Tag: Vladimir Putin

  • Di Tengah Perang Iran-Israel, Trump-Putin Lakukan Percakapan Telepon

    Di Tengah Perang Iran-Israel, Trump-Putin Lakukan Percakapan Telepon

    JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan percakapan telepon dengan Presiden Rusia Donald Trump pada Sabtu 14 Juni waktu setempat.

    Komunikasi via telepon antara Trump-Putin ini berlangsung di tengah perang Iran-Israel. Perang ini dipicu serangan udara Israel menargetlan petinggi tentara, fasilitas militer dan ilmuwan nuklir Iran pada Jumat 13 Juni.

    “Percakapan telepon lain antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump baru saja terjadi,” kata pejabat Kremlin, Minggu 15 Juni, dikutip dari Tass.

    Ini adalah percakapan telepon kelima antara kedua pemimpin sejak Trump periode kedua menjabat Presiden AS.

    Percakapan telepon Trump-Putin sebelumnya dilakukan pada 4 Juni. Keduanya, membahas situasi di Ukraina.

    Dalam komunikasi tersebut, Putin menjelaskan secara rinci hasil pembicaraan Istanbul dan memberikan penilaiannya terhadap serangan teror yang dilakukan oleh rezim Kiev.

  • Iran-Israel Saling Serang, Ketegangan Memuncak di Tengah Kekhawatiran Perang Regional

    Iran-Israel Saling Serang, Ketegangan Memuncak di Tengah Kekhawatiran Perang Regional

    GELORA.CO -Konflik antara Iran dan Israel kembali memanas setelah gelombang serangan rudal dan drone dari kedua belah pihak mengguncang kawasan, memicu kekhawatiran global akan pecahnya perang berkepanjangan di Timur Tengah.

    Gelombang serangan baru dimulai pada Sabtu malam, 14 Juni 2025 hingga Minggu pagi, 15 Juni 2025, ketika rudal-rudal Iran menghantam wilayah utara Israel, termasuk kota Haifa dan Tamra. 

    Menurut media lokal Israel, serangan ini menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai 13 lainnya. Haifa, yang dikenal memiliki infrastruktur gas strategis, disebut-sebut sebagai target utama dalam serangan tersebut.

    Sebagai balasan, militer Israel meluncurkan serangan udara terhadap sejumlah target penting di Iran, termasuk markas besar Kementerian Pertahanan Iran di Teheran. 

    Kantor berita semi-resmi Tasnim melaporkan bahwa depot minyak Shahran di barat laut ibu kota turut menjadi sasaran dan saat ini masih dalam upaya pemadaman api.

    “Saya melihat intersepsi. Suara ledakan terdengar. Belum pernah terjadi sebelumnya serangan terhadap fasilitas nuklir, militer, dan sipil Iran,” ungkap Tohid Asadi, koresponden Al Jazeera di Teheran. 

    Korban sipil di Iran pun meningkat tajam. Pemerintah Iran melaporkan sedikitnya 80 orang tewas dan lebih dari 320 luka-luka, termasuk wanita dan anak-anak. Iran juga menyatakan bahwa sembilan ilmuwan nuklir berada di antara korban tewas. 

    Iran membalas dengan rentetan rudal yang berhasil menembus sistem pertahanan Israel, menyebabkan empat kematian tambahan dan lebih dari 200 orang terluka.

    Israel juga memperluas serangannya terhadap infrastruktur energi Iran, termasuk ladang gas South Pars, salah satu sumber energi utama negara itu. 

    Pakar energi Manouchehr Takin mengatakan bahwa langkah ini bisa sangat memukul ekonomi Iran yang sudah terpukul oleh sanksi.

    “Ini adalah upaya untuk melumpuhkan ekonomi Iran. Jaringan gas domestik sudah berada di bawah tekanan karena sanksi dan salah urus,” ujarnya.

    Nour Odeh, koresponden Al Jazeera di Amman, menyebutkan bahwa langkah Israel kali ini menandai pergeseran strategi militer.

    “Sebelumnya mereka menargetkan infrastruktur militer. Sekarang mereka mengincar aset ekonomi sipil,” jelasnya.

    Ketegangan geopolitik meningkat dengan pembatalan mendadak pembicaraan nuklir antara Iran dan AS di Oman. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan negosiasi tak dapat dilanjutkan sementara serangan biadab Israel terus berlanjut.

    Di tengah situasi yang genting, Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran atas “konsekuensi yang lebih keras,” sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan penghentian segera kampanye militer. 

    Keduanya, meski berada di kutub pandangan berbeda, menyatakan masih terbuka untuk kemungkinan kembali ke jalur diplomasi.

    Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyalahkan Israel atas krisis yang terjadi. Dalam percakapannya dengan Putra Mahkota Saudi dan Presiden Iran, Erdogan menyebut Israel sebagai “ancaman terbesar bagi stabilitas regional,” dan menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu “membakar wilayah” demi kepentingan politik domestik. 

