Tag: Thamrin

  • Jakarta Belum Aman untuk Pesepeda dan Pejalan Kaki, PSI Desak Pemprov Evaluasi Jalur dan Keamanan – Halaman all

    Jakarta Belum Aman untuk Pesepeda dan Pejalan Kaki, PSI Desak Pemprov Evaluasi Jalur dan Keamanan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –DKI Jakarta dinilai masih jauh dari aman bagi pejalan kaki dan pesepeda.

    Serangkaian insiden baru-baru ini menunjukkan lemahnya perlindungan terhadap pengguna jalan nonmotor.

    Salah satunya adalah kecelakaan tragis yang menewaskan Lulu Junayah, pesepeda yang tertabrak sepeda motor di jalur sepeda Jalan MH Thamrin pada April 2025.

    Peristiwa itu terjadi karena sebuah taksi berhenti mendadak dan membuka pintu di jalur sepeda.

    Tak hanya itu, Mimi, seorang pesepeda lainnya, kehilangan sepeda miliknya yang dicuri di parkiran MRT Jakarta.

    Sementara itu, seorang pesepeda tunarungu dilaporkan mengalami 12 kali kecelakaan meski telah mengenakan penanda khusus.

    Menanggapi situasi tersebut, Legislator PSI di DPRD DKI Jakarta, Francine Widjojo, menyebut bahwa Jakarta belum aman untuk pejalan kaki, pesepeda, dan khususnya penyandang disabilitas.

    “Jakarta belum aman bagi pejalan kaki dan pesepeda apalagi bagi teman-teman disabilitas,” ujarnya usai audiensi dengan Koalisi Mobilitas Berkelanjutan (KMB) di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (5/3/2025).

    Francine menerima banyak keluhan dari berbagai komunitas seperti Road Safety Association, Bike to Work Indonesia, Koalisi Pejalan Kaki, hingga Pekerja Bersepeda. 

    Mereka menyuarakan keprihatinan atas minimnya perlindungan dan penegakan hukum terhadap pengguna jalan nonmotor.

    “Pembangunan jalur sepeda tidak cukup tanpa pengawasan dan penegakan hukum. Banyak jalur malah digunakan pengendara motor atau parkir liar,” tegasnya.

    ILUSTRASI – Jalur sepeda di Jalan MH Thamrin, Jakarta, lokasi kecelakaan yang menewaskan pesepeda Lulu Junayah. (Dok. Tribunnews) (Warta Kota)

    Francine juga mendesak pengelola MRT Jakarta untuk memperketat sistem keamanan di area parkir guna mencegah pencurian sepeda.

    “Akses transportasi publik harus ramah dan aman bagi semua. Jangan sampai moda ramah lingkungan seperti sepeda malah menjadi korban,” tambahnya.

    Ia juga menyoroti keterbatasan akses disabilitas di fasilitas publik seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang tidak ramah bagi lansia dan penyandang disabilitas.

    Sebagai anggota Komisi B dan Panitia Khusus Perparkiran DPRD DKI Jakarta, Francine menegaskan komitmennya dalam memperjuangkan kota yang adil dan aman bagi semua warga, bukan hanya pemilik kendaraan bermotor.

  • Legislator DKI nilai Sekolah Rakyat bisa menjadi solusi pendidikan

    Legislator DKI nilai Sekolah Rakyat bisa menjadi solusi pendidikan

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Legislator DKI nilai Sekolah Rakyat bisa menjadi solusi pendidikan
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 07 Mei 2025 – 21:55 WIB

    Elshinta.com – Sekretaris Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Justin Adrian Untayana menilai Sekolah Rakyat bisa menjadi solusi pendidikan di Jakarta terutama untuk menyasar warga miskin.

    “Sekolah rakyat ini adalah pendekatan pendidikan yang tidak hanya menyentuh otak, tapi juga menyentuh perilaku,” kata Justin di Jakarta, Rabu.

    Menurut dia, program Sekolah Rakyat yang diusung Presiden Prabowo Subianto bisa menjadi solusi pendidikan di DKI Jakarta.

