Tag: Thierry Breton

  • Mampukah Eropa Menghadirkan Pesaing Baru untuk Google?

    Mampukah Eropa Menghadirkan Pesaing Baru untuk Google?

    Jakarta

    Ketika warga Eropa ingin mencari sebuah informasi, 90% dari mereka masih menggunakan Google, perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat (AS). Sekitar 5% lainnya menggunakan Bing dari Microsoft.

    Bahkan jika mereka memilih browser atau mesin pencari berbasis di Eropa, kemungkinan besar masih tetap menggunakan infrastruktur Google atau Bing, yang berarti permintaan dikirim ke perusahaan AS dan peringkat hasil pencariannya bisa ditampilkan.

    Seperti yang dikatakan Christian Kroll, CEO mesin pencari terbesar di Jerman, Ecosia, “jika AS memutus akses ke hasil pencarian, kita harus kembali menggunakan buku telepon.” Dalam skenario seperti itu, Eropa akan lumpuh.

    Indeks pencarian untuk Eropa

    Meskipun kemungkinan pemutusan akses tersebut sangat kecil, perusahaan AS mulai membuat akses ke infrastruktur pencarian mereka menjadi lebih mahal, berdasarkan laporan media teknologi The Register.

    Bagi dua perusahaan pencarian asal Eropa itu, solusinya adalah membangun pesaing baru.

    Pada awal November, Ecosia dan mitranya asal Prancis, Qwant, mengumumkan kerja sama untuk menciptakan indeks web Eropa, yaitu basis data besar berisi halaman web yang dapat mereka gunakan untuk menjawab permintaan pencarian.

    “Dengan hasil pemilu AS yang seperti ini, saya pikir ada ketakutan yang meningkat bahwa presiden AS di masa depan akan melakukan hal-hal yang tidak terlalu kami sukai di Eropa,” kata Kroll kepada DW. “Kami, sebagai komunitas Eropa, hanya perlu memastikan bahwa tidak ada yang bisa memeras kami.”

    Upaya Uni Eropa untuk kedaulatan digital

    Gagasan ini sejalan dengan tren populer dalam politik Eropa, kedaulatan digital. Didukung terutama oleh Thierry Breton, mantan komisaris pasar internal Uni Eropa, argumennya adalah bahwa Uni Eropa membutuhkan kendali atas infrastruktur digital dan layanan utama untuk mengurangi ketergantungan pada kekuatan global lainnya.

    Kenneth Propp berpendapat bahwa “nuansanya lebih terkait dengan otonomi.” Senior fellow di Atlantic Council’s Europe Center sekaligus profesor hukum Uni Eropa itu juga mengatakan kepada DW bahwa “seharusnya ada opsi Eropa” di beberapa bidang yang saat ini didominasi oleh penyedia layanan asal AS.

    “Itulah cara saya memahami usaha bisnis terbaru ini, dan jelas hal ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan yang lebih tegang antara AS dan Uni Eropa di bawah pemerintahan Trump. Karena itu, mereka mencoba mengidentifikasi opsi Eropa sebagai keuntungan pasar,” katanya.

    Saat yang tepat melawan Google?

    Namun, bersaing dengan raksasa seperti Google sangat sulit. Meski begitu, beberapa kejadian baru-baru ini bisa sedikit mempermudah tugas ini.

    Undang-Undang Pasar Digital Uni Eropa (Digital Markets Act), yang berlaku sejak pertengahan 2023, memastikan bahwa pengguna akhir seperti Ecosia dan Qwant memiliki akses ke data perusahaan AS, yang penting untuk meningkatkan algoritme mereka.

    Perusahaan induk Google, Alphabet, juga menghadapi gugatan hukum untuk mempertahankan bisnis mesin pencariannya. Departemen Kehakiman AS mengusulkan agar Google menjual penelusur web miliknya, Chrome, sebagai jalan keluar. Namun, hal itu dapat merugikan perusahaan dan memengaruhi dominasi Google secara signifikan.

    Selain itu, integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam mesin pencari, memperkenalkan pemain baru seperti OpenAI. Teknologi ini diperkirakan akan menjadi gangguan terbesar dalam lebih dari dua dekade terakhir.

    “Mesin pencari sedang mengalami evolusi. Belum ada yang tahu akan seperti apa hasil akhirnya, tetapi pasti berbeda dari yang kita miliki sekarang,” kata Kroll, seraya berharap basis data Ecosia dapat berguna bagi perusahaan lain yang ingin melatih model bahasa besar (large language models atau LLM) di Eropa.