    “Satu-satunya cara untuk menyelesaikan sengketa nuklir adalah melalui negosiasi,” kata Erdogan, seraya memperingatkan kemungkinan krisis pengungsi jika konflik terus memburuk

  • Dendam Iran Membara, Pangkalan Militer AS Bakal Jadi Target Gempuran Berikutnya

    Dendam Iran Membara, Pangkalan Militer AS Bakal Jadi Target Gempuran Berikutnya

    GELORA.CO  – Pemerintah Iran menegaskan bahwa pihaknya  akan terus memperluas serangan militer termasuk menargerkan pangkalan militer Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah.

    Pernyataan ini disampaikan oleh para pejabat tinggi militer Iran, yang dikutip oleh Fars News Agency, Sabtu (14/6/2025).

    Dalam keterangan resminya, pejabat militer Iran mengungkap serangan balasan tersebut merupakan tindak lanjut dari eskalasi militer setelah Israel melancarkan “Operation Rising Lion” yang merupakan serangkaian serangan udara besar-besaran ke fasilitas nuklir dan militer di Teheran.

    Iran menuding AS ikut bertanggung jawab atas eskalasi tersebut karena dianggap mendukung serangan militer Israel.

    Oleh karena itu para petinggi militer Iran menegaskan bahwa pangkalan-pangkalan AS di Timur Tengah tak akan luput dari sasaran.

    “Perang akan menyebar dalam beberapa hari mendatang ke semua wilayah yang diduduki oleh rezim (Israel) ini dan pangkalan Amerika di wilayah tersebut.” ujar pejabat tinggi militer Iran.

    Tak dirinci pangkalan mana saja yang akan menjadi target serangan rudal Iran, namun AS diketahui memiliki beberapa pangkalan militer di wilayah Timur Tengah.

    Di antaranya ada pangkalan Al Udeid Air Base di Qatar yang menjadi pusat operasi Komando Pusat Angkatan Udara AS.

    Kemudian pangkalan Al Dhafra Air Base di Arab yang digunakan untuk meluncurkan jet tempur, drone, dan pesawat mata-mata AS.

    Pangkalan Ain al-Asad Air Base di Irak yang menjadi pusat operasi penting AS di wilayah utara Irak.

    Ada pula pangkalan Camp Arifjan di Kuwait yang merupakan pusat logistik AS di Teluk. Camp Arifjan menyuplai operasi-operasi militer penting di seluruh kawasan.

    Termasuk Naval Support Activity di Bahrain yang memiliki posisi krusial di jantung Teluk Persia.

    Jika nantinya Iran benar-benar menyerang pangkalan-pangkalan tersebut, respons militer dari AS hampir pasti terjadi.

    Hal ini akan meningkatkan risiko perang regional berskala luas, melibatkan banyak negara, serta mengganggu pasokan energi global karena posisi strategis Teluk Persia.

    Iran Tak akan Pakai Senjata Nuklir

    Meski serangan akan terus dilakukan militer Iran secara massif, tapi Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyatakan bahwa negaranya tidak akan menggunakan senjata nuklir dalam konflik bersenjata melawan Israel.

    Pernyataan tersebut diungkap Presiden Pezeshkian saat menerima panggilan telepon dari Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat (13/6/2025) waktu setempat.

    Dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh Istana Kepresidenan Iran, Pezeshkian menekankan bahwa seluruh tindakan militer yang dilakukan Teheran sejauh ini bersifat defensif, sebagai respons atas agresi yang dilakukan Israel.

    “Kami tidak akan pernah menggunakan senjata nuklir dalam konflik apapun, termasuk terhadap Israel,” ujar Pezeshkian kepada Putin seperti dilansir dari pernyataan resmi pemerintah Iran.

    Adapun telepon antara kedua kepala negara ini terjadi di tengah meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah.

    Menyusul serangan udara Israel ke fasilitas penting di wilayah Iran, yang kemudian dibalas dengan peluncuran ratusan rudal dan drone ke wilayah Israel.

    Israel Porak-poranda

    Terpisah, pasca Iran menembakkan “ratusan rudal balistik” ke Israel sejumlah wilayah di Tel Aviv dilaporkan porak-poranda.

    Kendati pihak Israel berhasil mencegat sejumlah drone Iran, akan tetapi sebagian serangan dilaporkan masuk menembus pertahanan iron dome hingga  menimbulkan kerusakan ringan di beberapa lokasi.

    Termasuk meruntuhkan sembilan bangunan hancur di Ramat Gan (wilayah tengah Palestina yang diduduki), serta memicu kerusakan puluhan apartemen dan mobil warga sipil.

    Sementara itu, layanan ambulans Israel (yang disebut “Bintang Daud Atlantik”) mengonfirmasi bahwa beberapa rumah di pemukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki terkena serangan, dengan sembilan orang terluka, termasuk satu orang dalam kondisi kritis.

    Serangan Iran juga turut memicu kepanikan, Warga dilaporkan berhamburan ke tempat perlindungan saat sirine peringatan berbunyi di beberapa kota besar.

    Video yang beredar di media sosial menunjukkan ledakan di langit serta puing-puing bangunan yang terkena serpihan rudal. Imbas serangan tersebut Pemerintah Israel hingga kini masih dalam keadaan siaga tinggi

  • Putin Kecam Serangan Israel ke Iran, Tawarkan Mediasi

    Putin Kecam Serangan Israel ke Iran, Tawarkan Mediasi

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam gelombang serangan Israel terhadap sekutunya, Iran. Putin juga menawarkan untuk melakukan mediasi antara Teheran dan Tel Aviv demi mencegah eskalasi konflik.

