Tag: Veronica Tan

  • Nasaruddin Umar, Veronica Tan hingga Pramono-Rano Hadiri Haul Gus Dur

    Nasaruddin Umar, Veronica Tan hingga Pramono-Rano Hadiri Haul Gus Dur

    Jakarta

    Acara peringatan haul ke-15 Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur digelar hari ini. Acara yang digelar di kediaman Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, dihadiri sejumlah tokoh.

    Pantauan detikcom di lokasi, Selasa (21/12/2024), sejumlah jajaran menteri Kabinet Merah Putih terlihat hadir. Mulai dari Menteri Agama Nasaruddin Umar, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi, dan Wakil Menteri PPPA Veronica Tan.

    Selain itu hadir juga Ketua KPU Mochammad Afifuddin, Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung-Rano Karno. Turut hadir pula mantan Menko Polhukam Mahfud Md.

    Hadir juga jajaran ulama seperti KH Mustofa Bisri atau Gus Mus, mantan Ketua PBNU Kiai Said Aqil Siraj, serta Waketum PBNU Zulfa Mustofa.

    Putri Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, menjelaskan acara haul kali ini mengangkat tema ‘Menajamkan Nurani untuk Membela yang Lemah’. Yenny mengungkap tema ini dipilih sesuai dengan kondisi situasi saat ini.

    “Salah satu hal yang menjadi karakteristik Gus Dur adalah pembelaan khusus terhadap mereka yang lemah dan terpinggirkan,” ujar Yenny dalam keterangannya.

    (rfs/rfs)

  • Menag, Pramono hingga Veronica Tan Hadiri Haul ke-15 Gus Dur

    Menag, Pramono hingga Veronica Tan Hadiri Haul ke-15 Gus Dur

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejumlah tokoh menghadiri Haul ke-15 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang digelar di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12) malam.

    Selain Keluarga Gus Dur, beberapa yang terlihat hadir adalah Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi dan Wakil Menteri PPPA Veronica Tan.

    Hadir juga Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, Wakil Ketua Umum PBNU Zulfa Mustofa, Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Thalibin Musthofa Bisri alias Gus Mus dan Ketua KPU RI Afifuddin.

    Selain itu, ada juga eks Menko Polhukam Mahfud MD hingga Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung.

    Adapun Haul ke-15 ini mengangkat tema Menajamkan Nurani untuk Membela yang Lemah.

    Ketua Panitia Haul ke-15 Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid mengatakan tema Haul ke-15 Gus Dur berkaitan erat dengan kondisi masyarakat yang terjadi hari ini.

    “Salah satu hal yang menjadi karakteristik Gus Dur adalah pembelaan khusus terhadap mereka yang lemah dan terpinggirkan,” ujar Yenni.

    Yenny mengatakan haul ini menyiratkan pesan kuat kepada masyarakat mengingat banyak masalah yang tengah dihadapi rakyat kecil dan mereka menghadapi masalah ini justru sendirian.

    “Banyak sekali terjadi tindakan intimidasi penganiayaan bahkan extrajudicial killing yang dilakukan oleh aparat kepolisian misalnya,” kata Yenny.

    (yoa/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • PINTI Berharap Pemerintah Segera Tetapkan Hari Disabilitas Nasional

    PINTI Berharap Pemerintah Segera Tetapkan Hari Disabilitas Nasional

    Pematang Siantar: Perempuan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (PINTI) bersama dengan Yayasan Roda Kebajikan Peduli menyelenggarakan Perayaan Hari Disabilitas Internasional 2024 pada Minggu, 1 Desember 2024 di Maha Vihara Vidya Maitreya di Kota Pematang Siantar, SumatraUtara.

    Acara diikuti oleh 500 anak-anak disabilitas dan berkebutuhan khusus beserta pendamping. Hari Disabilitas Internasional diperingati setiap 3 Desember yang dapat menjadi momen penting untuk dapat mengingatkan kesadaran dan mendukung hak-hak dan kesejahteraan para penyandang disabilitas.

