Tag: Vladimir Putin

  • Rusia Klaim Torpedo Nuklir Poseidon Mampu Lumpuhkan Amerika: Daya Ledak 100 Megaton

    Rusia Klaim Torpedo Nuklir Poseidon Mampu Lumpuhkan Amerika: Daya Ledak 100 Megaton

    GELORA.CO – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (28/10/2025) kemarin mengklaim kalau negaranya berhasil menguji torpedo Poseidon bertenaga nuklir.

    Torpedo Poseidon adalah sebuah pesawat nirawak bawah air jarak jauh yang mampu membawa hulu ledak nuklir. 

    Seorang anggota parlemen senior Rusia menggambarkan senjata itu cukup kuat untuk melumpuhkan seluruh negara, termasuk Amerika Serikat (AS), negara saingan utama Rusia.

    Klaim menambahkan, senjatanya ini nyaris tidak bisa ditangkis oleh sistem pertahanan udara mana pun di dunia.

    Apa yang Penting dari Informasi Ini

    Klaim suksesnya uji coba torpedo Poseidon baru Rusia yang bertenaga nuklir dan berkemampuan nuklir menandai eskalasi signifikan dalam perlombaan senjata strategis global khususnya bagi Rusia dan negara-negara Barat. 

    Sistem persenjataan Poseidon—yang terkadang disebut di media Barat sebagai “tornado super nuklir”—dirancang untuk menghindari sistem pertahanan rudal Amerika Serikat (AS), pentolan aliansi NATO.

    Persenjataan ini juga berpotensi mengirimkan gelombang pasang radioaktif dahsyat terhadap target-target pesisir.

    Uji coba ini dilakukan di tengah ketegangan hubungan AS-Rusia akibat perang dengan Ukraina.

    Hal ini juga menandai dinamika baru perlombaan senjata yang kembali memanas, dan meningkatnya postur nuklir di kedua belah pihak. 

    Para analis militer menyoroti peran psikologis dan strategis senjata ini dalam menghambat kemajuan pertahanan rudal AS, serta potensinya untuk memengaruhi negosiasi pengendalian senjata antara Washington dan Moskow.

    Apa yang Perlu Diketahui

    Menurut laporan Reuters, dalam pertemuan dengan tentara Rusia yang terluka di Ukraina, Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan tentang Poseidon.

    “Untuk pertama kalinya, kami tidak hanya berhasil meluncurkannya dengan mesin peluncur dari kapal selam pengangkut, tetapi juga meluncurkan unit tenaga nuklir yang telah digunakan perangkat ini selama jangka waktu tertentu. Ini adalah kesuksesan yang luar biasa.”

    Poseidon, yang secara resmi dikenal sebagai Sistem Multiguna Kelautan Status-6, adalah torpedo bawah air otonom bertenaga nuklir yang mampu membawa hulu ledak nuklir, dengan laporan yang menunjukkan daya ledak hingga 100 megaton.

    Torpedo ini dilaporkan beroperasi dengan kecepatan tinggi (hingga 54 knot) dan dapat mencapai kedalaman 1.000 meter, sebagaimana dijelaskan oleh analis keamanan nasional Steve Balestrieri dalam National Security Journal.

    Para analis menggambarkan tujuan utama pembuatan rudal ini sebagai pencegah strategis—yang dimaksudkan untuk menerobos sistem rudal anti-balistik AS yang dikembangkan setelah penarikan AS dari Perjanjian ABM tahun 1972.

    Implikasi strategis dan lingkungannya signifikan.

    Hulu ledak Poseidon diduga merupakan bom kobalt, yang memaksimalkan kontaminasi radioaktif jangka panjang.

    Menurut model NukeMap yang dikutip oleh Balestrieri, sebuah ledakan dapat membuat area seluas sekitar 1.700 x 300 kilometer tidak dapat dihuni karena dampak radioaktif atau memicu “tsunami nuklir” di kota-kota pesisir.

    Kutipan Pernyataan

    Presiden Rusia Vladimir Putin:

    “Kekuatan Poseidon jauh melampaui rudal antarbenua tercanggih kami, Sarmat. Tak ada yang menandinginya di dunia.”

    Ketua Komite Pertahanan Duma Negara Rusia, Andrei Kartapolov :

    “Ini sungguh jenis senjata yang sangat ampuh yang mampu melumpuhkan atau melumpuhkan seluruh negara dari perang. Saat ini belum ada penawar dan penanggulangannya. Tidak ada yang punya analognya.”

    Apa yang Terjadi Selanjutnya

    Uji coba sistem Poseidon oleh Rusia terjadi di tengah kembali merebaknya perdebatan global mengenai pengendalian senjata nuklir.

