Tag: Vladimir Putin

  • Tak Juga Merebut Pokrovsk, Rusia Diduga Ubah Strategi Perangnya Untuk Menguasai Donetsk – Halaman all

    Tak Juga Merebut Pokrovsk, Rusia Diduga Ubah Strategi Perangnya Untuk Menguasai Donetsk – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM — Meski telah mengepung kota Pokrovsk, militer Rusia tidak juga berusaha merebut kota gudang logistik pasukan Kiev di Donetsk, Ukraina timur.

    Dibanding pekan-pekan sebelumnya, di mana pasukan gabungan dari Moskow terus menggempur baik dari darat maupun udara, beberapa hari ini serangan disebut telah berkurang.

    Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina seperti dikutip dari Ukrinform mengabarkan sepanjang 24 jam Senin (23/12/2024) Rusia telah menyerang sebanyak 21 kali.

    Serangan di sektor Pokrovsk tersebut terjadi di wilayah Myroliubivka, Dachenske, Novyi Trud, Novotroitske, Zelene, Novoielyzavetivka, Novoolenivka, Novopustynka dan Uspenivka.

    Ukraina mengklaim sebanyak dengan 11 serangan berhasil ditangkis, sementara pertempuran sengit lainnya masih berlangsung.

    Pertempuran tersebut menurut Institut Studi Perang (ISW) terus berkurang dibanding pekan lalu, di mana setiap hari hampir terjadi lebih dari 40 pertempuran.

    Dengan semakin melemahnya perlawanan Ukraina di wilayah Pokrovsk, mestinya Rusia secepatnya ‘menghabisi’ kota paling strategis yang juga menjadi transit rotasi pasukan Ukraina ke seluruh wilayah Donetsk tersebut. 

    Saat ini ada dua kota strategis di barat daya Donetsk yang belum sepenuhnya dikuasai Rusia yaitu Pokrovsk dan Kurakhovo. Namun dengan kalahnya jumlah personel dan senjata Ukraina, maka penaklukan dua kota tersebut diyakini hanya menunggu waktu.

    ISW memprediksi bahwa Rusia kemungkinan menerapkan strategi baru. Vladimir Putin diduga sedang mengganti strategi perangnya, yaitu  dengan memfokuskan upaya untuk mengamankan perolehan teritorial daripada merebut kota-kota besar.

    “Putin mungkin telah memerintahkan komando militer untuk menunda perebutan kota strategis Pokrovsk, dengan fokus pada kemajuan melalui ladang terbuka dan permukiman kecil. Pasukan Rusia sekarang berada 10 kilometer dari perbatasan administratif wilayah Donetsk dan Dnipropetrovsk,” demikian analisis ISW.

    Lembaga asal Amerika Serikat tersebut menekankan bahwa perebutan seluruh wilayah Donetsk tetap menjadi salah satu tujuan utama Kremlin. Kemajuan ini kemungkinan digunakan sebagai elemen propaganda untuk menunjukkan keberhasilan tentara Rusia baik di dalam negeri maupun internasional.

    Analis menambahkan bahwa operasi terorganisasi terhadap kota-kota yang dibentengi dengan baik dapat memperlambat laju kemajuan, yang sangat penting bagi upaya Kremlin untuk menunjukkan superioritas Rusia di panggung dunia.

    Sementara media Ukraina lainnya, Ukrainska Pravda mengabarkan, pasukan Rusia secara bertahap bergerak maju ke selatan dan barat daya Pokrovsk. 

    Namun, masih belum jelas apakah mereka akan dapat menggunakan kemajuan ini untuk mengepung kota tersebut atau apakah mereka bermaksud untuk maju ke perbatasan administratif Oblast Donetsk.

    Pasukan Ukraina bertempur melawan Rusia di Donetsk (Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina via Ukrinform)

    Tidak jelas upaya mana yang akan diprioritaskan oleh komando militer Rusia. Kemungkinan besar Presiden Rusia Vladimir Putin telah menugaskan militer untuk mengonsolidasikan perolehan teritorial daripada merebut permukiman besar.

    Komando Rusia tampaknya telah membagi tanggung jawab untuk sektor Pokrovsky antara pasukan gabungan ke-2 dan ke-41 dari Distrik Militer Pusat. Namun, ISW belum mengamati aktivitas signifikan di area tanggung jawab ZVA.

    Penurunan kemampuan tempur pasukan Rusia dapat memperlambat kemajuan mereka ke arah Pokrovsky. Peningkatan kerugian lapis baja selama setahun terakhir, terutama di antara unit-unit yang berada di garis depan selama sebagian besar tahun 2024, juga dapat memengaruhi laju operasi mereka. (Ukrinform/Pravda/ISW/Tribunnews.com)

  • Kebakaran ‘Misterius’ Lahap Gudang Drone di Tatarstan Barat Rusia, Putin Merugi Rp 200 Miliar – Halaman all

    Kebakaran ‘Misterius’ Lahap Gudang Drone di Tatarstan Barat Rusia, Putin Merugi Rp 200 Miliar – Halaman all

    Kebakaran Misterius melanda gudang drone Shahed di wilayah Tatarstan barat Rusia. Putin disebut rugi capai Rp 200 Miliar.

    Tayang: Senin, 23 Desember 2024 20:58 WIB

    Sputnik/Kristina Kormilitsyna

    Presiden Rusia Vladimir Putin pada konferensi pers akhir tahun dan sesi tanya jawab tahunannya di Moskow. – Kebakaran Misterius melanda gudang drone Shahed di wilayah Tatarstan barat Rusia. Putin disebut rugi capai Rp 200 Miliar. 

    TRIBUNNEWS.COM – Kebakaran ‘misterius’ telah terjadi di gudang drone Shahed di wilayah Tatarstan barat Rusia.

    Kebakaran tersebut menghancurkan komponen drone senilai $16 juta.

    Atau jika dirupiahkan sekitar Rp 258.928.166.400.

    Hal itu dilaporkan oleh Kementerian Pertahanan Ukraina, mengutip Sky News, Senin (23/12/2024).