    Dalam UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dan juga telah diatur dalam PP Nomor 78 Tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus Anak, sudah diamanatkan untuk melakukan upaya perlindungan khusus terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

    Apapun kondisi anak, mereka punya hak untuk hidup, berinteraksi, bersekolah dan lainnya. Pemerintah pun wajib memenuhi hak-hak setiap anak dan wajib melindungi anak dari berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan.

    Dalam acara ini, Wakil Menteri KPPPA, Veronica Tan, hadir melalui zoom menyapa dan memberi semangat kepada anak-anak disabilitas, dan juga mengapresiasi acara kegiatan ini. Ketua PINTI Pusat Dr Metta Agustina, berharap dengan terlaksananya acara ini, pemerintah dapat melanjutkan, baik dari Kemensos, KPPPA, KemenKes maupun Kemen UMKM yang dapat membantu orang tua anak disabilitas dapat berpenghasilan sambil menjaga anaknya.

    “Ke depannya, kami juga berharap pemerintah dapat menetapkan Hari Disabilitas Nasional yang dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat umum kepada para penyandang disabilitas yang hak-hak-nya seringkali terlupakan,” kata Metta.

    Ketua Panitia, Fenny Goh, menyatakan dengan mengangkat tema “Bersama untuk Inklusi: Kesetaraan, Kemandirian, dan Kesempatan Semua”, ia juga berharap lewat acara ini dapat mempererat hubungan antarpenyandang disabilitas, keluarga serta masyarakat umum dan juga memberikan pengalaman berharga dan momen yang penuh kebahagiaan bagi anak dan keluarganya.

    “Selain memberikan dukungan layanan kesehatan gratis, pembagian bantuan sosial yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang signifikan bagi peserta terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Serta mencerminkan kepedulian terhadap anak-anak disabilitas dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi masa depan mereka,” sambutnya.

    Pematang Siantar: Perempuan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (PINTI) bersama dengan Yayasan Roda Kebajikan Peduli menyelenggarakan Perayaan Hari Disabilitas Internasional 2024 pada Minggu, 1 Desember 2024 di Maha Vihara Vidya Maitreya di Kota Pematang Siantar, SumatraUtara.
     
    Acara diikuti oleh 500 anak-anak disabilitas dan berkebutuhan khusus beserta pendamping. Hari Disabilitas Internasional diperingati setiap 3 Desember yang dapat menjadi momen penting untuk dapat mengingatkan kesadaran dan mendukung hak-hak dan kesejahteraan para penyandang disabilitas.
     
    Dalam UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dan juga telah diatur dalam PP Nomor 78 Tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus Anak, sudah diamanatkan untuk melakukan upaya perlindungan khusus terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
    Apapun kondisi anak, mereka punya hak untuk hidup, berinteraksi, bersekolah dan lainnya. Pemerintah pun wajib memenuhi hak-hak setiap anak dan wajib melindungi anak dari berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan.
     
    Dalam acara ini, Wakil Menteri KPPPA, Veronica Tan, hadir melalui zoom menyapa dan memberi semangat kepada anak-anak disabilitas, dan juga mengapresiasi acara kegiatan ini. Ketua PINTI Pusat Dr Metta Agustina, berharap dengan terlaksananya acara ini, pemerintah dapat melanjutkan, baik dari Kemensos, KPPPA, KemenKes maupun Kemen UMKM yang dapat membantu orang tua anak disabilitas dapat berpenghasilan sambil menjaga anaknya.
     
    “Ke depannya, kami juga berharap pemerintah dapat menetapkan Hari Disabilitas Nasional yang dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat umum kepada para penyandang disabilitas yang hak-hak-nya seringkali terlupakan,” kata Metta.
     
    Ketua Panitia, Fenny Goh, menyatakan dengan mengangkat tema “Bersama untuk Inklusi: Kesetaraan, Kemandirian, dan Kesempatan Semua”, ia juga berharap lewat acara ini dapat mempererat hubungan antarpenyandang disabilitas, keluarga serta masyarakat umum dan juga memberikan pengalaman berharga dan momen yang penuh kebahagiaan bagi anak dan keluarganya.
     
