Tag: Vladimir Putin

  • Ukraina Bersama Sekutu Eropa Merusak Perundingan Perdamaian

    Ukraina Bersama Sekutu Eropa Merusak Perundingan Perdamaian

    JAKARTA – Kementerian Pertahanan Rusia menuding Ukraina yang didukung oleh beberapa negara Eropa, mengambil “langkah provokatif” yang bertujuan menggagalkan perundingan perdamaian langsung yang diprakarsai Moskow dengan Kyiv.

    Perundingan langsung pertama antara Rusia dan Ukraina dalam lebih dari tiga tahun berlangsung pada 16 Mei, tetapi gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata.

    “Atas inisiatif Federasi Rusia, dialog langsung Rusia-Ukraina mengenai penyelesaian konflik secara damai di Ukraina telah dilanjutkan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dilansir Reuters, Selasa, 27 Mei.

    “Pada saat yang sama, rezim Kyiv, yang didukung oleh sejumlah negara Eropa, telah mengambil sejumlah langkah provokatif yang bertujuan untuk mengganggu proses negosiasi,” sambung pernyataan itu.

    Menurut Kementerian Rusia, sejak 20 Mei, Ukraina telah meningkatkan serangan pesawat nirawak dan rudal secara signifikan di wilayah Rusia, menggunakan amunisi yang dipasok Barat dan menargetkan wilayah sipil.

    Antara 20 Mei malam dan  27 Mei pagi, sistem pertahanan udara Rusia mencegat dan menghancurkan 2.331 pesawat nirawak Ukraina, termasuk 1.465 di luar zona konflik langsung.

     

    Ukraina juga telah melaporkan peningkatan tajam dalam serangan Rusia di wilayahnya, termasuk rentetan serangan yang memecahkan rekor pada Minggu malam.

    Peningkatan tersebut mendorong Presiden AS Donald Trump berkomentar Presiden Rusia Vladimir Putin telah “benar-benar gila,” sembari mengancam sanksi baru.

    Kementerian pertahanan Rusia pada Selasa mengatakan serangannya bersifat pembalasan, tepat sasaran, dan hanya ditujukan pada fasilitas dan perusahaan militer di dalam kompleks industri militer Ukraina.

  • Vladimir Putin Ingin Batasi Layanan Microsoft dan Zoom di Rusia

    Vladimir Putin Ingin Batasi Layanan Microsoft dan Zoom di Rusia

    JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin ingin membatasi platform asing seperti Microsoft dan Zoom di negaranya. Pembatasan ini dilakukan karena perusahaan Barat dianggap terlalu menguasai pasar.

    Pernyataan ini disampaikan Putin setelah Stanislav Yodkovsky, pemilik perusahaan yang menawarkan layanan konferensi video, membahas tentang persaingan yang ketat di sektor bisnisnya. Pasalnya, masih ada pesaing seperti Microsoft dan Zoom yang menguasai pasar.

    “Anda harus mencekik (membatasi operasi) mereka. Saya sepenuhnya setuju (dengan ide tersebut),” kata Putin dalam sebuah pertemuan, dikutip dari Business Insider pada Selasa, 27 Mei. “Saya katakan ini tanpa rasa malu karena mereka mencoba mencekik kita juga.”

    Yodkovsky sepakat dengan pernyataan Putin. Ia meminta orang nomor satu di Rusia itu untuk membatasi aktivitas perusahaan asing, khususnya Microsoft dan Zoom, karena mereka telah meninggalkan Rusia.

    Berdasarkan hasil analisis lokal, Yodkovsky mengatakan bahwa persaingan internasional di pasar lokal tidak berjalan dengan mulus karena perusahaan asing masih mendapatkan pelanggan. Akibatnya, perusahaan Barat merugikan perusahaan Rusia hingga miliaran dolar.

    “Batasi layanan yang telah meninggalkan Rusia seperti Zoom dan Microsoft,” desak Yodkovsky. Putin pun kembali menanggapi dengan respons yang positif.

