Tag: Tb Haeru Rahayu

  • Permintaan Meroket Jelang Tahun Baru, Jenis Ikan Ini Paling Banyak Dicari – Page 3

    Permintaan Meroket Jelang Tahun Baru, Jenis Ikan Ini Paling Banyak Dicari – Page 3

    Sementara itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tancap gas meningkatkan produksi perikanan budi daya. Salah satunya dengan mendistribusikan bantuan benih dan calon induk ikan berkualitas ke daerah-daerah hingga jelang tutup tahun 2024.

    Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb Haeru Rahayu dalam siaran pers KKP di Jakarta, Minggu (29/12), menjelaskan, hingga menjelang tutup tahun 2024, telah didistrubusikan bantuan benih ikan sebanyak 84,8 juta ekor (angka sementara) kepada kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) di berbagai daerah Indonesia.

    “Benih ikan dan calon induk ikan yang didistrubusikan berasal dari hasil produksi masing masing Unit Pelaksana Teknis (UPT) DJPB yang tersebar di seluruh Indonesia. Komoditasnya merupakan ikan-ikan unggulan,” terangnya.

    Terbaru, sambung Tebe, BPBAT Sungai Gelam yang merupakan UPT DJPB mengirim calon induk ikan nila sebanyak 3,2 ribu ekor untuk pokdakan di Bengkulu Utara di moment libur Natal dan tahun baru.

    Dirjen Tebe menjelaskan, program bantuan benih dan calon induk ikan merupakan program prioritas nasional (KKP) yang bertujuan menstimulus kegiatan budi daya ikan semakin meningkat hasil dan kualitas panennya. Selain itu, agar usaha budi daya berkelanjutan sehingga berdampak positif pada kesejahteraan pembudidaya.

     

  • KKP Siapkan Modeling Budi Daya Rajungan di Jepara

    KKP Siapkan Modeling Budi Daya Rajungan di Jepara

    Semarang

    Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bakal menyiapkan modeling rajungan di Jepara, Jawa Tengah. Komitmen itu disampaikan dalam dialog bersama pelaku industri hilir perikanan dan kelautan di kantor PT Tilapia Nusantara Jaya, Semarang.

    Menteri KP, Sakti Wahyu Trenggono menuturkan, pihaknya akan membuat modeling budi daya rajungan di Jepara. Adapun saat ini, mayoritas rajungan sendiri diperoleh dari hasil penangkapan di laut.

    “Modeling yang akan kita buat itu, ini adalah, tadi permintaan dari (pelaku industri) Jepara itu adalah soal rajungan. Rajungan ini, selama ini masih menangkap dari laut,” kata Trenggono, Sabtu (28/12/2024).

    Saat ini, kata Trenggono, pemerintah berhasil membuat tempat pembenihan atau hatchery rajungan. Melalui modeling ini, anakan rajungan bisa tumbuh lebih besar dan berkelanjutan.

    “Sudah mampu melakukan hatchery, lalu kemudian membuat anakan yang kita bisa besarkan. Artinya bisa sustain, bisa berkelanjutan. Nah ini yang akan kita buat untuk kemudian kita buat model dalam satu skala tertentu di Jepara,” ungkapnya.

    Melalui modeling ini, kata Trenggono, pemerintah juga akan mendorong para penangkap rajungan menjadi pembudidaya. “Kalau ini bisa terjadi, nanti seluruh penangkap rajungan itu, kita bisa geser mereka menjadi pembudidaya,” tutupnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb. Haeru Rahayu mengaku, telah berhasil memijahkan rajungan melalui modeling di Takalar, Sulawesi Selatan. Adapun inovasi yang diadopsi dikenal sebagai individual compartment dengan skema pemeliharaan satu per satu.

    “Sederhananya, artinya pemeliharaan itu satu satu. Kenapa? Kan dia kanibal, jadi kita anukan (pisahkan),” jelasnya.

    Dengan teknologi ini, Tb menyebut budi daya rajungan bisa dilakukan dengan tepat. Dalam hal ini, tingkat kematian rajungan, penyakit, dan pertumbuhan, bisa dikontrol dengan baik. Ia juga menyebut, modeling ini bisa segera diterapkan di Jepara.

