Tag: Vladimir Putin

  • Putin Heran AS Hukum India Karena Beli Minyak Rusia

    Putin Heran AS Hukum India Karena Beli Minyak Rusia

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, heran dengan keputusan Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan sanksi tarif kepada India karena membeli minyak dari Rusia. Putin pun menegaskan hubungan Rusia dengan India bukanlah ancaman bagi AS.

    Di sisi lain, Putin menyinggung kemunafikan AS yang masih membeli bahan bakar nuklir dari Rusia.

  • AS dan Rusia Belum Menemukan Kompromi Terkait Wilayah Ukraina yang Diduduki

    AS dan Rusia Belum Menemukan Kompromi Terkait Wilayah Ukraina yang Diduduki

    JAKARTA – Perundingan Rusia dan Amerika Serikat terkait dengan upaya untuk mengakhiri perang di Ukraina pada Hari Selasa gagal menghasilkan terobosan, utamanya belum ada kompromi mengenai wilayah yang diduduki.

    Presiden Rusia Vladimir Putin menerima Utusan Khusus AS Steve Witkoff dan menantu Presiden Donald Trump Jared Kushner di Kremlin, setelah sebelumnya mengisyaratkan pasukannya siap untuk terus berjuang mencapai tujuan awal perang Rusia.

    Pertemuan ini merupakan momen krusial bagi Ukraina dalam apa yang bisa menjadi minggu yang menegangkan setelah berhari-hari diplomasi yang menegangkan. Inti dari pertemuan ini adalah rencana AS untuk mewujudkan perdamaian, yang sejak itu telah direvisi di bawah tekanan dari Kyiv dan para pendukungnya di Eropa.

    Mengenai wilayah Ukraina yang diduduki, “sejauh ini kami belum menemukan kompromi, tetapi beberapa solusi Amerika dapat didiskusikan,” kata Ajudan Presiden Rusia Yuri Ushakov setelah pertemuan di Kremlin, melansir Al Arabiya dari AFP (3/12).

    “Beberapa formulasi yang diusulkan tidak sesuai dengan kami, dan pekerjaan akan terus berlanjut,” tambahnya.

    Presiden Putin saat menerima Jared Kushner dan Steve Witkoff di Kremlin. (Kristina Kormilitsyna/Rossiya Segodnya via Kremlin)

    Kushner dan Witkoff menyampaikan kepada Putin versi baru rencana AS, yang telah digodok setelah versi awal menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan di tempat lain di Eropa bahwa rencana tersebut memberikan terlalu banyak konsesi kepada Moskow.

    Ushakov mengatakan rencana awal AS dipecah menjadi empat bagian, yang dibahas dalam pertemuan lima jam di Kremlin.

    “Ada beberapa poin yang bisa kami sepakati,” jelasnya, tetapi “presiden tidak menyembunyikan sikap kritis, bahkan negatif, kami terhadap sejumlah proposal.”

    Namun, perundingan di Moskow “bermanfaat,” kata Ushakov, dengan posisi Rusia dan AS tidak semakin jauh setelahnya.

    Sebelumnya, Presiden Putin telah menuntut agar Kyiv menyerahkan wilayah yang diklaim Moskow sebagai miliknya. Kremlin juga menolak pasukan Eropa mana pun di Ukraina untuk memantau gencatan senjata.

    Jared Kushner dan Steve Witkoff di Kremlin. (Kristina Kormilitsyna/Rossiya Segodnya via Kremlin)

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Hari Senin, rencana apa pun harus mengakhiri perang untuk selamanya, dan tidak hanya mengarah pada jeda pertempuran yang dimulai dengan serangan Moskow pada Februari 2022.

    Ia juga mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial, “tidak akan ada solusi sederhana.”

    “Yang penting adalah semuanya adil dan transparan. Tidak ada permainan yang dimainkan di belakang Ukraina. Tidak ada yang diputuskan tanpa Ukraina, tentang kami, tentang masa depan kami,” katanya.

    Dalam unggahan media sosialnya Ia mengatakan “pertanyaan yang paling sulit adalah tentang wilayah, tentang aset (Rusia) yang dibekukan Dan tentang jaminan keamanan.”

    CaptJared Kushner dan Steve Witkoff di Kremlin. (Kristina Kormilitsyna/Rossiya Segodnya via Kremlin)

    Terpisah, Presiden Trump sebelumnya mengatakan kemajuan dalam mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir empat tahun tidak akan mudah.

    “Rakyat kami sedang berada di Rusia saat ini untuk melihat apakah kami dapat menyelesaikannya,” ujarnya dalam rapat kabinet di Gedung Putih.

    “Ini bukan situasi yang mudah, percayalah. Benar-benar kacau,” tandasnya.

    Namun dalam wawancara yang disiarkan Selasa malam di Fox News, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan perundingan dengan Rusia “telah mencapai beberapa kemajuan” untuk mengakhiri perang dengan Ukraina.