    Karena kata dia, program tersebut bisa menekan anak-anak untuk berbuat negatif seperti tawuran, karena mereka ditempatkan di sebuah asrama yang ada di sekolah.

    Justin mengaku mendukung penuh kehadiran sekolah rakyat di Jakarta, apalagi ini merupakan program dengan arahan Presiden untuk memperluas akses pendidikan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu.

    “Konsep sekolah rakyat ini sebenarnya sudah kita kenal melalui  SMK MH Thamrin di Jakarta, yang mengadopsi sistem berasrama dan banyak menerima siswa dari jalur afirmasi,” ujarnya.

    Ia menilai SMK MH Thamrin telah diketahui hasilnya karena banyak anak dari latar belakang yang secara ekonomi sulit justru berhasil mencetak prestasi, sebab diberikan lingkungan belajar yang kondusif dan terarah.

    Menurut dia, dengan skema berasrama, murid-murid tidak hanya dibentuk secara akademik, tapi juga dibina dari sisi kedisiplinan, karakter, dan etika sosial.

    “Sehingga potensi terlibat dalam aktivitas negatif seperti tawuran bisa ditekan secara signifikan. Karena itu, kami menilai sekolah rakyat adalah bagian penting dari solusi atas pendidikan di Jakarta,” katanya.

    Untuk itu, ia meminta pemerintah daerah harus berkolaborasi dan memfasilitasi serta memperkuat inisiatif karena melalui program tersebut negara betul-betul hadir bagi mereka yang paling membutuhkan.

    Sebelumnya, Program Sekolah Rakyat (SR) mulai diberlakukan di tiga lokasi DKI Jakarta pada tahun ajaran 2025/2026 dari tingkat SD, SMP, dan SMA.

    “Kami sedang berproses menyiapkan Sekolah Rakyat,” kata pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Sarjoko Rabu (23/4).

    Ia mengatakan  program Sekolah Rakyat yang diadakan di DKI Jakarta ini merupakan tanggung jawab dari Kementerian Sosial dan Disdik DKI membantu dalam proses persiapannya.

    Menurut dia, ada tiga lokasi yang akan didirikan Sekolah Rakyat yaitu jenjang SD dan SMA direncanakan berada di Jakarta Selatan, SMP berada di Sentra Handayani, Jakarta Timur.

    “Untuk pengembangan Sekolah Rakyat akan dimulai di tahun pelajaran baru,” ujarnya.

    Sumber : Antara

  • Usai lantik pejabat, Pram berpesan bakal kebut program “quick wins”

    Usai lantik pejabat, Pram berpesan bakal kebut program “quick wins”

    dalam waktu dekat segera melakukan penanganan terkait besi jembatan penyeberangan orang (JPO) yang dicuri

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menjanjikan setelah melantik pejabat Pemprov DKI Jakarta, akan segera memfokuskan kepada penyelesaian program percepatan atau quick wins 100 hari pemerintahannya.

    Program yang dalam waktu dekat akan diselesaikan oleh Pramono misalnya seperti meningkatkan operasional RT/RW hingga pemasangan CCTV di Jakarta.

    “Ternyata CCTV itu tidak perlu dipasang seperti yang dulu saya bayangkan, karena di Jakarta ini sudah ada. Kami akan membuka kesempatan kepada para pelaku di dunia CCTV untuk berpartisipasi. Dengan demikian, cost (biayanya) akan lebih murah dan efektif,” kata Pramono di Balai Kota, Rabu.

    Selain itu, Pramono juga menyebutkan dalam waktu dekat segera melakukan penanganan terkait besi jembatan penyeberangan orang (JPO) yang dicuri hingga rencana pemindahan patung MH Thamrin.

    Selain memindahkan patung, Pramono menjelaskan dirinya juga berencana akan membuat diorama (miniatur tiga dimensi) di patung tersebut yang akan menghubungkan MRT yang ada di Monas.

