Tag: Vladimir Putin

  • Trump Tetapkan Tarif Impor Baja dan Semikonduktor Mulai Minggu Depan

    Trump Tetapkan Tarif Impor Baja dan Semikonduktor Mulai Minggu Depan

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa dirinya akan mengumumkan tarif impor baja dan chip semikonduktor dalam beberapa minggu ke depan. Namun ia tidak memberitahukan besaran tarif yang akan dikenakan secara pasti.

    Melansir Reuters, Sabtu (16/8/2025), dalam perjalanan menuju Alaska Jumat (15/8) kemarin Trump mengatakan besaran tarif yang dikenakan akan lebih rendah di awal, sehingga perusahaan-perusahaan terkait dapat membangun manufaktur domestik di AS. Selang beberapa waktu besaran tarif ini kemudian akan meningkat tajam.

    “Saya akan menetapkan tarif minggu depan dan minggu berikutnya untuk baja dan, menurut saya, chip,” kata Trump kepada wartawan di atas Air Force One saat ia menuju pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska.

    Trump mengaku sangat yakin bahwa perusahaan-perusahaan sektor baja dan semikonduktor akan memilih untuk membangun fasilitas produksi mereka di Amerika saat besaran tarif yang ditetapkan masih rendah, daripada kelak menghadapi tarif tinggi.

    “Saya akan menetapkan tarif yang lebih rendah di awal, yang memberi mereka kesempatan untuk masuk dan membangun, dan sangat tinggi setelah jangka waktu tertentu,” ujarnya.

    Sebagai informasi, pada Februari lalu Trump menetapkan tarif untuk impor baja dan aluminium sebesar 25%. Namun pada Mei kemarin ia kembali mengumumkan akan menggandakan besaran tarif tersebut jadi 50% untuk meningkatkan produsen dalam negeri.

    Saat itu Trump juga tidak mengatakan dengan tegas apakah kenaikan tarif pada impor logam tersebut akan segera berlaku.

    Di luar itu, pada pekan lalu lalu Trump juga mengatakan segera mengenakan tarif 100% pada impor semikonduktor. Namun perusahaan-perusahaan yang berkomitmen untuk membangun manufaktur mereka di Amerika akan dikecualikan.

    (igo/eds)

  • Hasil Pertemuan Trump & Putin Datar-datar Aja, Para Ekonom Langsung Buka Suara

    Hasil Pertemuan Trump & Putin Datar-datar Aja, Para Ekonom Langsung Buka Suara

    Jakarta

    Pertemuan yang sangat dinanti antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (15/8/2025) waktu setempat, ternyata tidak menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri atau bahkan menghentikan sementara perang Rusia di Ukraina.

    Padahal, kedua pemimpin menggambarkan pembicaraan di Alaska itu sebagai pertemuan yang produktif. Dalam penampilan singkat di hadapan media setelah hampir tiga jam berdiskusi, keduanya menyatakan telah membuat kemajuan dalam beberapa isu tanpa memberikan penjelasan detail.

    Keduanya juga tidak membuka sesi tanya jawab, dan Trump yang biasanya vokal memilih diam saat wartawan berteriak melontarkan pertanyaan.

    “Ada banyak poin yang kami sepakati. Mungkin ada beberapa hal besar yang belum tuntas, tapi kami sudah mulai membuat kemajuan,” ujar Trump sambil berdiri di depan latar bertuliskan Pursuing Peace atau Menjemput Perdamaian, dilansir dari Reuters, Sabtu (16/8/2025).

    Helima Croft, Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Capital Markets, New York, menilai hasil pertemuan ini sesuai prediksi. Ia menyebut hal itu hanya terdengar retorika diplomatik, tanpa isi konkret.

    “Kami akan memantau apakah hasil ‘to be continued’ ini cukup untuk menunda sanksi sekunder terhadap India yang masih mengimpor minyak dari Rusia. Tapi ini jelas tidak cukup untuk membuat Eropa mempertimbangkan mencabut sanksi energi terhadap Rusia,” katanya.

