penangkapannya.

    Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto memimpin jalannya sidang kabinet bersama seluruh jajaran Kabinet Merah Putih sekitar pukul 16.00 WIB di Istana Negara Jakarta, Senin 5 Mei 2025.

    Dalam kesempatan itu, orang nomor satu di Indonesia itu sempat menyinggung soal isu ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi.

    Awalnya, Prabowo mengulas keberhasilan pemerintahan selama enam bulan ini yang merupakan buah kerja keras jajaran Kabinet Merah Putih, di balik bayang-bayang tudingan dirinya presiden boneka.

    Berita terpopuler lainnya di kanal News Liputan6.com adalah terkait Presiden China Xi Jinping akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia pada 7-10 Mei 2025. Xi bakal menghadiri perayaan peringatan 80 tahun Kemenangan Rusia dalam Perang Patriotik Raya di Moskow.

    Dilihat Liputan6.com di laman resmi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China, kunjungan Xi ke Rusia itu atas undangan langsung Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Juru bicara Kemenlu China mengatakan, Xi dan Putin terus bergerak maju mengeratkan kerja sama kedua negara, meskipun menghadapi lingkungan eksternal yang kompleks. Hal ini, kata dia, telah menunjukkan ciri khas hubungan persahabatan yang baik antara China-Rusia.

    Berikut deretan berita terpopuler di kanal News Liputan6.com sepanjang Senin 5 Mei 2025:

    Mulai dari Jonathan Frizzy saksi kasus vape isi obat keras hingga nenek Jerome Polin meninggal di News Flash Showbiz Liputan6.com.

  • Tentara Bayaran Inggris yang Bertempur untuk Ukraina Pilih Tewas Ketimbang Tertangkap Rusia – Halaman all

    Tentara Bayaran Inggris yang Bertempur untuk Ukraina Pilih Tewas Ketimbang Tertangkap Rusia – Halaman all

    Tentara Bayaran Inggris yang Bertempur Bela Ukraina Lebih Pilih Tewas Ketimbang Tertangkap Rusia

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang tentara bayaran asal Inggris yang bertempur di Ukraina memberi pengakuan kalau personel Angkatan Bersenjata Rusia memiliki reputasi yang sangat brutal.

    Saking brutalnya pasukan Rusia, sampai-sampai unit tentara bayaran itu setuju untuk tidak pernah ditangkap hidup-hidup.

    Pasukan Rusia adalah “orang-orang yang sangat berbahaya, seringkali fanatik atau putus asa yang akan menyiksa dan membunuh Anda jika mereka menangkap Anda,” kata Macer Gifford.

    Gifford dilansir BI, memiliki nama asli Harry Rowe yang sebelumnya berprofesi sebagai  pedagang di Inggris.

    Gifford, yang sebelumnya menjadi sukarelawan untuk bertempur di Suriah, disebutkan bertempur di lokasi-lokasi penting di Ukraina, termasuk di Kherson dan Lyman.

    Dalam lansira BI, mantan tentara bayaran ini berbicara tentang realitas perang melawan Rusia, dan keputusan sulit yang harus diambil unitnya.

    Tentara Rusia di garis depan (TASS)

    Aksi-Aksi Brutal, Diminta Gali Lubang Kubur Sendiri Lalu Ditembak

    Ulasan BI itu menggambarkan, laporan tindak penyiksaan oleh personel dari kedua kubu sebenarnya bermunculan.

    Namun, menurut penyelidikan PBB tahun lalu, laporan adanya penyiksaan oleh tentara Ukraina terhadap personel Rusia yang tertangkap “berhenti ketika para tahanan tiba di tempat penahanan resmi”. 

    “Tidak demikian halnya dengan Rusia. Investigasi tersebut menyatakan bahwa ada “penyiksaan dan perlakuan buruk yang meluas dan sistematis” terhadap tawanan perang di seluruh sistem penahanan Rusia,” kata laporan itu.

    Aksi-aksi brutal itu termasuk pemukulan, sengatan listrik, kekerasan seksual, pencekikan, perampasan tidur, dan eksekusi pura-pura, katanya.

    “Terjadi pula pembunuhan, satu di antara yang terkenal adalah tentara Ukraina Oleksandr Matsievsky. Dia dipaksa menggali kuburnya sendiri sebelum ditembak di tahanan,” BBC melaporkan .

    “Rusia telah melakukan segala macam kejahatan yang dapat Anda bayangkan,” kata Gifford.

    Itulah sebabnya unitnya mengadakan perjanjian — bahkan mengeluarkan satu anggota yang mencoba menyerah saat baku tembak, katanya.

    Ada kesepakatan bahwa “tidak seorang pun di unit itu boleh ditangkap hidup-hidup,” katanya.

    Mengakui bahwa semua perang bersifat kekerasan, Gifford mengatakan ia tetap “benar-benar terkejut” dengan apa yang ia lihat dalam pertempuran melawan Rusia.

    Rusia Belajar dari ISIS

    Gifford yakin bahwa pasukan Rusia mempelajari banyak taktik brutal mereka di Suriah.

    Seperti diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan dukungan militer kepada presiden Suriah saat itu, Bashar Assad, mulai tahun 2015, dengan memasok peralatan militer dan serangan udara untuk memukul mundur kelompok pemberontak, termasuk ISIS.

    Namun, kelompok itulah yang tampaknya telah memberikan model bagi pasukan Rusia di Ukraina, kata Gifford.

    “Tingkat dan cakupan” kebiadaban Rusia terhadap warga sipil, katanya, mengingatkannya “pada taktik yang sama yang digunakan ISIS.”

    Gifford mengenang bagaimana, selama ia bertempur di Suriah, ia menemukan sangkar, alat penyiksaan, dan kasur dengan rantai di sampingnya untuk menahan tawanan wanita di wilayah yang dikuasai ISIS.

    “Saya pikir ISIS adalah kelompok pinggiran, bahwa mereka adalah kelompok yang unik,” katanya, tetapi menurutnya, “banyak praktik brutal mereka telah diadopsi oleh Rusia — terutama, saya kira, karena mereka sangat efektif di Suriah,” tambahnya.

    Rusia berhasil menghancurkan sebagian besar pasukan dan peralatan Ukraina yang memasuki wilayah Kursk, menurut klaim Komandan Pasukan Khusus Rusia, Akhmat Alaudinov. Situasi di wilayah Kursk telah terkendali. (Sputnik)

    Mesin Perang Rusia

    Gifford menggambarkan mesin perang Rusia sebagai “sangat besar dan sangat berbahaya.”

    Namun, meski Rusia memimpin dalam hal skala jumah — di mana pasukan tumbuh hingga mencapai 1,5 juta tentara aktif — pasukan Moskow telah “dihancurkan” di Ukraina, katanya.

     Pendekatan Rusia terhadap perang adalah tentang skala dan serangan “meat grinder” yang mana jumlah korban yang sangat besar ditoleransi, kata Gifford.

    “Perbedaan yang nyata” antara kedua negara itu bermuara pada “cara mereka menghargai kehidupan,” tambahnya.

    “Ukraina berjuang untuk hidup mereka. Rusia hanya berjuang untuk mendapatkan lebih banyak wilayah, dan itulah perbedaannya.”

    Namun Gifford menekankan bahwa sekutu Ukraina perlu berhenti melihat perang sebagai “konflik di pinggiran Eropa,” dan bagi Putin hal ini berarti lebih dari itu.

    Baginya, ini adalah “perang pemusnahan,” kata Gifford. Ini adalah “perang untuk mengakhiri semua perang di mata Vladimir Putin.”

    “Rusia secara rutin membantah tuduhan kejahatan perang. Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar,” tulis disclaimer laporan BI tersebut.

     

     

    (oln/BI/*)
     
     
     
     
     
     

     

  • Kremlin Sebut Pertemuan Trump-Putin Memang Perlu, tapi Harus Dipersiapkan dengan Baik – Halaman all

    Kremlin Sebut Pertemuan Trump-Putin Memang Perlu, tapi Harus Dipersiapkan dengan Baik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kremlin menjelaskan tentang kemungkinan pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Arab Saudi.

    Kremlin mengatakan, pertemuan itu perlu tetapi Putin tidak merencanakan perjalanan ke Timur Tengah pada pertengahan Mei 2025.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, yang ditanya oleh wartawan tentang komentar Trump bahwa ia mungkin mempertimbangkan untuk bertemu dengan Putin selama perjalanan ke Arab Saudi bulan ini, mengatakan bahwa kepala Kremlin tidak memiliki jadwal perjalanan ke sana.

    Meski begitu, menurutnya pertemuan seperti itu jelas menjadi pembicaraan semua orang.

    “Dan dalam banyak hal kami pikir itu tentu perlu,” kata Peskov, Senin (5/5/2025), dilansir Al Arabiya.

    “Itu harus dipersiapkan dengan baik dan itu membutuhkan upaya di berbagai tingkat ahli, termasuk kontak berkelanjutan antara Moskow dan Washington,” paparnya.

    “Tetapi sejauh ini tidak ada hal spesifik tentang ini,” tegas Peskov.

    Perjalanan Trump ke Timur Tengah

    Trump akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA) akhir bulan ini untuk mengambil bagian dalam pertemuan puncak dengan para pemimpin Teluk, Axios melaporkan.

    Putin belum pernah bertemu dengan Presiden AS yang sedang menjabat itu, sejak ia mengadakan pertemuan puncak di Jenewa pada Juni 2021 dengan pendahulu Trump, Joe Biden.

    Putin dan Trump telah berbicara melalui telepon beberapa kali tahun ini saat pemimpin AS tersebut berupaya menengahi berakhirnya perang.

    Sebelumnya, Trump, yang berjanji untuk segera merundingkan akhir perang di Ukraina tak lama setelah ia kembali menjabat.

    Trump mengatakan pada akhir pekan bahwa ia dan para penasihatnya telah melakukan “diskusi yang sangat baik” tentang Rusia dan Ukraina dalam beberapa hari terakhir.

    Gencatan Senjata

    Dikutip dari AP News, Rusia dan Ukraina tetap berselisih pendapat mengenai proposal gencatan senjata yang saling bersaing.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan gencatan senjata mungkin dilakukan “bahkan mulai hari ini” jika Moskow serius ingin mengakhiri perang.

    Berbicara pada Minggu (4/5/2025) pada konferensi pers bersama Presiden Ceko Petr Pavel, Zelensky mencatat bahwa Rusia telah mengabaikan proposal AS untuk gencatan senjata penuh selama 54 hari dan berterima kasih kepada Republik Ceko karena mendukung seruan Ukraina untuk gencatan senjata selama 30 hari.

    “Putin sangat ingin memamerkan tank-tanknya di parade (Hari Kemenangan)” kata Zelensky.

    “Tetapi ia harus berpikir untuk mengakhiri perangnya,” lanjutnya.

    Zelensky kembali menyatakan skeptisisme mendalamnya atas usulan Rusia untuk melakukan gencatan senjata selama 72 jam di Ukraina guna menandai Hari Kemenangan dalam Perang Dunia II, dengan mengatakan bahwa Moskow terus melancarkan ratusan serangan meskipun secara terbuka mengisyaratkan minatnya pada gencatan senjata sebagian.

    “Bahkan selama Paskah, meskipun ada janji — termasuk kepada Amerika Serikat — Rusia melakukan lebih dari seratus serangan,” kata Zelensky, merujuk pada serangan Rusia selama gencatan senjata Paskah selama 30 jam yang dideklarasikan secara sepihak oleh Putin.

    Zelensky telah berulang kali menyerukan jeda permusuhan yang lebih substansial selama 30 hari, seperti yang awalnya diusulkan AS.

    Kremlin mengatakan gencatan senjata Hari Kemenangan didasarkan pada alasan kemanusiaan dan akan berlangsung dari awal 8 Mei dan berlangsung hingga akhir 10 Mei untuk menandai kekalahan Moskow atas Nazi Jerman pada tahun 1945 — hari libur sekuler terbesar Rusia.

    Zelensky berterima kasih kepada Pavel atas dukungan militer negaranya dan mengatakan Ukraina berharap untuk menerima 1,8 juta peluru artileri pada tahun 2025 sebagai bagian dari inisiatif yang dipimpin Ceko untuk memasok bantuan militer ke Kyiv.

    Inisiatif tersebut, yang diluncurkan pada tahun 2024 dan didukung oleh sekutu NATO, memasok Ukraina dengan 1,5 juta peluru artileri tahun lalu.

    Zelensky juga mengatakan bahwa ia telah berdiskusi dengan Pavel mengenai “langkah selanjutnya dalam pengembangan koalisi penerbangan kami”, yaitu pembentukan sekolah pelatihan F-16.

    Ia mengatakan bahwa pangkalan semacam itu tidak dapat dibuka di Ukraina karena serangan Rusia.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • Tegang! Rusia Halau Serangan Drone yang Mengarah ke Moskow

    Tegang! Rusia Halau Serangan Drone yang Mengarah ke Moskow

    Moskow

    Otoritas Rusia mengklaim pasukan pertahanannya telah menghalau serangan empat drone yang mengudara menuju ke Moskow, ibu kota Rusia. Serangan drone ini terjadi beberapa hari sebelum para pemimpin asing berkumpul untuk menyaksikan parade militer di Lapangan Merah di ibu kota Rusia tersebut.

    Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin, dalam pernyataan via Telegram seperti dilansir AFP, Senin (5/5/2025), mengatakan bahwa pasukan pertahanan yang ada di distrik Podolsk berhasil “menangkis serangan empat drone yang mengudara menuju ke Moskow”.

    Sobyanin menyebut tidak ada laporan awal tentang kerusakan atau korban di lokasi jatuhnya puing-puing drone tersebut. Dia menambahkan spesialis layanan darurat sedang bekerja di lokasi kejadian.

    Rusia akan menggelar parade militer di area Lapangan Merah yang ada di Moskow pada 9 Mei mendatang, sebagai bagian dari peringatan kemenangan Uni Soviet atas Nazi saat Perang Dunia II silam. Presiden Vladimir Putin akan memberikan pidato saat parade militer itu.

    Para pemimpin asing yang diharapkan hadir langsung ke Moskow untuk menyaksikan parade militer itu termasuk Presiden China Xi Jinping dan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva.

    Perang yang berkecamuk di Ukraina sering kali terasa jauh di ibu kota Rusia, di mana kehidupan sipil terus berlanjut saat militer Moskow bergerak maju dan menyerang kota-kota di wilayah Ukraina.

    Belum ada klaim dari militer atau pemerintah Ukraina terkait laporan Rusia menangkis serangan empat drone tersebut.

    Namun diketahui bahwa militer Kyiv sebelumnya telah menargetkan Moskow dalam sejumlah serangan, tetapi serangan mematikan dengan target sejauh itu dari garis depan pertemuan tergolong jarang terjadi.

    Pada Maret lalu, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan pasukannya telah menembak jatuh sedikitnya 337 pesawat tanpa awak dalam serangan “besar-besaran” di berbagai wilayahnya, termasuk 91 drone yang dijatuhkan di sekitar area ibu kota Moskow.

    Lihat Video ‘Mencekam! Suasana Usai Drone Rusia Serang Permukiman di Ukraina’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perintah Putin untuk Gencatan Senjata 3 Hari Rusia-Ukraina Dimulai

    Putin Harap Senjata Nuklir Tak Perlu Digunakan dalam Perang di Ukraina

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia memiliki kekuatan dan sumber daya yang cukup untuk menyelesaikan perang di Ukraina, meskipun ia berharap tidak perlu menggunakan senjata nuklir.

    Putin mengerahkan ribuan tentara Rusia ke Ukraina pada bulan Februari 2022, yang memicu konflik darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, dan konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Perang Dingin.

    Ratusan ribu tentara telah tewas atau terluka dalam perang itu. Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berulang kali mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri “pertumpahan darah” tersebut.

    Dalam sebuah film di televisi pemerintah tentang seperempat abad Putin sebagai pemimpin tertinggi Rusia yang berjudul “Rusia, Kremlin, Putin, 25 tahun,” Putin ditanya oleh seorang reporter tentang risiko eskalasi nuklir dari perang Ukraina.

    “Mereka ingin memprovokasi kita sehingga kita melakukan kesalahan,” kata Putin, dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (5/5/2025).

    “Tidak perlu menggunakan senjata tersebut … dan saya harap itu tidak akan diperlukan,” imbuh Putin.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berulang kali mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri “pertumpahan darah” akibat perang Rusia dan Ukraina. Trump telah memberi isyarat selama berminggu-minggu bahwa ia frustrasi dengan kegagalan Moskow dan Kyiv untuk mencapai kesepakatan guna mengakhiri perang.

    Sebelumnya, mantan Direktur CIA William Burns mengatakan pada akhir tahun 2022, bahwa ada risiko nyata Rusia dapat menggunakan senjata nuklir terhadap Ukraina. Pernyataan ini telah dibantah oleh Moskow.

    Putin, mantan letnan kolonel KGB yang diangkat menjadi presiden pada tahun 1999 oleh Boris Yeltsin yang sedang sakit, adalah pemimpin Kremlin yang menjabat paling lama sejak Josef Stalin, yang memerintah selama 29 tahun hingga kematiannya pada tahun 1953.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • NATO Pecah! Negara Ini Ngotot Jadi ‘Tamu Agung’ Rusia, Semprot Ukraina

    NATO Pecah! Negara Ini Ngotot Jadi ‘Tamu Agung’ Rusia, Semprot Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri (PM) Slovakia Robert Fico menegaskan akan menghadiri Parade Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, 9 Mei mendatang. Hal ini tetap dilakukannya meski aliansi yang diikuti Bratislava, NATO dan Uni Eropa, memiliki sikap yang bertentangan dengan Kremlin pasca perang Ukraina.

    Dalam pernyataannya, Minggu (4/5/2025), Fico mengklaim bahwa pihaknya datang ke Rusia karena ia ingin memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua. Secara khusus, menurutnya, Rusia punya kontribusi terbesar bagi kemenangan atas fasisme sehingga kunjungan ini tidak dapat dikritik secara tegas dan keras.

    “Dan jika seseorang tidak ingin mengucapkan selamat atas berakhirnya Perang Dunia Kedua, maka setidaknya diam saja,” kata kepala pemerintahan Slovakia itu.

    Fico juga menjawab pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang tidak mau bertanggung jawab atas keselamatan acara parade itu di wilayah Rusia. Fico, salah satu pemimpin Uni Eropa yang paling bersahabat dengan Rusia, menyebut pernyataan Presiden Ukraina sebagai ancaman bagi kepala negara dan pemerintahan.

    “Ini bukan cara yang tepat. Saya menolak ancaman semacam itu atas dasar keamanan,” pungkasnya.

    “Jika Tuan Zelensky berpikir bahwa luapan amarahnya akan menghalangi delegasi asing untuk hadir, dia sangat keliru.”

    Ketegangan Diplomatik

    Acara tersebut telah memicu ketegangan diplomatik baru karena perang di Ukraina terus berlanjut. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mendesak para pemimpin Eropa bulan lalu untuk tidak menghadiri acara di Moskow.

    Bulan lalu, Fico juga menegur Kallas atas pernyataannya, dengan mengatakan bahwa ia merupakan kepala negara yang sah sehingga dapat mengambil keputusan sendiri tanpa dikte dari pihak-pihak lain.

    “Saya ingin memberi tahu Anda bahwa saya adalah perdana menteri Slovakia yang sah, negara berdaulat. Tidak seorang pun dapat memerintahkan saya ke mana harus pergi atau tidak pergi,” ungkapnya saat itu.

    Ini bukan pertama kalinya PM Slowakia mengunjungi Kremlin untuk menunjukkan niat baik diplomatik. Tahun lalu, Fico mengejutkan politisi Eropa dengan pergi ke Rusia untuk bertemu langsung dengan Presiden Vladimir Putin, yang membahas potensi kesepakatan gas.

    (tps/tps)