    Selain berencana membatasi layanan perusahaan Barat, Putin juga ingin membatasi kebiasaan masyarakatnya yang masih menggunakan layanan asing. Menurut Putin, menggunakan layanan Barat merupakan kebiasaan buruk yang harus dihentikan.

  • Rusia Tuduh Ukraina Gencarkan Serangan untuk Gagalkan Perundingan Damai

    Rusia Tuduh Ukraina Gencarkan Serangan untuk Gagalkan Perundingan Damai

    Jakarta

    Pemerintah Rusia menuduh Ukraina meningkatkan serangan udara dengan tujuan menggagalkan perundingan damai. Moskow juga mengatakan bahwa serangan besar-besarannya terhadap Ukraina merupakan “respons” atas serangan drone Ukraina terhadap Rusia.

    Upaya yang dipimpin Amerika Serikat untuk memaksakan perundingan damai antara kedua negara tetangga tersebut, sejauh ini gagal mencapai terobosan. Ini membuat Presiden AS Donald Trump frustrasi dengan kedua belah pihak.

    Sebelumnya pada hari Senin (27/5) waktu setempat, Moskow melancarkan serangan udara terbesar terhadap Ukraina sejak dimulainya operasi militer skala penuh pada tahun 2022.

    “Kyiv, dengan dukungan beberapa negara Eropa, telah mengambil serangkaian langkah provokatif untuk menggagalkan perundingan yang diprakarsai oleh Rusia,” kata Kementerian Pertahanan Rusia, dilansir kantor berita AFP, Selasa (27/5/2025).

    Kementerian menambahkan bahwa pasukan Rusia menyerang Ukraina “sebagai respons terhadap serangan drone Ukraina secara massal di wilayah Rusia”.

    Moskow mengklaim bahwa mereka hanya menyerang “target militer” di Ukraina. Namun, militer Rusia melancarkan serangan pada hari Minggu lalu, yang menewaskan 13 warga sipil, termasuk tiga anak dari keluarga yang sama, di kota Zhytomyr di Ukraina bagian tengah.

    Moskow mengatakan telah melancarkan serangan-serangan setelah Ukraina mengirim 1.465 drone ke Rusia sejak 20 Mei lalu.

    Sebelumnya, setelah serangan besar-besaran di Ukraina, Trump mengatakan bahwa pemimpin Rusia Vladimir Putin telah menjadi “gila”.

    Komentar Trump tersebut merupakan kata-kata keras yang jarang terjadi terhadap Putin. Ini disampaikan Trump pada Minggu (25/5) waktu setempat setelah sejumlah serangan drone Rusia menewaskan sedikitnya 13 orang di Ukraina, meskipun ada pertukaran tahanan dan desakan AS untuk gencatan senjata.

    “Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar menjadi GILA!” tulis Trump dalam sebuah posting di media sosial miliknya, Truth Social.

    Saya selalu mengatakan bahwa dia menginginkan SELURUH Ukraina, bukan hanya sebagian saja, dan mungkin itu terbukti benar, tetapi jika dia menginginkannya, itu akan menyebabkan kejatuhan Rusia!” tambahnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Ancam Perusahaan Barat yang Masih Beroperasi di Rusia

    Putin Ancam Perusahaan Barat yang Masih Beroperasi di Rusia

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan mengekang perusahaan-perusahaan Barat yang masih beroperasi di wilayah Rusia dan bertindak melawan kepentingannya.

    “Kita perlu mengekang mereka. Saya sepenuhnya setuju, dan saya mengatakan ini tanpa ragu-ragu,” tegas Putin saat berbicara dalam pertemuan dengan para pengusaha Rusia, seperti dilansir AFP, Selasa (27/5/2025).

    Penegasan itu disampaikan Putin ketika menanggapi seruan pengusaha Rusia untuk mengekang aktivitas perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS), seperti Zoom dan Microsoft, yang saat ini hanya menyediakan layanan terbatas di Rusia.

    Pernyataan Putin ini disebut sebagai bagian dari upaya Moskow untuk meningkatkan pengembangan perangkat lunak dalam negeri.

    Banyak perusahaan Barat yang meninggalkan Rusia, atau secara signifikan mengurangi aktivitas mereka di negara itu, setelah Moskow melancarkan invasi militer skala besar ke Ukraina, yang memicu rentetan sanksi ekonomi dari sekutu-sekutu Kyiv.

    “Kita tidak mengusir siapa pun… kita telah menyediakan kondisi yang paling menguntungkan bagi mereka untuk bekerja di pasar kita, dan mereka berupaya mengekang kita,” ucap Putin, tanpa menjelaskan secara spesifik soal bagaimana perusahaan-perusahaan Barat telah merusak Rusia.

    Putin telah secara signifikan memperketat persyaratan keluar bagi perusahaan-perusahaan yang ingin meninggalkan Rusia, yang memaksa banyak perusahaan besar untuk menjual aset-aset mereka dengan diskon besar.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Ada spekulasi media yang berkembang bahwa beberapa perusahaan mungkin mempertimbangkan untuk kembali beroperasi di Rusia, saat Presiden AS Donald Trump berupaya melakukan reset terhadap hubungan antara Washington dan Moskow, serta mengupayakan perdamaian cepat di Ukraina.

    Kepala dana kekayaan negara Rusia, Kirill Dmitriev, yang juga utusan khusus Putin untuk kerja sama ekonomi, mengatakan pada April lalu bahwa pihaknya menerima banyak permintaan dari perusahaan-perusahaan AS yang ingin kembali.

    Namun sejauh ini, belum ada perusahaan Barat yang besar yang secara terbuka mengumumkan rencana untuk kembali beroperasi di Ukraina.

    Beberapa bisnis mendapatkan opsi buyback setelah menjual aset mereka kepada manajemen lokal, sehingga membuka peluang untuk kembali ke Rusia.

    Putin, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah meninggalkan Rusia sepenuhnya, seperti jaringan makanan cepat saji AS McDonald’s, tidak akan menerima sambutan hangat jika memutuskan untuk kembali.

    “Mereka (McDonald’s) telah menempatkan semua orang dalam posisi sulit, pergi, dan sekarang, jika mereka ingin kembali, apakah kita harus menggelar karpet merah untuk mereka? Tidak, tentu saja tidak,” katanya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Nyaris! Helikopter Putin Lolos dari Serangan Drone Ukraina

    Nyaris! Helikopter Putin Lolos dari Serangan Drone Ukraina

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin disebut menjadi target percobaan pembunuhan oleh Ukraina. Seorang perwira militer Rusia mengklaim helikopter yang dinaiki Putin menjadi target serangan drone Ukraina di wilayah Kursk pada tanggal 20 Mei lalu.

    Sistem pertahanan udara Rusia berhasil mencegat drone tersebut dan menghancurkannya sebelum mencapai jalur penerbangan presiden, kata komandan unit pertahanan udara Rusia, Yuriy Dashkin, menurut kantor berita Rusia RBC, dilansir NDTV, Selasa (27/5/2025).

    Komandan itu mengatakan kepada kantor berita tersebut bahwa dari tanggal 20 hingga 22 Mei, Rusia mengalami serangan drone besar-besaran dari Ukraina, dengan pertahanan udara negara tersebut berhasil “menghancurkan” sebanyak 1.170 drone.

    Dia mengatakan bahwa selama kunjungan Putin ke wilayah Kursk pada tanggal 20 Mei, terjadi serangan udara besar-besaran “yang belum pernah terjadi sebelumnya” dari Ukraina. Pertahanan udara Rusia berhasil “menembak jatuh” 46 drone.

    “Saya ingin menunjukkan bahwa intensitas serangan meningkat secara signifikan selama penerbangan pesawat Panglima Tertinggi di atas wilayah wilayah Kursk. Oleh karena itu, kami secara bersamaan terlibat dalam pertempuran udara dan memastikan keselamatan helikopter presiden di wilayah udara,” kata Dashkin.

    Perwira militer Rusia tersebut mengatakan bahwa salah satu drone terdeteksi mendekati jalur penerbangan helikopter Putin dan segera dilumpuhkan oleh sistem pertahanan udara Rusia.

    Putin berada di wilayah Kursk awal minggu ini, kunjungan pertamanya ke wilayah perbatasan tersebut sejak Maret lalu. Tidak ada cedera atau kerusakan yang dilaporkan dalam insiden tersebut, dan konvoi Presiden Rusia tersebut terus berlanjut tanpa gangguan.

    Pertempuran Rusia dan Ukraina makin memanas beberapa hari ini. Pada Senin (26/5), Angkatan Udara Ukraina mengatakan bahwa Rusia menembakkan 355 drone ke Ukraina dalam sehari.

    Angkatan Udara Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah meluncurkan “355 drone tipe Shahed”, serta sembilan rudal jelajah. Juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Yuriy Ignat mengonfirmasi kepada kantor berita AFP, Senin (26/5/2025), bahwa itu adalah serangan drone terbesar sejak Moskow melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sebut Gila hingga Kejatuhan Rusia

    Sebut Gila hingga Kejatuhan Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan serangan terbuka kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump menyebut Putin gila hingga membunuh banyak orang.

    Dalam pernyataan terbarunya, Trump mengeluarkan teguran terhadap Putin terkait serangan ke Ukraina. Trump mengatakan dia tidak senang dengan tindakan Rusia yang meluncurkan sejumlah drone ke Ukraina yang menewaskan belasan orang.

    “Saya tidak senang dengan apa yang dilakukan Putin. Dia membunuh banyak orang, dan saya tidak tahu apa yang terjadi pada Putin,” kata Trump dilansir AFP, Senin (26/5/2025).

    “Saya sudah lama mengenalnya, dan selalu akur dengannya. Namun, dia mengirim roket ke kota-kota dan membunuh orang. Saya sama sekali tidak menyukainya,” imbuh Trump.

    Trump juga bicara mengenai sanksi. Dia mengaku akan mempertimbangkan untuk memberikan tambahan sanksi ke Rusia terkait serangan itu.

    “Dia membunuh banyak orang. Saya tidak tahu apa yang salah dengannya. Apa yang terjadi padanya, ya? Dia membunuh banyak orang. Saya tidak senang dengan itu,” ucap Trump lagi.

    Trump: Putin Benar-benar Gila!

    Trump dan Putin (Foto: REUTERS/Kevin Lamarque)

    Otoritas Ukraina sebelumnya melaporkan bahwa serangan udara besar-besaran Rusia selama dua malam berturut-turut, termasuk terhadap Kyiv, memicu suasana “teror”. Sedikitnya 13 orang tewas akibat rentetan serangan drone yang menghujani Kyiv pada Minggu (25/6) waktu setempat.

    Disebutkan bahwa para korban tewas termasuk sejumlah anak-anak dan remaja yang baru berusia 8 tahun, 12 tahun dan 17 tahun.

    Melalui akun media sosialnya, Donald Trump kembali melontarkan kritikan keras untuk Putin. Trump yang berang secara terang-terangan menyebut Putin “benar-benar gila”.

    “Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar GILA!” cetus Trump dalam pernyataan terbarunya via media sosial miliknya, Truth Social.

    “Saya selalu mengatakan bahwa dia menginginkan SELURUH Ukraina, bukan hanya sebagian saja, dan mungkin itu terbukti benar, tetapi jika dia melakukannya, itu akan menyebabkan kejatuhan Rusia!” ucapnya.

    Pernyataan terbaru Trump itu menjadi teguran langka terhadap Putin, yang seringkali dibahas oleh sang Presiden AS itu dengan penuh kekaguman. Namun, Trump mulai menunjukkan rasa frustrasi yang meningkat dengan posisi Rusia dalam negosiasi gencatan senjata yang menemui jalan buntu dengan Kyiv baru-baru ini.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Serangan Drone Rusia ke Ukraina Tewaskan 13 Orang, Anak-anak Jadi Korban

    Serangan Drone Rusia ke Ukraina Tewaskan 13 Orang, Anak-anak Jadi Korban

    Kyiv

    Pasukan Rusia meluncurkan serangan 367 drone dan rudal ke kota-kota Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv. Serangan ini menewaskan 13 orang dan tiga di antaranya merupakan anak-anak.