    Sementara itu, Carol Schleif, Kepala Strategi Pasar di BMO Private Wealth, menyebut hasilnya cenderung datar. Ia juga mengatakan isu geopolitik terkait pertemuan kedua pimpinan negara itu tidak akan terlalu menyita perhatian pasar.

    “Satu-satunya berita adalah tidak ada berita. Isu geopolitik seperti ini biasanya tidak terlalu menyita perhatian pasar dalam jangka panjang. Lagipula, pasar sudah mencetak rekor tertinggi meski perang ini sudah berlangsung tiga tahun. Pasar lebih peduli pada belanja konsumen, inflasi, dan komentar dari Wyoming minggu depan,” imbuhnya.

    Eric Teal, Chief Investment Officer di Comerica, berpendapat bahwa absennya sanksi ekonomi adalah kabar baik. Dalam hal ini, pasar bisa bernapas lega karena tidak ada eskalasi.

    “Bahkan, bisa jadi ini membuka peluang investasi di sektor energi. Harga minyak sekarang cukup rendah, dan potensi rally pemulihan ada di depan mata, terutama seiring permintaan musiman dan potensi pertumbuhan ekonomi.” sebut Eric.

    Eugene Epstein, Kepala Perdagangan dan Produk Terstruktur untuk wilayah Amerika Utara di Moneycorp, menganggap hasil pertemuan ini sudah sesuai ekspektasi.

    “Tidak ada yang berharap pembicaraan ini akan langsung melahirkan rencana damai yang konkret. Ini lebih soal simbolisme bahwa kedua pemimpin bersedia terus berbicara untuk mencari solusi bersama. Ini baru langkah awal,” tutupnya.

    (ily/hns)

  • Benarkah Harga BBM Turun per 15 Agustus 2025? Simak Rinciannya di Sini – Page 3

    Benarkah Harga BBM Turun per 15 Agustus 2025? Simak Rinciannya di Sini – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Di ramai di sejumlah media sosial bahwa harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) turun pada 15 Agustus 2025. Penurunan harga BBM baik di SPBU Pertamina atau milik swasta seperti Shell dan BP-AKR disebutkan karena penurunan harga minyak dunia. 

    Pada penutupan perdagangan Jumat kemarin, harga minyak dunia memang ditutup melemah menjelang pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska. 

    Namun benarkah harga BBM di Indonesia turun pada 15 Agustus 2025?

    Berdasarkan penelusuran Liputan6.com, harga BBM pada 15 Agustus tetap sama dengan harga BBM pada 1 Agustus. Penurunan harga BBM terjadi pada periode Juli memasukin agustus.

    Sebagai contoh, harga BBM RON 92 di Pertamina (Pertamax) masih di angka Rp 12.200 per liter untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya). 

    Sedangkan BP-AKR dengan produk BP Ultimate dibanderol Rp 12.550 per liter. Angka ini tidak berubah jika dibandingkan dengan periode 1 Agustus.  Hal yang sama juga terjadi di SPBU Shell untuk jenis Shell Super masih di angka Rp 12.580 per liter.

    Berikut ini rincian harga BBM di berbagai SPBU per 16 Agustus 2025:

  • Senyuman Putin Naik Benteng Berjalan ‘The Beast’, Semobil dengan Trump

    Senyuman Putin Naik Benteng Berjalan ‘The Beast’, Semobil dengan Trump

    Jakarta

    Vladimir Putin menumpangi mobil kepresidenan AS ‘The Beast’ bersama Donald Trump. Momen langka itu terjadi saat Putin tiba di Alaska.

    Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di pangkalan militer Alaska. Setibanya di Alaska, Putin turun dari pesawat disambut karpet merah, Trump pun demikian. Keduanya bersalaman dan berjalan menuju mobil sembari disuguhi pemandangan pesawat jet melintas di atas kepala. Selanjutnya baik Putin dan Trump berjalan menuju limosin berlapis baja Cadillac yang sering disebut dengan ‘The Beast’.

