Refleksi Arah Pendidikan Indonesia, Kemendikdasmen Luncurkan Buku “Pendidikan Bermutu untuk Semua”
Tim Redaksi
KOMPAS.com
– Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan buku berjudul
Pendidikan Bermutu untuk Semua: Menggali Pokok-pokok Pikiran Abdul Mu’ti
di Jakarta, Senin (27/10/2025).
Peluncuran buku ini merupakan wujud apresiasi atas dedikasi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti terhadap kemajuan pendidikan nasional, serta momentum refleksi terhadap arah kebijakan pendidikan Indonesia ke depan.
Buku tersebut menghimpun 16 tulisan dari berbagai tokoh pendidikan, akademisi, dan praktisi yang mengulas pemikiran, gagasan, serta langkah-langkah strategis Mu’ti dalam membangun pendidikan yang inklusif, berkeadilan, dan berorientasi pada mutu.
Dalam sambutannya, Mu’ti menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh penulis, panitia, dan tim Kemendikdasmen yang telah bekerja keras menyukseskan penerbitan buku ini.
Ia mengatakan bahwa buku ini bukan hanya cerminan pemikirannya pribadi, melainkan hasil dialog panjang dengan para guru, praktisi, dan masyarakat di lapangan.
“Saya berusaha menjadi pendengar yang baik. Banyak ide besar lahir dari para guru dan masyarakat. Buku ini adalah cermin dari aspirasi mereka,” ungkap Mu’ti dalam keterangan resminya, Selasa (28/10/2025).
Ia menambahkan, berbagai kebijakan yang dijalankan Kemendikdasmen merupakan hasil kerja sama yang mengedepankan semangat kolaboratif dan prinsip keberlanjutan.
Dalam perjalanan menjelajahi 27 provinsi selama satu tahun masa tugasnya, Mu’ti menyadari bahwa pemerataan mutu pendidikan masih menjadi tantangan besar yang hanya bisa diatasi dengan kerja sama lintas sektor dan semangat gotong royong.
“Apa yang kami lakukan tidak lain karena arahan Bapak Presiden. Banyak kebijakan lahir dari hasil mendengar, berdialog, dan bergerak bersama masyarakat,” ucapnya.
Oleh karena itu, Mu’ti menekankan bahwa peluncuran buku
Pendidikan Bermutu untuk Semua
menjadi penanda penting bagi dunia pendidikan Indonesia.
Buku ini tidak hanya menjadi catatan pemikiran, tetapi juga undangan bagi semua pihak untuk merefleksikan kembali makna pendidikan sejati yang membebaskan, memanusiakan, dan membahagiakan.
Melalui semangat “
dari gagasan ke aksi
”, Mu’ti menegaskan bahwa setiap langkah kecil dalam dunia pendidikan memiliki makna besar ketika dilandasi niat tulus untuk melayani dan memajukan anak bangsa.
Peluncuran buku
Pendidikan Bermutu untuk Semua
merupakan hasil kolaborasi Kemendikdasmen bersama Kompas Gramedia (KG Media).
Vice President National News KG Media Paulus Tri Agung Kristanto mengapresiasi kepercayaan Kemendikdasmen yang telah melibatkan KG Media dalam penerbitan buku ini.
Ia menekankan bahwa penyusunan buku dilakukan dalam waktu singkat dengan semangat kebersamaan, sebagai bentuk penghormatan terhadap dedikasi Mu’ti di bidang pendidikan.
Paulus mengungkapkan, buku ini adalah bentuk penghargaan atas ketekunan Mu’ti yang tidak hanya mengajar, tetapi juga berkontribusi melalui media dan ruang publik.
“Kami berharap, buku ini menjadi sumber inspirasi bagi semua pihak untuk terus memperjuangkan pendidikan bermutu bagi seluruh anak bangsa,” ucapnya.
Sebagai informasi, di antara para penulis buku
Pendidikan Bermutu untuk Semua
, terdapat pengantar dari Pemimpin Umum Kompas Lilik Oetama.
Ia menyampaikan pesan dan apresiasi khusus kepada Mu’ti atas kontribusinya dalam menginspirasi gerakan pendidikan nasional yang berpihak pada peserta didik.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Tri Agung Kristanto
-
/data/photo/2025/10/28/6900ab5179f53.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Refleksi Arah Pendidikan Indonesia, Kemendikdasmen Luncurkan Buku “Pendidikan Bermutu untuk Semua”
-

Komaruddin Hidayat Resmi Pimpin Dewan Pers 2025–2028
Jakarta (beritajatim.com) – Dewan Pers resmi memiliki kepengurusan baru untuk periode 2025–2028. Prof Komaruddin Hidayat terpilih secara aklamasi sebagai ketua dalam rapat anggota Dewan Pers yang digelar di Kantor Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih Jakarta pada Rabu (14/5/2025), menggantikan Ninik Rahayu yang telah menyelesaikan masa tugasnya.
Serah terima jabatan secara simbolis dilakukan dengan penyerahan buku laporan kerja Dewan Pers 2022–2025 dari Ninik Rahayu kepada Komaruddin. Buku tersebut berjudul “Menjaga Kualitas Jurnalisme di Tahun-Tahun Menurunnya Indeks Kemerdekaan Pers”, yang dianggap Komaruddin sebagai gambaran tantangan berat yang akan dihadapi ke depan.
Dalam sambutannya, Komaruddin yang juga mantan rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) itu menyatakan kesiapannya menjalankan amanah. Ia mengaku telah “puasa” dari media sosial selama sebulan agar tak terpengaruh informasi yang tidak jelas, namun menyadari bahwa kini harus kembali memantau arus informasi demi menjalankan tugasnya.
“Namun, puasa melihat media sosial itu agaknya harus saya akhiri. Karena mendapat tugas di Dewan Pers, kami harus tahu lalu lintas berita dan informasi,” ujarnya.
Sementara itu, Ninik Rahayu menyampaikan bahwa Dewan Pers periode sebelumnya berupaya melanjutkan gagasan almarhum Prof Azyumardi Azra yang meliputi empat poin utama: menjadikan Dewan Pers sebagai mitra kritis pemerintah, memperjuangkan kemerdekaan pers, meningkatkan kualitas jurnalisme, serta memikirkan kesejahteraan wartawan.
“Memang kerja kami belum bisa disebut membawa keberhasilan namun juga tidak bisa disebut sebagai kegagalan,” ungkap Ninik.
Dalam acara tersebut hadir pula sejumlah tokoh penting seperti Menkominfo Meutya Viada Hafid, Ketua Komisi Yudisial Amzulian Rifai, Wakil Menteri PPPA Veronica Tan, dan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Sandi Nugroho. Meutya memberikan apresiasi atas kinerja kepengurusan sebelumnya dan menyampaikan selamat bertugas kepada jajaran baru.
Berikut susunan lengkap kepengurusan Dewan Pers periode 2025–2028:
Ketua: Komaruddin Hidayat
Wakil Ketua: Totok Suryanto
Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Pers: Muhammad Jazuli
Komisi Hukum dan Perundang-undangan: Abdul Manan
Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi: Busyro Muqoddas
Komisi Kemitraan Hubungan Antarlembaga: Rosarita Niken Widiastuti
Komisi Penelitian, Pendataan, dan Ratifikasi: Yogi Hadi Ismanto
Komisi Informasi dan Komunikasi: Maha Eka Swasta
Komisi Digital dan Sustainability: Dahlan DahiAdapun anggota Dewan Pers periode 2022–2025 yang telah menyelesaikan tugas antara lain: Ninik Rahayu, M Agung Dharmajaya, Arif Zulkifli, Atmaji Sapto Anggoro, Totok Suryanto, Asep Setiawan, Tri Agung Kristanto, serta dua anggota yang sebelumnya mengundurkan diri, yaitu Asmono Wikan dan Yadi Hendriana. [beq]
-

Kompas Gramedia Gelar Uji Kompetensi Wartawan, Diikuti 36 Jurnalis KG Media – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – 36 jurnalis dari berbagai media di bawah naungan Kompas Gramedia (KG) Media mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) pada 2-3 Mei 2025.
36 jurnalis tersebut mengikuti UKW Mandiri KG Media 2025 yang digelar di Gedung Kompas Gramedia Palmerah Barat, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Detailnya, ada 10 orang dari Kompas.com, 1 orang dari Kompas, 10 orang dari Tribun Network, 3 orang dari KG Radio Network, dan 12 orang dari KompasTV.
Hasil UKW menyatakan 35 orang berkompeten dan 1 orang belum. Adapun UKW ini diikuti oleh 14 perempuan dan 22 laki-laki.