    Dilansir AFP, Minggu (25/5/2025) serangan dimulai pada Sabtu (24/5) malam waktu setempat. Drone dan rudal itu menyerang rumah dan apartemen.

    Ada 13 korban tewas dalam serangan ini. Pejabat setempat melaporkan bahwa tiga di antaranya adalah anak di wilayah utara Zhytomyr.

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta Amerika Serikat, yang telah mengambil sikap publik yang lebih lunak terhadap Rusia dan pemimpinnya, Vladimir Putin, sejak Presiden Donald Trump menjabat, untuk angkat bicara.

    “Diamnya Amerika, diamnya negara lain di dunia hanya menyemangati Putin,” tulisnya di Telegram.

    “Setiap serangan teroris Rusia seperti itu adalah alasan yang cukup untuk sanksi baru terhadap Rusia.”

    Serangan itu terjadi saat Ukraina dan Rusia bersiap untuk melakukan hari ketiga dan terakhir pertukaran tahanan di mana kedua belah pihak akan menukar total 1000 orang masing-masing.

    Lihat juga Video: Drone Rusia Hantam Kendaraan Sipil di Ukraina, 9 Orang Tewas

    (rdp/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin tawarkan Ukraina lanjut perundingan perdamaian tanpa prasyarat

    Putin tawarkan Ukraina lanjut perundingan perdamaian tanpa prasyarat

    ANTARA – Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam konferensi pers yang digelar di Moskow, Minggu (11/05), menawarkan Ukraina untuk melanjutkan perundingan perdamaian tanpa prasyarat pada 15 Mei mendatang di Istanbul, Turki. (XINHUA/Feny Aprianti/Andi Bagasela/Suwanti)

  • Ukraina tak Percaya Rusia, Sebut Gencatan Senjata Usulan Putin sebagai Lelucon – Halaman all

    Ukraina tak Percaya Rusia, Sebut Gencatan Senjata Usulan Putin sebagai Lelucon – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, KYIV – Pasukan Rusia menyerang delapan pemukiman Ukraina sebanyak 220 kali di dekat garis depan antara pasukan Rusia dan Ukraina.

    Serangan itu dilakukan di tengah masa gencatan senjata tiga hari yang diusulkan oleh pihak Rusia.

    Informasi mengenai serangan dari pasukan Rusia itu disampaikan oleh Gubernur wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, Ivan Fedorov, melalui platform Telegramnya pada Jumat (9/5/2025) pagi.

    Seperti dilansir oleh Reuters, menurut Ivan Fedorov, dalam 24 jam terakhir desa-desa di Zaporizhzhia dihantam oleh 150 serangan drone dan 70 tembakan artileri Rusia.

    Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, pada Kamis (8/5/2025) mengatakan bahwa Rusia telah berulang kali melanggar usulan gencatan senjata sepihak yang mereka umumkan sendiri dari 8 sampai 11 Mei.

    Melalui akun X pribadinya, Sybiha menyebut inisiatif tersebut sebagai “lelucon” yang dapat diprediksi.

    “Sudah bisa ditebak, ‘Gencatan Senjata Parade’ Putin terbukti hanya sebuah lelucon,” tulis Sybiha.

    “Pasukan Rusia terus menyerang di seluruh garis depan.

    Dari tengah malam hingga tengah hari, Rusia melakukan 734 pelanggaran gencatan senjata dan 63 penyerangan, 23 di antaranya masih berlangsung,” lanjutnya.

    Sybiha menambahkan bahwa Ukraina sedang memberitahukan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa mengenai tindakan Rusia ini.

    Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip dari berita Interfax, mengklaim bahwa Ukraina justru melakukan 488 serangan terhadap target-target Rusia dan dua kali mencoba menembus perbatasan di wilayah Kursk.