    “Jepara juga balai kita, di sana sebenarnya pengembangannya kepiting sebenarnya, tapi beda-beda tipis sebenarnya. Tapi kalau memang nanti pangsa pasarnya banyakan di Jepara, ya, kita dorong. Sama saja,” tutupnya.

    (ara/ara)

  • Trenggono siap buat modeling budidaya rajungan di Jepara pada 2025

    Trenggono siap buat modeling budidaya rajungan di Jepara pada 2025

    Modeling yang akan kita buat itu salah satunya adalah tadi permintaan dari (nelayan) Jepara itu adalah soal rajungan

    Semarang, Jawa Tengah (ANTARA) – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyatakan siap mengembangkan model budidaya rajungan di Jepara, Jawa Tengah, pada tahun 2025, untuk meningkatkan produksi dan mendukung keberlanjutan sektor kelautan serta perikanan di wilayah tersebut.

    “Modeling yang akan kita buat itu salah satunya adalah tadi permintaan dari (nelayan) Jepara itu adalah soal rajungan,” kata Trenggono di sela inspeksi ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) PT Tilapia Nusantara Jaya di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu.

    Trenggono menyampaikan hal itu, merespons Ketua Forum Komunikasi Nelayan Rajungan Nusantara (Forkom Nelangsa) Jepara, Mustain yang menyatakan perlu adanya budidaya rajungan di Jepara, karena permintaan mencapai 1 ton per hari.

    Oleh karena itu, Trenggono menyampaikan bahwa modeling budidaya yang akan dilakukan sebagai inisiatif untuk meningkatkan produksi rajungan dan mendukung keberlanjutan sektor kelautan serta perikanan di wilayah tersebut.

    Dia menekankan pentingnya perubahan dari penangkapan rajungan di laut menuju budidaya untuk menciptakan kestabilan produksi yang lebih terkontrol.

    Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (kanan), Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP) KKP Ishartini (kiri), berdiskusi dengan sejumlah pelaku usaha pengolahan ikan di sela meninjau Unit Pengolahan Ikan (UPI) PT Tilapia Nusantara Jaya, di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (28/12/2024). ANTARA/Harianto

    Menurut dia, salah satu alasan pengembangan budidaya rajungan ini adalah keberhasilan dalam pembuatan hatchery atau tempat pemijahan.

    Dengan kemampuan untuk memproduksi benih rajungan dan membesarkannya, Trenggono berharap bisa memastikan kelangsungan produksi rajungan yang berkelanjutan.

    “Rajungan ini selama ini masih menangkap dari laut. Nah, karena kita sudah mampu membuat hatchery, lalu kemudian membuat anakan yang kita bisa besarkan. Artinya bisa sustain, bisa berkelanjutan. Nah ini yang akan kita buat untuk kemudian kita buat model dalam satu skala tertentu di Jepara,” jelas Trenggono.

    Menurut dia, model budidaya rajungan ini dirancang dengan skala tertentu di Jepara. Dengan demikian, masyarakat pesisir Jepara yang selama ini bergantung pada penangkapan rajungan di laut dapat beralih ke kegiatan pembudidayaan rajungan.

    “Kalau ini bisa terjadi nanti seluruh penangkap rajungan itu kita bisa geser mereka menjadi pembudidaya,” imbuh Trenggono.

    Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu diwawancara di sela mendapingi Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meninjau Unit Pengolahan Ikan (UPI) PT Tilapia Nusantara Jaya, di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (28/12/2024). ANTARA/Harianto

    Sementara itu Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan bahwa pihaknya siap menjalankan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam mengembangkan model budidaya rajungan di Jepara.

    Ia menjelaskan bahwa KKP telah berhasil mengembangkan teknologi budidaya rajungan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan yang dapat diterapkan di Jepara untuk mendukung pengembangan sektor perikanan.

    Menurut Tb, teknologi yang diterapkan di Takalar menggunakan metode “individual compartment” atau pemeliharaan satu per satu. Metode ini penting karena rajungan memiliki sifat kanibal, di mana mereka cenderung saling memangsa satu sama lain.