    “Sehingga perencanaan pembangunan Jakarta yang secara menyeluruh akan kami lakukan termasuk bagaimana memperbaiki, melengkapi Jakarta Inernational Stadium (JIS), Kali Jodo, dan beberapa tempat lain,” ujar Pramono.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • DKI belum terapkan sistem jalan berbayar elektronik

    DKI belum terapkan sistem jalan berbayar elektronik

    Ilustrasi – Kendaraan melintas di bawah alat electronic road pricing (ERP) di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (12/11/2018). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.)

    DKI belum terapkan sistem jalan berbayar elektronik
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Rabu, 07 Mei 2025 – 07:51 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum menerapkan kebijakan sistem jalan berbayar secara elektronik (Electronic Road Pricing/ERP) karena masih fokus pada peningkatan sarana dan prasarana transportasi umum massal.

    “Untuk penerapan ERP, Pemprov DKI Jakarta memastikan kebijakan tersebut belum dilaksanakan,” ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo kepada pers di Jakarta, Rabu.

    ERP merupakan sistem pengendalian kepadatan lalu lintas yang diterapkan melalui pemungutan retribusi secara elektronik terhadap pengguna kendaraan bermotor yang melewati sejumlah ruas jalan di Jakarta pada jam-jam tertentu. Tujuannya agar warga Jakarta dan warga luar Jakarta enggan membawa kendaraan pribadinya masuk ke tengah kota sehingga mengurangi kemacetan. Sistem ini dinilai mampu menjadi pendapatan yang akan dikelola menjadi subsidi transportasi umum.

    Syafrin mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta masih menerapkan sistem ganjil-genap pada kendaraan pribadi di 25 lokasi Jakarta untuk mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi. Jakarta Pusat meliputi Jalan Gajah Mada, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Majapahit, Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan MH Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman.

    Kemudian, Jalan Salemba Raya sisi barat dan Jalan Salemba Raya sisi timur (mulai dari Simpang Jalan Paseban Raya sampai Jalan Diponegoro), Jalan Kramat Raya, Jalan Stasiun Senen, Jalan Pintu Besar Selatan dan Jalan Gunung Sahari. Di Jakarta Selatan, yakni Jalan Sisingamangaraja, Jalan Panglima Polim, Jalan Fatmawati, Jalan Balikpapan, Jalan Kyai Caringin, Jalan Suryopranoto, Jalan Gatot Subroto dan Jalan HR Rasuna Said.

    Sedangkan di Jakarta Barat dan Jakarta Timur, yakni Jalan Tomang Raya, Jalan Jenderal S Parman, Jalan MT Haryono, Jalan DI Pandjaitan dan Jalan Jenderal A Yani. Saat ini, Pemprov DKI Jakarta fokus pada peningkatan sarana dan prasarana transportasi umum massal termasuk Transjakarta, Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta, Lintas Raya Terpadu (LRT) Jakarta serta pengembangan kebijakan transportasi lainnya.

    Beberapa langkah strategis yang sedang dilakukan meliputi pembangunan MRT Fase 2 (Bundaran HI-Kota) untuk memperluas jaringan transportasi cepat di Jakarta. Kemudian, pembangunan LRT Jakarta Fase 1B (Velodrome-Manggarai) untuk meningkatkan konektivitas antarmoda transportasi serta pengembangan layanan Transjabodetabek untuk memperluas jangkauan angkutan umum ke wilayah penyangga.

    “Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi dalam melakukan perjalanan sehari-hari,” ujar Syafrin.

    Sumber : Antara

  • Meriahnya Perayaan HUT Semarang ke-478, Warga Serbu 4.478 Mangkok Soto Gratis
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        4 Mei 2025

    Meriahnya Perayaan HUT Semarang ke-478, Warga Serbu 4.478 Mangkok Soto Gratis Regional 4 Mei 2025

    Meriahnya Perayaan HUT Semarang ke-478, Warga Serbu 4.478 Mangkok Soto Gratis
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Ribuan warga Kota Semarang memadati halaman Balai Kota Semarang pada Minggu (4/5/2025) untuk merayakan Hari Jadi Kota Semarang yang ke-478.
    Mereka antusias mengantre untuk menikmati
    soto gratis
    yang disediakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
    Pemkot Semarang
    menyediakan sebanyak 4.487 mangkok soto gratis yang berasal dari 46 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kota tersebut.
    Berbagai jenis soto legendaris turut disajikan, antara lain Soto Ayam Bangkong, Soto Angkring Mas Boed, Soto Ayam Pak Ra’An, Soto Ayam Pak Darno Thamrin, dan Soto Ayam Neon.
    Salah satu warga Semarang Barat, Pipi (45), mengaku rela datang dari rumahnya sejak pukul 15.30 WIB.
    Bersama lima tetangganya, ia antre selama lebih dari satu jam untuk mendapatkan satu mangkok soto.
    “Wah ramai banget sampai desak-desakan, nggak papa, yang penting dapet sotonya,” ucap Pipi kepada KOMPAS.com.
    Pipi menilai soto yang disajikan cukup enak dan mengenyangkan.
    Ia merasa bahwa adanya
    Soto Vaganza
    dalam perayaan HUT Semarang ke-478 memberikan euforia kesenangan bagi masyarakat.
    “Makjos, maknyus, pokoknya enak. Kesannya menyenangkan, ramai banget walaupun gratis. Yang penting semangatnya,” tambahnya.
    Sementara itu, Shinta (24), seorang warga dari Banyumanik, mengungkapkan kekecewaannya karena tidak kebagian soto ayam meskipun telah tiba di Balai Kota pada pukul 16.00 WIB.
    “Padahal udah di Balkot jam 4 sore, tapi antre malah tidak dapet, karena terlalu padet orang-orang. Banyak orang berebut,” ungkap Shinta.
    Shinta berharap ke depan Pemkot Semarang dapat menyediakan porsi yang lebih banyak dalam acara serupa. “Besok kalau ada event tahunan lagi, ya jumlah porsinya jangan nyesuaiin angka jadinya. Tapi dilebihin, mungkin 10.000 porsi, biar masyarakat yang lain ngerasain,” harapnya.
    Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menjelaskan bahwa event Soto Vaganza ini bertujuan untuk mengenalkan keunikan soto Semarang.
    “Yang pertama, kuahnya bening, lalu ada lauk pauk seperti tempe goreng, perkedel, dan sate ayam,” ujar Agustina.
    Agustina berharap melalui event ini, soto dari Semarang dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas di luar kota.
    “Semoga bisa dikenal karena keterkenalannya. Orang kalau ke Semarang, beda sama Soto Kudus, beda sama soto Banjar, segernya itu beda. Ada keunikan tersendiri, ada kekhasan tersendiri,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bawah Monas Berubah Jadi Stasiun dan Jalur MRT, Begini Penampakannya

    Bawah Monas Berubah Jadi Stasiun dan Jalur MRT, Begini Penampakannya

    Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 Km dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada 2029. (Dok. MRT Jakarta)

  • Tangsel Baru Rencana, MRT di Jakarta Diam-Diam Sudah Tembus Sini

    Tangsel Baru Rencana, MRT di Jakarta Diam-Diam Sudah Tembus Sini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ingin melanjutkan proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta hingga tembus ke Tangsel. Moda transportasi MRT diharapkan dapat menjadi solusi Pemkot mengurangi kemacetan serta memberikan layanan transportasi modern bagi warga Tangsel.

    Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie mengumumkan proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta tembus Tangsel akan segera diwujudkan. Menurut Benyamin, semua pihak serius agar proyek tersebut segera dibangun.

    “Kami harapkan seperti itu karena pihak-pihak PT MRT dan BSD serius untuk mewujudkannya,” ungkap Benyamin kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (4/5/2025).

    “Harapan saya tandatangan kerja samanya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan MRT menjadi moda transportasi warga Tangsel ke Jakarta dan sekitarnya sehingga mengurangi penggunaan kendaraan roda 2 atau 4,” bebernya.

    Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan menjelaskan bahwa salah satu aspek penting dalam kajian ini adalah menentukan rute yang paling optimal.

    Berdasarkan kajian sementara PT MRT Jakarta, proyek ini akan mencakup dua koridor potensial, yaitu koridor utara dan selatan. Koridor utara akan melintasi jalur Pondok Aren – Serpong, sedangkan koridor selatan melalui Ciputat – Pondok Cabe. Kedua jalur ini akan terhubung dengan stasiun utama di Lebak Bulus, Jakarta.