    Kendati demikian, laporan penyerangan di medan perang ini belum dapat diverifikasi secara independen oleh Reuters karena belum adanya komentar resmi dari kedua belah pihak.

    Staf Umum Militer Ukraina melaporkan bahwa 154 bentrokan terjadi setelah hampir 24 jam gencatan senjata diproklamasikan.

    Pasukan Rusia, katanya, telah meluncurkan satu serangan rudal dan 15 serangan udara.

    Gubernur wilayah Zaporizhzhia mengatakan sebuah drone Rusia telah menghantam sebuah mobil di bagian selatan wilayah tersebut sehingga menewaskan seorang penumpang.

    Sementara itu di Poltava, Kepala Administrasi Militer setempat mengatakan bahwa unit pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh sebuah rudal yang diluncurkan oleh pasukan Rusia.

    Rudal itu merusak rumah-rumah warga, namun tidak menimbulkan korban jiwa.

    Ukraina tak Percaya Gencatan Senjata Kremlin

    Ukraina sendiri menegaskan ketidakpercayaannya terhadap gencatan senjata yang diumumkan Kremlin.

    Mereka menilai inisiatif Kremlin adalah tipu muslihat Putin untuk menciptakan kesan bahwa ia ingin mengakhiri perang.

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebelumnya menyatakan komitmennya untuk mencapai perdamaian setelah invasinya ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.

    Namun, hingga kini perdamaian tampaknya belum berhasil dicapai.

    Wartawan Reuters yang berada di dekat garis depan Ukraina Timur pada Kamis, menyaksikan langsung upaya sekelompok kecil infanteri Rusia mencoba maju melewati garis depan, namun aksi itu langsung digagalkan oleh drone yang dioperasikan Ukraina.

    Tentara Ukraina memantau jalannya pertempuran melalui siaran langsung di bunker mereka.

    Seorang tentara Ukraina dengan nama panggilan Mikha menuturkan bahwa infanteri Rusia terus berdatangan.

    Nazar, tentara lainnya, menambahkan bahwa dalam enam jam pertama gencatan senjata Rusia, terjadi tiga serangan di bagian front mereka.

    Ketika ditanya wartawan Reuters apakah gencatan senjata itu berlaku, ia menjawab: “Fakta berbicara sendiri.”

    Seorang juru bicara militer Ukraina sebelumnya melaporkan bahwa Rusia melanjutkan serangan di wilayah-wilayah front timur.

    Selain itu, seorang jaksa penuntut menginformasikan bahwa dua orang terluka dan seorang wanita berusia 55 tahun tewas akibat bom yang ditembakkan ke wilayah Sumy.(Grace Sanny Vania)

  • Putin dan Modi Bahas Penguatan Kerja Sama Anti Teror dan Kesiapan KTT Tahunan – Halaman all

    Putin dan Modi Bahas Penguatan Kerja Sama Anti Teror dan Kesiapan KTT Tahunan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin telah menelepon Perdana Menteri (PM) Narendra Modi pada Senin (5/5/2025), dan ia mengutuk keras serangan teror di Pahalgam, Kashmir bagian India, yang telah menewaskan 26 orang.

    Selama percakapan tersebut, PM Modi mengucapkan terima kasih atas sikap Putin dan mengundangnya untuk mengunjungi India dalam rangka konferensi tingkat tinggi (KTT) tahunan ke-23 India-Rusia yang diselenggarakan akhir tahun ini.

    Modi juga menyampaikan ucapan selamatnya kepada Rusia atas peringatan 80 tahun Hari Kemenangan.

     

    Peringatan itu dirayakan di Moskow pada 9 Mei 2025.

    Presiden Putin merupakan salah satu pemimpin dunia pertama yang mengutuk serangan teror mematikan di Pahalgam pada 22 April 2025. Serangan itu menewaskan 26 orang dan melukai puluhan orang. Kepada Modi, Putin berupaya untuk memperdalam kerja sama antiteror antara Rusia dan India.

