Tag: Tedros Adhanom Ghebreyesus

  • WHO Cabut Status Darurat Global Penyakit Mpox, Ini Alasannya

    WHO Cabut Status Darurat Global Penyakit Mpox, Ini Alasannya

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan mencabut status darurat global atau public health emergency of international concern terkait Mpox. Pengumuman ini menyusul pertemuan kelima Komite Darurat IHR mengenai lonjakan mpox.

    “Tentu saja, mencabut deklarasi darurat tidak berarti ancaman telah berakhir, atau respons kita akan berhenti,” tutur Dirjen WHO Tedros Adhanom dikutip dari akun X pribadinya, Minggu (7/9/2025).

    Keputusan ini didasarkan pada penurunan kasus dan kematian yang berkelanjutan di Republik Demokratik Kongo dan di negara-negara lain yang terdampak, termasuk Burundi, Sierra Leone, dan Uganda. Kini terdapat pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor pendorong penularan dan risiko keparahan, dan negara-negara yang paling terdampak telah mengembangkan kapasitas respons berkelanjutan.

    WHO menyatakan mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, tingkat kewaspadaan tertingginya pada bulan Agustus tahun lalu, ketika wabah jenis baru mpox mulai menyebar dari DRC ke negara-negara tetangga.

    Menyoal Mpox

    Mpox, atau yang dulu dikenal sebagai penyakit cacar monyet dapat menyebar melalui kontak dekat. Biasanya ringan, namun fatal dalam kasus yang jarang terjadi. Penyakit ini menyebabkan gejala seperti flu dan lesi bernanah pada tubuh.

    Anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV, semuanya berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi.

    Meskipun mpox masih menjadi masalah kesehatan, WHO memutuskan untuk menurunkan status PHEIC berdasarkan saran dari Komite Darurat, yang bertemu setiap tiga bulan untuk mengevaluasi wabah tersebut.

    “Sementara kita mencabut status darurat, kita perlu mempertahankan urgensinya,” kata Dimie Ogoina dari Komite Darurat.

    Dari kasus-kasus yang tercatat, terdapat tingkat kematian yang mengkhawatirkan di antara orang yang hidup dengan HIV/AIDS, khususnya di Uganda dan Sierra Leone, serta tanda-tanda kerentanan di antara bayi dan anak-anak di Republik Demokratik Kongo, kata Ogoina.

    Bentuk baru mpox, klade Ib, masih dominan menyerang Afrika sub-Sahara. Kasus-kasus terkait perjalanan juga telah ditemukan di Thailand, Inggris, dan negara-negara lain.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • 10 Tanda Awal Diabetes, Termasuk Kesemutan di Bagian Tubuh Ini

    10 Tanda Awal Diabetes, Termasuk Kesemutan di Bagian Tubuh Ini

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan kasus diabetes global meningkat empat kali lipat selama beberapa dekade terakhir. Mereka menyoroti bagaimana gaya hidup yang kurang gerak dan pilihan makanan yang buruk memicu epidemi diabetes.

    “Kita telah melihat peningkatan kasus diabetes yang mengkhawatirkan selama tiga dekade terakhir, yang mencerminkan peningkatan obesitas, diperparah oleh dampak pemasaran makanan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan kesulitan ekonomi,” terang Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Times of India.

    Sebelum didiagnosis diabetes, beberapa orang mungkin menunjukkan beberapa tanda awal yang begitu samar hingga luput dari perhatian. Berbicara soal ini, seorang dokter metabolik dan fisioterapis olahraga, Dr Sudhanshu Rai, mengungkapkan 10 tanda awal gula darah tinggi dan resistensi insulin yang harus diwaspadai sebelum terlambat.

    “Kesadaran adalah langkah pertama, dengarkan tubuh Anda dan ambil tindakan sejak dini,” tuturnya.

    10 Tanda Awal Gula Darah Tinggi

    1. Sering Buang Air Kecil

    Ketika kadar gula darah tinggi, ginjal akan bekerja ekstra keras untuk membuang kelebihan gula darah. Sering buang air kecil merupakan gejala hiperglikemia atau gula darah tinggi.

    Diabetes juga dapat menyebabkan seseorang buang air kecil. Tetapi, gejala ini juga dapat disebabkan hal lain, seperti infeksi saluran kemih.