Ketua Komisi Pendidikan dan Pengembangan Profesi Pers Dewan Pers, Paulus Tri Agung Kristanto, mengucapakan selamat kepada yang sudah dinyatakan kompeten.
“Yang belum kompeten semangat untuk mengikuti enam bulan lagi,” katanya ketika memberi sambutan saat penutupan acara, Sabtu (3/5/2025).
Ditemui usai acara, salah seorang peserta UKW bernama Aisyah Sekar Ayu Maharani bersyukur bisa mengikuti UKW ini.
Ia mengaku susah tidur sejak sepekan sebelum UKW karena merasa gugup.
Wartawan Kompas.com itu merasa hari pertama terasa lebih melelahkan dibanding yang kedua.
Namun, ia bersyukur bisa melewati dua hari perhelatan UKW ini secara baik.
“Harapannya, ke depannya wartawan Kompas Gramedia bisa semuanya dinyatakan kompeten,” kata Aisyah.
Untuk jurnalis siber, ada 10 modul yang diikuti oleh peserta UKW ini.
Di antaranya, mereka mengikuti simulasi konferensi pers, melakukan wawancara cegat (doorstop), serta membangun jejaring bersama narasumber. Ini seluruhnya dituangkan dalam sebuah berita tulis.
Selain itu, para jurnalis juga diuji mengenai pemahaman mereka terhadap Kode Etik Jurnalistik dan peraturan terkait pers.
-

Disrupsi Berganda dan AI, Tantangan Baru Media Massa di Era Digital
PIKIRAN RAKYAT – Perkembangan teknologi menyebabkan media massa mengalami disrupsi berganda, mulai dari cara mendapatkan iklan hingga proses produksi konten. Pada era kecerdasan buatan atau akal imitasi (AI), media massa kembali dihadapkan dengan tantangan yang tidak mudah. Penggunaan kecerdasan buatan menghadirkan peluang sekaligus ancaman bagi ekosistem media. Kurangnya inovasi dan adaptasi membuat sejumlah media gagal memanfaatkan teknologi baru, seperti AI untuk meningkatkan distribusi konten dan efisiensi operasional.
Media massa, yang selama puluhan tahun berperan sebagai pilar utama dalam penyebaran berita, kini menghadapi tantangan serius. Disrupsi berganda terhadap media massa tersebut menjadi tema dalam Konvensi Nasional Media Massa 2025, yang berlangsung di Hall Dewan Pers, Jakarta, Kamis (20/2/2025) siang.
“Konvensi ini diniatkan untuk membangun kesadaran bersama antara masyarakat pers di negeri ini dengan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan platform mengenai tantangan dan peluang disrupsi berganda yang dihadapi media massa,” kata Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembang Profesi Dewan Pers Tri Agung Kristanto.
Menurut Tri Agung yang juga Ketua Panitia Konvensi Nasional Media Massa 2025, konvensi yang akan berlangsung dalam dua sesi tersebut diharapkan bisa menemukan serta membangun pemahaman dan langkah bersama yang saling mendukung dalam satu ekosistem media, agar bisa berkembang bersama dan saling menguntungkan.
“Jika kondisi ini bisa terwujud, maka jurnalisme berkualitas, jurnalisme yang mencerahkan, dan jurnalisme yang memberdayakan publik bisa terwujud,” katanya.
Konvensi Nasional Media Massa 2025 bertujuan menganalisis dampak disrupsi digital, teknologi informasi, dan kecerdasan buatan terhadap media massa. Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu dalam sambutannya mengatakan, industri pers sedang tidak dalam kondisi menguntungkan. Media massa tidak lagi menjadi sumber utama warga mencari berita, iklan nasional perusahaan pers 75 persen diambil alih platform digital global dan media sosial. Belum lagi efisiensi anggaran di sejumlah kementerian yang secara tidak langsung ikut berpengaruh pada media.
”Untuk itu, para insan pers mau tak mau harus memutar otak agar industri media bisa bertahan di tengah badai yang seakan tak berhenti, Di tengah disrupsi ganda yang kita hadapi, kita harus mampu bertahan memanfaatkan peluang-peluang baru yang muncul sekaligus membenahi kualitas pemberitaan kita,” katanya.