    “Presiden Putin menelepon PM Modi dan mengutuk keras serangan teror di Pahalgam, India. Ia menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas hilangnya nyawa tak berdosa dan menyatakan dukungan penuh kepada India dalam perang melawan terorisme.”

    Ia menekankan bahwa para pelaku serangan keji dan para pendukungnya harus diadili,” kata Juru Bicara Resmi Randhir Jaiswal dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari media The Hindu, Kamis (8/5/2025).

    Sebuah pernyataan dari pihak Rusia mengumumkan bahwa Presiden Putin menggambarkan serangan teror itu sebagai aksi ‘biadab’ dengan kedua belah pihak menyerukan ‘perang tanpa kompromi melawan terorisme dalam semua manifestasinya’.

    “Selama percakapan itu, sifat strategis hubungan Rusia-India sebagai kemitraan istimewa yang istimewa ditekankan. Hubungan ini tidak tunduk pada pengaruh eksternal dan terus berkembang secara dinamis di semua bidang,” demikian pernyataan dari Kremlin tentang percakapan Putin-Modi.

    Presiden Putin merupakan salah satu pemimpin dunia pertama yang mengutuk serangan teror mematikan pada 22 April dan Rusia telah mengomunikasikan bahwa kedua pihak harus mengintensifkan kerja sama dalam penanggulangan teror untuk mencegah serangan semacam itu di masa mendatang.

    “Saya ingin menegaskan kembali komitmen kami untuk lebih meningkatkan kerja sama dengan mitra India dalam memerangi terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya,” kata Presiden Putin dalam sebuah pesan kepada PM Modi pada 22 April. 

    “Kedua pemimpin menegaskan kembali komitmen mereka untuk lebih memperdalam Kemitraan Strategis Khusus dan Istimewa. PM menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden Putin atas perayaan ulang tahun ke-80 Hari Kemenangan dan mengundangnya untuk menghadiri KTT Tahunan yang akan diadakan di India akhir tahun ini,” kata Tn. Jaiswal dalam pernyataannya tentang diskusi telepon pada hari Senin.

    Rusia telah mengundang Perdana Menteri Modi untuk berpartisipasi dalam parade Hari Kemenangan, tetapi India kemudian menunjuk Menteri Pertahanan Rajnath Singh untuk mewakili India di parade yang akan dihadiri oleh beberapa kepala negara dan pemerintahan, termasuk Presiden Tiongkok Xi Jinping. Namun, pernyataan dari pihak Rusia menginformasikan bahwa upacara pada tanggal 9 Mei di Moskow akan dihadiri oleh “perwakilan India.”

    Modi yang telah membatasi kunjungan ke Arab Saudi setelah serangan teror di Pahalgam akan melakukan lawatan ke tiga negara yang meliputi Kroasia, Belanda, dan Norwegia selama tanggal 13 hingga 17 Mei. 

    Pada hari Sabtu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov telah berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri S. Jaishankar dan mendesak “penyelesaian perselisihan antara New Delhi dan Islamabad melalui cara politik dan diplomatik secara bilateral sesuai dengan ketentuan Perjanjian Simla tahun 1972 dan Deklarasi Lahore tahun 1999.”

    Sementara Pada 27 Maret 2025, Tn. Lavrov telah mengumumkan Presiden Putin akan mengunjungi India tahun ini. Kunjungan terkait partisipasi dalam pertemuan puncak tahunan India-Rusia.

    Tn. Lavrov telah menyatakan kepuasannya atas “posisi seimbang India terkait krisis Ukraina”. Presiden Putin sebelumnya telah mengunjungi India pada 6 Desember 2021 saat ia melakukan kunjungan selama sehari ke New Delhi. ‘Operasi militer khusus’ Rusia terhadap Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022.

    ​Perdana Menteri Modi telah mengunjungi Moskow selama 8-9 Juli 2024 saat kedua belah pihak mengadakan Pertemuan Puncak Tahunan India-Rusia ke-22. Tn. Modi kemudian juga mengunjungi Kazan, Rusia untuk berpartisipasi dalam pertemuan BRICS ke-16 pada 22-23 Oktober 2024.

    SUMBER