    2. Kerap Merasa Haus

    Tanda utama dari diabetes adalah selalu merasa haus, meski sudah minum banyak air. Sebab, tubuh mencoba mengganti cairan yang hilang akibat sering buang air kecil.

    Seseorang dengan diabetes tipe 1 tidak dapat memproduksi insulin. Pasien dengan diabetes tipe 2 mampu memproduksi insulin, tetapi tubuhnya tidak dapat menggunakannya secara efektif untuk membantu glukosa memasuki sel.

    Pada kedua kasus tersebut, glukosa dari makanan yang dicerna tetap berada dalam aliran darah. Ginjal mengeluarkan sebagian kelebihan glukosa melalui urine.

    Glukosa menarik air ke dalam urine, sehingga tubuh kehilang lebih banyak cairan daripada yang seharusnya. Hal ini yang menyebabkan seseorang menjadi mudah haus.

    3. Penglihatan Kabur

    Dr Sudhanshu Rai menyebutkan penglihatan kabur juga bisa menjadi tanda diabetes dan resistensi insulin. Sebab, gula darah tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil di mata.

    Jika tidak diobati, diabetes bisa menyebabkan gangguan bahkan dapat menyebabkan gangguan penglihatan parah seiring berjalannya waktu.

    4. Luka yang Lambat Sembuh

    “Sirkulasi darah yang buruk dan gula darah tinggi menghambat penyembuhan,” tutur Dr Rai.

    Sistem kekebalan tubuh yang lemah memudahkan infeksi menjadi lebih parah, terkadang menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa seperti sepsis. Pasien diabetes juga menghadapi risiko lebih tinggi untuk memerlukan pengangkatan jaringan, atau bahkan amputasi jika luka terinfeksi parah hingga kehilangan suplai darah.

    5. Kesemutan di Kaki

    Kadar gula darah yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan saraf dalam jangka panjang, hingga menyebabkan kesemutan di kaki. Beberapa tanda serupa lainnya dari gula darah tinggi adalah rasa terbakar dan mati rasa di kaki.

    6. Penurunan Berat Badan

    Ketika kadar gula darah tinggi atau resistensi insulin, tubuh memecah otot dan lemak untuk energi. Hal ini yang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak terduga.

    7. Bau Napas seperti Buah

    “Tanda awal diabetes yang samar lainnya adalah bau napas seperti buah,” ujar Dr Rai.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa keton muncul saat tubuh membakar lemak untuk energi.

    8. Infeksi Berulang

    “Gula darah tinggi melemahkan pertahanan kekebalan tubuh,” terang Dr Rai.

    Kondisi itu menyebabkan infeksi yang terus-menerus atau berulang. Sebuah artikel berjudul ‘Diabetes dan infeksi: tinjauan epidemiologi, mekanisme, dan prinsip pengobatan’ yang diterbitkan dalam ‘Diabetologia’ pada tahun 2024, menyoroti bagaimana penderita diabetes berisiko lebih tinggi terkena berbagai infeksi.

    Itu termasuk infeksi ginjal, pneumonia, infeksi kulit akibat respons imun yang terganggu.

    9. Muncul Bercak-bercak gelap di Kulit

    Tanda awal diabetes lainnya adalah akantosis nigrikans, yakni kondisi kulit yang ditandai dengan bercak-bercak gelap dan tebal yang biasanya muncul di lipatan tubuh seperti leher, ketiak, atau selangkangan.

    Menurut laporan yang dipublikasikan di International Journal of Research in Dermatology, kondisi ini sering dikaitkan dengan resistensi insulin dan diabetes.

    10. Rasa Lapar yang Ekstrem

    Muncul rasa sangat lapar yang ekstrem dapat menjadi tanda awal diabetes. Hal ini karena sel-sel tubuh kekurangan nutrisi, meski kadar gula darah tinggi.

    Menurut Asosiasi Diabetes Amerika, gula darah tinggi dan resistensi insulin menyebabkan rasa lapar dan keinginan makan berlebihan. Sebab, kebutuhan otak akan glukosa yang akhirnya menciptakan siklus yang mempersulit pengelolaan gula darah.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Kelaparan Warga Jadi Metode Perang Tak Boleh Ditoleransi

    Kelaparan Warga Jadi Metode Perang Tak Boleh Ditoleransi

    Jakarta

    Kepala World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak Israel untuk menghentikan bencana kelaparan yang melanda Gaza. Dia menyebut setidaknya 370 orang meninggal akibat malnutrisi.