    Para pengamat berpendapat bahwa uji coba ini meningkatkan tekanan pada Amerika Serikat dan NATO untuk mempertimbangkan kembali kebijakan saat ini dan beradaptasi dengan pengenalan drone nuklir bawah air yang mampu menghindari perisai rudal balistik.

    Para pemimpin AS, termasuk Presiden Donald Trump, secara konsisten mendesak Rusia untuk menghentikan eskalasi nuklir dan telah menjatuhkan sanksi yang menargetkan sektor pertahanan dan energi Rusia.

    Prospek penempatan unit Poseidon di kapal selam Rusia juga menimbulkan kekhawatiran terkait keselamatan nuklir, risiko eskalasi, dan dampak lingkungan.

  • Kesindir Rusia Bikin Trump Minta Uji Coba Senjata Nuklir

    Kesindir Rusia Bikin Trump Minta Uji Coba Senjata Nuklir

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Departemen Pertahanan AS atau Pentagon segera menguji coba senjata nuklir. Perintah Trump itu disampaikan setelah tersindir Rusia.

    Rusia mengumumkan keberhasilan uji coba terakhir rudal jelajah bertenaga nuklir baru yang tidak dimiliki siapa pun. Presiden Rusia Vladimir Putin memuji senjata berkemampuan nuklir itu ‘unik’ dengan jangkauan yang diklaimnya ‘tidak terbatas’.

    “Uji coba yang menentukan kini telah selesai,” ujar Putin dalam video yang dirilis Kremlin saat bertemu dengan para pejabat militer seperti dilansir AFP, Minggu (26/10).

    Rudal itu disebut memiliki jangkauan hingga 14.000 kilometer. Putin memerintahkan persiapan infrastruktur untuk menempatkan senjata tersebut di angkatan bersenjata Rusia.

    “Ini adalah senjata unik yang tidak dimiliki siapa pun di dunia,” ujar Putin, yang mengenakan seragam loreng dalam pertemuan di titik komando dengan para jenderal Rusia yang mengawasi perang di Ukraina.

    Dalam pernyataan yang dirilis Kremlin, Putin menuturkan pernah diberitahu sejumlah spesialis Rusia kalau senjata semacam itu tidak mungkin dibuat. Namun sekarang, Putin mengatakan “pengujian krusial” telah selesai dilakukan.

    “Kekuatan strategis mampu menjamin keamanan nasional Federasi Rusia dan negara kesatuan secara menyeluruh,” kata Putin.

    Otoritas Rusia juga mengklaim senjata berkemampuan nuklir tersebut mampu menghindari sistem pertahanan apa pun. Dikatakan oleh Moskow bahwa rudal 9M730 Burevestnik (Storm Petrel) merupakan senjata “tak terkalahkan” oleh sistem pertahanan rudal saat ini dan di masa mendatang, dengan jangkauan yang hampir tak terbatas dan jalur penerbangan tak terduga.

    Selama uji coba terakhir pada 21 Oktober, rudal tersebut menghabiskan ‘sekitar 15 jam’ terbang sejauh 14.000 Km. Kepala Staf Militer Rusia Valery Gerasimov menyebut jarak tersebut bukanlah batas maksimum untuk senjata tersebut.

    “Karakteristik teknis Burevestnik memungkinkannya digunakan dengan presisi terjamin terhadap lokasi-lokasi yang sangat terlindungi, berapa pun jaraknya,” ujarnya.

    Trump Sindir Putin

    Trump mengkritik uji coba rudal bertenaga nuklir yang baru saja dilakukan Rusia. Trump menyindir Putin seharusnya mengakhiri perang dengan Ukraina, bukannya melakukan uji coba rudal.

    “Dia seharusnya mengakhiri perang (di Ukraina). Perang yang seharusnya berlangsung selama satu minggu, saat ini akan segera memasuki tahun keempat. Itulah yang seharusnya dia lakukan, alih-alih menguji coba rudal,” kata Trump dalam komentarnya, seperti dilansir AFP, Senin (27/10/2025).

    Pernyataan itu disampaikan Trump kepada wartawan di pesawat kepresidenan AS Air Force One, saat dia sedang melakukan kunjungan ke kawasan Asia.

    Putin tak menggubris sindiran Trump. Dia justru kembali menguji coba pesawat nirawak bawah air bertenaga nuklir.

    Dilansir AFP, Rabu (29/10/2025), Putin mengawasi uji coba senjata berkemampuan nuklir canggih lainnya–rudal jelajah Burevestnik, yang menurutnya memiliki jangkauan tak terbatas.

    “Kemarin, uji coba lain dilakukan untuk sistem prospektif lainnya–perangkat bawah air tak berawak ‘Poseidon,’ yang juga dilengkapi dengan unit tenaga nuklir,” kata Putin dalam pernyataan yang disiarkan televisi saat mengunjungi rumah sakit militer yang merawat tentara Rusia yang terluka di Ukraina.

    Pemimpin Rusia itu mengatakan tidak ada cara untuk mencegat torpedo pesawat nirawak tersebut, yang menurut Putin, dapat melaju dengan kecepatan lebih tinggi daripada kapal selam konvensional dan mencapai benua mana pun di dunia.

    Putin mengatakan tidak ada negara yang dapat menandingi kecepatan dan kedalaman penyelaman Poseidon, dan menambahkan, “kemungkinan besar hal serupa tidak akan terjadi dalam waktu dekat.”

    Perangkat tersebut dapat beroperasi pada kedalaman lebih dari satu kilometer (0,6 mil) dan melaju dengan kecepatan hingga 70 knot tanpa terdeteksi, menurut sebuah sumber di kompleks industri militer Rusia yang dikutip oleh kantor berita negara TASS. Pertama kali diuji pada tahun 2018, perangkat tersebut mampu membawa hulu ledak nuklir hingga dua megaton, kata sumber tersebut kepada TASS.

    Trump Langsung Minta Pentagon Uji Coba Senjata Nuklir

    Trump memerintahkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon untuk segera memulai uji coba senjata nuklir. Trump mengungkit soal Rusia dan China saat mengumumkan hal tersebut.

    “Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain mana pun. Hal ini telah dicapai, termasuk pembaruan dan renovasi total terhadap senjata yang sudah ada, selama masa jabatan pertama saya. Karena daya rusaknya yang luar biasa, saya SANGAT TIDAK SUKA melakukannya, tetapi tidak punya pilihan!” kata Trump seperti dilansir Reuters dan The Guardian, Kamis (30/10/2025),

    “Rusia berada di posisi kedua, dan China di posisi ketiga, tetapi akan sama dalam waktu 5 tahun,” sebutnya.

    “Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang (nama baru Departemen Pertahanan-red) untuk memulai uji coba senjata nuklir kita secara setara,” ujar Trump dalam pernyataannya.

    “Proses itu akan segera dimulai,” cetusnya.

    Pengumuman Trump itu disampaikan kurang dari satu jam sebelum pertemuannya dengan Xi di Korsel yang dijadwalkan pada Kamis (30/10) pagi waktu setempat, dalam upaya mencapai gencatan senjata perang dagang kedua negara.

  • Trump Perintahkan Uji Coba Senjata Nuklir AS, China Bilang Gini

    Trump Perintahkan Uji Coba Senjata Nuklir AS, China Bilang Gini

    Beijing

    China menanggapi pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal negaranya akan segera memulai kembali uji coba senjata nuklir. Otoritas Beijing mengingatkan Washington untuk “secara sungguh-sungguh mematuhi” larangan uji coba nuklir global.

    Tanggapan China itu, seperti dilansir AFP, Kamis (30/10/2025), disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, setelah Trump mengumumkan bahwa dirinya telah memerintahkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon untuk segera memulai uji coba senjata nuklir.

    Trump mengungkit soal Rusia dan China saat mengumumkan hal tersebut via media sosial pada Kamis (30/10).

    “China mengharapkan Amerika Serikat akan sungguh-sungguh mematuhi kewajiban perjanjian larangan-uji coba-nuklir komprehensif dan komitmennya terhadap larangan uji coba nuklir, serta mengambil tindakan nyata untuk menjaga sistem perlucutan senjata dan nonproliferasi nuklir global dan menjaga keseimbangan dan stabilitas strategis global,” kata Guo dalam pernyataannya.

    Pengumuman Trump itu disampaikan kurang dari satu jam sebelum pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping digelar di Busan, di Korea Selatan (Korsel) pada Kamis (30/10) pagi. Trump juga berada di Korsel untuk menghadiri forum KTT APEC.

    “Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain mana pun. Hal ini telah dicapai, termasuk pembaruan dan renovasi total terhadap senjata yang sudah ada, selama masa jabatan pertama saya. Karena daya rusaknya yang luar biasa, saya SANGAT TIDAK SUKA melakukannya, tetapi tidak punya pilihan!” kata Trump dalam pernyataannya via media sosial Truth Social pada Kamis (30/10).

    “Rusia berada di posisi kedua, dan China di posisi ketiga, tetapi akan sama dalam waktu 5 tahun,” sebutnya.

    “Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang (nama baru Departemen Pertahanan-red) untuk memulai uji coba senjata nuklir kita secara setara,” ujar Trump dalam pernyataannya.

    “Proses itu akan segera dimulai,” cetusnya.