Konvensi Nasional Media Massa 2025 dibagi dalam dua sesi. Dalam sesi pertama ini menghadirkan pemateri mewakili pelaku usaha media, Executive Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, yang memaparkan iklim pers tengah mengalami degradasi dan membutuhkan aturan atau regulasi baru untuk memperkuat iklim media. Komisioner KPI I Made Sunarsa, menegaskan peran lembaga yang diampunya sebagai lembaga penyiaran penjernih disinformasi.
Akademisi dari Universitas Multimedia Nusantara, Ignatius Haryanto, mengajak media untuk memahami kemauan audiens melalui survei kuantitatif dan kualitatif, dan pentingnya media mengikuti perkembangan teknologi.
Sesi kedua Konvensi Nasional Media Massa 2025, membahas relasi media massa dengan teknologi dan platform. Pemateri dalam sesi ini menghadirkan, Wakil Sekjen Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial Indonesia (Korika) Dr Dini Fronitasari, yang memaparkan teknologi hanyalah sebuah instrument, dan manusia harus mengambil kendali atas perkembangan akal imitasi.
Sementara Pemimpin Redaksi IDNTimes.com, Zulfiani Lubis dalam paparannya menegaskan akal imitasi bukan produk jurnalistik, dan news value adalah bagian terpenting dalam produk jurnalistik. Ketua Komite Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Jurnalis Berkualitas, Suprapto Sasro Atmojo, memberi paparan perlunya platform digital memberikan pelatihan dan program jurnalis berkualitas.
Era disrupsi menjadi tantangan dan peluang bagi media massa. Perusahaan media sebagai publisher perlu membangun hubungan yang setara dengan platform digital untuk mendukung jurnalisme berkualitas. Komitmen terhadap jurnalisme berkualitas, diversifikasi pendapatan, dan adopsi teknologi, menjadi peluang media massa untuk bangkit. Media massa harus kembali fokus pada prinsip-prinsip jurnalisme yang netral, independen, dan berbasis fakta serta transparan dalam proses penyusunan berita.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News
-

Disrupsi Berganda: Media Massa Hadapi Tantangan di Era AI
Jakarta (beritajatim.com) – Perkembangan teknologi telah membawa media massa ke dalam era disrupsi berganda. Tidak hanya dalam hal perolehan iklan, tetapi juga dalam produksi dan distribusi konten. Di tengah kemajuan kecerdasan buatan (AI), industri media menghadapi tantangan berat sekaligus peluang besar untuk bertahan dan berkembang.
Fenomena ini menjadi sorotan utama dalam Konvensi Nasional Media Massa 2025 yang berlangsung di Hall Dewan Pers, Jakarta, Kamis (20/2). Acara ini menghadirkan sejumlah pemangku kepentingan guna membahas dampak disrupsi terhadap ekosistem media.
“Konvensi ini diniatkan untuk membangun kesadaran bersama antara masyarakat pers di negeri ini dengan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan platform, mengenai tantangan dan peluang disrupsi berganda yang dihadapi media massa,” ujar Tri Agung Kristanto, Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembang Profesi Dewan Pers sekaligus Ketua Panitia Konvensi.
Jurnalisme Harus Beradaptasi
Menurut Tri Agung, konvensi ini diharapkan menghasilkan pemahaman bersama serta langkah-langkah strategis untuk membangun ekosistem media yang saling menguntungkan. “Jika kondisi ini bisa terwujud, maka jurnalisme berkualitas, jurnalisme yang mencerahkan, dan jurnalisme yang memberdayakan publik bisa terwujud,” katanya.
Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, dalam sambutannya menyoroti kondisi industri pers yang kian menantang. “Media massa tidak lagi menjadi sumber utama warga mencari berita. Iklan nasional perusahaan pers 75 persen diambil alih platform digital global dan media sosial. Belum lagi efisiensi anggaran di sejumlah kementerian yang secara tidak langsung ikut berpengaruh pada media,” paparnya.
Ia menekankan perlunya inovasi bagi insan pers untuk bertahan dalam industri yang penuh disrupsi. “Di tengah disrupsi ganda yang kita hadapi, kita harus mampu bertahan dengan memanfaatkan peluang-peluang baru yang muncul sekaligus membenahi kualitas pemberitaan kita,” tambahnya.
Teknologi dan Regulasi Media
Konvensi Nasional Media Massa 2025 dibagi dalam dua sesi utama. Pada sesi pertama, diskusi menghadirkan sejumlah tokoh, di antaranya Executive Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, yang menyoroti degradasi industri pers serta perlunya regulasi baru untuk memperkuat iklim media. Komisioner KPI, I Made Sunarsa, juga menegaskan pentingnya peran KPI sebagai lembaga penyiaran yang mampu menyaring disinformasi.
Akademisi dari Universitas Multimedia Nusantara, Ignatius Haryanto, menekankan pentingnya memahami audiens melalui survei kuantitatif dan kualitatif serta mengikuti perkembangan teknologi untuk meningkatkan daya saing media.
Pada sesi kedua, diskusi berfokus pada hubungan media dengan teknologi dan platform digital. Wakil Sekjen Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial Indonesia (Korika), Dr. Dini Fronitasari, mengingatkan bahwa teknologi hanyalah instrumen, dan manusia harus tetap memegang kendali atas perkembangannya. Pemimpin Redaksi IDNTimes.com, Zulfiani Lubis, menegaskan bahwa “Akal imitasi bukan produk jurnalistik, dan news value adalah bagian terpenting dalam produk jurnalistik.”
Sementara itu, Ketua Komite Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Jurnalis Berkualitas, Suprapto Sasro Atmojo, menyoroti pentingnya pelatihan serta program peningkatan kualitas jurnalisme oleh platform digital.
Membangun Masa Depan Media
Era disrupsi digital membawa tantangan besar bagi industri media. Perusahaan media dituntut untuk menjalin hubungan setara dengan platform digital guna mendukung jurnalisme berkualitas. Komitmen terhadap berita yang netral dan berbasis fakta, diversifikasi pendapatan, serta adopsi teknologi menjadi langkah strategis bagi media massa untuk bertahan dan berkembang di era kecerdasan buatan. [beq]
-

Organisasi Pemuda Lintas Agama Diharapkan Mampu Wujudkan Perdamaian
TRIBUNJAKARTA.COM – Organisasi pemuda lintas agama, diharapkan mampu wujudkan perdamaian di Indonesia.
Harapan ini dikemukakan oleh gabungan wartawan yang berasal dari lintas media.
Perdamaian yang dimaksud, yakni menawarkan toleransi dan saling menghormati serta menjunjung tinggi kebhinnekaan.
Ini hanya bisa tercapai jika para pemuda dari berbagai kalangan bersatu, sebagaimana yang diharapkan oleh Founding Father, Soekarno.
Dalam hal ini, Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) memberi penghormatan kepada organisasi pemuda lintas agama, melalui anugerah ‘Terimakasihku Kepadamu’.
Menurut Ketua PWKI Asni Ovier Dengen Paluin, organisasi pemuda lintas agama layak diberi penghargaan sebagai sebuah tanda hormat.
Alasannya karena mereka telah menunjukkan komitmen untuk berjalan bersama membangun perdamaian di Indonesia.
“Komitmen seperti ini perlu digaungkan oleh generasi muda lain karena sangat penting bagi masa depan bangsa dan negara Indonesia. Kehadiran dan komitmen mereka mendorong PWKI untuk juga terus menjadi bagian dari perjuangan dalam menjaga semangat toleransi di tengah keberagaman Indonesia,” kata dia.
Penganugerahan tersebut diadakan dalam acara Buka Tahun Bersama PWKI ke-18 yang berlangsung di Aula Universitas Tarumanagara, Jakarta, Sabtu (25/01/2025).
Anugerah diterima oleh Addin Jauharudin (Ketum GP Ansor), Sahat MP Sinurat (Ketua Pemuda Kristen GAMKI), I Gede Ariawan (Ketum Pemuda Hindu Peradah), Bagus Ardeni (Waketum Pemuda Muhamadiyah), Wiryawan (Waketum Pemuda Budha GEMABUDHI) dan Freddy Simamora (Waketum Pemuda Katolik).
Anugerah yang sama juga diterima Rm Markus Solo Kewuta SVD, satu-satunya pejabat Vatikan yang berasal dari Indonesia.
Wakil Pemimpin Umum Harian KOMPAS, Tri Agung Kristanto ingat betul pernyataan Soekarno, yang berbunyi ‘Beri saya sepuluh pemuda, dan saya akan guncangkan dunia’.
Dalam pernyataan ini pemuda artinya dalam banyak hal menentukan nasib suatu bangsa, nasib dunia.
“Jika pemuda Indonesia dari berbagai kalangan bisa berdamai, ini bisa menjadi modal besar bagi perdamaian dunia.
Mereka tak tergoda politik praktis yang terkadang menghalalkan segala cara dan ‘membunuh’ persaudaraan,” ungkapnya
“Berpolitiklah sebagai cara untuk menyejahterakan rakyat dan mewujudkan persaudaraan, perdamaian. Bukan untuk kekuasaan semata. Ingatlah, tak ada yang abadi di dunia ini, kecuali persaudaraan dan perdamaian sejati,” kata dia.
Wadir Pemberitaan Tribun Network / Pemimpin Redaksi Warta Kota, Domu D. Ambarita, menyebut bahwa sejarah telah menjelaskan ikatan kuat para pemuda.
“Karena terlampau banyak peserta, Johannes Leimana, Jong Ambon beragama Katolik, mengusulkan, Kongres Pemuda Oktober 1928 dilaksanakan di aula Gedung Katholieke Social Bond yang terletak di samping Gereja Katedral Jakarta,”
“Hari kedua Kongres, 28 Oktober 1928, dipindah ke gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106. Gedung ini milik Sie Kok Liong, rumah kos para pelajar pejuang. Di sanalah dibacakanlah ikrar Sumpah Pemuda yang kita kenal sebagai roh dan semangat untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Artinya cikal bakal kolaborasi lintas agama antara pemuda sudah ada,” kata dia.
Ia pun menyebut, organisasi yang berbasis keagamaan tersebut dianggap berkomitmen untuk mewujudkan perdamaian, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.
Tekad tersebut tertuang dalam ‘Deklarasi Jakarta-Vatikan’ yang disaksikan Paus Fransiskus Vatikan, pada Rabu (21/01/2024).
Sementara itu, News Achor Radio El Shinta, Yudianto Budiman (Didit) menilai
persatuan pemuda lintas agama sudah seharusnya terjadi.
Sebab dengan bersatunya pemuda lintas agama, ia menilai tidak hanya masalah perdamaian yang teratasi tetapi juga masalah lain.
Misalnya narkoba, berita hoaks dan lain sebagainya.
“Setelah melihat pemberian anugerah itu, prospek perdamaian sangat besar terjadi. Ketika pemuda bersatu maka perdamaian Indonesia akan selalu terjaga. Untuk itu, kegiatan pemuda lintas agama di Tingkat akar rumput jangan dilupakan,”
“Jika ada pertemuan akbar pemuda lintas agama, pasti menjadi gerakan yang dahsyat dan indah. Namun upaya organisasi pemuda lintas agama tidak bisa dibiarkan berjalan sendiri. Lembaga atau Kementerian terkait harus ikut mendukung, mengawal dan membarengi,” bebernya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya.
-
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5046430/original/029426300_1733914657-6253527496452587377.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Top 3 Tekno: Merger XL Axiata-Smartfren Jadi Sorotan – Page 3
Seminar Nasional bertajuk “Jurnalisme versus Artificial Intelligence, Peluang dan Tantangan” menjadi momen penting bagi para pelaku media untuk memahami hubungan antara teknologi dan dunia jurnalistik.
Dalam acara ini, sejumlah pakar berbagi pandangan menarik tentang bagaimana kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bisa jadi mitra strategis, alih-alih sebagai ancaman.
Jurnalisme sendiri tengah menghadapi tantangan besar, seiring kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI). Dalam seminar ini, sejumlah tokoh menyampaikan pandangan mereka mengenai peran AI dalam dunia jurnalistik.
Tri Agung Kristanto, Ketua Komisi Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Profesi Dewan Pers, menekankan kalau AI harusnya menjadi pelengkap bagi jurnalisme, bukan ancaman.
“Kami sadar bahwa jurnalisme dan AI tidak akan berlawanan, harusnya saling melengkapi meskipun ada kegelisahan di antara masyarakat pers kita yang khawatir bahwa semakin berkembang AI akan menggantikan teman-teman jurnalis.” ujarnya di Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Menurut Tri Agung, teknologi tidak sepenuhnya akan menggantikan peran manusia. AI dapat menjadi alat yang mendukung jurnalis menghasilkan konten lebih cepat dan akurat, asalkan dimanfaatkan dengan bijak.
Baca selengkapnya di sini