    Putin, seperti dilansir AFP, Sabtu (14/6/2025), berbicara via telepon secara terpisah dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu setelah kedua negara terlibat aksi saling serang pada Jumat (13/6) waktu setempat.

    Rusia dan Iran telah mempererat hubungan militer mereka di tengah serangan Moskow terhadap Ukraina, yang mengancam upayanya untuk mempertahankan hubungan hangat dengan semua pemain utama di kawasan Timur Tengah.

    “Vladimir Putin menekankan bahwa Rusia mengecam tindakan Israel, yang melanggar Piagam PBB dan hukum internasional,” sebut Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia dalam pernyataannya pada Jumat (13/6).

    Dalam percakapan telepon dengan Netanyahu, sebut Kremlin, Putin menyatakan “kesiapannya untuk memberikan layanan mediasi guna mencegah eskalasi ketegangan lebih lanjut”.

    Kremlin menambahkan bahwa Rusia berkomitmen untuk “menyelesaikan situasi saat ini, yang penuh dengan konsekuensi paling buruk bagi seluruh kawasan”.

    Kementerian Luar Negeri Rusia sebelumnya mengutuk serangan Israel terhadap Iran sebagai “serangan militer yang tidak beralasan”.

    Lihat juga Video: Detik-detik Rentetan Rudal Iran Bombardir Israel

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Putin dan para pejabat tinggi Rusia lainnya juga mengecam tindakan Israel di Jalur Gaza.

    Awal pekan ini, Kremlin membela hak Iran untuk mengembangkan program energi nuklir yang “damai”.

    Kremlin dalam pernyataannya juga menyebut serangan Israel terhadap Iran sebagai serangan yang “sangat sinis” karena terjadi di tengah perundingan nuklir yang sedang berlangsung antara Teheran dan Amerika Serikat (AS).

    Moskow menegaskan kembali bahwa masalah nuklir Iran hanya dapat diselesaikan secara diplomatik dan meminta kedua negara untuk menahan diri.

    Lihat juga Video: Detik-detik Rentetan Rudal Iran Bombardir Israel

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menerka Alasan Prabowo Absen KTT G7, Pilih Merapat ke Blok Putin?

    Menerka Alasan Prabowo Absen KTT G7, Pilih Merapat ke Blok Putin?

    Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakhadiran Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan puncak Kelompok Tujuh (G7) negara ekonomi maju di Kanada mengundang perhatian kalangan pengamat.

    Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai pemerintah perlu merespons secara cermat dan strategis agar absensi tersebut tidak ditafsirkan sebagai sinyal politik negatif terhadap mitra strategis Indonesia, terutama negara-negara Barat.

    Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef M. Rizal Taufikurahman, menekankan pentingnya melakukan diplomasi pasca-forum secara proaktif, guna menjaga relasi dan persepsi di level global.

    “Ketidakhadiran Presiden dalam forum G7 sejatinya bukan sekadar soal protokoler, tapi menyampaikan sinyal politik yang penting bagi mitra-mitra strategis Indonesia, khususnya negara-negara ekonomi maju,” ujar kepada Bisnis, Jumat (13/6/2025)

    Menurutnya, Presiden Ke-8 RI itu perlu memastikan bahwa absensinya tidak dimaknai sebagai pengabaian terhadap kemitraan strategis dengan negara-negara G7 seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Jerman, dan Inggris, yang selama ini menjadi mitra utama dalam hal perdagangan, investasi teknologi tinggi, serta pembiayaan transisi energi.

    Rizal menyarankan pemerintah untuk memperkuat peran diplomatik secara aktif, baik melalui Menteri Luar Negeri, perwakilan tetap di PBB dan negara-negara G7, maupun melalui dialog bilateral strategis di bidang perdagangan, investasi hijau, dan transformasi digital.

    “Indonesia perlu mengoptimalkan kehadirannya dalam forum-forum global lainnya seperti G20, APEC, dan ASEAN, untuk menyeimbangkan persepsi internasional sekaligus menegaskan posisinya sebagai kekuatan menengah (middle power) yang otonom dan konstruktif serta tetap bebas aktif,” katanya.

    Rizal juga menambahkan bahwa secara substansi, G7 adalah forum yang sangat strategis bagi Indonesia untuk memperkuat kanal diplomasi ekonomi dan memperluas akses pasar.

    Absennya Prabowo, menurut Rizal, bisa menimbulkan celah persepsi bahwa Indonesia mulai menjauh dari orbit Barat, meski faktanya sebagian besar arus investasi langsung dan perdagangan berteknologi tinggi masih bersumber dari negara-negara G7.

    “Jika tidak diimbangi dengan strategi diplomasi lanjutan yang aktif dan terukur, absensi ini bisa menurunkan efektivitas posisi Indonesia dalam negosiasi global, serta melemahkan momentum untuk masuk ke dalam rantai nilai strategis yang ditawarkan oleh ekosistem G7—terutama dalam hal pendanaan hijau, digitalisasi, dan supply chain re-engineering pasca-pandemi,” ucapnya

    Ketiadaan fisik Presiden Prabowo dalam forum tersebut juga dinilai membuat posisi Indonesia kurang terdengar saat pembahasan isu-isu strategis global. Terutama berkaitan dengan subsidi hijau, dan digitalisasi, meskipun delegasi Indonesia di Forum G7 tetap berpartisipasi dan hadir.