    Foto: Proyek Stasiun MRT Jakarta Monas-Thamrin. (Dok. MRT Jakarta)
    Proyek Stasiun MRT Jakarta Monas-Thamrin. (Dok. MRT Jakarta)

    “Jalur belum ditetapkan, masih ada pilihan antara lewat Pondok Cabe atau Ciputat, dan ada pilihan kedua melalui Bintaro. Jadi, kita masih mencari tahu mana yang lebih cepat dan efisien untuk diwujudkan,” jelasnya dikutip dari website Pemerintah Kota Tangsel.

    Pilar optimis bahwa kedua koridor ini akan memberikan manfaat besar bagi mobilitas dan perekonomian di Tangsel.

    “InsyaAllah, dua-duanya bisa dibangun bersamaan. Justru ini akan lebih bagus karena kita akan punya dua jalur yang dapat meningkatkan konektivitas,” tuturnya.

    Kalau di Tangsel, MRT masih sebatas baru rencana lantas bagaimana dengan Jakarta?

    Jakarta saat ini tengah fokus mengerjakan proyek MRT Fase 2 A yang menghubungkan Bundaran HI hingga Kota. Fase 1 dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI sepanjang 16 Km sudah beroperasi sejak Maret 2019 lalu.

    Mengutip keterangan MRT Jakarta, untuk progres pengerjaan proyek MRT Jakarta Fase 2 A mencakup CP205 sistem perkeretaapian dan rel yang per 25 April telah mencapai 14,32%. Seluruh rel telah tiba di Jakarta dan sedang dalam penyelesaian proses pengiriman ke lokasi konstruksi. Tim konstruksi juga memastikan produksi bantalan rel (sleeper) terus dilakukan.

    Sedangkan CP 206 rolling stock (ratangga) sedang proses market sounding dengan calon kandidat potensial untuk melakukan re-bidding. Untuk CP 207 automatic fare collection system (sistem pembayaran), sedang proses klarifikasi dokumen tender.

    Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 Km dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI-Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni-Kota yang ditargetkan selesai pada 2029.

    Fase 2B MRT Jakarta yang rencananya melanjutkan dari Kota sampai dengan Depo Ancol Barat masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study). Fase 2A MRT Jakarta dibangun dengan biaya sekitar Rp25,3 triliun melalui dana pinjaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang.

    Berbeda dengan fase 1, fase 2A dibangun sekaligus dengan mengembangkan kawasan stasiun dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit-oriented development). Pembangunan dengan konsep ini tidak hanya menyiapkan infrastruktur stasiun MRT Jakarta saja, namun juga kawasan sebagai paduan antara fungsi transit dan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang akan mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.

    (wur/wur)

  • JPO Cawang Kompor Terabaikan, Tak Ramah bagi Disabilitas
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Mei 2025