    Kementerian itu melaporkan bahwa gudang yang menyimpan suku cadang untuk kendaraan udara tak berawak Shahed-136 telah dihancurkan.

    “Kebakaran misterius yang merusak itu merupakan pukulan lain bagi kompleks industri militer teroris Rusia,” kata Kementerian Pertahanan Ukraina melaporkan.

    Dalam keterangannya, Kementerian Pertahanan Ukraina juga menyebut-nyebut soal pembalasan hingga keadilan.

    “Direktorat jenderal intelijen militer Kementerian Pertahanan Ukraina mengingatkan bahwa akan ada pembalasan yang adil atas setiap kejahatan perang yang dilakukan terhadap rakyat Ukraina,” tuturnya lagi.

    Rusia Rebut Desa di Ukraina Timur 

    Pasukan Rusia telah menguasai desa Storozheve di Ukraina timur, kantor berita Interfax melaporkan.

    Desa tersebut terletak di wilayah Donetsk yang tengah dilanda pertempuran sengit.

    Rusia pun berniat merebut seluruh wilayah timur.

    Tahun lalu, Ukraina mengklaim mereka telah membebaskan desa Storozheve, yang direbut oleh Rusia setelah invasi mereka. 

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Gerbang PD 3 Terbuka, Putin Ungkap Kapan Rusia Tembak Senjata Nuklir

    Gerbang PD 3 Terbuka, Putin Ungkap Kapan Rusia Tembak Senjata Nuklir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Kremlin berhak menggunakan senjata nuklir terhadap negara mana pun yang mengancam Rusia atau Belarus. Hal ini disampaikannya saat membahas doktrin nuklir baru negaranya.

    “Saat kita berbicara tentang bahaya militer tertentu yang dapat berkembang menjadi ancaman baru, kita berbicara tentang peningkatan tanggung jawab negara-negara non-nuklir yang dapat berpartisipasi dalam agresi terhadap Rusia, di samping negara-negara yang memiliki kemampuan nuklir,” kata Putin dalam sesi tanya jawab yang disiarkan televisi, seperti dikutip Newsweek, Senin (23/12/2024).

    “Jika negara-negara tersebut mengancam kami, kami berhak menggunakan senjata nuklir kami untuk melawan mereka,” tambahnya.

    Putin juga mengumumkan bahwa jika ancaman yang sama ditujukan kepada Belarus, pihaknya akan melakukan segala hal untuk menjamin keamanan negara sekutu tersebut.

    “Saya pikir ini adalah komponen yang sangat penting dari doktrin nuklir yang diperbarui,” tambahnya.

    Doktrin nuklir baru Rusia untuk menurunkan ambang batas penggunaan persenjataan atom terbesar di dunia menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat internasional.

    Dokumen yang diperbarui tersebut ditandatangani 1.000 hari sejak dimulainya invasi skala penuh Rusia ke Ukraina dan diikuti oleh pemerintahan Presiden Joe Biden yang mencabut pembatasan penggunaan ATACMS (Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat) oleh Kyiv untuk menyerang wilayah Rusia.

    Perubahan sikap Rusia mencakup setidaknya empat perubahan besar.

    Pertama, agresi terhadap Belarus ditambahkan ke doktrin tersebut, yang sebelumnya hanya menyebutkan ancaman terhadap Rusia. Pemimpin Belarus, Alexander Lukashenko, adalah sekutu terdekat Putin di Eropa dan telah mengizinkan negaranya menjadi tuan rumah bagi hulu ledak nuklir Rusia.

    Kedua, Rusia sebelumnya telah memperingatkan tentang respons nuklir jika “keberadaan negara terancam.” Pedoman yang direvisi sekarang merujuk pada “ancaman kritis” terhadap “kedaulatan,” serta “integritas teritorial” Rusia dan Belarus.

    Ketiga, doktrin baru tersebut menambah daftar hal-hal yang dianggap Rusia sebagai bahaya militer yang mungkin memerlukan respons nuklir.

    Hal-hal tersebut termasuk kepemilikan segala jenis senjata pemusnah massal yang dapat digunakan untuk melawan Rusia, latihan militer di dekat perbatasan Rusia, serta upaya untuk menyerang fasilitas yang membahayakan lingkungan atau mengisolasi sebagian wilayah Rusia.

    Terakhir, dokumen yang diperbarui tersebut tidak lagi mengatakan bahwa Rusia menganggap senjata nuklir “hanya” sebagai alat pencegahan, dan menambahkan bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir untuk melawan musuh-musuh “potensial”.

    (sef/sef)

  • Penghinaan-Penghinaan Terbesar Rusia ke Bashar al-Assad yang Anehnya Diterima dengan Tangan Terbuka – Halaman all

    Penghinaan-Penghinaan Terbesar Rusia ke Bashar al-Assad yang Anehnya Diterima dengan Tangan Terbuka – Halaman all

    Penghinaan-Penghinaan Terbesar Rusia ke Bashar al-Assad yang Anehnya Diterima dengan Tangan Terbuka

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden terguling Suriah, Bashar al-Assad saat ini mungkin masih hidup dengan nyaman di Moskow dari ‘kebaikan’ Presiden Rusia, Vladimir Putin.

    Tapi di balik kehidupannya saat ini, Assad menjalani hari-hari dengan penuh kehinaan dari negara yang saat ini memberikannya suaka demi bisa hidup dan bernyawa, tulis ulasan Khaberni, dikutip Senin (23/12/2024).

    Ulasan itu menulis, betapa pada tahun-tahun sebelum jatuhnya Bashar al-Assad dipenuhi dengan sejumlah hinaan yang ditujukan kepadanya oleh Rusia.

    Namun, anehnya, seperti tidak punya harga diri, Assad menerima hinaan-hinaan itu secara mudah.

    Ulasan itu menggambarkan penerimaan Assad atas hinaan Rusia dengan kalimat, ‘dia menerimanya dengan tangan terbuka’.

    “Seperti yang dia gambarkan sendiri, dia menyerahkan kedaulatan negara (ke Rusia), sebagai hadiah darinya, untuk pendukung militernya yang membantunya membunuh warga Suriah dan menumpahkan darah mereka. Dan dia (Rusia) adalah sekutu yang sama yang memutuskan agar sang presiden ‘boneka’ untuk dievakuasi,” papar ulasan tersebut.

    “Dia diselundupkan dari pangkalan Rusia pada jam-jam terakhir sebelum pengumuman resmi kejatuhannya,” sambung ulasan tersebut memaparkan berbagai jenis hinaan Rusia ke Assad yang diterima dengan ‘tangan terbuka’.

    Apa saja hinaan terbesar Rusia ke Assad tersebut?

    Diminta untuk Kabur Bukan Atas Keinginan Sendiri, Diangkut Kapal Kargo

    Bashar al-Assad, yang mengumumkan kejatuhannya dan melarikan diri ke Rusia pada tanggal 8 bulan ini, menerima lebih dari satu penghinaan besar dari sekutunya, Rusia.

    Sebagai catatan, Rusia memang memberi Assad dukungan militer, selama tahun-tahun kepemimpinannya untuk berperang melawan mereka yang memberontak terhadapnya. 

    “Penghinaan ini, yang diterima Assad “dengan tangan terbuka,” adalah harga atas kesombongannya dan mempersenjatai tentara asing untuk membunuh rakyatnya sendiri, seperti yang disebutkan dalam literatur revolusi Suriah beberapa tahun yang lalu,” tulis ulasan Khaberni.

    Ulasan tersebut menggarisbawahi pernyataan pertama Assad pasca-lengser, pada 16 Desember 2024.

    Patut dicatat, pernyataan Assad yang dilaporkan itu diunggah di saluran Telegram milik kepresidenan Suriah pada Senin pekan lalu, meskipun tidak jelas siapa yang saat ini mengendalikannya – atau apakah dia sendiri yang menulisnya.

    Pada unggahan itu, Assad mengatakan, ketika ibu kota Suriah jatuh ke tangan pemberontak, dia pergi ke pangkalan militer Rusia di provinsi Latakia “untuk mengawasi operasi tempur” hanya untuk melihat bahwa pasukan Suriah telah meninggalkan posisi.

    Pangkalan udara Hmeimim juga menjadi sasaran “serangan intensif oleh serangan pesawat tak berawak” dan Rusia telah memutuskan untuk menerbangkannya ke Moskow, katanya.

    Dalam pernyataan tersebut – yang diterbitkan dalam bahasa Arab dan Inggris – mantan pemimpin Suriah tersebut dilaporkan menjelaskan apa yang terjadi pada tanggal 8 Desember – dan bagaimana dia tampaknya dikepung di pangkalan Rusia.

    “Karena tidak ada cara yang layak untuk meninggalkan pangkalan tersebut, Moskow meminta komando pangkalan untuk mengatur evakuasi segera ke Rusia pada Minggu malam, 8 Desember,” bunyi pernyataan itu.

    “Ini terjadi sehari setelah jatuhnya Damaskus, menyusul runtuhnya posisi militer terakhir dan kelumpuhan semua lembaga negara yang tersisa.”

    Pernyataan itu menambahkan bahwa “tidak pada saat apa pun selama peristiwa ini saya mempertimbangkan untuk mengundurkan diri atau mencari perlindungan, juga tidak ada usulan yang diajukan oleh individu atau pihak mana pun”.

    “Ketika negara jatuh ke tangan pemberontak dan kemampuan untuk memberikan kontribusi yang berarti hilang, posisi apa pun menjadi tidak ada gunanya,” katanya.

    Assad akhirnya terbang menggunakan pesawat Surih Ilyushin Il-76T, sebuah pesawat kargo yang diperuntukan untuk pengangkutan barang dan logistik.

    Khaberni menilai, ini menjadi sebuah penghinaan besar bagi Assad dari Rusia karena artinya, tentara Assad tidak meminta hal ini.

    “Assad juga tidak memintanya. Perintah evakuasi ini datang dari pasukan asing yang memutuskan untuk memindahkannya untuk mengamankan pelariannya,” kata tulisan itu.

    Militer Rusia mencegah Assad mengikuti Putin di Suriah

    Dihalangi untuk Mendekati Putin di Negaranya Sendiri 

    Ulasan itu kemudian menggambarkan, penghinaan di muka publik paling terkenal yang diterima Al-Assad dari sekutu Rusianya, dengan tangan terbuka, saat tentara Rusia menghalanginya untuk bergerak dan berjalan di negaranya sendiri, Suriah.

    Penghinaan Rusia yang paling terkenal terhadap Bashar al-Assad itu terjadi pada Desember 2017, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi pangkalan militernya di daerah Hmeimim di kota Jableh di Latakia, Suriah.

    Putin mendatangi pangkalan militer Rusia itu untuk berpidato di depan para pasukannya yang bertugas di negara orang.

    Dari video yang tersebar luas di media sosial saat itu, awalnya Assad tampak menyambut kedangan Presiden Rusia.

    Namun setelah itu, Putin tampak berjalan jauh di depan Assad.

    Bashar al-Assad mencoba mengejar langkah Putin, namun seorang tentara Rusia mencegah Assad berjalan.

    “Di belakang Putin, tentara Rusia itu meletakkan tangannya di siku Assad, mencegahnya untuk mengejar. Assad menganggukkan kepalanya, tanda setuju atas pencegahan tersebut.

    Kaum oposisi rezim Assad saat itu menyebut insiden tersebut sebagai adegan yang “memalukan”.

    “Dengan menggunakan tangan, mereka mencegah dia berjalan di tanahnya sendiri. Penghinaan ini karena presiden rezim tersebut menyerahkan kedaulatan negaranya (ke Rusia), dengan imbalan melindungi tahtanya, menurut terhadap komentar dan kritik yang menghujaninya bahkan ketika seorang tentara Rusia diulurkan untuk mencegahnya mengikuti Presiden Rusia Putin,” tulis Khaberni. 

    Patut dicatat bahwa penghinaan paling terkenal yang dimaksud tidak terbatas pada aksi pencegahan tentara Rusia menggunakan tangan ke Assad.