    Dengan menggunakan teknologi ini, tingkat kematian rajungan dapat dikendalikan, pertumbuhannya dapat dipantau dengan baik, dan penyakit dapat dicegah.

    Dia menyebutkan bahwa teknologi yang dikembangkan di Balai Takalar telah berjalan selama dua tahun dan kini telah berhasil memijahkan serta membesarkan rajungan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

    Meskipun pengembangan teknologi ini dimulai di Takalar, Tb menyatakan bahwa model budidaya rajungan dapat diterapkan di daerah lain, termasuk Jepara.

    “Jadi dengan teknologi seperti ini sudah oke ini. Tingkat kematiannya sudah bisa kita kendalikan, kontrol pertumbuhannya, penyakit, dan seterusnya. Jadi kita sudah bisa dan kita akan bikin modeling. Barusan tadi arahannya di Jepara, oke kita akan coba,” kata Tb.

    Target pengembangan model budidaya rajungan ini di Jepara ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2025.

    Dia berharap bahwa dengan adanya pengembangan ini, Jepara dapat menjadi pusat budidaya rajungan di wilayah Pantura, sejalan dengan pengembangan budidaya kepiting yang sudah berjalan di Takalar.

    Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Nelayan Rajungan Nusantara (Forkom Nelangsa) Jepara, Mustain menyatakan perlu adanya budidaya rajungan di Jepara, karena permintaan mencapai 1 ton per hari.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2024

  • Vietnam masih unggul jauh dari Indonesia di sektor perikanan

    Vietnam masih unggul jauh dari Indonesia di sektor perikanan

    Sumber foto: M Irza Farel/elshinta.com.

    KKP: Vietnam masih unggul jauh dari Indonesia di sektor perikanan
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 18 Desember 2024 – 23:33 WIB

    Elshinta.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akui produksi budidaya perikanan di Indonesia masih kalah jauh bila dibandingkan dengan Vietnam. 

    Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, KKP Tb. Haeru Rahayu menyebut budidaya perikanan di Indonesia baru mencapai 6,37 juta ton di tahun 2024. Tertinggal jauh dari Vietnam yang Sudah mencapai 28 juta ton. 

    “Dengan Vietnam kita masih tertinggal jauh, kita blak-blakan Vietnam budidaya mencapai 25 juta ton dan tangkapnya hanya 3 juta ton jadi total 28 juta ton, Sedangkan kita, khusus untuk budidaya ikan di luar rumput laut, baru mencapai 6,37 juta ton tahun ini, ” kata Haeru dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Akhir Tahun KKP, Rabu (18/12). 

    Meski begitu, Haeru mengatakan, Berdasarkan data sementara, total produksi budi daya ikan di Indonesia tahun 2024 mencapai 6,37 juta ton, meningkat sebesar 13,64% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, total produksi budi daya rumput laut tahun 2024 mencapai 10,80 juta ton, meningkat sebesar 10,82% dari tahun sebelumnya. 

    “Jika digabung dengan budidaya perikanan meningkat 16 juta ton produksi budidaya perikananan dan rumput laut,” kata Haeru seperti dilaporkan Reporter Elshinta, M Irza Farel.  

    Haeru juga mengatakan peningkatan tersebut turut berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor budidaya kelautan dan perikanan mencapai Rp 80,3 miliar. 

    Perolehan PNBP ini merupakan akumulasi dari PNBP Satuan Kerja Badan Layanan Umum (BLU) sebesar Rp59,16 miliar dan Satuan Kerja Ditjen Perikanan Budi Daya sebesar Rp21,22 miliar.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Dorong Produksi Budidaya Lobster, KKP Lakukan Strategi Modeling ini

    Dorong Produksi Budidaya Lobster, KKP Lakukan Strategi Modeling ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merencanakan proyek percontohan baru, yakni budidaya kerang coklat sebagai upaya mendukung pengembangan budidaya lobster di Indonesia. Program ini bertujuan menyediakan alternatif pakan lobster dan substitusi bahan baku tepung ikan.

    Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb. Haeru Rahayu mengungkapkan, kerang coklat memiliki keunggulan sebagai pakan lobster dan alternatif substitusi bahan baku tepung, karena tidak bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia.