    Peluang dan tantangan di pasar teknologi Eropa

    Namun, keberhasilan sektor teknologi di Eropa tetap sulit dicapai. Perusahaan AS biasanya lebih mudah mengakses dana investor dibandingkan perusahan teknologi Eropa.

    Propp juga menyoroti bahwa pendekatan regulasi di Eropa lebih ketat dibandingkan AS, seperti pada persoalan privasi dan kecerdasan buatan (AI). Ia menyebut itu sebagai keuntungan kompetitif bagi perusahaan Eropa.

    Untuk saat ini, tujuan utama perusahaan Ecosia dan Qwant bukan untuk menumbangkan perusahaan AS. Kroll berpendapat, mereka mampu mendapatkan 5-10% pangsa pasar Eropa pada 2030.

    Perbedaan utamanya, menurut Kroll, adalah hasil pencarian yang lebih relevan bagi orang Eropa, dengan memberikan prevalensi lebih tinggi untuk menonjolkan berita lokal Eropa atau opsi perjalanan yang lebih ramah lingkungan.

    “Kami tidak akan memberi sentuhan warna khas Eropa atau semacamnya. Namun, misalnya, jika seseorang mencari perjalanan dari Berlin ke Paris, kami dapat menyoroti opsi kereta api dibandingkan jadwal penerbangan,” ujar Kroll lebih lanjut.

    Dan jika hasil itu yang sebenarnya dicari oleh warga Eropa, ini bisa menjadi langkah terbaik untuk menjauh dari dominasi teknologi AS.

    Artikel ini diadaptasi dari bahasa Inggris.

    Lihat juga Video ‘Google Perkenalkan GenCast, Model AI untuk Prakiraan Cuaca’:

    (ita/ita)

  • Uni Eropa Ultimatum TikTok Soal Fitur yang Bisa Bikin Ketagihan

    Uni Eropa Ultimatum TikTok Soal Fitur yang Bisa Bikin Ketagihan

    Jakarta

    Komisi Eropa hari Senin (22/4) memberi TikTok tenggat waktu 24 jam untuk menyerahkan penilaian potensi risiko kesehatan terkait aplikasi barunya TikTok Lite. Jika tidak, TikTok akan menghadapi denda harian.

    Ultimatum itu ditetapkan setelah TikTok “gagal” memberikan penilaian risiko yang diminta pada awal bulan ini.

    TikTok Lite adalah versi TikTok yang lebih sederhana dan diluncurkan di Prancis dan Spanyol pada bulan Maret. TikTok Lite dioptimalkan untuk koneksi internet yang lebih lambat dan menggunakan lebih sedikit memori.

    TikTok Lite juga memungkinkan pengguna untuk mendapatkan poin yang dapat ditukarkan dengan voucher atau kartu hadiah.

    Komisi Eropa mengatakan, mereka ingin TikTok memberi penjelasan bagaimana mereka menilai “risiko kecanduan dan kesehatan mental dari aplikasi versi baru ini.”

    Jika TikTok gagal menjawab dalam batas waktu 24 jam, perusahaan akan dijatuhi denda sebesar satu persen dari pendapatan tahunannya.

    Penyelidikan kemungkinan pelanggaran DSA

    Komisi Eropa hari Senin juga mengumumkan, mereka meluncurkan penyelidikan kedua untuk menentukan apakah TikTok melanggar Undang-Undang Layanan Digital UE, Digital Service Act (DSA), atau tidak.

    Komisi Eropa khawatir TikTok meluncurkan aplikasi tersebut tanpa menilai bagaimana memitigasi “potensi risiko sistemik.”

    Risiko kecanduan bagi remaja

    “Dengan aliran video pendek dan cepat yang tiada habisnya, TikTok menawarkan kesenangan dan rasa terhubung di luar lingkaran terdekat Anda,” kata Komisaris Eropa Thierry Breton. “Tetapi hal ini juga mempunyai risiko yang cukup besar, terutama bagi anak-anak kita: kecanduan, kecemasan, depresi, gangguan makan, dan rendahnya rentang perhatian.”

    Komisi Eropa juga mengancam akan memblokir fitur “adiktif” yang memberi penghargaan kepada pengguna karena menonton dan menyukai video.

    “Kami kecewa dengan keputusan ini,” kata TikTok dalam sebuah pernyataan. “Hadiah di TikTok Lite tidak tersedia untuk anak di bawah 18 tahun, dan ada batasan harian untuk menonton video. Kami akan melanjutkan diskusi dengan Komisi.”

    hp/as (afp, ap, dpa)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini