Tag: Vladimir Putin

  • Ancaman Besar Bos NATO kepada Putin: Kami Bisa Hancurkan Rusia, Jangan Menyerang – Halaman all

    Ancaman Besar Bos NATO kepada Putin: Kami Bisa Hancurkan Rusia, Jangan Menyerang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte menyampaikan ancaman keras kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Rutte mengklaim NATO bisa menghancurkan Rusia jika negara terbesar di dunia itu nekat menyerang salah satu anggota NATO.

    Dalam beberapa tahun belakangan para pejabat Eropa memang sudah menuding Rusia punya rencana agresif terhadap NATO.

    Di lain pihak, Putin berulang kali membantah tudingan itu dan menyebutnya tidak masuk akal. Dia mengatakan tudingan itu adalah dalih NATO untuk meningkatkan anggaran militer.

    “Saat ini jika Putin menyerang NATO, balasannya akan menghancurkanleburkan. Dia akan kalah. Jadi, jangan biarkan dia mencobanya, dan dia paham. [Kekuatan] penangkisan dan pertahanan [NATO] sangat kuat,” kata Rutte dalam konferensi pers di Kota Brussels, Belgia, hari Rabu, (12/2/2025), dikutip dari Russia Today.

    Lalu, Rutte mengatakan NATO perlu menggelontorkan dana lebih banyak dalam hal pertahanan agar bisa membela diri untuk periode lima tahun ke depan.

    Dia mendesak anggota NATO untuk membuat sejumlah keputusan sulit tahun ini perihal anggaran pertahanan.

    Setiap anggota NATO diwajibkan menggelontorkan dana senilai 2 persen produk domestik bruto (PDB) untuk keperluan pertahanan. Namun, Rutte mengimbau agar dana itu ditingkatkan atau lebih dari 2 persen.

    Dia mengklaim negara-negara Barat sudah punya pabrikan senjata yang fantastis. Namun, produksi pabrikan itu belum mencukupi sehingga perlu segera ditangani.

    Barat menduga Rusia akan menyerang

    Muncul dugaan mengenai rencana serangan Rusia setelah ada laporan dari Dinas Intelijen Pertahanan Denmark hari Selasa kemarin.

    Menurut laporan itu, dalam waktu lima tahun berakhirnya perang di Ukraina, Rusia akan siap menggelar operasi militer besar di Eropa. Hal itu didasarkan pada asumsi bahwa anggaran pertahanan tetap pada level saat ini.

    “Rusia tampaknya akan lebih suka menggunakan kekuatan militer jika Rusia memandang NATO lemah secara militer atau terpecah belah secara politik,” demikian pernyataan dinas intelijen itu.

    “Ini terutama benar jika memperkirakan bahwa Amerika Serikat tidak bisa atau tidak akan membantu negara-negara NATO dalam suatu perang.”

    Menurut laporan itu, Rusia tak akan punya cukup kemampuan untuk mengobarkan perang dengan banyak negara dalam waktu bersamaan.

    Dikutip dari Politico, Dinas Intelijen Denmark menyampaikan tiga skenario mengenai rencana perang Rusia jika konflik di Ukraina sudah rampung.

    Pertama, dalam waktu enam bulan, Rusia akan mengobarkan perang dengan negara-negara tetangganya.

    Kedua, dalam waktu dua tahun, Rusia bisa mengobarkan perang regional di kawasan Laut Baltik.

    Ketiga, dalam waktu lima tahun, Rusia bisa melancarkan serangan besar ke Eropa.

    Adapun bulan lalu Rutte meminta para anggota NATO untuk “bergeser ke paradigma masa perang” demi mencegah perang meletus.

    Dia juga menyindir anggota NATO yang enggan menggelontor dana lebih banyak untuk pertahanan.

    Kata dia, anggota yang enggan itu lebih baik “mengikuti kursus bahasa Rusia atau pindah ke Selandia Baru”.

    Akhir tahun kemarin Rutte menyarankan anggota NATO di Eropa untuk mengalihkan dana kesejahteraan masyarakat ke dana militer.

    Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah mendesak para anggota NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanannya hingga 5 persen PDB atau lebih dari dua kali target.

    Trump menyebut AS bisa saja keluar dari NATO jika para anggota NATO tidak membayar dengan cara mereka.

    Tahun lalu dia pernah mengaku bakal “mendorong” Rusia untuk menyerang negara NATO mana pun yang tidak memenuhi kewajiban anggarannya.

    (*)

  • Usai Telepon Putin, Trump Sebut Nego Akhiri Perang Ukraina Segera Dimulai

    Usai Telepon Putin, Trump Sebut Nego Akhiri Perang Ukraina Segera Dimulai

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina segera dimulai. Hal itu disampaikan Trump usai mengadakan pembicaraan telepon yang panjang bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Dilansir CNN, Kamis (13/2/2025) pejabat pemerintahan Trump mengatakan pihaknya berharap dilakukan “pertukaran” tahanan. Hal itu dapat menjadi pertanda dimulainya kembali upaya untuk mengakhiri perang, yang akan memasuki tahun keempat.

    Trump mengatakan pihaknya akan segera memulai negosiasi dengan mengirimkan tim. Trump juga akan memberitahu Zelensky terkait hal itu.

    “Kami membahas Ukraina, Timur Tengah, Energi, Kecerdasan Buatan, kekuatan Dolar, dan berbagai subjek lainnya,” kata Trump melalui akun Truth Socialnya.

    “Kami sepakat untuk bekerja sama, dengan sangat erat, termasuk saling mengunjungi negara masing-masing. Kami juga sepakat agar tim kami masing-masing segera memulai negosiasi, dan kami akan mulai dengan menelepon Presiden Zelenskyy, dari Ukraina, untuk memberi tahu dia tentang pembicaraan tersebut, sesuatu yang akan saya lakukan sekarang,” tulis Trump.

    Adapun pembicaraan antara Trump dan Putin itu bersikap bernada mendamaikan. Trump menyebut Putin bicara menggunakan akal sehatnya.

    “Presiden Putin bahkan menggunakan motto kampanye saya yang sangat kuat, ‘akal sehat.’ Kami berdua sangat percaya akan hal itu,” tulis Trump, yang menunjukkan bahwa mantan agen KGB di ujung telepon itu telah memilih kata-katanya dengan hati-hati untuk menarik perhatian pemimpin AS tersebut.

    Kremlin mengatakan pembicaraan Trump dan Putin itu berlangsung selama hampir 90 menit.

    Trump telah mengisyaratkan selama berminggu-minggu keinginannya untuk berbicara dengan Putin saat ia berupaya menyelesaikan konflik Ukraina.

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya langsung menghubungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky usai menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin dalam misi perdamaian. Trump menyebut Zelensky dan Putin sama-sama ingin berdamai.

    “Saya baru saja berbicara dengan Presiden Volodymyr Zelensky dari Ukraina. Percakapan berjalan dengan sangat baik. Dia, seperti Presiden Putin, ingin menciptakan perdamaian,” kata Trump di Truth Social, dilansir AFP, Kamis (13/2/2025

    Trump juga menambahkan bahwa Zelensky akan bertemu dengan Wakil Presiden AS JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio di Munich pada hari Jumat.

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Donald Trump Telepon Putin soal Akhiri Perang, Rusia Ogah Tukar Wilayah dengan Ukraina – Halaman all

    Donald Trump Telepon Putin soal Akhiri Perang, Rusia Ogah Tukar Wilayah dengan Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia melakukan panggilan telepon selama hampir 90 menit dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (12/2/2025).

    Kedua presiden itu membahas usulan Donald Trump untuk menengahi negosiasi yang akan mengakhiri perang Rusia dan Ukraina, serta isu-isu Timur Tengah, energi, kecerdasan buatan, dan dolar.

    “Ia (Putin) ingin ini (perang Rusia-Ukraina) berakhir. Ia tidak ingin mengakhirinya dan kemudian kembali bertempur enam bulan kemudian,” kata Donald Trump kepada wartawan di Ruang Oval, Rabu.

    Donald Trump mengatakan baik Putin maupun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menginginkan perdamaian.

    “Saya rasa kita sedang menuju perdamaian. Saya rasa Presiden Putin menginginkan perdamaian, Presiden Zelensky menginginkan perdamaian, dan saya menginginkan perdamaian. Saya hanya ingin melihat orang-orang berhenti terbunuh,” imbuhnya, seperti diberitakan Reuters.

    Presiden AS mengatakan dia dan Putin sepakat untuk memulai negosiasi guna mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

    “Kami sepakat untuk bekerja sama dengan sangat erat, termasuk saling mengunjungi negara masing-masing,” kata Donald Trump. 

    Dalam kesempatan itu, Donald Trump meramalkan gencatan senjata Rusia-Ukraina dapat terjadi dalam waktu dekat dan Ukraina perlu mengadakan pemilihan umum.

    Donald Trump juga mengatakan tidak praktis untuk memberikan Ukraina keanggotaan di NATO, yang menjadi titik kritis utama bagi Kyiv dalam setiap perundingan untuk mengakhiri perang dengan Rusia.

    Presiden AS mengatakan akan menelepon Zelensky dan memberitahu tentang percakapannya dengan Putin.

    “Kami akan mulai dengan menelepon Presiden Zelensky, dari Ukraina, untuk memberitahunya tentang percakapan tersebut,” ujarnya.

    Sementara itu, pemerintah Rusia di Kremlin juga mengonfirmasi panggilan telepon tersebut.

    “Trump berbicara mendukung penghentian permusuhan dengan cepat dan penyelesaian masalah secara damai selama panggilan telepon selama 1,5 jam,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, tanpa memberikan rincian lebih lanjut pada Rabu.

    Kremlin mengatakan Putin setuju dengan Donald Trump untuk penyelesaian jangka panjang yang dapat dicapai melalui negosiasi damai.

    “Namun, Putin menyebutkan perlunya mengatasi akar penyebab konflik,” kata Kremlin, menggunakan istilah konflik untuk menyebut perang Rusia-Ukraina.

    Putin Tolak Usulan Zelensky soal Tukar Wilayah

    Pada hari yang sama, Kremlin mengeluarkan pernyataan yang menolak usulan Zelensky yang berencana menukar wilayah Rusia di Kursk yang diduduki Ukraina dengan wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.

    “Ini tidak mungkin. Rusia tidak pernah membahas dan tidak akan pernah membahas masalah pertukaran wilayahnya,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti diberitakan RBC Rusia pada Rabu.

    Ia menekankan pasukan Ukraina akan diusir dari wilayah Rusia.

    Sebelumnya, Zelensky mengatakan dalam wawancara dengan The Guardian, bahwa ia bermaksud mengusulkan pertukaran wilayah yang diduduki Rusia dan Ukraina.

    “Kami akan menukar satu wilayah dengan wilayah lain. Saya tidak tahu (wilayah mana yang akan ditukar), kita lihat saja nanti. Tapi semua wilayah kita penting, tidak ada prioritas” kata Zelensky kepada The Guardian, Selasa (11/2/2025).

    Zelensky menganggap usulan tersebut adalah upaya untuk membangun posisi yang kuat bagi Ukraina sebelum berunding dengan Rusia.

    Ia juga berharap AS dan sekutunya di Eropa akan memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina jika Ukraina menyepakati untuk berdamai dengan Rusia.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Perang Rusia-Ukraina Tamat? Trump Resmi Bicara Damai ke Putin-Zelensky

    Perang Rusia-Ukraina Tamat? Trump Resmi Bicara Damai ke Putin-Zelensky

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang Rusia dan Ukraina sepertinya segera usai. Rabu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi membahas damai dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Pembicaraan dilakukan Trump melalui telepon. Ini menjadi langkah besar pertama presiden AS yang baru tersebut, menuju diplomasi atas perang yang telah dijanjikannya akan ia akhiri.

    Hal ini ditegaskan Trump melalui akun media sosial miliknya TruthSocial @realDonaldTrump. Trump sendiri pertama-tama mengungkap pembicaraannya dengan Putin dalam sebuah postingan panjang lalu beralih ke Zelensky.

    “Saya baru saja melakukan panggilan telepon yang panjang dan sangat produktif dengan Presiden Vladimir Putin dari Rusia,” katanya dilihat CNBC Indonesia, Kamis (13/2/2025).

    “Kami berdua merenungkan Sejarah Besar Negara-negara kita, dan fakta bahwa kita berjuang bersama dengan sangat sukses dalam Perang Dunia II, mengingat bahwa Rusia kehilangan puluhan juta orang, dan kita juga kehilangan begitu banyak orang. Kami masing-masing berbicara tentang kekuatan Negara-negara kita masing-masing, dan manfaat besar yang akan kita dapatkan suatu hari nanti jika bekerja sama,” tambahnya.

    “Namun pertama-tama, seperti yang kita berdua sepakati, kita ingin menghentikan jutaan kematian yang terjadi dalam Perang dengan Rusia/Ukraina.”

    Ia berujar Putin setuju dengan kampanyenya, yakni “Akal Sehat”. Bahkan, klaim Trump, keduanya sepakat saling mengunjungi negara masing-masing.

    “Kami juga sepakat agar tim kami masing-masing segera memulai negosiasi, dan kami akan mulai dengan menghubungi Presiden Zelensky, dari Ukraina, untuk memberitahunya tentang percakapan tersebut, sesuatu yang akan saya lakukan sekarang,” jelasnya lagi.

    “Saya telah meminta Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Direktur CIA John Ratcliffe, Penasihat Keamanan Nasional Michael Waltz, dan Duta Besar sekaligus Utusan Khusus Steve Witkoff, untuk memimpin negosiasi yang, menurut saya, akan berhasil,” kata dia.

    “Jutaan orang telah tewas dalam Perang yang tidak akan terjadi jika saya menjadi Presiden, tetapi itu memang terjadi, jadi itu harus diakhiri. Tidak boleh ada lagi nyawa yang hilang!,” tambahnya seraya berucap terima kasih ke Putin dengan menyinggung pembebasan seorang warga AS, Marc Fogel di sana.

    Dalam postingan kedua yang ditulisnya di akun yang sama, ia berujar bagaimana dirinya dan Zelensky juga melaksanakan pembicaraan “yang baik” soal perdamaian Ukraina dengan Rusia. Ia menegaskan, sama seperti Putin, Zelensky ingin damai.

    “Saya baru saja berbicara dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy dari Ukraina. Pembicaraan berjalan sangat baik,” jelasnya.

    “Ia, seperti Presiden Putin, ingin menciptakan PERDAMAIAN,” tegasnya seraya menekankan akan ada pertemuan yang diselenggarakan pada hari Jumat di Munich, Jerman, di mana Wakil Presiden AS JD Vance dan Rubio akan memimpin Delegasi.

    “Saya berharap hasil pertemuan itu akan positif. Sudah saatnya menghentikan Perang yang menggelikan ini, di mana telah terjadi KEMATIAN dan KEHANCURAN yang sangat besar dan sama sekali tidak perlu. Tuhan memberkati rakyat Rusia dan Ukraina.”

    Negara Arab Jadi “Kunci”?

    Sementara itu, mengutip Reuters, ada spekulasi bahwa kedua pemimpin tersebut dapat bertemu di negara ketiga, dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) dianggap sebagai tempat yang memungkinkan. Namun hal ini belum dikonfirmai hanya diungkap sumber-sumber Rusia.

    (sef/sef)

  • Usai Telepon Putin, Trump Hubungi Zelensky: Sama-sama Ingin Damai

    Usai Telepon Putin, Trump Hubungi Zelensky: Sama-sama Ingin Damai

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya langsung menghubungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky usai menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin dalam misi perdamaian. Trump menyebut Zelensky dan Putin sama-sama ingin berdamai.

    “Saya baru saja berbicara dengan Presiden Volodymyr Zelensky dari Ukraina. Percakapan berjalan dengan sangat baik. Dia, seperti Presiden Putin, ingin menciptakan perdamaian,” kata Trump di Truth Social, dilansir AFP, Kamis (13/2/2025).

    Trump juga menambahkan bahwa Zelensky akan bertemu dengan Wakil Presiden AS JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio di Munich pada hari Jumat.

    Sebelumnya, Donald Trump mengatakan bahwa ia telah melakukan panggilan telepon yang panjang dan sangat produktif dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka membahas tentang kesepakatan untuk segera memulai negosiasi untuk mengakhiri perang Ukraina.

    Dilansir AFP, Kamis (13/2), Trump mengatakan di Truth Social bahwa ia dan Putin telah menyampaikan undangan untuk saling mengunjungi negara. Sementara Trump mengatakan bahwa ia akan menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky setelahnya untuk memberitahunya tentang hasil pembahasan dengan Putin.

    Dalam pencairan hubungan yang luar biasa antara Washington dan Moskow, Kremlin secara terpisah mengatakan bahwa panggilan telepon tersebut berlangsung selama satu setengah jam. Putin dan Trump telah sepakat bahwa waktunya telah tiba untuk bekerja sama.

    Putin juga memberi tahu Trump bahwa penyelesaian jangka panjang dari konflik Ukraina yang dipicu oleh invasi Rusia tahun 2022 terhadap tetangganya yang pro-Barat itu mungkin saja terjadi.

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Telepon Putin Bahas Kesepakatan Setop Perang di Ukraina

    Trump Telepon Putin Bahas Kesepakatan Setop Perang di Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa ia telah melakukan panggilan telepon yang panjang dan sangat produktif dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka membahas tentang kesepakatan untuk segera memulai negosiasi untuk mengakhiri perang Ukraina.

    Dilansir AFP, Kamis (13/2/2025), Trump mengatakan di Truth Social bahwa ia dan Putin telah menyampaikan undangan untuk saling mengunjungi negara. Sementara Trump mengatakan bahwa ia akan menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky setelahnya untuk memberitahunya tentang hasil pembahasan dengan Putin.

    Dalam pencairan hubungan yang luar biasa antara Washington dan Moskow, Kremlin secara terpisah mengatakan bahwa panggilan telepon tersebut berlangsung selama satu setengah jam. Putin dan Trump telah sepakat bahwa waktunya telah tiba untuk bekerja sama.

    Putin juga memberi tahu Trump bahwa penyelesaian jangka panjang dari konflik Ukraina yang dipicu oleh invasi Rusia tahun 2022 terhadap tetangganya yang pro-Barat itu mungkin saja terjadi.

    Panggilan telepon Trump dan Putin dilakukan setelah pertukaran tahanan pekan ini yang membuat Moskow membebaskan guru AS Marc Fogel sementara Washington membebaskan gembong mata uang kripto Rusia Alexander Vinnik.

    Trump lalu memuji Putin dalam unggahannya di Truth Social, dengan mengatakan bahwa Putin bahkan menggunakan motto Kampanye saya yang sangat kuat.

    Ia mengatakan mereka berdua sepakat, kami ingin menghentikan jutaan kematian yang terjadi dalam perang Rusia dan Ukraina.

    “Kami sepakat untuk bekerja sama, sangat erat, termasuk saling mengunjungi negara masing-masing,” kata Trump.

    “Kami juga sepakat agar tim kami masing-masing segera memulai negosiasi, dan kami akan mulai dengan menghubungi Presiden Zelensky, dari Ukraina, untuk memberi tahu dia tentang percakapan tersebut, sesuatu yang akan saya lakukan sekarang,” tambahnya.

    Trump mengatakan ia telah meminta Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, Direktur CIA John Ratcliffe, Penasihat Keamanan Nasional Michael Waltz dan utusan Timur Tengahnya Steve Witkoff untuk memimpin negosiasi yang menurutnya akan berhasil.

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Donald Trump Mengatakan Telah Berbicara dengan Vladimir Putin tentang Mengakhiri Perang Ukraina – Halaman all

    Donald Trump Mengatakan Telah Berbicara dengan Vladimir Putin tentang Mengakhiri Perang Ukraina – Halaman all

    Donald Trump Mengatakan Telah Berbicara dengan Putin tentang Mengakhiri Perang Ukraina

    TRIBUNNEWS.COM- Donald Trump mengatakan dia telah berbicara dengan Vladimir Putin tentang mengakhiri perang Ukraina.

    Trump berbicara dengan reporter New York Post pada hari Jumat di atas Air Force One, dan menyatakan bahwa Putin “ingin melihat orang-orang berhenti meninggal.”

    Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa dia baru-baru ini berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menemukan solusi perang di Ukraina, menandai percakapan langsung pertama yang diketahui antara keduanya sejak awal 2022, menurut New York Post .

    Trump, yang telah berjanji untuk mengakhiri perang tetapi belum mengungkapkan pendekatan spesifiknya, menggambarkan konflik tersebut sebagai “pertumpahan darah” minggu lalu, dan menambahkan bahwa timnya telah terlibat dalam “beberapa pembicaraan yang sangat bagus.”

    Dalam wawancara di atas Air Force One pada hari Jumat, Trump menolak menyebutkan berapa kali dia telah berbicara dengan Putin, dengan menyatakan, “Lebih baik saya tidak mengatakannya,” ketika ditanya oleh New York Post .

    “Dia (Putin) ingin melihat orang-orang berhenti sekarat,” kata Trump kepada New York Post .
     
    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita negara TASS bahwa “banyak komunikasi berbeda yang muncul”. 
     
    “Komunikasi ini dilakukan melalui saluran yang berbeda,” kata Peskov ketika diminta oleh TASS untuk mengomentari langsung laporan New York Post . 

    “Saya pribadi mungkin tidak tahu sesuatu, tidak menyadari sesuatu. Oleh karena itu, dalam kasus ini, saya tidak dapat mengonfirmasi atau membantahnya.” 
     
    Akhir bulan lalu, Putin menekankan pada 28 Januari bahwa negosiasi dengan Ukraina dapat dilakukan tetapi mengesampingkan keterlibatan dengan Presiden Volodymyr Zelensky, yang ia sebut “tidak sah.”

    Pernyataan Putin muncul saat Presiden AS Donald Trump berupaya keras untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun itu. 

    Trump mengklaim bahwa Zelensky sangat ingin menegosiasikan “kesepakatan” untuk mengakhiri permusuhan.

    “Jika Zelensky ingin berpartisipasi dalam negosiasi, saya akan mengalokasikan orang untuk ambil bagian,” kata Putin. 

    Namun, ia menepis legitimasi pemimpin Ukraina itu, dengan alasan berakhirnya masa jabatan presiden Zelensky selama darurat militer.

    Putin menambahkan, “Jika ada keinginan untuk berunding dan menemukan kompromi, biarkan siapa pun memimpin perundingan di sana… Tentu saja, kami akan berjuang untuk apa yang sesuai dengan kami dan sejalan dengan kepentingan kami.”

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Donald Trump: Ukraina Mungkin Suatu Hari Nanti Menjadi Milik Rusia – Halaman all

    Donald Trump: Ukraina Mungkin Suatu Hari Nanti Menjadi Milik Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengisyaratkan bahwa Ukraina “mungkin suatu hari nanti menjadi milik Rusia.”

    Komentar ini ia sampaikan dalam wawancara dengan Fox News yang ditayangkan pada Senin (10/2/2025).

    Di kesempatan tersebut, Trump berbicara tentang upayanya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun, setelah Rusia melancarkan invasi besar-besaran.

    Ia menanggapi pertanyaan terkait masa depan Ukraina dalam perang ini.

    “Mereka mungkin membuat kesepakatan, mereka mungkin tidak membuat kesepakatan,” ujar Trump, dikutip dari Al Jazeera.

    “Mereka mungkin menjadi Rusia suatu hari nanti, atau mereka mungkin bukan Rusia suatu hari nanti,” lanjutnya.

    Pernyataan ini kembali menimbulkan keraguan tentang komitmen Gedung Putih terhadap kemerdekaan Ukraina.

    Selain itu, Trump menegaskan kembali kalau ia ingin AS mendapatkan kompensasi dari Ukraina atas bantuan militer dan keuangan yang telah diberikan.

    Menurut Trump, kompensasi tersebut bisa berupa akses kepada mineral tanah jarang yang dimiliki Ukraina, CNN melaporkan.

    “Ukraina memiliki tanah yang sangat berharga dalam hal tanah jarang, minyak, gas, dan sumber daya lainnya,” kata Trump.

    “Saya ingin uang kita aman,” tambahnya.

    Trump bahkan menyebutkan angka yang cukup besar, yaitu senilai $500 miliar untuk tanah jarang yang dimiliki Ukraina.

    “Jika kita memberikan bantuan, kita harus mendapatkan sesuatu sebagai imbalan. Kita tidak bisa terus memberikan uang ini tanpa mendapatkan apa-apa,” jelas Trump.

    Pernyataan ini menunjukkan pendekatannya yang lebih transaksional dalam kebijakan luar negeri dibandingkan dengan pemerintahan Presiden Joe Biden.

    Meskipun Trump mendesak agar AS mendapatkan kompensasi, Ukraina tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan AS dalam kesepakatan tersebut.

    Biden dan pejabat AS lainnya menekankan dukungan mereka terhadap Ukraina didasarkan pada prinsip hak rakyat untuk menentukan nasib mereka sendiri.

    Mereka juga menegaskan bahwa prinsip negara tidak dapat mengubah batas wilayah negara lain dengan kekerasan harus dijaga.

    Kepala Staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Andriy Yermak mengatakan bahwa Ukraina “berminat untuk bekerja sama” dengan AS dalam kesepakatan yang melibatkan bantuan serta jaminan keamanan.

    Zelensky juga menyampaikan kalau Ukraina berharap adanya jaminan keamanan yang lebih ketat sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia.

    Kesepakatan semacam ini, menurut Zelensky, akan mencegah Rusia untuk menyerang kembali setelah gencatan senjata diterapkan.

    Kendati demikian, Kyiv khawatir bahwa gencatan senjata yang tidak melibatkan komitmen militer yang kuat, seperti keanggotaan NATO atau pengerahan pasukan penjaga perdamaian, hanya akan memberi waktu bagi Rusia untuk mempersiapkan serangan baru.

    Kekhawatiran ini semakin besar mengingat intensitas pertempuran yang masih berlangsung di Ukraina timur dan serangan udara yang terus dilakukan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina.

    Komentar Trump mengenai kemungkinan Ukraina menjadi bagian dari Rusia ini kemungkinan akan disambut baik oleh Kremlin.

    Trump sendiri mengisyaratkan bahwa ia sudah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai kemungkinan gencatan senjata.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa sebagian besar warga Ukraina ingin bergabung dengan Rusia.

    Peskov menegaskan bahwa fakta bahwa Ukraina telah menjadi bagian dari Rusia sudah tidak dapat disangkal lagi.

    Pada 2023, Rusia mengadakan referendum di empat wilayah yang mereka duduki—Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson—sebagai upaya untuk melegitimasi aneksasi wilayah-wilayah tersebut.

    Meskipun hasil referendum tersebut dianggap ilegal oleh dunia internasional, Peskov tetap mengklaim bahwa sebagian besar warga di wilayah tersebut mendukung keinginan untuk bergabung dengan Rusia.

    Moskow belum mengonfirmasi adanya pembicaraan tersebut.

    Kondisi di Lapangan

    Sebaliknya, pihak Rusia menegaskan bahwa gencatan senjata hanya mungkin dilakukan dengan syarat-syarat tertentu yang menguntungkan mereka.

    Di lapangan, kekerasan terus berlanjut, terutama di wilayah timur Ukraina, dengan pasukan Rusia terus bergerak maju.

    Setiap malam, serangan udara dilakukan oleh Rusia, seringkali menargetkan infrastruktur energi kritis Ukraina.

    Pada Selasa (11/2/2025), serangan rudal dan pesawat tak berawak Rusia menghantam fasilitas produksi gas alam di wilayah Poltava, Ukraina tengah.

    Sementara itu, Rusia melaporkan kebakaran besar di fasilitas industri di wilayah Saratov setelah serangan tersebut.

    Ukraina mengklaim bahwa mereka telah menyerang sebuah kilang minyak di wilayah Rusia yang dikuasai.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Kapal Armada Bayangan Rusia Meledak Dekat ‘Sarang’ Putin, Kenapa?

    Kapal Armada Bayangan Rusia Meledak Dekat ‘Sarang’ Putin, Kenapa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ledakan dilaporkan terjadi di atas kapal tanker minyak yang diyakini digunakan oleh armada bayangan Rusia yang berlabuh di Ust-Luga di Rusia barat laut, dekat kota asal Presiden Vladimir Putin, St. Petersburg.

    Badan Federal Rusia untuk Transportasi Laut dan Perairan Pedalaman, Rosmorrechflot, mengatakan “ledakan terjadi di ruang mesin” kapal Koala pada Minggu (9/2/2025) pagi. Insiden ini memaksa awak kapal untuk mengungsi.

    Rosmorrechflot juga mengatakan penyelidikan atas insiden tersebut sedang berlangsung.

    “Pada pagi hari tanggal 9 Februari, di pelabuhan Ust-Luga, sebuah insiden buatan manusia terjadi pada kapal tanker Koala saat menghidupkan mesin, yang mengakibatkan ruang mesin rusak,” kata Gubernur wilayah Leningrad Alexander Drozdenko via Telegram, seperti dikutip Newsweek, Senin (10/2/2025).

    “Kapal tanker itu ditambatkan di tempat berlabuhnya. Tidak ada ancaman tumpahan minyak. Awak kapal telah dievakuasi, tidak ada korban jiwa,” tambahnya. “Tindakan sedang diambil untuk memeriksa ruang mesin dan memastikan penyebab kecelakaan.”

    Beberapa media, termasuk Baza, yang terkait dengan dinas keamanan Rusia, dan Fontanka dari St. Petersburg mengatakan sebanyak tiga ledakan terjadi di ruang mesin kapal. Baza mengatakan ledakan terjadi saat kapal bersiap untuk berlayar.

    Media Rusia, Important Stories, mengatakan kapal yang dibangun pada tahun 2023 itu sedang menuju Mesir. Media tersebut mengatakan Greenpeace menggolongkan Koala sebagai bagian dari armada bayangan Rusia.

    Kapal tersebut, yang menurut Kyiv Post membawa 130.000 ton bahan bakar minyak, sedang berlabuh di pelabuhan Ust-Luga, sekitar 100 mil dari kota asal presiden Rusia, St. Petersburg, saat ledakan terjadi.

    Pejabat NATO telah menyuarakan kekhawatiran tentang armada bayangan Rusia dan juga menuduh Moskow menggunakan kapal-kapal tersebut untuk melakukan sabotase terhadap infrastruktur penting seperti kabel bawah laut.

    Rusia menyusun armada bayangan untuk menghindari pembatasan ekspor minyaknya sebagai tanggapan atas sanksi Barat yang dijatuhkan setelah invasi besar-besaran Putin ke Ukraina pada tahun 2022.

    Armada ini beroperasi di Laut Baltik dan terdiri dari kapal-kapal tua yang sering beroperasi dengan kepemilikan yang tidak jelas dan tidak memiliki asuransi yang memadai, sehingga sering kali mengubah registrasi bendera mereka. Kapal-kapal ini mencakup sekitar 17 persen dari kapal tanker minyak di seluruh dunia.

    Bulan lalu, Washington mengumumkan sanksi baru terhadap “jumlah kapal pengangkut minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya” yang banyak di antaranya merupakan bagian dari armada bayangan.

    (luc/luc)

  • Badan Intelijen Korsel Sebut DeepSeek China Berlebihan Pakai Data Pengguna

    Badan Intelijen Korsel Sebut DeepSeek China Berlebihan Pakai Data Pengguna

    Bisinis.com, JAKARTA — Badan intelijen Korea Selatan menuduh aplikasi AI Tiongkok DeepSeek “berlebihan” dalam mengumpulkan data pribadi dan menggunakan semua data masukan untuk melatih dirinya sendiri.

    Dilansir dari reuters, Senin (10/2/2025) BIN Korea Selatan telah mengirimkan pemberitahuan resmi ke instansi pemerintah Korea Selatan minggu lalu yang mendesak mereka untuk mengambil tindakan pencegahan keamanan terhadap aplikasi kecerdasan buatan tersebut.

    Korea Selatan masuk ke dalam negara-negara yang menolak DeepSeek, dan menganggap teknologi tersebut sebagai ancaman. 

    Sementara itu, laporan Bain & Company menyebut di balik kontroversinya, DeepSeek berhasil menarik perhatian industri.

    Dengan kurang dari 200 karyawan dan didukung oleh dana kuantitatif High-Flyer (US$8 miliar aset yang dikelola), perusahaan ini merilis model open-source-nya, DeepSeek R1, satu hari sebelum pengumuman proyek Stargate senilai US$500 miliar dari OpenAI.

    Adopsi DeepSeek yang pesat menegaskan dampak potensialnya. Dalam hitungan hari, aplikasi ini menjadi aplikasi gratis teratas di toko aplikasi AS, melahirkan lebih dari 700 turunan open-source (dan terus bertambah), serta diintegrasikan ke dalam platform AI Microsoft, AWS, dan Nvidia.

    Kinerja DeepSeek tampaknya didasarkan pada serangkaian inovasi teknik yang secara signifikan mengurangi biaya inferensi sekaligus meningkatkan efisiensi pelatihan.

    Kehebatan DeepSeek membuat bank asal Rusia,Sberbank berencana untuk berkolaborasi dengan para peneliti China dalam proyek kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

    Melansir Reuters, Kamis (6/2/2025), Rusia dan China telah lama membicarakan tentang kerja sama AI, termasuk dalam aplikasi militer.

    Wakil CEO Sberbank Alexander Vedyakhin mengatakan bahwa perusahaan memiliki banyak ilmuwan. “Melalui mereka, kami berencana untuk melakukan proyek penelitian bersama dengan para peneliti dari China,” kata Vedyakhin kepada Reuters.

    Sayangnya, Vedyakhin tidak menyebutkan dengan Sberbank berencana untuk bekerja sama di China. Meski begitu, dia mengatakan bahwa China adalah mitra Rusia dalam banyak isu agenda internasional.

    “Dan tingkat kerja sama ilmiah antara negara-negara kita dapat diperkuat melalui kolaborasi antara para ilmuwan kita,” ujarnya.

    Adapun, lanjutnya, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menginstruksikan Sberbank, yang sedang dikenai sanksi Barat, untuk membangun kerja sama dengan China dan negara-negara BRICS lainnya dalam bidang AI untuk menantang dominasi AS.

    Seperti China, Rusia juga tengah berjuang untuk mengembangkan kapasitas komputasi dalam negeri karena sanksi yang membatasi impor perangkat keras Barat terbaru, dan tengah mencari solusi alternatif agar tetap kompetitif dalam perlombaan AI.