    Keduanya masuk ke mobil bersamaan, Trump masuk dari pintu kanan dan Putin dari sisi kiri. Putin pun sempat menebar senyum saat melihat ke sisi kiri jendela sembari melambaikan tangan satu kali. Dikutip NBC News, perjalanan semobil Putin dan Trump itu berlangsung sekitar 10 menit. Tak diketahui lebih detail soal rencana perjalanan keduanya, termasuk soal Putin semobil dengan Trump. Namun seorang produser NBC News mengaku melihat mobil dengan pelat nomor Moscow ada di landasan pacu.

    Pada pertemuan ini, Trump dan Putin akan melakukan perundingan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Perundingan tatap muka diawasi ketat oleh negara-negara Eropa dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang tidak diikutsertakan dan secara terbuka menolak tekanan dari Trump untuk menyerahkan wilayah yang direbut Rusia.

    Spesifikasi Benteng Berjalan ‘The Beast’

    Adapun mobil yang ditumpangi Trump dan Putin dikenal juga sebagai benteng berjalan. Mobil buatan AS itu kerap digunakan orang nomor satu AS saat bertugas baik di dalam negeri ataupun luar negeri. Mobil kepresidenan AS tidak hanya bisa menangkal serangan. Mobil ini juga dibekali persenjataan yang disiapkan.

    Misalnya tersedia layar berasap dan gagang pintu yang dilengkapi dengan aliran listrik untuk menangkal para penyusup. Dalam keadaan darurat, The Beast disebut bisa mengeluarkan oli sehingga mobil yang mengejarnya berputar kehilangan arah.

    Senapan angin, granat roket, peralatan night vision, hingga granat gas air mata dipercaya ada di dalamnya. Punya bobot 8 sampai 10 ton, bodi The Beast terbuat dari lapisan anti-peluru guna mencegah kerusakan saat ada bom meledak. Kacanya juga tebal dan disebut dapat menghentikan peluru magnum 0,44.

    Bagian interiornya dilengkapi dengan pelindung khusus sehingga penumpang dapat terhindar dari cairan beracun. Ban The Beast yang kempes juga membuat mobil masih bisa berjalan meski dalam kecepatan terbatas.

    Dalam rangkaian konvoi kendaraan kepresidenan, biasanya ada lebih dari satu The Beast yang berwujud identik, termasuk pelat nomor yang sama. Hal ini dimaksudkan agar para penyerang tidak bisa mengidentifikasi dengan baik mobil mana yang ditumpangi presiden AS saat melakukan iring-iringan.

    The Beast bukanlah mobil biasa. Mengendarai The Beast dibutuhkan keahlian khusus, sekalipun dikemudikan oleh Secret Service. Untuk memarkirkan mobil bongsor itu pun membutuhkan kemampuan khusus. Maka dari itu, butuh pelatihan bagi mereka yang bakal mengendarai The Beast.

    (dry/din)

  • Kini Tergantung Zelensky Capai Kesepakatan Ukraina

    Kini Tergantung Zelensky Capai Kesepakatan Ukraina

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa tanggung jawab sekarang berada di tangan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mengamankan kesepakatan dalam mengakhiri invasi Moskow terhadap negaranya.

    Hal tersebut disampaikan Trump setelah menggelar pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat (15/8) waktu setempat, yang diwarnai pembicaraan selama tiga jam dan diakhiri tanpa kesepakatan apa pun soal Ukraina.

    Trump, dalam wawancara dengan media terkemuka AS, Fox News, usai pertemuan dengan Putin, mengatakan bahwa onus atau tanggung jawab kini berada di tangan Zelensky untuk memanfaatkan pertemuan puncak di Alaska guna melanjutkan upaya dan mengamankan kesepakatan untuk mengakhiri perang.

    “Sekarang, semuanya bergantung pada Presiden Zelensky untuk mewujudkannya,” kata Trump dalam wawancara dengan Fox News, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025).

    “Dan saya juga ingin mengatakan negara-negara Eropa, mereka harus ikut terlibat sedikit, tetapi itu terserah pada Presiden Zelensky,” ucapnya.

    Trump mengatakan dirinya akan berkonsultasi dengan Zelensky dan para pemimpin NATO mengenai isi pertemuannya dengan Putin. Trump memberi nilai sempurna “10 dari 10” untuk pertemuan dirinya dan Putin.

    Meski pertemuan puncak di Alaska itu tidak mencapai kesepakatan soal Ukraina, Trump menyebut pertemuan dengan Putin itu “sangat produktif” dengan “banyak poin” yang disepakati, meskipun dia tidak menyebutkannya lebih detail.

    “Kita belum sampai di sana, tetapi kita telah membuat kemajuan. Tidak ada kesepakatan sampai ada kesepakatan,” kata Trump dalam konferensi pers singkat yang digelar dengan backrop sederhana bertuliskan “Pursuing Peace”.

    “Hanya ada sedikit yang tersisa, beberapa hal yang tidak terlalu signifikan, satu hal mungkin yang paling signifikan,” ucapnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Sementara Putin, dalam konferensi pers yang sama, mengatakan bahwa ada “kesepahaman” antara dirinya dan Trump mengenai Ukraina. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut soal “kesepahaman” yang dimaksudnya.

    “Kami berharap kesepahaman yang telah kami capai akan… membuka jalan bagi perdamaian di Ukraina,” kata Putin dalam konferensi pers bersama dengan Trump.

    Putin juga mengatakan bahwa Rusia berharap agar “Kyiv dan ibu kota Eropa akan memandang semua ini secara konstruktif dan tidak akan menciptakan hambatan apa pun”. Dia bahkan memperingatkan terhadap “upaya-upaya untuk mengganggu kemajuan yang telah muncul melalui provokasi atau intrik di-balik-layar”.

    Pertemuan di Alaska itu digelar tanpa kehadiran Zelensky yang tidak diundang untuk ikut berunding, sehingga menimbulkan kekhawatiran di Eropa bahwa Moskow dan Washington akan mencoba menentukan nasib Kyiv secara diam-diam.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Putin Bilang Ada ‘Kesepahaman’ dengan Trump Soal Ukraina

    Putin Bilang Ada ‘Kesepahaman’ dengan Trump Soal Ukraina

    Anchorage

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ada “kesepahaman” yang dicapai dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah keduanya melakukan pertemuan di Alaska pada Jumat (15/8) waktu setempat. Putin menyebut bahwa “kesepahaman” itu dapat membawa perdamaian di Ukraina.

    Putin dan Trump melakukan pertemuan yang sangat dinantikan di Alaska pada Jumat (15/8) waktu setempat, yang dimaksudkan untuk membahas perang di Ukraina dan langkah-langkah menuju perdamaian.

    Namun kedua pemimpin mengakhiri pertemuan tanpa ada kesepakatan apa pun soal Ukraina, setelah melakukan pembicaraan selama tiga jam di Joint Base Elmendorf-Richardson di Anchorage, Alaska. Kendati demikian, Putin menyebut ada “kesepahaman” antara dirinya dan Trump mengenai Ukraina dalam pertemuan itu.

    “Kami berharap kesepahaman yang telah kami capai akan… membuka jalan bagi perdamaian di Ukraina,” kata Putin dalam konferensi pers bersama dengan Trump setelah pembicaraan keduanya, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025).

    Putin tidak menjelaskan lebih lanjut soal “kesepahaman” yang dimaksudnya tersebut.

    Dalam konferensi pers yang digelar singkat dengan backdrop sederhana bertuliskan “Pursuing Peace” tersebut, Putin mengatakan bahwa Rusia berharap agar “Kyiv dan ibu kota Eropa akan memandang semua ini secara konstruktif dan tidak akan menciptakan hambatan apa pun”.

    Putin juga memperingatkan terhadap “upaya-upaya untuk mengganggu kemajuan yang telah muncul melalui provokasi atau intrik di-balik-layar”.

    Pertemuan di Alaska itu digelar tanpa kehadiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang tidak diundang untuk ikut berunding, sehingga menimbulkan kekhawatiran di Eropa bahwa Moskow dan Washington akan mencoba menentukan nasib Kyiv secara diam-diam.

    Putin dan Trump memuji pertemuan mereka, dengan sang pemimpin Rusia menyebutnya “konstruktif” dan berlangsung dalam “atmosfer saling menghormati”. Trump menyebut pertemuan dengan Putin “sangat produktif” dengan “banyak poin” yang disepakati, meskipun dia tidak menyebutkannya lebih detail.

    Membahas soal Ukraina, Putin mengatakan Moskow “secara tulus tertarik untuk mengakhiri” konflik dengan Kyiv, namun meminta agar “kekhawatiran sah” Rusia dipertimbangkan.

    “Saya telah berulang kali mengatakan bahwa bagi Rusia, peristiwa di Ukraina berkaitan dengan ancaman fundamental terhadap keamanan nasional kami,” ucapnya.

    “Keseimbangan yang adil dalam bidang keamanan di Eropa dan di dunia secara keseluruhan harus dipulihkan,” cetus Putin.

    Rusia di masa lalu telah berulang kali mendesak Ukraina untuk meninggalkan ambisinya bergabung dengan aliansi NATO dan menyerahkan bagian timur wilayahnya yang diklaim oleh Moskow telah dianeksasi. Kyiv menolak gagasan tersebut dan menyerukan agar setiap kesepakatan damai mencakup jaminan keamanan untuk mencegah Moskow menyerang kembali.

    Putin dan Trump langsung meninggalkan pangkalan udara di Alaska setelah pertemuan mereka berakhir. Laporan AFP menyebut pesawat kedua pemimpin lepas landas dari Joint Base Elmendorf-Richardson dengan jeda beberapa menit.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • 3 Jam Dialog, Trump-Putin Akhiri Pertemuan Tanpa Kesepakatan Soal Ukraina

    3 Jam Dialog, Trump-Putin Akhiri Pertemuan Tanpa Kesepakatan Soal Ukraina

    Anchorage

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengakhiri pertemuan puncak di Alaska, pada Jumat (15/8) waktu setempat, tanpa adanya kesepakatan apa pun soal Ukraina. Pembicaraan yang dilakukan oleh kedua kepala negara ini dilaporkan berlangsung selama tiga jam.

    Kedua pemimpin dalam konferensi pers membahas soal sejumlah peluang untuk kesepakatan dan menghidupkan kembali persahabatan, namun tidak memberikan kabar terbaru soal gencatan senjata untuk perang Ukraina.

    Trump, yang gemar menyebut dirinya sendiri sebagai “master deal-maker”, menggelar karpet merah untuk Putin di pangkalan udara Alaska. Ini merupakan pertama kalinya pemimpin Rusia itu diizinkan berada di wilayah Barat sejak dia memerintahkan invasi skala besar ke Ukraina pada Februari 2022.

    Setelah melakukan pembicaraan selama tiga jam dengan didampingi ajudan masing-masing, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025), Trump dan Putin mengakhiri pertemuan secara tiba-tiba pada Jumat (15/8) waktu setempat. Pertemuan puncak ini digelar di Joint Base Elmendorf-Richardson di Anchorage, Alaska.

    Di hadapan wartawan, keduanya memberikan sambutan hangat namun tidak menerima pertanyaan apa pun — hal yang sangat tidak biasa bagi sang Presiden AS yang sangat memahami media.

    “Kita belum sampai di sana, tetapi kita telah membuat kemajuan. Tidak ada kesepakatan sampai ada kesepakatan,” kata Trump dalam konferensi pers, yang digelar dengan backdrop sederhana bertuliskan “Pursuing Peace”.