    Rizal juga menyoroti meningkatnya pengaruh Rusia dan China dalam arah kebijakan luar negeri Indonesia. Dari Rusia, penguatan kerja sama di bidang militer dan pertahanan terlihat dari intensitas pengadaan alutsista dan pelatihan militer.

    Sementara dari China, pendekatan lebih sistematis dilakukan melalui proyek-proyek infrastruktur besar seperti kereta cepat Jakarta–Bandung dan kawasan industri berbasis nikel di Sulawesi, yang masuk dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI).

    “Pendekatan Beijing yang berbasis pada kebutuhan pembangunan dan investasi Indonesia memang menggiurkan, namun mengandung risiko ketergantungan ekonomi dan tekanan politik yang tidak kecil,” imbuhnya.

    Menurutnya, strategi diversifikasi mitra global memang penting, namun harus diimbangi dengan kewaspadaan terhadap dominasi satu blok tertentu, yang bisa merusak prinsip politik luar negeri bebas aktif yang selama ini dipegang teguh Indonesia.

    Indef mengingatkan bahwa diplomasi modern tak cukup hanya dijalankan melalui forum resmi, melainkan juga melalui pengelolaan persepsi dan komunikasi strategis. Ketidakhadiran dalam forum G7 harus diikuti dengan langkah pemulihan diplomatik yang konkret, agar posisi Indonesia tetap kokoh sebagai kekuatan menengah yang dihormati di panggung global.

    Indonesia Tetap Diuntungkan Meski Absen di G7

    Sementara itu, Direktur China-Indonesia Desk dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Muhammad Zulfikar Rakhmat menilai bahwa ketidakhadiran Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 2025 tidak akan memberi dampak signifikan terhadap relasi dagang, investasi, maupun bantuan internasional.

    Menurutnya, posisi Indonesia dalam hubungan internasional tetap kuat karena mengedepankan prinsip bebas aktif dan strategi diversifikasi mitra global.

    “Indonesia masih memiliki hubungan yang baik dengan negara-negara anggota G7, meski tak hadir dalam forum tersebut. Indonesia dikenal dengan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif, yang artinya tetap menjalin hubungan baik dengan berbagai negara, baik di dalam maupun luar G7,” tuturnya kepada Bisnis.

    Lebih lanjut, dia menekankan bahwa Indonesia selama ini dikenal sebagai negara dengan pendekatan luar negeri yang terbuka dan pragmatis.

    Zulfikar menekankan selama ini kebijakan luar negeri pemerintah tidak berpihak ke satu blok kekuatan saja, tetapi menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak.

    Oleh sebab itu, Menurut Zulfikar, meskipun G7 merupakan kumpulan negara-negara ekonomi terbesar dunia, Indonesia memiliki ruang manuver luas di luar forum tersebut, termasuk melalui kerja sama dengan negara-negara non-G7 seperti China, Rusia, dan berbagai negara Asia lainnya.

    “Indonesia memiliki kerjasama yang luas dengan negara-negara non-G7 seperti Rusia, China, dan negara-negara Asia lainnya yang juga memberikan peluang dagang dan investasi,” katanya.

    Selain itu, Indonesia aktif dalam berbagai forum internasional seperti G20, APEC, dan ASEAN, yang dianggap lebih inklusif dan relevan bagi kepentingan pembangunan Indonesia secara keseluruhan.

    Tak hanya itu, dia menilai bahwa di bawah pemerintahan Prabowo Subianto, Indonesia dikatakan makin menekankan strategi diversifikasi dalam menjalin hubungan internasional.

    Apalagi, hubungan pemerintah RI dengan Moskow, kata Zulfikar, mencerminkan upaya konkret untuk memperkuat kerja sama strategis di bidang energi dan pertahanan, yang menjadi dua pilar utama dalam kebijakan luar negeri Indonesia saat ini.

    Sementara itu, kerja sama dengan China terus meluas, terutama di sektor infrastruktur dan manufaktur melalui proyek-proyek Belt and Road Initiative (BRI). China tetap menjadi mitra dagang dan investasi terbesar kedua bagi Indonesia, dengan pengaruh yang terus menguat dalam kebijakan ekonomi nasional.

    Oleh karena itu, Zulfikar menegaskan bahwa pendekatan Indonesia bukanlah berpaling dari G7, melainkan membangun otonomi strategis. Indonesia dinilai tetap menjunjung kepentingan nasional di atas kepentingan geopolitik kelompok tertentu.

    Meskipun negara-negara G7 kemungkinan akan mencermati absensi Indonesia, tetapi dia meyakini bahwa hubungan bilateral tetap dapat dijaga melalui jalur diplomatik lainnya.

    CELIOS menyimpulkan bahwa absennya Presiden Prabowo dari forum G7 bukan berarti langkah menjauh dari negara-negara maju, melainkan bagian dari strategi luar negeri yang lebih seimbang dan adaptif terhadap perubahan global. Indonesia masih memiliki banyak saluran diplomasi dan kerja sama ekonomi yang terbuka baik dengan G7 maupun kekuatan global lainnya selama kepentingan nasional tetap menjadi orientasi utama.

    “Jadi, meskipun absennya Indonesia di KTT G7 mungkin akan diikuti dengan pengamatan dari negara-negara G7, namun Indonesia tetap memiliki banyak jalur untuk menjaga hubungan perdagangan dan investasi yang positif,” pungkas Zulfikar.

    Sekadar informasi, Presiden Prabowo Subianto tidak akan menghadiri outreach session pada perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang akan berlangsung di Kanada pada tanggal 17 Juni 2024. Hal itu lantaran Prabowo telah lebih dulu berkomitmen untuk bertandang ke Singapura dan Rusia.

    Sebelumnya, Prabowo telah menerima secara resmi undangan untuk menghadiri salah satu sesi di KTT G7 itu. Namun, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah mengonfirmasi bahwa Presiden tidak akan hadir pada pertemuan antara pemimpin negara G7 serta negara nonanggota sekaligus lembaga internasional itu.

    “Karena adanya beberapa komitmen pertemuan Bapak Presiden, baik itu terkait dengan pertemuan di Singapura dan juga dengan partisipasi di forum di Rusia, maka Bapak Presiden tidak dapat hadir pada pertemuan tersebut,” ujar Juru Bicara Kemlu Rolliansyah Soemirat pada taklimat media, Kamis (12/6/2025).

    Meski demikian, pria yang akrab disapa Roy Soemirat itu mengatakan bahwa undangan untuk menghadiri KTT G7 itu sudah diterima dari PM Kanada Mark Carney. Hal itu juga, katanya, menunjukkan bahwa Indonesia dipandang penting dan signifikan pada politik global saat ini kendati bukan negara anggota.

    Di sisi lain, Prabowo juga sudah menyampaikan dukungannya kepada Kanada yang menjadi tuan rumah KTT G7 itu untuk terus mendorong kolaborasi antara negara-negara adidaya serta negara nonanggota maupun lembaga internasional.

    “Dan itu sudah disampaikan langsung oleh Bapak Presiden kepada Perdana Menteri Kanada pada saat berlangsungnya teleponnya antara kedua pimpinan,” kata Roy.

    Agenda Prabowo

    Adapun Prabowo akan mengunjungi dua negara sahabat mulai dari awal pekan depan. Pertama, dia akan menghadiri pertemuan bilateral dan Leaders’ Retreat di Singapura. Pada kunjungan tersebut, Presiden ke-8 RI itu akan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Singapura serta Presiden Singapura.

    Roy menyebut ini akan menjadi kunjungan pertama Prabowo sebagai presiden ke Singapura, serta menjadi Leaders’ Retreat pertama bagi kedua kepala pemerintahan setelah Pemilu di Singapura pada Mei 2025 lalu.

    “Pada retreat ini akan dibahas berbagai prioritas kerja sama strategis dalam konteks pemerintahan dan kabinet baru dari kedua negara. Isu-isu yang terkait dengan investasi di kedua negara di berbagai bedang juga akan banyak direncanakan, akan banyak dibahas,” paparnya.

    Kedua, Prabowo akan melanjutkan kunjungan kenegaraannya ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Ketua Umum Partai Gerindra itu akan terbang ke Saint Petersburg, Rusia pada 18-20 Juni mendatang.

    Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi undangan dari Presiden Putin untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia, serta sekaligus menghadiri Saint Petersburg International Economic Forum.

    Di sisi lain, kunjungan Prabowo pertama kali ke Rusia sebagai Presiden ini juga masih dalam rangka peringatan 75 tahun hubungan diplomatik dengan Rusia.

    “Dalam pertemuan bilateral nanti, kunjungan ini juga diharapkan akan membahas perkembangan kerja sama bilateral serta melakukan tukar pikiran di antara para leaders terkait dengan isu-isu regional dan global yang menjadi common concern,” ujar Roy.

    Khususnya pada acara Saint Petersburg International Economic Forum itu, Prabowo dijadwalkan untuk menyampaikan pidato pada sesi pembukaan dan sesi pleno bersama dengan Presiden Putin.

    “Ini sebenarnya hal yang sudah pernah dijadwalkan sebelumnya hanya tertunda sehingga baru bisa terlaksana minggu depan bila tidak ada halangan,” terang Roy.