    “Selain memberikan dukungan layanan kesehatan gratis, pembagian bantuan sosial yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang signifikan bagi peserta terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Serta mencerminkan kepedulian terhadap anak-anak disabilitas dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi masa depan mereka,” sambutnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WHS)

  • Wamen Veronica Tan: Perempuan Mandiri Cenderung Berani Bicara

    Wamen Veronica Tan: Perempuan Mandiri Cenderung Berani Bicara

    Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA) Veronica Tan mengungkapkan perempuan yang mandiri khususnya dari aspek ekonomi, cenderung berani untuk speak up (bicara). Menurut Veronica, sikap berani angkat bicara merupakan sesuatu yang diperlukan ketika kekerasan, ketidakadilan atau pelecehan terhadap perempuan.

    Hal ini disampaikan Veronica saat menghadiri diskusi empowerment talk bertajuk “Perempuan Berdaya, Bangsa Berjaya: Menuju Indonesia Emas 2045” yang digelar DPP Perempuan Bangsa, dalam rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) ke-V di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (30/11/2024).

    “Jadi permasalahan itu bagaimana membuat ekonomi perempuan itu harus ada dulu. Kalau ekonomi perempuan ada, berdaya, dia mandiri sendiri, saya yakin dia akan berani speak up,” ujar Veronica dalam acara diskusi tersebut.

    Menurut Vero, sapaan akrabnya, kebanyakan perempuan bergantung pada suami atau pihak lain. Dia menilai ketergantungan ekonomi perempuan ini kadang menjadi akar utama permasalahan. Untuk itu, dia mendorong perempuan Indonesia mengembangkan dirinya sehingga bisa menjadi perempuan yang mandiri.

    “Perempuan Indonesia kebanyakan sangat lemah dari sisi ekonomi, sehingga mereka bergantung kepada orang-orang terdekat, khususnya suami,” tandas Vero.

    Pada kesempatan itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh mengajak perempuan untuk berkiprah dalam dunia politik. Dia menuturkan hal itu perlu untuk mengupayakan hak-hak perempuan.

    “Banyak orang menilai politik itu adalah daerah yang kotor sehingga perempuan tidak bisa di situ. Padahal kita melakukan hal baik di politik dan itu jangka panjang yang akan kita lakukan,” jelas Nihayatul.

    Sementara ketua umum DPP Perempuan Bangsa, salah satu organisasi otonom PKB, Siti Mukaromah mengatakan bahwa dengan kondisi masih banyaknya angka kekerasan, peran organisasi perempuan sangat strategis. 

    Siti mengaku Perempuan Bangsa selama ini menjalankan peran tersebut dan ke depannya akan  melakukan penguatan kader untuk melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat khususnya perempuan.

    “Gerakan dan organisasi perempuan sangat strategis dan masih diperlukan untuk fungsi advokasi dan pemberdayaan,” pungkas Siti.

  • Yang Tak Disangka oleh Veronica Tan Sampai Stres saat Jadi Wamen PPPA

    Yang Tak Disangka oleh Veronica Tan Sampai Stres saat Jadi Wamen PPPA

    Tak Berani Speak Up

    Selama dua bulan ini, Veronica mengaku memang tengah belanja masalah dan mengungkapkan penyebab perempuan dan anak kerap kali menjadi korban. “Jadi setelah kita menggali semua itu kami berpikir permasalahan kita sebenarnya apa sih? Itu karena perempuan-perempuan tidak berani speak up, perempuan tidak berani berbuat apapun, perempuan yang tidak teredukasi, punya anak jadi terbeban,” beber dia.

    Keberadaan perempuan, dikatakan Veronica, kaum hawa tidak berani melawan tindakan kekerasan. Di saat yang bersamaan, anak juga terbebani dengan kondisi terdampak masalah kekerasan.