    “Kerang hijau ini dihargai Rp7.000 per kilogram dan untuk kita makan, sementara kerang coklat hingga saat ini tidak bersaing dengan manusia,” jelas Tb. Haeru dalam konferensi pers di kantor KKP, Rabu (18/12/2024).

    Tb. Haeru menyebut rencana proyek percontohan atau modeling kerang coklat di Kecamatan Mauk, Kab Tangerang pada tahun 2025 ini merupakan yang kedua. Sebelumnya KKP telah berhasil menerapkan proyek serupa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan akan mengembangkan teknologi yang sama untuk proyek di Kecamatan Mauk tersebut.

    Dia pun optimis proyek ini bisa terealisasi pada tahun depan. “Mudah-mudahan tahun depan, dekat di wilayah Mauk, Tangerang rintisan kerang coklat bisa dilihat dalam waktu tidak lama,” tambahnya.

    Untuk mendukung inisiatif ini, KKP telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp25 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun kolam, melakukan penghijauan, serta menyediakan peralatan mesin dan instalasi listrik yang diperlukan.

    (haa/haa)

  • Produksi Budi Daya Ikan-Rumput Laut 2024 Tembus 16 Juta Ton, Sumbang PNBP Rp 80,38 M

    Produksi Budi Daya Ikan-Rumput Laut 2024 Tembus 16 Juta Ton, Sumbang PNBP Rp 80,38 M

    Jakarta

    Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan capaian kinerja perikanan budi daya 2024. Tercatat total produksi budi daya ikan hingga rumput laut di tahun 2024 mencapai 16 juta ton.

    Data ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya TB Haeru Rahayu. TB mengatakan, produksi budi daya ikan sendiri pada 2024 mencapai 6,37 juta ton, meningkat sebesar 13,64% dari tahun sebelumnya.

    “Walau masih berlari kencang, ada peningkatan menjadi 6,37 juta ton. Ini capaian khusus untuk ikan. Kemudian rumput laut meningkat 10,82% menjadi 10,8 juta ton. Kalau digabung sekitar 16 juta ton produksi perikanan budidaya,” kata TB dalam Konferensi Pers di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, Rabu (18/12/2024).

    Lalu untuk produksi komoditas prioritas lainnya, TB pun merincikan di antaranya ada produksi udang pada tahun 2024 mencapai 1,13 juta ton, meningkat dari nilai produksi tahun 2023 yang sebesar 941 ribu ton.

    Kemudian total produksi ikan nila pada tahun 2024 mencapai 1,38 juta ton, meningkat dari 2023 yang sebesar 1,36 juta ton. Total produksi lobster 2024 mencapai 481 ton, meningkat dari 2023 yang sebesar 437 ton. Lalu ada total produksi kepiting 2024 mencapai 6.446 ton meningkat dari 2023 yang sebesar 5.860 ton.

    “Produksi ini kaitannya untuk apa? Ujung-ujungnya kita diminta meningkatkan kesejahteraan, pendapatan masyarakat,” ujarnya.

    Sumbang PNBP Rp 80,38 M

    Lebih lanjut TB juga melaporkan, perolehan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor perikanan budi daya mencapai Rp 80,38 miliar hingga 31 November 2024. Angka ini melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Ia menjelaskan, PNBP ini merupakan akumulasi dari PNBP Satuan Kerja Badan Layanan Umum (BLU) sebesar Rp 59,16 miliar dan Satuan Kerja Ditjen Perikanan Budi Daya sebesar Rp 21,22 miliar.

    Sementara itu, pada 2024 tercatat nilai rata-rata pendapatan pembudidaya mencapai Rp 5.136.547 atau meningkat sebesar 4,55% dari tahun sebelumnya. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di beberapa daerah.

    (acd/acd)

  • Ekspor ‘Mentah’ Benih Lobster Ingkari Gaung Hilirisasi Laut Jokowi

    Ekspor ‘Mentah’ Benih Lobster Ingkari Gaung Hilirisasi Laut Jokowi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintah berencana kembali membuka ekspor benih lobster atau benur yang sempat dilarang di era mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

    Wacana itu muncul di tengah rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Vietnam untuk melakukan budidaya lobster di Tanah Air.

    Dirjen Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan potensi untuk mengekspor benih lobster itu cukup besar. Namun, ia menilai rencana ekspor benih lobster ke luar negeri, khususnya ke Vietnam, juga bukan perkara mudah.

    Saat ini, KKP tengah melakukan audiensi dengan nelayan lobster apakah sepakat dengan rencana ini serta menentukan Harga Eceran Tertinggi (HET). Pemerintah juga perlu merevisi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (PermenKP).

    “Kita coba win win dan lain-lain, ini memang tidak mudah tapi menerima semua saran stakeholders dan asosiasi. Ini yang sedang dilakukan. Insyaallah doakan agar revisi Permen lobster kepiting rajungan bisa secepatnya tuntas juga harus didukung PKS, sedang dikomunikasikan,” jelasnya Haeru dalam acara Indonesia Marine and Fisheries Business Forum 2024 di Hotel Fairmont, Senin (5/2).

    Larangan ekspor benih lobster ditetapkan oleh eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pada 2016. Larangan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 56 Tahun 2016 tentang Penangkapan Lobster.

    Pada 2020, mantan Menteri KKP Edhy Prabowo membuka keran ekspor benih lobster. Namun, ia kemudian divonis hukuman lima tahun penjara oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dalam kasus dugaan suap terkait izin budi daya lobster dan ekspor benih lobster atau benur. Ia dinyatakan menerima suap sebesar Rp 25,7 miliar dari para eksportir.

    Ekspor benih lobster kembali dilarang oleh Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono lewat Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.) di Wilayah Negara Republik Indonesia. Namun, saat ini pemerintah kembali berencana mengekspor benih lobster.

    Lantas, apa dampaknya jika keran ekspor benih lobster kembali dibuka ?

    Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Susan Herawati mengatakan Indonesia akan rugi jika kembali membuka keran ekspor benih lobster. Yang diuntungkan, justru negara yang menerima benih lobster Indonesia.

    “Kalau kita sumber dayanya habis, secara produksi juga tidak akan bertambah. Kemudian kemampuan untuk mengelola atau membesarkan lobster tidak akan berkembang, stagnan saja karena semua sumber dayanya diekspor,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (6/2).

    Ia mengatakan jika alasan pemerintah untuk menindak penyelundupan yang marak terjadi sejak larangan ekspor benih lobster berlaku, maka yang harusnya dilakukan adalah memperbaiki penegakan hukum, bukan malah membuka keran ekspor.

    Susan juga memandang tidak tepat jika pemerintah beralasan ekspor benih lobster demi menggenjot Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Menurutnya, PNBP yang diterima tidak berdampak besar bagi masyarakat, terutama yang tinggal di pesisir.

    Susan menilai bahwa pemerintah pada dasarnya memang tidak memiliki niat untuk melakukan hilirisasi sumber daya laut.

    “Memang sudah urusannya cuma apa yang bisa dikeruk, itulah yang dikeruk, mumpung masih menjabat. Selepas itu, ya Insyallah gimana nanti. Ini cara berpikir yang fatal yang dilakukan pemerintah,” katanya.

    Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menilai dengan membuka keran ekspor benih lobster berarti pemerintah tidak konsisten dengan program hilirisasi yang selama ini digadang-gadangkan. Pasalnya hilirisasi berarti sumber daya alam harusnya diolah dulu supaya memiliki nilai tambah.

    “Bentuk hilirisasi di perikanan adalah kita tidak mengekspor benih. Kita harus mengekspornya dalam bentuk lobster yang sudah besar atau bahkan turunannya lagi,” katanya.

    Dengan mengekspor benih, Piter mengatakan Indonesia justru membesarkan industri perikanan negara lain. Bisa saja suatu saat nanti yang terjadi Indonesia tidak lagi memiliki lobster karena benihnya habis diekspor, tapi akhirnya negara lain yang memiliki lobster.

    Ia menduga pemerintah berencana kembali mengekspor benih lobster semata hanya untuk kepentingan eksportir.

    “Untuk kepentingan sesaat dari eksportir benih, hanya untuk kepentingan sekelompok orang,” katanya.

    Lanjut ke halaman berikutnya…

    Senada, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim mengatakan saat ini hanya untuk mengejar cuan baik itu pajak maupun PNBP. Padahal, ekspor benih justru menguntungkan investor asing karena harga jauh lebih tinggi saat mereka membesarkannya jadi lobster.

    Sementara program pembibitan dan pembesaran benih di dalam negeri jadi terhenti karena akan ada migrasi massal pembudidaya ke penangkap benih.

    “Ujungnya eksploitasi BBL (benih bening lobster) akan marak terjadi dan lambat laun kita kehilangan stok BBL,” katanya.

    Sementara itu, Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan pembukaan ekspor benih lobster akan bertentangan dengan semangat hilirisasi sehingga harus menjadi pertimbangan pemerintah.

    Namun perlu juga dipahami bahwa semangat hilirisasi hanya modal awal saja. Tantangan utamanya justru ada di lapangan.

    Ia mencontohkan hilirisasi di sektor pertambangan. Dunia tambang bauksit Indonesia saat ini, sambungnya, sedang kocar-kacir karena pelarangan ekspor. Pasalnya, kapasitas smelter jauh lebih kecil ketimbang kapasitas produksi penambang bauksit. Alhasil, terjadi over supply, harga jatuh, dan penambang ujung-ujungnya gulung tikar.

    [Gambas:Photo CNN]

    Untuk hilirisasi lobster, katanya, harus juga dipikirkan hal semacam itu. Pemerintah harus mendorong hilirisasi benih lobster, sambungnya, tapi tidak perlu menutup keran ekspor jika ternyata kontraproduktif alias merugikan peternak benih karena harga terlalu rendah.

    “Jadi pemerintah harus tetap membuka peluang peternak benih lobster mendapatkan harga bagus dengan melakukan ekspor, tapi juga tetap melakukan langkah strategis bagi hilirisasi lobster di dalam negeri,” katanya.

    Karena itu, Rhonny menilai diperlukan kebijakan yang jelas seberapa besar benih lobster yang boleh diekspor dan seberapa besar kebutuhan dalam negeri harus diutamakan. Bentuk kebijakan yang bisa diterapkan pemerintah katanya bisa seperti domestic market obligation (DMO) yang sudah diterapkan di batu bara.

    Dengan begitu, peternak harus memenuhi kuota dalam negeri dulu, baru kemudian boleh melakukan ekspor.

    “Jika harus membuka ekspor, maka harus dipastikan pemerintah tetap mendorong upaya hilirisasi lobster alias berbarengan dengan pembukaan ekspor. Dan terakhir, jangan sampai terjadi lagi korupsi, seperti di era Eddy Prabowo,” katanya.

    Jokowi berkali-kali meminta hilirisasi tak cuma di sektor tambang. Ia juga melirik hilirisasi di sektor perkebunan dan kelautan. Menurutnya, kebijakan itu bisa membuat petani dan nelayan untuk menghasilkan produk bernilai tambah.

    “Memang ini harus ada yang dikonsolidasikan. Jadi enggak hanya terus menerus jualan mentahan saja. Perbankan juga saya sampaikan akses pembayaran berikan ke mereka,” kata Jokowi dalam dalam Pengukuhan Pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) 2023-2028, pada 31 Juli 2023.

    Di kesempatan lain, Jokowi menyebut hilirisasi sumber daya laut bisa memberikan nilai tambah besar. Apalagi, dua pertiga wilayah Indonesia merupakan perairan. Jika tidak mampu mengolah sendiri, Indonesia bisa menggandeng partner luar untuk menghilirisasi produk bawah lautnya.

    “Gandeng partner. Rumput laut, tuna, cakalang, tongkol, udang, ini nilai tambahnya sangat berkali-kali, 27 kali nilai tambahnya. Menjadi daging rajungan, 3,2 kali (nilai tambah). Kalau semua dihilirkan di dalam negeri, melompat negara kita. PDB kita bakal melompat, GDP kita akan melompat,” imbuhnya.