  • 8
                    
                        Ketika Prabowo Pilih ke Rusia Ketimbang Hadiri KTT G7 di Kanada…
                        Nasional

    8 Ketika Prabowo Pilih ke Rusia Ketimbang Hadiri KTT G7 di Kanada… Nasional

    Ketika Prabowo Pilih ke Rusia Ketimbang Hadiri KTT G7 di Kanada…
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Presiden
    Prabowo
    Subianto tidak akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada. Sebab, Kepala Negara bakal memenuhi undangan dari Presiden
    Rusia

    Vladimir Putin
    dan menghadiri St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025.
    Hal itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Ruliansyah (Roy) Soemirat.
    Diketahui, Prabowo diundang hadir sebagai tamu istimewa dalam
    KTT G7
    di Kanada pada 17 Juni 2025. Tetapi, Prabowo pada hari yang sama harus ke Rusia setelah dari Singapura, untuk menghadiri SPIEF 2025.
    Roy Soemirat mengatakan,
    Presiden Prabowo
    lebih memilih hadir ke Rusia karena Putin lebih dulu memberikan undangan.
    Selain itu, Prabowo juga mendapat undangan dari Singapura untuk menghadiri Anual Leaders Retreat yang berbarengan dengan KTT G7.
    “Jadi undanganya sudah datang duluan, dan Bapak Presiden sudah komit untuk hadir dan memenuhi tanggal-tanggal yang ditawarkan oleh kedua pihak (Rusia dan Singapura),” kata Roy kepada
    Kompas.com
    melalui telepon, Kamis (12/6/2025).
    Menurut Roy, undangan Rusia dan Singapura tersebut sudah dilayangkan sejak awal tahun 2025.
    Sementara itu, undangan untuk menghadiri KTT G7 baru disampaikan langsung oleh Perdana Menteri (PM) Kanada, Mark Caney pada 6 Juni 2025.
    “Nah, karena datangnya belakangan, juga sudah dipertimbangkan segala macam mengenai substansi, ataupun juga mengenai
    scheduling
    lainnya, maka dengan berat hati disampaikan bahwa karena ada konflik di schedule dengan janji-janji sebelumnya maka tidak bisa hadir,” ujar Roy.
    Namun, Roy menyebut, Presiden Prabowo sudah menelepon secara langsung PM Kanada, Mark Carney karena tidak bisa memenuhi undangannya.
    Dalam percakapan itu, Prabowo disebut tetap menyampaikan dukungan terhadap penyelenggaraan KTT G7 dan mendorong penguatan berbagai kerja sama antara G7 dan negara-negara non-G7.
    “Itu disampaikan langsung oleh Bapak Presiden pada Perdana Menteri Kanada pada saat berlangsungnya telepon antara kedua pimpinan (negara),” kata Roy.
    Dengan batalnya menghadiri KTT G7 di Kanada, Prabowo dijadwalkan akan menghadiri Anual Leaders Retreat di Singapura pada 16 Juni 2025.
    Kemudian, melanjutkan perjalanannya ke Rusia pada 18-20 Juni 2025.
    Dalam kunjungannya di Rusia, Prabowo akan bertemu Putin dan juga akan menghadiri acara SPIEF 2025.
    Dalam acara itu, Prabowo bakal memberikan pidato pengantar bersama Putin.
    Kunjungan
    Prabowo ke Rusia
    juga dirangkai dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
    Dikutip dari
    Antaranews
    , Prabowo dan Putin akan membahas perkembangan kerja sama bilateral serta bertukar pikiran mengenai isu-isu kawasan dan global yang menjadi perhatian bersama.
    Selain itu, sejumlah nota kesepahaman (MoU) bakal diditandatangani dalam kunjungan Prabowo ke Rusia. Di antaranya mencakup bidang pengembangan transportasi, pembangunan kapal, pendidikan, ekonomi kreatif, dan teknologi komputer.
    Sebelum pertemuan Prabowo dan Putin, Roy menyebut, pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov akan berlangsung terlebih dahulu di Moskow.
    Terkait rencana kunjungan Prabowo ke Rusia, sebelumnya telah diungkapkan Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov pada April lalu.
    Tolchenov mengatakan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan kunjungan Presiden Prabowo ke Rusia yang berlangsung pada Juni ini.
    “Rencana kunjungan ini sudah dikonfirmasi oleh pihak Indonesia, dan kami akan mempersiapkan secara baik agenda penting ini,” kata Dubes Tolchenov dalam temu media di Jakarta pada 28 April 2025, dikutip dari
    Antaranews
    .
    Dubes Rusia turut mengharapkan supaya Presiden Prabowo dapat memanfaatkan kehadirannya di SPIEF 2025 untuk menyampaikan visi dan pandangannya terkait situasi ekonomi di dunia, kemudian di kawasan, dan bagaimana Indonesia menghadapi isu-isu global.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 8
                    
                        Ketika Prabowo Pilih ke Rusia Ketimbang Hadiri KTT G7 di Kanada…
                        Nasional