    “Ini adalah bencana yang sebenarnya bisa dicegah Israel, dan bisa dihentikan kapan saja,” ujar Tedros kepada wartawan, dilansir AFP, Sabtu (6/9/2025).

    “Kelaparan warga sipil sebagai metode perang adalah kejahatan perang yang tidak boleh ditoleransi: melakukannya dalam satu konflik berisiko melegitimasi penggunaannya dalam konflik di masa mendatang,” tambahnya.

    Komentarnya muncul dua minggu setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bencana kelaparan di Gaza dan menyalahkan “penghalang sistematis” pengiriman bantuan kemanusiaan oleh Israel.

    Israel dengan tegas membantah bahwa tindakannya telah menyebabkan kelaparan di Gaza, dan bersikeras bahwa wilayah tersebut menderita “kekurangan buatan manusia yang direkayasa oleh Hamas”.

    Tedros mengulangi angka tersebut dan mengatakan bahwa angka tersebut mencakup “lebih dari 300 orang hanya dalam dua bulan terakhir”.

    “Orang-orang mati kelaparan sementara makanan yang seharusnya bisa menyelamatkan mereka teronggok di truk-truk yang jaraknya cukup jauh,” keluhnya.

    “Kelaparan rakyat Gaza tidak akan membuat Israel lebih aman, juga tidak akan memfasilitasi pembebasan para sandera,” tegasnya.

    (azh/azh)

  • Data WHO Ungkap Bunuh Diri Jadi Salah Satu Pemicu Utama Kematian Anak Muda

    Data WHO Ungkap Bunuh Diri Jadi Salah Satu Pemicu Utama Kematian Anak Muda

    Jakarta

    CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa. Layanan konsultasi kesehatan jiwa juga disediakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) di laman resminya yaitu www.pdskji.org. Melalui laman organisasi profesi tersebut disediakan pemeriksaan secara mandiri untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa seseorang.

    Lebih dari 1 miliar orang di dunia hidup dengan gangguan kesehatan mental, menurut data terbaru yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kondisi seperti kecemasan dan depresi menimbulkan beban besar, baik secara manusiawi maupun ekonomi.

    Meski banyak negara telah memperkuat kebijakan dan program kesehatan mental, WHO menyebut investasi dan tindakan yang lebih besar masih dibutuhkan secara global untuk meningkatkan layanan yang melindungi dan memajukan kesehatan mental masyarakat.

    Gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi sangat umum terjadi di semua negara dan komunitas, memengaruhi orang dari segala usia dan tingkat pendapatan. Kondisi ini menjadi penyebab terbesar kedua dari disabilitas jangka panjang, berkontribusi pada hilangnya kualitas hidup sehat.

    Dampaknya juga meningkatkan biaya perawatan kesehatan bagi individu dan keluarga, sekaligus menyebabkan kerugian ekonomi yang besar di seluruh dunia.

    Adapun temuan tersebut tertuang dalam dua laporan terbaru, World Mental Health Today dan Mental Health Atlas 2024, yang dirilis menjelang Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tentang penyakit tidak menular dan kesehatan mental di New York, 25 September 2025.

    “Transformasi layanan kesehatan mental adalah salah satu tantangan kesehatan masyarakat paling mendesak. Investasi pada kesehatan mental berarti investasi pada manusia, komunitas, dan ekonomi. Tidak ada negara yang bisa mengabaikannya,” tegas Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari laman resmi WHO, Kamis (4/9/2025).

    Laporan ini juga menunjukkan, meskipun prevalensi gangguan kesehatan mental dapat berbeda menurut jenis kelamin, perempuan secara keseluruhan lebih terdampak. Gangguan kecemasan dan depresi menjadi jenis yang paling umum, baik pada laki-laki maupun perempuan.

    Bunuh Diri Jadi Penyebab Kematian Utama di Kalangan Anak Muda

    Bunuh diri tetap menjadi masalah serius, merenggut sekitar 727.000 jiwa hanya pada tahun 2021. Bunuh diri merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak muda di seluruh negara dan lapisan sosial-ekonomi.