    Di balik insiden itu, Rusia juga tidak memberi tahu Assad tentang pengaturan kunjungan pada acara yang akan diadakan Putin.

    “Rusia tidak melakukan koordinasi protokol apa pun dengan Assad sebagai presiden untuk menentukan acara tersebut. Assad memutuskan untuk mengikuti Putin, tapi dia dicegah, dan dia menerima penghinaan itu. Hal ini terlihat jelas dari anggukannya kepada tentara Rusia yang menghalanginya, dengan senyuman puas, saat Assad berdiri bersama pengawal dan tentara presiden Rusia lainnya, menunggu Putin menyelesaikan pidatonya,” kata ulasan itu.

    Kejutan Kunjungan Pejabat Rusia di Depan Pintu Istana

    Penghinaan lain Rusia ke Assad yang menggambarkan betapa sang presiden terguling Suriah sama sekali tak berarti dan tidak memiliki ‘harga diri’ adalah momen pada tanggal 18 Juni 2016.

    “Al-Assad pernah dikejutkan, dari pintu istananya, oleh kunjungan pejabat tinggi Rusia, tanpa ada yang menyadarinya,” kata ulasan itu.

    Insiden penghinaan yang disebutkan di atas terjadi ketika media rezim menerbitkan gambar Assad menerima Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia pada saat itu.

    Assad menyambutnya dengan mengatakan: “Saya sangat senang bertemu dengan Anda kejutan yang menyenangkan!”

    Namun, kejutan yang nyata dan memalukan adalah Al-Assad tidak mengetahui identitas tamunya yang akan mengunjunginya, sehingga dia berkata kepadanya dalam sebuah video terkenal: “Saya tidak tahu bahwa Anda akan datang sendiri!”

    “Assad mengakui bahwa dia belum menerima kabar dari siapa pun bahwa Menteri Pertahanan Rusia akan mengunjungi negaranya, namun dia terkejut olehnya di depan pintu istananya, dan inilah mengapa Al-Assad berkata, “Sebuah kejutan,” yang dia gambarkan sebagai sesuatu yang menyenangkan”,” tulis ulasan tersebut.

    Dalam foto tanggal 20 November 2017 ini, Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, memeluk Presiden Suriah Bashar Assad di kediaman Bocharov Ruchei di resor Laut Hitam Sochi, Rusia. (Mikhail Klimentyev, Kremlin Pool Photo via AP, File)

    Singa yang Menunduk

    Rangkaian penghinaan lain yang diterima Al-Assad dengan tangan terbuka dari sekutu Rusianya, juga terjadi salah satunya terjadi pada tanggal 20 November 2017. 

    Pada hari itu, Al-Assad muncul di “Sochi” Rusia, tempat dia bertemu dengan Presiden Rusia.

    Assad sendirian, tanpa kehadiran pejabat apa pun di rezimnya, di mana Assad memeluk dan memeluk Presiden Rusia, dalam sebuah gambar yang menimbulkan ejekan yang parah.

    Ejekan muncul karena posisi “memalukan” di mana Assad saat datang dia membungkuk dan memeluk Putin.

    Ulasan khaberni menulisnya dengan kata ‘singa yang menunduk’.

    “Presiden Rusia, dengan cara yang melampaui norma-norma diplomatik, memeluknya tampak seolah-olah bak sang ayah sedang memeluk putranya yang ketakutan, menenangkannya, dan menepuk punggungnya. Sebuah pemandangan yang tidak layak untuk posis presiden,” menurut apa yang diberitakan di pers Arab.

    Assad Diangkut Pesawat Kargo ke Moskow

    Di antara penghinaan lain yang diterima Assad adalah pemindahannya ke Rusia dengan pesawat kargo Rusia.

    Pada tahun 2017, laporan menunjukkan bahwa Bashar al-Assad “dikirim” oleh pesawat kargo Rusia, yang lepas landas dari bandara pangkalan udara Rusia di pesisir “Jableh”.

    Perlu dicatat bahwa berita perjalanan Assad ke Moskow, dengan pesawat kargo, tidak terbatas pada sumber lokal atau Arab saja, namun dipublikasikan pada saat itu oleh media Rusia.

    Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa media Assad tidak menyangkal berita tersebut, begitu pula media sekutu Rusianya.

     

    (oln/khbrn/*)

     

  • Gerbang PD 3 Terbuka, Putin Ungkap Kapan Rusia Tembak Senjata Nuklir

    Rusia Kebobolan! Putin Menggila di Ukraina, Siapkan Aksi Balas Dendam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji akan melakukan pembalasan setelah serangan drone Ukraina menghantam gedung-gedung residensial di kota Kazan, wilayah Tatarstan, Rusia. Dalam pernyataan yang disampaikan melalui tautan video pada acara pembukaan jalan, Putin memberikan peringatan tegas kepada Ukraina.

    “Siapapun yang mencoba menghancurkan negara kita, mereka akan menghadapi kehancuran yang jauh lebih besar dan akan menyesali apa yang mereka lakukan,” kata Putin kepada pemimpin lokal Tatarstan, dilansir Al Jazeera, Senin (23/12/2024).

    Pada Sabtu pagi, enam drone Ukraina menghantam gedung-gedung residensial di Kazan, sementara satu drone lainnya menargetkan fasilitas industri. Meski tidak ada laporan resmi tentang korban jiwa, laporan media menyebutkan tiga orang mengalami luka ringan akibat pecahan kaca jendela yang pecah.

    Video yang beredar di media sosial Rusia menunjukkan momen ketika drone menghantam gedung tinggi berlapis kaca dan memicu bola api besar. Meski begitu, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan akibat serangan tersebut.

    Kazan terletak lebih dari 1.000 kilometer dari perbatasan Ukraina, dan meskipun Ukraina tidak secara resmi mengeklaim bertanggung jawab atas serangan itu, banyak pihak yang menganggapnya sebagai balasan atas serangan rudal Rusia terhadap Kyiv.