    Diketahui, rencana perdamaian awal AS yang berisi 28 poin yang diungkapkan bulan lalu sangat sesuai dengan tuntutan Moskow, memicu tuduhan Rusia terlibat dalam penyusunannya, yang dibantah oleh Washington.

    Itu menimbulkan kekhawatiran Eropa, Washington dan Moskow dapat mencapai kesepakatan yang tidak terduga atau memaksa Ukraina untuk memberikan konsesi yang tidak adil.

    Presiden Putin belakangan menilai Eropa menyabotase kesepakatan mengenai konflik tersebut dan mengirimkan pesan jelas dengan mengatakan: “Kami tidak berencana untuk berperang dengan Eropa, tetapi jika Eropa menginginkannya dan memulainya, kami siap sekarang juga.”

    Witkoff sendiri telah bertemu dengan Presiden Putin beberapa kali. Tetapi, media AS melaporkan ini pertama kalinya Kushner bergabung dalam perundingan dengan Moskow.

  • Negosiasi 5 Jam, AS-Rusia Gagal Berkompromi Soal Wilayah Ukraina

    Negosiasi 5 Jam, AS-Rusia Gagal Berkompromi Soal Wilayah Ukraina

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu menantu Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, serta utusan khusus AS Steve Witkoff di Kremlin, setelah sebelumnya memberi sinyal bahwa pasukannya siap terus bertempur demi mencapai tujuan awal perang Rusia.

    Pertemuan tersebut adalah momen krusial bagi Ukraina dalam minggu yang diperkirakan penuh ketegangan, setelah beberapa hari diplomasi intensif. Inti dari pertemuan ini adalah rencana perdamaian AS, yang kemudian direvisi di bawah tekanan dari Kyiv dan para pendukungnya di Eropa.

    Mengenai wilayah Ukraina yang diduduki, “sejauh ini kami belum menemukan kompromi, tetapi beberapa solusi Amerika dapat dibahas,” ujar penasihat utama kepresidenan Rusia, Yuri Ushakov, setelah pertemuan di Moskow. “Beberapa rumusan yang diajukan tidak sesuai bagi kami, dan pekerjaan akan terus berlanjut,” tambahnya.

    Trump mengatakan bahwa kemajuan dalam mengakhiri perang yang hampir berlangsung empat tahun itu tidak akan mudah. “Perwakilan kami sedang berada di Rusia saat ini untuk melihat apakah kita bisa menyelesaikannya,” paparnya dalam rapat kabinet di Gedung Putih. “Situasi yang tidak mudah, biar saya katakan. Benar-benar berantakan.”

    Dalam wawancara yang disiarkan Selasa (03/12) malam di Fox News, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan pembicaraan dengan Rusia “telah menghasilkan beberapa kemajuan” untuk mengakhiri perang dengan Ukraina. Tidak jelas kapan tepatnya wawancara itu direkam.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Senin (01/12) bahwa setiap rencana harus mengakhiri perang secara permanen, dan bukan hanya menghasilkan jeda dalam pertempuran yang dimulai dengan ofensif oleh Moskow pada Februari 2022.

    Ia juga mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa “tidak akan ada solusi yang mudah.”

    Moskow menolak rencana yang telah diubah

    Kushner dan Witkoff akan menyerahkan versi baru rencana AS tersebut kepada Putin, yang telah dirumuskan ulang setelah versi awalnya memicu kekhawatiran di Kyiv dan Eropa bahwa rencana itu terlalu banyak memberi konsesi kepada Moskow.

    Ushakov mengatakan rencana awal AS terdiri dari empat bagian, yang dibahas selama pertemuan lima jam di Kremlin. “Ada beberapa poin yang bisa kami sepakati,” kata penasihat diplomatik utama Putin itu. Namun “presiden tidak menyembunyikan sikap kami yang kritis, bahkan negatif, terhadap sejumlah usulan.”

    Putin telah menuntut agar Kyiv menyerahkan wilayah yang diklaim Moskow sebagai miliknya. Kremlin juga menolak kehadiran pasukan Eropa di Ukraina untuk memantau gencatan senjata.

    Dalam unggahan di media sosialnya, Zelensky mengatakan “pertanyaan paling sulit berkaitan dengan wilayah, aset (Rusia) yang dibekukan dan jaminan keamanan.”

    Meski demikian, pembicaraan di Moskow “bermanfaat”, papar Ushakov, dan posisi Rusia dan AS tidak menjadi semakin berjauhan setelahnya.

    Tekanan Rusia

    Putin tampak mengirim pesan keras sesaat sebelum pembicaraan AS dimulai. Ia mengatakan bahwa Pokrovsk —benteng Ukraina Timur yang disebut pasukan Rusia baru-baru ini berhasil direbut — adalah “titik pijakan yang baik untuk menyelesaikan semua tugas yang ditetapkan pada awal operasi militer khusus,” – menggunakan istilah yang dipakai Kremlin untuk perang tersebut.