    Meski sudah ada upaya global, kemajuan dalam menurunkan angka kematian akibat bunuh diri masih jauh dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB, yaitu penurunan sepertiga angka bunuh diri pada 2030. Dengan tren saat ini, diperkirakan penurunan hanya akan mencapai 12 persen pada tenggat tersebut.

    Dampak ekonomi gangguan kesehatan mental juga sangat besar. Selain biaya perawatan yang tinggi, kerugian tidak langsung, khususnya akibat hilangnya produktivitas, jauh lebih besar. Hanya dari depresi dan kecemasan saja, ekonomi global diperkirakan kehilangan sekitar 1 triliun dolar AS setiap tahunnya.

    Temuan-temuan ini menegaskan perlunya investasi berkelanjutan, prioritas yang lebih kuat, serta kolaborasi lintas sektor untuk memperluas akses terhadap layanan kesehatan mental, mengurangi stigma, dan mengatasi akar penyebab gangguan kesehatan mental.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Bahaya Self-diagnosis Kesehatan Mental Lewat Informasi di Medsos”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • 99 Orang Tewas karena Malnutrisi di Gaza, Termasuk 29 Balita

    99 Orang Tewas karena Malnutrisi di Gaza, Termasuk 29 Balita

    Geneva

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut 99 orang tewas akibat malnutrisi di Jalur Gaza, Palestina, sepanjang tahun 2025. WHO menduga angka itu mungkin lebih rendah dari kondisi sebenarnya.

    “Sepanjang tahun ini, 99 orang telah meninggal dunia akibat malnutrisi, termasuk 29 anak balita. Angka yang dilaporkan ini kemungkinan besar masih di bawah angka sebenarnya,” kata Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir AFP, Kamis (7/8/2025).

    Kemarahan dunia internasional atas situasi kemanusiaan di Gaza telah meningkatkan tekanan terhadap Israel. PBB telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan di wilayah Palestina.

    Tedros menyerukan bantuan ke Gaza ditingkatkan, berkelanjutan, dan tanpa hambatan melalui semua rute yang memungkinkan.

    “Warga Gaza memiliki akses terbatas ke layanan dasar, telah berulang kali menghadapi pengungsian, dan sekarang menderita blokade pasokan makanan,” kata Tedros kepada asosiasi koresponden PBB, ACANU.

    “Malnutrisi tersebar luas dan kematian akibat kelaparan meningkat,” tambahnya.

    Pemerintah Israel berada di bawah tekanan internasional dan domestik yang semakin meningkat untuk mengakhiri perang. Meski demikian, PM Israel Benyamin Netanyahu ogah menghentikan perang dengan dalih mau menghabisi Hamas.

    Tonton juga video “Data WHO: 47 Pasien dari Gaza Berhasil Dievakuasi ke 5 Negara Ini” di sini:

    (fas/haf)

  • WHO Nyatakan Timor Leste Bebas Kasus Malaria

    WHO Nyatakan Timor Leste Bebas Kasus Malaria

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengumumkan Timor Leste sebagai negara bebas malaria. Sejak merdeka pada tahun 2002, Timor Leste menjadikan pemberantasan malaria sebagai prioritas utama.

    Dengan keberhasilan ini, Timor Leste menjadi negara ke-47 yang mendapatkan sertifikasi bebas malaria dari WHO.

    “Keberhasilan Timor Leste membuktikan bahwa malaria dapat dihentikan ketika kemauan politik yang kuat, intervensi cerdas, investasi domestik dan eksternal yang berkelanjutan, serta tenaga kesehatan yang berdedikasi bersatu,” ucap Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan resminya dikutip Selasa (5/8/2025).

    Puncak kasus malaria di Timor Leste pernah mencapai 223.000 kasus pada tahun 2006, namun berkat program nasional yang didirikan pada 2003, mereka berhasil menekan angka kasus hingga nol penularan lokal sejak 2021.

    Program tersebut meliputi distribusi kelambu berinsektisida, penyemprotan insektisida di dalam ruangan, serta perluasan diagnosis menggunakan mikroskop dan tes cepat di seluruh pos kesehatan. Keberhasilan ini juga menunjukkan pentingnya kerja sama kuat antara Kementerian Kesehatan, WHO, komunitas lokal, dan berbagai sektor lainnya.

    “Sertifikasi bebas malaria Timor Leste adalah kemenangan nasional yang menentukan, didorong oleh kepemimpinan yang berani, kerja keras para petugas kesehatan, dan keteguhan hati rakyatnya,” ujar Dr Arvind Mathur, Perwakilan WHO untuk Timor Leste

    (kna/kna)

  • Video: 1 Staf Bulan Sabit Merah Palestina Dilaporkan Tewas Akibat Serangan Israel

    Video: 1 Staf Bulan Sabit Merah Palestina Dilaporkan Tewas Akibat Serangan Israel

    Jakarta – Kantor pusat atau markas dari The Palestine Red Crescent Society (PRCS) atau Bulan Sabit Merah Palestina dilaporkan diserang Israel. PRCS telah mengeluarkan pernyataan terkait serangan tersebut. Dilaporkan terdapat 1 stafnya tewas dan 3 orang lainnya luka-luka akibat serangan.

    Kabar ini telah sampai ke telinga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyampaikan belasungkawa. Ia juga menuntut serangan terhadap petugas kemanusiaan dan kesehatan dihentikan.

    Klik di sini untuk menonton video-video lainnya.

    (/)

  • Data Ngeri PBB Ungkap Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Berhari-hari

    Data Ngeri PBB Ungkap Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Berhari-hari

    Jakarta

    Penderitaan warga di Gaza seperti tak kunjung usai. Di tengah gempuran Israel, kelaparan massal kini turut mereka rasakan.

    Badan bantuan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa nyaris sepertiga warga Gaza “tidak makan selama berhari-hari” saat kelaparan massal menyelimuti daerah kantong Palestina yang dilanda perang sejak Oktober 2023 lalu.

    Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, sebut badan bantuan pangan PBB Program Pangan Dunia (WFP), seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), telah mencapai “tingkat keputusasaan yang baru dan mencengangkan”.

    WFP yang berbasis di Roma, Italia, sebelumnya telah memperingatkan “risiko kelaparan kritis” di Jalur Gaza yang dilanda perang tanpa henti. Israel telah menuai kecaman internasional atas situasi terkini di wilayah tersebut.

    “Hampir satu dari tiga orang tidak makan selama berhari-hari. Malnutrisi meningkat dengan 90.000 perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan perawatan,” sebut WFP dalam pernyataannya pada Jumat (25/7).

    470 Ribu Orang di Gaza Terancam Kelaparan

    Disebutkan oleh WFP bahwa sekitar 470.000 orang di Jalur Gaza diperkirakan akan menghadapi “bencana kelaparan” atau “catastrophic hunger” — kategori paling parah dalam klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu PBB — antara Mei dan September tahun ini.

    “Bantuan pangan adalah satu-satunya cara bagi masyarakat untuk mengakses makanan karena harga pangan sedang melambung tinggi,” kata WFP dalam pernyataannya.

    “Banyak orang sekarat karena kurangnya bantuan kemanusiaan,” imbuh pernyataan WFP tersebut.

    Palestinians inspect the damage at an UNRWA school sheltering displaced people that was hit in an Israeli air strike on Sunday, in Gaza City, June 30, 2025. REUTERS/Mahmoud Issa Foto: REUTERS/Mahmoud Issa

    Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan telah memperingatkan akan melonjaknya jumlah anak-anak yang mengalami kekurangan gizi di Jalur Gaza, yang diblokade Israel pada Maret lalu di tengah perangnya melawan kelompok Hamas.

    Israel sebelumnya membantah sebagai penyebab kelaparan massal di Jalur Gaza. Bantahan itu disampaikan setelah kritikan internasional semakin meningkat yang menuduh Tel Aviv berada di balik kekurangan pangan kronis yang memicu kelaparan massal yang kini menyelimuti berbagai wilayah Jalur Gaza.

    Israel Bantah Jadi Pemicu Kelaparan

    Sebanyak 111 organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM), dalam pernyataan bersama pada Rabu (23/7), menyatakan bahwa “kelaparan massal” sedang menyebar di Jalur Gaza.

    Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga turut berkomentar mengatakan bahwa “sebagian besar penduduk Gaza mengalami kelaparan”. Dia bahkan menyebut kelaparan massal itu merupakan “buatan manusia”, namun tanpa menyebut nama Israel.

    Reaksi keras diberikan Israel, dengan juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, menegaskan Israel tidak memicu kelaparan massal di Jalur Gaza. Tel Aviv justru menyalahkan kelompok Hamas yang dituding secara sengaja menciptakan krisis kemanusiaan di wilayah Jalur Gaza.