    Postingan tersebut disampaikan Trump setelah Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Rabu (29/10), mengumumkan negaranya sukses menguji coba drone Poseidon bertenaga nuklir pekan ini. Itu menjadi uji coba senjata nuklir kedua yang dilakukan oleh Moskow beberapa waktu terakhir, setelah sebelumnya mengklaim sukses menguji coba rudal jelajah Burevestnik yang berkemampuan nuklir.

    Rusia, menurut The Guardian, saat ini memiliki lebih banyak senjata nuklir dibandingkan AS — yang menepis klaim Trump. Data dari Campaign to Abolish Nuclear Weapons menyebutkan bahwa Moskow memiliki lebih dari 5.500 hulu ledak nuklir yang terkonfirmasi, sedangkan Washington memiliki 5.044 senjata nuklir.

    Sementara itu, AS terakhir kali melakukan uji coba nuklir pada 23 September 1992 silam, di lokasi yang sekarang disebut sebagai Nevada National Security Site. Presiden AS pada saat itu, George HW Bush, mengumumkan moratorium uji coba nuklir bawah tanah pada tahun yang sama.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Jreng! Trump & Xi Jinping Bertemu Hari Ini, 7 Hal Penting Dibahas

    Jreng! Trump & Xi Jinping Bertemu Hari Ini, 7 Hal Penting Dibahas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal bertemu Presiden China Xi Jinping, hari ini, Kamis (30/10/2025). Keduanya akan melakukan dialog langsung terkait eskalasi kedua negara, di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

    Trump telah menggembar-gemborkan kemungkinan tercapainya kesepakatan. Sementara Xi Jinping secara khas bersikap hati-hati terhadap prospek tersebut.

    “Trump bersifat personal dan improvisasional. Xi sebaliknya,” kata peneliti senior di Brookings Institution, Ryan Hass, dikutip AFP.

    “Trump senang membuat kesepakatan. Xi berkonsentrasi pada pengembangan strategi jangka panjang,” tegasnya.

    Trump sendiri sebenarnya secara konsisten memuji hubungan pribadinya dengan Xi, bahkan menyebutnya sebagai “teman” yang “dihormatinya”. Namun Xi Jinping tampak tidak terlalu antusias.

    Namun dalam sejarahnya, kedua memang pernah menghabiskan waktu bersama di resor Mar-a-Lago milik Trump tahun 2017. Kala itu ia memuji bahasa China cucu Trump.

    Ia pun pernah menjamu Presiden AS dalam kunjungan kenegaraan ke Beijing pada tahun yang sama. Membangun kembali hubungan pribadi keduanya, dianggap para analis sebenarnya dapat menstabilkan hubungan yang mudah memanas antara kedua negara.

    “Hubungan mereka mungkin merupakan hal terbaik yang terjadi dalam hubungan AS-China saat ini,” kata mantan diplomat tinggi AS untuk Asia Timur, Daniel Kritenbrink.

    Intinya pertemuan keduanya akan penting bagi perdagangan, tak hanya AS-China, tapi banyak negara. Berikut adalah isu-isu utama yang dapat dibahas kedua pemimpin, dirangkum CNBC Indonesia:

    Rare Earth (Mineral Penting Logam Tanah Jarang)

    Mineral penting logam tanah jarang (rare earth) akan menjadi pusat pembahasan kedua negara. Bidang strategis yang didominasi China ini, penting untuk manufaktur pertahanan, otomotif, dan elektronik baik AS, maupun global.

    Diketahui, China bulan lalu, memberlakukan kontrol ekspor yang luas ke komoditas tersebut. Hal itu memicu kemarahan Trump yang mengumumkan tarif balasan sebesar 100% untuk semua barang China, yang awalnya akan berlaku pada hari Sabtu nanti.

    Belum diketahui bagaimana keputusan akhir. Namun dalam pertemuan perwakilan AS dan China di sela-sela KTT ASEAN 26 Oktober memberi sinyal deeskalasi ketegangan, dengan Beijing menunda pengetatan ekspor dan AS menunda tarif, sampai kedua pemimpin bertemu.

    Fentanil

    Sudah dari awal Trump memberi tudingan ke China soal maraknya peredaran narkotika Fentanil di AS. Bahkan, Trump menerapkan tarif 20% untuk barang-barang impor dari China sejak Maret, karena menganggap ketidakmampuan beijing mengurusi itu.

    Namun, sehari sebelum pertemuan dengan Xi Jinping, Trump mengatakan ia berharap dapat menurunkan tarif tersebut. Tapi tetap, Tump mengklaim China belum berbuat cukup banyak untuk menghentikan perdagangan fentanil dan opioid ke negaranya.

    Sebenarnya, China sendiri sudah membantah hal tersebut. Pemerintah Xi Jinping mengatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan Washington dan bahwa tarif tidak akan menyelesaikan masalah narkoba.

    Kedelai

    Kedelai merupakan komoditas penting bagi ekspor AS. Namun, kasus fentanil membuat Beijing menggunakannya untuk membalas Trump.

    China mengenakan pungutan terhadap produk pertanian AS, termasuk kedelai.

    Lebih dari separuh ekspor kedelai AS dikirim ke China tahun lalu, tetapi Beijing menghentikan semua pesanan seiring memanasnya sengketa perdagangan.

    Para petani AS sangat terdampak oleh perang tarif ini. Mereka merupakan sumber utama dukungan politik domestik bagi Trump.

    Sebenarnya, perundingan perdagangan di Malaysia pada akhir pekan lalu, mengatakan Beijing telah menyetujui pembelian “substansial” kedelai AS. Tapi pembahasan lebih lanjut akan dilakukan di pertemuan Trump dan Xi nanti.

    Perang Ukraina

    Trump mengatakan akan membahas serangan Rusia ke Ukraina dengan Xi Jinping. AS telah mendesak pembeli energi utama Rusia, termasuk China, mengurangi pembelian minyak Moskow.

    AS dan Ukraina mengatakan pembelian itu mendanai mesin perang Rusia. China, mitra dagang utama Rusia, mengatakan bahwa mereka adalah pihak yang netral dalam konflik ini.

    Trump telah berupaya memanfaatkan kedekatan pribadinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi sejauh ini gagal mencapai kemajuan dalam mengakhiri perang. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Selasa mendesak Trump untuk menekan Xi Jinping agar menghentikan dukungan bagi Rusia ketika mereka bertemu.

    Taiwan

    Taiwan telah lama menjadi titik api dalam hubungan AS-Tiongkok. Beijing menganggap pulau dengan pemerintahan sendiri itu sebagai bagian dari wilayahnya, meski Taipe sebaliknya.

    Sebenarnya AS hanya mengakui China dan bukan Taiwan. Tetapi hukum AS mewajibkan penyediaan senjata bagi Taiwan untuk pertahanan diri.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan pada hari Sabtu bahwa AS tidak mempertimbangkan untuk “meninggalkan Taiwan” dengan imbalan kesepakatan perdagangan dengan China. Beijing dilaporkan telah meminta Trump untuk menyatakan secara eksplisit bahwa AS menentang kemerdekaan Taiwan.

    Chip

    Teknologi kecerdasan buatan juga diperkirakan akan dibahas. China telah menggenjot industri chip-nya untuk mengatasi pembatasan ekspor AS terhadap komponen penting yang digunakan untuk menggerakkan sistem AI.

    CEO raksasa cip AS Nvidia, Jensen Huang, pada hari Selasa memperingatkan bahwa Washington harus mengizinkan penjualan cip AI buatan AS di China, agar Silicon Valley tetap menjadi pusat kekuatan AI global.

    Chip perusahaannya saat ini tidak dijual di China karena kombinasi kekhawatiran keamanan nasional, larangan pemerintah Tiongkok, dan ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung.

    TikTok

    Nasib platform media sosial TikTok juga berada di ujung tanduk. AS telah berupaya merebutnya dari tangan perusahaan induk China, ByteDance, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional.

    Ekspektasi untuk kesepakatan ini tinggi.

    Trump menandatangani perintah eksekutif bulan lalu yang menyetujui penempatannya di bawah kendali sekelompok investor AS.

    “Penyelesaian transaksi dilakukan hari Kamis,” kata Menkeu Bessent.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Siaga PD 3, Rusia Mulai Arahkan Senjata Nuklir ke Eropa-Amerika

    Siaga PD 3, Rusia Mulai Arahkan Senjata Nuklir ke Eropa-Amerika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia sedang memperkuat kehadirannya di sebuah pangkalan di Lingkaran Arktik, termasuk menempatkan senjata nuklir yang tertuju ke Amerika Serikat (AS), menurut Menteri Pertahanan Norwegia Tore Sandvik. Peringatan ini muncul di tengah ketegangan Timur-Barat yang memburuk, diperparah oleh pembatalan pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Dalam wawancara dengan surat kabar Inggris, The Daily Telegraph, yang juga dikutip Newsweek, Sandvik secara spesifik merujuk pada wilayah Rusia di dalam Lingkaran Arktik, dekat Finlandia.

    “Rusia sedang membangun di Semenanjung Kola… tempat salah satu gudang senjata nuklir terbesar di dunia berada,” kata Sandvik, Minggu (26/10/2025) . “Senjata [nuklir] tersebut tidak hanya ditujukan ke Norwegia, tetapi juga ke Inggris dan melintasi kutub menuju Kanada dan AS.”

    Menteri Pertahanan Norwegia tersebut juga menekankan peran negaranya dalam aliansi NATO. Menurutnya, Moskow sedang mencoba memperkuat kekuatan nuklirnya di pintu aliansi itu.