    Putin sebelumnya telah mengancam akan menyerang pusat kota Kyiv dengan rudal balistik hipersonik sebagai tanggapan atas serangan Ukraina di wilayah Rusia. Ancaman terbaru ini menambah ketegangan di tengah eskalasi konflik antara kedua negara.

    Kemajuan Rusia di Medan Perang

    Sementara itu, Rusia mengklaim telah mencapai kemajuan baru di medan perang di wilayah timur Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan melalui Telegram bahwa pasukannya telah “membebaskan” desa Lozova di wilayah timur laut Kharkiv dan Krasnoye, yang disebut Sontsivka oleh Ukraina.

    Krasnoye terletak di dekat pusat sumber daya Kurakhove, yang hampir dikepung oleh pasukan Rusia dan dianggap sebagai target strategis penting dalam upaya Moskow untuk merebut seluruh wilayah Donetsk.

    Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia telah mempercepat serangannya di timur Ukraina, dengan tujuan menguasai sebanyak mungkin wilayah sebelum Presiden terpilih AS, Donald Trump, resmi menjabat pada Januari mendatang.

    Adapun Trump telah berjanji untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun ini dengan cepat, meskipun belum memberikan rincian konkret terkait kesepakatan gencatan senjata atau perdamaian.

    Tentara Rusia mengeklaim telah merebut lebih dari 190 permukiman Ukraina sepanjang tahun ini. Di sisi lain, Kyiv terus berjuang mempertahankan wilayahnya di tengah kekurangan tenaga dan amunisi.

    (luc/luc)

  • Trump Ungkap Segera Bertemu Putin untuk Akhiri Perang Ukraina-Rusia

    Trump Ungkap Segera Bertemu Putin untuk Akhiri Perang Ukraina-Rusia

    Jakarta

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengungkap komunikasi terbarunya dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Trump mengatakan Putin mengajaknya bertemu dalam waktu dekat.

    “Presiden Putin mengatakan bahwa dia ingin bertemu dengan saya sesegera mungkin,” kata Trump dilansir Anadolu Agency, Senin (22/12/2024).

    Pernyataan itu disampaikan Trump dalam pidatonya di Arizona pada Minggu (22/12) waktu setempat. Trump mengatakan Putin ingin bertemu untuk membahas perang Rusia dan Ukraina.

    “Kita harus menunggu ini, tapi kita harus mengakhiri perang itu. Perang itu mengerikan, mengerikan,” kata Trump.

    Perang Rusia-Ukraina menjadi salah satu topik yang diangkat Trump dalam kampanyenya di Pilpres AS 2024. Trump berjanji akan mengakhiri perang kedua negara tersebut dalam 24 jam jika ia terpilih sebagai Presiden AS.

    “Jumlah tentara yang terbunuh… Ini adalah pesawat datar, dan pelurunya melesat, dan ada peluru yang kuat, senjata yang kuat. Satu-satunya hal yang akan menghentikan mereka adalah tubuh manusia,” kata Trump dalam pidatonya.

    Trump akan kembali ke Gedung Putih sebagai Presiden Amerika Serikat pada bulan Januari 2025. Di awal bulan ini, Trump telah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Paris bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    (ygs/ygs)

  • Tanpa Gencatan Senjata saat Natal, Zelensky Tuduh Hungaria Sok-sokan, Harapan Paus Fransiskus Pupus – Halaman all

    Tanpa Gencatan Senjata saat Natal, Zelensky Tuduh Hungaria Sok-sokan, Harapan Paus Fransiskus Pupus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paus Fransiskus menyerukan gencatan senjata di semua zona perang pada Malam Natal nanti.

    Ia mengutuk kekejaman pemboman sekolah dan rumah sakit di Ukraina dan Gaza.

    Pidato Paus dikutip oleh kantor berita AP , sebagaimana dilaporkan oleh European Pravda, berharap, agar senjata tidak bersuara dan lagu-lagu Natal dikumandangkan.

    “Marilah kita berdoa agar pada hari Natal akan ada gencatan senjata di semua medan perang, di Ukraina, di Tanah Suci, di seluruh Timur Tengah, dan di seluruh dunia,” kata Paus.

    Fransiskus, seperti yang sering dilakukannya, mengenang penderitaan Ukraina, yang terus dirundung oleh serangan terhadap kota-kota yang “kadang-kadang merusak sekolah, rumah sakit, dan gereja.”

    Ia juga mengungkapkan kesedihannya saat berbicara tentang Gaza, “atas kekejaman tersebut, penembakan anak-anak dengan senapan mesin, pemboman sekolah dan rumah sakit.”

    Sementara itu, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban baru-baru ini meningkatkan upayanya untuk membangun “gencatan senjata Natal” antara Ukraina dan Rusia.

    Hal itu direspons oleh Kementerian Luar Negeri Ukraina yang meminta Hungaria untuk menahan diri dari memanipulasi perang di Ukraina.

    Khususnya terkait usulan gencatan senjata Natal.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Heorhii Tykhyi, memberikan penegasan.

    “Tidak ada “gencatan senjata Natal” yang nyata di atas meja” dan bahwa usulan yang dituduhkan tersebut “hanya sekadar aksi humas oleh pihak Hungaria.”

    Ketegangan antara Kyiv dan Budapest meningkat setelah Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban menelepon penguasa Kremlin Vladimir Putin minggu lalu.

    Setelah itu, Orban mengatakan bahwa ia telah mengusulkan gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang skala besar antara Kyiv dan Moskow untuk Natal tetapi mengklaim bahwa Presiden Volodymyr Zelenskyy telah menolak gagasan tersebut.

    Kyiv menekankan bahwa pihaknya pertama kali mengetahui usulan “gencatan senjata” dari laporan media, karena pihak Hungaria belum mengomunikasikannya secara langsung.

    Sebelumnya, Presiden Zelenskyy mengkritik upaya Orban untuk menampilkan dirinya sebagai “mediator” dalam “penyelesaian” perang Rusia-Ukraina.