    “Tidak ada kelaparan yang disebabkan oleh Israel. Ada kekurangan (pasokan) buatan manusia yang diatur oleh Hamas,” tegas Mencer dalam pernyataannya.

    25 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel, Mayoritas Korban Sedang Cari Bantuan

    Sedikitnya 25 orang tewas akibat rentetan serangan udara dan tembakan pasukan Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (26/7) dini hari. Sebagian besar korban kehilangan nyawa saat menunggu truk bantuan kemanusiaan.

    Palestinians walk with aid supplies which they received from the U.S.-backed Gaza Humanitarian Foundation, in the central Gaza Strip, May 29, 2025. REUTERS/Ramadan Abed REFILE – CORRECTING LOCATION FROM “NEAR AN AREA OF GAZA KNOWN AS THE NETZARIM CORRIDOR” TO “IN THE CENTRAL GAZA STRIP”. Foto: REUTERS/Ramadan Abed

    Staf rumah sakit Shifa, yang menjadi tempat jenazah korban dibawa, seperti dilansir Associated Press dan AFP, Sabtu (26/7/2025), melaporkan sebagian besar korban tewas akibat tembakan yang mengarah ke mereka saat menunggu truk bantuan kemanusiaan di dekat perlintasan perbatasan Zikim.

    Badan pertahanan sipil Gaza juga melaporkan bahwa “pasukan Israel menembaki orang-orang yang menunggu bantuan kemanusiaan” di barat laut Gaza City. Para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa ribuan orang telah berkumpul di area tersebut untuk menunggu bantuan.

    Salah satu saksi mata, Abu Hamir Hamoudeh, mengatakan bahwa militer Israel melepaskan tembakan “ketika orang-orang sedang menunggu untuk mendekati titik distribusi”, yang terletak di dekat pos militer Israel area Zikim, barat laut Sudaniyah.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan kepada AFP bahwa empat warga Palestina tewas akibat serangan udara di area Al-Rimal, Gaza City, di bagian utara Jalur Gaza.

    Satu orang lainnya tewas akibat serangan drone di dekat Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan. Sedangkan tembakan artileri di kamp Al-Bureij di Jalur Gaza bagian tengah, menurut badan pertahanan sipil Gaza, menewaskan satu orang lainnya.

    Halaman 2 dari 3

    (ygs/ygs)

  • Israel Akan Izinkan Negara Asing Kirim Bantuan ke Gaza via Udara

    Israel Akan Izinkan Negara Asing Kirim Bantuan ke Gaza via Udara

    Gaza City

    Israel akan mengizinkan negara-negara asing untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza via udara atau airdrop mulai Jumat (25/7) waktu setempat.

    Hal tersebut, seperti dilansir Reuters, Sabtu (26/7/2025), diungkapkan oleh radio militer Israel yang mengutip seorang pejabat militer Tel Aviv, yang enggan disebut namanya. Namun juru bicara militer Israel belum menanggapi secara resmi laporan tersebut.

    Laporan Jerusalem Post, yang dikutip The Hill, menyebut Israel akan mengizinkan negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Yordania untuk melanjutkan pengiriman paket bantuan melalui udara, seperti yang dilakukan pada tahun 2024 lalu.

    Langkah Israel ini diambil setelah Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 100 orang tewas akibat kelaparan di Jalur Gaza sejak Tel Aviv memblokade total akses bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut pada Maret lalu.

    Israel, yang berperang melawan Hamas sejak Oktober 2023, telah mencabut blokade pada Mei lalu, tetapi tetap memberlakukan pembatasan yang mereka klaim diperlukan untuk mencegah jatuhnya bantuan ke tangan Hamas dan sekutunya di Jalur Gaza.

    Dalam dua pekan pertama bulan Juli, badan anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNICEF melaporkan bahwa 5.000 anak mendapatkan perawatan karena mengalami malnutrisi akut di Jalur Gaza.

    Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pada Rabu (23/7) bahwa sebagian besar penduduk Gaza mengalami kelaparan massal. Dia bahkan menyebut kelaparan massal itu merupakan “buatan manusia”, namun tanpa menyebut nama Israel.

