Tag: Vladimir Putin

  • Ramalan Mengerikan Baba Vanga, Kiamat Tahun 2025 Dimulai Dari Kerusakan di Eropa

    Ramalan Mengerikan Baba Vanga, Kiamat Tahun 2025 Dimulai Dari Kerusakan di Eropa

    Ramalan Mengerikan Baba Vanga, Kiamat Tahun 2025 Dimulai Dari Kerusakan di Eropa

    TRIBUNJATENG.COM- Sosok Baba Vanga kembali mengejutkan publik lantaran ramalan-ramalannya mengenai kiamat.

    Peramal asal Bulgaria tersebut mengungkapkan ramalannya mengenai kiamat yang diperediksi akan dimulai pada tahun 2025.

    Dalam ramalannya terdahulu, Baba Vanga menyebut jika kiamat tersebut diawali dari perang dunia yang bisa dimulai tahun 2025.

    Perang Dunia yang dimaksud oleh Baba Vanga akan dimulai di wilayah Eropa yang mengakibatkan kehancuran hingga tewasnya banyak orang serta kerusakan dan kehilangan banyak harta.

    Perang dunia yang disebutkan oleh Baba Vanga tersebut memiliki potensi besar dalam membawa kiamat bagi dunia.

    Dilansir dari India.com, Baba Vanga turut meramalkan bahwa sosok Presiden Rusia yakni Vladimir

    Putin memiliki peran yang cukup penting dalam meredakan konflik dengan Ukraina dan Rusia.

    Hal tersebut karena, konflik antara Rusia dan Ukraina memiliki dampak yang mendominasi secara global.

    Baba Vanga menyebutkan perihal ramalan kiamat yang mulai terjadi d tahun 2025 tersebut nantinya akan membuat seluruh populasi manusia habis pada tahun ke 5079.

    Ia juga meramalkan pada tahun 2043 Eropa akan berada di bawah kekuasaan Islam dan Komunisme yang akan kembali berjaya pada tahun 2076.

    Ramalan Baba Vanga tersebut membuat publik khawatir khususnya terkait dengan perang di wilayah Eropa yang akan di mulai tahun 2025 mendatang yang menyebar ke seluruh penjuru bumi.

    Baba Vanga bahkan mengungkapkan jika tahun 2025 nantinya akan menjadi tahun penuh dengan kehancuran, turunnya jumlah populasi manusia hingga terjadi banyak hal aneh.

    Sementara itu sosok Baba Vanga sendiri diketahui memiliki nama asli Vangeliya Pandeva Guhterova.
    Baba Vanga merupakan seorang peramal herbalis buta yang lahir pada tahun 1911 dan telah meninggal pada tahun 1996 lalu.

    Hingga saat ini ramalan-ramalan Baba Vanga mengundang berbagai spekulasi publik terkait dengan kemampuannya memprediksi masa depan.

    (*)

  • Rusia Tak Akan Lakukan Serangan Nuklir Meski Digempur Rudal ATACMS Amerika

    Rusia Tak Akan Lakukan Serangan Nuklir Meski Digempur Rudal ATACMS Amerika

    GELORA.CO – Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan rudal canggih ATACMS pasokan Washington tidak akan meningkatkan risiko serangan nuklir oleh Moskow.

    Keyakinan itu disampaikan lima sumber AS yang mengetahui intelijen Amerika kepada Reuters, yang dilansir Kamis (28/11/2024).

    Lima sumber tersebut; dua pejabat senior, seorang anggota Parlemen, dan dua ajudan Kongres, mengatakan Rusia kemungkinan akan memperluas kampanye sabotase terhadap target Eropa untuk meningkatkan tekanan pada Barat atas dukungannya terhadap Kyiv.

    Serangkaian penilaian intelijen selama tujuh bulan terakhir telah menyimpulkan bahwa eskalasi nuklir tidak mungkin terjadi akibat keputusan untuk melonggarkan pembatasan penggunaan senjata AS oleh Ukraina.

    Pandangan itu tidak berubah setelah Presiden Joe Biden mengubah sikap AS bulan ini terkait persenjataan, kata sumber-sumber tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim untuk berbicara secara bebas tentang intelijen sensitif.

    “Penilaiannya konsisten: ATACMS tidak akan mengubah kalkulasi nuklir Rusia,” kata seorang ajudan Kongres yang diberi pengarahan tentang intelijen tersebut, merujuk pada rudal Amerika dengan jangkauan hingga 190 mil (306 km).

    Serangan rudal balistik jarak menengah (IRBM) hipersonik baru Rusia pekan lalu lalu, yang menurut para analis dimaksudkan sebagai peringatan bagi Washington dan sekutu-sekutunya di Eropa, tidak mengubah kesimpulan penilaian intelijen Amerika.

    Salah satu dari lima pejabat AS mengatakan meskipun Washington menilai bahwa Rusia tidak akan berusaha meningkatkan kekuatan nuklirnya, mereka akan mencoba menyamai apa yang dipandangnya sebagai peningkatan kekuatan AS. Pejabat itu mengatakan, menerjunkan rudal baru itu adalah bagian dari upaya Moskow tersebut.

    Pejabat AS tersebut melanjutkan, intelijen itu telah membantu memandu perdebatan yang sering memecah belah selama beberapa bulan terakhir di dalam pemerintahan Joe Biden tentang apakah pelonggaran pembatasan penggunaan senjata Amerika oleh Ukraina oleh Washington sepadan dengan risiko membuat Presiden Rusia Vladimir Putin marah.

    Para pejabat awalnya menolak langkah pemerintahan Biden tersebut, dengan alasan kekhawatiran eskalasi dan ketidakpastian mengenai bagaimana Putin akan menanggapinya.

    Beberapa pejabat tersebut, termasuk di Gedung Putih, Pentagon, dan Departemen Luar Negeri, mengkhawatirkan pembalasan yang mematikan terhadap personel militer dan diplomatik AS serta serangan terhadap sekutu NATO. Yang lainnya secara khusus mengkhawatirkan eskalasi nuklir.

    Biden berubah pikiran karena masuknya pasukan Korea Utara ke dalam perang Ukraina sebelum pemilihan presiden AS, kata para pejabat AS.

    Risiko Perang Nuklir Dibesar-besarkan

    Beberapa pejabat sekarang percaya bahwa kekhawatiran eskalasi, termasuk ketakutan akan pecahnya perang nuklir, telah dibesar-besarkan tetapi menekankan bahwa situasi keseluruhan di Ukraina tetap berbahaya dan bahwa eskalasi nuklir bukanlah hal yang mustahil.

    Kemampuan Rusia untuk menemukan cara-cara rahasia lain untuk membalas dendam terhadap Barat tetap menjadi kekhawatiran.

    “Respons hibrida Rusia menjadi perhatian,” kata Angela Stent, direktur studi Eurasia, Rusia, dan Eropa Timur di Universitas Georgetown, mengacu pada sabotase Rusia di Eropa.

    “Peluang eskalasi tidak pernah tidak ada. Kekhawatiran sekarang lebih besar,” ujarnya.

    Gedung Putih dan Kantor Direktur Intelijen Nasional menolak berkomentar.

    Kremlin tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang penilaian intelijen Amerika tersebut.

    Sejak Agustus lalu, ketika Ukraina melancarkan serangan mendadak ke wilayah Kursk Rusia, Moskow dan Kyiv telah terkunci dalam siklus gerakan yang meningkat dan gerakan balik.

    Rusia telah meminta bantuan dari Korea Utara, yang mengirim antara 11.000 hingga 12.000 tentara untuk membantu upaya perangnya, menurut Amerika Serikat.

    Pada hari yang sama dengan serangan pertama Ukraina di bawah kebijakan AS yang dilonggarkan, Rusia mengubah doktrin nuklirnya, menurunkan ambang batas untuk serangan nuklir.

    Ketakutan akan eskalasi nuklir telah menjadi faktor dalam pemikiran pejabat AS sejak Rusia menginvasi Ukraina pada awal 2022.

    Direktur CIA William Burns mengatakan ada risiko nyata pada akhir 2022 bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir terhadap Ukraina.

    Meskipun demikian, Gedung Putih terus maju dengan bantuan Ukraina, mengirimkan bantuan militer senilai miliaran dolar.

    Kekhawatiran itu memudar bagi beberapa pejabat karena Putin tidak menindaklanjuti ancamannya tetapi tetap menjadi pusat pertimbangan banyak orang dalam pemerintahan mengenai keputusan tentang bagaimana AS harus mendukung Kyiv.

    Pada bulan Mei, Gedung Putih mengizinkan Ukraina untuk menggunakan rudal Amerika dalam keadaan terbatas untuk menyerang melintasi perbatasan tetapi tidak jauh di dalam Rusia, dengan alasan risiko eskalasi oleh Moskow, manfaat taktis yang marjinal, dan pasokan ATACMS yang terbatas.

    Salah satu penilaian intelijen dari awal musim panas, yang disusun diPermintaan Gedung Putih menjelaskan bahwa serangan di seberang perbatasan dari kota Kharkiv, Ukraina, akan berdampak terbatas karena 90% pesawat Rusia telah dipindahkan dari perbatasan—di luar jangkauan rudal jarak pendek.

    Namun, penilaian tersebut juga mencatat bahwa meskipun Putin sering mengancam akan menggunakan senjata nuklir, Moskow tidak mungkin mengambil langkah tersebut karena senjata tersebut tidak memberikan manfaat militer yang jelas. Pejabat intelijen menggambarkan opsi nuklir sebagai pilihan terakhir bagi Rusia dan bahwa Putin akan menggunakan cara pembalasan lainnya terlebih dahulu, dengan mencatat bahwa Rusia telah terlibat dalam sabotase dan serangan siber.

    Namun, beberapa pejabat di dalam Gedung Putih dan Pentagon berpendapat bahwa membiarkan Kyiv menggunakan rudal untuk menyerang di dalam Rusia akan menempatkan Kyiv, AS, dan sekutu Amerika dalam bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang memprovokasi Putin untuk membalas baik melalui kekuatan nuklir atau taktik mematikan lainnya di luar zona perang.

    Pejabat Pentagon khawatir tentang serangan terhadap pangkalan militer AS.

    Faktor Korea Utara

    Pengenalan pasukan Korea Utara meyakinkan pemerintah, khususnya sekelompok pejabat di Gedung Putih dan Pentagon yang khawatir tentang eskalasi, untuk mengizinkan serangan jarak jauh, kata seorang pejabat senior AS.

    Rusia memperoleh keuntungan di medan perang dan pasukan Korea Utara dipandang secara internal sebagai eskalasi oleh Moskow yang mengharuskan tanggapan dari Washington, kata pejabat tersebut.

    Mengingat penilaian intelijen awal yang meremehkan risiko eskalasi nuklir, ketakutan nuklir dilebih-lebihkan dan keputusan untuk mengizinkan penggunaan ATACM yang lebih luas datang terlambat, kata seorang pejabat senior AS dan seorang anggota Parlemen, mengutip kemajuan terbaru militer Rusia.

    Sumber intelijen mengatakan operasi pembalasan Moskow yang paling kuat dan berhasil kemungkinan akan terjadi melalui sabotase. Badan intelijen Rusia telah meluncurkan upaya internasional besar-besaran di Eropa untuk mengintimidasi negara-negara yang mendukung Ukraina, kata seorang diplomat Eropa.

    Seorang pejabat AS menambahkan bahwa Moskow secara aktif berupaya untuk memajukan peperangan “zona abu-abu” melawan Barat dan bahwa Rusia memiliki jaringan agen yang luas dan pihaknya sedang menjajaki opsi untuk menggunakan mereka.

  • Gerbang PD 3 Makin Lebar, Rusia Siapkan Serangan Balas Dendam Rudal AS

    Gerbang PD 3 Makin Lebar, Rusia Siapkan Serangan Balas Dendam Rudal AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia sedang mempersiapkan respons terhadap serangan rudal buatan Amerika Serikat (AS), Army Tactical Missile System (ATACMS). Sebelumnya senjata yang mampu menembus target sejauh 300 kilometer (km) itu telah digunakan Ukraina menyerang target di dalam Rusia pekan lalu.

    Pernyataan resmi diumumkan Kementerian Pertahanan Rusia, Selasa. Kyiv menembakkan senjata mematikan itu setelah Presiden AS Joe Biden memberi izin akhir pekan sebelumnya.

    Dalam pernyataan di Telegram, militer Rusia melaporkan bahwa selama tiga hari terakhir, pasukan Ukraina telah melakukan dua serangan jarak jauh di Wilayah Kursk menggunakan persenjataan Barat. Pada tanggal 23 November, Ukraina dilaporkan menembakkan lima rudal ATACMS jarak jauh ke desa Lotaryovka, sekitar 37 km barat laut kota Kursk, yang menargetkan posisi divisi rudal antipesawat S-400.

    “Serangan itu mengakibatkan tiga korban jiwa dan merusak radar,” kata kementerian dikutip laman Rusia, Russia Today (RT), Rabu (27/11/2024).

    Selain itu, pada 25 November, Ukraina meluncurkan delapan ATACMS lainnya di lapangan terbang Kursk-Vostochny, yang terletak di dekat desa Khalino. Lalu tujuh rudal ditembak jatuh menggunakan sistem pertahanan rudal S-400 dan sistem rudal dan senjata pertahanan udara Pantsir.

    “Salah satu rudal berhasil mencapai sasarannya. Akibatnya, dua prajurit terluka sementara fasilitas rusak ringan,” tambahnya lagi.

    Kementerian meyakinkan bahwa dari inpeksi di area target, senjata yang digunakan adalah benar-benar ATACMS dari AS. Karenanya, tambahnya, kementerian berjanji akan ada tindakan yang dilakukan Rusia sebagai tanggapan.

    “Tanggapan sedang dipersiapkan,” tegasnya.

    Sebenarnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pengerahan rudal balistik hipersonik Oreshnik terbaru negara itu sebagai tanggapan atas otorisasi Biden bagi Kyiv untuk menggunakan ATACMS pekan lalu. Senjata baru Rusia, yang mampu membawa hulu ledak nuklir, digunakan terhadap fasilitas industri militer Ukraina di kota Dnepropetrovsk.

    Putin juga menyebut serangan itu sebagai “uji coba tempur” senjata canggih tersebut dan memperingatkan bahwa “uji coba” semacam itu akan terus berlanjut. Ia juga mengatakan Rusia akan menanggapi “dengan tegas dan dengan cara yang sama” terhadap eskalasi lebih lanjut dari tindakan agresif oleh Kyiv dan para pendukung asingnya.