    JPO Cawang Kompor Terabaikan, Tak Ramah bagi Disabilitas Megapolitan 3 Mei 2025

    JPO Cawang Kompor Terabaikan, Tak Ramah bagi Disabilitas
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Cawang Kompor di Jalan Dewi Sartika, Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur, ternyata tidak ramah bagi penyandang disabilitas.
    Salah satu masalah utama adalah tidak adanya ramp
    akses disabilitas
    di area tangga fasilitas umum tersebut.
    Pantauan
    Kompas.com
    menunjukkan
    JPO Cawang Kompor
    tidak menyediakan jalan miring yang memungkinkan pengguna
    kursi roda
    atau penyandang disabilitas untuk naik dan turun dengan aman serta mandiri.
    Selain itu, fasilitas ini juga tidak memiliki tanda pemandu taktil bagi tunanetra.
    Ketua RT 01/RW 04 Kelurahan Cawang, Thamrin Taufiq, menilai desain JPO Cawang Kompor sudah terkesan kuno.
    “Seharusnya kan pagarnya sudah bukan desain seperti ini, yang ada tudungnya,” ujar Taufiq saat ditemui Kompas.com di kediamannya, yang terletak tak jauh dari JPO tersebut, pada Sabtu (3/5/2025).
    Taufiq juga menambahkan bahwa JPO ini sangat membutuhkan perawatan dan perbaikan demi keselamatan dan kenyamanan warga.
    “Ini sudah belasan tahun, bahkan puluhan tahun, ini baru sekali doang dicat. Itu juga cat sudah berapa tahun yang lalu,” katanya.
    Area tangga JPO terlihat aus dan lapuk di beberapa bagian.
    Cat pembatas kuning sebagian besar sudah pudar, dan beberapa anak tangga tampak retak serta tidak rata.
    Salah satu sudut jembatan bahkan dipenuhi sampah plastik.
    Selain itu, railing atau pegangan tangan berwarna putih tampak berkarat di beberapa bagian, dan cat putihnya sudah memudar serta kusam.
    Ironisnya, beberapa besi pada railing hilang dan menjadi sasaran vandalisme dengan coretan-coretan liar.
    Saat melintasi JPO, rasa panas langsung terasa karena jembatan ini tidak dilengkapi dengan atap pelindung.
    Pengguna jalan terpapar langsung oleh terik matahari. Di bagian atas JPO, ada dua kamera CCTV yang mengarah ke jalur pejalan kaki, serta tiga lampu penerangan yang dipasang di sepanjang jembatan.
    Namun, kabel-kabel lampu tersebut tampak menjuntai, meski belum mengganggu jalur pejalan kaki.
    Bagian atas JPO juga dipenuhi kabel-kabel yang melilit railing jembatan sepanjang sekitar 10 meter.
    Beberapa kabel tampak sudah terbuka, dan bagian railing yang besinya hilang bahkan dipasangi spanduk iklan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Sangsi Besi JPO Cawang Kompor Hilang Dicuri sebab Kondisinya Usang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Mei 2025

    Warga Sangsi Besi JPO Cawang Kompor Hilang Dicuri sebab Kondisinya Usang Megapolitan 3 Mei 2025

    Warga Sangsi Besi JPO Cawang Kompor Hilang Dicuri sebab Kondisinya Usang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Warga sangsi besi-besi
    Jembatan Penyeberangan Orang
    (JPO) Cawang Kompor di Jalan Dewi Sartika, Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur hilang karena dicuri.
    Ketua RT 01/RW 04 Cawang Thamrin Taufiq mengatakan, besi di JPO tersebut kondisinya memang sudah usang dan lapuk. Menurut Thamrin, banyak besi di
    JPO Cawang Kompor
    yang hilang karena keropos dimakan usia.
    “Kalau mencuri, ya mungkin ada yang terlewatkan pemantauan kita, mungkin iya. Tapi kalau dilihat, apa yang dicuri? Orang sudah begitu kondisinya,” kata Thamrin saat ditemui
    Kompas.com
    , Sabtu (3/5/2025).
    Thamrin mengatakan, JPO tersebut usang karena minim
    maintenance
    atau pemeliharaan.
    Selama puluhan tahun JPO itu beroperasi sejak dibangun tahun 1980-an, pemerintah hanya beberapa kali melakukan pengecatan ulang.
    “Ini kan jarang
    maintenance
    -nya. Paling dicat doang, perbaikan enggak ada. Padahal kan JPO itu harus punya biaya
    maintenance
    ,” ujar dia.
    Thamrin pun mengaku sudah kerap mengadu ke Dinas Bina Marga maupun Dinas Perhubungan terkait kondisi JPO tersebut.
    Dia yakin, pemerintah sebenarnya punya anggaran untuk pemeliharaan atau perawatan fasilitas publik itu.
    Namun, kendati berulang kali protes, Thamrin menyebut keluhannya tak membuahkan hasil.
    “Cuma ngecat doang, enggak ada besi yang dibenarkan. Itu maksud kita, punya anggaran, tapi ya itu tadi, biaya
    maintenance
    itu ada, tidak menjadi peruntukannya,” kata dia.
    Selain kondisi JPO yang usang, warga setempat juga merasa terganggu dengan banyaknya lilitan kabel di badan jembatan.
    Thamrin menyebut, kabel fiber optik itu sudah ada di JPO sejak beberapa tahun lalu. Namun, semakin hari kian semrawut.
    Kondisi tersebut dinilai semakin memperburuk nilai estetika JPO.
    “Kalau berpikir jahat, saya tinggal suruh warga, gunting saja. Capek melihatnya. Sudah melihat gedung bagus, kereta lewat, tapi kenapa ada yang berselewaran di depan mata,” kata Thamrin.
    Oleh karenanya, Thamrin berharap pemerintah segera turun tangan memperbaiki dan meremajakan JPO agar aman untuk pengguna dan tertata.
    Sebelumnya diberitakan, kondisi
    JPO Cawang
    Kompor di Jalan Dewi Sartika, Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur, sangat memprihatinkan.
    JPO yang seharusnya menjadi sarana aman bagi warga menyeberang justru menimbulkan potensi bahaya karena minimnya perawatan dan kerusakan struktural yang mencolok.
    Pantauan
    Kompas.com
    pada Sabtu (3/5/2025) pukul 11.06 WIB, area tangga terlihat aus dan lapuk di beberapa bagian. Cat pembatas kuning sebagian besar sudah pudar.
    Beberapa anak tangga tampak retak dan tidak rata. Salah satu sudut terlihat kotor karena terdapat sampah plastik.
    Sementara itu,
    railing
    atau pegangan tangan berwarna putih tampak berkarat di beberapa bagian. Cat putihnya pun telah memudar dan kusam.
    Ironisnya, sejumlah besi pada railing itu sudah hilang. Selain itu, sejumlah bagian
    railing
    juga menjadi sasaran aksi vandalisme berupa coretan-coretan liar.
    Saat
    Kompas.com
    melintasi JPO dan berjalan dari satu sisi ke sisi lainnya, keringat langsung mengucur deras.
    Hawa panas terasa menyengat karena jembatan ini tidak dilengkapi dengan atap pelindung. Akibatnya, pengguna jalan terpapar langsung oleh terik matahari.
    Di area atas JPO ini, setidaknya terdapat dua kamera CCTV yang terpasang dan mengarah langsung ke jalur pejalan kaki.
    Selain itu, terdapat tiga lampu penerangan yang terpasang di sepanjang jembatan. Namun, kabel-kabel pada lampu tersebut tampak menjuntai, meskipun belum sampai mengganggu jalur pejalan kaki.
    Bagian atas JPO Cawang Kompor dipenuhi lilitan sejumlah kabel. Kabel-kabel tersebut ditarik dari sebuah tiang menuju
    railing
    jembatan.
    Panjang
    railing
    yang terlilit kabel diperkirakan sekitar 10 meter. Beberapa kabel bahkan tampak sudah terbuka.
    Bukan hanya kabel, beberapa bagian railing yang besinya sudah hilang ini tampak dipasangi spanduk iklan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • JPO Cawang Kompor Terabaikan, Tak Ramah bagi Disabilitas
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Mei 2025

    JPO Cawang Kompor Usang dan Lapuk sebab Minim Pemeliharaan Megapolitan 3 Mei 2025

    JPO Cawang Kompor Usang dan Lapuk sebab Minim Pemeliharaan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Cawang Kompor di Jalan Dewi Sartika, Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur usang dan lapuk karena minim
    maintenance
    atau pemeliharaan.
    Ketua RT 01/RW 04 Cawang Thamrin Taufiq mengatakan, selama puluhan tahun JPO itu beroperasi, pemerintah hanya beberapa kali melakukan pengecatan ulang.
    “Ini kan jarang
    maintenance
    -nya. Paling dicat doang, perbaikan enggak ada. Padahal kan JPO itu harus punya biaya
    maintenance
    ,” kata Thamrin saat ditemui
    Kompas.com
    , Sabtu (3/5/2025).
    Menurut Thamrin, banyak besi di
    JPO Cawang Kompor
    yang hilang karena keropos dimakan usia. Bagaimana tidak, JPO tersebut dibangun sejak sekitar tahun 1980-an.
    Thamrin sangsi besi-besi di JPO itu raib karena dicuri. Sebab, kondisinya memang sudah lapuk.
    “Kalau mencuri, ya mungkin ada yang terlewatkan pemantauan kita, mungkin iya. Tapi kalau dilihat, apa yang dicuri? Orang sudah begitu kondisinya,” ujar dia.
    Thamrin pun mengaku sudah kerap mengadu ke Dinas Bina Marga maupun Dinas Perhubungan terkait kondisi JPO tersebut.
    Dia yakin, pemerintah sebenarnya punya anggaran untuk pemeliharaan atau perawatan fasilitas publik itu.
    Namun, kendati berulang kali protes, Thamrin menyebut keluhannya tak membuahkan hasil.
    “Cuma ngecat doang, enggak ada besi yang dibenarkan. Itu maksud kita, punya anggaran, tapi ya itu tadi, biaya
    maintenance
    itu ada, tidak menjadi peruntukannya,” kata dia.
    Selain kondisi JPO yang usang, warga setempat juga merasa terganggu dengan banyaknya lilitan kabel di badan jembatan.
    Thamrin menyebut, kabel fiber optik itu sudah ada di JPO sejak beberapa tahun lalu. Namun, semakin hari kian semrawut.
    Kondisi tersebut dinilai semakin memperburuk nilai estetika JPO. 
    “Kalau berpikir jahat, saya tinggal suruh warga, gunting saja. Capek melihatnya. Sudah melihat gedung bagus, kereta lewat, tapi kenapa ada yang berselewaran di depan mata,” kata Thamrin.
    Oleh karenanya, Thamrin berharap pemerintah segera turun tangan memperbaiki dan meremajakan JPO agar aman untuk pengguna dan tertata.
    Sebelumnya diberitakan, kondisi
    JPO Cawang
    Kompor di Jalan Dewi Sartika, Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur, sangat memprihatinkan.
    JPO yang seharusnya menjadi sarana aman bagi warga menyeberang justru menimbulkan potensi bahaya karena minimnya perawatan dan kerusakan struktural yang mencolok.
    Pantauan
    Kompas.com
    pada Sabtu (3/5/2025) pukul 11.06 WIB, area tangga terlihat aus dan lapuk di beberapa bagian. Cat pembatas kuning sebagian besar sudah pudar.
    Beberapa anak tangga tampak retak dan tidak rata. Salah satu sudut terlihat kotor karena terdapat sampah plastik.
    Sementara itu,
    railing
    atau pegangan tangan berwarna putih tampak berkarat di beberapa bagian. Cat putihnya pun telah memudar dan kusam.
    Ironisnya, sejumlah besi pada
    railing
    itu sudah hilang. Selain itu, sejumlah bagian
    railing
    juga menjadi sasaran aksi vandalisme berupa coretan-coretan liar.
    Saat
    Kompas.com
    melintasi JPO dan berjalan dari satu sisi ke sisi lainnya, keringat langsung mengucur deras.
    Hawa panas terasa menyengat karena jembatan ini tidak dilengkapi dengan atap pelindung. Akibatnya, pengguna jalan terpapar langsung oleh terik matahari.
    Di area atas JPO ini, setidaknya terdapat dua kamera CCTV yang terpasang dan mengarah langsung ke jalur pejalan kaki.
    Selain itu, terdapat tiga lampu penerangan yang terpasang di sepanjang jembatan. Namun, kabel-kabel pada lampu tersebut tampak menjuntai, meskipun belum sampai mengganggu jalur pejalan kaki.
    Bagian atas JPO Cawang Kompor dipenuhi lilitan sejumlah kabel. Kabel-kabel tersebut ditarik dari sebuah tiang menuju
    railing
    jembatan.
    Panjang railing yang terlilit kabel diperkirakan sekitar 10 meter. Beberapa kabel bahkan tampak sudah terbuka.
    Bukan hanya kabel, beberapa bagian
    railing
    yang besinya sudah hilang ini tampak dipasangi spanduk iklan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.