    Sementara badan bantuan pangan PBB, Program Pangan Dunia (WFP), melaporkan bahwa nyaris sepertiga warga Gaza “tidak makan selama berhari-hari” saat kelaparan massal menyelimuti wilayah tersebut. Krisis kemanusiaan di Gaza, sebut WFP, telah mencapai “tingkat keputusasaan yang baru dan mencengangkan”.

    Disebutkan oleh WFP bahwa sekitar 470.000 orang di Jalur Gaza diperkirakan akan menghadapi “bencana kelaparan” atau “catastrophic hunger” — kategori paling parah dalam klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu PBB — antara Mei dan September tahun ini.

    Israel sebelumnya membantah sebagai penyebab kelaparan massal di Jalur Gaza. Bantahan itu disampaikan setelah kritikan internasional semakin meningkat yang menuduh Tel Aviv berada di balik kekurangan pangan kronis yang memicu kelaparan massal yang kini menyelimuti berbagai wilayah Jalur Gaza.

    “Tidak ada kelaparan yang disebabkan oleh Israel. Ada kekurangan (pasokan) buatan manusia yang diatur oleh Hamas,” tegas juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, dalam pernyataannya.

    Lihat juga Video WHO: 1.026 Orang Tewas Saat Berusaha Cari Makan di Gaza

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • PBB Sebut Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Berhari-hari

    PBB Sebut Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Berhari-hari

    Roma

    Badan bantuan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa nyaris sepertiga warga Gaza “tidak makan selama berhari-hari” saat kelaparan massal menyelimuti daerah kantong Palestina yang dilanda perang sejak Oktober 2023 lalu.

    Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, sebut badan bantuan pangan PBB Program Pangan Dunia (WFP), seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), telah mencapai “tingkat keputusasaan yang baru dan mencengangkan”.

    WFP yang berbasis di Roma, Italia, sebelumnya telah memperingatkan “risiko kelaparan kritis” di Jalur Gaza yang dilanda perang tanpa henti. Israel telah menuai kecaman internasional atas situasi terkini di wilayah tersebut.

    “Hampir satu dari tiga orang tidak makan selama berhari-hari. Malnutrisi meningkat dengan 90.000 perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan perawatan,” sebut WFP dalam pernyataannya pada Jumat (25/7).

    Disebutkan oleh WFP bahwa sekitar 470.000 orang di Jalur Gaza diperkirakan akan menghadapi “bencana kelaparan” atau “catastrophic hunger” — kategori paling parah dalam klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu PBB — antara Mei dan September tahun ini.

    “Bantuan pangan adalah satu-satunya cara bagi masyarakat untuk mengakses makanan karena harga pangan sedang melambung tinggi,” kata WFP dalam pernyataannya.

    “Banyak orang sekarat karena kurangnya bantuan kemanusiaan,” imbuh pernyataan WFP tersebut.

    Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan telah memperingatkan akan melonjaknya jumlah anak-anak yang mengalami kekurangan gizi di Jalur Gaza, yang diblokade Israel pada Maret lalu di tengah perangnya melawan kelompok Hamas.

    Israel sebelumnya membantah sebagai penyebab kelaparan massal di Jalur Gaza. Bantahan itu disampaikan setelah kritikan internasional semakin meningkat yang menuduh Tel Aviv berada di balik kekurangan pangan kronis yang memicu kelaparan massal yang kini menyelimuti berbagai wilayah Jalur Gaza.

    Sebanyak 111 organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM), dalam pernyataan bersama pada Rabu (23/7), menyatakan bahwa “kelaparan massal” sedang menyebar di Jalur Gaza.

    Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga turut berkomentar mengatakan bahwa “sebagian besar penduduk Gaza mengalami kelaparan”. Dia bahkan menyebut kelaparan massal itu merupakan “buatan manusia”, namun tanpa menyebut nama Israel.

    Reaksi keras diberikan Israel, dengan juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, menegaskan Israel tidak memicu kelaparan massal di Jalur Gaza. Tel Aviv justru menyalahkan kelompok Hamas yang dituding secara sengaja menciptakan krisis kemanusiaan di wilayah Jalur Gaza.

    “Tidak ada kelaparan yang disebabkan oleh Israel. Ada kekurangan (pasokan) buatan manusia yang diatur oleh Hamas,” tegas Mencer dalam pernyataannya.

    Lihat juga Video WHO: 1.026 Orang Tewas Saat Berusaha Cari Makan di Gaza

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)