    Ancaman Rudal Rusia

    Defence Blog memberitakan, saat negara-negara Barat terus memperdebatkan hak Ukraina untuk menyebarkan rudal balistik dan jelajah jarak pendek untuk pertahanan diri, Rusia memperluas persenjataan mereka, mempersenjatai diri dengan rudal jarak jauh canggih dan bahkan senjata nuklir taktis.

    Kontras yang mencolok ini telah menjadi masalah mendesak bagi Ukraina, yang terus-menerus diserang rudal yang diluncurkan Rusia dan serangan udara yang berasal dari pangkalan di dekat perbatasan.

    Selama berbulan-bulan, Ukraina telah meminta persetujuan Barat untuk menggunakan rudal balistik jarak pendek dan rudal jelajah canggih untuk menargetkan pangkalan perbatasan Rusia.

    Lokasi-lokasi ini merupakan pusat penting untuk meluncurkan serangan udara dan serangan rudal balistik terhadap kota-kota dan infrastruktur Ukraina.

    Meskipun ancaman terus-menerus ada, diskusi di Barat berjalan lambat, sering kali dibatasi oleh masalah politik dan logistik.

    “Negara-negara demokrasi yang lemah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berdebat apakah akan mengizinkan Ukraina menggunakan ATACMS dan Taurus. Sementara itu, negara-negara otoriter dengan mudah mengubah Belarus menjadi proksi nuklir dan bersiap untuk menyerang Ukraina dengan rudal balistik jarak menengah Korea Utara,” tulis Oleksandr Arhat, salah satu pendiri Militarnyi, di platform media sosial X.

    Rusia semakin bergantung pada kemitraan dengan rezim sekutu untuk memperkuat persenjataannya.

    Salah satu contoh penting adalah Belarus, tempat senjata nuklir taktis yang dirancang untuk digunakan dengan sistem rudal Iskander telah dikerahkan.

    Moskow juga telah mengumumkan rencana untuk memasok Belarus dengan rudal balistik jarak menengah RS-26 Oreshnik pada tahun 2025, sebuah perkembangan yang dapat mengancam negara Eropa mana pun.

    Bersamaan dengan itu, Rusia telah menerima sistem rudal taktis dari Korea Utara, termasuk KN-23—yang juga dikenal sebagai Hwasong-11—yang telah digunakan secara luas terhadap target-target Ukraina.

    Andrii Cherniak, seorang perwakilan dari Direktorat Intelijen Pertahanan Ukraina, melaporkan bahwa Rusia telah meluncurkan sekitar 60 rudal Korea Utara selama invasi skala penuhnya ke Ukraina.

    Laporan terbaru dari Militarnyi mengindikasikan bahwa Rusia mungkin telah memperoleh rudal balistik jarak menengah KN-15 Pukguksong-2 milik Korea Utara.

    Sistem berkemampuan nuklir ini, yang terlihat di Oblast Tyumen, Rusia, diperkirakan memiliki jangkauan 2.000 kilometer, yang berpotensi menimbulkan ancaman jauh melampaui batas Ukraina.

    Ketimpangan dalam kemampuan rudal menyoroti ketidakseimbangan yang semakin besar.

    Sementara permintaan Ukraina untuk sistem Barat yang canggih seperti rudal Tomahawk dan Taurus masih dalam pertimbangan, rezim otokratis dengan cepat meningkatkan kemampuan ofensif mereka. Dinamika ini berisiko tidak hanya melemahkan upaya pertahanan Ukraina tetapi juga mengganggu stabilitas lanskap keamanan Eropa yang lebih luas.

    Seiring berkembangnya situasi, negara-negara demokrasi Barat harus bergulat dengan konsekuensi keputusan yang tertunda sementara negara-negara otoriter terus bertindak dengan impunitas relatif.

    (Tribunnews.com/Chrysnha)

  • Pakar: Rudal Oreshnik Rusia Tak Bisa Ditangkis Sistem Pertahanan Barat & Israel, Patriot Diejek – Halaman all

    Pakar: Rudal Oreshnik Rusia Tak Bisa Ditangkis Sistem Pertahanan Barat & Israel, Patriot Diejek – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin menantang Barat untuk menjatuhkan rudal hipersonik Oreshnik milik Rusia.

    Putin meminta Barat mengerahkan sistem pertahanan terbaiknya untuk menangkis Oreshnik mungkin nanti ditembakkan ke Ukraina.

    Tak hanya Putin, seorang pakar militer Rusia bernama Alexey Leonkov juga percaya diri dengan keampuhan Oreshnik.

    Dia mengklaim saat ini tidak ada sistem pertahanan udara milik Barat yang mampu menembak jatuh rudal hipersonik yang dibangga-banggakan Rusia itu.

    Dikutip dari Sputnik, sistem pertahanan THAAD milik Amerika Serikat (AS) dan Arrow 3 milik Israel mungkin bisa menangkis rudal hipersonik Rusia generasi pertama seperti Kinzhal dan Zirkon.

    Namun, kedua sistem itu hampir mustahil bisa menjatuhkan Oreshnik yang merupakan rudal hipersonik generasi kedua.

    Sistem pertahanan lain seperti IRIS-T milik Jerman, SAMP-T milik Prancis, atau NASAMS buatan AS dan Norwegia juga diklaim tidak berdaya menghadapi Oreshinik, bahkan jika sistem-sistem itu menembakkan seluruh rudal penangkisnya.

    Peluncuran rudal balistik jarak menengah 9M729 Oreshnik milik Rusia. (Kementerian Pertahanan Rusia)

    Leonkov kemudian menyindir sistem pertahanan Patriot buatan AS yang begitu terkenal.

    Dia menyebut Patriot pernah menembakkan semua rudal penangkisnya yang berjumlah 32 buah untuk menangkis rudal Kinzhal, tetapi tetap saja gagal.

    Sistem pertahanan Barat bisa mengarahkan rudal penangkis untuk menghantam target yang terbang dengan kecepatan Mach 2,5 atau 2,5 kali kecepatan suara.

    Namun, sistem itu tak akan bisa mengatasi Oreshnik yang mempunyai kecepatan hingga Mach 12.

    Leonkov menyebut sistem itu bisa “melihat” Oreshnik, tetapi tak bisa berbuat banyak.

    Oreshnik terus bermanuver dalam kecepatan hipersonik saat mendekati target. Oleh karena itu, sistem pertahanan lawan hampir mustahil bisa memprediksi lintasan Oreshnik.

    Eks pejabat Kemenhan AS akui kehebatan Oreshnik

    Michael Maloof, mantan analis senior kebijakan keamanan pada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) AS juga tidak menyangkal keampuhan Oreshnik.

    Dia menyindir Barat yang masih meragukan rudal hipersonik generasi kedua itu. Menurutnya, Oreshnik bahkan membuat AS jauh ketinggalan.

    “AS tidak hanya tidak punya sistem serangan hipersonik, AS bahkan juga tidak punya sistem pertahanan yang mungkin bisa menghentikan Oreshnik dan rudal kelas baru yang keluar,” kata Maloof.

    Dia mengatakan AS berusaha keras menjadi yang terdepan dalam sistem persenjataan canggih seperti itu.

    Sayangnya, AS malah cenderung menambah fitur yang tidak penting pada sistem itu. Pada akhirnya, sistem itu menjadi kemahalan dan malah tertinggal.

    Rudal Oreshnik (Newsinfo.ru)

    Menurut Maloof, AS enggan mengakui senjata yang dipunyai Rusia dan Tiongkok, tetapi tidak dipunyai AS, yakni rudal hipersonik.

    Dia menyebut seandainya AS tidak menarik diri dari Perjanjian Senjata Nuklir Jarak menengah tahun 2019, rudal seperti Oreshnik mungkin tidak akan dibuat oleh Rusia.

    Menurutnya, tindakan Rusia memamerkan Oreshnik merupakan cara lain Putin untuk meminta Presiden AS terpilih Donald Trump mempertimbangkan kembali perjanjian itu.

    Tantangan dari Putin

    Tempo hari Putin sudah menantang Barat untuk menembak jatuh rudal Oreshnik.

    Putin tampaknya ingin membungkam mulut para pakar dari Barat yang meragukan keampuhan Oreshnik.

    “Biarkan mereka (para pakar itu) memanggil nama kita dan mereka di Barat dan AS yang membayar analisis mereka untuk melakukan semacam eksperimen teknologi dan melakukan duel teknologi tinggi bergaya abad ke-21,” ujar Putin di Moskow hari Kamis, (19/12/2024), dikutip dari TASS.

    “Biarkan mereka memilih target, katakanlah di Kiev, dan menumpuk sistem pertahanan udara dan rudal mereka di sana, sementara kita akan meluncurkan rudal Oreshnik ke target. Kita akan melihat apa yang terjadi. Kita siap melihat eksperimen seperti itu.”

    Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam kunjungannya ke Kazakhstan. (EPA Photo)

    Putin mengatakan hal itu akan menarik bagi Rusia.

    “Apa yang saya katakan kepada kalian ialah apa yang dikatakan insinyur, ilmuwan, dan pakar militer katakan kepada saya. Pada level pemimpin politik di AS, mereka juga mengatakan sesuatu kepada saya. Mari lakukan eksperimen seperti duel teknologi dan lihat apa yang terjadi.”

    (Tribunnews/Febri)

  • Kucing Hingga Anjing, Ini Ragam Hewan Peliharaan Milik Pemimpin Negara

    Kucing Hingga Anjing, Ini Ragam Hewan Peliharaan Milik Pemimpin Negara

    Jakarta: Kepemilikan hewan peliharaan di kalangan pemimpin negara sering kali mencerminkan sisi humanis mereka dan memberikan momen yang lebih ringan dalam konteks tugas kenegaraan. 

    Keberadaan hewan peliharaan di kalangan pemimpin negara tidak hanya memberikan kebahagiaan bagi mereka tetapi juga membantu menciptakan citra yang lebih ramah dan dekat dengan masyarakat.

    Interaksi mereka dengan hewan peliharaan sering kali menjadi sorotan media dan memberikan momen-momen menyentuh yang mengurangi ketegangan dalam tugas kenegaraan. 

    Dengan demikian, hewan peliharaan dapat memperlihatkan sisi personal pemimpin yang lebih hangat, yang sering kali membawa dampak positif terhadap cara mereka dipandang oleh publik. 

    Berikut Medcom.id merangkum beberapa hewan peliharaan terkenal yang dimiliki oleh para pemimpin dunia.

    Peliharaan Pemimpin Negara

    1. Bobby Kertanegara – Prabowo Subianto (Indonesia)

    Kucing bernama Bobby Kertanegara adalah peliharaan Presiden Prabowo Subianto. Bobby, yang diadopsi pada tahun 2017, kini menjadi terkenal setelah ikut pindah ke Istana Negara Jakarta setelah pelantikan Prabowo sebagai presiden pada 20 Oktober 2024. 

    Kucing ini memiliki akun Instagram @bobbykertanegara yang diikuti ribuan orang, dan interaksi antara Prabowo dan Bobby sering menarik perhatian publik.

    2. Larry – Rishi Sunak (Inggris)

    Larry adalah kucing yang diadopsi oleh mantan Perdana Menteri David Cameron pada tahun 2011 dan kini berfungsi sebagai “Chief Mouser” di Downing Street. Larry dikenal karena kemampuannya menangkap tikus dan telah menjadi ikon di kalangan masyarakat Inggris.

    3. Anjing-anjing Vladimir Putin (Rusia)

    Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki beberapa anjing, termasuk Konni, yang merupakan hadiah dari Menteri Situasi Darurat Rusia. Selain itu, Putin juga memiliki anjing lain seperti Buffy dan Yume, yang masing-masing merupakan hadiah dari pemimpin negara lain.

    4. Willow dan Commander – Joe Biden (Amerika Serikat)

    Presiden AS Joe Biden memiliki seekor kucing bernama Willow dan anjing gembala Jerman bernama Commander. Willow diambil dari nama kampung halamannya di Willow Grove, Pennsylvania, sementara Commander sering terlihat mendampingi Biden di Gedung Putih.