    “Kami adalah mata dan telinga NATO di area ini, dan kami melihat mereka sedang menguji senjata baru, misalnya rudal hipersonik, dan mereka menguji torpedo bertenaga nuklir dan hulu ledak nuklir,” ungkapnya.

    Sandvik berpendapat bahwa dalam skenario perang dengan NATO, Rusia kemungkinan akan menargetkan Bear Gap (yang memisahkan Pulau Svalbard dari Norwegia daratan) serta GIUK Gap (celah antara Inggris, Islandia, dan Greenland).

    “Putin perlu membangun apa yang disebut pertahanan Benteng (Bastion defence). Dia perlu mengontrol Bear Gap untuk memastikan bahwa dia dapat menggunakan kapal selamnya dan Armada Utara. Dan dia ingin menolak akses sekutu NATO ke GIUK Gap,” jelas Sandvik.

    Hubungan antara Moskow dan negara-negara Barat memburuk drastis pada Februari 2022 ketika Presiden Putin memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina. Pekan lalu, ketegangan semakin meningkat setelah Presiden Trump mengumumkan tidak menginginkan “pertemuan yang sia-sia” dengan Putin di Budapest, menyusul penolakan pemimpin Rusia terhadap tuntutan gencatan senjata segera dari AS dan Eropa.

    Trump juga memperkenalkan paket sanksi baru yang menargetkan raksasa minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil. Hal ini bahkan memancing reaksi keras dari Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang menyebut aksi ini sebagai tindakan perang

    Di tengah situasi ini, kekerasan di Ukraina terus berlanjut. Serangan drone massal melanda Ukraina pada hari Rabu, menewaskan sedikitnya tujuh orang. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan serangan itu menghantam “kota-kota biasa” serta infrastruktur energi.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Putin Umumkan Sukses Uji Coba Rudal Nuklir dengan ‘Jangkauan Tak Terbatas’

    Putin Umumkan Sukses Uji Coba Rudal Nuklir dengan ‘Jangkauan Tak Terbatas’

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan keberhasilan uji coba terakhir rudal jelajah bertenaga nuklir baru, Burevestnik. Dia memuji senjata berkemampuan nuklir itu ‘unik’ dengan jangkauan yang diklaimnya ‘tidak terbatas’

    “Uji coba yang menentukan kini telah selesai,” ujar Putin dalam video yang dirilis Kremlin saat bertemu dengan para pejabat militer seperti dilansir AFP, Minggu (26/10/2025).

    Rudal itu disebut memiliki jangkauan hingga 14.000 kilometer. Putin memerintahkan persiapan infrastruktur untuk menempatkan senjata tersebut di angkatan bersenjata Rusia.

    Putin mengklaim rudal tersebut sebagai ‘ciptaan unik yang tak dimiliki siapa pun di dunia’. Dia juga menyebut Burevestnik memiliki ‘jangkauan tak terbatas’.

    Selama uji coba terakhir pada 21 Oktober, rudal tersebut menghabiskan ‘sekitar 15 jam’ terbang sejauh 14.000 Km. Kepala Staf Militer Rusia Valery Gerasimov menyebut jarak tersebut bukanlah batas maksimum untuk senjata tersebut.

    “Karakteristik teknis Burevestnik memungkinkannya digunakan dengan presisi terjamin terhadap lokasi-lokasi yang sangat terlindungi, berapa pun jaraknya,” ujarnya.

    Lihat juga Video: Usai Batal Bertemu Trump, Putin Pantau Militernya Latihan Nuklir

    (haf/imk)

  • Trump Tak Mau Buang Waktu Temui Putin Kecuali Ada Kesepakatan soal Ukraina

    Trump Tak Mau Buang Waktu Temui Putin Kecuali Ada Kesepakatan soal Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia tidak akan menjadwalkan pembicaraan apa pun dengan Presiden Vladimir Putin kecuali pemimpin Rusia itu serius ingin mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Trump mengaku tak ingin buang-buang waktu.

    “Saya harus tahu bahwa kita akan mencapai kesepakatan. Saya tidak akan membuang-buang waktu saya,” kata Trump kepada para wartawan di atas Air Force One dalam perjalanannya menuju Asia, seperti dilansir AFP, Minggu (26/10/2025).

    Trump mengatakan bahwa ia memiliki hubungan baik dengan Putin. Akan tetapi, pertemuan yang sebelumnya dijadwalkan yang kemudian dibatalkan kedua belah pihak membuat Trump kecewa.

    “Saya selalu memiliki hubungan yang baik dengan Vladimir Putin, tetapi ini sangat mengecewakan,” kata pemimpin AS itu.

    “Saya pikir ini akan tercapai sebelum perdamaian di Timur Tengah,” imbunya.

    Pada Rabu (22/10), Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada dua perusahaan minyak terbesar Rusia dan mengeluh bahwa pembicaraannya dengan Putin mengenai konflik di Ukraina “tidak membuahkan hasil.”

    Namun, miliarder Republik itu mengatakan ia berharap sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil hanya bersifat sementara dan bahwa “perang akan berakhir.”

    Putin mengakui sanksi tersebut “serius”. Akan tetapi, dia menekankan bahwa sanksi tersebut tidak cukup untuk merusak perekonomian Rusia secara signifikan.

    Ia menambahkan bahwa sanksi tersebut merupakan “tindakan tidak bersahabat” yang “tidak memperkuat hubungan Rusia-AS, yang baru saja mulai pulih.”

    Namun, pemimpin Rusia tersebut mengatakan ia tetap terbuka untuk berdialog dengan Trump.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut sanksi AS sebagai “pesan yang kuat dan sangat dibutuhkan bahwa agresi tidak akan dibiarkan begitu saja.”

    Uni Eropa menjatuhkan sanksi keras terhadap sektor minyak dan gas Rusia bersamaan dengan langkah-langkah AS.

    (lir/lir)

  • Trump Beri Sanksi 2 Raksasa Minyak Rusia, Putin Ancam Konsekuensi!

    Trump Beri Sanksi 2 Raksasa Minyak Rusia, Putin Ancam Konsekuensi!

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan negaranya tidak akan pernah tunduk pada tekanan dari Amerika Serikat (AS) atau kekuatan asing lainnya. Penegasan ini disampaikan setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua raksasa minyak Rusia. Putin pun mengancam akan ada konsekuensi untuk itu.

    Trump, pada Rabu (22/10), menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia dalam perubahan kebijakan yang tajam terkait perang Moskow di Ukraina, yang mendorong harga minyak global melonjak hampir 5 persen pada Kamis (23/10) dan India mempertimbangkan untuk mengurangi impor Rusia.

    Saat berbicara kepada wartawan, seperti dilansir Reuters, Jumat (24/10/2025), Putin mengatakan bahwa sanksi-sanksi AS dan Barat merupakan tindakan yang “tidak bersahabat” dan akan memiliki konsekuensi.

    “Itu akan memiliki konsekuensi tertentu, tetapi tidak akan secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi kita,” ucap Putin dalam pernyataannya.

    Ditegaskan oleh Putin bahwa sektor energi Rusia tetap merasa percaya diri.

    “Itu, tentu saja, merupakan upaya untuk menekan Rusia,” kata Putin. “Tetapi tidak ada negara yang menghargai diri sendiri dan tidak ada orang yang menghargai diri sendiri yang akan memutuskan apa pun di bawah tekanan,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Putin mengenang bahwa Trump pada masa jabatan pertamanya juga memberlakukan sanksi keras terhadap Rusia. Dia memperingatkan bahwa mengganggu ekspor dari Rusia — pengekspor minyak terbesar kedua di dunia — akan memicu lonjakan tajam harga minyak, termasuk di sejumlah pom bensin AS.

    Hal semacam itu, sebut Putin, akan menimbulkan ketidaknyamanan politik bagi Washington sendiri.

    Meskipun dampak finansial terhadap Rusia mungkin terbatas dalam jangka pendek, sanksi baru AS ini menjadi sinyal kuat dari niat Trump untuk menekan finansial Moskow dan berupaya memaksa Kremlin untuk mencapai kesepakatan damai, walaupun belum jelas apakah India akan benar-benar berhenti membeli minyak mentah Rusia.

    Sementara itu, mengenai rencana pertemuan dibatalkan Trump, Putin mengatakan bahwa pertemuan puncak itu dan lokasinya, yakni Budapest (ibu kota Hungaria), diusulkan oleh sang Presiden AS sendiri.

    “Apa yang bisa saya katakan? Dialog selalu lebih baik daripada semacam konfrontasi, daripada semacam perselisihan atau, terlebih lagi, perang,” kata Putin.

    Ketika ditanya soal laporan Wall Street Journal (WSJ) yang menyebut pemerintahan Trump mencabut pembatasan utama untuk penggunaan sejumlah rudal jarak jauh yang dipasok sekutu Barat kepada Ukraina, Putin menjawab: “Ini adalah upaya eskalasi.”

    “Tetapi jika senjata semacam itu digunakan untuk menyerang wilayah Rusia, responsnya akan sangat serius, bahkan mungkin membuat kewalahan. Biarkan mereka memikirkannya,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Harga Minyak Melompat 5% Setelah Donald Trump Beri Sanksi Perusahaan Rusia – Page 3

    Harga Minyak Melompat 5% Setelah Donald Trump Beri Sanksi Perusahaan Rusia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak melonjak lebih dari 5% pada perdagangan Kamis, 23 Oktober 2025 waktu setempat. Kenaikan harga minyak terjadi setelah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap dua perusahaan minyak mentah terbesar Rusia. Hal ini dengan alasan kurangnya komitmen serius Moskow terhadap proses perdamaian untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Mengutip CNBC, Jumat (24/10/2025), harga minyak Brent naik USD 3,4 atau 5,43% ditutup ke posisi USD 65,99 per barel. Harga minyak mentah AS bertambah USD 3,29 atau 5,62% ditutup menjadi USD 61,79 per barel.

    “Sekaranglah saatnya untuk menghentikan pembunuhan dan untuk gencatan senjata,” ujar Menteri Keuangan Scott Bessent saat mengumumkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil.

    “Departemen Keuangan siap mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan untuk mendukung upaya Presiden Trump untuk mengakhir perang lainnya,” ujar Bessent.

    “Kami mendorong sekutu kami untuk bergabung dengan kami dan mematuhi sanksi ini,” ia menambahkan.

    Departemen Keuangan mengatakan, sanksi baru tersebut akan merugikan kemampuan Kremlin untuk mengumpulkan penghasilan guna mendanai perangnya melawan Ukraina.

    Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada NBC News, sanksi baru tersebut terkait dengan rencana pertemuan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Rusia Vladimir Putin di Budapest yang gagal.

    Trump juga telah berupaya menekan India untuk berhenti membeli minyak Rusia. New Delhi adalah salah satu pembeli terbesar ekspor minyak mentah Rusia.

    Harga minyak mentah AS telah turun 16% tahun ini dan Brent turun hampir 14%. OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, telah meningkatkan produksi selama berbulan-bulan.

    Sementara itu, ketegangan perdagangan yang disebabkan oleh tarif Trump juga telah menimbulkan kekhawatiran di pasar minyak.

  • Rusia Tanggapi Santai Sanksi AS terhadap 2 Raksasa Minyaknya

    Rusia Tanggapi Santai Sanksi AS terhadap 2 Raksasa Minyaknya

    Jakarta

    Pemerintah Rusia menanggapi santai sanksi-sanksi baru yang dijatuhkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap dua raksasa minyak Rusia. Ditegaskan bahwa Rusia kebal terhadap sanksi yang dijatuhkan akibat serangan berkelanjutannya terhadap Ukraina tersebut.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, bahkan mengingatkan Amerika Serikat untuk tidak mengikuti contoh pemerintahan sebelumnya yang menantang Moskow dengan sanksi-sanksi. Dia menekankan bahwa hal itu akan berakhir dengan “kegagalan.”

    “Negara kita telah mengembangkan kekebalan yang kuat terhadap pembatasan Barat dan akan terus dengan percaya diri mengembangkan potensi ekonominya, termasuk potensi energinya,” kata Zakharova, dalam sebuah briefing mingguan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/10/2025).

    Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia pada hari Rabu (22/10) waktu setempat. Trump mengeluh bahwa pembicaraannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang Ukraina “tidak membuahkan hasil.”

    Uni Eropa juga mengumumkan rangkaian sanksi baru untuk menekan Rusia agar mengakhiri invasi tanpa henti selama tiga setengah tahun terhadap Ukraina, negara tetangganya, yang bersekutu dengan Washington.

    Trump sebelumnya telah menunda penerapan sanksi terhadap Rusia selama berbulan-bulan. Namun, kesabarannya habis setelah rencana pertemuan dengan Putin di Budapest gagal.

    “Setiap kali saya berbicara dengan Vladimir, percakapan saya lancar, dan setelah itu tidak ada kelanjutannya,” kata Trump menanggapi pertanyaan dari wartawan di Ruang Oval, Gedung Putih pada Rabu (22/10) waktu setempat.

    Sanksi AS tersebut merupakan peningkatan besar dalam tindakan AS terhadap Rusia dan mencerminkan rasa frustrasi Trump yang semakin besar karena tidak dapat membujuk Putin untuk mengakhiri konflik.

    Sanksi tersebut mencakup pembekuan semua aset perusahaan minyak Rosneft dan Lukoil di Amerika Serikat, sekaligus melarang semua perusahaan AS berbisnis dengan kedua raksasa minyak Rusia tersebut.

    “Mengingat penolakan Presiden Putin untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini, Departemen Keuangan memberikan sanksi kepada dua perusahaan minyak terbesar Rusia yang mendanai mesin perang Kremlin,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam sebuah pernyataan.

    Bessent mengatakan bahwa sanksi tersebut merupakan “salah satu sanksi terbesar yang telah kami terapkan terhadap Federasi Rusia.”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)