    Dia menyebut pertemuan dengan Putin “sangat produktif” dengan “banyak poin” yang disepakati, meskipun dia tidak menyebutkannya lebih detail.

    “Hanya ada sedikit yang tersisa, beberapa hal yang tidak terlalu signifikan, satu hal mungkin yang paling signifikan,” ucap Trump tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Putin, dalam konferensi pers yang sama, membahas soal kerja sama secara umum. Konferensi pers bersama ini berlangsung hanya 12 menit saja.

    “Kami berharap kesepahaman yang telah kita capai akan… membuka jalan bagi perdamaian di Ukraina,” kata Putin.

    Sementara Trump memikirkan soal pertemuan kedua, Putin tersenyum dan berkata dalam bahasa Inggris: “Lain kali di Moskow.”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Hasil Pertemuan Trump & Putin Datar-datar Aja, Para Ekonom Langsung Buka Suara

    Trump dan Putin Mulai Berunding di Alaska, Bahas Perdamaian Perang

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin memulai perundingan di Alaska. Perundingan dilakukan untuk mengakhiri perang yang menghancurkan di Ukraina yang dilancarkan Moskow pada tahun 2022.

    Dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025) para jurnalis dipersilakan keluar dari ruang pertemuan tak lama setelah Trump, Putin, dan pejabat lainnya duduk di depan latar belakang bertuliskan “Mengejar Perdamaian.”

    Trump dan Putin berjabat tangan dan bertukar salam saat keduanya bertemu di pangkalan militer di Alaska Jumat (15/8) waktu setempat. Pertemuan ini merupakan puncak bersejarah mengenai perang Rusia dan Ukraina.

    Perundingan tatap muka diawasi ketat oleh negara-negara Eropa dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang tidak diikutsertakan dan secara terbuka menolak tekanan dari Trump untuk menyerahkan wilayah yang direbut Rusia.

    (dek/dek)

  • Tiba di Alaska, Trump Bakal Bertemu Putin Desak Akhiri Perang

    Tiba di Alaska, Trump Bakal Bertemu Putin Desak Akhiri Perang

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba di pangkalan militer di Alaska. Trump akan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin guna mendesak diakhirinya perang berdarah Moskow di Ukraina.

    Dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025) Trump dijadwalkan untuk mengadakan pembicaraan tatap muka dengan pemimpin Kremlin tersebut. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke wilayah Barat sejak memerintahkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022, yang memicu konflik dan menewaskan puluhan ribu orang.

    Sementara, Gedung Putih menyampaikan Trump didampingi para ajudan utama saat bertemu Putin. Dia juga akan ditemani oleh Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Utusan Khusus Steve Witkoff sebelum pertemuan yang lebih besar saat makan siang yang akan mencakup pejabat lainnya.

    Trump sebelumnya mengatakan ia merencanakan pertemuan kedua dengan mitranya Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertemuan kedua dengan bersama pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky setelah pertemuan di Alaska.

    Dilansir AFP, Kamis (14/8/2025), Trump dijadwalkan bertemu dengan Putin di Anchorage pada Jumat (15/8), pertemuan pertama antara pemimpin Rusia dan Presiden AS yang sedang menjabat sejak 2021.

    “Saya ingin melakukannya segera, dan kami akan mengadakan pertemuan kedua yang cepat antara Presiden Putin dan Presiden Zelensky dan saya sendiri, jika mereka mengizinkan saya hadir.”

    Perundingan berisiko tinggi ini terjadi di tengah upaya Trump untuk menengahi berakhirnya perang Rusia yang telah berlangsung hampir tiga setengah tahun di Ukraina, dan Zelensky beserta sekutu-sekutunya di Eropa telah mendesak Partai Republik untuk mendorong gencatan senjata.

    Trump mengatakan Rusia akan menghadapi “konsekuensi yang sangat berat” jika Putin tidak setuju untuk mengakhiri perang setelah pertemuan, tanpa penjelasan lebih lanjut.