    1 Prabowo Dianggap Tepat Pilih Putin daripada ke KTT G7: Di Rusia Jadi Tamu Utama, di Kanada Jadi Pendengar Nasional

    Prabowo Dianggap Tepat Pilih Putin daripada ke KTT G7: Di Rusia Jadi Tamu Utama, di Kanada Jadi Pendengar
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia,
    Hikmahanto Juwana
    , menilai langkah Presiden
    Prabowo Subianto
    untuk menghadiri undangan Presiden
    Rusia
    , Vladimir Putin, ketimbang hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 sudah tepat.
    Menurut Hikmahanto, setidaknya ada tiga alasan mengapa langkah Prabowo dinilai tepat dan menguntungkan posisi Indonesia di kancah global.
    “Pertama, kalau Presiden ke Kanada, seolah-olah Indonesia berpihak ke negara-negara barat yang tergabung dalam OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). Nah, kalau ke Rusia, akan dipersepsikan Indonesia (serius) ke BRICS (organisasi ekonomi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan),” kata Hikmahanto kepada Kompas.com, Kamis (12/6/2025).
    Untuk diketahui, saat ini Indonesia telah tergabung sebagai anggota BRICS Plus.
    Alasan kedua, langkah Prabowo ke Rusia akan memberikan kesempatan lebih besar untuk membicarakan nasib rakyat Palestina di Gaza.
    “Ini penting karena AS selalu berada di belakang Israel. Pengimbangnya hanya Rusia dan China,” imbuhnya.
    Alasan ketiga, Indonesia bukan bagian dari negara
    KTT G7
    dan hanya diposisikan sebagai negara berkembang dalam forum tersebut.
    Substansi dan daya tawar Indonesia jauh lebih baik dalam kunjungan ke Rusia, karena bisa jadi akan ada kesepakatan-kesepakatan bilateral yang baru antar kedua negara.
    “Kunjungan Presiden ke Rusia akan menjadi tamu utama, tidak kalau kunjungan ke Kanada (KTT G7),” ucapnya.
    “Kehadiran Presiden hanya sekadar mendengarkan perspektif negara berkembang, meski Kanada menjanjikan penerimaan Presiden (Prabowo) sebagai tamu kehormatan,” ucapnya.
    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto tidak menghadiri undangan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada sebagai tamu dan memilih menghadiri undangan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Ruliansyah (Roy) Soemirat, mengatakan bahwa Presiden Prabowo lebih memilih pergi ke Rusia karena Putin lebih dulu mengundangnya.
    Sedangkan forum KTT G7 yang akan digelar di Kanada berbarengan dengan undangan yang disampaikan Putin.
    Selain itu, Prabowo juga mendapat undangan dari Singapura untuk menghadiri Anual Leaders Retreat yang berbarengan dengan KTT G7.
    “Jadi undangannya sudah datang duluan, dan Bapak Presiden sudah komit untuk hadir dan memenuhi tanggal-tanggal yang ditawarkan oleh kedua pihak (Rusia dan Singapura),” kata Roy.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Prabowo Pilih Bertemu Putin, Batal Hadiri KTT G7 di Kanada

    Prabowo Pilih Bertemu Putin, Batal Hadiri KTT G7 di Kanada

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto tidak akan menghadiri outreach session pada perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang akan berlangsung di Kanada pada tanggal 17 Juni 2024. Hal itu lantaran Prabowo telah lebih dulu berkomitmen untuk bertandang ke Singapura dan Rusia. 

    Sebelumnya, Prabowo telah menerima secara resmi undangan untuk menghadiri salah satu sesi di KTT G7 itu. Namun, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah mengonfirmasi bahwa Presiden tidak akan hadir pada pertemuan antara pemimpin negara G7 serta negara nonanggota sekaligus lembaga internasional itu. 

    “Karena adanya beberapa komitmen pertemuan Bapak Presiden, baik itu terkait dengan pertemuan di Singapura dan juga dengan partisipasi di forum di Rusia, maka Bapak Presiden tidak dapat hadir pada pertemuan tersebut,” ujar Juru Bicara Kemlu Rolliansyah Soemirat pada taklimat media, Kamis (12/6/2025). 

    Meski demikian, pria yang akrab disapa Roy Soemirat itu mengatakan bahwa undangan untuk menghadiri KTT G7 itu sudah diterima dari PM Kanada Mark Carney. Hal itu juga, katanya, menunjukkan bahwa Indonesia dipandang penting dan signifikan pada politik global saat ini kendati bukan negara anggota.

    Di sisi lain, Prabowo juga sudah menyampaikan dukungannya kepada Kanada yang menjadi tuan rumah KTT G7 itu untuk terus mendorong kolaborasi antara negara-negara adidaya serta negara nonanggota maupun lembaga internasional.

    “Dan itu sudah disampaikan langsung oleh Bapak Presiden kepada Perdana Menteri Kanada pada saat berlangsungnya teleponnya antara kedua pimpinan,” kata Roy

    Agenda Prabowo

    Adapun Prabowo akan mengunjungi dua negara sahabat mulai dari awal pekan depan. Pertama, dia akan menghadiri pertemuan bilateral dan Leaders’ Retreat di Singapura. Pada kunjungan tersebut, Presiden ke-8 RI itu akan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Singapura serta Presiden Singapura. 

    Roy menyebut ini akan menjadi kunjungan pertama Prabowo sebagai presiden ke Singapura, serta menjadi Leaders’ Retreat pertama bagi kedua kepala pemerintahan setelah Pemilu di Singapura pada Mei 2025 lalu. 

    “Pada retreat ini akan dibahas berbagai prioritas kerja sama strategis dalam konteks pemerintahan dan kabinet baru dari kedua negara. Isu-isu yang terkait dengan investasi di kedua negara di berbagai bedang juga akan banyak direncanakan, akan banyak dibahas,” paparnya.

    Kedua, Prabowo akan melanjutkan kunjungan kenegaraannya ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Ketua Umum Partai Gerindra itu akan terbang ke Saint Petersburg, Rusia pada 18-20 Juni mendatang.

    Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi undangan dari Presiden Putin untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia, serta sekaligus menghadiri Saint Petersburg International Economic Forum. 

    Di sisi lain, kunjungan Prabowo pertama kali ke Rusia sebagai Presiden ini juga masih dalam rangka peringatan 75 tahun hubungan diplomatik dengan Rusia.

    “Dalam pertemuan bilateral nanti, kunjungan ini juga diharapkan akan membahas perkembangan kerja sama bilateral serta melakukan tukar pikiran di antara para leaders terkait dengan isu-isu regional dan global yang menjadi common concern,” ujar Roy.

    Khususnya pada acara Saint Petersburg International Economic Forum itu, Prabowo dijadwalkan untuk menyampaikan pidato pada sesi pembukaan dan sesi pleno bersama dengan Presiden Putin. 

    “Ini sebenarnya hal yang sudah pernah dijadwalkan sebelumnya hanya tertunda sehingga baru bisa terlaksana minggu depan bila tidak ada halangan,” terang Roy.

  • 9
                    
                        Prabowo Batal ke KTT G7, Pilih Temui Putin di Rusia
                        Nasional

    9 Prabowo Batal ke KTT G7, Pilih Temui Putin di Rusia Nasional

    Prabowo Batal ke KTT G7, Pilih Temui Putin di Rusia
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI,
    Roy Soemirat
    mengatakan, Presiden
    Prabowo Subianto
    batal memenuhi undangan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada pada 17 Juni 2025.
    Dia mengatakan, pembatalan Prabowo hadir dalam
    KTT G7
    karena telah memiliki janji lebih awal untuk memenuhi undangan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.
    “Maka Bapak Presiden tidak dapat hadir pada pertemuan (KTT G7) tersebut,” kata Roy saat dikonfirmasi melalui telepon, Kamis (12/6/2025).
    Roy mengatakan, Prabowo sudah menelepon secara langsung Perdana Menteri Kanada,
    Mark Carney
    karena tidak bisa memenuhi undangannya.
    Dalam percakapan itu, kata Roy, Prabowo tetap menyampaikan dukungan terhadap penyelenggaraan KTT G7 dan mendorong penguatan berbagai kerja sama antara G7 dan negara-negara non-G7.
    “Itu disampaikan langsung oleh Bapak Presiden pada Perdana Menteri Kanada pada saat berlangsungnya telepon antara kedua pimpinan (negara),” imbuhnya.
    Sebelumnya, Presiden Prabowo diundang dalam forum KTT G7 sebagai tamu. Undangan itu disampaikan langsung PM Kanada Mark Carney pada Jumat (6/6/2025).
    Namun Prabowo tidak bisa menghadiri undangan tersebut, karena di saat yang bersamaan ia menghadiri undangan yang lebih awal disampaikan oleh Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
    Prabowo dijadwalkan akan menghadiri undangan kedua pimpinan negara tersebut karena telah lebih dulu membuat janji.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Heboh Aplikasi Baru Pengganti WhatsApp, Ternyata Buatan Pemerintah

    Heboh Aplikasi Baru Pengganti WhatsApp, Ternyata Buatan Pemerintah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia berencana membuat aplikasi pengiriman pesan untuk menggantikan WhatsApp dan Telegram. Aplikasi itu akan diintegrasikan dengan layanan milik pemerintah setempat.

    Parlemen Rusia juga telah memberikan suara untuk pengembangan aplikasi tersebut. Wakil kepala komisi kebijakan informasi parlemen, Anton Gorelkin mengatakan aplikasi tersebut akan memiliki fungsi pengiriman pesan dan bisa melakukan panggilan telepon.

    Dia juga menjanjikan aplikasi buatan Rusia punya fungsionalitas yang berbeda dan tidak dimiliki WhatsApp maupun Telegram.

    “Keunggulan utama platform adalah integrasi mendalam dengan layanan pemerintah,” kata Gorelkin dikutip dari Reuters, Rabu (11/6/2025).

    Kini rancangan undang-undang untuk membuat aplikasi masih harus melewati majelis tinggi parlemen. Selain itu harus mendapatkan tanda tangan presiden Vladimir Putin untuk lolos menjadi undang-undang.

    Dalam pertemuan dengan Putin pekan lalu, Menteri Pengembangan Digital Maksut Shadayev telah mengusulkan integrasi layanan pemerintah dengan aplikasi pengiriman pesan buatan dalam negeri. Dia juga menyoroti kekurangan Rusia terkait hal ini dibandingkan negara lain.

    Perusahaan media sosial VK juga dipuji Shadayev karena berhasil mengembangkan layanan berbagi video dan bersaing dengan Youtube yang dimiliki raksasa teknologi Alphabet.

    Rusia memang telah lama berupaya untuk membangun kedaulatan digital di dalam negeri. Caranya dengan mempromosikan penggunaan layanan milik negara tersebut dan meninggalkan platform asing.

    Dorongan untuk melakukannya kian mendesak setelah perang Rusia dan Ukraina pecah pada Februari 2022 lalu. Sejak saat itu sejumlah platform asal negara Barat menarik diri dari pasar Moskow.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]