    Selain Pokrovsk, Kyiv berada di bawah tekanan di banyak front. Pasukan Rusia bergerak cepat pada November di Ukraina timur, dan Kyiv diguncang skandal korupsi yang berujung pada pengunduran diri negosiator utamanya — tangan kanan Zelensky.

    Moskow juga meningkatkan serangan drone dan rudal ke Ukraina dalam beberapa pekan terakhir, yang menyebabkan ratusan ribu orang hidup tanpa listrik dan pemanas. Zelensky menuding Kremlin berusaha “menghancurkan” negaranya.

    Di sisi lain, pemimpin Rusia menuduh Eropa mensabotase kesepakatan mengenai konflik tersebut dan mengirim pesan suram, dengan mengatakan: “Kami tidak berencana berperang dengan Eropa, tetapi jika Eropa menginginkannya dan memulai, kami siap saat ini juga.”

    Zelensky mengatakan ia berharap dapat membahas isu-isu kunci dengan presiden AS dan menyiratkan bahwa motivasi sebenarnya Moskow untuk pembicaraan dengan AS adalah guna melonggarkan sanksi Barat.

    Kehadiran Kushner

    Eropa khawatir Washington dan Moskow dapat mencapai kesepakatan tanpa melibatkan mereka atau memaksa Ukraina membuat konsesi yang tidak adil.

    Rencana awal AS yang terdiri dari 28 poin dan diungkap bulan lalu begitu dekat dengan tuntutan Moskow sehingga memicu tuduhan bahwa Rusia terlibat dalam penyusunannya, sesuatu yang dibantah Washington.

    Bloomberg melaporkan bulan lalu mengenai rekaman audio yang menunjukkan bahwa Witkoff membantu melatih pejabat Rusia tentang bagaimana Putin sebaiknya berbicara kepada Trump.

    Witkoff telah beberapa kali bertemu Putin, tetapi media AS melaporkan bahwa ini adalah pertama kalinya Kushner — yang juga membantu menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamasdi Gaza awal tahun ini — ikut dalam pembicaraan dengan Putin.

    *Editor: Rizki Nugraha

    Tonton juga video “Progres Perdamaian di Ukraina Masih Gitu-gitu Aja”

    (ita/ita)

  • Jika Eropa Ingin Memulai Perang, Rusia Siap Sekarang Juga

    Jika Eropa Ingin Memulai Perang, Rusia Siap Sekarang Juga

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan pernyataan keras terhadap negara Eropa yang dianggapnya mengganggu upaya kesepakatan damai Rusia dan Ukraina. Putin bahkan mengaku siap berperang jika Eropa ingin memulai perperangan.

    Dilansir AFP dan Reuters, Selasa (2/12/2025), hal itu disampaikan Putin menjelang pertemuannya dengan utusan Amerika Serikat (AS) Steve Witkoff dan menantu Presiden Donald Trump, Jared Kushner, di Moskow. Pertemuan itu akan membahas langkah terkini dari proposal perdamaian Rusia dan Ukraina yang digagas AS.

    “Kami tidak berencana berperang dengan Eropa, tetapi jika Eropa menginginkannya dan memulainya, kami siap sekarang juga,” kata Putin.

    Putin mengatakan kekuatan-kekuatan Eropa telah mengunci diri dari perundingan damai Ukraina karena mereka telah memutuskan kontak dengan Rusia.

    “Mereka berada di pihak yang berperang,” kata Putin.

    Menantu sekaligus utusan khusus Donald Trump, Jared Kushner menuju Kremlin pada hari Selasa untuk perundingan berisiko tinggi mengenai serangan Moskow di Ukraina.

    Jared Kushner dan utusan Steve Witkoff dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah berhari-hari diplomasi yang hingar bingar dari Florida, Jenewa, hingga Abu Dhabi, membuat Washington “optimis” bahwa pertemuan itu dapat membantu mengakhiri konflik paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia II.

    Mereka diperkirakan akan menyampaikan kepada Putin versi baru rencana AS untuk mengakhiri perang, yang telah dibahas dalam beberapa hari terakhir setelah versi sebelumnya menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan di tempat lain di Eropa bahwa AS telah memberikan terlalu banyak konsesi kepada Moskow.

    Delegasi Ukraina kemudian dapat bertemu dengan Witkoff dan Kushner secepatnya pada hari Rabu (3/12), kemungkinan di Brussel, kata seorang pejabat senior Kyiv kepada AFP.

    (ygs/jbr)

  • Memanas! Rusia Rebut Kota Pusat Logistik Militer Ukraina

    Memanas! Rusia Rebut Kota Pusat Logistik Militer Ukraina

    Moskow

    Pemerintah Rusia mengklaim pasukannya berhasil merebut dua kota penting di wilayah Ukraina, saat invasi militer terus berlanjut. Kedua kota penting itu terdiri atas Pokrovsk di sebelah timur, yang merupakan kota pusat logistik militer utama bagi Ukraina, dan Vovchansk yang terletak di timur laut negara tersebut.