    5. Harimau – Prince Mateen (Brunei Darussalam)

    Sultan Brunei memiliki kebun binatang pribadi yang menampung berbagai hewan eksotis, termasuk harimau. Hewan-hewan ini sering diperlihatkan kepada para pemimpin negara lain saat berkunjung.

    6. Nemo – Emmanuel Macron (Prancis)

    Nemo adalah anjing Labrador Retriever-Griffon yang diadopsi oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte pada tahun 2017. Anjing ini sering terlihat berkeliling Istana Elysee.

    Interaksi mereka dengan hewan peliharaan sering kali menjadi sorotan media dan memberikan momen-momen menyentuh yang mengurangi ketegangan dalam tugas kenegaraan. (Angel Rinella)

    Jakarta: Kepemilikan hewan peliharaan di kalangan pemimpin negara sering kali mencerminkan sisi humanis mereka dan memberikan momen yang lebih ringan dalam konteks tugas kenegaraan. 

    Keberadaan hewan peliharaan di kalangan pemimpin negara tidak hanya memberikan kebahagiaan bagi mereka tetapi juga membantu menciptakan citra yang lebih ramah dan dekat dengan masyarakat.
     
    Interaksi mereka dengan hewan peliharaan sering kali menjadi sorotan media dan memberikan momen-momen menyentuh yang mengurangi ketegangan dalam tugas kenegaraan. 

    Dengan demikian, hewan peliharaan dapat memperlihatkan sisi personal pemimpin yang lebih hangat, yang sering kali membawa dampak positif terhadap cara mereka dipandang oleh publik. 

    Berikut Medcom.id merangkum beberapa hewan peliharaan terkenal yang dimiliki oleh para pemimpin dunia.

    Peliharaan Pemimpin Negara

    1. Bobby Kertanegara – Prabowo Subianto (Indonesia)

    Kucing bernama Bobby Kertanegara adalah peliharaan Presiden Prabowo Subianto. Bobby, yang diadopsi pada tahun 2017, kini menjadi terkenal setelah ikut pindah ke Istana Negara Jakarta setelah pelantikan Prabowo sebagai presiden pada 20 Oktober 2024. 

    Kucing ini memiliki akun Instagram @bobbykertanegara yang diikuti ribuan orang, dan interaksi antara Prabowo dan Bobby sering menarik perhatian publik.

    2. Larry – Rishi Sunak (Inggris)

    Larry adalah kucing yang diadopsi oleh mantan Perdana Menteri David Cameron pada tahun 2011 dan kini berfungsi sebagai “Chief Mouser” di Downing Street. Larry dikenal karena kemampuannya menangkap tikus dan telah menjadi ikon di kalangan masyarakat Inggris.

    3. Anjing-anjing Vladimir Putin (Rusia)

    Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki beberapa anjing, termasuk Konni, yang merupakan hadiah dari Menteri Situasi Darurat Rusia. Selain itu, Putin juga memiliki anjing lain seperti Buffy dan Yume, yang masing-masing merupakan hadiah dari pemimpin negara lain.

    4. Willow dan Commander – Joe Biden (Amerika Serikat)

    Presiden AS Joe Biden memiliki seekor kucing bernama Willow dan anjing gembala Jerman bernama Commander. Willow diambil dari nama kampung halamannya di Willow Grove, Pennsylvania, sementara Commander sering terlihat mendampingi Biden di Gedung Putih.

    5. Harimau – Prince Mateen (Brunei Darussalam)

    Sultan Brunei memiliki kebun binatang pribadi yang menampung berbagai hewan eksotis, termasuk harimau. Hewan-hewan ini sering diperlihatkan kepada para pemimpin negara lain saat berkunjung.

    6. Nemo – Emmanuel Macron (Prancis)

    Nemo adalah anjing Labrador Retriever-Griffon yang diadopsi oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte pada tahun 2017. Anjing ini sering terlihat berkeliling Istana Elysee.

    Interaksi mereka dengan hewan peliharaan sering kali menjadi sorotan media dan memberikan momen-momen menyentuh yang mengurangi ketegangan dalam tugas kenegaraan. (Angel Rinella)

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WAN)

  • Ukraina Serang Rylsk Kursk Rusia dengan Roket AS HIMARS

    Ukraina Serang Rylsk Kursk Rusia dengan Roket AS HIMARS

    JAKARTA – Komite Investigasi Rusia menyebut serangan rudal Ukraina di Rylsk, Kursk, Rusia menewaskan banyak orang.

    Penjabat gubernur wilayah tersebut, Alexander Khinshtein, mengatakan Ukraina menembakkan roket HIMARS yang dipasok AS, merusak beberapa bangunan termasuk sekolah, pusat rekreasi, dan tempat tinggal pribadi.

    Tapi otoritas Rusia tak menyebut berapa jumlah korban tewas.

    “Saya memahami betapa sulitnya melihat kampung halaman dalam situasi sulit seperti ini,” tulis Khinshtein lewat saluran Telegram dilansir Reuters, Jumat, 20 Desember.

    “Tetapi kita akan mengatasinya bersama-sama. Semua bantuan yang diperlukan untuk para korban akan diberikan,” imbuhnya.

    Khinshtein mengatakan Ukraina terus menyerang daerah tersebut, sehingga mempersulit pergerakan pekerja darurat.

    Rylsk berjarak sekitar 16 mil (26 km) dari perbatasan dengan wilayah Sumy di Ukraina.

    Laporan yang belum dikonfirmasi oleh saluran Mash Telegram, yang dekat dengan penegak hukum Rusia, menyebutkan tujuh orang tewas dalam serangan rudal tersebut, termasuk satu anak.

    Pasukan Ukraina masih menguasai sebagian wilayah Kursk setelah menyerbu perbatasan dalam serangan mendadak pada 6 Agustus.

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam konferensi pers tahunannya pada Kamis, pasukan Ukraina bakal diusir dari Kursk.

    Ukraina menuduh Kyiv sengaja menargetkan warga sipil dalam serangan tersebut.