    “Nah dari situ kami semua berpikir ujung tombak dari semua hal kenapa kita bisa begitu karena perempuan itu ekonominya nggak ada. Sehingga mereka itu harus bergantung, bergantung suamilah, atau apa,” jelas Veronica.

    Menurutnya agar kaum perempuan tidak lagi menjadi korban kekerasan yakni harus ada pemberdayaan dari segi ekonomi. “Kalau ekonomi perempuan ada, berdaya dia mandiri sendiri saya yakin dia akan berani speak up, especially kalau kita sudah berdayakan perempuan kita nggak usah pusing sama anak sih,” imbuhnya.

    (isa/isa)

  • Wamen PPA Veronica Tan sebut ekonomi Ujung tombak masalah kekerasan perempuan

    Wamen PPA Veronica Tan sebut ekonomi Ujung tombak masalah kekerasan perempuan

    Sumber foto: Radio Elshinta/ Arie Dwi Prasetyo

    Wamen PPA Veronica Tan sebut ekonomi Ujung tombak masalah kekerasan perempuan
    Dalam Negeri   
    Editor: Valiant Izdiharudy Adas   
    Sabtu, 30 November 2024 – 17:08 WIB

    Elshinta.com – Wakil Menteri Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Veronica Tan mengatakan saat ini sedang menginventarisir berbagai macam persoalan yang menimpa kaum perempuan dan anak di Indonesia. Veronica menyebut ada banyak masalah yang perlu segera dicari akarnya dan segera ditangani.

     

    Dimana hal itu ungkap Veronica Tan saat menghadiri Empowerment Talk bertajuk Perempuan Berdaya, Bangsa Berjaya: Menuju Indonesia Emas 2045 yang digelar DPP Perempuan Bangsa dalam rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) ke-V di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (30/11/2024).

     

    “Jadi berdua kami baru sebulan ada di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Saya itu simple banget, saya pikir waktu masuk ke pemberdayaan perempuan pasti urusannya memberdayakan, mengajak stakeholder, ngajak NGO untuk bekerja sama melatih lagi nih,” ujar Vero.

     

    “Nggak tahunya pas masuk dua minggu, stress bu. Karena yang ada laporan. Jadi kasus, laporan, pelecehan seksual, kekerasan anak, KDRT, pembunuhan, ada anak ditemukan meninggal, ada di Banyuwangi di Purworejo itu yang ibu menteri kunjungi untuk bertemu, bertatap muka awal-awal,” sambungnya.

     

    Kemudian, Vero juga menyebut setelah pihaknya menggali semua persoalan tersebut, ditemukan sejumlah penyebab yang memang memerlukan penanganan dengan cepat. Satu diantaranya adalah karena banyak kaum perempuan tidak berani speak up akan masalah yang dialami. 

     

    “Itu karena perempuan-perempuan tidak berani speak up, perempuan-perempuan tidak berani berbuat apapun, perempuan-perempuan yang tidak teredukasi, punya anak jadi terbeban,” ungkapnya.

     

    Wakil Menteri PPPA ini mengatakan permasalahan yang terjadi tersebut ialah faktor ekonomi. Ia pun menilai kaum perempuan Indonesia banyak sangat lemah dari sisi ekonomi, sehingga mereka bergantung kepada orang-orang terdekat, khususnya suami.

     

    “Itu sebabnya perempuan lagi yang kena. Sementara perempuan harus kerja serabutan semua, mana bisa punya waktu lagi untuk bisa berdaya mengisi profesi dan segalanya untuk menjadi perempuan yang berdaya dengan kondisi seperti itu,” ujarnya, seperti yang dilaporkan Reporter Elshinta Arie Dwi Prasetyo.

     

    “Jadi permasalahan itu bagaimana membuat ekonomi perempuan itu harus ada dulu. Kalau ekonomi perempuan ada, berdaya, dia mandiri sendiri saya yakin dia akan berani speak up,” pungkas Vero.

     

    Tak hanya Vero yang hadir sebagai pemateri dalam empowerment talk tersebut akrivis perempuan Chiki Fawzi, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati Djojohadikusuma, dan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Dr. Nihayatul Wafiroh,.M.A.

    Sumber : Radio Elshinta

  • 7 Alasan Childfree Makin Ngetren pada 2024

    7 Alasan Childfree Makin Ngetren pada 2024

    Jakarta: Memilih untuk tidak memiliki anak atau menjadi “childfree” adalah keputusan pribadi yang makin banyak dipilih oleh individu dan pasangan.

    Di tahun 2024, banyak orang yang mulai mempertimbangkan hidup tanpa anak, dan berikut ini adalah tujuh alasan mengapa menjadi childfree bisa menjadi pilihan yang tepat:
     
    1. Hidup Lebih Fleksibel
    Tanpa tanggung jawab membesarkan anak, kamu punya lebih banyak kebebasan untuk mengejar hobi, jalan-jalan, dan fokus pada pengembangan diri. Fleksibilitas ini bikin kamu bisa menjalani hidup sesuai keinginan, tanpa batasan.
     
    2. Hidup Lebih Hemat
    Membesarkan anak butuh biaya besar, dari kebutuhan sehari-hari hingga pendidikan. Dengan tidak punya anak, kamu bisa mengurangi beban finansial dan lebih leluasa menggunakan uang untuk tabungan, investasi, atau kebutuhan pribadi lainnya.
     
    3. Prioritas pada Karier
    Tanpa kewajiban membesarkan anak, kamu punya lebih banyak waktu dan energi untuk mengejar karier. Ini bisa membuka peluang untuk meraih kesuksesan lebih cepat, karena fokusmu sepenuhnya pada pekerjaan dan pengembangan diri.
     
    4. Kesehatan Mental Lebih Terjaga
    Menjadi orang tua seringkali disertai tekanan dan stres yang besar. Memilih untuk childfree bisa membantu menjaga keseimbangan kesehatan mental dan emosional, sehingga kamu bisa hidup lebih bahagia dan bebas dari stres.
     
    5. Lebih Ramah Lingkungan
    Kekhawatiran tentang overpopulasi dan dampaknya pada lingkungan juga menjadi alasan beberapa orang memilih childfree. Dengan tidak punya anak, kamu bisa mengurangi jejak karbon dan membantu menjaga keberlanjutan lingkungan.
     
    6. Fokus pada Hubungan
    Childfree memberi kesempatan untuk lebih fokus pada hubungan dengan pasangan. Tanpa anak, kamu dan pasangan punya lebih banyak waktu untuk menguatkan ikatan dan membangun hubungan yang lebih dekat, tanpa distraksi dari tanggung jawab orang tua.
     
    7. Bebas dari Ekspektasi Sosial
    Menjadi childfree juga berarti kamu bebas dari ekspektasi sosial untuk memiliki anak, yang terkadang bisa membebani. Kamu dapat memilih jalan hidup yang sesuai dengan keinginanmu tanpa merasa harus mengikuti norma yang ditetapkan oleh masyarakat.

    Menjadi childfree adalah pilihan yang tidak hanya memberi kebebasan, tetapi juga membantu seseorang menjalani hidup dengan lebih berfokus pada hal-hal yang memberikan kebahagiaan dan pemenuhan pribadi.

    Setiap keputusan memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing, dan yang paling penting adalah menjalani hidup sesuai dengan nilai dan prioritas yang diyakini.

    Baca Juga:
    Respons Veronica Tan Soal Perempuan Childfree, dan Begini Kata Psikolog

    Jakarta: Memilih untuk tidak memiliki anak atau menjadi “childfree” adalah keputusan pribadi yang makin banyak dipilih oleh individu dan pasangan.
     
    Di tahun 2024, banyak orang yang mulai mempertimbangkan hidup tanpa anak, dan berikut ini adalah tujuh alasan mengapa menjadi childfree bisa menjadi pilihan yang tepat:
     
    1. Hidup Lebih Fleksibel
    Tanpa tanggung jawab membesarkan anak, kamu punya lebih banyak kebebasan untuk mengejar hobi, jalan-jalan, dan fokus pada pengembangan diri. Fleksibilitas ini bikin kamu bisa menjalani hidup sesuai keinginan, tanpa batasan.
     
    2. Hidup Lebih Hemat
    Membesarkan anak butuh biaya besar, dari kebutuhan sehari-hari hingga pendidikan. Dengan tidak punya anak, kamu bisa mengurangi beban finansial dan lebih leluasa menggunakan uang untuk tabungan, investasi, atau kebutuhan pribadi lainnya.
     
    3. Prioritas pada Karier
    Tanpa kewajiban membesarkan anak, kamu punya lebih banyak waktu dan energi untuk mengejar karier. Ini bisa membuka peluang untuk meraih kesuksesan lebih cepat, karena fokusmu sepenuhnya pada pekerjaan dan pengembangan diri.
     
    4. Kesehatan Mental Lebih Terjaga
    Menjadi orang tua seringkali disertai tekanan dan stres yang besar. Memilih untuk childfree bisa membantu menjaga keseimbangan kesehatan mental dan emosional, sehingga kamu bisa hidup lebih bahagia dan bebas dari stres.
     
    5. Lebih Ramah Lingkungan
    Kekhawatiran tentang overpopulasi dan dampaknya pada lingkungan juga menjadi alasan beberapa orang memilih childfree. Dengan tidak punya anak, kamu bisa mengurangi jejak karbon dan membantu menjaga keberlanjutan lingkungan.
     
    6. Fokus pada Hubungan
    Childfree memberi kesempatan untuk lebih fokus pada hubungan dengan pasangan. Tanpa anak, kamu dan pasangan punya lebih banyak waktu untuk menguatkan ikatan dan membangun hubungan yang lebih dekat, tanpa distraksi dari tanggung jawab orang tua.
     
    7. Bebas dari Ekspektasi Sosial
    Menjadi childfree juga berarti kamu bebas dari ekspektasi sosial untuk memiliki anak, yang terkadang bisa membebani. Kamu dapat memilih jalan hidup yang sesuai dengan keinginanmu tanpa merasa harus mengikuti norma yang ditetapkan oleh masyarakat.
     
    Menjadi childfree adalah pilihan yang tidak hanya memberi kebebasan, tetapi juga membantu seseorang menjalani hidup dengan lebih berfokus pada hal-hal yang memberikan kebahagiaan dan pemenuhan pribadi.
    Setiap keputusan memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing, dan yang paling penting adalah menjalani hidup sesuai dengan nilai dan prioritas yang diyakini.
     
    Baca Juga:
    Respons Veronica Tan Soal Perempuan Childfree, dan Begini Kata Psikolog
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (SUR)

  • Menteri PPPA belum terima laporan kekerasan perempuan dalam pilkada

    Menteri PPPA belum terima laporan kekerasan perempuan dalam pilkada

    Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi (kanan) bersama dengan Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan dalam acara \”Deklarasi Bersama Kampanye Pilkada Damai 2024\”di Kantor Bawaslu RI, Jakarta, Minggu (17/11/2024). (ANTARA/Anita Permata Dewi)

    Menteri PPPA belum terima laporan kekerasan perempuan dalam pilkada
    Dalam Negeri   
    Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 17 November 2024 – 12:59 WIB

    Elshinta.com – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengatakan bahwa pihaknya belum menerima laporan kekerasan terhadap perempuan dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.

    “Dalam hal pilkada, belum ya, kita belum menerima informasi (laporan),” kata Menteri Arifah Fauzi dalam acara “Deklarasi Bersama Kampanye Pilkada Damai 2024” di Kantor Bawaslu RI, Jakarta, Minggu.

    Dalam kegiatan yang mengusung tema “Perempuan Berani Mengawasi dan Memilih #BersamaLawanDiskriminasi” tersebut, Menteri PPPA menyerukan kepada masyarakat untuk mewujudkan pilkada yang damai dalam kontestasi Pilkada 2024. Menurut dia, kegiatan ini juga sebagai ajang sosialisasi pemerintah mengingat pentingnya peran perempuan dalam pilkada.