    Pemimpin AS tersebut telah berjanji puluhan kali selama kampanye pemilihannya tahun 2024 untuk mengakhiri perang pada hari pertamanya menjabat, tetapi hanya membuat sedikit kemajuan dalam menengahi kesepakatan damai.

    Ia mengancam akan memberikan “sanksi sekunder” kepada mitra dagang Rusia atas invasinya ke Ukraina, tetapi tenggat waktu tindakannya telah berlalu minggu lalu tanpa ada tindakan yang diumumkan.

    Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia telah melakukan “komunikasi yang sangat baik” dengan para pemimpin Eropa termasuk Zelensky saat ia menjawab pertanyaan dari para wartawan di sebuah acara seni di Kennedy Center, Washington.

    “Saya akan memberi nilai 10. Anda tahu–sangat, sangat bersahabat,” katanya.

    (dek/dek)

  • Mengenal Alaska, Wilayah ‘Harta Karun’ yang Dijual Rusia ke AS

    Mengenal Alaska, Wilayah ‘Harta Karun’ yang Dijual Rusia ke AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu di Alaska Jumat (15/8/2025) waktu Alaska. Pertemuan ini akan membahas isu-isu terkini dalam geopolitik dunia.

    Pertemuan ini memunculkan kembali ingatan akan sejarah Alaska, yang dahulu merupakan wilayah milik Rusia sebelum dibeli oleh AS pada abad ke-19. Sebelum menjadi bagian Amerika Serikat seperti sekarang, Alaska berada di bawah kekuasaan Rusia.

    Mengutip situs Britannica, sejak awal 1700-an, Rusia memanfaatkan Alaska sebagai pusat perdagangan. Komoditas utamanya adalah bulu berang-berang laut yang laku keras di pasar AS, Eropa, dan berbagai negara Asia.

    Namun, memasuki abad ke-19, para pedagang bulu dari Inggris dan AS menjadi pesaing utama Rusia. Sampai akhirnya, persaingan ini berakhir pada 1824, ketika Rusia menandatangani perjanjian terpisah dengan AS dan Inggris.

    Beberapa dekade berikutnya, Rusia memutuskan menjual Alaska kepada AS pada 1867. Penyebabnya Rusia memandang Alaska tak lagi menguntungkan sebab populasi berang-berang laut yang hampir punah. Apalagi, Rusia juga mengalami tekanan politik usai Perang Krimea (1853-1856).

    Ketika Rusia berniat menjual Alaska, kabar ini disambut oleh AS yang mengutus Menteri Luar Negeri William Seward. Singkat cerita, Seward berhasil mencapai kesepakatan dengan pihak Rusia. Setelah melalui perdebatan panjang, Kongres AS menyetujui tawaran resmi sebesar US$7,2 juta.

    Jika disesuaikan dengan inflasi, jumlah tersebut setara lebih dari US$100 juta atau sekitar Rp1,6 triliun saat ini. Ini tentu saja sangat murah untuk wilayah yang kini menjadi negara bagian terbesar di AS.

    Akhirnya, pada 18 Oktober 1867, bendera AS dikibarkan untuk pertama kalinya di Sitka. Wilayah ini, kala itu menjadi ibu kota Alaska.

    Tak lama setelah dilakukan pembelian, publik mengecam Seward. AS dinilai menghambur-hamburkan uang untuk membeli wilayah yang tak menguntungkan. Atas dasar inilah, Seward dicap bodoh oleh para kritikus. 

    Namun, pandangan itu berubah pada akhir abad ke-19. AS menemukan cadangan emas, minyak, dan gas alam yang memberikan keuntungan besar bagi AS.

    Pada titik inilah, langkah Seward terbukti tepat. Pada 1959, Alaska resmi bergabung sebagai negara bagian ke-49 AS.

    (mfa/sef)

    [Gambas:Video CNBC]