    Klaim keberhasilan di medan perang itu, seperti dilansir AFP, Selasa (2/12/2025), diumumkan langsung oleh Kremlin dalam postingan via Telegram pada Senin (1/12) waktu setempat.

    Klaim Moskow tersebut semakin meningkatkan tekanan terhadap Ukraina saat negara itu berupaya mendapatkan dukungan Amerika Serikat (AS) dalam negosiasi menegangkan untuk mengakhiri perang.

    Pokrovsk, yang menjadi pusat pertemuan jalan raya dan rel kereta api di wilayah Donetsk, telah menjadi target operasi militer Rusia yang intensif dalam beberapa bulan terakhir.

    Bulan lalu, Kyiv mengerahkan pasukan tambahan, termasuk pasukan khusus, ke kota Pokrovsk dalam upaya menangkis serangan pasukan Moskow. Namun ratusan tentara Rusia berhasil menyusup ke dalam kota tersebut.

    Kepala staf militer Rusia, Valery Gerasimov, pada Minggu (30/11) waktu setempat, menurut pernyataan Kremlin via Telegram, telah “memberitahu (Presiden) Vladimir Putin tentang pembebasan kota Kranoarmeysk dan Vovchansk” — menggunakan nama sebutan Rusia untuk Pokrovsk.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengunggah video yang diklaim menunjukkan pasukan Rusia mengibarkan bendera negara mereka di atas alun-alun pusat kota Pokrovsk. Menteri Pertahanan Andre Belousov menyebut perebutan kedua kota Ukraina itu sebagai “langkah penting menuju kemenangan”.

    Perebutan ini, jika terkonfirmasi, akan semakin mempersulit jalur pasokan Kyiv di lokasi-lokasi lainnya di garis depan pertempuran, dan dapat memberikan landasan peluncuran bagi Moskow untuk maju lebih jauh ke wilayah utara dan barat.

    Hal ini juga akan menempatkan garnisun tentara Ukraina di dekatnya berada dalam risiko dikepung oleh pasukan Rusia.

    Vovchansk, yang terletak di wilayah Kharkiv, telah hancur akibat pertempuran sejak Mei 2024.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Putin Minta Pasukan Ukraina Mundur, Bila Tidak akan Dilenyapkan

    Putin Minta Pasukan Ukraina Mundur, Bila Tidak akan Dilenyapkan

    JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan proposal AS untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina menawarkan titik awal perundingan. Tapi Putin mendesak Ukraina untuk mundur atau akan diserbu oleh pasukan Rusia yang lebih besar.

    “Kita perlu duduk dan membahas ini dengan serius,” ujar Putin kepada wartawan di akhir kunjungan tiga hari ke Kirgistan.

    Ia menggambarkan rencana Presiden AS Donald Trump sebagai “serangkaian isu yang diajukan untuk dibahas” alih-alih sebuah rancangan perjanjian.

    “Jika pasukan Ukraina mundur dari wilayah yang mereka duduki, permusuhan akan berhenti. Jika mereka tidak mundur, kami akan mencapainya dengan paksa,” kata Putin.

    Sejauh ini, para pejabat Kremlin belum banyak berkomentar tentang rencana perdamaian yang diajukan Trump pekan lalu. Sejak invasi Rusia ke negara tetangganya, Putin tidak menunjukkan keinginan untuk mengalah dari tujuannya di Ukraina meskipun Trump mendesak penyelesaian.

    Putin sebelumnya menuntut agar Ukraina sepenuhnya menarik diri dari seluruh wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhia sebelum Rusia mempertimbangkan segala bentuk “negosiasi damai” — terutama mencakup wilayah-wilayah di masing-masing oblast yang tidak diduduki Rusia. Ia juga ingin mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menampung pasukan Barat, sehingga Moskow dapat secara bertahap menarik negara itu kembali ke orbitnya.

    Utusan khusus AS Steve Witkoff dijadwalkan mengunjungi Moskow minggu depan, menurut Kremlin, sementara Menteri Angkatan Darat AS Dan Driscoll, yang dalam beberapa pekan terakhir telah memainkan peran penting dalam upaya perdamaian, kemungkinan akan menuju Kyiv.

    Proposal perdamaian awal AS tampak sangat condong ke arah tuntutan Rusia, tetapi versi amandemen muncul dari perundingan di Jenewa pada hari Minggu antara pejabat Amerika dan Ukraina.

    Para pemimpin Eropa yang ‘tersisihkan’, karena khawatir akan keamanan mereka sendiri di tengah agresi Rusia, sedang mencari keterlibatan yang lebih dalam dalam proses tersebut.

  • Jika Eropa Ingin Memulai Perang, Rusia Siap Sekarang Juga

    Putin Setop Perang Jika Ukraina Mundur dari Wilayah yang Diklaim Rusia

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia akan mengakhiri serangannya di Ukraina jika Kyiv menarik diri dari wilayah-wilayah yang diklaim Moskow. Jika tidak, pasukan Rusia akan merebutnya dengan paksa.

    Tentara Rusia telah bergerak perlahan namun pasti melalui Ukraina timur dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina yang kalah jumlah dan persenjataan.

    “Jika pasukan Ukraina meninggalkan wilayah-wilayah yang mereka kuasai, maka kami akan menghentikan operasi tempur,” kata Putin saat berkunjung ke Kirgistan, dilansir kantor berita AFP dan Al-Arabiya, Jumat (28/11/2025).

    “Jika tidak, maka kami akan mencapainya dengan cara militer,” imbuh Putin.

    Sementara itu, Washington telah memperbarui upayanya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir empat tahun tersebut, dengan mengajukan rencana yang diharapkan dapat diselesaikan melalui perundingan mendatang dengan Moskow dan Kyiv.

    Rusia menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina. Masalah wilayah-wilayah yang diduduki, yang menurut Kyiv tidak akan pernah diserahkan, merupakan salah satu hambatan terbesar dalam proses perdamaian.

    Isu penting lainnya dalam perundingan tersebut adalah jaminan keamanan Barat untuk Ukraina, yang menurut Kyiv diperlukan untuk mencegah Moskow menginvasi lagi di masa mendatang.

    Rencana awal Washington — yang disusun tanpa masukan dari negara-negara sekutu Ukraina di Eropa — akan membuat Kyiv menarik diri dari wilayah Donetsk, sementara Amerika Serikat secara de facto mengakui wilayah Donetsk, Krimea, dan Luhansk sebagai wilayah Rusia.

    Namun, AS mengubah rencana awal tersebut pada akhir pekan lalu setelah mendapat kritik dari Kyiv dan Eropa, tetapi belum merilis versi terbarunya.

    Putin, yang telah melihat rencana baru tersebut, mengatakan bahwa rencana tersebut dapat menjadi awal negosiasi.

    “Secara keseluruhan, kami sepakat bahwa rencana ini dapat menjadi dasar bagi perjanjian di masa mendatang,” ujarnya mengenai draf terbaru, yang diperkirakan telah dipersingkat oleh AS menjadi sekitar 20 poin.

    Negosiator AS Steve Witkoff dijadwalkan berada di Moskow minggu depan untuk membahas dokumen yang telah direvisi, kata Putin.

    Sementara itu, Menteri Angkatan Darat AS Dan Driscoll dijadwalkan mengunjungi Kyiv akhir pekan ini, kata penasihat presiden Ukraina, Andriy Yermak.

    Tonton juga video “Ancaman Putin soal Aset Rusia Berpotensi Disita di Eropa”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Kirill Dmitriev Dijuluki Arsitek Bayangan Diplomasi Perang Rusia, Siapa Dia?

    Kirill Dmitriev Dijuluki Arsitek Bayangan Diplomasi Perang Rusia, Siapa Dia?

    Moskow

    Kirill Dmitriev, kepala dana investasi negara Rusia (Russian Direct Investment Fund/RDIF), dianggap sebagai salah satu arsitek di balik rencana 28 poin Presiden AS Donald Trump untuk perdamaian di Ukraina.

    Lulusan Stanford ini tidak hanya memiliki hubungan dekat dengan menantu Trump, Jared Kushner, tetapi juga dengan para penguasa berpengaruh di dunia Arab.

    Dengan pengalaman bisnis dan jejaringnya dengan keluarga Presiden Rusia Vladimir Putin, rekam jejak ini menjadikannya pilihan ideal sebagai negosiator alternatif Rusia secara tidak resmi.

    Salah satu saluran diplomasi Rusia

    Pentingnya posisi Dmitriev bagi Kremlin meningkat sejak awal masa jabatan kedua Donald Trump sebagai Presiden AS pada Januari 2025, ketika Kirill Dmitriev muncul sebagai salah satu negosiator utama Rusia dalam pembicaraan perdamaian Ukraina serta hubungan Rusia–Amerika yang lebih luas.

    Pada bulan Februari 2025, Putin menunjuknya sebagai utusan khusus presiden untuk investasi dan kerja sama ekonomi dengan negara asing. Penunjukan ini terjadi hanya beberapa hari setelah pertemuan pertama antara perwakilan Rusia dan AS di Riyadh, di mana Dmitriev turut hadir.

    Hingga kini, Dmitriev berfungsi sebagai salah satu saluran kunci Kremlin untuk diplomasi, demikian menurut mantan diplomat Rusia, Boris Bondarev.

    Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menangani Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, Dmitriev dipercayakan mengelola kontak dengan utusan khusus AS, Steve Witkoff.

    Awal karier Dmitriev

    Kirill Dmitriev, putra dari biolog terkenal Alexander Dmitriev, lahir di Kyiv. Namun ia tampak enggan mengakui asal-usulnya. Dalam wawancara 2021 dengan media independen Rusia, The Bell, negosiator masa depan itu bersikeras ia lahir bukan di Ukraina, melainkan di Uni Soviet.

    Setelah lulus dari Universitas Stanford, ia sempat tinggal singkat di AS, di mana—menurut biografi resminya di situs RDIF—memulai karier di bank investasi Goldman Sachs dan konsultan McKinsey. Akhirnya, ia memilih membangun karier di Rusia dan Ukraina.

    Di Rusia, salah satu pos pentingnya adalah di perusahaan Rusia-Amerika Delta Private Equity Partners, yang mengelola sekitar $500 juta. Di Ukraina, Dmitriev memimpin sebuah dana milik menantu presiden kedua Ukraina, Leonid Kuchma.

    Dmitriev menempati peran saat ini sebagai kepala Russian Direct Investment Fund pada 2011. Organisasi ini dirancang untuk menarik modal Barat ke Rusia. Dalam kapasitas ini, namanya masuk dalam daftar sanksi AS dan Eropa sejak awal perang di Ukraina.

    Jejaring keluarga dengan Vladimir Putin?

    Namun, bukan hanya prestasi profesionalnya yang mendorong Dmitriev ke garis depan urusan internasional. Aset terbesarnya adalah modal sosial: jaringan yang ia bangun dan rawat selama bertahun-tahun.

    Ilya Shumanov, mantan kepala NGO antikorupsi Transparency International Rusia, mengatakan kepada DW bahwa hubungan Dmitriev dengan menantu presiden kedua Ukraina mungkin telah membuka pintu menuju elite politik dan bisnis Rusia.

    “Potongan kunci dalam mosaik hubungan ini adalah Ekaterina Tikhonova—yang diduga sebagai putri Vladimir Putin, dekat dengan istri Dmitriev,” ujar Shumanov.

    Menurutnya, hubungan antara keluarga Dmitriev dan Tikhonova melampaui persahabatan; kedua keluarga sangat terkait. Dmitriev duduk di dewan beberapa perusahaan besar Rusia, termasuk yang dimiliki negara dalam proporsi signifikan.

    Saat Putin memperhatikan Dmitriev

    Peran Dmitriev sebagai perantara mulai terlihat saat masa jabatan pertama Donald Trump. Pada 2020, The Daily Beast menggambarkannya sebagai “orang uangnya Putin” dengan hubungan rahasia ke Jared Kushner.

    Jared Kushner, menantu Trump yang menikah dengan Ivanka Trump, menangani sejumlah urusan kebijakan luar negeri presiden. Meskipun tidak seterlihat publik pada masa jabatan kedua Trump, Kushner baru-baru ini terlibat dalam pembuatan rencana perdamaian Gaza Trump dan menghadiri pembicaraan perdamaian Ukraina di Jenewa.

    Selama masa jabatan pertama Trump, Dmitriev dan Kushner mendiskusikan potensi investasi Amerika di Rusia—pembicaraan yang akhirnya tidak menghasilkan proyek besar.

    Namun Dmitriev benar-benar menorehkan namanya dan menjadi salah satu tokoh paling berharga dalam kebijakan luar negeri Rusia hampir dua tahun setelah perang penuh di Ukraina dimulai, pada Desember 2023, menurut analis politik dan mantan penulis pidato Putin, Abbas Gallyamov.

    “Setelah perang dimulai, Putin hampir tidak bisa bepergian ke mana pun [karena surat perintah pengadilan kriminal internasional- ICC],” papar Gallyamov.

    “Rasa terisolasi ini membuatnya sangat khawatir dan membuat Rusia seluruhnya waswas. Saat itulah Kirill Dmitriev turun tangan sebagai penyelenggara utama perjalanan ini [ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab-UAE].”

    Selain mengatur perjalanan itu sendiri, Dmitriev dan dana investasinya berhasil menarik investasi dari negara-negara tersebut—prestasi mengesankan di tengah keluarnya modal Barat.

    “Dengan kata lain, ia terbukti sangat efektif di panggung internasional,” kata Gallyamov.

    Dmitriev vs. Lavrov

    Gallyamov melihat Dmitriev sebagai sosok yang berorientasi pada penyelesaian perbedaan antara Amerika Serikat(AS) dan Rusia melalui kompromi—berbeda dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, pendukung garis keras.

    “Ketika Putin merasa negosiasi nyata diperlukan, Dmitriev maju,” kata Gallyamov. “Namun dalam banyak situasi, Putin tak ingin bernegosiasi. Lavrov mencerminkan mindset internal itu.”

    Gallyamov menunjukkan bahwa selama kunjungan terbaru utusan khusus AS Steve Witkoff ke Moskow, Putin bertemu Witkoff bersama Dmitriev dan asistennya, Yuri Ushakov—sementara Lavrov tidak hadir.

    Namun, belum jelas apakah pilihan situasional ini menandakan arah masa depan diplomasi Rusia.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Rizki Nugraha

    (nvc/nvc)

  • Ukraina ‘Siap Bekerja’ dengan AS untuk Akhiri Perang

    Ukraina ‘Siap Bekerja’ dengan AS untuk Akhiri Perang

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Kamis (20/11) menyatakan bahwa Ukraina “siap bekerja secara jujur dan terbuka”, saat ia berkomitmen menindaklanjuti proposal perdamaian dari Amerika Serikat (AS) tanpa mengganggu upaya diplomatik yang sudah berjalan.

    “Ukraina membutuhkan perdamaian dan kami akan melakukan segala hal agar tak ada pihak yang bisa mengatakan bahwa kita menghambat diplomasi. Ini penting,” ujar Zelenskyy dalam pidatonya. Ia menegaskan bahwa Ukraina tidak akan membuat pernyataan yang tergesa-gesa.

    Menurutnya, fokus utama saat ini adalah menjaga proses diplomasi yang konstruktif dengan AS dan para mitra internasional. Ia menekankan pentingnya dukungan yang konsisten bagi militer Ukraina serta seluruh operasi pertahanan yang telah direncanakan, termasuk serangan jarak jauh.

    Dalam unggahan di Telegram setelah bertemu Sekretaris Angkatan Darat AS Daniel Driscoll di Kyiv, Zelenskyy menyebut tim Ukraina dan AS akan “menggarap poin-poin rencana untuk mengakhiri perang.”

    Rincian usulan tersebut belum dipublikasikan. Namun, sejumlah media, termasuk kantor berita AFP, melaporkan bahwa rencana itu memuat tuntutan Rusia, termasuk penyerahan wilayah yang masih berada di bawah kendali Ukraina.

    Sejumlah pejabat senior di Kyiv menilai usulan itu “absurd” dan menganggapnya sebagai “provokasi.”

    Zelenskyy juga menyampaikan bahwa dirinya menggelar “pembicaraan yang sangat serius” dengan seorang delegasi tingkat tinggi dari AS.

    Rencana Uni Eropa untuk “melemahkan Rusia”

    Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menanggapi laporan bahwa AS dan Rusia telah mencapai kesepakatan awal mengenai rencana perdamaian.

    Setelah bertemu perwakilan Ukraina dan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussel, Kallas mengatakan bahwa UE memiliki “rencana dua poin” untuk mengakhiri perang. Rencana itu mencakup upaya melemahkan Rusia dan memperkuat Ukraina.

    “Jika Rusia benar-benar menginginkan perdamaian, mereka harusnya sudah menerima tawaran gencatan senjata tanpa syarat yang diajukan pada Maret lalu,” tegasnya.

    Ia menambahkan, Rusia berkali-kali menyatakan kesediaan untuk berdialog, tetapi pembicaraan sebelumnya selalu gagal karena Rusia tidak pernah membuat komitmen nyata. “Tekanan harus diarahkan pada pihak agresor, bukan korban,” kata Kallas.

    Untuk itu, Uni Eropa akan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Rusia. Fokus utamanya adalah menindak armada kapal bayangan Rusia dan para pihak yang mendukung operasi tersebut.

    “Data menunjukkan dengan jelas bahwa ekspor minyak mentah Rusia berada di titik terendah dalam beberapa bulan terakhir. Pendapatan pajak Rusia dari minyak juga berada di level terendah sejak perang dimulai,” ujar Kallas, menilai bahwa sanksi sejauh ini terbilang efektif.

    Komandan Rusia klaim kuasai Kupiansk, Ukraina bantah

    Para komandan senior Rusia pada Kamis (20/11) mengklaim bahwa pasukan mereka telah merebut kota kecil Kupiansk, sekitar 120 kilometer dari Kharkiv, di wilayah timur laut Ukraina.

    Komandan pasukan Rusia di front barat, Sergei Kuzovlev, melaporkan kepada Presiden Vladimir Putin bahwa pasukannya telah “menyelesaikan pembebasan Kota Kupiansk,” yang ia sebut sebagai “komponen kunci pertahanan Ukraina.”

    Kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov, menambahkan bahwa pasukan Rusia “terus menghancurkan unit Ukraina yang terkepung di tepi kiri Sungai Oskil.”

    Kupiansk, dengan penduduk pra-perang sekitar 55.000 jiwa, merupakan jalur penting untuk kereta dan logistik. Kota ini jatuh ke tangan Rusia pada hari pertama invasi besar-besaran pada Februari 2022, tetapi berhasil direbut kembali oleh Ukraina beberapa bulan kemudian dan sejak itu menjadi pusat logistik penting.

    Militer Ukraina pada Kamis (20/11) malam membantah klaim Rusia bahwa Kupiansk telah direbut kembali.

    Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Presiden Putin “mengunjungi salah satu pos komando pasukan barat dan menggelar pertemuan dengan kepala staf.” Tidak jelas apakah lokasi itu berada di wilayah Rusia atau di wilayah Ukraina yang diduduki.

    Putin dilaporkan menerima pemaparan mengenai situasi militer di Kramatorsk, Kostyantynivka, dan Pokrovsk, tiga kota penting Ukraina di wilayah Donetsk. Gerasimov mengklaim bahwa pasukan Rusia telah menguasai 70 persen wilayah Pokrovsk, klaim yang disebut “tidak benar” oleh militer Ukraina.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ausirio Sangga Ndolu dan Adelia Dinda Sani

    Editor: Hani Anggraini

    (ita/ita)

  • Xi Jinpin, Trump, dan Putin Absen di KTT G20 Afsel, Prabowo Utus Gibran

    Xi Jinpin, Trump, dan Putin Absen di KTT G20 Afsel, Prabowo Utus Gibran

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pemimpin negara besar dipastikan absen dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang digelar di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 22–23 November 2025.

    Presiden China Xi Jinping, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin, hingga Presiden Indonesia Prabowo Subianto tercatat tidak hadir secara langsung dalam forum ekonomi terbesar dunia tersebut. 

    Dikutip melalui Bloomberg, Kementerian Luar Negeri China mengumumkan bahwa Xi Jinping tidak akan menghadiri KTT dan akan digantikan oleh Perdana Menteri Li Qiang.

    Keputusan ini membuat G20 tahun ini kehilangan kehadiran pemimpin dua ekonomi terbesar dunia, sebab Presiden Donald Trump juga telah menyatakan boikot terhadap pertemuan tersebut KTT G20 Afsel. 

    Trump sebelumnya menyebut Amerika Serikat tidak akan mengirim delegasi resmi setelah ia melontarkan klaim keliru mengenai adanya genosida terhadap warga Afrikaans putih di Afrika Selatan. 

    Namun, pemerintah Afrika Selatan sempat mengatakan AS mengubah pikiran dan meminta berpartisipasi dalam beberapa bentuk, sebelum kemudian Gedung Putih membantah dan menyatakan hanya akan mengirim acting ambassador Marc D. Dillard untuk hadir pada upacara penutupan. 

    Dikutip melalui The Guardian, Presiden Rusia Vladimir Putin kembali absen akibat pembatasan perjalanan terkait surat perintah penangkapan dari International Criminal Court (ICC).

    Putin menunjuk Deputi Kepala Staf Kepresidenan Maxim Oreshkin untuk memimpin delegasi Rusia pada pertemuan tersebut.

    Absennya Xi, Trump, dan Putin menjadi pukulan bagi Afrika Selatan yang tahun ini menjadi tuan rumah, terutama karena KTT ini merupakan pertemuan G20 pertama yang digelar di benua Afrika.  

    Namun, Presiden Cyril Ramaphosa menegaskan bahwa penyelenggaraan G20 tidak akan terpengaruh secara substantif. 

    “Boikot tidak pernah benar-benar berhasil. KTT G20 akan terus berlanjut. Semua kepala negara lainnya akan hadir di sini, dan, pada akhirnya, kami akan mengambil keputusan-keputusan fundamental. Ketidakhadiran mereka adalah kerugian bagi mereka,” kata Ramaphosa. 

    Namun di balik layar, sejumlah pejabat Afrika Selatan menilai absennya Amerika Serikat justru dapat mempermudah tercapainya consensus declaration, mengingat Washington disebut kerap menghambat negosiasi dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya.

    Prabowo Utus Gibran 

    Dari pihak Indonesia, Presiden Prabowo Subianto tidak hadir dan menugaskan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk memimpin delegasi RI di Johannesburg. 

    Wapres Gibran bertolak dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma pada Jumat (21/11/2025) pukul 09.30 WIB menuju Afrika Selatan. Setibanya di Johannesburg, Wapres disambut jajaran protokol G20 sebelum menghadiri agenda resmi pada 22–23 November 2025.

    Kehadiran Gibran mewakili Indonesia dimaksudkan untuk menegaskan komitmen pemerintah di bawah Presiden Prabowo terhadap pemulihan ekonomi global dan penguatan kerja sama internasional.

    Dalam forum tersebut, Wapres dijadwalkan menyampaikan pidato atas nama Presiden Prabowo sekaligus mengikuti pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara sahabat untuk memperkuat hubungan ekonomi dan politik. 

    Selain Xi, Trump, dan Putin, beberapa pemimpin G20 lain juga tidak hadir, termasuk Presiden Argentina Javier Milei serta Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum. Meski demikian, para pemimpin dari Eropa, Brasil, dan Turki dipastikan menghadiri KTT.