    “Antisipasi diskriminasi terhadap perempuan. Kita meminimalisir sekecil mungkin kekerasan terhadap perempuan seperti intimidasi karena kurangnya pengetahuan perempuan dalam memilih calon pemimpin di daerahnya,” katanya.

    Ia mengatakan, perempuan kerap dijadikan target politik uang dalam pemilu karena perempuan dianggap lemah. Untuk itu, Kementerian PPPA bersama penyelenggara pilkada akan mengawasi pelaksanaan Pilkada 2024 untuk memastikan masyarakat, khususnya perempuan dapat bebas memilih calon kepala daerah yang sesuai dengan hati nurani pemilih.

    “Kita harus bekerja bersama-sama, dan ini bukan hanya tugas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tetapi menjadi tanggung jawab kita semua untuk bergandengan tangan,” kata Arifah Fauzi.

    Pada Minggu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyatakan komitmen menjaga ruang aman bagi perempuan dalam Pilkada 2024.

    “Kami harapkan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan itu tidak dilakukan, dan kemudian para pemilih perempuan bisa bebas dalam menggunakan hak pilihnya maupun hak dipilihnya,” kata Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja.

    Sumber : Antara

  • Video Tanggapan Veronica Tan soal Meningkatnya Tren Childfree

    Video Tanggapan Veronica Tan soal Meningkatnya Tren Childfree

    Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan, turut menanggapi soal meningkatnya tren childfree. Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan periode 2023 terkait childfree dan ditemukan 71 ribu perempuan enggan memiliki anak.

  • Respons Veronica Tan soal 71 Ribu Perempuan RI Tak Mau Punya Anak

    Respons Veronica Tan soal 71 Ribu Perempuan RI Tak Mau Punya Anak

    Jakarta

    Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan, buka suara soal meningkatnya kasus childfree atau mereka yang tidak memiliki anak. Badan Pusat Stastistik mencatat 71 ribu perempuan enggan memiliki anak dengan beragam macam faktor, kesanggupan ekonomi hingga fokus karier.

    Kasus-kasus tersebut lebih banyak ditemukan di Pulau Jawa dengan dominasi domisili DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Banten. Menurut Vero, sapaannya, jumlah perempuan dengan pilihan childfree di Indonesia masih lebih sedikit ketimbang kelompok keluarga dengan banyak anak.

    Hal ini dikarenakan kerap beredar anggapan yang melekat di masyarakat yakni ‘banyak anak banyak rezeki’. Meski begitu, ia tidak menampik kemungkinan fenomena tersebut muncul pada wanita dengan level pendidikan lebih tinggi.

    “Jadi kalau untuk perempuan yang sudah teredukasi, mereka ngerti bahwa anak itu menjadi sebuah beban kalau kita tidak memberikan yang terbaik dengan kualitas,” kata dia saat ditemui di kawasan Jakarta Barat, Kamis (14/11/2024).

    “Akhirnya mereka memilih, saya saja nggak bisa kasih kualitas saya dengan baik, ngapain saya punya anak. Mungkin itu beda kalau ibu-ibu yang tidak teredukasi, perempuan yang tidak teredukasi, itu kan terjadi pernikahan dini,” sambungnya.

    Pernikahan dini terjadi saat dilakukan sebelum usia 19 tahun. Hal ini jelas berdampak pada minimnya edukasi seorang ibu untuk membesarkan anak.

    Pada usia tersebut, wanita juga dinilai belum secara ideal memiliki kesiapan mental dalam mengurus anak yang tentu bisa berdampak pasa kesehatan mentalnya.

    “Belum sampai umur 19 saja sudah menikah, tapi tanpa tahu jangka panjangnya itu punya anak. Terus kadang-kadang karena nggak diizinkan suami menggunakan KB, akhirnya banyak sekali justru perempuan-perempuan yang belum teredukasi itu punya anak banyak,” sorot dia.

    “Dan ini menjadikan beban dan ke mental health akhirnya,” pungkasnya.

    (naf/sao)