    Sementara itu, hal sama juga diberitakan AFP. Kementerian pertahanan juga mengunggah foto-foto yang dikatakannya sebagai pecahan rudal, yang memperlihatkan selongsong besar dengan tulisan berbahasa Inggris di sampingnya.

    “Moskow termasuk jarang memberikan rincian spesifik tentang serangan udara Ukraina dan hampir tidak pernah mengakui rudal telah mencapai target yang dituju,” tambah laman itu.

    Sejak diizinkannya penggunaan senjata Barat oleh Ukraina menyerang Rusia, dunia mengkhawatirkan eskalasi perang yang akan berujuk ke perang dunia ke-3 (PD3). Apalagi persis setelah izin Biden keluar, Putin mengumumkan resmi merevisi doktrin nuklirnya, yang bia menyerang negara mana saja yang dianggap “terlibat” dan membahayakan Rusia.

    (sef/sef)

  • Rusia Ingin Pererat Hubungan dengan Pemimpin Taliban

    Rusia Ingin Pererat Hubungan dengan Pemimpin Taliban

    Kabul

    Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Sergei Shoigu, mengatakan negaranya ingin mempererat hubungan dengan para pemimpin Taliban yang kini menguasai Afghanistan. Shoigu menuturkan Moskow akan membantu mewujudkan perdamaian yang bertahan lama di negara rawan konflik tersebut.

    Shoigu yang mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia ini, seperti dilansir Reuters, Selasa (26/11/2024), juga mencetuskan Amerika Serikat (AS) untuk memainkan peran utama dalam membangun kembali Afghanistan, mengingat keterlibatan militernya selama dua dekade di negara tersebut.

    Shoigu menyampaikan hal itu ketika memimpin delegasi Rusia berkunjung ke Kabul, dan melakukan pembicaraan dengan para pejabat senior Taliban yang menjadi bagian pemerintahan Afghanistan. Terdapat Wakil Perdana Menteri, Menhan dan Menteri Dalam Negeri Afghanistan dalam pertemuan dengan Shoigu.

    Dalam pertemuan itu, menurut laporan kantor berita Rusia, para pemimpin Taliban meminta Shoigu untuk membantu mereka dalam meringankan tekanan yang dipicu oleh sanksi-sanksi AS terhadap pemerintah Kabul.

    “Izinkan saya mengonfirmasi kesiapan kami untuk membangun dialog publik yang konstruktif antara negara-negara kita dan salah satu tujuannya adalah memberikan dorongan bagi proses penyelesaian di antara warga Afghanistan,” ucap Shoigu kepada para pejabat Taliban dalam pertemuan itu.

    Invasi Rusia ke Ukraina sejak tahun 2022 lalu telah mendorong Presiden Vladimir Putin untuk beralih ke Asia dan negara-negara non-Barat lainnya, di tengah apa yang menurut Kremlin, merupakan blokade ekonomi oleh AS dan sekutunya di Eropa.

    Pada Senin (25/11), Moskow mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan untuk mengerahkan rudal jarak pendek dan jarak menengah di kawasan Asia, jika AS mengerahkan rudal serupa ke kawasan yang sama.

    Lihat juga Video: Taliban Bebaskan Ekstremis Anti-Imigran Austria

  • Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-1.005 pada Senin (25/11/2024). Saling serang antara dua negara tetangga tersebut terus menjadi perhatian dunia lantaran muncul bantuan internasional untuk Moskow.

    Saat ini Rusia mendapatkan bantuan internasional dari negara sahabat Korea Utara (Korut). Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran baru, salah satunya dari Amerika Serikat (AS) yang selama ini menyokong Ukraina.

    Berikut update terbaru perang antara Rusia dan Ukraina, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

    Putin Panggil Negara Arab Ini Ikut Perang Rusia-Ukraina

    Selain warga Korut, Rusia dilaporkan kembali memanggil warga negara asing untuk terlibat dalam perangnya melawan Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh Financial Times (FT), Minggu (24/11/2024).

    Dalam laporannya, FT menyebut negara tersebut adalah Yaman, yang saat ini dilanda perang saudara. Mereka dijanjikan upah yang besar hingga kewarganegaraan Rusia bila menyanggupi untuk mengikuti perang Moskow itu.

    “Warga Yaman dijanjikan upah tinggi dan kewarganegaraan Rusia sebelum melakukan perjalanan ke Rusia untuk direkrut secara paksa ke dalam tentara Moskow dan dikirim ke garis depan di Ukraina. Perjalanan tersebut difasilitasi oleh sebuah perusahaan yang terkait dengan pemberontak Houthi Yaman,” tulis laporan itu, yang juga dikutip Newsweek.

    Sebelumnya diketahui, Yaman berada dalam perang saudara yang melibatkan antara pemerintah dan pemberontak Houthi, yang berhaluan syiah dan pro-Iran. Hingga saat ini, Houthi telah berhasil menguasai sejumlah besar wilayah Negeri Hadramaut itu.

    Tidak jelas seberapa dekat Rusia dengan Houthi. Namun konflik ini telah membuat Moskow menjalin hubungan dengan negara-negara yang memusuhi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

    Serangan Rudal Ukraina ke Wilayah Rusia

    Sistem pertahanan udara Rusia menghancurkan tujuh rudal Ukraina di wilayah Kursk pada Minggu malam, menurut gubernur wilayah Kursk, Alexei Smirnov, di saluran Telegram miliknya.
    Sementara gubernur wilayah Vladislav Shapsha menyebut puing-puing yang jatuh dari pesawat nirawak Ukraina yang hancur memicu kebakaran di fasilitas industri di Kaluga, Rusia. Ia mengatakan tidak ada korban luka dan tiga pesawat nirawak hancur.

    Di sisi lain, Wali Kota Vitali Klitschko di Telegram menyebut pertahanan udara sedang beroperasi di Kyiv sebagai tanggapan atas serangan pesawat nirawak Rusia yang baru.

    Pertahanan udara Ukraina sebelumnya telah menjatuhkan 50 dari 73 pesawat nirawak Rusia yang diluncurkan ke berbagai target, menurut militer Ukraina.

    China Pening Gegara Rusia dan Korut ‘Main Belakang’

    Pemerintah China dilaporkan makin resah dengan kerja sama pertahanan yang kian erat antara Rusia dan Korea Utara (Korut). Hal ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Kurt Campbell pada Minggu.

    Dalam pernyataannya, Campbell mengatakan Beijing sangat khawatir dengan bagaimana Pyongyang, dalam kerangka kerja sama ini, mengirimkan pasukannya untuk bertempur dengan Rusia di Ukraina. Menurutnya, China khawatir langkah ini akan membuat Korut mengambil langkah yang tidak sesuai dengan kepentingan nasionalnya.

    “Dalam beberapa diskusi yang telah kami lakukan, tampaknya kami memberitahu mereka tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui terkait dengan kegiatan Korut, dan mereka khawatir bahwa dorongan Rusia dapat menyebabkan Korut mempertimbangkan tindakan atau aksi militer yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan China,” ungkapnya dikutip The Guardian.

    “China tidak secara langsung mengkritik Rusia, tetapi kami yakin bahwa meningkatnya koordinasi antara Pyongyang dan Moskow membuat mereka gelisah.”

    Sebelumnya, Korut diketahui telah mengirimkan 10 ribu pasukannya untuk bertempur melawan Ukraina membela Rusia. Hal ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un menandatangani perjanjian keamanan antara kedua negara.

    Jenderal Korea Utara Terluka Imbas Serangan Rudal Ukraina

    Seorang jenderal senior Korea Utara dikabarkan terluka dalam serangan Ukraina baru-baru ini di wilayah Kursk, Rusia. Hal itu disampaikan seorang pejabat dari negara Barat seperti dikutip dari Wall Street Journal pada Minggu.

    Kabar ini menjadi pertama kalinya seorang perwira tinggi militer Korea Utara menjadi korban dalam konflik Rusia-Ukraina. Seperti diketahui, lebih dari 10.000 tentara Korea dikerahkan di Kursk saat Kremlin mencoba mengusir pasukan Ukraina yang melancarkan serangan di sana pada Agustus.

    Misi Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) belum menanggapi ihwal kabar jenderalnya yang menjadi korban ini. Pyongyang telah mengirim seorang perwira senior, Kolonel Jenderal Kim Yong Bok ke Rusia untuk mengawasi upaya Korea Utara untuk berkoordinasi dengan Rusia.

    Putin Disebut Sakit, Nampak Tanda Tak Biasa dari Tangannya

    Informasi mengenai kondisi kesehatan Presiden Rusia Vladimir Putin terus menerus diberitakan. Pasalnya, orang nomor satu di Rusia itu saat ini sedang banyak disorot lantaran keputusannya untuk menyerang tetangganya, Ukraina.

    Pada Kamis (21/11/2024), sebuah video yang mengunggah pernyataan terkait Putin yang mengonfirmasi penggunaan rudal hipersonik dalam serangan ke Ukraina menunjukkan sebuah gejala tak biasa bagi Presiden Rusia itu. Nampak Putin duduk dengan kedua tangan dalam posisi hampir tak bergerak selama lebih dari 20 menit.

    Hal ini telah memicu spekulasi liar di internet berdasarkan rumor yang beredar tentang kesehatannya. Penasihat Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko menyebut, ada yang tidak sinkron antara badannya dengan kepala dan tangan.

    “Jika Anda mempercepat video, terlihat bahwa tangan Putin tidak bergerak dan tampak terpisah dari tubuhnya. Suara dan gerakan bibir terkadang tidak sesuai,” ujarnya di X, seperti dikutip dari Newsweek.

    Gerashchenko kemudian berkomentar, tanggapan dari apa yang disebutnya ‘para bot dan troll Rusia’ membuatnya berpikir ‘memang ada sesuatu di sana’, menunjuk kejadian ini pada kesehatan Putin.

    Pembuat film Patrick Hölscher juga membuat komentar serupa. Menurutnya, banyak editan dalam video konfirmasi Putin itu yang akhirnya menimbulkan pertanyaan terkait apa yang benar-benar terjadi dengan orang nomor satu Negeri Beruang Putih itu.

    Pada Oktober, Kremlin mengeluarkan pernyataan bahwa Putin tidak memiliki masalah kesehatan setelah ia mengunjungi Rumah Sakit Klinik Pusat. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin sebenarnya berada di sana untuk pemeriksaan medis biasa.

    Putin sebelumnya menyebutkan bahwa ia rutin menjalani pemeriksaan di rumah sakit Moskow.

    “Dokter di Rumah Sakit Klinik Pusat, tempat saya menjalani berbagai pemeriksaan rutin, juga merekomendasikan vaksinasi dengan obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri,” katanya kepada menteri kesehatannya Mikhail Murashko.

    Update dari Politik Rusia

    Rusia akan segera menunjuk Alexander Darchiev, yang saat ini menjabat sebagai kepala departemen Amerika Utara Kementerian Luar Negeri, sebagai duta besar barunya untuk Washington, demikian dilaporkan surat kabar Kommersant.

    Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani undang-undang yang memungkinkan mereka yang mendaftar untuk berperang di Ukraina untuk menghapus utang yang belum dibayar senilai hampir US$100.000.

    (pgr/pgr)

  • Putra Sulung Trump Bakal Punya Peran Kunci di Pemerintahan AS, Ini..

    Putra Sulung Trump Bakal Punya Peran Kunci di Pemerintahan AS, Ini..

    Jakarta, CNBC Indonesia – Donald Trump Jr, putra sulung presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, memiliki peran kunci dalam membangun kabinet pemerintahan ayahnya mendatang.

    Melansir Reuters pada Senin (25/11/2024), Trump, yang sangat menjunjung tinggi loyalitas, telah lama mengandalkan anggota keluarga untuk nasihat politik, tetapi kerabat mana yang didengarnya diketahui berbeda-beda.

    Menurut beberapa sumber yang mengetahui perannya, anak pertama Trump yang akrab dipanggil Don Jr. tersebut muncul sebagai anggota keluarga Trump yang paling berpengaruh dalam membangun kabinet yang paling kontroversial dalam sejarah AS modern.

    Menurut sumber-sumber yang mencakup para donor, teman pribadi, dan sekutu politik, Don Jr. yang telah membantu para pesaing kabinet tenggelam atau bangkit ke depan. Ia lebih condong mengangkat loyalis yang tidak berpengalaman daripada kandidat yang lebih berkualifikasi untuk posisi teratas dalam pemerintahan ayahnya.

    Ia telah mendukung Senator JD Vance sebagai calon wakil presiden Trump hingga menghalangi mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk bergabung dalam kabinet.

    Don Jr. juga akan bergabung dengan dana modal ventura konservatif 1789 Capital, meskipun salah satu sumber mengatakan ia akan terus menjadi pembawa acara podcast yang berfokus pada politik dan mendukung kandidat yang mengusung gaya politik Trump.

    Sumber tersebut menambahkan, Don Jr. akan memberikan nasihat kepada ayahnya di Gedung Putih, meskipun mereka memperingatkan bahwa Don Jr. tidak mungkin terlibat dalam pertimbangan sehari-hari.

    Selain memastikan para kandidat setia kepada ayahnya, Don Jr. biasanya mencari pesaing yang menganut pandangan dunia anti-kemapanan, termasuk kebijakan ekonomi proteksionis, dan pengurangan intervensi militer dan bantuan luar negeri, menurut beberapa sumber dan komentar Don Jr. sendiri di situs media sosial X dan di depan publik.

    Dua kandidat yang didukung Don Jr. mungkin menghadapi proses konfirmasi yang sulit di Senat: Robert F. Kennedy Jr., yang direncanakan Trump untuk dicalonkan sebagai pejabat kesehatan AS, dan Tulsi Gabbard, yang direncanakan Trump untuk dicalonkan sebagai kepala intelijen.

    Kennedy adalah aktivis lingkungan yang menyebarkan informasi yang salah tentang vaksin. Gabbard, mantan anggota kongres Demokrat, menyiratkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki alasan yang sah untuk menyerang Ukraina dan menimbulkan kontroversi ketika dia bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad di tengah tindakan keras berdarahnya terhadap para pembangkang pada tahun 2017.

    Don Jr. juga berperan penting dalam melobi ayahnya untuk memilih teman dekatnya Vance sebagai calon wakil presiden Trump.

    Vance populer di kalangan basis Trump, tetapi retorikanya yang anti-korporat, penentangannya terhadap bantuan Ukraina, dan komentar masa lalunya yang mencela beberapa wanita Demokrat sebagai “wanita kucing yang tidak punya anak” membuat beberapa donor dan pendukung berpikir ulang.

    Trump akhirnya senang dengan Vance, memberi Don Jr. modal politik tambahan sebagai penasihat selama masa transisi, salah satu sumber menambahkan. Meski begitu tidak semua pilihan Don Jr. berhasil mendapatkan pekerjaan dalam kabinet ayahnya.

    (pgr/pgr)

  • Terbongkar! Putin Panggil Negara Arab Ini Ikut Perang Rusia-Ukraina

    Terbongkar! Putin Panggil Negara Arab Ini Ikut Perang Rusia-Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia dilaporkan kembali memanggil warga negara asing untuk terlibat dalam perangnya melawan Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh Financial Times (FT), Minggu (24/11/2024).

    Dalam laporannya, FT menyebut negara tersebut adalah Yaman, yang saat ini dilanda perang saudara. Mereka dijanjikan upah yang besar hingga kewarganegaraan Rusia bila menyanggupi untuk mengikuti perang Moskow itu.

    “Warga Yaman dijanjikan upah tinggi dan kewarganegaraan Rusia sebelum melakukan perjalanan ke Rusia untuk direkrut secara paksa ke dalam tentara Moskow dan dikirim ke garis depan di Ukraina. Perjalanan tersebut difasilitasi oleh sebuah perusahaan yang terkait dengan pemberontak Houthi Yaman,” tulis laporan itu, yang juga dikutip Newsweek.

    Sebelumnya diketahui, Yaman berada dalam perang saudara yang melibatkan antara pemerintah dan pemberontak Houthi, yang berhaluan syiah dan pro-Iran. Hingga saat ini, Houthi telah berhasil menguasai sejumlah besar wilayah Negeri Hadramaut itu.

    Tidak jelas seberapa dekat Rusia dengan Houthi. Namun konflik ini telah membuat Moskow menjalin hubungan dengan negara-negara yang memusuhi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

    Rusia juga telah mencari cara untuk mengisi kembali jajarannya, lebih dari dua setengah tahun dalam perang. Moskow terus maju di wilayah timur Ukraina sambil juga berupaya untuk mendorong kembali cengkeraman Kyiv di tanah Rusia di wilayah perbatasannya, Kursk.

    Kremlin disebut-sebut sangat bergantung pada apa yang dikenal sebagai taktik ‘penggiling daging’, yang telah mengakibatkan banyak korban tewas di antara prajurit infanterinya.

    Menurut data Ukraina, jumlah total prajurit Rusia yang tewas dan terluka mencapai lebih dari 730.000. Angka ini tidak dapat diverifikasi secara independen dan perkiraan Barat biasanya sedikit lebih rendah. Ukraina juga bergulat dengan cara yang sama untuk mempertahankan angkatan bersenjatanya.

    Untuk dalam melaksanakan hal ini, Angkatan Bersenjata Rusia telah melibatkan tentara bayaran dari pihak lain seperti kelompok Wagner, yang dipimpin oleh mantan sekutu Presiden Vladimir Putin, Yevgeny Prigozhin.

    Prigozhin kemudian melancarkan pemberontakan singkat terhadap Kremlin pada musim panas 2023. Ia lalu tewas dalam kecelakaan pesawat tak lama setelah pemberontakan gagal, dan pengaruh Wagner mereda.

    Awal tahun ini, CNN melaporkan bahwa sekitar 15.000 warga Nepal telah direkrut ke dalam upaya militer Moskow melawan Ukraina, diiming-imingi gaji yang menggiurkan dan janji paspor Rusia. Hal serupa juga terjadi di Suriah.

    “Rusia telah merekrut warga negara Suriah ke dalam militernya. Para pejuang menerima pelatihan di dekat kota Aleppo di Suriah sebelum menuju pangkalan udara Khmeimim di barat daya kota dan kemudian ke wilayah Rusia,” kata badan intelijen militer Ukraina GUR.

    Selain itu, lebih dari 10 ribu pasukan asal Korea Utara juga dilaporkan tengah membantu Rusia dalam perang ini. Menurut laporan intelijen AS, Ukraina, dan Korea Selatan, mereka dikerahkan membantu Rusia merebut kembali wilayah Kursk, yang diambil alih Ukraina pada bulan Agustus lalu.

    (luc/luc)

  • Video: Ancaman Putin! Rusia Akan Terus Luncurkan Rudal Oreshnik

    Video: Ancaman Putin! Rusia Akan Terus Luncurkan Rudal Oreshnik

    Jakarta, CNBC Indonesia– Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan pada hari Jumat (22/11) bahwa Rusia akan terus menguji rudal hipersonik Oreshnik yang ditembakkannya ke Ukraina sehari sebelumnya dan memulai produksi serial sistem baru tersebut.

    Sebelumnya, Moskow menembakkan rudal balistik jarak menengah baru ke kota Dnipro di Ukraina tengah pada hari Kamis (21/11)

    Berbicara pada pertemuan dengan para pejabat militer, Putin mengatakan Rusia meluncurkan produksi rudal Oreshnik baru yang menurutnya kebal terhadap intersepsi oleh sistem pertahanan udara yang ada.

    Dia mengatakan Rusia “akan melanjutkan pengujian, termasuk dalam pertempuran tergantung pada situasi dan karakter ancaman keamanan yang diciptakan untuk Rusia.”

    Menurut Putin meskipun rudal baru itu bukan rudal antarbenua, rudal itu sangat kuat sehingga penggunaan beberapa rudal semacam itu bisa sama dahsyatnya dengan serangan dengan senjata strategis.

  • Putin Akan Banyak Uji Coba Rudal Hipersonik Rusia Usai Ditembak ke Ukraina

    Putin Akan Banyak Uji Coba Rudal Hipersonik Rusia Usai Ditembak ke Ukraina

    Jakarta

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan bahwa Moskow akan melakukan lebih banyak uji coba rudal balistik hipersonik Oreshnik dalam ‘kondisi tempur’. Putin mengatakan hal tersebut sehari setelah menembakkan satu rudal ke Ukraina.

    “Kami akan melanjutkan uji coba ini, termasuk dalam kondisi tempur, tergantung pada situasi dan karakter ancaman keamanan yang ditujukan ke Rusia,” kata Putin dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan para kepala militer dilansir AFP, Sabtu (23/11/2024).

    Rusia menembakkan rudal generasi baru ke kota Dnipro, Ukraina, pada Kamis (21/11) dini hari dalam peningkatan besar persenjataan yang dikerahkan pada konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun.

    Bos Kremlin juga memerintahkan rudal tersebut, yang terbang dengan kecepatan Mach 10–10 kali kecepatan suara–untuk diproduksi secara massal. Rusia sedang mengembangkan sistem canggih serupa, tambahnya.

    “Kita perlu memulai produksi massal. Keputusan… pada dasarnya telah diambil,” kata Putin, memuji “kekuatan khusus senjata ini dan kekuatannya.

    “Sistem senjata yang diuji kemarin adalah jaminan setia lainnya atas integritas dan kedaulatan teritorial Rusia,” tambahnya.

    Pertemuan yang diaturnya dengan menteri pertahanan dan mereka yang bertanggung jawab untuk mengembangkan rudal itu terjadi pada akhir minggu ketika konflik Ukraina meningkat dengan cepat.

    Putin mengatakan penembakan rudal Oreshnik merupakan tanggapan langsung terhadap pasukan Kyiv yang menggunakan rudal yang dipasok Amerika Serikat (AS) dan Inggris di wilayah Rusia untuk pertama kalinya.

    (rfs/rfs)

  • Booster Rupiah Sore Ini: Surplus Neraca Pembayaran Indonesia

    Booster Rupiah Sore Ini: Surplus Neraca Pembayaran Indonesia

    Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat, ditutup meningkat didukung surplus neraca pembayaran Indonesia dengan penurunan defisit transaksi berjalan.
     
    Pada akhir perdagangan Jumat, rupiah menguat 56 poin atau 0,35 persen menjadi Rp15.875 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.931 per USD.
     
    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada Jumat naik ke level Rp15.911 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.942 per USD.
    “Terdapat penurunan defisit transaksi berjalan Indonesia pada triwulan III-2024, dari 0,95 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 0,60 persen dari PDB, sejalan dengan peningkatan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia dan penurunan defisit pendapatan primer. Setelah rilis data tersebut, depresiasi rupiah tertahan,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi Antara, Jumat, 22 November 2024.
     
    Neraca pembayaran Indonesia pada triwulan III-2024 telah dirilis oleh Bank Indonesia. Dalam laporan tersebut, NPI pada triwulan III-2024 mencatat surplus sebesar USD5,9 miliar, dari sebelumnya defisit sebesar USD0,6 miliar pada triwulan II-2024.
     
     

    Neraca transaksi berjalan defisit

    Pada periode yang sama, neraca transaksi berjalan mencatat defisit sebesar USD2,2 miliar atau sebesar 0,6 persen dari PDB, lebih rendah dibandingkan dengan defisit sebesar USD3,2 miliar atau 0,9 persen dari PDB pada triwulan II-2024.
     
    Kinerja neraca transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang nonmigas yang berlanjut, didukung oleh pertumbuhan ekspor nonmigas seiring dengan kenaikan harga komoditas, di tengah impor yang tumbuh lebih tinggi sejalan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik.
     
    Sementara dari sisi eksternal, Josua menuturkan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina terus meningkat setelah adanya pernyataan dari pemimpin Ukraina dan Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan Rusia meluncurkan rudal baru berkarakteristik ICBM ke Dnipro.
     
    Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui mereka meluncurkan rudal balistik jarak menengah model baru sebagai bagian dari aksi balasan atas serangan Ukraina awal pekan ini. Meningkatnya ketegangan itu dapat meningkatkan permintaan yang lebih kuat untuk aset-aset safe haven, sehingga mendorong apresiasi dolar AS.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AHL)